laporan kasus i ket
DESCRIPTION
ketTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
G1P0A0 GRAVID 1 MINGGU dengan KEHAMILAN
EKTOPIK TERGANGGU (KET)
disusun Oleh :
Frianto Ismail
Pembimbing :
dr. Acholder TP Sirait, Sp.OG, M.Kes
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
RSUD EMBUNG FATIMAH BATAM
2016
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Kehamilan ektopik merupakan suatu keadaan dimana kantung gestasi
berada diluar kavum uteri. Kehamilan ektopik terjadi pada 1 dari 50 kehamilan.
Kehamilan ektopik merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu pada
triwulan pertama dari kehamilan.
Resiko kehamilan ektopik sangat besar karena kehamilan ini tidak bisa
menjadi normal. Bila telur tersebut tetap tumbuh dan besar disaluran tuba maka
suatu saat tuba tersebut akan pecah dan dapat menyebabkan perdarahan yang
sangat hebat dan mematikan. Apabila seseorang mengalami kehamilan ektopik
maka kehamilan tersebut harus cepat diakhiri karena besarnya risiko yang
ditanggungnya.
Prinsip dasarnya jika pada wanita dalam masa reproduksi dengan
gangguan atau keterlambatan haid yang disertai dengan nyeri perut bagian
bawah, perlu difikirkan kehamilan ektopik terganggu. Gambaran klinik
kehamilan ektopik yang terganggu amat beragam. Sekitar 10 – 29% pasien yang
pernah mengalami kehamilan ektopik, mempunyai kemungkinan untuk terjadi
lagi. Kira – kira sepertiga sampai separuh dari pasien dengan kehamilan ektopik
mempunyai riwayat infeksi pelvis sebelumnya.
BAB II
LAPORAN KASUSI. Identitas Pasien
Nama : Ny. Encik Sukmariani
Umur : 29 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Kampung dalam, RT/RW 005/004, Kel baloi indah
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku : Melayu
No. RM : 14.81.71
Tanggal masuk RS : 07 Maret 2016
II. Identitas Suami
Nama : Tn. Nurizki
Umur : 27 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Kampung dalam, RT/RW 005/004, Kel baloi indah
Pekerjaan : -
Suku : Padang
III. Anamnesa
A. Keluhan Utama
Nyeri perut di seluruh lapang perut
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Ny.Encik 29 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri perut di seluruh
lapangan perut, muntah 1x, demam (-), BAB normal, BAK normal, pusing (-),
mual (-).
Pasien mengaku sedang hamil anak pertama, tidak pernah abortus, umur
kehamilan diperkirakan 1 minggu.
Sebelumnya pasien melakukan pemeriksaan di RS budi kemulian,
diagnosa dari hasil pemeriksaan adalah kista ovarium. OS todak memilki riwayat
alergi obat (-), darah tinggi (-), kencing manis (-), asma (-).
C. Riwayat Penyakit Dahulu & Keluarga
Hipertensi (-), DM (-), Asma (-).
D. Riwayat Obstetrik
Pasien sebelumnya belum pernah hamil, dan tidak pernah keguguran
E. Riwayat ANC
Pasien belum pernah melakukan pemeriksaan ANC
F. Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 tahun
Siklus Haid : 28 hari, Dysmenorhea : ya
Lama / kuantitas : 5 hari / 1 hari 3x ganti pembalut
HPHT : ?
G. Riwayat Kontrasepsi
Os mengatakan tidak pernah menggunakan kontrasepsi dalam bentuk apapun
H. Riwayat Kebiasaan
Merokok (-), konsumsi alkohol (-), konsumsi obat – obatan selama hamil (-)
IV. Pemeriksaan Fisik
A. Status Generalis
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
Tekanan Darah : 100/60 mmHg
Nadi : 86x/menit
Suhu : 36°C
Pernafasan : 20 x/menit
SpO2 : 98%
Kepala : Normochepal, CA (+), SI (-),
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thoraks : Cor = BJ I,II reguler, Murmur (-), gallop (-)
Pulmo = SN Vesikuler (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
Abdomen : Soepel (+), NT (+) di fosa iliaka dextra, BU (N)
Genitalia : P/V (-), Pem dalam (VT (-))
Ekstremitas : Akral hangat (+)
V. Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap & Elektrolit (07 – 3 – 2016) : I
Hb : 8,2 gr/dl
Leukosit : 14.800 /ul
GDS : 188 mg/dl
Masa perdarahan : 4’00
Masa pembekuan : 8’00
Natrium : 133 mmol/L
Kalium : 3,7 mmol/L
Clorida : 107 mmol/L
Darah Lengkap (07 – 03 – 2016) : II
Hb : 6,6 gr/dl
Leukosit : 10.600 /ul
Trombosit : 258 ribu/ul
Darah Lengkap (07 – 03 – 2016) : III
Hb : 6,4 gr/dl
Leukosit : 9.200 /ul
Trombosit : 115 ribu/ul
Masa Perdarahan : 3’00
Masa Pembekuan : 7’30
Plano Test
Positif (+)
USG (07 – 03 – 2016) (09.30 di poli dg dr.Acholder, Sp.OG)
Hasil : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
VI. Diagnosis
G1P0A0 gr 1 minggu + Kehamilan ektopik terganggu (KET)
VII. Penatalaksanaan
Planning diagnosa : Pemeriksaan darah lengkap, Pemeriksaan plano test.
Pemeriksaan USG
Planning terapi : pro operasi laparatomi eksplorasi, resusitasi cairan,
transfusi PRC,
Planning monitoring : KU, Tanda vital
VIII. Follow Up Pasien
Tanggal Ruangan SOAP INSTRUKSI
07/03/16
(08.30)
IGD S : Pasien datang dengan keluhan nyeri perut seluruh lapang perut, muntah (+) 1x, mual (+), demam (-), BAB (N), BAK (N), pasien sebelumnya berobat ke RSBK dgn dx Kista OvariumO : Kes : CM, KU : SedangTD : 100/60 mmHg, Nadi : 80x/menitRR : 20x/menit, Suhu : 36°CSpO2 : 98%Kepala : NormochepalyMata : Anemis (+), sklera ikterik (-)Leher : pembesaran KGB (-)Thorax :Cor : BJ I,II reguler, Murmur (-), gallop (-)Pul : SN Vesikuler +/+, Rh (-/-), Wh (-/-)Abdomen :Soepel (+), NT (+), BU (+) NormalEkstremitas : Akral hangatA : Kolik abdomen ec. Susp app akut,Dd/ Batu saluran kemihP : IVFD RL 20 tpmInj Ranitidin 1 ampInj Ondansentron 1 ampInj ketorolac 1 ampPronalges supp I
Dr. Acholder, Sp.OG Visite ke UGD
Konsul dr. April, Sp.B (04.30)Adv : Inj ketoroloac 3x1 amp Inj ranitidin 2x1 amp Pronalges supp I USG abdomen Cek urinalisa, sedimen urin Konsul obgyn
Konsul dr. Acholder, Sp.OG
Adv :
USG di poli (08.00)
Adv :
Cek plano test + Hb serial
(08.50)
(12.00)
Lapor hasil lab ke dr. Acholder, Sp.OG
- Transfusi Kolf I No.pack 472X1042
Adv :
Plano test (+) USG Kandungan Hasil : KET Rencana Op jam 14.00 Siapkan darah 2 kantong PRC
07/03/16
(19.30)
Mawar S :
- Kaki terasa kebas- Badan lemas- Kepala pusing
O :
- KU : baik, Kes :CM- TD : 100/70 mmHg, Nadi : 80x/menit- RR : 20x/menit, Suhu : 36°C- Kepala : Normochepaly- Mata : Anemis (-), sklera ikterik (-)- Leher : pembesaran KGB (-)Thorax :- Cor : BJ I,II reguler, Murmur (-), gallop (-)- Pul : SN Vesikuler +/+, Rh (-/-), Wh (-/-)Abdomen :- Soepel (+), NT (+), BU (+) NormalEkstremitas :- Akral hangat- Taka : RL drip tramadol + ondansenstron
1 amp 16 tpm- Taki : NaCl
DC (+)
A : Post laparotomi a/i KET
P :
- Inj epedrin 10 mg bila TD ≤ 90/60 mmHg- Ceftriaxone 2x1- Ketorolac 3x1- As.traneksamat 3x1
(20.10)
Transfusi darah kolf III No.pack 466U7192
08/03/16 Mawar S :- badan lemas, pusing (-), mual (-), muntah
(-)
O :
- KU : baik, Kes :CM- TD : 110/70 mmHg, Nadi : 75x/menit- RR : 20x/menit, Suhu : 36,8°C- Kepala : Normochepaly- Mata : Anemis (-), sklera ikterik (-)- Leher : pembesaran KGB (-)Thorax :- Cor : BJ I,II reguler, Murmur (-), gallop (-)- Pul : SN Vesikuler +/+, Rh (-/-), Wh (-/-)Abdomen :- Soepel (+), Nyeri bekas Op (+), BU (+)
NormalEkstremitas :- Akral hangat, oedem (-)
A : Post laparatomi a/i KET
P :
- IVFD RL- Ceftriaxone 2x1- Ketorolac 3x1- As.Traneksamat 3x1- Inj epedrin 10 mg bila TD ≤ 90/60 mmHg
09/03/16 Mawar S :- Nyeri luka post op (+)- Pusing (-), lemas (-), mual (-), muntah (-)
O :
- KU : baik, Kes :CM- TD : 110/70 mmHg, Nadi : 78x/menit- RR : 18x/menit, Suhu : 36,3°C- Kepala : Normochepaly- Mata : Anemis (-), sklera ikterik (-)
- Leher : pembesaran KGB (-)Thorax :- Cor : BJ I,II reguler, Murmur (-), gallop (-)- Pul : SN Vesikuler +/+, Rh (-/-), Wh (-/-)Abdomen :- Soepel (+), Nyeri bekas Op (+), BU (+)
NormalEkstremitas :- Akral hangat, oedem (-)
A : post laparatomi a/i KET
P :
Oral
- Cefadroxil 2x1- As. Met 3x1- Ganti perban pagi ini- Boleh pulang
BAB III
TINJAUAN PUSTAKAI. Definisi Kehamlan Ektopik
Kehamilan ektopik ialah kehamilan dengan ovum yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium
kavum uteri. Istilah kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin
yang sekarang masih juga banyak dipakai, oleh karena terdapat beberapa jenis
kehamilan ektopik yang berimplantasi dalam uterus tetapi tidak pada tempat yang
normal, misalnya kehamilan pada pars interstitialis tuba dan kehamilan pada
serviks uteri.
Kehamilan ektopik merupakan keadaan emergensi yang menjadi
penyebab kematian maternal selama kehamilan trimester pertama. Karena janin
pada kehamilan ektopik secara nyata bertanggung jawab terhadap kematian ibu,
maka para dokter menyarankan untuk mengakhiri kehamilan.
II. Epidemiologi
Kehamilan ektopik belum terganggu sulit diketahui, karena biasanya
penderita tidak menyampaikan keluhan yang khas, kehamilan ektopik baru
memberikan gejala bila kehamilan tersebut terganggu.12 Sehingga insidens
kehamilan ektopik yang sesungguhnya sulit ditetapkan. Meskipun secara
kuantitatif mortalitas akibat KET berhasil ditekan, presentase insidens dan
prevalensi KET cenderung meningkat dalam dua dekade ini. Dengan
berkembangnya alat diagnostik canggih, semakin banyak kehamilan ektopik yang
terdiagnosis sehingga semakin tinggi pula insidens dan prevalensinya.1
Keberhasilan kontrasepsi pula meningkatkan presentase kehamilan
ektopik, karena keberhasilan kontrasepsi hanya menurunkan angka kejadian
kehamilan uterin, bukan kehamilan ektopik, terutama IUD dan mungkin juga
progestage dosis rendah. Meningkatnya prevalensi infeksi tuba juga
meningkatkan keterjadian kehamilan ektopik. Selain itu, perkembangan teknologi
di bidang reproduksi, seperti fertilisasi in vitro, ikut berkontribusi terhadap
peningkatan frekuensi kehamilan ektopik.1
Kehamilan ektopik lebih sering ditemukan pada wanita kulit hitam
daripada wanita kulit putih. Perbedaan ini diperkirakan karena peradangan pelvis
lebih banyak ditemukan pada golongan wanita kulit hitam.
Kehamilan ektopik banyak terdapat bersama dengan keadaan gizi buruk
dan keadaan kesehatan yang rendah, maka insidennya lebih tinggi di negara
sedang berkembang dan pada masyarakat yang berstatus sosio-ekonomi rendah
daripada di negara maju dan pada masyarakat yang berstatus sosio-ekonomi
tinggi.1
Di amerika serikat, kehamilan ektopik terjadi pada 1 dari 64 hingga 1
dari 241 kehamilan, kejadian ini dipengaruhi faktor sosial, mungkin karena pada
golongan pendapatan rendah lebih sering terdapat gonorrhoe karena
kemungkinan berobat kurang.1
III. Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi
sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. Trijatmo Rachimhadhi dalam
bukunya menjelaskan beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab
kehamilan ektopik terganggu.
1. Faktor mekanis
Hal hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang dibuahi ke
dalam kavum uteri, antara lain :
Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi silia
lipatan mukosa tuba dengan penyempitan saluran atau pembentukan
kantong – kantong buntu. Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat
infeksi juga menyebabkan implantasi hasil zigot pada tuba falopii.
Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus / infeksi pasca nifas,
apendisitis, atau endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya tuba atau
penyempitan lumen
Kelainan pertumbuhan tuba, terutama diventrikulum, ostium asesorius dan
hipoplasia. Namun ini jarang terjadi
Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang kegagalan
usaha untuk memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi
Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya benjolan
pada adneksia
Penggunaan IUD
2. Faktor fungsional
Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus mulleri
yang abnormal
Refluks menstruasi
Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon esterogen dan
progesteron
3. Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi
4. Hal lainnya, seperti riwayat KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya.
Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba. Sangat jarang
terjadi implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk
uterus yang rudimeter, dan vertikel pada uterus. Berdasarkan implantasi hasil
konsepsi pada tuba, terdapat kehamilan pars interstisialis tuba, kehamilan pars
ismika tuba, kehamilan pars ampullaris tuba dan kehamilan infundibulum tuba.
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui. Tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan telur di
bagian ampulla tuba, dan dalam perjalanan ke uterus telur mengalami hambatan
sehingga pada saat nidasi masih dituba, atau nidasinya di tuba dipermudah.
Beberapa pembagian yang berbeda mengenai faktor – faktor yang
memegang peranan dalam hal ini adalah sebagai berikut :
1. Faktor dalam lumen tuba
Endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga
lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu.
Pad hipoplasia uteri lumen tuba sempit dan berlekuk – lekuk dan hal ini
sering disertai gangguan fungsi silia endosalping.
Operasi plastic tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab
lumen tuba menyempit.
2. Faktor pada dinding tuba
Endometriosis tuba dapat mempermudahkan implantasi telur yang dibuahi
dalam tuba.
Divertikel tuba congenital atau ostium assesorius tubae dapat menahan telur
yang dibuahi di tempat ini.
3. Faktor diluar dinding tuba
Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat menghambat
perjalanan telur
Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba.
4. Faktor lain
Migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau
sebaliknya dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke uterus,
pertumbuhan telur yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi
premature.
Fertilisasi in vitro.
IV. Faktor Resiko
Faktor resiko untuk kehamilan ektopik telah dirangkum oleh ankum dkk
dalam meta-analisis yang mencakup 36 studi sebelumnya. Ada hubungan yang
kuat antara kehamilan ektopik dengan kondisi yang dianggap menghambat
migrasi sel telur yang telah dibuahi ke rahim. Dalam hal ini termasuk kerusakan
tuba falopi dari penyakit radang panggul sebelumnya, sejarah kehamilan ektopik,
dan operasi tuba sebelumnya, termasuk ligasi tuba sebelumnya. Mekanisme
patofisiologi terhadap terganggunya integritas tuba ini yang mungkin menjadi
penyebab peningkatan jumlah kehamilan ektopik pada pasien dengan infertilitas
atau operasi panggul sebelumnya.8
Merokok (diduga mempengaruhi motilitas tuba), bertambahnya usia, dan
memiliki lebih dari satu pasangan seksual juga telah memiliki kaitan yang lemah
terhadap peningkatan resiko kehamilan ektopik. Tidak jelas kaitan yang
dilaporkan antara kehamilan ektopik dan penggunaan kontrasepsi oral, keguguran
spontan, atau kelahiran secara besar.8
Faktor – faktor yang sering terjadi adalah :
Riwayat kehamilan jelek
Riwayat kehamilan yang behubungan dengan resiko kehamilan ektopik
adalah kehamilan ektopik, induksi abortus berulang dan mola. Sekali pasien
pernah mengalami kehamilan ektopik ia mempunyai kemungkinan 10 sampai
25% untuk terjadi lagi. Hanya 60% dari wanita yang pernah mengalami
kehamilan ektopik menjadi hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan
jadi lebih tinggi. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan
berkisar 0-14,6%. Sebagai konsekuensinya, beberapa pasien melaporkan
kehamilan ektopik sebelumnya dan mengenal gejala – gejala sekarang yang
serupa.1
Riwayat infeksi pelvis
Kira-kira sepertiga sampai separuh dari pasien dengan kehamilan ektopik
mempunyai riwayat infeksi pelvis sebelumnya. Calon ibu menderita akibat
penyakit GO (gonorrhea) ataupun radang panggul. Hal inilah yang
menyebabkan ibu menderita keputihan harus melakukan pemeriksaan untuk
memastikan gejala yang di deritanya adalah tanda infeksi atau hanya
keputihan yang bersifat fisiologis.1
Riwayat kontrasepsi
Riwayat kontrasepsi membantu dalam penilaian kemungkinan kehamilan
ektopik. Pada kasus – kasus kegagaln kontrasepsi pada wanita yang
menggunakan kontrasepsi oral atau dengan alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR), rasio kehamilan ektopik dibandingkan dengan kehamilan
intrauterin adalah lebih besar daripada wanita – wanita yang tidak
menggunakan metode kontrasepsi. Kejadian kehamilan ektopik pada
akseptor AKDR dilaporkan 12 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
pemakai kondom. Diperkirakan terjadi 2 kehamilan ektopik per 1000
akseptor AKDR setiap tahun.1
Akseptor pil yang berisi hanya progestagen dilaporkan mempunyai insiden
yang tinggi terhadap kehamilan ektopik apabila terjadi kehamilan selagi
menjadi akseptor yaitu 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan insidennya
yang biasa. Pada pemakai pil 4-6% dari kehamilannya dilaporkan adalah
ektopik, akan tetapi dilaporkan tidak terjadi perubahan insiden pada akseptor
pil kombinasi.1
Riwayat operasi tuba
Adanya riwayat pembedahan tuba sebelumnya baik prosedur sterilisasi yang
gagal maupun usaha untuk memperbaiki infertilitas tuba samakin umum
sebagai faktor resiko terjadinya kehamilan ektopik.1
Merokok
Merokok pada waktu terjadi konsepsi meningkatkan insiden kehamilan
ektopik yang diperkirakan sebagai akibat perubahan jumlah dan afinitas
reseptor adrenergik dalam tuba.1
V. Patofisiologi
Proses implantasi ovum yang dibuahi yang terjadi di tuba pada dasarnya
sama dengan halnya di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau
interkolumner. Implantasi secara kolumner yaitu telur berimplantasi pada ujung
atau sisi jonot endosalping. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh
kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan kemudian di
resorpsi. Pada nidasi secara interkolumner telur bernidasi antara dua jonjot
endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen
tuba oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan
pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di tuba tidak sempurna, dengan
mudah vili korialis menembus endosalping dan masuk ke dalam lapisan otot –
otot tuba dengan merusak jaringan pembuluh darah. Perkembangan janin
selanjutnya bergantung pada beberapa faktor, seperti tempat implantasi, tebalnya
dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas.
Dibawah pengaruh hormon esterogen dan progesteron dari korpus
luteum graviditas dan trofoblas, uterus menjadi besar dan lembek. Endometrium
dapat pula berubah menjadi desidua. Setelah janin mati, desidua dalam uterus
mengealami degenerasi dan kemudian dikeluarkan berkeping – keping atau
dilepaskan secara utuh. Perdarahan pervaginam yang dijumpai pada kehamilan
ektopik terganggu berasal dari uterus dan disebabkan oleh pelepasan desidua
yang degenerative.
Tuba bukanlah tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, sehingga tidak
mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Sebagian besar
kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 – 10 minggu. Terdapat
beberapa kemungkinan mengenai nasib kehamilan dalam tuba yaitu :
a Hasil konsepsi mati dini dan diresorpsi
Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena
vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi resorpsi total. Dalam
keadaan ini penderita tidak mengeluh apa – apa dan haidnya terlambat
untuk beberapa hari.
b Abortus kedalam lumen tuba
Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh – pembuluh darah
oleh vili korialis pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan
mudigah dari dinding tersebut bersama – sama dengan robeknya
pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi sebagian atau seluruhnya. Bila
pelepasan menyeluruh, mudigah dan selaputnya dikeluarkan dalam lumen
tuba dan kemudian didorong oleh darah ke arah ostium tuba abdominale.
Perdarahan yang berlangsung terus menyebabkan tuba membesar dan
kebiru – biruan (hematosalping) dan selanjutnya darah mengalir ke rongga
perut melalui ostium tuba, berkumpul di kavum douglas dan akan
membentuk hematokel retrouterina.
c Ruptur dinding tuba
Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya
pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur pada pars interstitialis terjadi pada
kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan ruptur ialah
penembusan vili koriales ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke
peritoneum. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma ringan.
Darah dapat mengalir ke dalam rongga perut melalui ostium tuba
abdominale. Bilsa ostium tuba tersumbat, ruptur sekunder dapat terjadi.
Dalam hal ini, dinding tuba yang telah menipis oleh invasi trofoblas, pecah
karena tekanan darah dalam tuba. Kadang – kadang ruptur terjadi di arah
ligamentum latum dan terbentuk hematoma intraligamenter antara 2 lapisan
ligamentum tersebut. Jika janin hidup terus, dapat terjadi kehamilan
intraligamenter.
Pada ruptur ke rongga perut, seluruh janin dapat keluar dari tuba, tetapi bila
robekan tuba kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi dikeluarkan dari
tuba. Nasib janin bergantung pada tuanya kehamilan dan kerusakan yang
diderita. Bila janin mati dan masih kecil, dapat diresorpsi seluruhnya, dan
bila besar dapat diubah menjadi litopedion.
Janin yang dikeluarkan dari tuba dengan masih diselubungi oleh kantong
amnion dan dengan plasenta masih utuh kemungkinan tumbuh terus dalam
rongga perut, sehingga terjadi kehamilan ektopik lanjut atau kehamilan
abdominal sekunder. Untuk mencukupi kebutuhan makanan bagi janin,
plasenta dari tuba akan meluaskan implantasinya kejaringan sekitarnya
misalnya kebagian uterus, ligamentum latum, dasar panggul dan usus.1,2
VI. Klasifikasi kehamilan Ektopik
Menurut lokasinya, kehamilan ektopik dapat dibagi dalam beberapa
golongan ;
a Tuba fallopi.
95% kehamilan ektopik terjadi pada tuba fallopi.3 pada kasus kehamilan
tuba, 65% terjadi kehamilan ektopik pada tuba uterina kanan, dan 35%
kasus pada tuba uterina kiri.9 lokasi – lokasi tuba yang bisa terjadi
kehamilan ektopik :
Pars interstitialis
Isthmus
Ampulla
Infundibulum
Fimbriae
b Uterus
Kanalis servikalis
Diventrikulum
Kornua
Tanduk rudimeter
c Ovarium
d Intraligamenter
e Abdominal
Primer
Sekunder
f Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus.3