laporan kasus internship dislokasi sendi temporomandibular

39
Presentasi Kasus Dislokasi Sendi Temporomandibular Laporan kasus ini diajukan dalam rangka praktek dokter internsip sekaligus sebagai bagian persyaratan menyelesaikan program internsip di RSUD Kanjuruhan, Kepanjen, Malang Diajukan kepada: dr. Hendryk Kwandang, M.Kes (Pembimbing IGD dan Rawat Inap) dr. Benediktus Setyo Untoro (Pembimbing Rawat Jalan)

Upload: sergius-stanley

Post on 19-Dec-2015

202 views

Category:

Documents


29 download

DESCRIPTION

Laporan kasus tentang dislokasi sendi temporomandibular.Dasar teori serta contoh kasus nyata pada pasien serta pembahasan hubungan antara kasus dengan dasar teori.

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan kasus internship dislokasi sendi temporomandibular

Presentasi Kasus

Dislokasi Sendi Temporomandibular

Laporan kasus ini diajukan dalam rangka praktek dokter internsip sekaligus

sebagai bagian persyaratan menyelesaikan program internsip di

RSUD Kanjuruhan, Kepanjen, Malang

Diajukan kepada:

dr. Hendryk Kwandang, M.Kes (Pembimbing IGD dan Rawat Inap)

dr. Benediktus Setyo Untoro (Pembimbing Rawat Jalan)

Disusun oleh:

dr. Sergius Stanley Proboseno

RSUD “KANJURUHAN” KEPANJEN

KABUPATEN MALANG

2014

Page 2: Laporan kasus internship dislokasi sendi temporomandibular

HALAMAN PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS

DISLOKASI SENDI TEMPOROMANDIBULAR

Laporan kasus ini diajukan dalam rangka praktek dokter internsip sekaligus

sebagai bagian persyaratan menyelesaikan program internsip di

RSUD Kanjuruhan, Kepanjen, Malang

Telah diperiksa dan disetujui

pada tanggal :

Oleh :

Dokter Pembimbing Instalasi Gawat Darurat dan Rawat Inap

dr. Hendryk Kwandang, M.Kes

i

Page 3: Laporan kasus internship dislokasi sendi temporomandibular

HALAMAN PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS

DISLOKASI SENDI TEMPOROMANDIBULAR

Laporan kasus ini diajukan dalam rangka praktek dokter internsip sekaligus

sebagai bagian persyaratan menyelesaikan program internsip di

RSUD Kanjuruhan, Kepanjen, Malang

Telah diperiksa dan disetujui

pada tanggal :

Oleh :

Dokter Pembimbing Rawat Jalan

dr. Benediktus Setyo Untoro

ii

Page 4: Laporan kasus internship dislokasi sendi temporomandibular

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Bapa di surga atas bimbinganNya sehingga

penulis telah berhasil menyelesaikan portofolio laporan kasus yang berjudul

“Dislokasi Sendi Temporomandibular”. Dalam penyelesaian portofolio laporan

kasus ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. dr.Hendryk Kwandang, M.Kes selaku dokter pembimbing instalasi gawat

darurat dan rawat inap

2. dr.Benediktus Setyo Untoro selaku dokter pembimbing rawat jalan

3. dr. Antarestawati, dr. Janny F.D., dr. Anita Ikawati, dan dr. Romualdus

Redy Wibowo selaku dokter jaga dua

4. Serta paramedis yang selalu membimbing dan membantu penulis.

Portofolio laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan

kerendahan hati penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengharapkan

saran dan kritik yang membangun. Semoga laporan kasus ini dapat menambah

wawasan dan bermanfaat bagi semua pihak.

Kepanjen, November 2014

Penulis

iii

Page 5: Laporan kasus internship dislokasi sendi temporomandibular

Daftar Isi

HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................................ii

KATA PENGANTAR.....................................................................................................iii

Daftar Isi.......................................................................................................................... iv

Bab 1 Pendahuluan..........................................................................................................1

Bab 2 Laporan Kasus......................................................................................................2

Bab 3 Tinjauan Pustaka..................................................................................................7

Bab 4 Pembahasan.........................................................................................................18

Bab 5 Kesimpulan..........................................................................................................19

Daftar Pustaka...............................................................................................................20

iv

Page 6: Laporan kasus internship dislokasi sendi temporomandibular

Bab 1 Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Dislokasi mandibular merupakan keluhan yang jarang pada bagian gawat

darurat. Sebuah penelitian melaporkan dislokasi TMJ terjadi sebanyak 37 kasus

pada periode 7 tahun, pada sebuah rumah sakit dengan 100.000 kasus emergensi

per tahun. Namun, penanganan dislokasi mandibular ini sangat sederhana.

Dislokasi mandibula anterior merupakan yang paling sering terjadi dan biasanya

akibat penyebab nontraumatik.

Penyebab dislokasi yang tersering ialah menguap terlalu lebar (45,8%),

diikuti oleh kecelakaan lalu lintas (13,5%). Jenis dislokasi yang paling sering

terjadi adalah dislokasi anterior bilateral (89,6%).

Page 7: Laporan kasus internship dislokasi sendi temporomandibular

Bab 2 Laporan Kasus

2.1. Identitas

Nama : Tn. R

Usia : 28 tahun.

Jenis Kelamin : Laki-laki.

Agama/Suku : Islam/Jawa.

Alamat : Kebon Agung.

Tanggal pemeriksaan : 09 November 2014.

No. RM : 362282.

AnamnesaAutoanamnesa (09 November 2014) pk: 08:30 di Ruang Tindakan,

IGD

1. Keluhan Utama.

Mulut tidak bisa menutup

2. Riwayat Penyakit Sekarang.

Pasien mengeluh mulutnya tidak bisa menutup setelah menguap lebar-lebar.

3. Riwayat Penyakit Dahulu.

Pasien tidak pernah menderita keluhan seperti ini dan tidak pernah dirawat

di rumah sakit sebelumnya.

4. Riwayat Keluarga.

Tidak ditemukan riwayat keluarga dengan keluhan yang sama.

5. Riwayat Pengobatan.

Pasien mencoba mengembalikan posisi mulutnya dengan memukul-mukul

rahang bawahnya.

2.2. Pemeriksaan Fisik (09-11-2014 di Ruang Tindakan, IGD)

1. Keadaan Umum

Pasien tampak sakit sedang, compos mentis, GCS 456.

Page 8: Laporan kasus internship dislokasi sendi temporomandibular

2. Tanda Vital

a. Tekanan darah : 130/90 mmHg.

b. Laju denyut jantung : 88 x/menit reguler.

c. Laju pernapasan : 19 x/menit.

d. Suhu aksiler : 36,5OC.

3. Kepala

a. Bentuk : normosefal, benjolan massa (-) UUB cekung (-).

b. Ukuran : mesosefal.

c. Rambut : tebal,hitam.

d. Wajah : simetris, bundar, rash (-), sianosis (-), edema (-).

e. Mata

konjungtiva : anemis (-).

sklera : ikterik (-).

palpebra : edema (-).

reflek cahaya : (+/+).

pupil : isokor, (+/+), 2mm/2mm..

telinga : bentuk normal, posisi normal, sekret (-).

f. Hidung : sekret (-) jernih, pernafasan cuping hidung(-),

perdarahan (-), hiperemi (-).

g. Mulut : mukosa bibir basah, mucosa sianosis (-), lidah

kotor (-). Tampak mulut terbuka, didapatkan

tonjolan pada sendi temporomandibular sinistra,

keras, fix, diameter: 2 cm.

4. Leher

a. Inspeksi : massa (-/-).

b. Palpasi : pembesaran kelenjar limfa regional (-/-).

5. Thoraks

a. Inspeksi. : bentuk dada kesan normal dan simetris; retraksi

dinding dada (-), tidak didapatkan deformitas.

b. Jantung:

Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat.

3

Page 9: Laporan kasus internship dislokasi sendi temporomandibular

Palpasi : ictus cordis teraba di MCL (S) ICS V(S).

Perkusi : batas jantung normal.

Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, ekstrasistol (-), gallop (-),

murmur (-).

c. Paru:

Inspeksi : gerak nafas simetris pada kedua sisi dinding

dada, retraksi (-), RR 30 kali/menit, teratur, simetris.

Palpasi : pergerakan dinding dada saat bernafas simetris.

Perkusi : sonor sonor

sonor sonor

sonor sonor

Auskultasi : vesikuler di seluruh lapang paru.

- - - -

Rh - - Wh - -

- - - -

6. Abdomen

a. Inspeksi : datar, kulit abdomen : jaringan parut (-).

b. Auskultasi : bising usus (+), normal.

c. Perkusi : timpani, shifting dullnes (-).

d. Palpasi : H/L tidak teraba.

7. Ekstremitas

Pemeriksaan

Ekstremitas

Atas Bawah

Kanan Kiri Kanan Kiri

Akral Hangat

kering

Hangat

kering

Hangat

kering

Hangat

kering

Anemis – – – –

Ikterik – – – –

Edema – – - -

4

Page 10: Laporan kasus internship dislokasi sendi temporomandibular

Sianosis - - - -

Ptechiae – – – –

Capillary Refill Time <2 detik <2 detik <2 detik <2 detik

8. Status neurologis

GCS : 456

Pupil : 2mm l 2mm

RC : + + Motorik : 5 5

RK : + + 5 5

MS : (-) KK : (-)

2.3. Resume

Tn. R/ Laki-laki/ 28 tahun

Anamnesis

Keluhan utama: Mulut tidak bisa menutup.

Pasien mengeluh mulutnya tidak bisa menutup setelah menguap lebar-lebar.

Pasien tidak pernah menderita keluhan seperti ini dan tidak pernah dirawat

di rumah sakit sebelumnya.

Tidak ditemukan riwayat keluarga dengan keluhan yang sama.

Pasien mencoba mengembalikan posisi mulutnya dengan memukul-mukul

rahang bawahnya.

Pemeriksaan fisik

Pasien tampak sakit sedang, compos mentis, GCS: 456.

Tanda vital : Tekanan darah : 130/90 mmHg.

Denyut jantung : 88 x/menit reguler.

Pernapasan : 19 x/menit.

Suhu aksiler : 36,5O C.

Kepala : tampak mulut terbuka, didapatkan tonjolan pada sendi

temporomandibular sinistra, keras, fix, diameter: 2cm.

Leher : tidak ditemukan kelainan.

5

Page 11: Laporan kasus internship dislokasi sendi temporomandibular

Thoraks : tidak ditemukan kelainan.

Abdomen : tidak ditemukan kelainan.

Ekstrimitas : tidak ditemukan kelainan.

Status neurologis : normal, tidak ditemukan MS dan kaku kuduk.

2.4. Diagnosis

a. Diagnosis Kerja:

Dislokasi anterior sendi temporomandibular sinistra.

b. Rencana diagnosis:

-

2.5. Rencana Terapi

a. Reposisi secara manual.

b. Pemasangan splint.

c. p.o. : Asam mefenamat 3x1.

d. Diet: lunak.

2.6. Rencana Edukasi

a. Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit yang diderita, rencana

pemeriksaan, dan rencana terapi yang akan dilakukan.

b. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.

c. Menjelaskan kemungkinan perkembangan penyakit dan pentingnya

kerjasama pasien dalam pelaksanaan tindakan medis dan pengobatan.

d. Mengikuti terapi dengan baik sesuai petunjuk dokter.

e. Menjelaskan kepada pasien mengenai kemungkinan relaps serta bagaimana

pencegahan agar gejala tidak berulang.

6

Page 12: Laporan kasus internship dislokasi sendi temporomandibular

Bab 3 Tinjauan Pustaka

3.1. Definisi TMJ

TMJ adalah artikulasi antara tuberculum articulare dan bagian anterior fossa

mandibulare ossis temporalis diatas dan caput (prosesus mandibulare) dibawah.

3.2. Struktur TMJ

3.2.1. Fossa glenoidalis atau fossa mandibularis ossis temporalis.

Fossa mandibularis terletak pada dasar kepala yaitu pada os temporalis.

Batas-batasnya adalah sebagai berikut:

1. Lateral: superior prosessus zygomatius os temporalis.

2. Medial: ala ossis sphenoidalis.

3. Anterior: ke atas ke bidang lengkung Eminensia articularis.

4. Posterior: fissura petrotympanica & squamotympanica memisahkan bagian

fungsional anterior fossa mandibularis dengan lamina tympanica non

fungsional.

5. Superior: dipisahkan dari bagian tengah fossa cranii dan lobus temporalis

encephalon oleh bidang tulang kecil pada apex fossa.

Gambar 3.1 Fossa glenoidalis (fossa mandibularis ossis temporalis)

Page 13: Laporan kasus internship dislokasi sendi temporomandibular

3.2.2. Prosesus condylaris os mandibula.

Prosesus condylaris os mandibula merupakan ujung tulang yang

berbentuk gulungan (rol) yang mempunyai kepala dan leher. Dilihat dari

superior, sumbu panjang menyudut sedikit ke posterior dari lateral ke

medial. Ujung rol meluas ke medial dan lateral, perluasan medial sedikit

lebih besar daripada lateral.

Pada permukaan superior, tidak benar-benar bulat ke arah antero

posterior. Crista kecil tampak meluas dari medial ke lateral, menghasilkan

permukaan superior-anterior yang datar dan permukaan postero-superior

yang cembung. Permukaan superior sedikit cembung ke arah medial-

lateral.

Gambar 3.2 Prosesus condylaris os mandibula.

3.2.3. Capsula articularis.

Pada capsula articularis, di bagian superior melekat pada tepi fossa

mandibularis. Pada bagian posterior berada tepat di posterior fissura

squamotympanica. Di anterior berada di lereng anterior Eminensia

articularis dan di inferior melekat pada bagian tepi collum mandibula.

8

Page 14: Laporan kasus internship dislokasi sendi temporomandibular

Gambar 3.3 Capsula articularis

3.2.4. Ligamentum.

Ligamentum adalah pita jaringan ikat yang menghubungkan tulang

atau menyokong organ dalam. Fungsi dari ligamentum yang membentuk

sendi temporomandibular ini yaitu sebagai alat untuk menghubungkan

tulang temporal dengan prosesus condylaris dari tulang mandibula serta

membatasi gerak mandibula membuka, menutup mulut, pergerakan ke

samping, dan gerakan lain. Ligamentum yang menyusun sendi

temporomandibular terdiri dari :

1. Ligamentum temporomandibulare.

Serabut ligamentum temporomandibulare berjalan oblik ke bawah dan

posterior dari lateral Eminensia articularis (tuberculum glenoidalis) ke posterior

collum mandibula. Karena TMJ bilateral maka ligamentum yang berlawanan

berfungsi sebagai ligamentum colateral medial.

Fungsi dari ligamentum temporomandibulare yaitu menghalangi pergeseran

ke posterior dan inferior dari prosessus condylaris.

9

Page 15: Laporan kasus internship dislokasi sendi temporomandibular

Gambar 3.4 Ligamentum temporomandibulare.

2. Ligamentum accesorius.

Ligamen ini terdiri dari:

a. Ligamentum stylomandibulare

Ligamentum stylomandibulare berjalan dari prosesus styloideus os

Temporalis ke angulus mandibularis. Memisahkan regio parotidea dari regio

infratemporalis. Ligament ini berfungsi sebagai bagian anterior capsula

parotidea yang menebal.

b. Ligamentum sphenomandibulare

Berjalan dari ala os sphenoidalis berupa jaringan fibrosa yang

menebal ke lingua mandibula.

Gambar 3.5 Ligament sphenomandibulare dan ligament stylomandibulare.

10

Page 16: Laporan kasus internship dislokasi sendi temporomandibular

3.2.5. Discus articularis.

Merupakan jaringan fibro kartilago yang terletak dalam capsula sendi antara

prosessus condylaris dan fossa mandibularis dan melekat pada tepi dalam capsul

sendi.

Gambar 3.6 Posisi Discus articularis

Gambar 3.7 Lokasi rongga sinovial (kotak atas : kompartemen superior, kotak bawah : kompartemen inferior)

3.2.1. Rongga sinovial.

Pada rongga sinovial, terdapat membrana sinovial yang mengelilingi

permukaan dalam capsul sendi. Sinovium mengeluarkan sinovial untuk

melumasi permukaan antagonis sehingga sendi Temporomandibular dapat

11

Page 17: Laporan kasus internship dislokasi sendi temporomandibular

mudah bergerak. Rongga ini memiliki dua bagian yaitu kompartemen

superior dan inferior.

3.2.2. Eminensia articularis.

Eminensia yaitu istilah umum untuk suatu tonjolan atau prominentia

khususnya pada permukaan tulang. Perbedaannya dengan tuberkulum,

tuberkulum yaitu istilah umum dari tata nama anatomi untuk tuberkel,

nodul, atau tonjolan kecil terutama digunakan untuk menunjukan tonjolan

kecil pada tulang. Perbedaannya terletak pada tingginya, seperti pada

pengertian di atas, eminensia dan tuberkulum berarti tonjolan, yang

membedakan yaitu pada eminensia lebih tinggi daripada tuberkulum

karena tuberkulum hanya tonjolan kecil.

Gambar 3.8 Eminensia articularis.

12

Page 18: Laporan kasus internship dislokasi sendi temporomandibular

3.3. Fungsi TMJ

Fungsi TMJ digunakan untuk melakukan pergerakan pada mandibula. Pergerakan

yang dapat dilakukan oleh mandibula adalah:

1. Gerak membuka ( Depresi )

Pada saat gerakan membuka mandibula berotasi di sekitar sumbu horisontal,

sehingga prosessus condilus akar bergerak ke depan sedangkan angulus

mandibula bergerak kebelakang. Sumbu tempat berotasinya mandibula tidak dapat

tetap stabil selama gerak membuka, namun akan bergerak ke bawah dan ke depan

disepanjang garis yang ditarik ( pada keadaan istirahat ) dari prosessus condilaris

ke orifisum canalis mandibularis.

2. Gerak menutup ( Elevasi )

Pada gerak ini dagu berputar ke atas dan ke anterior. Prosessus condilaris

bergerak ke posterior dan ke atas sepanjang Eminensia articularis. Gigi geligi

sampai mencapai oklusi sentrik.

3. Protrusi

Pada gerak ini gigi geligi dalam oklusi sentrik, mandibula didorong ke

anterior. Gigi insisivus edge to edge, insisivus inferior lebih anterior beberapa

milimeter dari gigi insisivus superior. Prosesus condylaris bergerak ke anterior

dan inferior sepanjang lereng posterior eminensia articularis.

4. Retrusi

Pada gerak ini mandibula bergerak ke posterior dengan gigi tetap kontak

sampai ke oklusi sentrik. Prosesus condylaris dan discuss bergerak ke atas dan ke

posterior pada eminensia articularis.

5. Gerak lateral

Pada gerak ini, caput mandibula pada sisi ipsilateral, ke arah sisi gerakkan,

akan tetapi ditahan pada fossa mandibularis. Pada saat bersamaan, caput

mandibula dari sisi kontralateral akan bergerak translasional ke depan. Mandibula

akan berotasi pada bidang horisontal di sekitar sumbu vertikal yang tidak melintas

melalui caput yang “ cekat “ tetapi melintas sedikit di belakangnya. Akibatnya,

caput ipsilateral akan bergerak sedikit ke lateral.

13

Page 19: Laporan kasus internship dislokasi sendi temporomandibular

3.4. Posisi Normal TMJ

Posisi normal pada saat rahang tertutup adalah prosesus condilarys terletak

tepat di fossa mandibular sedangkan pada saat membuka prosesus condilarys

bergerak ke anterior melewati lengkung eminensia articularis hingga mencapai

titik tertinggi dari eminensia articularis bersamaan dengan pergerakan discus

articularis.

3.5. Dislokasi Sendi temporomandibular

Kelainan ini terjadi karena posisi prosesus condylaris yang abnormal yaitu

berada di luar fossa mandibularis, tetapi masih di dalam kapsul sendi.

1. Klasifikasi:

Dislokasi mandibula dapat diklasifikasikan menjadi :

a. Dislokasi anterior, dimana kondilus bergerak ke anterior dari

Eminensia articulare. Dislokasi ke arah ini, paling sering terjadi dan

merupakan bentuk pergerakan sendi yang patologis.

b. Dislokasi posterior, dimana merupakan implikasi dari adanya fraktur

dasar tengkorak atau dinding depan dari tulang meatus.

c. Dislokasi lateral, terbagi atas 2 tipe : Tipe 1, merupakan subluksasi

lateral; dan Tipe 2, merupakan keadaan dimana kondilus tertekan ke

lateral dan masuk ke fossa temporal.

d. Dislokasi superior, merupakan dislokasi ke arah fossa kranialis bagian

tengah yang biasanya berhubungan dengan adanya fraktur pada fossa

glenoidale.

2. Etiologi Dislokasi

a. Pasien yang mempunyai fossa mandibular yang dangkal serta kondilus

yang tidak berkembang dengan baik.

b. Anatomi yang abnormal serta kerusakan dari stabilisasi ligamen yang

akan mempunyai kecenderungan untuk terjadi kembali (rekuren).

c. Membuka mulut yang terlalu lebar atau terlalu lama.

14

Page 20: Laporan kasus internship dislokasi sendi temporomandibular

d. Adanya riwayat trauma mandibula, biasanya disertai dengan multiple

trauma.

e. Kelemahan kapsuler yang dihubungkan dengan subluksasi kronis.

3. Ciri-ciri

a. Perasaan tidak nyaman saat membuka mulut disertai adanya rasa sakit.

b. Ketidakmampuan untuk menutup mulut disertai adanya rasa sakit.

4. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan ini tergantung pada lamanya dislokasi, apakah terjadinya

bersamaan dengan suatu fraktur dan dislokasinya bilateral atau unilateral.

a. Dislokasi unilateral

Mandibula miring dan pada bagian yang terkena lebih ke bawah

posisinya. Biasanya disertai pembengkakan, lunak jika ditekan serta dengan

palpasi kelainannya terjadi di sekitar sendi TMJ. Gigi-gigi tidak dapat

dioklusikan baik secara aktif maupun pasif.

b. Dislokasi bilateral

Jika dislokasi terjadi pada kedua kondilus mandibula, pasien akan

terlihat prognati dan terdapat pembengkakan bilateral serta lunak jika

ditekan pada kedua sisi TMJ. Gigi-gigi tidak dapat dioklusikan, baik aktif

maupun pasif, karena adanya hambatan mekanis. Biasanya spasme otot

masseter bilateral dapat teraba.

5. Terapi yang dianjurkan adalah:

a. Diet

Makanan lunak, dengan memakan makanan yang tidak perlu banyak

dikunyah, rahang termasuk sendi temporomandibular dan otot pengunyahah

mendapatkan kesempatan untuk beristirahat dan sembuh.

Makanan seperti berikut sebaiknya dihindari:

Makanan besar atau tebal yang perlu membuka mulut dengan lebar.

Lengket.

15

Page 21: Laporan kasus internship dislokasi sendi temporomandibular

Keras, atau renyah.

Bila mungkin, makanan dipotong – potong menjadi kecil sehingga

mudah dikunyah, makan yang terbaik adalah makanan yang lunak dan

hanya perlu sedikit dikunyah, misalnya:

Yogurt.

Sup.

Ikan.

Pada beberapa orang, gejala menghilang setelah dua atau tiga minggu

diet makanan lunak.

b. Reposisi secara manual.

Dengan mengompres sisi wajah + akan melemaskan otot – otot yang

menyebabkan spasme, kemudian dilanjutkan dengan peregangan:

Meletakkan ibu jari kiri di bawah gigi depan rahang atas.

Letakkan jari telunjuk dan tengah kanan di bawah gigi depan rahang

bawah.

Secara perlahan, tarik rahang dengan menggunakan tangan.

c. Obat – Obatan

Obat yang dapat diberikan antara lain:

Non-steroid anti inflammatory drugs (NSAIDs), seperti aspirin atau

ibuprofen untuk meredakan nyeri otot dan pembengkakan.

Pemberiannya untuk jangka pendek.

Bila NSAID tidak efektif meredakan nyeri, dapat diberikan dosis

rendah antidepresan trisiklik dengan anti muskarinik. Obat –obatan ini

menghambat transmisi nyeri dan mengurangi bruxisme malam hari.

Jenis yang biasa digunakan adalah amitriptyline and nortriptyline

dalam dosis kecil.

16

Page 22: Laporan kasus internship dislokasi sendi temporomandibular

d. Splint.

Kerja splint adalah dengan mengambil alih fungsi sendi dan otot

rahang sehingga memberikan kesempatan sendi untuk beristirahat dan

menyembuhkan diri. Pemakaian splint harus sesuai anjuran dokter dan

tidak boleh dipakai terlalu lama karena akan mengubah gigitan.

6. Komplikasi

Komplikasi pada TMJ merupakan kondisi sekunder, simptom, atau

gangguan lain yang disebabkan oleh TMJ sindrom. Komplikasi dari TMJ

dapat berupa:

a. Sakit kepala.

b. Sakit pada rahang.

c. Bunyi “clik-clik” pada rahang.

d. Arthritis.

17

Page 23: Laporan kasus internship dislokasi sendi temporomandibular

Bab 4 Pembahasan

Pada pasien ini ditegakkan diagnosis dislokasi anterior sendi

temporomandibular. Penegakan diagnosa ini didasarkan pada anamnesis dan

pemeriksaan fisik.

Dari hasil anamnesis, ditemukan bahwa pasien mengeluh mulutnya tidak

bisa menutup setelah menguap lebar-lebar. Pasien tidak pernah menderita keluhan

seperti ini dan tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya. Tidak ditemukan

riwayat keluarga dengan keluhan yang sama. Pasien mencoba mengembalikan

posisi mulutnya dengan memukul-mukul rahang bawahnya.

Dari hasil pemeriksaan fisik, ditemukan tampak mulut terbuka, didapatkan

tonjolan pada sendi temporomandibular sinistra, keras, fix, diameter: 2cm

Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah :

1. Reposisi secara manual.

Diusahakan mengembalikan posisi rahang pasien kembali ke posisi

anatomisnya.

2. po : Asam mefenamat 3x1

Asam mefenamat diberikan untuk mengurangi nyeri pada pasien.

3. Pemasangan splint.

Untuk immobilisasi rahang

4. Diet: lunak

Pasien menjalani diet lunak selama sedikitnya 2 minggu.

Page 24: Laporan kasus internship dislokasi sendi temporomandibular

Bab 5 Kesimpulan

Dislokasi sendi temporomandibular adalah kelainan yang terjadi karena

posisi prosesus condylaris yang abnormal yaitu berada di luar fossa mandibularis,

tetapi masih di dalam kapsul sendi. Dislokasi sendi temporomandibular

diklasifikasikan berdasarkan arah dislokasi dan jumlah sendi yang terlibat.

Penegakan diagnosis dilakukan atas dasar anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Terapi meliputi reposisi manual, pemberian analgesik, pemasangan splint, dan

diet lunak.

Pada pasien ini, ditemukan bahwa pasien menderita dislokasi anterior

sendi temporomandibular sinistra, sehingga pada pasien ini dilakukan reposisi

manual. Terapi analgesik dengan tujuan untuk mengurangi nyeri. Pemasangan

splint dilakukan untuk membantu mengistirahatkan sendi. Selain itu pasien diberi

edukasi mengenai upaya agar tidak terjadi dislokasi berulang dengan tidak

menguap lebar-lebar.

Page 25: Laporan kasus internship dislokasi sendi temporomandibular

Daftar Pustaka

Ogus , H.D dan P.A. Toller. 1990 . Gangguan Sendi Temporomandibula.

Hipokrates. Jakarta

Pedersen, Gordon.W. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta: EGC.

Mandible dislocation. Diunduh dari:

http://emedicine.medscape.com/article/823775.

Ugboko VI, Oginni FO, Ajike SO, Olasoji HO, Adebayo ET. A survey of sendi

temporomandibular dislocation: aetiology, demographics, risk factors and

management in 96 nigerian cases. International journal of oral and

maxillofacial surgery, 2005;34(5):499-502.