laporan kasus gilut by c group (repaired)
DESCRIPTION
lapsusTRANSCRIPT
Laporan Kasus
PULPITIS
Disusun oleh:
Rumaidhil Abrory, S.Ked. 07.70.0030
Ayu Deni Pramita, S. Ked. 08.70.0012
Ni Made Rini, S. Ked. 08.70.0024
Bernard C. Supit, S. Ked. 08.70.0074
Risdya Marta W., S. Ked. 08.70.0182
Diah Ayu Pitaloka, S. Ked. 08.70.0191
M. Mansyur A., S. Ked. 08.70.0303
LAB / SMF ILMU GIGI DAN MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
TAHUN 2014
LEMBAR PENGESAHAN
[Type text]
Laporan Kasus
LAB / SMF ILMU GIGI dan MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN, UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
TAHUN 2014
Judul:
PULPITIS
Telah disetujui dan disahkan pada :
Hari:
Tanggal: Maret 2014
Mengetahui,
Kepala Bagian SMF Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut:
drg. Eny Willianti, M. Kes.
KATA PENGANTAR
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum ii
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmatdan karunia-
Nya maka penulis mampu menyelesaikan tugas laporan kasus tentang Stomatitis Kontak
Alergika ini dengan tepat waktu . laporan kasus ini diajukan untuk memenuhi tugas dalam
rangka menjalani Kepaniteraan Klinik di Lab / SMF Gigi dan Mulut Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya. Pada kesempatan ini penulis hendak menghaturkan banyak terima kasih kepada :
1. Drg. Enny Willianti, M.Kes selaku pembimbing kepaniteraan , pembimbing tugas referat
dan kepala Lab / SMF Gigi dan Mulut Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
2. Drg. Theodora, Sp.Ort selaku pembimbing kepaniteraan klinik serta pembimbing tugas
referat.
3. Drg. Wahyuni Dyah Permatasari, Sp.Ort selaku pembimbing kepaniteraan klinik serta
pembimbing tugas referat.
4. Drg. Dyan Paramita , Sp.KG selaku pembimbing kepaniteraan klinik serta pembimbing
tugas referat.
5. Teman dan saudara sejawat dokter muda kelompok C yang memberi masukan dan saling
membantu dalam menyelesaikan referat ini. Juga kepada semua pihak yang tidak
mungkin kami sebukan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kata sempurna dan oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari dokter pembimbing dan saudara
sejawat dokter muda demi kesempurnaan referat ini. Semoga referat ini dapat bermanfaat dan
menambah pengetahuan kita semua . Akhir kata , ijinkan penulis mengucapkan terima kasih.
Surabaya , 6 Maret 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum iii
Halaman Judul......................................................................................................................... i
Lembar Pengesahan................................................................................................................. ii
Kata Pengantar........................................................................................................................ iii
Daftar Isi.................................................................................................................................. iv
BAB I Ilustrasi Kasus.......................................................................................................... 1
1.1 Identitas.................................................................................................................... 1
1.2 Anamnesa................................................................................................................. 1
1.3 Pemeriksaan Fisik .................................................................................................... 2
1.4 Diagnosa...................................................................................................................
1.5 Etiologi.....................................................................................................................
1.6 Rencana perawatan...................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................
1.1 Periodontitis................................................................................................................. 7
1.2 Pulpitis......................................................................................................................... 10
1.3 Caries........................................................................................................................... 16
1.4 Calculus....................................................................................................................... 18
1.5 Gingivitis..................................................................................................................... 19
1.6 Resesi gingiva.............................................................................................................. 25
1.7 Abrasi.......................................................................................................................... 26
1.8 Hipersensitif dentin..................................................................................................... 27
1.9 Gigi goyang................................................................................................................. 30
1.10 Maloklusi.................................................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 42
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum iv
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
BAB I
ILUSTRASI KASUS
1.1 IDENTITAS
Nama : Tn. Moh
Usia : 53 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jemur Wonosari II/4b Surabaya
Pekerjaan : Tukang Parkir
Tgl. Pemeriksaan : 6 Maret 2014
Operator : Risdya Martha Wardani, S. Ked.
Instruktur : drg. Mitha, Sp. KG.
1.2 ANAMNESA
Keluhan Utama : Sesak nafas
Riwayat Penyakit Sekarang :
o Pasien mengeluh gigi kanan atas belakang goyang sejak 1 minggu yang lalu.
o Awalnya gusi di bagian kanan atas belakanag bengkak, berdarah, dan nyeri. Nyeri
dirasakan terus menurus, nyeri timbul tanpa adanya rangsangan. Nyeri menjalar ke
kepala bagian kanan. Saat merasa nyeri pasien menggosok giginya dengan keras
sampai berdarah, dan nyerinya sedikit berkurang. Dua hari kemudian pembengkakan
hilang sendiri dan tidak tersa sakit lagi, namun gigi di dearah yang sebelumnya
bengkak menjadi goyang.
Riwayat Penyakit Dulu :
o Pasien memiliki riwayat sakit gigi pada gigi kanan dan kiri atas belakang, serta
gigi kiri bawah bagian belakang.
o Pasien mengatakan giginya banyak yang tanggal tanpa disadari.
o Tekanan darah tinggi disangkal
o Kencig manis disangkal
o Riwayat alergi disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
o Riwayat HT dan DM (-) disangkal
Riwayat pengobatan :
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 1
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
o Tidak pernah minum obat
o Belum pernah periksa ke dokter gigi sebelumnya.
Riwayat kebiasaan :
o Gosok gigi 2 kali sehari
o Suka makan makanan manis
o Suka minum kopi
o Tidak merokok
o Tidak minum alkohol
Riwayat Alergi : tidak ada
1.3 PEMERIKSAAN FISIK
Status General :
o Keadaan Umum : Baik
o Kesadaran : Compos mentis
o GCS : E4-V5-M6
o Vital Sign : Tensi : tidak dilakukan
Nadi : 84 kali per menit
Suhu : tidak dilakukan
RR : 18 x/menit
Extra Oral : baik
o Wajah : simetris
o Tonus otot : normal
o Pembengkakan : -
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 2
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
Intra oral Ra. Kn Ra. M Ra.kr Rb.kn Rb.M R.kr
Dental
deposit
Debris - - - + + -
Calculus + - + + + +
Keadaan
ginggitiva
Pigmentasi - - - + - -
Keradangan + - + + + +
Perdarahan + - - - - -
Necrose interdental
papil+ - - - - -
Retraksi - - - - - -
Keadaan
gigi
Malposisi
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1
1 2 3 4 5 6 7 8
Migrasi
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
Maloclusi
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
Caries
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 3
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
Keterangan :
o Versi : 23 (mesioveri), 33 (linguoversi), 34 (linguoversi), 38
(linguoversi), 42 (labioversi), 43 (labioversi), 44
(linguoversi)
o Rotasi : 13 (clock wise), 23 (clock wise), 31 (clock wise), 32
(clock wise), 33 (clock wise), 43 (clock wise)
o Migrasi : -
o Maloklusi : 11 dan 41, 12 dan 42, 13 dan 43, 14 dan 44, 15 dan
45, 17 dan 47, 21 dan 31, 22 dan 32, 23 dan 33, 24
dan 34, 28 dan 38
o Tidak terjadi oklusi : 16 dan 46, 18 dan 48, 25 dan 35, 26 dan 36, 27 dan 37
o Caries : - Caries Profunda pada 28 oclusal
- Caries superfisial pada 38 bagian oclusal
- Caries superfisial pada 45 bagian oclusal dan bukal
- Caries superfisial pada 47 bagian oclusal
o Stain pada 13, 23, 28, 38
o Mahkota retak pada 13, 33, 42, 43
o Goyang pada 18
o Sisa akar pada 15,16, 17, 18, 25, 26, 27, 35, 36, 37,46
o Missing 11, 12, 21, 22, 48
o Resesi gingiva pada 14
o Abrasi pada 14
Gambaran Rontgen : -
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 4
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
Foto gigi :
1.4 DIAGNOSIS :
1. Periodontitis kronis 18
2. Periodontitis kronis 15,16, 17, 25, 26, 27, 35, 36, 37,46
3. Pulpitis ireverersibel pada 28
4. Pulpitis reversibel pada 38, 45, dan 47
5. Pulpitis reversibel pada 13, 33, 42, 43
6. Hipersensitif dentin disertai Resesi gingiva pada 14
7. Gingivitis marginalis kronis rahang atas kanan dan kiri dan rahang bawah kanan,
medial, dan kiri.
8. Missing pada 11, 12, 21, 22, 48
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 5
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
9. Maloclusi 11 dan 41, 12 dan 42, 13 dan 43, 14 dan 44, 15 dan 45, 17 dan 47, 21 dan
31, 22 dan 32, 23 dan 33, 24 dan 34, 28 dan 38
10. Tidak terjadi oklusi : 16 dan 46, 18 dan 48, 25 dan 35, 26 dan 36, 27 dan 37
1.5 ETIOLOGI :
1. Ganggren radix pada 18
2. Ganggren radix pada 15,16, 17, 25, 26, 27, 35, 36, 37,46.
3. Caries profunda 38
4. Caries superfisial 38, 45, dan 47
5. Retak mahkota pada 13, 33, 42, 43 akibat trauma termal
6. Abrasi pada 14 akibat trauma menyikat gigi yang terlalu keras
7. Kalkulus pada rahang atas kanan dan kiri dan rahang bawah kanan, medial, dan kiri.
8. Avulsi pada 11, 12, 21, 22, 48 akibat kalkulus.
9. Malposisi 13, 23, 32, 33, 34, 42, 43, 44
1.6 RENCANA PERAWATAN :
1. Pro ekstraksi sisa akar pada 15,16, 17, 18, 25, 26, 27, 35, 36, 37,46
2. Pro PSA + Pro filling
3. Pro filling
4. Pro melapisi gingiva yang mengalami resesi + pro edukasi penggunaan pasta gigi
untuk gigi sensitif + cara menggosok gigi yang benar + menghindari makanan yang
dapat merangsang timbulnya nyeri.
5. Pro scalling
6. Pro prostodontia
7. Pro perawatan Ortodonsi
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 6
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.7 PERIODONTITIS
Definisi
Periodontitis adalah peradangan atau infeksi pada jaringan penyangga gigi (=
jaringan periodontium). Yang termasuk jaringan penyangga gigi adalah gusi, tulang yang
membentuk kantong tempat gigi berada, dan ligamen periodontal (selapis tipis jaringan ikat
yang memegang gigi dalam kantongnya dan juga berfungsi sebagai media peredam antara
gigi dan tulang). Suatu keadaan dapat disebut periodontitis bila perlekatan antara jaringan
periodontal dengan gigi mengalami kerusakan. Selain itu tulang alveolar (= tulang yang
menyangga gigi) juga mengalami kerusakan.(4)
Periodontitis dapat berkembang dari gingivitis (peradangan atau infeksi pada gusi)
yang tidak dirawat. Infeksi akan meluas dari gusi ke arah tulang di bawah gigi sehingga
menyebabkan kerusakan yang lebih luas pada jaringan periodontal. (4)
Penyebab
Periodontitis umumnya disebabkan oleh plak. Plak adalah lapisan tipis biofilm yang
mengandung bakteri, produk bakteri, dan sisa makanan. Lapisan ini melekat pada
permukaan gigi dan berwarna putih atau putih kekuningan. Plak yang menyebabkan
gingivitis dan periodontitis adalah plak yang berada tepat di atas garis gusi. Bakteri dan
produknya dapat menyebar ke bawah gusi sehingga terjadi proses peradangan dan terjadilah
periodontitis. (4)
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 7
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
Gambar 2. Plak dan karang gigi dapat menyebabkan periodontitis
Berikut adalah gejala-gejala yang ditemui pada periodontitis:
Gusi berdarah saat menyikat gigi
Gusi berwarna merah, bengkak, dan lunak.
Terlihat adanya bagian gusi yang turun dan menjauhi gigi.
Terdapat nanah di antara gigi dan gusi.
Gigi goyang. (4)
Gambar 3. gusi yang turun akibat periodontitis
Pemeriksaan
Pemeriksaan klinis pada jaringan gusi dan melihat apakah ada gigi-gigi yang
mengalami kegoyangan. Hubungan antara gigi-gigi rahang atas dan bawah saat menggigit
juga akan diperiksa. Kemudian dilakukan pemeriksaan periodontal probing, yaitu teknik
yang digunakan untuk mengukur kedalaman poket (kantong yang terbentuk di antara gusi
dan gigi). (4,5)
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 8
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
Gambar 4. Pemeriksaan kedalaman poket
Kedalaman poket ini dapat menjadi salah satu petunjuk seberapa jauh kerusakan
yang terjadi. Sebagai tambahan, pemeriksaan radiografik (x-rays) juga perlu dilakukan
untuk melihat tingkat keparahan kerusakan tulang. Bila ini terjadi, gusi dapat mengalami
penurunan, sehingga permukaan akar terlihat dan sensitivitas gigi terhadap panas dan
dingin meningkat. Gigi dapat mengalami kegoyangan karena adanya kerusakan tulang. (4,5)
Perawatan
Pada kasus-kasus periodontitis yang belum begitu parah, biasanya perawatan yang
diberikan adalah root planing dan kuretase, yaitu pengangkatan plak dan jaringan yang
rusak dan mengalami peradangan di dalam poket dengan menggunakan kuret. Tujuan
utamanya adalah menghilangkan semua bakteri dan kotoran yang dapat menyebabkan
peradangan. Setelah tindakan ini, diharapkan gusi akan mengalami penyembuhan dan
perlekatannya dengan gigi dapat kembali dengan baik. Pada kasus-kasus yang lebih parah,
tentunya perawatan yang diberikan akan jauh lebih kompleks. Bila dengan kuretase tidak
berhasil dan kedalaman poket tidak berkurang, maka perlu dilakukan tindakan operasi kecil
yang disebut gingivectomy. Tindakan operasi ini dapat dilakukan di bawah bius lokal. (4,5)
Pada beberapa kasus tertentu yang sudah tidak bisa diatasi dengan perawatan di atas,
dapat dilakukan operasi dengan teknik flap, yaitu prosedur yang meliputi pembukaan
jaringan gusi, kemudian menghilangkan kotoran dan jaringan yang meradang di bawahnya.
Antibiotik biasanya diberikan untuk menghentikan infeksi pada gusi dan jaringan di
bawahnya. Perbaikan kebersihan mulut oleh pasien sendiri juga sangat penting. (4,5)
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 9
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
Pencegahan Periodontitis
Sikat gigi dua kali sehari, pada pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur.
Lakukan flossing sekali dalam sehari untuk mengangkat plak dan sisa makanan yang
tersangkut di antara celah gigi-geligi.
Pemakaian obat kumur anti bakteri untuk mengurangi pertumbuhan bakteri dalam
mulut, misalnya obat kumur yang mengandung chlorhexidine. Lakukan konsultasi
terlebih dahulu dengan dokter gigi Anda dalam penggunaan obat kumur tersebut.
Berhenti merokok
Lakukan kunjungan secara teratur ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali untuk kontrol
rutin dan pembersihan. (4,5)
1.8 PULPITIS
Definisi
Pulpitis adalah proses radang pada jaringan pulpa gigi, yang pada umumnya
merupakan kelanjutan dari proses karies. Jaringan pulpa terletak di dalam jaringan keras
gigi sehingga bila mengalami proses radang, secara klinik sulit untuk menentukan seberapa
jauh proses radang tersebut terjadi. (1,2)
Selama ini radang pulpa ditentukan dengan adanya keluhan rasa sakit yang sifatnya
subyektif. Secara patofisiologik, pulpitis dibagi menjadi pulpitis reversible dan pulpitis
ireversibel, karena yang penting dalam menentukan diagnosis pulpitis adalah jaringan pulpa
tersebut masih dapat dipertahankan atau sudah tidak dapat dipertahankan lagi. (1,2)
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 10
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
Etiologi
Iritasi pada jaringan pulpa akan mengakibatkan inflamasi. Iritan terhadap jaringan
pulpa dapat terbagi menjadi tiga yaitu iritan mikroba, iritan mekanik, dan iritan kimia(1,2)
1. Iritan Mikroba
Bakteri yang terdapat dalam karies merupakan sumber utama iritasi terhadap jaringan
pulpa. Bakteri akan memproduksi toksin yang akan berpenetrasi ke dalam pulpa melalui
tubulus dentinalis sehingga sel-sel inflamasi kronik seperti makrofag, limfosit, dan sel
plasma akan berinfiltrasi secara lokal pada jaringan pulpa. Jika pulpa terbuka, leukosit
polimorfonukleus berinfiltrasi dan membentuk suatu daerah nekrosis pada lokasi
terbukanya pulpa. Jaringan pulpa bisa tetap terinflamasi untuk waktu yang lama sampai
akhirnya menjadi nekrosis atau bisa dengan cepat menjadi nekrosis. Hal ini bergantung
pada virulensi bakteri, kemampuan mengeluarkan cairan inflamasi guna mencegah
peningkatan tekanan intra pulpa, ketahanan host, jumlah sirkulasi, dan drainase limfe(1,2)
2. Iritan Mekanik
Preparasi kavitas yang dalam tanpa pendinginan yang memadai, dampak trauma, trauma
oklusal, kuretase periodontal yang dalam, dan gerakan ortodonsi merupakan iritan-iritan
yang berperan terhadap kerusakan jaringan pulpa. (1,2)
Preparasi kavitas mendekati pulpa dan dilakukan tanpa pendinginan sehingga jumlah
dan diameter tubulus dentinalis akan meningkat. Pada daerah yang mendekati pulpa
menyebabkan iritasi pulpa semakin meningkat oleh karena semakin banyak dentin yang
terbuang. Pengaruh trauma yang disertai atau tanpa fraktur mahkota dan akar juga bisa
menyebabkan kerusakan pulpa. Keparahan trauma dan derajat penutupan apeks
merupakan faktor penting dalam perbaikan jaringan pulpa. Selain itu, aplikasi gaya
yang melebihi batas toleransi fisiologis ligamentum periodontal pada perawatan
ortodonsi akan mengakibatkan gangguan pada pasokan darah dan saraf jaringan pulpa.
Scaling yang dalam dan kuretase juga bisa menyebabkan gangguan pada pembuluh
darah dan saraf di daerah apeks sehingga merusak jaringan pulpa. (1,2)
3. Iritan Kimia
Iritan pulpa mencakup berbagai zat yang digunakan untuk desentisasi, sterilisasi,
pembersih dentin, base, tambalan sementara dan permanen. Zat antibakteri seperti silver
nitrat, fenol dengan atau tanpa camphor, dan eugenol dapat menyebabkan perubahan
inflamasi pada jaringan pulpa(1,2)
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 11
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
Patofiologi
Derajat inflamasi pulpa sangat berhubungan intensitas dan keparahan jaringan pulpa
yang rusak. Iritasi ringan seperti pada karies dan preparasi kavitas yang dangkal
mengakibatkan inflamasi yang sedikit atau tidak sama sekali pada pulpa sehingga tidak
mengakibatkan perubahan yang signifikan. Sebaliknya, iritan seperti pada karies yang
dalam dan prosedur operatif yang luas biasanya mengakibatkan perubahan inflamasi yang
lebih parah(1,2,3)
Iritasi sedang sampai parah akan mengakibatkan inflamasi lokal dan lepasnya sel-sel
inflamasi dalam konsentrasi tinggi. Iritasi ini mengakibatkan pengaktifan bermacam-
macam sistem biologis seperti reaksi inflamasi nonspesifik seperti histamin, bradikinin,
metabolit asam arakhidonat, leukosit PMN, inhibitor protease, dan neuropeptid. Selain itu,
respon imun juga dapat menginisiasi dan memperparah penyakit pulpa. Pada jaringan
pulpa normal dan tidak terinflamasi mengandung sel imunokompeten seperti limfosit T,
limfosit B, makrofag, dan sel dendritik. Konsentrasi sel-sel tersebut meningkat ketika pulpa
terinflamasi sebagai bentuk mekanisme pertahanan untuk melindungi jaringan pulpa dari
invasi mikroorganisme dimana leukosit polimorfonuklear merupakan sel yang dominan
pada inflamasi pulpa(1,2,3)
Sel-sel inflamasi dalam jumlah besar ini akan mengakibatkan peningkatan
permeabilitas vaskular, statis vaskular, dan migrasi leukosit ke tempat iritasi tersebut.
Akibatnya, terjadi pergerakan cairan dari pembuluh ke jaringan sekitarnya. Jika pergerakan
cairan oleh venul dan limfatik tidak dapat mengimbangi filtrasi cairan dari kapiler, eksudat
pun terbentuk. Peningkatan tekanan jaringan dari eksudat ini akan menimbulkan tekanan
pasif dan kolapsnya venul secara total di area iritasi pulpa oleh karena jaringan pulpa
dikelilingi oleh memiliki dinding yang kaku. Selain itu, pelepasan sel-sel inflamasi
menyebabkan nyeri langsung dan tidak langsung dengan meningkatnya vasodilatasi arteriol
dan permeabilitas venul sehingga akan terjadi edema dan peningkatan tekanan jaringan.
Tekanan ini bereaksi langsung pada sistem saraf sensorik. Meningkatnya tekanan jaringan
dan tidak adanya sirkulasi kolateral ini yang dapat mengakibatkan terjadinya nekrosis
pulpa. (1,2,3)
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 12
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
Macam-Macam Penyakit Pulpa
1. Pulpitis reversibel.
Pulpitis reversible adalah suatu kondisi inflamasi pulpa ringan sampai sedang
yang disebabkan oleh stimuli noksius, tetapi pulpa mampu kembali pada keadaan tidak
teinflamasi setelah stimuli ditiadakan. (1,2,3)
Gejala pulpitis reversible ada yang simtomatik dan asimtomatik.
Simtomatik : rasa sakit tajam yang hanya sebentar, disebabkan oleh makanan,
minuman dan udara dingin. Tidak timbul secara spontan dan tidak berlanjut bila
penyebabnya ditiadakan. (1,2,3)
Asimtomatik : dapat disebabkan oleh karies yang baru mulai dan normal
kembali setelah karies dihilangkan dan gigi direstorasi dengan baik. (1,2,3)
Patologi : pulpitis reversible dapat berkisar dari hiperemia ke perubahan
inflamasi ringan sampai sedang terbatas pada daerah dimana tubuli dentin terlibat,
seperti misalnya karies dentin. Secara mikroskopis, terlihat dentin reparatif, gangguan
lapisan odontoblas, pembesaran pembuluh darah, ekstravasasi cairan edema dan
adanya sel inflamasi kronis yang secara imunologis kompeten. Meskipun sel inflamasi
kronis menonjol, dapat dilihat juga sel inflamasi akut. (1,2,3)
2. Pulpitis irreversibel.
Pulpitis irreversible adalah suatu kondisi inflamasi pulpa yang persisten dapat
simtomatik maupun asimtomatik yang disebabkan oleh suatu stimuli noksius. Rasa
sakit bertahan untuk beberapa menit sampai berjam-jam dan tetap ada setelah stimuli
dihilangkan. (1,2,3)
Gejala : pada tingkat awal, suatu paroksisme (serangan hebat) rasa sakit dapat
disebabkan oleh :
- perubahan suhu yang drastis (terutama dingin)
- makanan manis atau asam
- tekanan makanan ke dalam kavitas atau pengisapan oleh lidah atau pipi.
Gambaran rasa sakitnya adalah menusuk, tajam menusuk atau menyentak-nyentak. (1,2,3)
3. Pulpitis irreversibel hiperplastik
Pulpitis irreversibel hiperplastik (polip pulpa) adalah bentuk pulpitis
irreversibel pada pulpa yang terinflamasi secara kronis hingga timbul ke permukaan
oklusal. Polip pulpa dapat terjadi pada pasien muda oleh karena ruang pulpa yang
masih besar dan mempunyai pembuluh darah yang banyak, serta adanya perforasi
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 13
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
pada atap pulpa yang merupakan drainase. Polip pulpa ini merupakan jaringan
granulasi yang terdiri dari serat jaringan ikat dengan pembuluh kapiler yang banyak.
Polip pulpa biasanya asimtomatik dan terlihat sebagai benjolan jaringan ikat yang
berwarna merah mengisi kavitas gigi di permukaan oklusal. Polip pulpa disertai tanda
klinis seperti nyeri spontan dan nyeri yang menetap terhadap stimulus termal. Pada
beberapa kasus, rasa nyeri yang ringan juga terjadi ketika pengunyahan(1,2,3)
4. Nekrosis Pulpa
Nekrosis adalah matinya pulpa, dapat sebagian atau seluruhnya tergantung pada
apakah sebagian atau seluruh pulpa telibat. Disebabkan oleh bakteri, trauma dan iritasi. (1,2,3)
Gejala : gigi yang kelihatan normal dengan pulpa nekrotik tidak menyebabkan
gejala rasa sakit. Sering, diskolorisasi gigi adalah indikasi pertama bahwa pulpa mati.
Penampilan mahkota yang buram atau opak hanya disebabkan karena translusensi
normal yang jelek, tetapi kadang-kadang gigi mengalami perubahan warna keabu-
abuan atau kecoklat-coklatan yang nyata dan dapat kehilangan kecemerlangan dan
kilauan yang biasa dipunyai. Adanya pulpa nekrotik mungkin ditemukan secara
kebetulan, karena gigi macam itu adalah asimtomatik dan radiograf adalah
nondiagnosis. Gigi dengan nekrosis sebagian dapat bereaksi terhadap perubahan
termal, karena adanya serabut saraf vital yang melalui jaringan inflamasi di dekatnya. (1,2,3)
Patologi : jaringan pulpa nekrotik, debris selular dan mikroorganisme mungkin
terlihat di dalam kavitas pulpa. Jaringan periapikal mungkin normal atau menunjukkan
sedikit inflamasi yang dijumpai pada ligamen periodontal. Pulpa nekrosis dapat terjadi
dari lanjutan pulpitis irreversible. terbuka, proses nekrosis akan tertunda dan jaringan
pulpa di daerah akar tetap vital dalam jangka waktu yang lama. Jika terjadi hal
sebaliknya, mengakibatkan proses nekrosis pulpa yang cepat dan total. (1,2,3)
Penatalaksaan
1. Pulpektomi
Pulpektomi adalah tindakan pengambilan seluruh jaringan pulpa dari seluruh
akar dan korona gigi.
Indikasi:
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 14
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
a. Gigi sulung dengan infeksi yang melewati kamar pulpa, baik pada gigi vital,
nekrosis sebagian maupun gigi sudah nonvital.
b. Saluran akar dapat dimasuki instrument.
c. Kelainan jaringan periapeks dalam gambaran radiografi kurang dari sepertiga
apikal. (1,2,3)
Pulpektomi Vital
Pulpektomi vital sering dilakukan pada gigi anterior dengan karies yang telah
meluas ke arah pulpa, atau gigi yang mengalami fraktur. (1,2,3)
Pulpotomi Devital
Pulpotomi devital sering dilakukan pada gigi posterior yang telah mengalami
pulpitis atau dapat juga pada gigi anterior pada pasien yang tidak tahan terhadap
anestesi. Perawatan ini sekarang sudah jarang dilakukan pada gigi tetap, biasanya
langsung dilakukan perawatan pulpektomi vital walaupun [ada gigi posterior.
Pulpektomi devital masih sering digunakan hanya pada gigi sulung. (1,2,3)
Pulpektomi Nonvital
Perawatan saluran akar ini sering dilakukan pada gigi anterior dengan diagnosis
gangrene pulpa atau nekrosis.
Indikasi:
Mahkota gigi masih dapat direstorasi
Gigi tidak goyang dan periodontal normal
Foto rontgen menunjukkan resorpsi akar tidak lebih dari sepertiga apikal, tidak
ada granuloma pada gigi sulung
Kondisi pasien baik serta ingin giginya dipertahankan dan bersedia untuk
memelihara kesehatan gigi dan mulutnya
Keadaan ekonomi pasien memungkinkan
Kontraindikasi:
Gigi tidak dapat direstorasi lagi
Resorpsi akar lebih dari sepertiga apikal
Kondisi pasien buruk, mengidap penyakit kronis
Terdapat belokan ujung dengan granuloma atau kista yang sukar dibersihkan (1,2,3)
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 15
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
1.9 CARIES
Definisi
Caries adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, yang
dimulai dari permukaan gigi (pits, fissure, dan daerah interproksimal) meluas kearah pulpa.(6)
Etiologi
Faktor utama yang menyebabkan terjadinya karies gigi adalah:
host (gigi dan saliva),
substrat (makanan),
mikroorganisme penyebab karies
dan waktu. (6)
Selain keempat faktor di atas, terdapat juga faktor-faktor lain yang berpengaruh
terhadap pembentukan karies yangmungkin tidak sama pada semua orang. Faktor-faktor
resiko tersebut adalah:
Jenis Kelamin
Usia
Kebiasaan Makan
Tingkat Sosial Ekonomi(6)
Kalasifikasi
Berdasarkan kedalaman Karies
Karies superfisialis : karies baru mengenai enamel saja, sedang dentim belum terkena
Karies media: karies sudah mengenai dentin, tapi belim mengenai setengah dentin.
Karies Profunda: keries sudah mengenai lebih dari setngah dentin dan kadang sudah
mengenai pulpa(6)
Berdasarkan keparahan atau kecepatan berkembangnya
Karies Ringan : ksres ringan jika serangan karies hanya pada gigi yang paling rentan
seperti pit, fissure sedangkan kedalaman kariesnya hanya mengenai lapian email
Karies Sedang: karies sedang bila serangan karies meliputi permukaan oklusal atau
aproksimal gigi posterior. Kedalam karies sudah mengena lapisan dentin
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 16
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
Karies Berat: kasusnya dikatakan berat jika meliputi gigi anterior, kedalaman karies
sudah mengenai pulpa(6)
Berdasarkan lokalisasi keries (teori GV Black)
Klas I : karies yang terdapat pada bagian oklusal (pits dan fissure) dari gigi premolar
dan molar, juga terdapat pada gigi anterior di foramen caecum
Klas II : karies yang terdapat pada bagian aproksimal dari gigi molar atau premolar
yang umumnya meluas sampai ke bagian oklusal
Klas II: karies yang terdapat pada bagian aproksimal dari gigi anterior, tetapi belum
mencapai 1/3 incisal gigi
Klas IV: karies yang terdapat pada bagian aproksimal dari gigi depan dan sudah
mencapai 1/3 incisal
Kles V: karies yang terdapat pada bagian 1/3 leher gigi dari gig anterior maupun
posterior pada permukaan labial, lingual, palatal ataupun bukal dari gigi(6)
Patofisiologi
a. Proses Demineralisasi
Demineralisasi merupakan proses hilangnya atau terbuangnya garam mineral
yaitu hidroksiapatit pada gigi.
Komponen mineral dari email, dentin dan sementum adalah hidroksiapatit
(Ca10(PO4)6(OH)2). Pada lingkungan netral, hidroksiapatit berada pada keseimbangan
dengan saliva yang banyak terdapat ion Ca2+ dan PO43-.
Hidroksiapatit sangat reaktif terhadap ion hydrogen pada pH 5,5 atau
dibawahnya. H+ lebih bereaksi terhadap grup fosfat pada lingkungan cair yang
berdekatan dengan permukaan Kristal. Proses tersebut dapat digambarkan sebagai
konversi PO43- ke HPO4
2- dengan penambahan H+ dan pada waktu yang bersamaan H+
mengalami buffer. HPO2- kemudian tidak mampu untuk berkonstribusi pada
keseimbangan hidroksiapatit karena mengandung PO43-, daripada HPO4
2-, dan kristal
hidroksiapatit kemudian larut. (6)
b. Proses Remineralisasi
Remineralisasi merupakan kebalikan dari demineralisasi yaitu penempatan
kembali garam-garam mineral ke gigi. Proses remineralisasi dapat terjadi jika pH saliva
menjadi netral dan terdapat ion Ca2+ dan PO43- yang cukup di lingkungan saliva.
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 17
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
Pengembalian mineral ini dapat terjadi dengan proses buffer, atau ion Ca2+ dan PO43-
pada saliva dapat menghalangi proses larutnya mineral melalui efek ion yang biasa.
Interaksi ini dapat ditingkatkan dengan kehadiran ion fluoride pada tempat
reaksi. Reaksi seluruhnya, yang mungkin dapat dikarakteristikan sebagai proses
demin/remin, dapat disimbolkan sebagai berikut. (6)
Pencegahan
Usaha preventif terhadap karies yaitu :
a. Pengendalian Diet
Pada pengendalian diet ini, pasien karies akan dikurangi dan dibatasi konsumsi
gulanya. Misalnya, mengganti makanan manis yang dikonsumsi diantara jam makan
dengan keripik, keju, atau kacang tanah. (6)
b.Pengendalian Plak Secara Kimia
Pada pasien yang mulutnya sangat kering, akan dilakukan pengendalian plak
secara kimia dengan obat kumur yang berisi chlorhexidine gluconate. Chlorhexidine
gluconate bekerja menghambat pembentukan plak pada permukaan gigi. Selain itu
Streptococcus mutans merupakan bakteri yang sangat sensitive terhadap obat kumur
tersebut. (6)
c. Penggunaan Sediaan Fluor
Penggunaan fluor untuk membantu remineralisasi dan menghentikan karies dini
merupakan hal yang sangat penting. Jika kekurangan saliva tidak parah, pengaturan diet
dan penambahan fluor mungkin satu-satunya cara yang diperlukan. Namun, pada kasus
yang ekstrim, penggunaan chlorhexidine juga dibutuhkan. (6)
1.10 CALCULUS
Definisi
Calculus merupakan hasil dari proses kalsifikasi dan mineralisasi plak oleh garam-
garam mineral yang biasanya terjadi mulai hari 1 sampai 14 dari pembentukan plak.
Calculus mempunyai permukaan yang kasar, sehingga sisa-sisa makanan dan bakteri mudah
melekat dan berkembang biak yang mengakibatkan terjadinya penebalan dari calculus
tersebut.(6)
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 18
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
Komposisi calculus
Calculus terdiri dari sel-sel darah dan sel-sel epitel lepas radang endapan bahan-
bahan anorganik yang terdiri dari : 20% air, 13% calcium carbonat, 6% calcium phospat,
endapan natrium dan ferum (6)
Macam-macam calculus
Berdasarkan letak/lokasinya:
1. Supra gingival calculus adalah calculus yang melekat pada permukaan mahkota gigi
mulai dari puncak gingiva margin dan dapat dilihat,berwarna putih, konsistensinya
keras seperti batu clay dan mudahdilepaskan dari permukaan gigi dengan scaler. Warna
calculus dapat dipengaruhi oleh pigmen sisa makanan atau dari merokok.
2. Sub gingival calculus adalah calculus yang berada di bawah batas gingival margin,
biasanya pada daerah saku gusi dan tak dapat terlihat pada waktu pemeriksaan. Untuk
menentukan lokasi dan perluasannyaharus dilakukan probing dan explorer, biasanya
padat dan keras,warnanya coklat tua atau hijau kehitam-hitaman konsistensinya seperti
kepala korek api dan melekat erat ke permukaan gigi. (6)
Berdasarkan asalnya :
1. Salivary calculus adalah calculus yang berasal dari saliva, berwarna kuning, konsistensi
lunak, terletak di permukaan gigi
2. Cerumal calculus adalah calculus yang berasal dari serum darah karena adanya
peradangan, berwarna coklat sampai hitam, konsistensi keras, terletak di permukaan
akar. (6)
1.11 GINGGIVITIS
Definisi
Gingivitis adalah peradangan pada gusi (gingiva) yang sering terjadi dan bisa timbul
kapan saja setelah timbulnya gigi. Gingivitis merupakan tahap awal dari timbulnya penyakit
gusi, peradangan disebabkan oleh ‘plak’ yang terbentuk disekitar gusi. Jika pembersihan
gigi yang dilakukan setiap hari tak mampu membersihkan dan mengangkat ‘plak’ yang
terbentuk, hal itu bias memproduksi racun yang bisa menyebabkan iritasi pada lapisan luar
gusi, dan timbullah gingivitis. Jika gusi berdarah saat kita menyikat gigi atau membersihkan
gigi dengan benang gigi sebagai tahap awal penyakit gusi, kerusakan lebih lanjut bias
diatasi asalkan tulang dan jaringan luar gusi yang menyangga gigi yang terinfeksi tersebut
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 19
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
masih belum terinfeksi juga. Gingivitis hampir selalu terjadi akibat penggosokan dan
flossing (membersihkan gigi dengan menggunakan benang gigi) yang tidak benar, sehingga
plak tetap ada disepanjang garis gusi. Plak merupakan suatu lapisan yang terutama terdiri
dari bakteri. Bakteri yang sering menyebabkan terjadinya plak pada Gingivitis Borelia
Vincent dan Baccilus fusiformis. (7)
Etiologi
Gingivitis hampir selalu terjadi karena penggosokkan dan flossing (membersihkan
gigi dengan menggunakan benang gigi) yang tidak benar, sehingga plak tetap ada
disepanjang garis gusi. (7)
Plak merupakan suatu lapisan yang terutama terdiri dari bakteri. Plak lebih sering
menempel pada tambalan yang salah satu atau disekitar gigi yang terletak bersebelahan
dengan gigi palsu yang jarang dibersihkan. Jika plak tetap melekat pada gigi selama lebih
dari 72 jam, maka akan mengeras dan membentuk karang gigi (kalkulus flossing (benang
gigi) (7)
Ada tiga faktor utama penyebab timbulnya plak gigi, yaitu lingkungan fisik, waktu
dan adanya nutrient.
Lingkungan fisik yang mempengaruhi pembentukan plak gigi adalah anatomi dan posisi
gigi, anatomi jaringan sekitar gigi, struktur permukaan gigi, gesekan oleh makanan dan
jaringan sekitarnya, serta tindakan kebersihan mulut.
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 20
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
Pengaruh waktu pada pembentukan plak gigi adalah semakin menumpukknya plak gigi
seiring dengan waktu. Artinya, jika plak gigi tidak secepatnya dibersihkan, maka akan
semakin banyak terdapat plak pada permukaan gigi
Adanya pengaruh nutrient muncul dalam bentuk air ludah, cairan gusi, makanan atau
minuman. (7)
Plak merupakan penyebab utama dari gingivitis. Faktor lainnya yang akan semakin
memperburuk peradangan adalah :
- Kehamilan
- Pubertas
- Pil kb(7)
Obat-obat tertentu bias menyebabkan pertumbuhan gusi yang berlebihan sehingga
plak sulit dibersihkan dan terjadilah gingivitis. Obat-obat tersebut adalah :
- Fenitoin (obat anti kejang
- Siklosporin (diminum oleh penderita yang menjalani pencangkokan organ
- Calcium channel blocker (misalnya nifedipin, obat untuk mengendalikan tekanan
darah dan kelainan irama jantung)
- Pil atau suntukan KB(7)
Kekurangan vitamin C bisa menyebabkan gingivitis, dimana gusi meradang dan
mudah berdarah. Kekurangan Niasin (Pellagra) juga bias menyebabkan peradangan dan
pendarahan gusi, serta mempermudah terjadinya infeksi mulut. Pada kehamilan, Gingivitis
bisa semakin memburuk. Hal ini terutama disebabkan oleh perubahan hormonal. Keadaan
ini didukung oleh kurangnya menjaga kebersihan mulut karena wanita hamil sering merasa
mual di pagi hari. Selama kehamilan,iritasi ringan (yang paling sering adalah pembentukan
karang gigi) bisa menyebabkan pertumbuhan berlebihan dari jaringan gusi yang menyerupai
benjolan. Keadaan ini disebut tumor kehamilan. Jika terluka atau pada saat makan, jaringan
gusi yang membengkak ini mudah mengalami pendarahan. Jumlah karang gigi pada
perokok cenderung lebih banyak dari pada yang bukan perokok. Karang gigi yang tidak
dibersihkan dapat menimbulkan berbagai keluhan seperti Gingivitis atau gusi berdarah.
Disamping itu hasil pembakaran rokok dapat menyebabkan gangguan sirkulasi peredaran
darah ke gusi sehingga mudah terjangkit penyakit. (7)
Klasifikasi Gingivitis
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 21
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
Menurut klasifikasinya, Gingivitis terbagi dalam beberapa bagian, meliputi :
Gingivitis Marginalis
- Batas gingival berwarna merah tua
- Ada pembengkakan
- Terutama terdapat pada garis remaja
Gingivitis Atrophicans
- Gingival mengisut, batas pocket membengkak
- Calcullus subgingival (+)
Gingivitis Hypertrophicans
- Sifatnya kronis dan tidak sakit
- Gingival membengkak
- Terutama terdapat pada gadis dan wanita gravid. (Gingivitis Gravidarum). Terutama
terdapat pada gravid yang lebih dari 4 bulan
Gingivitis Plaunt Vincent
- Interdental papil necrose dan ulcera
- Bau busuk
- Ada demam
- Rasa sakit (+)
- Kelenjar lymphe membesar
- Gingiva merah dan ada pendarahan
- Kadang-kadang gigi goyah
- Laboratorium : Borellia vincenti dan Bacillus fusiformis
Gingivitis Herpetika
- Demam
- Bibir bengkak dan kering
- Gingiva merah dan bengkak
- Etiologi : herpes virus
Gingivitis Desquamatif
Merupakan suatu keadaan yang paling sering ditemukan pada wanita pasca
menopause. Lapisan gusi yang paling luar terpisah dari jaringan dibawahnya. Gusi
menjadi sangat longgar sehingga lapisan terluarnya bias digerakkan dengan kapas lidi
- Etiologi : makanan panas, obat-obatan dan trauma (tusuk gigi)
- Gingival meluas dan membengkak. (7)
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 22
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
Gingivitis terdiri dari 3 tahap :
Gingivitis tahap I
Terjadi pelebaran pembuluh darah hal ini merupakan awal terjadinya gingivitis,
akan tetapi secara klinis belum terlalu jelas (sub klinis). Gambaran histologi : leukosit
dan netrofil PMN meninggalkan kapiler dengan cara bermigrasi melewati dinding
kapiler sehingga jumlahnya meningkat pada jaringan penghubung Junctional epitelium
dan sulcus gingiva.-(8)
Gingivitis tahap II
Tanda klinis: Adanya kemerahan ( hiperemi sudah terlihat ) terjadinya
pendarahan pada saat probing . Histologi : infiltrasi leucosit dalam jaringan konektive
dibawah junctional epitelium leukasit +_ 75% dan netrofil yang bermigrasi sebagai
mana juga sel-sel plasma. (8)
Gingivitis tahap III
Bertambah beratnya lesi inflamasi, aliran darah bertambah lambat, warna
gingiva menjadi merah kebiruan. Perbedaan gingivitis tahap II dan III meningkatnya
jumlah sel plasma yang berubah menjadi sel inflamasi sel plasma akan menginvasi ke
konective tissue tidak hanya dibawah junctional epitelium , akan tetapi ke jaringan yang
lebih dalam sekitar pembuluh darah terjadinya pelebaran pada junctional epitelium dan
pada ruangan interseluler diisi dengan granuler seluler yaitu lisosom yang berasal dari
netrofil yang hancur, limfosit dan monosit, lisosom ini mengandung asam hidrolase
yang dapat merusak komponen jaringan. Aktivitas genolitic meningkat pada inflamasi
jaringan gingiva oleh enzim kologenase. Enzim kologenase ini secara normal terdapat
pada jaringan gingiva yang dapat di produksi oleh beberapa bakteri yang berada di
dalam mulut dan oleh PMN(8)
Tanda Klinis Gingivitis
1. Adanya pendarahan pada gingiva
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 23
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
2. Perubahan warna gingiva
3. Perubahan tekstur pemukaan gingiva
4. Perubahan posisi dari gingiva : resesi dan attofi gingiva
5. Perubahan kontur dari gingiva
6. Adanya rasa nyeri(8)
Dalam mengevaluasi tanda klinis gingivitis perlu cara yang sistimatis dan di fokuskan pada
perubahan jaringan yang hampir tidak kelihatan.
Perdarahan pada gingiva dapat disebabkan oleh ;
1. Faktor lokal
2. Faktor sistemik(8)
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan. Gusi yang meradang
tampak merah, membengkak dan mudah berdarah.(9)
Pengobatan
Jika penyebabnya adalah obat-obatan, maka pertumbuhan gusi yang berlebihan
harus diangkat melalui pembedahan. Jika terjadi kekurangan vitamin C dan niasin, maka
diberikan tambahan vitamin. Gingivostomatitis herpetik akut biasanya membaik tanpa
pengobatan dalam waktu 2 minggu. Bisa diberikan obat kumur anastetik untuk mengurangi
rasa tidak nyaman ketika penderita makan dan minum. (9)
Tumor kehamilan (Epulis Gravidarum) dapat diangkat melalui pembedahan, Tetapi
tumor ini cenderung tumbuh kembali selama kehamilan masih berlangsung dan biasanya
akan menghilang setelah melahirkan.Pada gingivitis deskuamativa diberikan terapi sulih
hormone. (9)
Pilihan pengobatan lainnya adalah tablet kortikosteroid atau salep kortikosteroid
yang dioleskan langsung ke gusi. (9)
Untuk mencegah terjadinya perdarahan pada leukemia, sebaiknya penderita
membersihkan giginya tidak dengan sikat gigi, tetapi menggunakan bantalan atau busa. (9)
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 24
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
Obat kumur chlorhexidin bisa diberikan untuk mengendalikan plak dan mencegah
infeksi mulut. (9)
Pada perikoronitis, sisa makanan dan bakteri dibawah lipatan gusi dibersihkan oleh
dokter gigi. (9)
Jika rontgen menunjukkan bahwa gigi geraham bawah tidak mungkin tumbuh secara
sempurna, maka sebaiknya gigi geraham bawah dicabut. (9)
Untuk pengobatan infeksi akut yang tanpa komplikasi dapat diberikan antibiotik
seperti Erythromycin, Doxycycline, Clindamycin ,Minocycline(9)
Penggunaan antiseptik kumur seperti chlorhexidine dapat membantu mengurangi
jumlah kuman dalam mulut. Bila nyeri dirasakan sangat mengganggu maka dapat diberikan
pereda nyeri seperti Paracetamol(9)
1.12 RESESI GINGIVA
Resesi gingiva adalah bergeraknya tepi gingiva kearah apikal melewati batas
sementum enamel, disertai tersingkapnya permukaan akar gigi. Resesi gingiva merupakan
suatu keadaan yang dapat menimbulkan masalah bagi pasien apabila tersingkapnya
permukaan akar karena dapat mengakibatkan gangguan estetis, sensitifitas akar, karies, dan
diskolorasi warna gigi.(6,10)
Resesi gingiva dan akar terbuka dapat menimbulkan rasa ngilu, karies akar, dan
masalah estetik. Perawatan dan pencegahan resesi disesuaikan dengan faktor penyebabnya.
Perawatan resesi gingiva akibat trauma dapat diawali dengan pencegahan meluasnya resesi
dengan menghilangkan trauma yang dianggap sebagai faktor penyebabnya seperti
penyesuaian oklusi, membuat restorasi, dan teknik pembersihan gigi yang memadai.
Selanjutnya untuk mengatasi rasa ngilu dan masalah estetika, resesi gingiva dapat ditutup
melalui cara pembedahan atau dengan menggunakan masker gingiva. (6,10)
Penyebab terjadinya resesi gingiva bersifat multifaktorial. Secara anatomi diawali
dengan gingiva lekat yang sempit, perlekatan frenum abnormal, letak gigi di luar lengkung
rahang, sudut antara akar gigi dan tulang, dan tulang alveolar di bagian bukal tipis.
Kerusakan jaringan gingiva juga dapat disebabkan oleh penyakit periodontal seperti
periodontitis, NUG, dan HIV. Prosedur perawatan penyakit periodontal dan restoratif, baik
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 25
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
secara bedah maupun non-bedah dapat menimbulkan efek samping berupa resesi gingiva
dan akar terbuka seperti gingivektomi, ostektomi, dan preparasi pada mahkota. (6,10)
Resesi gingiva yang disebabkan oleh trauma dapat berupa incisal overlap yang
berlebihan yang dapat menimbulkan kerusakan pada gingiva. Prosedur pembersihan gigi
yang salah, flossing, penggunaan bulu sikat yang kasar, kebiasaan buruk seperti menusuk-
nusuk gingiva dengan tusuk gigi, dan gigi tiruan sebagian dengan disain buruk mendorong
terjadinya resesi gigiva Pergerakan alat ortodontik ke arah labial dapat mengakibatkan
kehilangan perlekatan jaringan ikat dan tulang marjinal, disertai resesi gingiva. Pergeseran
gingiva terjadi berangsur-angsur dan lebih sering akibat dari efek kumulatif minor
pathologic involvement dan minor direct trauma pada gingiva. (6,10)
Resesi gingiva dapat mendorong terjadinya karies dan aberasi pada akar, rasa ngilu,
dan masalah estetika. Sehingga perlu dilakukan penutupan resesi gingiva dan akar terbuka
serta pencegahan meluasnya resesi lebih lanjut. (6,10)
Penanganan resesi gingiva yang disebabkan oleh trauma dimulai dengan
pencegahan meluasnya daerah resesi bergantung dari macam trauma penyebabnya.
Tindakan yang dapat dilakukan meliputi penyesuaian oklusi, memperbaiki letak gigi,
memperbaiki cara pembersihan gigi, memperbaiki dan membuat restorasi, penggunaan bulu
sikat yang lebih lunak, dan memperbaiki kebiasaan buruk. Penanganan lebih lanjut dapat
dilakukan penutupan resesi melalui berbagai teknik pembedahan untuk mengembalikan
kehilangan perlekatan jaringan periodonsium. Teknik pembedahan dapat diawali dengan
penambahan lebar dan tinggi gingiva berkeratin atau gingiva lekat ke arah apikal daerah
resesi dengan teknik graf, dan dapat dikombinasikan juga dengan cara GTR. (6,10)
1.13 ABRASI
Abrasi Gigi adalah hilangnya struktur atau terkikisnya bagian luar gigi (enamel).
Hal ini terjadi disebabkan oleh seringnya menyikat gigi terlalu keras tetapi juga dapat
disebabkan oleh terlalu banyak makan makanan yang bersifat asam, asam. Gejala yang bisa
dilihat atau dirasakan pada Abrasi Gigi adalah sebagai berikut:
Terkikisnya Erosi enamel gigi
Adanya Peningkatan sensitivitas gigi terhadap panas
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 26
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
Peningkatan sensitivitas gigi terhadap dingin(11)
Untuk penyebabnya seperti yang telah dibahas, bahwa menyikat gigi terlalu keras
dapat mengakibatkan terkikisnya gigi, atau cengkraman kawat gigi yang terlalu kuat juga
dapat merusak enamel gigi. Selai itu mengkonsumsi makanan asam yang berlebihan juga
dapat menyebabkan gigi menjadi terkikis. (11)
Penyebab abrasi gigi juga bisa terjadi akibat adanya gesekan antar gigi atas dan gigi
bawah. Untuk perawatan, sepertinya lebih mengarah pada pencegahan. jangan
menggunakan sikat gigi yang kasar. Gunakanlah sikat gigi yang memiliki tekstur yang lebih
lembut. Dan cara nggosok giginya pun jangan terlalu keras dan berlebihan. Bahkan dalam
menggunakan tusuk gigi pun anda juga harus berhati hati. Hindari terlalu banyak
mengkonsumsi makanan yang sifatnya asam. (11)
Jika enamel gigi yang hilang cuma sedikit, biasanya kita bisa mengatasinya dengan
menggunakan pasta gigi berfloride. Namun Apa bila gigi sudah terlanjur mengalami abrasi,
makan pengobatan yang bisa ditempuh adalah dengan cara melakukan penambalan pada
gigi yang terkena abrasi. (11)
1.14 HIPERSESITIF DENTIN
Hipersensitif dentin adalah kondisi klinis gigi yang relatif umum pada gigi
permanen yang disebabkan oleh dentin yang terpapar akibat hilangnya enamel atau
sementum. Manifestasinya bisa secara fisik dan secara psikologis tidak nyaman bagi pasien
dan dapat didefinisikan sebagai nyeri akut durasi pendek yang disebabkan oleh terbukanya
tubulus dentin pada permukaan dentin.(12)
Kelainan yang memungkinkan terjadinya hipersensitif dentin dibatasi dengan yang
ada kaitan dengan kelainan periodonsium, yaitu:
Resesi gingiva
Mula-mula hipersensitif dentin diakibatkan oleh resesi gingiva. Dimana menurut
Loe et al. menyatakan bahwa resesi dapat dijumpai pada penduduk negara industry
maupun non industry dan mendefinisikan resesi gingiva sebagai pergeseran tepi gingiva
dari posisi normal pada permukaan mahkota gigi ke arah apikal (permukaan akar) di
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 27
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
bawah Batas Sementum Enamel (BSE).Carranza juga membagi resesi menjadi dua,
yaitu: resesi yang dapat terlihat secara klinis seperti pada kelainan periodontal dengan
sebagian akar terbuka dan yang tersembunyi yaitu tertutup oleh dinding poket yang
terinflamasi dan hanya dapat diketahui dengan cara memasukkan probe periodontal. (12)
Resesi gingiva menyebabkan tersingkapnya akar gigi terhadap kontaminasi
lingkungan rongga mulut. Akibat kelainan ini dentin akan menjadi hipersensitif yang
disebut dengan hipersensitif dentin.5 Dimana hipersensitif dentin ini adalah keausan
sementum akar yang menjadi tersingkap oleh resesi akan menyingkapkan permukaan
dentin yang sangat sensitif, terutama terhadap sentuhan dan menyebabkan rasa tidak
nyaman sampai timbulnya rasa sakit. (12)
Hipersensitif dentin akan menyebabkan berbagai persoalan pada penderita
seperti rasa sakit yang timbul karena perubahan suhu, trauma sikat gigi, makanan dan
minuman yang manis atau asam dan lain-lain(12)
Penyakit periodontal
Selain resesi gingiva, tersingkapnya permukaan akar gigi juga dapat disebabkan
oleh prosedur perawatan periodontal, seperti skeling dan penyerutan akar. Prosedur
skeling dan penyerutan akar dapat menyebabkan hilangnya perlekatan jaringan
periodontal dan terkikisnya sementum. Oleh karena itu, dokter gigi harus hati-hati
dalam melakukan prosedur perawatan periodontal. (12)
Resesi sekunder untuk penyakit periodontal dianggap berkaitan dengan
kesehatan gigi yang buruk, tidak tepat menyikat gigi mungkin bertanggung jawab atas
resesi yang berkaitan dengan kesehatan gigi yang baik.7 Resesi gingiva akan bertambah
sesuai dengan bertambahnya umur. Neime et al. menyatakan bahwa cara paling efektif
untuk menjaga kebersihan mulut adalah secara mekanis yaitu menyikat gigi. Akan
tetapi, cara menyikat yang terlalu keras dapat menimbulkan akibat-akibat lain yang
tidak diinginkan. Kelainan yang terjadi bervariasi mulai dari luka pada gingiva, resesi
gingiva, dan abrasi pada permukaan akar. (12)
Pemicu dan mulai terjadinya hipersensitif dentin
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 28
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
Pemicunya berupa rangsangan terhadap tubulus dentin yang terbuka seperti
taktil atau sentuhan, uap, kimiawi dan rangsangan panas atau dingin. Namun,
rangsangan dingin merupakan rangsangan yang paling sering menyebabkan
hipersensitif dentin.13 Dimana rangsangan dingin menyebabkan gerakan cairan ke luar
dan menghasilkan respon saraf lebih cepat dan besar bila dibandingkan dengan
rangsangan panas yang menyebabkan gerakan cairan ke arah dalam.14,15 Hal ini dapat
menjelaskan bahwa adanya respon yang cepat dan hebat terhadap rangsangan dingin
dibandingkan dengan respon yang lambat terhadap rangsangan panas. Oleh karena itu,
perubahan tekanan sepanjang dentin akan mengubah reseptor nyeri pada daerah
pulpodentinal. (12)
Seperti yang dijelaskan pada teori hidrodinamik bahwa pergerakan cairan dalam
tubulus dentin (ke dalam dan ke luar) akan menyebabkan stimulus pada saraf pulpa.15
Dan teori hirodinamik juga menyimpulkan bahwa hipersensitif dentin dimulai dari
dentin yang terpapar mengalami rangsangan, lalu cairan tubulus bergerak menuju
reseptor saraf perifer pada pulpa yang kemudian melakukan pengiriman rangsangan ke
otak dan akhirnya timbul persepsi rasa sakit. Beberapa pasien yang terkena termal
dingin dan panas biasanya giginya terasa ngilu. (12)
Gambar 5. Gambaran etiologi dan mekanisme terjadinya hipersensitif dentin (Strassler
HE, Drisko CL, Alexander DC. http://www.insidedentalassisting.com( 23 juni 2010)
1.15 GIGI GOYANG
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 29
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
Etiologi
Kehilangan jaringan tulang pendukungnya, periodontal poket, pelebaran ligamen
periodontal, kerusakan tulang angular akibat radang atau penyakit periodontal yang
lanjut.
Adanya abses pada ujung saluran akar (karena gigi berlubang). Goyah gigi karena abses
bersifat sementara. Bila abses sembuh, gigi bisa jadi kuat kembali.
Penyakit Sistemik (DM)
Trauma(13)
Etiologi gigi goyang dibagi menjadi 3, yaitu :
Primer (trauma ,terjadi secara langsung)
Sekunder ( melalui proses, seperti penyakit periodontal)
Sementara (ibu hamil karena hormon) (13)
Tanda dan Gejala
Ekrtrusi
a. Gigi goyang
b. Gingival mengalami perdarahan dan pembengkakan(13)
Intrusi:
a. Gigi tidak begitu goyah
b. Gingival mengalami pembengkakan(13)
Luksasi sebagian
a. Jaringan lunak bengkak dan tertutup darah
b. Gigi goyah terutama bila dipaksa
c. Keluar dari soket, Ligamen periodontal sobek pada beberapa tempat. (13)
Berdasarkan derajat kegoyangan gigi :
Derajat 1 sedikit lebih besar dari normal
Derajat 2 1mm
Derajat 3 lebih dari 1mm(13)
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 30
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
Pada lukasasi derajat 2 dan 3 gigi akan terasa ngilu karena ada kerusakan jaringan
periodontal ,alveolus dan suplai vaskular. (13)
Pemeriksaan (sekalian yg di atas)
a) Pemeriksaan Subyektif
Pemeriksaan terhadap pasien trauma gigi harus dilakukan sesegera mungkin
setelah terjadinya trauma. Proses pemeriksaannya hampir sama seperti pemeriksaan
pada kasus perawatan endodontik. (13)
Anamnesis diperoleh dari keterangan pasien atau orang lain yang mengetahui
secara pasti mengenai kondisi yang dialami oleh pasien, meliputi keluhan utama,
riwayat terjadinya trauma, dan medical history. (13)
Keluhan utama.
Pasien ditanyakan mengenai keparahan dari rasa sakit dan berbagai gejala
signifikan lainnya. Perdarahan pada jaringan lunak memang terlihat sebagai suatu
kondisi yang parah, namun apabila terjadi fraktur pada tulang maka rasa sakit yang
timbul akan lebih besar dan kondisi ini harus menjadi prioritas utama dalam
melakukan perawatan. Selain itu, perlu dicatat juga mengenai durasi dari tiap
gejala(13)
Riwayat terjadinya trauma
Tanyakan pasien hal-hal berikut ini:
a. Kapan dan dimana cedera terjadi.
b. Bagaimana terjadinya cedera.
c. Perawatan apa saja yang sudah dilakukan sebelum datang ke dokter gigi
(operator).
d. Apakah sebelumnya sudah pernah mengalami trauma yang serupa.
e. Gejala apa saja yang dirasakan pasien sejak terjadinya trauma (pusing, muntah,
sakit kepala, kejang-kejang ataupun konvulsi, pandangan kabur, hilang
kesadaran, gangguan pendengaran, pengecapan, penglihatan dan keseimbangan,
serta perdarahan dari hidung atau telinga.
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 31
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
Masalah gigi yang dialami sejak trauma (sakit, kegoyangan, sangkutan oklusal,
gejala lain pada jaringan sekitar gigi. (13)
Medical history.
a. Riwayat alergi terhadap obat-obatan.
b. Kelaianan seperti gangguan perdarahan, diabetes, epilepsi.
c. Obat-obatan yang sedang dipakai sekarang.
d. Status imunisasi tetanus. Untuk luka bersih, tidak diperlukan booster apabila
imunisasi dilakukan sejak 10 tahun yang lalu. Untuk luka kotor, diperlukan
booster apabila imunisasi dilakukan lebih dari 5 tahun. (13)
b) Pemeriksaan Obyektif
Pemeriksaan jaringan lunak.
Lakukan observasi dan palpasi pada jaringan lunak yang cedera. Apabila
terjadi terjadi laserasi jaringan lunak dan fraktur gigi perlu dilakukan pula
pemeriksaan radiografi karena tidak jarang fragmen gigi tertanam ke dalam jaringan
lunak. (13)
Pemeriksaan tulang wajah.
Maksila, mandibula, dan TMJ perlu diperiksa secara visual, palpasi, untuk
melihat adanya distorsi, malalignment, atau adanya indikasi fraktur. Apabila ada
indikasi fraktur lakukan pula pemeriksaan radiografi. Catat juga apabila ada
dislokasi dari gigi, sangkutan oklusal, dan perkembangan dari pathosis apikal. (13)
Pemeriksaan gigi.
Gigi yang mengalami trauma harus diperiksa apakah gigi tersebut
mengalami fraktur, kegoyangan, perubahan posisi, cedera pada ligamen periodontal
dan tulang alveolar, serta trauma pada jaringan pulpa. (13)
Fraktur email atau keretakan pada mahkota dapat diperiksa dengan indirect
light atau transluminasi atau dengan penggunaan dye. (13)
Untuk memeriksa adanya cedera pada jaringan periodontal lakukanlah tes
perkusi pada gigi. Pada gigi yang mengalami trauma tanpa adanya fraktur atau
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 32
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
perubahan posisi pemeriksaan ini cukup penting untuk melihat adanya kerusakan
pada neurovascular bundle yang masuk ke dalam gigi melalui apeks. Kerusakan ini
akan menimbulkan adanya kemungkinan terjadinya degenerasi pulpa. Kerusakan ini
biasanya ditandai dengan tes perkusi yang positif. (13)
Pemeriksaan vitalitas atau respon pulpa terhadap trauma harus diperiksa pada awal
kunjungan dan kunjungan-kunjungan kontrol berikutnya, karena adanya
kemungkinan kematian pulpa beberapa bulan setelah trauma. Setelah terjadi trauma,
sering pulpa memperlihatkan hasil negatif ketika dilakukan tes vitalitas. Namun,
setelah pulpa mengalami pemulihan, dia dapat kembali memperlihatkan hasil
positif. Hal yang sebaliknya dapat pula terjadi. (13)
Pemeriksaan penunjang
a. Radiografi dengan panoramic untuk melihat semua gigi
b. b. radiografi dengan foto periapikal untuk satu gigi. (13)
Mengapa gigi goyang (mekanisme)
Trauma :
a. Langsung : trauma kerusakan ligamen periodontal bisa luksasi bisa gigi lepas
dari soketnya
b. Tidak langsung : trauma ada celah antara ligamen periodontal bakteri
inflamasi luksasi atau gigi lepas dari soketnya. (13)
Respon Patologis
a. Infeksi bakteri lewat plak inflamasi gigi goyah
b. Plak karang gigi mendesak ligamen periodontal kegoyahan gigi(13)
Macam perawatan gigi goyang
Fase terapi inisial (non bedah): menghilangkan faktor etiologi
Fase terapi korektif (bedah)
Fase terapi pemeliharaan: untuk mencegah kekambuhan pada hasil perawatan
Perawatan non bedah(13)
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 33
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
Penyelarasan oklusal (oclusal adjusment)
Prosedur , prostetik, ortodemti
Pensliplinan (splinting)
Koreksi kebiasaan bruksin (bruxism) , klemping (clamping), dan klensing (clenching) (13)
1.16 MALOKLUSI
Definisi
Maloklusi adalah setiap keadan yang menyimpang dari oklusi normal, maloklusi
juga diartikan sebagai suatu kelainan susunan gigi geligi atas dan bawah yang berhubungan
dengan bentuk rongga mulut serta fungsi(14)
Maloklusi dapat timbul kaena faktor keturunan dimana ada ketidaksesuaian besar
rahang dengan besar gigi-gigi di dalam mulut. Misalnya, ukuran rahang mengikuti garis
keturunan Ibu, dimana rahang berukuran kecil, sedangkan ukuran gigi mengikuti garis
keturunan bapak yang giginya lebar-lebar. Gigi-gigi tersebut tidak cukup letaknya di dlaam
lengkung gigi. (14)
Kekurangan gizi juga dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tulang
rahang terganggu. (14)
Macam-macam Maloklusi
Maloklusi dibagi 3:
1. Maloklusi tipe dental, terjadi jika perkembangan rahang atas dan rahang bawah terhadap
tulang kepala normal, tapi gigi-giginya mengalami penyimpangan
2. Maloklusi tipe skeletal, terjadi karena hubungan rahang atas dan rahang bawah terhadap
tulang kepala tidak harmonis, karena ada gangguan pertumbuhan dan perkembangan
rahang
3. Maloklusi fungsional, terjadi karena adanya kelainan otot-otot, sehingga timbul
gangguan saat dipakai untuk mengunyah(14)
Klasifikasi Maloklusi Menurut Angle
Kelas I Angle
Tonjol Mesiobukal M1 atas beroklusi dengan cekung bukal M1 bawah
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 34
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
Neutroklusi(14)
kelas 1 angle
Kelas II Angle
Tonjol mesiobukal M1 atas berada lebih kemesial dari posisi kelas 1
telah melewati puncak tonjol mesiobukal M1 bawah
gigi M1 bawah lebih ke distal : Distoklusi(14)
kelas II angle
Kelas III Angle
Tonjol mesiobukal M1 atas berada lebih Ke distal dari posisi klas 1
Telah melewati puncak tonjol distobukal M1 bawah
Gigi M1 bawah lebih ke mesial : Mesioklusi(14)
kelas III angle
Untuk kasus crossbite ada yang membaginya menjadi crossbite anterior dan
crossbite posterior.
a. Crossbite anterior
Suatu keadaan rahang dalam relasi sentrik, namun terdapat satu atau beberapa
gigi anterior maksila yang posisinya terletak di sebelah lingual dari gigi anterior
mandibula. (15)
b. Crossbite posterior
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 35
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
Hubungan bukolingual yang abnormal dari satu atau beberapa gigi posterior
mandibula.
Selain Klasifikasi Angle, terdapat berbagai jenis maloklusi, seperti:
1. Deepbite adalah suatu keadaan dimana jarak menutupnya bagian insisal gigi
insisivus maksila terhadap insisal gigi insisivus mandibula dalam arah vertikal
melebihi 2-3 mm. Pada kasus deepbite, gigi posterior sering linguoversi atau miring
ke mesial dan insisivus mandibula sering berjejal, linguoversi, dan supra oklusi.
2. Openbite adalah keadaan adanya ruangan oklusal atau insisal dari gigi saat rahang
atas dan rahang bawah dalam keadaan oklusi sentrik. Macam-macam open bite
menurut lokasinya antara lain :
Anterior openbite
Klas I Angle anterior openbite terjadi karena rahang atas yang sempit,
gigi depan inklinasi ke depan, dan gigi posterior supra oklusi, sedangkan Klas
II Angle divisi I disebabkan karena kebiasaan buruk atau keturunan.
Posterior openbite pada regio premolar dan molar.
Kombinasi anterior dan posterior/total openbite terdapat baik di anterior,
posterior, dapat unilateral ataupun bilateral. (15)
3. Crowded (Gigi berjejal) adalah keadaan berjejalnya gigi di luar susunan yang
normal. Penyebab gigi berjejal adalah lengkung basal yang terlalu kecil daripada
lengkung koronal. Lengkung basal adalah lengkung pada prossesus alveolaris
tempat dari apeks gigi itu tertanam, lengkung koronal adalah lengkung yang paling
lebar dari mahkota gigi atau jumlah mesiodistal yang paling besar dari mahkota gigi
geligi. Faktor keturunan merupakan salah satu penyebab gigi bejejal, misalnya ayah
mempunyai struktur rahang besar dengan gigi yang besar-besar, ibu mempunyai
struktur rahang kecil dengan gigi yang kecil. Kombinasi genetik antara rahang kecil
dan gigi yang besar membuat rahang tidak cukup dan gigi menjadi berjejal. Kasus
gigi berjejal dibagi berdasarkan derajat keparahannya, yaitu:
a. Gigi berjejal kasus ringan
Terdapat gigi-gigi yang sedikit berjejal, sering pada gigi depan
mandibula, dianggap suatu variasi yang normal dan dianggap tidak memerlukan
perawatan.
b. Gigi berjejal kasus berat
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 36
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
Terdapat gigi-gigi yang sangat berjejal sehingga dapat menimbulkan oral
hygiene yang buruk. (15)
4. Diastema (Gigi renggang)
Gigi renggang adalah suatu keadaan terdapatnya ruang di antara gigi geligi
yang seharusnya berkontak. Diastema ada 2 macam, yaitu:
a. Lokal, jika terdapat diantara 2 atau 3 gigi. Penyebabnya antara lain frenulum
labial yang abnormal, kehilangan gigi, kebiasaan jelek, dan persistensi.
b. Umum, jika terdapat pada sebagian besar gigi, dapat disebabkan oleh faktor
keturunan, lidah yang besar dan oklusi gigi yang traumatis. (15)
Etiologi
Etiologi dari maloklusi dapat terbagi 2, yaitu :
Primary etiologi site
Etiologi pendukung(16)
Primary etiologi site terbagi menjadi :
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 37
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
1. System Neuromuskular
Beberapa pola kontraksi neuromuscular beradaptsi terhadap ketidakseimbangan skeletal
/ malposisi gigi. Pola- pola kontraksi yang tidak seimbang adalah bagian penting dari
hampir semua maloklusi. (16)
2. Tulang
Karena tulang muka, terutama maxilla dan mandibula berfungsi sebagai dasar untuk
dental arch, kesalahan dalam marfologi / pertumbuhannya dapat merubah hubungan dan
fungsi oklusi. Sebagian besar dari maloklusi ynag sangat serius adalah membantu dalam
identifikasi dishamorni osseus. (16)
3. Gigi
Gigi adalah tempat utama dalam etiologi dari kesalahan bentuk dentofacial dalam
berbagai macam cara. Variasi dalam ukuran, bentuk, jumlah dan posisis gigi semua
dapat menyebabkan maloklusi. Hal yang sering dilupakan adalah kemungkinan bahwa
malposisisi dapat menyebabkan malfungsi, secara tidak langsung malfungsi merubah
pertumbuhan tulang. Yang sering bermasalah adalah gigi yang terlalu besar. (16)
4. Jaringan Lunak (tidak termasuk otot)
Peran dari jaringan lunak, selain neuromuskulat dalam etiologi maloklusi, dapat dilihat
dengan jelas seperti tempat- tempat yang didiskusi sebelumnya. Tetapi, maloklusi dapat
disebabkan oleh penyakit periodontal / kehilangan perlekatan dan berbagai macam lesi
jaringan lunak termasuk struktur TMJ. (16)
Etiologi Pendukung antara lain :
Herediter
Herediter telah lama dikenal sebagai penyebab maloklusi. Kesalahan asal genetic dapat
menyebabkan penampilan gigi sebelum lahir / mereka tidak dapat dilihat sampai 6 tahun
setelah kelahiran (contoh : pola erupsi gigi). Peran herediter dalam pertumbuhan
craniofacial dan etiologi kesalahan bentuk dentalfacial telah menjadii banyak subjek
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 38
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
penelitian. Genetic gigi adalah kesamaan dalam bentuk keluaraga sangat sering terjadi
tetapi jenis transmisi / tempat aksi genetiknya tidak diketahui kecuali pada beberapa
kasus ( contoh : absennya gigi / penampilan beberapa syndrome craniofacial). (16)
Trauma
Baik trauma prenatal atau setelah kelahiran dapat menyebabkan kerusakan atau
kesalahan bentuk dentofacial. (16)
Kebiasaan dapat menyebabkan mikrotrauma dalam masa yang lama.
o Agen Fisik
o Ekstraksi yang terlalu awal dari gigi sulung.
o Makanan(16)
Makanan yang dapat menyebabkan stimulasi otot yang bekerja lebih dan peningkatan
fungsi gigi. Jenis makanan seperti ini menimbulkan karies yang lebih sedikit. (16)
Gejala
o Alignment gigi yang tidak normal
o Penampilan wajah yang tidak normal
o Kesulitan atau rasa tidak nyaman saat menggigit dan mengunyah
o Kesulitan bicara atau cadel
o Mouth breathing (bernafas dengan melalui mulut tanpa menutup bibir)(17)
Tatalaksana
Sebagian besar masalah dengan kesejajaran gigi ditemukan oleh dokter gigi selama
pemeriksaan rutin. Dokter gigi mungkin menarik pipi Anda ke luar dan meminta Anda
untuk menggigit untuk memeriksa seberapa baik gigi belakang anda saat menutup bersama-
sama. Jika ada masalah, dokter gigi biasanya akan merujuk Anda ke dokter gigi untuk
diagnosis dan pengobatan.
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 39
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
X-ray gigi, rontgen tengkorak kepala, atau rontgen wajah mungkin diperlukan. Cetakan gigi
platik atau plaster seringkali dibutuhkan. (17)
Terapi
Sangat sedikit orang yang memiliki gigi dengan kesejajaran yang sempurna. Namun,
sebagian besar maloklusi sangat minor sehingga tidak memerlukan pengobatan . (17)
Maloklusi adalah alasan paling umum untuk rujukan ke dokter gigi .
Dengan memerbaiki maloklusi sedang atau berat , gigi lebih mudah untuk dibersihkan dan
resiko kerusakan gigi dan penyakit periodontal ( gingivitis atau periodontitis ) bisa
berkurang. Tindakan mengurangi ketegangan pada gigi , rahang , dan otot , dapat
mengurangi resiko retak pada gigi dan dapat mengurangi gejala gangguan sendi
temporomandibular . (17)
Tujuannya adalah untuk memperbaiki posisi gigi. Kawat gigi atau peralatan lain dapat
digunakan. Band-band metal ditempatkan di sekitar beberapa gigi ,atau menggunakan
ikatan dari logam ,keramik , atau plastik yang dilekat pada permukaan gigi . Kawat atau per
berfungsi menambah kekuatan pada gigi . (17)
Satu atau lebih gigi mungkin perlu dicabut jika gigi terlalu padat atau crowded. Bentuk gigi
yang tidak teratur dapat diatur didorong ke bawah , diubah bentuknya , dan diikat atau
diberi cap. Restorasi kecacatan gigi dan jaringan penyokong gigi harus diperbaiki .
Pembedahan mungkin diperlukan pada kasus yang langka . Termasuk mungkin
dilakukannya tindakan pembedahan untuk memperpanjang atau memperpendek rahang
( bedah ortognatik ) . Wires , plates , atau sekrup dapat digunakan untuk menstabilkan
tulang rahang . Jelas kawat gigi ( aligners ) tanpa kabel dapat digunakan pada beberapa
pasien . (17)
Penting halnya mengingatkan pasien untuk menyikat gigi dan melakukan floss setiap hari,
serta melakukan kunjungan rutin ke dokter gigi umum. Plak yang terakumulasi pada kawat
gigi dapat secara permanen mengotori gigi atau menyebabkan kerusakan gigi jika tidak
dirawat dengan benar. (17)
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 40
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
Mungkin diperlukan retainer untuk menstabilkan gigi setelah pemasangan kawat gigi. (17)
DAFTAR PUSTAKA
1. Medicastrore.com/penyakit/141/Pulpitis/radang-pulpa-gigi
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 41
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
2. Mydental30.blogspot.com/2013/02/diagnos-penyakit-pulpa
3. Prasko M.H. 2013. PENGERTIAN PULPITIS dan MACAM PENYAKIT PULPA,
diunduh dari: http://bahan-kuliahmu.blogspot.com/2013/09/pengertian-pulpitis-dan-
macam-penyakit.html#sthash.MMxzWHyI.dpuf, pada tanggal 07 maret 2014, pukul
22:00
4. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25405/4/Chapter%20II.pdf
5. Mozartha M. 2014. PERIODOTITIS, diunduh dari:
http://klikdokter.com/rubrikspesialis/read/18/gigimulut/2010/07/05/62/
periodontitis#.Ux85JT9_uhM, pada tanggal 8 maret 2014, pukul 21:00
6. Williaty, Enny, dkk. Pedoman Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. Surabaya Wijaya Kusuma
Surabaya;2009
7. Nurasih, 2009, GINGIVITIS, diunduh dari: http://nur1207.blogspot.com/, tanggal 09
maret 2014, pukul 21:15
8. http://id.wikipedia.org/wiki/Gingivitis
9. http://medicastore.com/penyakit/143/.html
10. N bin Muhammad 2011, Resesi Gingiva, diunduh dari:
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22449/4/Chapter%20I.pdf, pada tanggal 09
maret 2014, pukul 22:00
11. Alfa, 2013 Penyebab, gejala, dan cara mengobati abrasi gigi diunduh dari:
http://nisekoexpress.com/2013/12/penyebab-gejala-dan-cara-mengobati-abrasi-gigi. pada
tanggal 9 September 2014, pukul 22:30
12. Alexander DC, et al, 2010, Medical Emergencies In The Dental Office, diunduh dari:
http://www.insidedentalassisting.com, pada tanggal 09 maret 2014, pukul 22:3013. Anonime, 2011, Gigi Goyang, diunduh dari: http://dscku.blogspot.com/2011/05/gigi-
goyang.html, pada tanggal 09 maret 2014, pukul 22:40
14. Anonimous, 2010, Maloklusi, diunduh dari:
http://luv2dentisha.wordpress.com/2010/05/08/maloklusi/, pada tanggal 09 maret
2014, pukul 22:50
15. Anonimous, 2013, Malloklusi, diunduh dari:
http://fairytoot.blogspot.com/2013/10/maloklusi_6375.html, pada tanggal 09 maret 2014,
pukul 23:00
16. Angatama, 2010, Oklusi dan Maloklusi, diunduh dari:
http://anggatama.wordpress.com/2010/04/03/oklusi-dan-maloklusi/, pada tanggal 09 maret
2014, pukul 23:10
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 42
Fakultas Kedokteran UWKSRSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
17. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001058.htm
Jurnal Reading Manajemeen Perforasi Luas dari Ulkus Duodenum 43