laporan kasus jiwa
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmatNya-lah, penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kasus dengan judul
“Skizofrenia Hebefrenik” Pembuatan tulisan ini merupakan salah satu tahapan yang harus
dipenuhi dalam praktek kepaniteraan klinik SMF Ilmu Psikiatri di RSJ Lawang.
Penulis berharap tulisan ini akan berguna bagi kita semua. Tulisan ini dapat
terselesaikan karena dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan ini
penulis sampaikan terimakasih kepada :
1. dr. Huda, Sp.KJ, Pebimbing Laporan kasus / SMF Ilmu Psikiatri di RSJ
Lawang
Semoga bimbingan yang telah diberikan hingga terselesaikan tugas laporan kasus ini
dapat bermanfaat sebagai bekal dalam pengabdian diri di masyarakat kelak.
Penulis menyadari bahwa tugas response ini masih jauh dari kesempurnaan
karena terbatasnya kemampuan penulis, untuk itu dengan kerendahan hati penulis
membuka diri terhadap kritikan dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan
dimasa yang akan datang.
Lawang, April 2015
LAPORAN KASUS
Oleh:
Pemilda Dian Catur 10700285
Dewi Ita Ihwaniya 10700094
Ahmad Huda 10700083
Citra Insana Hartanti 10700200
Fandi Ahmad Sanjaya 10700207
Putu Ady Gunawan 10700127
Novita Retika 10700189
KEPANITERAAN KLINIK STASE JIWA
RUMAH SAKIT JIWA Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA SURABAYA
2016
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
Materi laporan kasus ini telah diperiksa dan disetujui sebagai salah satu tugas
dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan Dokter Muda di Bagian Ilmu Kesehatan
Jiwa RSJ dr. Radjiman Wediodiningrat, Lawang
Lawang, Maret 2016
Pembimbing
dr. Huda, Sp.KJ
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. EW
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Kediri, 25 April 1979
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Status Marital : Menikah
Pendidikan Terakhir : SMK, tamat
Pekerjaan Terakhir : Pembantu Rumah Tangga
Alamat pasien saat ini : Jl. K.H. Ahmad Dahlan no. 19B, Mojoroto-Kediri
Waktu Pemeriksaan : 29 Maret 2016 jam 09.00 WIB
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Bicara sendiri
B. Autoanamnesis
Pasien perempuan berpakaian rapi, tidak berbau, pasien komunikatif dan
kooperatif, pasien menceritakan identitas dengan lancar, pasien mengatakan
tinggal dirumah bersama kakaknya, pasien mengatakan hanya mengenal beberapa
tetangga dan jarang berinteraksi dengan tetangganya disekitar rumah. Pasien
selama di rumah jarang tidur, nonton tv, dan mondar mandir di sekitar lingkungan
rumah. Pasien mengatakan tidak pernah cerita dari dulu jika ada masalah, baik
cerita dengan keluarga atau dengan tetangga, Pasien mengerti sekarang berada di
RSJ Lawang. Pasien mengaku diantar oleh kakak beserta perangkat desa ke RSJ
Lawang tetapi pasien tidak tahu apa sebebnya pasien di bawa kesini. Pasien saat
ditanya sudah sholat subuh atau belum, pasien mengatakan bahwa dirinya adalah
Allah SWT sejati, pasien merasa pemeriksa adalah umatnya dan harus sholat untuk
menyembahnya, pasien mengatakan seharusnya tinggal di bulan karena alamnya
adalah bulan, sukmanya menghilang tapi jasadnya tidak bisa menghilang. Pasien
mengatakan pernah masuk ke RSJ Lawang 2 kali tetapi lupa sebab masuk ke RSJ
Lawang. Namun pasien mengatakan terakhir dirawat disni sekitar 2 tahun yang
lalu, Pasien bercerita setelah pulang dari RSJ Lawang dua tahun yang lalu pasien
mengatakan selalu minum obat dengan rutin, dan melanjutkan berkerja sebagai
pembantu rumah tangga. Tapi setelah itu obat nya habis dan jarang control, karena
malas. Pasien bercerita selalu mandi 3x sehari, makan 3x sehari dan itu dengan
suruhan. Pasien bercerita selama di RSJ Lawang hanya sesekali membantu
menyapu atau mengepel. Pasien tidak merasa sakit jiwa karena pasien adalah Allah
SWT dan akan berdandan seperti kerajaan di bulan, saat pemeriksa bertanya “siapa
yang mengatakan bahwa anda adalah Allah SWT?” pasien menjawab “yah,
pokoknya saya Allah SWT wong saya bisa menciptakan segalanya”, lalu
pemeriksa bertanya lagi “bukankah Allah SWT tidak berwujud dan tidak berjenis
kelamin”, pasien menyangkal dan tetap mengatakan bahwa “Allah SWT adalah
saya yang seorang perempuan”. Pasien merasa paling cantik seperti bidadari
kembang setaman dan berbau wangi. Pasien bercerita bahwa pasien sudah menikah
10 tahun tapi suaminya diusir karena suaminya selingkuh dan memang bukan
pasangan sejati. Menurut pasien, pasangan sejati seperti mas Alex. Mas Alex
adalah tetangga dan juga kakak osis semasa sekolah dan seharusnya pisau di dapur
itu adalah lidah perempuan. Pasien bercerita terakhir bertemu mas Alex saat sholat
duhur di Masjid, saat pemeriksa bertanya “mengapa pasien sholat? Bukankah
pasien adalah Allah SWT lalu kepada siapa anda menyembah?”. Pasien menjawab
“saya boleh sholat boleh tidak karena saya Allah SWT”, dan di akhiri dengan
senyum-senyum sendiri dilanjutkan dengan kalimat yang tidak ada hubungan nya
dengan kalimat sebelumnya, “ belati akan menyayat hati dan nestafa dialam sana.
III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LANJUT
1. Status Internistik
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Vital Sign
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 84 x/min, regular
Suhu : 36 ͦ C
Pernapasan : 20 x/min, regular
d. Kepala : A – / I – / C – / D –
e. Leher : Pembesaran KGB (–), Pembesaran tiroid (–)
f. Thorax :
Cor : S1S2 Tunggal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Normochest, Simetris Suara nafas
vesikuler di kedua lapang paru, rhonki (–),
wheezing (–)
g. Abdomen : Soefl, Bising usus (+) dalam batas normal,
hepar/lien/renal tidak teraba, nyeri tekan (–)
h. Ekstremitas :
- Akral hangat pada keempat ekstrimitas
+ +
+ +
- Edema pada keempat ekstrimitas
- -
- -
2. Status Neurologis
a. Kesadaran : GCS 4-5-6
b. Meningeal Sign : Kaku kuduk (–)
c. Mata : Gerakan bola mata normal, pupil bulat isokor,
diameter
pupil kanan-kiri ± 3 mm.
Reflek cahaya langsung +/+
d. Refleks Fisiologis : BPR +2 / +2 KPR +2 / +2
TPR +2 / +2 APR +2 / +2
e. Refleks Patologis : Hoffmann - / - Babinski - / -
Tromner - / - Chaddock - /-
3. Status Psikiatri
- Kesan Umum : Pasien perempuan, roman wajah sesuai usia, rapi,
dan tidak berbau. Pasien tampak tenang,
komunikatif, kooperatif. Pasien menggunakan
seragam pasien dan memakai alas kaki.
- Kontak : Verbal (+) relevan, lancar, non-verbal (+),
- Kesadaran : Berubah secara kualitatif
- Orientasi : Waktu (+), Tempat (+), Orang (+)
- Daya Ingat : Sewaktu/Pendek/Panjang +/+/+
- Persepsi : Halusinasi auditorik (+), Ilusi (-)
- Proses Berpikir : Bentuk : Non-realistik
Arus : Asosiasi longgar
Isi : Waham kebesaran (+)
- Mood/Afek : Dangkal
- Kemauan : Aspek perawatan diri : Menurun
Aspek pekerjaan : Menurun
Aspek sosial : Menurun
- Psikomotor : Dalam Batas Normal
- Tilikan : Derajat 1
HETERO ANAMNESA :
Rincian keluhan utama :
• Pasien marah – marah sejak 2bulan yang lalu, namun 2 minggu belakangan ini
makin parah, marah-marah tanpa sebab, paling marah ketika disuruh kedokter
untuk berobat, dan ketika orang sekitar mengatai nya orang tak waras, marah-
marah melontarkan kata-kata kasar, pasien marah –marah sampai mengancam
keluarga dan warga dengan melempar batu.
Gejala yang menyertai keluhan utama :
• Pasien sering keluyuran jarang pulang.
• Pasien sering tersenyum sendiri
• Pasien mengancam keluarga dan warga dengan melempar batu.
• Pasien jarang tidur, dan keluyuran
• Pasien gampang tersinggung 2 minggu belakangan ini.
Gejala prodormal :
• Pasien senyum-senyum sendiri dan tertutup.
Peristiwa terkait dengan keluhan utama :
• Pasien mulai menyendiri lagi setelah obatnya habis karena keluarga tidak bisa
mengantar, karena ada masalah ibu nya sakit.
Riwayat penyakit dahulu :
• Pasien pernah di rawat di RSJ lawang 2 tahun yang lalu,karena keluhan yang
sama.
Riwayat kehamilan, persalinan dan perkembangan anak :
• Tidak ditemukan.
Riwayat social dan perkerjaan :
• Pasien tidak berkerja dan jarang berinteraksi dengan masyarakat.
• Faktor kepribadian premorbid :
• Ciri kepribadian tertutup.
Factor keturunan
• Tidak ditemukan.
Factor organik.
• Tidak ditemukan.
Factor pencetus
• Di katai dan di ejek orang sekitar gila.
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis Multiaksial
Axis I : F 20.13 ( Skizofrenia Hebrefrenik Berulang)
Axis II : Ciri kepribadian tertutup
Axis III : Tidak ditemukan
Axis IV : Masalah Factor primary support group
Axis V : GAF Scale 40-31
VII. MANAJEMEN TERAPI
a. Farmakologis
1) Inj Haloperidol 5mg
2) Tabl Haloperidol 5mg 1-0-1
3) Monitoring efek samping obat
4) Monitoring perbaikan klinis pasien
b. Non Farmakologis
1. Psikoterapi
a. Memberikan edukasi tentang penyakit.
b. Memberikan edukasi tentang obat serta efek samping yang
dapat ditimbulkan.
c. Memberikan dukungan kepada pasien untuk minum obat
secara teratur dan kontrol secara teratur.
d. Memberikan edukasi bahwa pasien tidak boleh menghentikan
obat sendiri, dan harus konsultasi ke dokter.
e. Meminta pasien untuk tetap aktif dan melakukan kegiatan.
2. Manipulasi Lingkungan
a. Memberikan penjelasan kepada keluarga untuk tetap
memberikan dukungan kepada pasien.
b. Memberikan edukasi bahwa pihak keluarga harus tetap sabar
dan tetap berinteraksi dengan pasien.
c. Meminta keluarga supaya tetangga juga dapat membantu
dengan mengajak berinteraksi dengan pasien.
d. Meminta keluarga supaya pasien tetap aktif dan melakukan
kegiatan harian.
e. Meminta keluarga supaya mengontrol konsumsi obat dan
memastikan pasien meminum obat secara teratur.
f. Memberikan edukasi tentang efek samping obat yang dapat
terjadi, dan meminta keluarga untuk mengamati dan
melaporkan pada saat kontrol ke dokter.
g. Meminta kepada keluarga untuk tetap kontrol ke dokter
secara teratur.
VIII. PROGNOSIS
Dubia ad malam
BAB II
Pada pasien ini ditemukan gejala perilaku dan psikologis yang secara klinis cukup
bermakna dan menimbulkan penderitaan (distress) serta hendaya (dissability) dalam
kehidupan sehari-hari, fungsi pekerjaan dan psikososial sehingga dapat disimpulkan
bahwa pasien ini mengalami suatu gangguan jiwa.
Pada anamnesis dan pemeriksaan terhadap pasien ini didapatkan adanya gejala-
gejala yang memenuhi kriteria skizofrenia seperti isi pikiran yang berulang, pengalaman
indranya yang tak wajar. Sebagai tambahan perilaku yang tidak bertanggung jawab, dan
pasien ada kecendrungan selalu menyendiri, afek pasien dangkal dan tidak wajar, sering
disertai cekikikan atau perasaan puas diri, senyum sendiri. Sehingga didiagnosa sebagai
Skizofrenia Hebefrenik Episodik Berulang.
Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu gangguan
psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi, pikiran, afek,
dan perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap
terpelihara, walaupun defisit kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. Gejala
skizofrenia secara garis besar dapat dibagi dalam dua kelompok,yaitu gejala positif dan
gejala negatif. Gejala positif berupa isi pikiran tidak wajar (waham), gangguan asosiasi
pikiran (inkoherensi), gangguan persepsi (halusinasi), gangguan perasaan, perilaku aneh
atau tak terkendali (disorganized). Gejala negatif adalah alam perasaan (afek) tumpul atau
mendatar, menarik diri atau isolasi diri dari pergaulan, ‘miskin’ kontak emosional
(pendiam, sulit diajak bicara), pasif, apatis atau acuh tak acuh, sulit berpikir abstrak dan
kehilangan dorongan kehendak atau inisiatif2. Untuk memenuhi diagnose skizofrenia
hebefrenik maka diperlukan kriteria sebagai berikut :
SKIZOFRENIA
Pedoman diagnosa :
“thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya
(tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ;
atau
- “thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke dalam pikirannya
(insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal);
dan
- “thought broadcasting”= isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya;
- “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar; atau
- “delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk kepergerakan tubuh /
anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus);
- “delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat
khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
Halusinasi Auditorik:
* Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau
* Mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara
yang berbicara), atau
* Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak
wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu,
atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan
cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain)
• Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif
yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap,
atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan-bulan terus
menerus;
Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation),
yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;
Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri
dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal
tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
Schneider (Kaplan dan Sadock, 2003) memberikan kriteria diagnosa berdasarkan
urutan gejala sebagai berikut:
Gejala urutan pertama:
1. Pikiran yang dapat digeser
2. Suara-suara yang berdebat atau berdiskusi atau keduanya
3. Suara-suara yang mengkomentari
4. Pengalaman pasivitas somatik
5. Penarikan pikiran dan pengalaman pikiran yang dipengaruhi lainnya
6. Siar pikiran
7. Persepsi bersifat waham
8. Semua pengalaman lain yang melibatkan kemauan, membuat afek dan membuat
impuls.
Gejala urutan kedua:
1. Gangguan persepsi lain
2. Gagasan bersifat waham yang tiba-tiba
3. Kebingungan
4. Perubahan mood disforik dan euforik
5. Perasaan kemiskinan emosional
6. “…dan beberapa lainya juga”
Langfeldt (Kaplan dan SadSSock, 2003) memberikan kriteria diagnosis sebagai
berikut:
Kriteria Gejala
Petunjuk penting ke arah diagnosis skizofrenia adalah (jika tidak ada tanda
gangguan kongnitif, infeksi, atau intoksikasi yang dapat ditunjukkan).
Perubahan keperibadian yang bermanifestasi sebagai penumpulan emosional
dengan jenis khusus diikuti oleh hilangnya inisiatif dan perilaku yang berubah dan
seringkali aneh (khususnya pada hebefrenik, perubahan adalah karakteristik dan petunjuk
utama ke arah diagnosis).
Pada tipe katatonik, riwayat penyakit dan tanda tipikal dalam periode kegelisahan
dan stupor (dengan negativisme, wajah berminyak, katalepsi, gejala vegetatif, dll).
Pada psikosis paranoid, gejala penting pembelahan keperibadian (atau gejala
depersonalisasi) dan hilangnya perasaan realitas (gejala derealisasi) atau waham primer
Etologi
1. Faktor Genetik
Faktor keturunan juga menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan
dengan penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia terutama anak-anak
kembar satu telur. Skizofrenia melibatkan lebih dari satu gen, sebuah fenomena yang
disebut quantitative trait loci. Skizofrenia yang paling sering kita lihat mungkin
disebabkan oleh beberapa gen yang berlokasi di tempat-tempat yang berbeda di seluruh
kromosom. Ini juga mengklarifikasikan mengapa ada gradasi tingkat keparahan pada
orang-orang yang mengalami gangguan ini (dari ringan sampai berat) dan mengapa risiko
untuk mengalami skizofrenia semakin tinggi dengan semakin banyaknya jumlah anggota
keluarga yang memiliki penyakit ini4.
2. Faktor Biokimia
Skizofrenia mungkin berasal dari ketidakseimbangan kimiawi otak yang disebut
neurotransmitter, yaitu kimiawi otak yang memungkinkan neuron-neuron berkomunikasi
satu sama lain. Beberapa ahli mengatakan bahwa skizofrenia berasal dari aktivitas
neurotransmitter dopamine yang berlebihan di bagian-bagian tertentu otak atau
dikarenakan sensitivitas yang abnormal terhadap dopamine. Banyak ahli yang
berpendapat bahwa aktivitas dopamine yang berlebihan saja tidak cukup untuk
skizofrenia. Beberapa neurotransmitter lain seperti serotonin dan norepinephrine
tampaknya juga memainkan peranan4
3. Faktor Psikologis dan Sosial
Faktor psikososial meliputi adanya kerawanan herediter yang semakin lama
semakin kuat, adanya trauma yang bersifat kejiwaan, adanya hubungan orang tua-anak
yang patogenik, serta interaksi yang patogenik dalam keluarga4.
Dari etiologi yang telah disebutkan di atas, pada auto anamnesa kemungkinan
pasien timbul gejala lagi karena keluarga tidak perhatian dengan pengobatan pasien
dibuktikan pasien sudah bercerai dengan suami dan hanya tinggal dengan kakak nya, dan
jarang control ketika obat sudah abis karena tidak ada yang mengantar untuk berobat.
dimana pada axis IV didapatkan Masalah Primary Support (Group Keluarga). Namun
penyebab yang berasal dari faktor genetic tidak ditemukan pada pasien ini, dikarenakan
pasien tidak memiliki riwayat keluarga yang menderita seperti ini.
Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya skizofrenia dimana faktor genetic dan lingkungan saling
berhubungan. Neurotransmitter yang berperan dalam patofisiologinya adalah DA, 5HT,
Glutamat, peptide, norepinefrin. Pada pasien skizofrenia terjadi hiperreaktivitas system
dopaminergik (hiperdopaminergia pada sistem mesolimbik → berkaitan dengan gejala
positif, dan hipodopaminergia pada sistem mesocortis dan nigrostriatal →
bertanggungjawab terhadap gejala negatif dan gejala ekstrapiramidal) Reseptor dopamine
yang terlibat adalah reseptor dopamine-2 (D2) yang akan dijumpai peningkatan densitas
reseptor D2 pada jaringan otak pasien skizoprenia. Peningkatan aktivitas sistem
dopaminergik pada sistem mesolimbik yang bertanggungjawab terhadap gejala positif.
Sedangkan peningkatan aktivitas serotonergik akan menurunkan aktivitas dopaminergik
pada sistem mesocortis yang bertanggung-jawab terhadap gejala negative.
Skizofrenia Hebefrenik.
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
1. Diagnosa hebefrenia untuk pertama kali ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda
onset 15-20 tahun.
2. kepribadian premorbid menunjukkan cirri khas : pemalu dan senag menyendiri, namun
tidak harus demikian untuk menegakkan diagnosis
3. untuk menegakkan diagnose hebefrenia yang meyakinkan umumnya diperlukan
pengamatan kontinu selama 2/3 bulan lamanya,untuk memastikan bahwa gambaran
yang khas berikut ini memang benar bertahan :
- Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan. Serta mannerisme:
ada kecenderungan untuk selalu menyendiri dan perilaku menujukkan hampa tujuan dan
hampa perasaan
- Afek pasien dangkal dan tidak wajar, sering disertai oleh cekikikan atau perasaan puas
diri, senyum sendiri, atau sikap hati tinggi, tertawa menyeringai, mannerisme, mengibuli
secara bersenda gurau, keluhan hipokondrial, dan ungkapan kata yang di ulang-ulang
- Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu serta inkoheren
4. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gangguan proses berpikir
umumnya menonjol.
Sedangkan yang dimaksud episode berulang oleh karena pasien telah opname di
rumah sakit jiwa Lawang dua tahun yang lalu dengan gejala dan keluhan marah-marah
dan sempat membaik.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien ini adalah diberikan tab. Haloperidol 5 mg 1-0-1.
Haloperidol merupakan anti psikotik jenis tipikal. Kelebihan utama obat ini adalah
mengobati gejala positif skizofrenia. Namun, obat ini kurang efektif terhadap gejala
negatif skizofrenia. Tersedia dalam bentuk tablet, cairan, suntikan jangka pendek dan
jangka panjang.Karena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu yang
lama, sangat penting untuk menghindari dan mengatur efek samping yang timbul.
Mungkin masalah terbesar dan tersering bagi penderita yang menggunakan
antipsikotik konvensional gangguan (kekakuan) pergerakan otot-otot yang disebut
juga Efek samping Ekstra Piramidal (EEP). Dalam hal ini pergerakan menjadi lebih
lambat dan kaku, sehingga agar tidak kaku penderita harus bergerak (berjalan) setiap
waktu, dan akhirnya mereka tidak dapat beristirahat. Efek samping lain yang dapat
timbul adalah tremor pada tangan dan kaki serta efek samping lain yang dapat timbul
adalah tardive dyskinesia dimana terjadi pergerakan mulut yang tidak dapat dikontrol,
protruding tongue, dan facial grimace. Kemungkinan terjadinya efek samping ini dapat
dikurangi dengan menggunakan dosis efektif terendah dari obat antipsikotik atau dengan
memberikan obat anti-kolinergik bersamaan dengan obat antipsikotik untuk mencegah
atau mengobati efek samping ini.
Kemudian diberikan pasien diberikan edukasi berupa psikoterapi, sosioterapi dan
spiritual untuk membantu proses penyembuhan pasien. Keluarga juga diberikan edukasi,
penjelasan dan pemahaman mengenai keadaan pasien, faktor pencetus, perjalanan
penyakit, pengobatan, komplikasi, dan kemungkinan-kemungkinan atau prognosis kondisi
pasien, sehingga keluarga juga dapat menerima kondisi pasien, sabar dalam proses
penyembuhan pasien yang membutuhkan waktu yang lama, ikut serta dalam pengobatan
pasien seperti memberikan motivasi dan perhatian kepada pasien untuk sembuh. Pasien
memiliki prognosis baik. Walaupun remisi penuh atau sembuh pada skizofrenia itu ada,
kebanyakan masih memiliki gejala sisa dengan tingkat keparahan yang bervariasi. Sampai
saat ini belum ada metode yang dapat memprediksi siapa yang menjadi sembuh
siapa yang tidak, tetapi ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya seperti usia tua,
faktor pencetus yang jelas, onset akut, riwayat sosial yang baik, menikah, riwayat
sosial/pekerjaan pramorbid baik, gejala depresi, menikah, riwayat keluarga gangguan
mood sistem pendukung baik, dan gejala positif ini akan memberikan prognosis yang
baik.Sedangkan onset muda, tidak ada faktor pencetus, onset tidak jelas, riwayat sosial
buruk, autistik, tidak menikah/janda/duda, riwayat keluarga skizofrenia, system pendukung
buruk, gejala negatif, riwayat trauma prenatal, sering relaps dan riwayat agresif akan
memberikan prognosis yang buruk
Prognosis Skizofrenia
Walaupun remisi penuh atau sembuh pada skizofrenia itu ada, kebanyakan orang
mempunyai gejala sisa dengan keparahan yang bervariasi. Secara umum 25% individu
sembuh sempurna, 40% mengalami kekambuhan dan 35% mengalami perburukan.
Sampai saat ini belum ada metode yang dapat memprediksi siapa yang akan menjadi
sembuh siapa yang tidak, tetapi ada beberapa faktor yang dapat memberikan prognosis
yang baik dan mempengaruhinya seperti:
* Usia tua
* Faktor pencetus jelas
* Onset akut
* Riwayat sosial/pekerjaan pramorbid baik
* Gejala depresi
* Menikah
* Riwayat keluarga
* Gangguan mood
* Sistem pendukung baik
* Gejala positif
Sebaliknya, hal-hal berikut ini akan memberikan prognosis yang buruk
* Onset muda
* Tidak ada faktor pencetus
* Onset tidak jelas
* Riwayat sosial buruk
* Autistik
* Tidak menikah/janda/duda
* Riwayat keluarga skizofrenia
* Sistem pendukung buruk
* Gejala negatif
* Riwayat trauma prenatal
* Tidak remisi dalam 3 (tiga) tahun
* Sering relaps
* Riwayat agresif
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. 2003. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Prilaku Psikiatri Klinis Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara.
2. Maharatih GA, Nuhriawangsa I, dan Sudiyanto A. 2010. Psikiatri Komprehensif. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
3. Maslim R. 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi Ketiga. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. PT Nuh Jaya: Jakarta.
4. Puri B.K., Laking P.J., Treasaden I.H., 2011, Buku Ajar Psikiatri edisi 2. Jakarta: EGC.
5. Ikawati, Zullies. 2009. Zullies Ikawati’s Lecture Notes : Skizophrenia. Yogyakarta: UGM
6. Maramis WF dan Maramis AA. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2.
Pusat Penerbitan dan Percetakan UNAIR. Airlangga University Press : Kampus C
UNAIR, Surabaya