laporan kasus encefalitis
DESCRIPTION
kasusTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak yang dapat disebabkan oleh
berbagai macam mikroorganisme (virus, bakteri, jamur dan protozoa). Sebagian
besar kasus tidak dapat ditentukan penyebabnya. Angka kematian masih tinggi,
berkisar 35%-50% dengan gejala sisa pada pasien yang hidup cukup tinggi (20%-
40%). Penyebab tersering dan terpenting adalah virus. Berbagai macam virus
dapat menimbulkan ensefalitis dengan gejala yang kurang lebih sama dan khas,
akan tetapi hanya ensefalitis herpes simplek dan varisela yang dapat diobati.1
Di Indonesia, kasus ensefalitis pada manusia telah banyak dilaporkan,
tetapi penyebab ensefalitis tersebut masih belum banyak terungkap karena
sulitnya diagnosis dan keterbatasan perangkat diagnostic yang dapat mendiagnosa
antigen dan antibody virus yang menyebabkan ensefalitis pada manusia.
Sementara itu, penyakit ensefalitis di Indonesia sangat dikaitkan erat dengan
infeksi virus Japanese B encephalitis.
Jika terjadi ensefalitis, biasanya tidak hanya pada daerah otak saja
yangterkena, tapi daerah susunan saraf lainnya juga dapat terkena. Hal ini terbukti
dari istilah diagnostik yang mencerminkan keadaan tersebut, seperti
meningoensefalitis.2
Terapi ensefalitis sendiri dilakukan secara suportif dan didasarkan atas
hasil pemeriksaan laboraturium yang dilakukan. Enam puluh persen penyebab
ensefalitis tidak diketahui, dari penyebab yang diketahui tersebut kira-kira 67%
berhubungan dengan penyakit infeksi pada anak. Ensefalitis mempunyai
komplikasi yang sangat kompleks dapat berupa retardasi mental, iritabel, emosi
tidak stabil, halusinasi bahkan epilepsi. Komplikasi yang terjadi tidak dapat
diketahui dengan pasti kapan akan bermanifestasi.
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
- Nama penderita : an. Am
- Umur : 11 Bulan
- Jenis kelamin : Laki-laki
- Agama : Islam
- Alamat : RT.22 Lebak Bandung Kec. Jelutung
- Dikirim oleh : Rujukan dari RS Baiturahim
- MRS tanggal : 15 September 2013
II. ANAMNESIS
Allo anamnesa dengan : Ibu pasien
Tanggal : 29 September 2013
1. Keluhan utama : kejang
2. Keluhan tambahan : kejang, demam.
3. Riwayat penyakit sekarang :
± 3 jam SMRS anak kejang di rumah sebanyak 1x mata kanan anak
ngedip-ngedip selama <15 menit, demam (+), menggigil (-), bintik-
bintik merah(-), mimisan (-), gusi berdarah (-), nyeri telinga (-), nyeri
sendi (-), batuk (-), pilek (-), berkeringat malam hari (-) sesak nafas (-),
muntah (-), BAK dan BAB seperti biasa. Saat di ruangan IGD RS
Raden Mataher anak kembali kejang 1x kejang hanya pada tangan kiri
selama <15 menit, anak masih dalam keadaan sadar. Pada pukul 23.00
wib anak kembali kejang di ruangan bangsal anak, dengan durasi
kejang >15 menit kejang hanya pada tangan sebelah kanan dan disertai
dengan demam tinggi, anak tidak mengalami penurunan kesadaran.
Sebelumnya pada usia 7 bulan bulan anak pernah di rawat ruang
ICU RS Raden Mataher karena mengalami demam tinggi yang
mendadak disertai kejang 2x dalam satu kali 24 jam, setiap kejang
durasi selama >15 menit, kejang hanya pada tangan dan kaki kiri, anak
juga mengalami penurunan kesadaran. beberapa hari sebelum kejang
anak mengalami batuk dan pilek.
4. Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat kejang sebelumnya ada pada usia 7 bulan.
o Riwayat batuk dan pilek tidak ada.
o Riwayat trauma ada usia 6 bulan karena diayun.
o Riwayat keluarga dengan epilepsi tidak ada
o Riwayat keluarga dengan batuk-batuk lama tidak ada.
5. Riwayat Penyakit Keluarga:
Riwayat Penyakit yang sama dalam keluarga tidak ada.
6. Riwayat Sosial Ekonomi:
Ayah bekerja sebagai pegawai swasta. Ibu tidak bekerja. Penghasilan >
1.500.000/bulan. Menanggung 2 orang anak. Biaya pengobatan
ditanggung oleh ayah penderita.
Kesan Sosial Ekonomi: Cukup
III. Riwayat Sebelum Masuk Rumah Sakit
1. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Masa kehamilan : Aterm, 36 minggu
Partus : Perabdominal
Tempat : Di Rumah Sakit
Ditolong oleh : Dokter
Tanggal : 15 Oktober 2012
BBL : 2700 gr
PB : Ibu lupa
K4 : Rutin
2. Riwayat Makanan dan kebiasaan
Anak mendapat ASI sejak lahir sampai usia sekarang, anak tidak
menggunakan susu formula. Pada usia 6 bulan anak mulai diberi
makanan tambahan berupa nasi tim sampai usia sekarang.
3. Riwayat Imunisasi
BCG : +
Polio : +
DPT : +
Campak : +
Hepatitis : +
Kesan : imunisasi dasar lengkap
4. Riwayat Keluarga :
Perkawinan : orang tua menikah
Umur : usia ibu saat itu 22 tahun
Pendidikan : tamat SMA
Penyakit yang pernah diderita : Tidak ada keluarga/ saudara yang pernah
mengalami keluhan yang sama.
Saudara : Pasien anak kedua dari dua bersaudara
5. Riwayat Perkembangan Fisik
Gigi Pertama : 9 bulan
Tengkurap : 6 bulan
Balik : 6 bulan
Kesan : Tumbuh kembang baik
6. Riwayat Perkembangan Mental
Isap Jempol : -
Ngompol : +
Sering mimpi : -
Aktifitas : cukup aktif
Membangkang : -
Ketakutan : -
7. Status gizi
Usia 11 bulan, berat badan 10,3 kg, panjang badan 71 cm
BB/U : 0<BB/U<1 Sesuai
PB/U : -1<PB/U<-2 Sesuai
BB/PB : 2<BB/PB<3 Gemuk
8. Anamnesa Organ
Kepala
Rambut rontok : -
Lain-lain : -
Mata
Mata merah : -
Bengkak :-
Telinga
Nyeri : -
Sekret : -
Gangguan pendengaran : -
Tinitus : -
Hidung
Epistaksis : -
Kebiruan : -
Penciuman :dbn
Gigi mulut
Sariawan : -
Gusi berdarah : -
Sakit membuka mulut : -
Lidah kotor :-
Tenggorokan
Sakit menelan : -
Suara serak : -
Leher
Kaku kuduk : -
Tortikolis :-
Jantung dan Paru
Nyeri dada : -
Sesak napas : -
Batuk : -
Pilek : -
Batuk darah : -
Sembab : -
Kebiruan : -
Keringat malam hari : -
Sesak waktu malam : -
Sakit saat bernapas : -
Nafas bunyi/ mengi : -
Abdomen
a. Hepar
Tinja seperti dempul : -
Sakit kuning : -
Kencing warna tua : -
Kuning di sklera dan kulit : -
Perut kembung : -
Mual/muntah : -
b. Lambung dan usus
Nafsu makan : kurang
Perut kembung : -
Mual/muntah : -
Muntah darah : -
Mencret : -
Tinja berlendir : -
Tinja berdarah : -
Dubur berdarah : -
Sukar BAB : -
Sakit perut : -
c. Ginjal dan urogenital
Sakit kuning : -
Warna keruh : -
Frekuensi miksi : sering
Sembab kelopak mata :-
Edema tungkai :-
IV. PEMERIKSAAN FISIK ( Tanggal 29 September 2013)
1. Keadaan umum : lemah
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : EMV (4-6-5) = 15
2. Pengukuran
Tanda vital:Nadi : 120 X/menit, kualitas: kuat, reguler
Suhu : 37,5 OC
Respirasi : 46 X/menit, reguler
Berat badan : 10 kg
Panjang/tinggi badan : 71 cm
3. Kulit : Warna : Sawo matang
Sianosis : Tidak ada
Hemangioma : Tidak ada
Turgor : cepat kembali < 2 detik
Kelembaban : Cukup
Pucat : Tidak ada
Lain-lain : -
4. Kepala :
Bentuk : normosepal
Lain-lain : -
a. Rambut :
Warna : Hitam
Tebal / tipis : tipis
Jarang / tidak (distribusi) : Tidak
Alopesia : Tidak ada
Lain-lain : -
b. Mata :
Palpebra : Tidak edem, tidak cekung
Alis dan bulu mata : Tidak mudah dicabut
Konjungtiva : Tidak anemis
8
Sklera : Tidak ikterik
Produksi air mata : Cukup
Pupil : Diameter : 3 mm / 3 mm
Simetris : isokor +/+
Reflek cahaya : +/+
Kornea : Jernih
c. Telinga :
Bentuk : Simetris
Sekret : Tidak ada
Serumen : Minimal
Nyeri : Tidak ada
d. Hidung :
Bentuk : Simetris
Pernapasan cuping hidung : Tidak ada
Sekret : Tidak ada
Epistaksis : Tidak ada
Lain-lain : -
e. Mulut :
Bentuk : Simetris
Bibir : Mukosa sedikit kering , berwarna merah muda
Gusi : - tidak mudah berdarah
- Pembengkakan : Tidak ada
f. Lidah :
Bentuk : Simetris
Pucat : tidak
Tremor : tidak
Kotor : tidak
Warna : Bagian tengah agak putih, dan tepinya kemerahan
g. Faring :
Hiperemi : Tidak ada
Edem : Tidak ada
Membran / pseudomembran : Tidak ada
9
h. Tonsil :
Warna : Merah muda
Pembesaran : Tidak ada
Abses / tidak : Tidak ada
Membran / pseudomembran : Tidak ada
5. Leher :
- Vena Jugularis : Pulsasi : Tidak terlihat
Tekanan : Tidak meningkat
- Pembesaran kelenjar leher : Tidak ada
- Kaku kuduk : Tidak ada
- Masa : Tidak ada
- Tortikolis : Tidak ada
- Parotitis : Tidak ada
6. Toraks :
a. Dinding dada / paru
Inspeksi : Bentuk : Simetris
Retraksi : Tidak ada
Dispnea : Tidak ada
Pernapasan : Gerakan simetris
Bendungan vena : -
Sternum : ditengah
Palpasi : Fremitus fokal : Simetris kanan – kiri
Perkusi : Sonor / sonor
Auskultasi : Suara napas dasar : Vesikuler
Suara napas tambahan: Tidak ada ronkhi dan tidak
ada wheezing
b. Jantung :
Inspeksi : Iktus : Tidak terlihat
Palpasi : Apeks : Tidak teraba
Thrill : Tidak ada
Perkusi : Batas kanan : ICS IV linea parasternalis dextra
Batas kiri : ICS V linea midklavikula sinistra
10
Batas atas : ICS II linea parasternalis dextra
Auskultasi : Suara dasar : S1 dan S2 tunggal
Bising : Tidak ada
7. Abdomen :
Inspeksi : Bentuk : Simetris, kembung
Umbilikus : tidak menonjol
Petekie : -
Spider nevi : -
Turgor : cepat kembali
Lain-lain : -
Palpasi : nyeri tekan : -
Nyeri lepas : -
Defans muskular : -
Hati : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Tidak teraba
Masa : Tidak teraba
Ukuran : -
Lokasi : -
Permukaan : -
Konsistensi : -
Perkusi : Timpani / pekak : Timpani
Asites : Tidak ada
Auskultasi : Bising usus (+) normal
8. Ekstremitas :
Umum : Akral atas dan bawah hangat, tidak
ada edema
11
9. Neurologis
Lengan Tungkai
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan + + + +
Tonus N N N N
Trofi E E E E
Klonus - - - -
Reflek fisiologis
(bisep,trisep,patel
la)
+ + + +
Reflek patologis
(R.babinski)
- - - -
Sensibilitas + + + +
Pemeriksaan N.Kranialis : N.II,III,IV,VI dbn, N.VII dbn
10. Genitalia : Tidak ada kelainan
11. Anus : Tidak ada kelainan
V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal : 15-09-2013
Darah : WBC 17,7 103/mm3
HGB 10,9 g/dL
RBC 4,82 juta/mm3
Trombosit : 279 103/mm3
Hematokrit : 33,7 %
Elektrolit :
- Natrium : 132,80 mEq/L (135-148 mEq/L)
- Kalium : 3,69 mEq/L (3,5-5,3 mEq/L)
- Clorida : 105,10 mEq/L (98-110 mEq/L)
DDR : (-) Negatif
12
VI. PEMERIKSAAN ANJURAN
Urium, kreatinin, fungsi hati, fungsi ginjal
CT-Scan kepala, pungsi lumbal
VII. DIAGNOSIS BANDING
Kejang demam kompleks
Meningoencephalitis
VIII. DIAGNOSA KERJA
Susp. Encephalitis
IX. TERAPI
- IVFD D5 ¼ NS 10 gtt/i
- Paracetamol 4x100 mg (10mg/kgbb/hari) K/P
- Ceftriakson 1100mg + d5% dlm 100cc NaCl (habis dalam 1 jam)
- Drip phenitoin 220 mg + NACL 0,9%
- Inj. Phenitoin 2x27,5 ½ jam selang seling dengan
- Phenobarbital 2x 27,5 mg
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
XI. FOLLOW UP
15-09-2013
S Jam 23.00 wib kejang pada tubuh bagian kiri durasi kejang >5 menit,
demam (-), penurunan kesadaran (-)
O
Ku/Ks : tampak lemas / CM
N : 120 x / menit reguler, isi cukup
R : 45 x / menit
S : 36,80 C
A
Susp. Ensefalitis
13
P IVFD D5 ¼ NS 10 gtt/I
Inj. Phenitoin drip 220 mg dlm NACL 0,9% 100cc hbs selama 30 menit
Setelah 12 jam Inj. Phenitoin 2x27,5 bolus dalam 20 menit
16-09-2013
S Kejang (-)
O
Ku/Ks : tampak lemas / CM
N : 110 x / menit reguler, isi cukup
R : 38 x / menit
S : 36,90 C
Hasil pemeriksaan laboratorium :
Faal Hati : Protein Total : 6,0 g/dl (6,4-8,4 g/dl)
Albumin : 4,0 g/dl (3,5-5,0 g/dl)
Globulin : 2,0 g/dl (3,0-3,6 g/dl)
SGOT : 38 U/L (<40 U/L)
SGPT : 10 U/L (<41 U/L)
Faal Gnjal : Ureum : 17,7 mg/dl (15-39 mg/dl)
Kreatinin : 0,4 mg/dl (0,9-1,3 mg/dl)
A
Susp. Ensefalitis
P IVFD D5 ¼ NS 10 gtt/I
Ceftriakson 1100mg + d5% dlm 100cc NaCl (habis dalam 1 jam)
Drip phenitoin 220 mg + NACL 0,9%
Inj. Phenitoin 2x27,5 ½ jam selang seling dengan
Phenobarbital 2x 27,5 mg
17-09-2013
S Kejang (-)
O
Ku/Ks : tampak lemas / CM
N : 110 x / menit reguler, isi cukup
R : 38 x / menit
S : 36,90 C
Hasil pemeriksaan laboratorium :
14
Faal Hati : Protein Total : 6,3 g/dl (6,4-8,4 g/dl)
Albumin : 4,4 g/dl (3,5-5,0 g/dl)
Globulin : 1,9 g/dl (3,0-3,6 g/dl)
SGOT : 45 U/L (<40 U/L)
SGPT : 12 U/L (<41 U/L)
Faal Gnjal : Ureum : 12,0 mg/dl (15-39 mg/dl)
Kreatinin : 0,6 mg/dl (0,9-1,3 mg/dl)
Faal lemak : Kolesterol : 183 mg/dl (<200 mg/dl)
Hasil laboratorium Elektrolit :
Natrium : 133,36 mEq/L (135-148 mEq/L)
Kalium : 3,09 mEq/L (3,5-5,3 mEq/L)
Clorida : 106,85 mEq/L (98-110 mEq/L)
A
Susp. Ensefalitis
P IVFD D5 ¼ NS 10 gtt/I
Ceftriakson 1100mg + d5% dlm 100cc NaCl (habis dalam 1 jam)
Drip phenitoin 220 mg + NACL 0,9%
Inj. Phenitoin 2x27,5 ½ jam selang seling dengan
Phenobarbital 2x 27,5 mg
19-09-2013
S Kejang (-), demam naik turun (+)
O
Ku/Ks : tampak lemas / CM
N : 120 x / menit reguler, isi cukup
R : 42 x / menit
S : 38,00 C
Hasil laboratorium Elektrolit :
Natrium : 132,80 mEq/L (135-148 mEq/L)
Kalium : 3,69 mEq/L (3,5-5,3 mEq/L)
Clorida : 105,10 mEq/L (98-110 mEq/L)
A
Susp. Ensefalitis
P IVFD D5 ¼ NS 10 gtt/I
15
Ceftriakson 1100mg + d5% dlm 100cc NaCl (habis dalam 1 jam)
Drip phenitoin 220 mg + NACL 0,9%
Inj. Phenitoin 2x27,5 ½ jam selang seling dengan
Phenobarbital 2x 27,5 mg
Paracetamol 4x100 mg (10mg/kgbb/hari) K/P
28-09-2013
S Kejang(-), demam (-)
O
Ku/Ks : tampak lemas / CM
N : 138 x / menit reguler, isi cukup
R : 44 x / menit
S : 36,50 C
A
Susp. Ensefalitis
P IVFD D5 ¼ NS 10 gtt/I
Ceftriakson 1100mg + d5% dlm 100cc NaCl (habis dalam 1 jam)
Asam Valproat syr 2x1 ml
29-092013
S Kejang(-), demam (-)
O
Ku/Ks : tampak lemas / CM
N : 138 x / menit reguler, isi cukup
R : 44 x / menit
S : 36,50 C
A
Susp. Ensefalitis
P IVFD D5 ¼ NS 10 gtt/I
Ceftriakson 1100mg + d5% dlm 100cc NaCl (habis dalam 1 jam)
Asam Valproat syr 2x1 ml
30-092013
S Kejang(-), demam (-)
O
Ku/Ks : tampak lemas / CM
N : 143 x / menit reguler, isi cukup
R : 35 x / menit
16
S : 36,50 C
A
Ensefalitis
P IVFD D5 ¼ NS 10 gtt/I
Ceftriakson 1100mg + d5% dlm 100cc NaCl (habis dalam 1 jam)
Asam Valproat syr 2x1 ml
1-10-2013
S Kejang (-), demam (-)
O
Ku/Ks : tampak lemas / CM
N : 143 x / menit reguler, isi cukup
R : 35 x / menit
S : 36,50 C
Hasil laboratorium Darah rutin :
WBC 12,3 103/mm3
HGB 10,3 g/dL
RBC 4,96 juta/mm3
Trombosit : 506 103/mm3
Hematokrit : 33,7 %
Hasil CT-Scan :
- Subdural higroma dan ventrikulomehali ringan e.c Meningoensefalitis
A
Meningoensefalitis
P IVFD D5 ¼ NS 10 gtt/I
Ceftriakson 1100mg + d5% dlm 100cc NaCl (habis dalam 1 jam)
Asam Valproat syr 2x1 ml
2-10-2013
S Kejang (-), demam (-)
O
Ku/Ks : tampak lemas / CM
N : 150 x / menit reguler, isi cukup
R : 34 x / menit
S : 36,50 C
Hasil laboratorium Darah rutin :
17
WBC 12,3 103/mm3
HGB 10,3 g/dL
RBC 4,96 juta/mm3
Trombosit : 506 103/mm3
Hematokrit : 33,7 %
Hasil CT-Scan :
- Subdural higroma dan ventrikulomehali ringan e.c Meningoensefalitis
A
Meningoensefalitis
P IVFD D5 ¼ NS 10 gtt/I
Ceftriakson 1100mg + d5% dlm 100cc NaCl (habis dalam 1 jam)
Asam Valproat syr 2x1 ml
18
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Ensefsalitis adalah infeksi jaringan otak yang dapat disebabkan oleh
berbagai macam mikroorganisme (virus, bakteri, jamur dan protozoa). Penyebab
tersering dan terpenting adalah virus. Berbagai macam virus dapat menimbulkan
ensefalitis dengan gejala yang sama.3
II. ETIOLOGI
Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan ensefalitis,
misalnya bakteria, protozoa, cacing, jamur, spirokaeta dan virus. Penyebab yang
terpenting dan tersering ialah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung
menyerang otak. Berbagai jenis virus dapat menimbulkan ensefalitis, meskipun
gejala klinisnya sama. Di Indonesia secara klinis dikenal banyak kasus ensefalitis,
tetapi baru Japanese B encephalitis yang ditemukan. Sesuai dengan jenis virus,
serta epidemiologinya, diketahui berbagai macam ensefalitis virus :
I. Infeksi-infeksi Virus4
a) Infeksi virus yang bersifat epidemik :
Golongan Enterovirus : poliomyelitis, virus Coxsackie, virus ECHO.
Golongan Arbovirus : Japanese B encephalitis, St. Louis enchepalitis,
Western equine encephalitis, Eastern equine encephalitis, Russian spring
summer encephalitis, Murray valley encephalitis.
19
b) Infeksi virus yang bersifat sporadik : Rabies, Herpes simplex,
Herpeszoster, Limfogranuloma, Mumps, Lymphocytic choriomeningitis
dan jenis lain yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.
c) Ensefalitis pasca infeksi : pasca morbili, pasca varisela, pasca rubela,
pasca vaksinia, pasca mononukleosis infeksious dan jenis-jenis yang
mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik.
II. Infeksi-infeksi Non virus
a) Riketsia : Komponen ensefalitik dari vaskulitis serebral.
b) Mycoplasma pneumoniae : Terdapat interval beberapa hari antara gejala
tuberculosis dan bakteri lain; sering mempunyai komponen ensefalitik.
c) Bakteri : Tuberculosa dan meningitis bakteri lainnya; seringkali memiliki
komponen-komponen ensefalitis.
d) Spirochaeta : Sifilis, kongenital atau akuisita; leptospirosis
e) Jamur : Penderita-penderita dengan gangguan imunologis mempunyai
resiko khusus; kriptokokosis; histoplasmosis;aspergilosis, mukor mikosis,
moniliosis; koksidioidomikosis
f) Protozoa : Plasmaodium Sp; Tyypanosoma Sp; naegleria Sp;
Acanthamoeba; Toxoplasma gondii.
g) Metazoa : Trikinosis; ekinokokosis; sistiserkosis; skistosomiasis.
III.PATOGENESIS
Rangkaian peristiwa yang terjadi berbeda-beda, sesuai dengan agen
penyakit dan pejamu. Pada umumnya virus ensefalitis termasuk sistem limfatik,
baik berasal dari menelan enterovirus akibat gigitan nyamuk atau serangga lain.
Didalam sistem limfatik ini terjadi perkembangbiakan dan penyebaran ke
dalam aliran darah yang mengakibatkan infeksi pada beberapa organ. Pada
stadium ini (fase ekstraneural), ditemukan penyakit demam nonpleura, sistemis,
tetapi jika terjadi perkembangbiakan lebih lanjut dalam organ yang terserang,
terjadi pembiakan dan penyebaran virus sekunder dalam jumlah besar. Invasi ke
susunan saraf pusat akan diikuti oleh bukti klinis adanya penyakit neurologis.
Kemungkinan besar kerusakan neurologis disebabkan oleh (1) invasi langsung
20
dan destruksi jaringan saraf oleh virus yang berproliferasi aktif atau (2) reaksi
jaringan saraf terhadap antigen-antigen virus.
Perusakan neuron mungkin terjadi akibat invasi langsung virus, sedangkan
respon jaringan pejamu yang hebat mungkin mengakibatkan demielinisasi,
kerusakan pembuluh darah dan perivaskular. Kerusakan pembuluh darah
mengakibatkan gangguan peredaran darah dan menimbulkan tanda-tanda serta
gejala-gejala yang sesuai. Penentuan besarnya kerusakan susunan syaraf pusat
yang ditimbulkan langsung oleh virus dan bagaimana menggambarkan banyaknya
perlukaan yang diperantarai oleh kekebalan, mempunyai implikasi teraupetik;
agen-agen yang membatasi multiplikasi virus diindikasikan untuk keadaan
pertama dan agen-agen yang menekan respons kekebalan selular pejamu
digunakan untuk keadaan lain.
Pada ensefalitis bakterial, organisme piogenik masuk ke dalam otak
melalui peredaran darah, penyebaran langsung, komplikasi luka tembus.
Penyebaran melalui peredaran darah dalam bentuk sepsis atau berasal dari radang
fokal di bagian lain di dekat otak. Penyebaran langsung dapat melalui
tromboflebitis, osteomielitis, infeksi telinga bagian tengah dan sinus paranasalis.
Mula-mula terjadi peradangan supuratif pada jaringan otak. Biasanya
terdapat di bagian substantia alba, karena bagian ini kurang mendapat suplai
darah. Proses peradangan ini membentuk eksudat, trombosis septik pada
pembuluh-pembuluh darah dan agregasi leukosit yang sudah mati.
Di daerah yang mengalami peradangan tadi timbul edema, perlunakan dan
kongesti jaringan otak disertai peradangan kecil. Di sekeliling abses terdapat
pembuluh darah dan infiltrasi leukosit. Bagian tengah kemudian melunak dan
membentuk ruang abses. Mula-mula dindingnya tidak begitu kuat, kemudian
terbentuk dinding kuat membentuk kapsul yang konsentris. Di sekeliling abses
terjadi infiltrasi leukosit PMN, sel-sel plasma dan limfosit. Abses dapat
membesar, kemudian pecah dan masuk ke dalam ventrikulus atau ruang
subarakhnoid yang dapat mengakibatkan meningitis.
Proses radang pada ensefalitis virus selain terjadi jaringan otak saja, juga
sering mengenai jaringan selaput otak. Oleh karena itu ensefalitis virus lebih tepat
bila disebut sebagai meningoensefalitis. Virus-virus yang menyebabkan parotitis,
21
morbili, varisela masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan. Virus polio
dan enterovirus melalui mulut, VHS melalui mulut atau mukosa kelamin, virus
yang lain masuk ke tubuh melalui inokulasi seperti gigitan binatang (rabies) atau
nyamuk. Bayi dalam kandungan mendapat infeksi melalui plasenta oleh virus
rubella atau CMV. Virus memperbanyak diri secara lokal, terjadi viremia yang
menyerang SSP melalui kapilaris di pleksus koroideus. Cara lain ialah melalui
saraf perifer (gerakan sentripetal) misalnya VSH, rabies dan herpes zoster.
Pertumbuhan virus berada di jaringan ekstraneural (usus, kelenjar getah
bening, poliomielitis) saluran pernafasan atas mukosa gastrointestinal (arbovirus)
dan jaringan lemak (coxackie, poliomielitis, rabies, dan variola). Di dalam SSP
virus menyebar secara langsung atau melalui ruang ekstraseluler.
Pada ensefalitis terdapat kerusakan neuron kemudian terjadi intracellular
inclusion bodies, peradangan otak dan medulla spinalis serta edema otak.
Terdapat juga peradangan pada pembuluh-pembuluh darah kecil, trombosis dan
proliferasi astrosit dan mikroglia. Neuron yang rusak dimakan oleh makrofag
disebut neurofagia yang khas bagi ensefalitis primer. (Harsono, 1996).
Kemampuan dari beberapa virus untuk tinggal tersembunyi (latent) merupakan
hal yang penting pada penyakit sistem saraf oleh virus. Virus herpes simplek dan
herpes zoster dapat tinggal latent di dalam sel tuan rumah pada sistem saraf untuk
dapat kembali aktif berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah infeksi pertama.
IV. FAKTOR RESIKO
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan risiko yang lebih besar:
Umur : Dari jenis ensefalitis yang lebih umum atau lebih parah biasa
terjadi pada anak-anak atau orang dewasa yang lebih tua.
Sitem kekebalan tubuh yang berkurang misalnya, karena AIDS atau HIV,
terapi kanker atau transplantasi organ, lebih rentan terhadap ensefalitis.
Geografis daerah : Mengunjungi atau tinggal di daerah negara di mana-
borne virus nyamuk akan meningkatkan risiko epidemi ensefalitis.
kegiatan Outdoor : Pekerjaan outdoor atau hobi udara terbuka, seperti
berkebun, jogging, golf atau burung menonton, ekstra hati-hati selama
wabah ensefalitis.
22
Musim tahun. Bulan-bulan musim panas yang hangat waktu perkawinan
utama burung dan nyamuk. Akibatnya, penyakit yang ditularkan nyamuk
cenderung lebih menonjol pada akhir musim.
V. DIAGNOSA1,3
1. Anamnesis
- Demam tinggi mendadak, sering ditemukan hiperpireksia
- kesadaran bisa naik dan turun dengan cepat. Anak agak besar sering
mengeluh sakit kepala, kejang dan kesadaran menurun
- kejang bersifat umum atau fokal,
- Mual dan muntah-muntah
- Pada bayi dan anak kecil bisa tanda-tanda kurang specifik, misalnya
mencret, batuk, pilek.
2. Pemeriksaan fisik
- Seringkali ditemukan hiperpireksia, kesadaran menurun sampai koma dan
kejang. Kejang dapat berupa status konvulsivus.
- Gejala peningkatan tekanan intrakranial : Muntah, Sakit kepala, Perubahan
kepribadian, Diplopia, Papil edema, Pembesaran lingkar kepala, Ubun ubun
besar membonjol, Trias Cushing : bradikardi, hipertensi, pernafasan
ireguler, Herniasi otak.
- Gejala serebral lain dapat beraneka ragam, seperti kelumpuhan tipe upper
motor neuron (spastis, hiperrefleks, refleks patologis dan klonus).
3. Pemeriksaan penunjang
- Darah perifer lengkap. Pemeriksaan gula darah dan elektrolit dilakukan jika
ada indikasi.
- Pungsi lumbal : pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS) bisa normal atau
menunjukkan abnormalitas ringan sampai sedang :
Peningkatan jumlah sel 50-200 / mm3
Hitung jenis didominasi sel limfosit
Protein meningkat tapi tidak melebihi 200 mg/dl
23
Glukosa normal
Diagnosis pasti mengisolasi virus dari LCS : yaitu didapatkan kenaikan titer
antibody yang spesifik terhadap virus penyebab.
- Pencitraan CT-Scan atau magnetic resonance imaging (MRI kepala)
menunjukkan gambaran edema otak baik umum maupun fokal.
- Pemeriksaan elektroensefalografi merupakan pemeriksaan penunjang yang
sangat penting pada pasien dengan ensefalitis, walaupun didapatkan
gambaran yang normal pada beberapa pasien, umumnya didapatkan
gambaran perlambatan atau gelombang epileptiform baik umum maupun
fokal.
VI. TERAPI1
Tatalaksana tidak ada yang spesifik. Terapi suportif berupa terapi
mengatasi kejang, hiperpireksia, keseimbangan cairan dan elektrolit, peningkatan
tekanan intrakranial. Pasien sebaiknya dirawat diruang rawat intensif. Pemberian
pengobatan dapat berupa antipiretik, cairan intravena, obat antiepilepsi, kadang
diberikan kortikosteroid.
Untuk mencegah kejang berulang dapat diberikan fenitoin atau
fenobarbital sesuai standard terapi. Peningkatan tekanan intra kranial dapat diatasi
dengan pemberian diuretik osmotik manitol 0,5-1 gr/kgBB atau furosemid
1mg/kgBB. Asiklovir dapat diberikan 10 mg/kgBB tiap 8 jam bila secara klinis
dicurigai disebabkan oleh virus herpes simplek.
Jika keadaan umum pasien sudah stabil, dapat dilakukan konsultasi ke
Departemen Rehabilitasi Medik untuk mobilisasi bertahap, mengurangi spastisitas
serta mencegah kontraktur.
24
BAB IV
ANALISA KASUS
Pada kasus ini telah dilaporkan anak laki-laki usia 11 bulan, dengan berat
badan 10,3 kg dan panjang badan 71 cm. Pada anamnesis didapatkan ± 3 jam
SMRS anak kejang di rumah sebanyak 1x mata kanan anak ngedip-ngedip selama
<15 menit, demam (+). Saat di ruangan IGD RS Raden Mataher anak kembali
kejang 1x kejang hanya pada tangan kiri selama <15 menit, anak masih dalam
keadaan sadar. Pada pukul 23.00 wib anak kembali kejang di ruangan bangsal
anak, dengan durasi kejang >15 menit kejang hanya pada tangan sebelah kiri dan
disertai dengan demam tinggi, anak tidak mengalami penurunan kesadaran.
Insiden ensefalitis pada anak-anak 0,5 : 100.00, berdasarkan penelitian
Kelly TA dkk diperoleh insiden ensefalitis lebih sering terjadi pada anak laki-laki
usia <4 tahun dengan presentase kejadian 62,5 %.8 Sesuai pada kasus ini telah
dilaporkan anak laki-laki usia 11 bulan. Berdasarkan Journal Neurosurgery
Psychiatry dan Pedoman Pelayanan medis IDAI, manifestasi klinis yang
menyertai ensefalitis adalah, demam tinggi, sakit kepala, depresi status mental,
tanda neurologis pada wajah, dengan tipe kejang umum atau fokal, penurunan
kesadaran dan sering disertai leukositosis pada pemeriksaan darah.1,8 Sesuai pada
kasus ini, gejala klinis yang muncul pada yaitu, kejang 3 kali dalam 24 jam, durasi
kejang pertama dan kedua <15 menit dan kejang ketiga >15 menit, dengan tipe
kejang fokal dan disertai dengan demam tinggi, anak juga mempunyai riwayat
demam tinggi yang mendadak disertai kejang 2x dalam satu kali 24 jam, setiap
kejang durasi selama >15 menit, tipe kejang fokal dan terjadi penurunan
25
kesadaran. Di tambah lagi riwayat penyakit dahulu pada usia 7 bulan anak pernah
di rawat ruang ICU RS Raden Mataher karena mengalami demam tinggi yang
mendadak disertai kejang 2x dalam satu kali 24 jam, setiap kejang durasi selama
>15 menit, kejang hanya pada tangan dan kaki kiri, anak juga mengalami
penurunan kesadaran, beberapa hari sebelum kejang anak mengalami batuk dan
pilek.
Menurut Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam dan Journal
American Accademy of pediatric diagnosa kejang demam kompleks yaitu kejang
lama >15 menit, kejang fokal atau parsial satu sisi, kejang berulang lebih dari 1
kali dalam 24 jam.6,7 Pada kasus ini juga sesuai dengan kepustakaan dimana anak
mengalami kejang 3 kali dalam 24 jam, 2 kali kejang durasi selama <15 menit
kejang yang ketiga selama >15 menit.
Menurut kepustakaan gejala klinis dari meningoensefalitis hampir sama
dengan ensefalitis, hanya saja pada meningitis sering dijumpai tanda-tanda
rangsangan meningeal.
Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan pada tanggal 29 September 2013
didapatkan: keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis. Pada pengukuran
tanda vital nadi 120 x/menit kuat regular, suhu 37,5OC, respirasi 46 x/menit
regular. Kulit kering dan hangat, tidak ditemukan ikterik pada sklera, serta thoraks
dan abdomen dalam batas normal. Pada pemeriksaan neurologis tidak ditemukan
tanda rangsang meningeal berupa kaku kuduk. Refleks fisiologis dalam batas
normal dan tidak ditemukan adanya refleks patologis.
Pada hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 29 September 2013
didapatkan peningkatan sel darah putih yaitu 17,7 103/mm3, pada pemeriksaan
elektrolit, urium, kreatinin, fungsi hati, fungsi ginjal dalam batas normal.
Pemeriksaan darah lengkap dengan hitung jenis biasanya menunjukkan hasil
dalam batas normal. Elektrolit serum biasanya dalam batas normal kecuali
terdapat komplikasi berupa syndrome of inappropriate of antidiuretic hormone
(SIADH). Pemeriksaan elektrolit urin harus dilakukan apabila terdapat dugaan
terhadap SIADH. Skrining toksikologi serum dan urin dapat dilakukan apabila
terdapat indikasi. Pemeriksaan penunjang lain pada kasus ini nerupa pemeriksaan
26
CT-Scan kepala yang dilakukan pada tanggal 30 September 2013 didapatkan hasil
Subdural higroma dan ventrikulomehali ringan e.c Meningoensefalitis. Untuk menegakkan secara pasti diagnosa ensefalitis sebaiknya dilakukan
fungsi lumbal, pada kasus ini tidak dilakukan fungsi lumbal.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Pudjiaji AH, Hegar Badriul, Handryastuti S, dkk. Ensefalitis dalam:
Pedoman Pelayanan Medis IDAI, Jilid I. Jakarta. Badan Penerbit IDAI.
2010. 67-69.
2. net
3. Pusponegoro HD, dkk. Ensefalitis dalam: Standar pelayanan medis
kesehatan anak. Edisi 1. Jakarta. Badan Penerbit IDAI. 2004. 198-199
4. Schwartz MW. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta. EGC. 2002. 203-204
5. Orenstein DM. Meningiensefalitis virus Dalam : Behrman, Kliegman, Arvin
editor. Nelson, ilmu kesehatan anak edisi 15. Jakarta. EGC. 2000 : 880-883
6. Pusponegoro HD, dkk. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta.
Badan Penerbit IDAI. 2006
7. Journal American Accademy of Pediatric “febrile seizure” 2008
8. kelly
9. Dadiyanto DW, Muryawan H, S Anindita. Buku Ajar Ilmu Kesehatan.
Semarang. Bagian IKA FK UNDIP. 2011
10. Tim adaptasi indonesia. 2009. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit.
WHO. Jakarta.
11. Standar Prosedur Operasional. Departemen Ilmu Kesehatan Anak. Rumah
Sakit Pendidikan RSUD Raden Mattaher.
28