laporan kasus

19
Laporan Kasus Atrophy Glossitis Oleh Karena Defisiensi Nutrisi pada Pasien dengan Fissure Tongue ABSTRAK Atrophy glossitis merupakan penyakit keradangan pada lidah oleh karena atrofi papilla lidah yang sering ditemukan. Lidah akan terlihat licin dan mengkilat baik seluruh bagian lidah maupun hanya sebagian kecil. Penyebab yang paling sering biasanya adalah defisiensi nutrisi, terutama vitamin B12 dan asam folat. Jadi atrophy glossitis banyak didapatkan pada penderita anemia. Depapilasi atau tidak adanya papilla mungkin juga disebabkan anomaly kongenital atau terjadi sebagai suatu gejala sekunder. Penyakit ini memiliki prevalensi sebesar 0,2% - 0,5% dalam beberapa komunitas di India. Sedangkan fissure tongue terjadi sebagai varian normal yang mengenai kurang lebih 10% populasi dan merupakan anomaly kongenital. Fissure tongue seringkali tampak kurang bersih dan warnanya lebih merah, berdasarkan asumsi bahwa bakteri dan debris yang tertinggal dalam fissure tersebut menunjang timbulnya gejala-gejala pada lidah.

Upload: andreey-weny

Post on 25-Sep-2015

35 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

xx

TRANSCRIPT

Laporan Kasus

Atrophy Glossitis Oleh Karena Defisiensi Nutrisipada Pasien dengan Fissure Tongue

ABSTRAKAtrophy glossitis merupakan penyakit keradangan pada lidah oleh karena atrofi papilla lidah yang sering ditemukan. Lidah akan terlihat licin dan mengkilat baik seluruh bagian lidah maupun hanya sebagian kecil. Penyebab yang paling sering biasanya adalah defisiensi nutrisi, terutama vitamin B12 dan asam folat. Jadi atrophy glossitis banyak didapatkan pada penderita anemia. Depapilasi atau tidak adanya papilla mungkin juga disebabkan anomaly kongenital atau terjadi sebagai suatu gejala sekunder. Penyakit ini memiliki prevalensi sebesar 0,2% - 0,5% dalam beberapa komunitas di India. Sedangkan fissure tongue terjadi sebagai varian normal yang mengenai kurang lebih 10% populasi dan merupakan anomaly kongenital. Fissure tongue seringkali tampak kurang bersih dan warnanya lebih merah, berdasarkan asumsi bahwa bakteri dan debris yang tertinggal dalam fissure tersebut menunjang timbulnya gejala-gejala pada lidah.Sebuah kasus yang terjadi pada pasien perempuan berusia 20 tahun dengan keluhan athrophy glossitis dan fissure tongue, secara teori akan dijelaskan.

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKesehatan lidah mampu mencerminkan kesehatan rongga mulut dan kesehatan umum seseorang. Hal ini sesuai dengan pernyataan beberapa peneliti yang mengatakan bahwa lidah merupakan indicator kesehatan seseorang secara umum, karena ditemukan adanya hubungan antara lesi pada lidah dengan penyakit sistemik seperti lidah geografik pada penderita stress emosional, alergi, dan defisiensi nutrisi, serta lidah atrofik (glossitis atropic) pada penderita defisiensi vitamin B12 dan asam folat (Budiyanto, 2011).Atrophy glossitis terlihat sebagai kehilangan papilla setempat atau mungkin lebih luas lagi dari dua pertiga anterior lidah dapat terjadi akibat banyak sebab seperti defisiensi nutrisi dan abnormalitas hematologic, trauma kronis, obat-obatan, dan penyakit darah peripheral. Diabetes dan candidiasis kronis dikaitkan dengan suatu kondisi atrophy glossitis, sekalipun masih belum jelas apakah infeksi candida merupakan suatu etiologi primer atau sekunder (Malcolm et. al.,1994).Fissure tongue adalah variasi dari anatomi lidah normal yang terdiri atas satu fissure garis tengah, fissure ganda, atau fissure multiple pada permukaan dorsal dari dua pertiga anterior lidah. Ada berbagai pola, panjang dan dalam dari fissure. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi fissure tongue barangkali suatu kelainan proses perkembangan dan akan bertambah banyak dengan bertambahnya usia (Robert dan Craig, 2000).Fissure tongue mengenai kira-kira 1-5% penduduk. Kekerapan terjadinya adalah sama untuk kedua jenis kelamin. Fissure tongue umumnya terjadi pada sindrom Down dan dalam kombinasi dengan geographic tongue. Fissure tersebut dapat terkena radang sekunder dan menyebabkan halitosis sebagai akibat dari penumpukan makanan, karenanya dianjurkan menyikat lidah untuk menjaga fissure tetap bersih. Fissure tongue adalah keadaan yang jinak (Robert dan Craig, 2000)BAB IILAPORAN KASUS

2.1 Data Umum PasienNama: Alindia DestasariUmur: 20 tahunJenis Kelamin: PerempuanAlamat: Perum Mastrip F-7, JemberPekerjaan: Mahasiswi FKG UNEJStatus perkawinan: Belum menikahKebangsaan/Suku: Indonesia/JawaNo. rekam medis: 031985Tanggal pemeriksaan: Rabu, 1 Mei 2013

2.2 Riwayat KasusPasien perempuan berusia 20 tahun mengeluhkan ujung lidahnya yang sakit ketika makan makanan pedas dan panas. Apabila pasien mengkonsumsi makanan tersebut biasanya pada lidah terasa perih. Pasien menderita keluhan ini sejak 3 tahun yang lalu dan sering muncul pada saat kondisi fisik menurun atau kelelahan. Kondisi sekarang sakit dan belum pernah diobati. Lidahnya juga tersa tebal dan berwarna putih sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu dan belum pernah diobati serta tidak sakit. Keadaan umum pasien berdasarkan BMI 26 (overweight) dan tidak pernah menderita suatu penyakit. Keadaan sosial pasien baik dan tidak memiliki kebiasaan buruk, namun pasien mengaku tidak suka makan sayuran dan jarang sekali makan buah-buahan. Pasien makan 3 kali sehari dengan menu yang tidak bervariasi, seperti sering makan lalapan.

2.3 Pemeriksaan Klinis2.3.1 Pemeriksaan Ekstra Orala. Mukaa.1. Pipi Ka/Ki: N/Na.2. Bibir Atas/Bawah: N/Na.3. Sudut Atas/Bawah Ka/Ki: N/Nb. Kelenjar Salivab.1. Kelenjar Parotis Ka/Ki: N/Nb.2. Kelenjar Submandibularis: Nc. Kelenjar Limfec.1. Kelenjar Leher: Nc.2. Kelenjar Submandibularis: Nc.3. Kelenjar Pre dan Post Auricularis: Nc.4. Kelenjar Submentalis: N

2.3.2 Pemeriksaan Intra Orala. Gigi Geligi V IV III II I I II III IV V8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 88 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 V IV III II I I II III IV V Riwayat perawatan gigi geligi: -b. Mukosa Labial Atas: N Bawah: Nc. Mukosa Pipi Kiri: garis putih setinggi oklusal, tidak dapat dikerok dan tidak sakit Kanan: garis putih setinggi oklusal, tidak dapat dikerok dan tidak sakitd. Bucal Fold Atas: N Bawah: Ne. Gingiva Rahang Atas: N Bawah: Nf. Lidah: - atropi papil, kemerahan, dan sakit - fissure panjang 3 cm, kedalaman 1 mm, kemerahan, batas jelas, dan tidak sakit Plak putih, batas tidak jelas, dapat dikerok, dan tidak sakitg. Dasar Mulut dan Kelenjar Sub Lingualis : Nh. Palatum: Ni. Tonsil Ka/Ki: N/Nj. Pharynx: NAtrophy glossitis, batas jelas, kemerahan dan sakitFissure tongue, panjang 3 cm, kedalaman 1 cm, batas jelas dan tidak sakit

2.4 Diagnosa Sementara- Atrophy glossitis pada ujung lidah- Fissure tongue pada lidah- Linea alba bukalis pada mukosa pipi kanan dan kiri- Suspect oral candidiasis pada dorsum lidah

2.5 Rencana Perawatan2.5.1 Pengobatana. Tantum Verde Oral Rinseb. Fungatin Oralc. Becomzet

2.5.2 Pemeriksaan Penunjang- Lab. Mikrobiologi JamurHasil pemeriksaan jamur pada laboratorium mikrobiologi FKG UNEJ dari hasil oral swab menunjukkan bentukan spora +1 (positif satu) dan bentuka hifa (negatif)

2.6 Diagnosa Akhir- Atrophy glossitis pada ujung lidah- Fissure tongue pada lidah

2.7 Lembar PerawatanTanggal 1 Mei 2013- Ax- Dx- TxAsepsis Atrophy glossitis pasien disuruh berkumur dengan air pasien disuruh berkumur dengan tantum verde sebanyak 1 sdm atau 15 ml tanpa diencerkan setelah berkumur lalu dibuangOral Swab lidah dikeringkan dengan tampon steril lidah dikerok dengan spatula semen untuk oral swab lidah diolesi betadine lidah diolesi fungatin orala. Terapi pada Atrophy glossitis dan fissure tongue - Pemberian Tantum Verde Oral Rinse. Fl. 1, obat kumur 3x sehari 15ml - Pemberian Becomzet No. VII, 1x seharib. Terapi pada Oral Candidiasis - Pemberian Fungatin Oral Susp. Fl. 1, tetes pada lidah 4x sehari 0,5ml - Aplikasi Tongue Cleaner sebagai pembersih lidah secara mekanisd. Instruksi pada pasien :- jaga kebersihan rongga mulut- gunakan obat secara teratur dan sesuai anjuran- makan makanan bergizi dan seimbang serta istirahat yang cukup- control maksimal 1 minggu kemudianTanggal 8 Mei 2013Ax : Setelah dilakukan perawatan selama 7 hari, lidah sudah tidak terasa sakit dan rasa tebal pada lidah sudah berkurang.EO : t.a.aIO : fissure panjang 3 cm, kedalaman 1 mm, batas jelas dan tidak sakitTx : selesaiPapilla filiformis normal dan tidak sakitFissure tongue, panjang 3 cm, kedalaman 1 mm, batas jelas dan tidak sakit

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1 EtiopatologiAtrophy glossitis merupakan radang pada lidah yang sering dialami penderita anemia. Kehilangan papilla merupakan keadaan yang karakterikstik dalam defisiensi dari beberapa vitamin B (niasin, riboflavin, piridoksin), asam folat, dan vitamin B12. Perubahan serupa juga dikaitkan dengan defisiensi zat besi. Dorsum lidah pada awalnya tampak pucat dengan papilla-papila filiformis yang rata. Atrofi yang berlanjut dari papilla mengakibatkan suatu permukaan tanpa papilla-papila, yang tampak licin, kering dan mengkilat. Pada tahap akhir tampak lidah seperti daging atau merah padam dan terasa sakit apabila terkena minuman maupun makanan yang panas dan pedas (Malcolm et. al., 1994).Defisiensi nutrisi pada pasien di kasus ini disebabkan kurangnya asupan nutrisi yang seimbang, yang dapat dilihat dari anamnesa bahwa pasien tidak suka makan sayuran dan jarang sekali makan buah-buahan, pasien juga sering makan lalapan dalam menu makannya. Zat besi (Fe) merupakan micronutrient yang esensial dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi dalam mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, mengangkut electron dalam sel dan dalam mensintesis enzim yang mengandung zat besi dibutuhkan untuk menggunakan oksigen selama memproduksi energy seluler. Pada penderita defisiensi zat besi akan menyebabkan gangguan proliferasi sel terutama pada mukosa rongga mulut. Epitel basal tidak dapat bermitosis, papillary layer pun menjadi tipis sehingga memudahkan terjadinya infeksi (Tegeman, 2010).Defisiensi vitamin B yang paling dikenal adalah vitamin B12. Vitamin ini ditemukan terutama di hati, telur, daging, dan susu. Kekurangan vitamin B21 biasanya terlihat pada anemia pernisiosa, yang terdapat kekurangan factor intrinsic lambung yang dibutuhkan untuk penyerapan vitamin B12. Glossitis dan stomatitis dapat disebabkan dari kekurangan vitamin B12. Ujung lidah memerah pada tahap awal kekurangan dan pada akhirnya menyebar dengan fissuring yang disebut dengan atropi papilla (Eschelemen, 2007). Fungsi vitamin B12 berperan penting pada saat pembelahan sel yang berlangsung dengan cepat. Vitamin B12 juga memelihara lapisan yang mengelilingi dan melindungi syaraf dan mendorong pertumbuhan normalnya. Selain itu juga berperan dalam aktivitas dan metabolism sel-sel tulang. Vitamin B12 juga dibutuhkan untuk melepaskan asam folat, sehingga dapat membantu pembentukan sel-sel darah merah. Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan kekurangan darah (anemia), yang sebenarnya disebabkan oleh kekurangan asam folat. Tanpa vitamin B12, asam folat tidak dapat berperan dalam pembentukan sel-sel darah merah. Gejala kekurangan lainnya adalah sel-sel darah merah menjadi belum matang (immature) yang menunjukkan sintesis DNA yang lambat (Muhilal, 2006). Vitamin B12 dan asam folat merupakan kofaktor yang paling dibutuhkan tubuh untuk maturasi seluruh sel dan sintesis DNA dimana defisiensi vitamin B12 mencegah pembelahan sel dalam sumsum tulang. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme sel epitel rongga mulut. Perubahan ini menghasilkan abnormalitas struktur sel dan pola keratinisasi epitel oral yang merujuk pada atropi epitel dan menurunnya ketebalan lapisan epitel (Pontes et. al., 2009).Pada dorsum lidah juga didapatkan plak putih yang merupakan gejala klinis infeksi candida. Diagnosis suspect oral candidiasis ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan klinis. Pada anamnesa didapatkan keluhan rasa tebal pada dorsum lidah dan kondisi tersebut telah berlangsung selama 1 minggu yang lalu. Pada pemeriksaan klinis terdapat plak putih pada dorsum lidah, tidak berbatas jelas, dapat dikerok dan tidak sakit. Akan tetapi, pada pemeriksaan penunjang dari hasil oral swab didapatkan bentukan spora +1 (positif satu) dan bentukan hifa (negatif). Beberapa penelitian telah menyebutkan bahwa infeksi candida diduga sebagai faktor predisposisi sekunder dari atrophy glossitis, berdasarkan frekuensi ditemukannya candida dalam specimen biopsy pada penderita atrophy glossitis. Akan tetapi, pada kasus ini tampaknya faktor predisposisi terjadinya atrophy glossitis bukan dikarenakan oleh adanya infeksi candida. Infeksi candida juga bisa sebagai penyebab keradangan yang terjadi pada fissure tongue karena anatominya yang berbentuk celah sehingga candida bisa masuk dan menginfeksi kedalam fissure tongue karena kurang dijaga kebersihannya dan juga dipicu oleh defisiensi nutrisi yang terjadi (Malcolm et. al.,1994).Fissure tongue merupakan variasi normal yang merupakan anomaly kongenital karena tidak sempurnanya pembentukan lidah. Fissure tongue fisiologis memiliki kedalaman 1-3 mm. semakin dalam fissure pada lidah maka semakin sulit pula untuk dibersihkan sehingga semakin potensial untuk terjadinya infeksi ataupun terjebaknya debris yang menyebabkan keradangan di daerah tersebut. Pada pasien fissure tongue yang perlu diperhatikan adalah peningkatan upaya untuk memelihara kebersihan lidah sering dianjurkan kepada individu dengan fissure tongue yang mengemukakan adanya keluhan rasa terbakar atau gejala-gejala lainnya (Malcolm et. al., 1994).

3.2 PerawatanPenatalaksanaan atrophy glossitis dan fissure tongue dilakukan dengan mengeliminasi etiologinya yaitu defisiensi nutrisi dengan pemberian Becomzet yang merupakan multivitamin yang terdiri dari vitamin C dosis tinggi, vitamin B kompleks, vitamin E, asam folat, dan zinc. Vitamin C disini berfungsi dalam pembentukan kolagen, proteoglikan dan bahan-bahan organic lain pada bagian antar sel dan jaringan. Vitamin B kompleks berfungsi sebagai koenzim yang penting dalam metabolism karbohidrat, protein dan lemak. Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan, asam folat berperan dalam penyerapan zat besi oleh tubuh dan sintesa hemoglobin. Sedangkan zinc berfungsi membantu proses pembentukan sel-sel darah merah. Terapi multivitamin tersebut bertujuan untuk meningkatkan kebutuhan nutrisi jaringan pada mukosa rongga mulut khususnya lidah dalam proses perbaikan dan proliferasi sel. Sedangkan inflamasi yang terjadi pada lidah dapat diobati dengan obat kumur tantum verde yang mengandung benzidamine HCL yang berperan sebagai anti inflamasi dan juga dapat mengurangi keluhan rasa sakit pada lidah.Penatalaksanaan oral candidiasis terdapat 3 strategi, yaitu : 1)koreksi terhadap faktor predisposisi, 2) pemberian antijamur, dan 3) koreksi terhadap defisiensi imun. Koreksi terhadap faktor predisposisi dapat dilakukan dengan istirahat yang cukup, menghindari trauma, kelembapan, radiasi dan memperbaiki nutrisi. Sedangkan obat antijamur yang diberikan yaitu fungatin oral suspense. Fungatin merupakan antijamur golongan Nystatin yang bekerja dengan cara berikatan dengan sterol terutama ergosterol pada dinding sel jamur, sehingga meningkatkan permeabilitas membrane sel, maka cairan intertisial akan mudah keluar yang mengakibatkan lisisnya sel jamur. Bentuk sediaan suspense sesuai untuk penggunaan pada lidah karena dapat mengalir ke seluruh permukaan lidah dan mudah meresap diantara papilla-papila lidah. Selain itu, fungatin juga memiliki efek samping yang minimal bila tertelan, karena fungatin tidak diabsorbsi oleh saluran cerna.Menjaga kebersihan lidah sangatlah penting agar tidak menimbulkan infeksi candida. Infeksi tersebut dapat dicegah dengan cara pembersihan lidah secara mekanik dengan menggunakan tongue cleaner. Aplikasi tongue cleaner ini dapat memudahkan obat antijamur dalam mengeliminasi candida. Sehingga infeksi candida dapat berkurang.Perawatan pada pasien berlangsung selama 7 hari. Pada saat control pertama setelah dilakukan perawatan selama 7 hari, keluhan rasa sakit pada ujung lidah sudah hilang dan pasien merasa nyaman saat makan makanan panas atau pedas. Warna kemerahan pada lidah juga sudah tidak tampak dan berangsur kembali seperti warna lidah bagian lain yang normal. Pasien juga merasa rasa tebal pada lidah sudah berkurang. Obat digunakan sesuai anjuran, Becomzet dan Tantum Verde telah habis namun Fungatin masih ada. Pasien juga rutin membersihkan lidahnya menggunakan tongue cleaner. Perawatan selesai namun tetap diberikan instruksi kepada pasien untuk menjaga kebersihan rongga mulut. Makan-makanan yang bergizi dan seimbang serta memperbaiki pola makan yang tidak benar.

BAB IVPENUTUP

4.1 KesimpulanBerdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami atrophy glossitis dan fissure tongue oleh karena defisiensi nutrisi yang ditarik dari hasil anamnesa dan pemeriksaan klinis. Berdasarkan hal tersebut, terapi yang diberikan adalah pemberian Becomzet untuk mengeliminasi etiologinya yaitu defisiensi nutrisi, obat kumur tantum verde sebagai anti inflamasi dan dapat mengurangi rasa sakitnya, anti jamur Fungatin untuk mengeliminasi infeksi Kandida, serta instruksi pada pasien untuk menjaga kebersihan rongga mulut dan kesehatan tubuh secara keseluruhan.

DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto, C. Kasus Log Book Gigi dan Mulut. Fakultas Kedokteran Gigi UNS : Surakarta; 2011; p.34-2Eschelemen MM. Introductory Nutrition and Nutrition Therapy 3th ed. Raven Publisher: Lippincott; 2007; p.212-13Malcolm, A., et. al. 1994. Burket Ilmu Penyakit Mulut Diagnosa dan Terapi. Alih Bahasa : drg. Sianita Kurniawan. Binarupa Aksara : JakartaMuhilal, Fasli J. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. Widya Karya Pangan dan Gizi VI. LIPI; 2006; p.62-9Pontes, et. al. 2009. Oral Manifestations of Vitamin B12 Deficiency: A Case Report. JCDA Vol. 72 No.7Robert, P., Langlais, Craig S., Miller. 2000. Atlas Berwarna : Kelainan Rongga Mulut yang Lazim. Hipokrates : JakartaTegeman CA, Davis JR. Nutrition Care 3th ed. St. Louis; Saunders Elsevier; 2010;p.251-9