laporan kasus anestesi
DESCRIPTION
lapsus anestesiTRANSCRIPT
![Page 1: LAPORAN KASUS ANESTESI](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022033011/577c77c71a28abe0548d773a/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
LAPORAN KASUS
1.1 Identitas pasien
Nama : Tn. L
Umur : 22 tahun
RM : 179793
Tgl MRS : 10/06/2015
Anamnesis
Keluhan utama : Benjolan pada anus
Anamnesis terpimpin : Pasien datang ke poli bedah RSUD Kota Makassar
dengan keluhan benjolan yang keluar dari anus. Keluhan Benjolan tersebut
mulai dirasakan pasien sejak berusia 12 tahun, mula – mula keluar benjolan
kecil dan semakin lama semakin bertambah besar. Benjolan tersebut
mulanya bisa masuk sendiri setelah BAB, namun lama kelamaan benjolan
tidak dapat masuk kembali sehingga pasien menggunakan jari tangannya
untuk memasukkan benjolan tersebut kembali kedalam anus. Sejak ± 1
minggu yang lalu pasien mengeluh merasa tidak nyaman saat jalan maupun
duduk. Menurut pasien benjolan tersebut teraba lunak saat diraba dan tidak
berbenjol-benjol pasien. Pasien juga mengeluh ketika BAB terasa nyeri dan
panas disekitar anus, kadang terasa gatal disekitar anus dan keluar darah
merah segar menetes di akhir BAB dan tidak bercampur dengan fesesnya.
1.3 Pemeriksaan Fisis
Status Generalisata :
• Sakit sedang/ Gizi baik/ Composmentis
Tanda Vital:
TD :130/ 80mmHg
Nadi : 88x/menit
1
![Page 2: LAPORAN KASUS ANESTESI](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022033011/577c77c71a28abe0548d773a/html5/thumbnails/2.jpg)
Pernapasan : 22x/menit
Suhuaksilla : 36,6°C
Kepala
Mata : tampak anemis
Hidung : tidak tampak kelainan
Bibir : tidak tampak sianosis
Leher
Inspeksi : tidak tampak benjolan, warna sama dengan daerah
kulit sekitar
Palpasi : tidak teraba massa tumor, nyeri tekan (-)
Thorax
Inspeksi : Normochest, Simetris kiri=kanan
Palpasi : Tidak ada massa
Perkusi : Sonor, batas paru hepar ICS V kanan
Auskultasi : BP bronkovesikuler, BT: Rh-/-, Wh-/-
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis sulit dinilai
Perkusi : Pekak, batas jantung kesan normal
Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni reguler, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : datar, ikut gerak napas
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
Palpasi : massa tumor tidak ada, nyeri tekan tidak ada,
hepar / lien tidak teraba.
Perkusi : Timpani
Genital
Inspeksi : tampak adanya benjolan pada anus
2
![Page 3: LAPORAN KASUS ANESTESI](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022033011/577c77c71a28abe0548d773a/html5/thumbnails/3.jpg)
• Ekstremitas
Inspeksi : edema pretibial (-/-)
Palpasi : akral hangat
1.4 Pemeriksaan penunjang
o Laboratorium (27-04-15)
HEMATOLOGI HASIL NILAI
RUJUKAN
SATUA
N
WBC 7.79 4.00 – 10.0 [103/uL]
RBC 5.40 4.00 – 6.00 [106/uL]
HGB 15.7 12.0 – 16.0 [g/dL]
HCT 44.0 37.0 – 48.0 [%]
PLT 247 150 – 400 [103/uL]
1.5 Konsul Antar Bagian: Dikonsul oleh bagian bedah pada tanggal 10 July
2015 dengan diagnosa Hemorrhoid Interna Gr III +
Hemorrhoid Externa
1.6 Diagnosis: Hemorrhoid Interna Gr III + Hemorrhoid Externa
ASA PSI
1.7 Penatalaksanaan: Anestesi Epidural
3
![Page 4: LAPORAN KASUS ANESTESI](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022033011/577c77c71a28abe0548d773a/html5/thumbnails/4.jpg)
Anestesi Epidural
Persiapan yang dibutuhkan adalah persiapan pasien serta persiapan alat
dan obat-obatan. Peralatan yang digunakan adalah :
1) Infus set
2) Spoit 3 ml, 5 ml dan 10 ml
3) Jarum spinal dengan ukuran 25G
4) Betadine, alkohol untuk antiseptic
5) Kapas/ kasa steril dan plester
6) Obat-obatan anestetik
7) Satu set monitor
8) Peralatan resusitasi
Obat-obat yang digunakan:
o O2 2L/menit
o Ranitidin 50mg
o Ondansetron 4mg
o Lidokain 1%
o Fentanyl 25mcg
o Bupivacain 15mg
o Efedrin 10mg
4
![Page 5: LAPORAN KASUS ANESTESI](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022033011/577c77c71a28abe0548d773a/html5/thumbnails/5.jpg)
Teknik melakukan Epidural:
Pasang IV line pada tangan kiri dengan maintenence Ringer Laktat
Pasang monitor standar
Premedikasi: Ranitidin 50mg, ondansetron 4mg.
Prosedur Epidural:
- Posisi LLD, identifikasi area insersi L3-L4
- Asepsis dengan betadine, skin wheel dengan lidocain 2%
- Insersi jarum Touhy 18 Gauge, paramedian approach, LOR (+), darah (-)
- Injeksi bipovacain 0,5% 15mg + fentanyl 25mcg
Maintenance O2 2L/menit
Operasi selesai, hemodinamik stabil, pasien pindah PACU
5
![Page 6: LAPORAN KASUS ANESTESI](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022033011/577c77c71a28abe0548d773a/html5/thumbnails/6.jpg)
(Posisi LLD Pada Epidural)
Pembahasan
Ruang epidural berisi lemak dan jaringan limphatik maupun vena epidural.
Vena tidak memiliki katub dan berhubungan langsung dengan vena intracranial.
Vena juga berhubungan dengan vena thorasik dan vena abdominal. Vena pada
foramen intervertebralis, berlanjut pada pelvis yaitu pada pleksus vena sacralis.
Daerah paling luas didaerah tengah dan runcing pada bagian lateralnya. Pada
daerah lumbal luasnya 5-6 mm dan pada daerah thoraks luasnya 3-5 mm.1
Anestesia epidural dihasilkan dengan menyuntikkan obat anestesi local
kedalam ruang epidural. Blok saraf terjadi pada akar nervus spinalis yang berasal
dari medula spinalis dan melintasi ruang epidural. Anestetik local melewati
duramater memasuki cairan cerebro spinal sehingga menimbulkan efek
anestesinya. Efek anesthesia yang dihasilkan lebih lambat dari anesthesia spinal
dan terbentuk secara segmental.2
Kontraindikasi dari tindakan ini yakni penolakan pasien, kurangnya
kerjasama pasien, kesulitan dengan posisi, dan peningkatan tekanan intrakranial.
Kontraindikasi lainnya termasuk situasi yang memerlukan beberapa analisis risiko
dan manfaat termasuk hipovolemia, gangguan koagulasi, penyakit katup
pulmonalis, bakteremia, dan infeksi di lokasi penusukan jarum.2
Persiapan yang diperlukan untuk melakukan anestesi spinal lebih
sederhana dibanding melakukan anestesi umum, namun selama operasi wajib
diperhatikan karena terkadang jika operator menghadapi penyulit dalam operasi
dan operasi menjadi lama, maka sewaktu-waktu prosedur secara darurat dapat
diubah menjadi anestesi umum. Persiapan yang dibutuhkan untuk melakukan
anestesi epidural adalah ;
6
![Page 7: LAPORAN KASUS ANESTESI](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022033011/577c77c71a28abe0548d773a/html5/thumbnails/7.jpg)
Informed consent : Pasien sebelumnya diberi informasi tentang tindakan ini
(informed consent) meliputi tindakan anestesi, kemungkinan yang akan terjadi
selama operasi tindakan ini dan komplikasi yang mungkin terjadi.
Pada pasien ini telah dilakukan informed consent dan pasien beserta
keluarga menyetujui. Lalu ada bukti persetujuan anestesi yang ditandatangani oleh
pasien/keluarga pasien.
Pemeriksaan fisik : Pemeriksaan fisik dilakukan meliputi daerah kulit tempat
penyuntikan untuk menyingkirkan adanya kontraindikasi seperti infeksi.
Perhatikan juga adanya gangguan anatomis seperti scoliosis atau kifosis,atau
pasien terlalu gemuk sehingga tonjolan processus spinosus tidak teraba.
Telah dilakukan pemeriksaan fisik pada pasien ini dan tidak didapatkan
adanya kelainan ataupun kontraindikasi serta penyulit (gangguan anatomis)
pelaksanaan prosedur Epidural.
Pemeriksaan laboratorium anjuran: Pemeriksaan laboratorium yang perlu
dilakukan adalah penilaian hematokrit, Hb, masa protrombin (PT) dan masa
tromboplastin parsial (PTT) dilakukan bila diduga terdapat gangguan pembekuan
darah.2
Apabila persiapan sudah siap maka dilakukanlah anestesi dengan teknik
Epidural seperti yang telah dijelaskan diatas. Setelah teknik anestesi telah
dilakukan, tindakan berikutnya adalah melakukan monitoring. Penilaian
berikutnya yang sangat bermakna adalah fungsi motorik pasien dimana pasien
merasa kakinya tidak bisa digerakkan, kaki terasa hangat, kesemutan, dan tidak
terasa saat diberikan rangsang. Hal yang perlu diperhatikan lagi adalah
pernapasan, tekanan darah dan denyut nadi. Tekanan darah bisa turun drastis
akibat spinal anestesi, terutama terjadi pada orang tua yang belum diberikan
loading cairan. Hal itu dapat kita sadari dengan melihat monitor dan keadaan
umum pasien. Tekanan darah pasien akan turun, kulit menjadi pucat, pusing,
mual, berkeringat.3
Monitoring
7
![Page 8: LAPORAN KASUS ANESTESI](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022033011/577c77c71a28abe0548d773a/html5/thumbnails/8.jpg)
Pasien masuk ruang operasi pada pukul 12.30 WITA dengan TD:
133/76mmHg, N: 97x/I, P: 24x/I, S: 36,5°C
Diberikan premedikasi berupa Ranitidin 50mg dan ondansetron 4mg pada
pukul 12.45 WITA
Dilakukan Epidural dengan (Bupivacain 15mg + Fentanyl 25mcg) pada
pukul 13.00 WITA
Dan pada pukul 13.10 WITA operasi hemoroidektomi dimulai
Pukul 14.15 WITA pasien merasa cemas, maka pasien diberikan
midazolam 10 mg agar pasien dapat tenang.
Pada pukul 14.20 pasien masih merasa cemas, maka pasien diberikan
pethidin 20 mg agar pasien dapat tenang.
Pada pukul 14.25 muncul kemerahan pada tangan kiri pasien, maka
diberikan dexamethasone 10 mg.
Pada pukul 15.00 operasi selesai
Tekanan darah, Nadi, Pernapasan, dan Suhu pasien tetap stabil hingga
akhirnya pasien keluar dari ruang operasi pada pukul 15.15 WITA
Operasi berlangsung 1 jam dengan pernapasan spontan, saturasi 100%,
cairan yang masuk yakni RL (550cc).
Hemorrhoid
Definisi
Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah
anus yang berasal dari pleksus hemoroidalis. Pelebaran dan inflamasi ini
menyebabkan pembengkakan submukosa pada lubang anus. Dalam masyarakat
umum hemoroid lebih dikenal dengan wasir. (De Jong, 2005)
8
![Page 9: LAPORAN KASUS ANESTESI](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022033011/577c77c71a28abe0548d773a/html5/thumbnails/9.jpg)
Penyebab utama dari hemoroid adalah keadaan peningkatan tekanan pada
daerah anorektal berulang atau lama, yang menyebabkan peregangan vena lalu
mengakibatkan bendungan. Lebih dari 40% kasus diakibatkan oleh konstipasi
lama dan feses yang keras. Selain itu terdapat beberapa penyakit yang memiliki
hemoroid sebagai penyerta, antara lain inflammatory bowel disease, kolitis
ulseratif, dan penyakit Chrohn (Thornton, 2012).
KLASIFIKASI HEMOROID
Hemoroid dibagi menjadi 2 berdasarkan letak pelebaran vena yaitu
hemoroid interna dan hemoroid eksterna.
1. Hemoroid interna
Hemoroid interna diklasifikasikan menjadi 4 derajat yaitu :
a. Derajat I : Perdarahan hemoroid perdarahan merah segar tanpa nyeri pada
waktu defekasi. Pada stadium awal seperti ini tidak terdapat prolaps
dan pada pemeriksaan anoskopi terlihat hemoroid yang membesar
menonjol ke dalam lumen.
b. Derajat II : Hemoroid prolaps, menonjol melalui kanalis ani pada saat
mengedjan ringan tetapi dapat masuk kembali secara spontan
c. Derajat III : Hemoroid prolaps, menonjol saat mengejan dan harus didorong
kembali sesudah defekasi
d. Derajat IV : Hemoroid prolaps permanen, hemoroid yang menonjol keluar dan
tidak dapat didorong masuk.
9
![Page 10: LAPORAN KASUS ANESTESI](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022033011/577c77c71a28abe0548d773a/html5/thumbnails/10.jpg)
Gambar : Hemoroid Interna
(http://www.fortlangleycolonics.com/hemorrhoids/ )
2. Hemoroid eksterna
Pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior terdapat di bawah linea
dentata dan ditutupi oleh epitel gepeng. (De Jong, 2005), diklasifikasikan sebagai
akut dan kronik :
a. Hemoroid eksterna akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada
pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma, walaupun disebut
hemoroid trombosis eksterna akut. Bentuk ini sangat nyeri dan gatal
karena ujung-ujung syaraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
b. Hemoroid eksterna kronik atau skin tag berupa satu atau lebih lipatan kulit
anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah
(Bullard,2006)
10
![Page 11: LAPORAN KASUS ANESTESI](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022033011/577c77c71a28abe0548d773a/html5/thumbnails/11.jpg)
Gambar : Hemoroid Trombosis Eksterna Akut dan Skin Tag
KOMPLIKASI
Perdarahan akut pada umumnya jarang , hanya terjadi apabila yang pecah
adalah pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal
sistemik pada hipertensi portal, dan apabila hemoroid semacam ini mengalami
perdarahan maka darah dapat sangat banyak.
Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang
dapat menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa
mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering
tidak menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena
adanya mekanisme adaptasi.
Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi (inkarserata/terjepit)
akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa
mengakibatkan kematian.
PROGNOSIS
Dengan terapi yang sesuai, semua hemoroid simptomatis dapat dibuat menjadi
asimptomatis. Pendekatan konservatif hendaknya diusahakan terlebih dahulu pada
semua kasus. Hemoroidektomi pada umumnya memberikan hasil yang baik.
Sesudah terapi penderita harus diajari untuk menghindari obstipasi dengan makan
makanan serat agar dapat mencegah timbulnya kembali gejala hemoroid. (de
Jong, 2005).
11
![Page 12: LAPORAN KASUS ANESTESI](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022033011/577c77c71a28abe0548d773a/html5/thumbnails/12.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
1. Gaiser RR. Spinal, Epidural, and Caudal anesthesia. In : Introducton to anesthesia, editor : Longnecker DE, Murphy FL, ed 9 th, WB Saunders Company.
2. Molnar R. Spinal, aepidural, and Caudal anesthesia. In : Clinical Anesthesia
Procedures of the Massachusetts General Hospital, editor Davison JK,
Eukhardt WF, Perese DA, ed 4 th, London, Little brown and Company.
3. University of Pittsburgh Online Reference [Internet] Epidural anesthesia.
[Last Update Jan 2013]. Available at http://www.pitt.edu/~regional/Epidural/
Epidural l.htm. Accessed on 2015, july, 10
12