laporan kasus internship dislokasi sendi temporomandibular
DESCRIPTION
Laporan kasus tentang dislokasi sendi temporomandibular.Dasar teori serta contoh kasus nyata pada pasien serta pembahasan hubungan antara kasus dengan dasar teori.TRANSCRIPT
Presentasi Kasus
Dislokasi Sendi Temporomandibular
Laporan kasus ini diajukan dalam rangka praktek dokter internsip sekaligus
sebagai bagian persyaratan menyelesaikan program internsip di
RSUD Kanjuruhan, Kepanjen, Malang
Diajukan kepada:
dr. Hendryk Kwandang, M.Kes (Pembimbing IGD dan Rawat Inap)
dr. Benediktus Setyo Untoro (Pembimbing Rawat Jalan)
Disusun oleh:
dr. Sergius Stanley Proboseno
RSUD “KANJURUHAN” KEPANJEN
KABUPATEN MALANG
2014
HALAMAN PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
DISLOKASI SENDI TEMPOROMANDIBULAR
Laporan kasus ini diajukan dalam rangka praktek dokter internsip sekaligus
sebagai bagian persyaratan menyelesaikan program internsip di
RSUD Kanjuruhan, Kepanjen, Malang
Telah diperiksa dan disetujui
pada tanggal :
Oleh :
Dokter Pembimbing Instalasi Gawat Darurat dan Rawat Inap
dr. Hendryk Kwandang, M.Kes
i
HALAMAN PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
DISLOKASI SENDI TEMPOROMANDIBULAR
Laporan kasus ini diajukan dalam rangka praktek dokter internsip sekaligus
sebagai bagian persyaratan menyelesaikan program internsip di
RSUD Kanjuruhan, Kepanjen, Malang
Telah diperiksa dan disetujui
pada tanggal :
Oleh :
Dokter Pembimbing Rawat Jalan
dr. Benediktus Setyo Untoro
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Bapa di surga atas bimbinganNya sehingga
penulis telah berhasil menyelesaikan portofolio laporan kasus yang berjudul
“Dislokasi Sendi Temporomandibular”. Dalam penyelesaian portofolio laporan
kasus ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. dr.Hendryk Kwandang, M.Kes selaku dokter pembimbing instalasi gawat
darurat dan rawat inap
2. dr.Benediktus Setyo Untoro selaku dokter pembimbing rawat jalan
3. dr. Antarestawati, dr. Janny F.D., dr. Anita Ikawati, dan dr. Romualdus
Redy Wibowo selaku dokter jaga dua
4. Serta paramedis yang selalu membimbing dan membantu penulis.
Portofolio laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan
kerendahan hati penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengharapkan
saran dan kritik yang membangun. Semoga laporan kasus ini dapat menambah
wawasan dan bermanfaat bagi semua pihak.
Kepanjen, November 2014
Penulis
iii
Daftar Isi
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................................ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................................iii
Daftar Isi.......................................................................................................................... iv
Bab 1 Pendahuluan..........................................................................................................1
Bab 2 Laporan Kasus......................................................................................................2
Bab 3 Tinjauan Pustaka..................................................................................................7
Bab 4 Pembahasan.........................................................................................................18
Bab 5 Kesimpulan..........................................................................................................19
Daftar Pustaka...............................................................................................................20
iv
Bab 1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Dislokasi mandibular merupakan keluhan yang jarang pada bagian gawat
darurat. Sebuah penelitian melaporkan dislokasi TMJ terjadi sebanyak 37 kasus
pada periode 7 tahun, pada sebuah rumah sakit dengan 100.000 kasus emergensi
per tahun. Namun, penanganan dislokasi mandibular ini sangat sederhana.
Dislokasi mandibula anterior merupakan yang paling sering terjadi dan biasanya
akibat penyebab nontraumatik.
Penyebab dislokasi yang tersering ialah menguap terlalu lebar (45,8%),
diikuti oleh kecelakaan lalu lintas (13,5%). Jenis dislokasi yang paling sering
terjadi adalah dislokasi anterior bilateral (89,6%).
Bab 2 Laporan Kasus
2.1. Identitas
Nama : Tn. R
Usia : 28 tahun.
Jenis Kelamin : Laki-laki.
Agama/Suku : Islam/Jawa.
Alamat : Kebon Agung.
Tanggal pemeriksaan : 09 November 2014.
No. RM : 362282.
AnamnesaAutoanamnesa (09 November 2014) pk: 08:30 di Ruang Tindakan,
IGD
1. Keluhan Utama.
Mulut tidak bisa menutup
2. Riwayat Penyakit Sekarang.
Pasien mengeluh mulutnya tidak bisa menutup setelah menguap lebar-lebar.
3. Riwayat Penyakit Dahulu.
Pasien tidak pernah menderita keluhan seperti ini dan tidak pernah dirawat
di rumah sakit sebelumnya.
4. Riwayat Keluarga.
Tidak ditemukan riwayat keluarga dengan keluhan yang sama.
5. Riwayat Pengobatan.
Pasien mencoba mengembalikan posisi mulutnya dengan memukul-mukul
rahang bawahnya.
2.2. Pemeriksaan Fisik (09-11-2014 di Ruang Tindakan, IGD)
1. Keadaan Umum
Pasien tampak sakit sedang, compos mentis, GCS 456.
2. Tanda Vital
a. Tekanan darah : 130/90 mmHg.
b. Laju denyut jantung : 88 x/menit reguler.
c. Laju pernapasan : 19 x/menit.
d. Suhu aksiler : 36,5OC.
3. Kepala
a. Bentuk : normosefal, benjolan massa (-) UUB cekung (-).
b. Ukuran : mesosefal.
c. Rambut : tebal,hitam.
d. Wajah : simetris, bundar, rash (-), sianosis (-), edema (-).
e. Mata
konjungtiva : anemis (-).
sklera : ikterik (-).
palpebra : edema (-).
reflek cahaya : (+/+).
pupil : isokor, (+/+), 2mm/2mm..
telinga : bentuk normal, posisi normal, sekret (-).
f. Hidung : sekret (-) jernih, pernafasan cuping hidung(-),
perdarahan (-), hiperemi (-).
g. Mulut : mukosa bibir basah, mucosa sianosis (-), lidah
kotor (-). Tampak mulut terbuka, didapatkan
tonjolan pada sendi temporomandibular sinistra,
keras, fix, diameter: 2 cm.
4. Leher
a. Inspeksi : massa (-/-).
b. Palpasi : pembesaran kelenjar limfa regional (-/-).
5. Thoraks
a. Inspeksi. : bentuk dada kesan normal dan simetris; retraksi
dinding dada (-), tidak didapatkan deformitas.
b. Jantung:
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat.
3
Palpasi : ictus cordis teraba di MCL (S) ICS V(S).
Perkusi : batas jantung normal.
Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, ekstrasistol (-), gallop (-),
murmur (-).
c. Paru:
Inspeksi : gerak nafas simetris pada kedua sisi dinding
dada, retraksi (-), RR 30 kali/menit, teratur, simetris.
Palpasi : pergerakan dinding dada saat bernafas simetris.
Perkusi : sonor sonor
sonor sonor
sonor sonor
Auskultasi : vesikuler di seluruh lapang paru.
- - - -
Rh - - Wh - -
- - - -
6. Abdomen
a. Inspeksi : datar, kulit abdomen : jaringan parut (-).
b. Auskultasi : bising usus (+), normal.
c. Perkusi : timpani, shifting dullnes (-).
d. Palpasi : H/L tidak teraba.
7. Ekstremitas
Pemeriksaan
Ekstremitas
Atas Bawah
Kanan Kiri Kanan Kiri
Akral Hangat
kering
Hangat
kering
Hangat
kering
Hangat
kering
Anemis – – – –
Ikterik – – – –
Edema – – - -
4
Sianosis - - - -
Ptechiae – – – –
Capillary Refill Time <2 detik <2 detik <2 detik <2 detik
8. Status neurologis
GCS : 456
Pupil : 2mm l 2mm
RC : + + Motorik : 5 5
RK : + + 5 5
MS : (-) KK : (-)
2.3. Resume
Tn. R/ Laki-laki/ 28 tahun
Anamnesis
Keluhan utama: Mulut tidak bisa menutup.
Pasien mengeluh mulutnya tidak bisa menutup setelah menguap lebar-lebar.
Pasien tidak pernah menderita keluhan seperti ini dan tidak pernah dirawat
di rumah sakit sebelumnya.
Tidak ditemukan riwayat keluarga dengan keluhan yang sama.
Pasien mencoba mengembalikan posisi mulutnya dengan memukul-mukul
rahang bawahnya.
Pemeriksaan fisik
Pasien tampak sakit sedang, compos mentis, GCS: 456.
Tanda vital : Tekanan darah : 130/90 mmHg.
Denyut jantung : 88 x/menit reguler.
Pernapasan : 19 x/menit.
Suhu aksiler : 36,5O C.
Kepala : tampak mulut terbuka, didapatkan tonjolan pada sendi
temporomandibular sinistra, keras, fix, diameter: 2cm.
Leher : tidak ditemukan kelainan.
5
Thoraks : tidak ditemukan kelainan.
Abdomen : tidak ditemukan kelainan.
Ekstrimitas : tidak ditemukan kelainan.
Status neurologis : normal, tidak ditemukan MS dan kaku kuduk.
2.4. Diagnosis
a. Diagnosis Kerja:
Dislokasi anterior sendi temporomandibular sinistra.
b. Rencana diagnosis:
-
2.5. Rencana Terapi
a. Reposisi secara manual.
b. Pemasangan splint.
c. p.o. : Asam mefenamat 3x1.
d. Diet: lunak.
2.6. Rencana Edukasi
a. Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit yang diderita, rencana
pemeriksaan, dan rencana terapi yang akan dilakukan.
b. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
c. Menjelaskan kemungkinan perkembangan penyakit dan pentingnya
kerjasama pasien dalam pelaksanaan tindakan medis dan pengobatan.
d. Mengikuti terapi dengan baik sesuai petunjuk dokter.
e. Menjelaskan kepada pasien mengenai kemungkinan relaps serta bagaimana
pencegahan agar gejala tidak berulang.
6
Bab 3 Tinjauan Pustaka
3.1. Definisi TMJ
TMJ adalah artikulasi antara tuberculum articulare dan bagian anterior fossa
mandibulare ossis temporalis diatas dan caput (prosesus mandibulare) dibawah.
3.2. Struktur TMJ
3.2.1. Fossa glenoidalis atau fossa mandibularis ossis temporalis.
Fossa mandibularis terletak pada dasar kepala yaitu pada os temporalis.
Batas-batasnya adalah sebagai berikut:
1. Lateral: superior prosessus zygomatius os temporalis.
2. Medial: ala ossis sphenoidalis.
3. Anterior: ke atas ke bidang lengkung Eminensia articularis.
4. Posterior: fissura petrotympanica & squamotympanica memisahkan bagian
fungsional anterior fossa mandibularis dengan lamina tympanica non
fungsional.
5. Superior: dipisahkan dari bagian tengah fossa cranii dan lobus temporalis
encephalon oleh bidang tulang kecil pada apex fossa.
Gambar 3.1 Fossa glenoidalis (fossa mandibularis ossis temporalis)
3.2.2. Prosesus condylaris os mandibula.
Prosesus condylaris os mandibula merupakan ujung tulang yang
berbentuk gulungan (rol) yang mempunyai kepala dan leher. Dilihat dari
superior, sumbu panjang menyudut sedikit ke posterior dari lateral ke
medial. Ujung rol meluas ke medial dan lateral, perluasan medial sedikit
lebih besar daripada lateral.
Pada permukaan superior, tidak benar-benar bulat ke arah antero
posterior. Crista kecil tampak meluas dari medial ke lateral, menghasilkan
permukaan superior-anterior yang datar dan permukaan postero-superior
yang cembung. Permukaan superior sedikit cembung ke arah medial-
lateral.
Gambar 3.2 Prosesus condylaris os mandibula.
3.2.3. Capsula articularis.
Pada capsula articularis, di bagian superior melekat pada tepi fossa
mandibularis. Pada bagian posterior berada tepat di posterior fissura
squamotympanica. Di anterior berada di lereng anterior Eminensia
articularis dan di inferior melekat pada bagian tepi collum mandibula.
8
Gambar 3.3 Capsula articularis
3.2.4. Ligamentum.
Ligamentum adalah pita jaringan ikat yang menghubungkan tulang
atau menyokong organ dalam. Fungsi dari ligamentum yang membentuk
sendi temporomandibular ini yaitu sebagai alat untuk menghubungkan
tulang temporal dengan prosesus condylaris dari tulang mandibula serta
membatasi gerak mandibula membuka, menutup mulut, pergerakan ke
samping, dan gerakan lain. Ligamentum yang menyusun sendi
temporomandibular terdiri dari :
1. Ligamentum temporomandibulare.
Serabut ligamentum temporomandibulare berjalan oblik ke bawah dan
posterior dari lateral Eminensia articularis (tuberculum glenoidalis) ke posterior
collum mandibula. Karena TMJ bilateral maka ligamentum yang berlawanan
berfungsi sebagai ligamentum colateral medial.
Fungsi dari ligamentum temporomandibulare yaitu menghalangi pergeseran
ke posterior dan inferior dari prosessus condylaris.
9
Gambar 3.4 Ligamentum temporomandibulare.
2. Ligamentum accesorius.
Ligamen ini terdiri dari:
a. Ligamentum stylomandibulare
Ligamentum stylomandibulare berjalan dari prosesus styloideus os
Temporalis ke angulus mandibularis. Memisahkan regio parotidea dari regio
infratemporalis. Ligament ini berfungsi sebagai bagian anterior capsula
parotidea yang menebal.
b. Ligamentum sphenomandibulare
Berjalan dari ala os sphenoidalis berupa jaringan fibrosa yang
menebal ke lingua mandibula.
Gambar 3.5 Ligament sphenomandibulare dan ligament stylomandibulare.
10
3.2.5. Discus articularis.
Merupakan jaringan fibro kartilago yang terletak dalam capsula sendi antara
prosessus condylaris dan fossa mandibularis dan melekat pada tepi dalam capsul
sendi.
Gambar 3.6 Posisi Discus articularis
Gambar 3.7 Lokasi rongga sinovial (kotak atas : kompartemen superior, kotak bawah : kompartemen inferior)
3.2.1. Rongga sinovial.
Pada rongga sinovial, terdapat membrana sinovial yang mengelilingi
permukaan dalam capsul sendi. Sinovium mengeluarkan sinovial untuk
melumasi permukaan antagonis sehingga sendi Temporomandibular dapat
11
mudah bergerak. Rongga ini memiliki dua bagian yaitu kompartemen
superior dan inferior.
3.2.2. Eminensia articularis.
Eminensia yaitu istilah umum untuk suatu tonjolan atau prominentia
khususnya pada permukaan tulang. Perbedaannya dengan tuberkulum,
tuberkulum yaitu istilah umum dari tata nama anatomi untuk tuberkel,
nodul, atau tonjolan kecil terutama digunakan untuk menunjukan tonjolan
kecil pada tulang. Perbedaannya terletak pada tingginya, seperti pada
pengertian di atas, eminensia dan tuberkulum berarti tonjolan, yang
membedakan yaitu pada eminensia lebih tinggi daripada tuberkulum
karena tuberkulum hanya tonjolan kecil.
Gambar 3.8 Eminensia articularis.
12
3.3. Fungsi TMJ
Fungsi TMJ digunakan untuk melakukan pergerakan pada mandibula. Pergerakan
yang dapat dilakukan oleh mandibula adalah:
1. Gerak membuka ( Depresi )
Pada saat gerakan membuka mandibula berotasi di sekitar sumbu horisontal,
sehingga prosessus condilus akar bergerak ke depan sedangkan angulus
mandibula bergerak kebelakang. Sumbu tempat berotasinya mandibula tidak dapat
tetap stabil selama gerak membuka, namun akan bergerak ke bawah dan ke depan
disepanjang garis yang ditarik ( pada keadaan istirahat ) dari prosessus condilaris
ke orifisum canalis mandibularis.
2. Gerak menutup ( Elevasi )
Pada gerak ini dagu berputar ke atas dan ke anterior. Prosessus condilaris
bergerak ke posterior dan ke atas sepanjang Eminensia articularis. Gigi geligi
sampai mencapai oklusi sentrik.
3. Protrusi
Pada gerak ini gigi geligi dalam oklusi sentrik, mandibula didorong ke
anterior. Gigi insisivus edge to edge, insisivus inferior lebih anterior beberapa
milimeter dari gigi insisivus superior. Prosesus condylaris bergerak ke anterior
dan inferior sepanjang lereng posterior eminensia articularis.
4. Retrusi
Pada gerak ini mandibula bergerak ke posterior dengan gigi tetap kontak
sampai ke oklusi sentrik. Prosesus condylaris dan discuss bergerak ke atas dan ke
posterior pada eminensia articularis.
5. Gerak lateral
Pada gerak ini, caput mandibula pada sisi ipsilateral, ke arah sisi gerakkan,
akan tetapi ditahan pada fossa mandibularis. Pada saat bersamaan, caput
mandibula dari sisi kontralateral akan bergerak translasional ke depan. Mandibula
akan berotasi pada bidang horisontal di sekitar sumbu vertikal yang tidak melintas
melalui caput yang “ cekat “ tetapi melintas sedikit di belakangnya. Akibatnya,
caput ipsilateral akan bergerak sedikit ke lateral.
13
3.4. Posisi Normal TMJ
Posisi normal pada saat rahang tertutup adalah prosesus condilarys terletak
tepat di fossa mandibular sedangkan pada saat membuka prosesus condilarys
bergerak ke anterior melewati lengkung eminensia articularis hingga mencapai
titik tertinggi dari eminensia articularis bersamaan dengan pergerakan discus
articularis.
3.5. Dislokasi Sendi temporomandibular
Kelainan ini terjadi karena posisi prosesus condylaris yang abnormal yaitu
berada di luar fossa mandibularis, tetapi masih di dalam kapsul sendi.
1. Klasifikasi:
Dislokasi mandibula dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Dislokasi anterior, dimana kondilus bergerak ke anterior dari
Eminensia articulare. Dislokasi ke arah ini, paling sering terjadi dan
merupakan bentuk pergerakan sendi yang patologis.
b. Dislokasi posterior, dimana merupakan implikasi dari adanya fraktur
dasar tengkorak atau dinding depan dari tulang meatus.
c. Dislokasi lateral, terbagi atas 2 tipe : Tipe 1, merupakan subluksasi
lateral; dan Tipe 2, merupakan keadaan dimana kondilus tertekan ke
lateral dan masuk ke fossa temporal.
d. Dislokasi superior, merupakan dislokasi ke arah fossa kranialis bagian
tengah yang biasanya berhubungan dengan adanya fraktur pada fossa
glenoidale.
2. Etiologi Dislokasi
a. Pasien yang mempunyai fossa mandibular yang dangkal serta kondilus
yang tidak berkembang dengan baik.
b. Anatomi yang abnormal serta kerusakan dari stabilisasi ligamen yang
akan mempunyai kecenderungan untuk terjadi kembali (rekuren).
c. Membuka mulut yang terlalu lebar atau terlalu lama.
14
d. Adanya riwayat trauma mandibula, biasanya disertai dengan multiple
trauma.
e. Kelemahan kapsuler yang dihubungkan dengan subluksasi kronis.
3. Ciri-ciri
a. Perasaan tidak nyaman saat membuka mulut disertai adanya rasa sakit.
b. Ketidakmampuan untuk menutup mulut disertai adanya rasa sakit.
4. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan ini tergantung pada lamanya dislokasi, apakah terjadinya
bersamaan dengan suatu fraktur dan dislokasinya bilateral atau unilateral.
a. Dislokasi unilateral
Mandibula miring dan pada bagian yang terkena lebih ke bawah
posisinya. Biasanya disertai pembengkakan, lunak jika ditekan serta dengan
palpasi kelainannya terjadi di sekitar sendi TMJ. Gigi-gigi tidak dapat
dioklusikan baik secara aktif maupun pasif.
b. Dislokasi bilateral
Jika dislokasi terjadi pada kedua kondilus mandibula, pasien akan
terlihat prognati dan terdapat pembengkakan bilateral serta lunak jika
ditekan pada kedua sisi TMJ. Gigi-gigi tidak dapat dioklusikan, baik aktif
maupun pasif, karena adanya hambatan mekanis. Biasanya spasme otot
masseter bilateral dapat teraba.
5. Terapi yang dianjurkan adalah:
a. Diet
Makanan lunak, dengan memakan makanan yang tidak perlu banyak
dikunyah, rahang termasuk sendi temporomandibular dan otot pengunyahah
mendapatkan kesempatan untuk beristirahat dan sembuh.
Makanan seperti berikut sebaiknya dihindari:
Makanan besar atau tebal yang perlu membuka mulut dengan lebar.
Lengket.
15
Keras, atau renyah.
Bila mungkin, makanan dipotong – potong menjadi kecil sehingga
mudah dikunyah, makan yang terbaik adalah makanan yang lunak dan
hanya perlu sedikit dikunyah, misalnya:
Yogurt.
Sup.
Ikan.
Pada beberapa orang, gejala menghilang setelah dua atau tiga minggu
diet makanan lunak.
b. Reposisi secara manual.
Dengan mengompres sisi wajah + akan melemaskan otot – otot yang
menyebabkan spasme, kemudian dilanjutkan dengan peregangan:
Meletakkan ibu jari kiri di bawah gigi depan rahang atas.
Letakkan jari telunjuk dan tengah kanan di bawah gigi depan rahang
bawah.
Secara perlahan, tarik rahang dengan menggunakan tangan.
c. Obat – Obatan
Obat yang dapat diberikan antara lain:
Non-steroid anti inflammatory drugs (NSAIDs), seperti aspirin atau
ibuprofen untuk meredakan nyeri otot dan pembengkakan.
Pemberiannya untuk jangka pendek.
Bila NSAID tidak efektif meredakan nyeri, dapat diberikan dosis
rendah antidepresan trisiklik dengan anti muskarinik. Obat –obatan ini
menghambat transmisi nyeri dan mengurangi bruxisme malam hari.
Jenis yang biasa digunakan adalah amitriptyline and nortriptyline
dalam dosis kecil.
16
d. Splint.
Kerja splint adalah dengan mengambil alih fungsi sendi dan otot
rahang sehingga memberikan kesempatan sendi untuk beristirahat dan
menyembuhkan diri. Pemakaian splint harus sesuai anjuran dokter dan
tidak boleh dipakai terlalu lama karena akan mengubah gigitan.
6. Komplikasi
Komplikasi pada TMJ merupakan kondisi sekunder, simptom, atau
gangguan lain yang disebabkan oleh TMJ sindrom. Komplikasi dari TMJ
dapat berupa:
a. Sakit kepala.
b. Sakit pada rahang.
c. Bunyi “clik-clik” pada rahang.
d. Arthritis.
17
Bab 4 Pembahasan
Pada pasien ini ditegakkan diagnosis dislokasi anterior sendi
temporomandibular. Penegakan diagnosa ini didasarkan pada anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
Dari hasil anamnesis, ditemukan bahwa pasien mengeluh mulutnya tidak
bisa menutup setelah menguap lebar-lebar. Pasien tidak pernah menderita keluhan
seperti ini dan tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya. Tidak ditemukan
riwayat keluarga dengan keluhan yang sama. Pasien mencoba mengembalikan
posisi mulutnya dengan memukul-mukul rahang bawahnya.
Dari hasil pemeriksaan fisik, ditemukan tampak mulut terbuka, didapatkan
tonjolan pada sendi temporomandibular sinistra, keras, fix, diameter: 2cm
Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah :
1. Reposisi secara manual.
Diusahakan mengembalikan posisi rahang pasien kembali ke posisi
anatomisnya.
2. po : Asam mefenamat 3x1
Asam mefenamat diberikan untuk mengurangi nyeri pada pasien.
3. Pemasangan splint.
Untuk immobilisasi rahang
4. Diet: lunak
Pasien menjalani diet lunak selama sedikitnya 2 minggu.
Bab 5 Kesimpulan
Dislokasi sendi temporomandibular adalah kelainan yang terjadi karena
posisi prosesus condylaris yang abnormal yaitu berada di luar fossa mandibularis,
tetapi masih di dalam kapsul sendi. Dislokasi sendi temporomandibular
diklasifikasikan berdasarkan arah dislokasi dan jumlah sendi yang terlibat.
Penegakan diagnosis dilakukan atas dasar anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Terapi meliputi reposisi manual, pemberian analgesik, pemasangan splint, dan
diet lunak.
Pada pasien ini, ditemukan bahwa pasien menderita dislokasi anterior
sendi temporomandibular sinistra, sehingga pada pasien ini dilakukan reposisi
manual. Terapi analgesik dengan tujuan untuk mengurangi nyeri. Pemasangan
splint dilakukan untuk membantu mengistirahatkan sendi. Selain itu pasien diberi
edukasi mengenai upaya agar tidak terjadi dislokasi berulang dengan tidak
menguap lebar-lebar.
Daftar Pustaka
Ogus , H.D dan P.A. Toller. 1990 . Gangguan Sendi Temporomandibula.
Hipokrates. Jakarta
Pedersen, Gordon.W. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta: EGC.
Mandible dislocation. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/823775.
Ugboko VI, Oginni FO, Ajike SO, Olasoji HO, Adebayo ET. A survey of sendi
temporomandibular dislocation: aetiology, demographics, risk factors and
management in 96 nigerian cases. International journal of oral and
maxillofacial surgery, 2005;34(5):499-502.