laporan kasus mata entropion
TRANSCRIPT
BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA LAPORAN KASUS & REFARATFAKULTAS KEDOKTERAN JULI2012UNIVERSITAS HASANUDIN
ODS ENTROPION SIKATRIKS
DISUSUN OLEH :GOODWIN ANTHONY PAKAN
C 111 08 199
PEMBIMBING :dr. MUHAMMAD MISBAH
SUPERVISOR:Dr.dr. BATARI TOUDJA UMAR, Sp.M
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIKBAGIAN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR
2013
1
ODS ENTROPION SIKATRIKS
Laporan Kasus
Identitas Pasien
Nama : Tn.A
Umur : 9 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku Bangsa : Makassar
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Tanggal Pemeriksaan : 06 Juli 2013
No. Rekam Medik : 460709
Tempat Pemeriksaan : RSWS
Pemeriksa : dr. A
Anamnesis
Keluhan utama: Nyeri pada kedua mata
Anamnesis terpimpin : dialami sejak ± 4 tahun yang lalu secara terus-menerus.
Pasien mengaku terasa tertusuk-tusuk oleh bulu mata pada kedua matanya. Mata
merah (+) dan air mata berlebih (+), secret (+), bengkak (-), gatal (-), riwayat sakit
cacar ± 4 tahun yang lalu, sejak sembuh dari cacar pasien mulai merasa tidak
nyaman pada mata, seperti tertusuk-tusuk, riwayat trauma (-), riwayat alergi (-),
riwayat keluhan yang sama pada keluarga (-), riwayat pengobatan sebelumnya (+)
riw. Operasi pasang AMT + epilasi 2 tahun yang lalu di RS Wahidin
2
Foto Klinis
Pemeriksaan
A. Inspeksi
OD OS
Palpebra Edema (-) Edema (-)
Apparatus Lakrimalis Lakrimasi (+) Lakrimasi (+)
Silia Secret (+) Sekret (+)
Konjungtiva Hiperemis (+) Hiperemis (+)
Bola mata Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi
Mekanisme muscular Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi
Kornea tampak kekeruhan di
sentral & parasentral
berupa leukoma, tampak
juga infiltrat di daerah
perifer kornea
tampak kekeruhan di
sentral & parasentral
berupa leukoma, tampak
juga infiltrat di daerah
perifer kornea
Bilik mata depan Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi
3
Iris Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi
Pupil Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi
Lensa Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi
B. Palpasi
`OD OS
Tensi ocular Tn Tn
Nyeri tekan - -
Massa tumor - -
Glandula pre-aurikuler Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
C. Tonometri
Tidak dilakukan pemeriksaan
D. Visus
VOD : 6/120
VOS : 6/120
E. Campus visual
Tidak dilakukan pemeriksaan
F. Color sense
Tidak dilakukan pemeriksaan
G. Light sense
Tidak dilakukan pemeriksaan
H. Penyinaran optik
`OD OS
Konjungtiva Hiperemis (+) Hiperemis (+)
Kornea tampak kekeruhan di
sentral & parasentral
tampak kekeruhan di
sentral & parasentral
4
berupa leukoma, tampak
juga infiltrat di daerah
perifer kornea
berupa leukoma, tampak
juga infiltrat di daerah
perifer kornea
BMD Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi
Iris Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi
Pupil Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi
I. Diafanoskopi
Tidak dilakukan pemeriksaan
J. Oftalmoskopi
Tidak dilakukan pemeriksaan
K. Slit Lamp
SLOD : konjungtiva hiperemis (+), kornea: tampak kekeruhan di sentral &
parasentral berupa leukoma, tampak juga infiltrat di daerah perifer kornea, detail
yang lain sulit di evaluasi
SLOS : konjungtiva hiperemis (+), kornea: tampak kekeruhan di sentral &
parasentral berupa leukoma, tampak juga infiltrat di daerah perifer kornea, detail
yang lain sulit di evaluasi
L. Laboratorium
WBC 6,8 x 103
RBC 4,30 x 106
HGB 9,9
HCT 31,9
PLT 307
Na 138
K 3,8
Cl 106
CT 8’00
BT 3’00`
5
PT 11,1
APTT 28,5
HBsAg Non Reactive
AntiHCV Non Reactive
Resume
Anak laki-laki 9 tahun, datang ke poliklinik mata RSWS dengan keluhan nyeri
pada kedua mata, Dirasakan sejak ± 4 tahun yang lalu, akibat bulu mata bagian
bawah tumbuh ke arah dalam, mata merah (+), air mata berlebih (+), kotoran
mata berlebih (+), silau (+), riwayat sakit cacar ± 4 tahun yang lalu, sejak sembuh
dari sakit cacar, pasien mulai merasa tidak nyaman pada mata, seperti tertusuk-
tusuk, riw. Operasi pasang AMT + epilasi 2 tahun yang lalu di RS Wahidin
Pada pemeriksaan oftalmologi pada inspeksi tampak bulu mata
mengarah ke dalam, pada pemeriksaan visus VOD 6/120 dan VOS 6/120. Pada
palpasi tidak ditemukan kelainan. Penyinaran oblik dan Slit lamp pada OD
didapatkan pada konjungtiva tampak hiperemis, kornea: tampak kekeruhan di
sentral & parasentral berupa leukoma, tampak juga infiltrat di daerah perifer
kornea, dan detail lain sulit dinilai. Pada OS didapatkan pada konjungtiva
hiperemis , kornea: tampak kekeruhan di sentral & parasentral berupa leukoma,
tampak juga infiltrat di daerah perifer kornea, dan detail yang lain sulit dinilai
Diagnosis
ODS Entropion Sikatriks
Prognosis
Qua ad vitam : Bonam
Qua ad visam : Bonam
Qua ad sanam : Bonam
Qua ad cosmeticam : Bonam
6
Terapi
Rencana rekonstruksi palpebra inferior
Diskusi
Entropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak mata bagian tepi atau
margo palpebra ke arah dalam sehingga bulu mata menggeser jaringan
konjungtiva dan kornea. Entropion diklasifikasikan menjadi empat, antara lain
involusional (senile), sikatrik, spastik dan kongenital. Entropion sering ditemukan
pada usia yang lebih tua (involusional), biasanya pada umur diatas 60 tahu.
Entropion kelopak mata bawah lebih sering terjadi dari pada entropion kelopak
mata atas. Entropion pada kelopak mata bawah lebih sering karena proses
involusional pada proses penuaan.
Pasien ini datang dengan keluhan utama rasa tertusuk bulu mata pada
kedua bola mata, sehingga silia menyentuh bagian konjungtiva dan kornea.
Seperti yang paparkan diatas mengenai definisi dari entropion dengan kelainan
yang terletak pada kelopak mata yang terputar ke dalam, sedangkan trikiasis
merupakan kelainan dimana silia tumbuh mengarah ke dalam mata tanpa disertai
dengan adanya kelainan pada kelopak mata, sehingga diagnosis banding trikiasis
dapat disingkirkan.
Pasien memiliki riwayat cacar terlebih dahulu sebelum keluhan yang
dialaminya, dari situlah terjadi perlengketan antara konjungtiva bulbi dan
konjungtiva palpebra (simblepharon), hal ini lah yang menyebabkan terjadinya
sikatriks yang akhirnya menjadi entropion.
Entropion menyebabkan bulu mata yang tumbuh ke dalam sehingga terus
menerus bergesekan dengan kornea sehingga kornea terus-menerus mengalami
proses penyembuhan dan luka, sehingga pada akhirnya membentuk sikatriks pada
kornea yang menyebabkan visus pasien menjadi 6/120
Amnion Membrane Transplantation (AMT) adalah lapisan paling dalam
dari plasenta yang meliputi membrand dengan dasar yang tebal dan matrix stromal
yang avaskular. Transplantasi membran amnion digunakan sebagai graft atau
7
pelapis pada beberapa sub-spesialis bedah. Pada bagian mata jaringan ini telah
digunakan sebagai perban jaringan untuk infeksi kornea dan melting steril, dan
untuk merekonstruksi permukaan mata dalam berbagai prosedur operasi.
ENTROPION
8
I. PENDAHULUAN
Kelopak atau palpebra merupakan alat menutup mata yang berfungsi
untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola
mata, serta berfungsi mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air
mata di depan kornea.1
Entropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak mata bagian tepi
atau margo palpebra ke arah dalam sehingga bulu mata menggeser jaringan
konjungtiva dan kornea. Melipatnya kelopak mata bagian tepi ini dapat
menyebabkan kelopak mata bagian lain ikut melipat. Entropion diklasifikasikan
menjadi empat, antara lain involusional (senile), sikatrik, spastik dan kongenital. 2,3,4
Entropion sering ditemukan pada usia yang lebih tua (involusional),
biasanya pada umur diatas 60 tahun dan tidak ada perbedaan gender ditemukan
pada kelainan ini. Entropion kelopak mata bawah lebih sering terjadi daripada
entropion kelopak mata atas. Entropion pada kelopak mata bawah lebih sering
karena proses involusional pada proses penuaan, sedangkan pada kelopak mata
atas sering karena sikatrikal seperti akibat trakoma. Entropion kongenital sering
terjadi di kalangan orang Asia, tetapi jarang terjadi pada keturunan Eropa.
Entropion sendiri dapat terjadi unilateral maupun bilateral. 2,5,6,7
II. ANATOMI
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat
menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip membantu
menyebarkan lapis tipis air mata, yang melindungi kornea dan konjungtiva dari
dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata, palpebra inferior menyatu
pada pipi.4
Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superficial ke dalam
terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan
fibrosa (tarsus), dan lapis membrane mukosa (konjungtiva palpebrae).4
9
Gambar 1. Anatomi palpebra superior2
Gambar 2. Anatomi palpebra inferior2
Struktur palpebra
A. Lapis kulit
Kulit palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar,
dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.4
B. Lamella Anterior
Lamella anterior terdiri dari kulit palpebra inferior dan otot orbicularis.
Kulit palpebra inferior tipis, halus dan tidak memiliki jaringan ikat seperti kulit
10
lainnya, dan aparatus pilosebaseus yang berguna untuk meningkatkan pergerakan
bola mata. 4
C. Lamella Posterior
Lamella posterior terdiri dari retraktor otot retraktor palpebra, tarsus dan
konjungtiva. Retraktor palpebra inferior merupakan perpanjangan dari fascia dari
otot rektus inferior, dibungkus oleh otot oblik inferior, dan masuk ke dalam batas
tarsal inferior. 4
D. Muskulus Orbikularis Okuli
Fungsi muskulus orbikularis okuli adalah menutup palpebra. Serat-serat
ototnya mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit
melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang
terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian di atas septum
orbita adalah bagian praseptal. Segmen di luar palpebra disebut bagian orbita.
Orbikularis okuli disarafi oleh nervus facialis.4
E. Jaringan Areolar
Jaringan areolar submuskular yang terdapat dibawah muskulus orbikularis
okuli berhubungan dengan lapis subaponeurotik dari kulit kepala.4
F. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa
padat yang –bersama sedikit jaringan elastis- disebut tarsus superior dan inferior.
Sudut lateral dan medial dan juluran tarsus tertambat pada tepian orbita oleh
ligament palpebra lateralis dan medialis. Tarsus superior dan inferior juga
tertambat oleh fascia tipis dan padat pada margo atas dan bawah orbita. Fascia
tipis ini membentuk septum orbita.4
G. Konjungtiva Palpebra
Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva
palpebra, yang melekat erat pada tarsus. Insisi bedah melalui garis kelabu dari
margo palpebra membelah palpebra menjadi lamel kulit dan muskulus orbikularis
okuli di anterior dan lamella tarsal dan konjungtiva palpebrae di posterior.4
11
Margo Palpebra
Panjang margo bebas palpebra adalah 25-30 mm dan lebar 2 mm. Ia
dipisahkan oleh garis kelabu (mukokutan junction) menjadi margo anterior dan
posterior.4
A. Margo Anterior4
1. Bulu Mata
Bulu mata muncul dari tepian palpebra dan tersusun tidak teratur. Bulu
mata atas lebih panjang dan lebih banyak dari yang di bawah dan melengkung ke
atas; bulu mata bawah melengkung ke bawah.
2. Glandula Zeis
Ini adalah modifikasi kelenjar sebasea yang kecil, yang bermuara ke dalam
folikel rambut pada dasar bulu mata.
3. Glandula Moll
Ini adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris
dekat bulu mata.
B. Margo Posterior
Margo palpebra posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang
tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasea yang telah
dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal)
C. Punktum Lakrimale
Pada ujung medial dari margo posterior palpebra terdapat elevasi kecil
dengan lubang kecil di pusat yang terlihat pada palpebra superior dan inferior.
Punktum ini berfungsi menghantar air mata ke bawah melalui kanalikulus terkait
ke sakus lakrimalis.
Fissura Palpebra
Fissura palpebra adalah ruang ellips di antara kedua palpebra yang dibuka.
Fissura ini berakhir di kantus medialis dan lateralis. Kantus lateralis kira-kira 0,5
cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Kantus medialis lebih
elliptik dari kantus lateralis dan mengelilingi lakuna lakrimalis.4
Dua struktur terdapat di lakuna lakrimalis: karunkula lakrimalis,
peninggian kekuningan dari modifikasi kulit yang mengandung modifikasi
12
kelenjar keringat dan kelenjar sebasea besar-besar yang bermuara ke dalam
folikel-folikel yang mengandung rambut-rambut halus.4
Septum Orbitale
Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis
yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara
palpebra dan orbita.4
Septum orbitale ditembus pembuluh dan saraf lakrimalis, yaitu pembuluh
dan nervus supratrokhlearis, pembuluh-pembuluh dan nervus supraorbitalis,
nervus infratrokhlearis, anastomosis antara vena angularis dan oftalmika, dan
muskulus levator palpebrae superioris.4
Septum orbitale superior menyatu dengan tendon dari levator palpebrae
superior dan tarsus superior; septum orbitale inferior menyatu dengan tarsus
inferior.4
Retraktor palpebrae
Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Mereka dibentuk oleh
kompleks muskulofasial, dengan komponen otot rangka dan polos, dikenal
sebagai kompleks levator palpebra dan muskulus tarsal superior (Muskulus
Muller) di palpebra superior dan fascia capsula palpebra dan muskulus tarsal
inferior di palpebra inferior.2
III. ETIOLOGI
Entropion berdasarkan penyebabnya dibagi atas:
1. Entropion involusional8,9
Entropion involusional (senil) sangat erat hunbungannya dengan
proses penuaan. Biasanya terjadi akibat atrofi jaringan dan
melemahnyafasiacapsulopalpebral(otor retractor palpebra). Hal ini
menyebabkan kehilangan elastisitas lempeng tarsal dan tepi kelopak mata
memutar ke dalam. Pada tahap awal, entropion involunter mungkin hanya
bermanifestasi intermiten.
13
Gangguan selalu mengenai kelopak mata bawah dan merupakan
akibat dari gabungan kelemahan otot-otot retraktor kelopak bawah,
migrasi ke atas musculus orbikularis preseptal dan menyebabkan
melipatnya tepi tarsus atas.
Gambar 3. Entropion Involusional.6
2. Entropion sikatrik2,4,6,10
Entropion sikatrik biasanya berhubungan dengan pemendekan
lamela posterior akibat akibat kontraktur konjungtiva tarsal. Penyebab
tersering entropion sikatrik adalah blefarokonjungtifitis dan trakoma.
Mengenai kelopak mata atas atau bawah yang disebabkan oleh jaringan
parut di konjungtiva atau tarsus.
Penyakit ini pada umumnya merupakan hasil dari trauma, bahan
kimia, Steven Jhonson sindrom, pemphigoid, infeksi, respon lokal obat-
obatan topikal, sindroma post enukleasi soket, herpes zoster oftalmikus.
Pemeriksaan pada tarsus dan palpebra merupakan poin diagnosis pada
kasus ini.
14
Gambar 4. Entropion sikatrik.2
3. Etropion kongenital4,7,10
Merupakan kasus yang sangat jarang. Dapat disebabkan oleh
disgenesis retraktor kelopak mata bawah yang menyebabkan
ketidakstabilan di kelopak mata atau pemendekan maupun kekurangan
jaringan dalam lamela posterior kelopak mata dan penebalan kulit dan otot
orbicularis oculi dekat margin dari kelopak mata yang dapat menimbulkan
entropion. Entropion juga dapat terjadi ketika tarsalplate sempit yang
memungkinkan untuk memutar ke dalam.
Gambar 5. Entropion kongenital7.
4. Entropion akut spastik2,8,9
Disebabkan oleh kontraksi spastik otot orbicularis yang dicetuskan
oleh iritasi pada mata (meliputi pembedahan), setelah bebat mata yang
terlalu ketat atau yang berkaitan erat dengan blepharospasme. Selalu
timbul dengan sendirinya setelah dilakukan pembedahan. Kebanyakan
pasien sudah mengalami perubahan komponen involusional sebelumnya.
Entropion akut biasanya hilang bila siklus entropion atau iritasi teratasi
dengan terapi dari faktor penyebab entropion tersebut.
15
Gambar 6. Entropion spastik.7
Secara umum faktor predisposisi entropion antara lain :
Perubahan degeneratif pada kelopak mata berkaitan dengan
bertambahnya usia.
Pada entropion sikatrik berdampak pada konjungtiva tarsal.
Iritasi pada mata atau akibat proses pembedahan
IV. MANIFESTASI KLINIS
A. Gejala klinis yang timbul berupa: 5,9,10
Iritasi atau ada benda asing yang masuk ke mata.
Mata berair terus dan pandangan akbur.
B. Dari pemeriksaan fisik akan tampak berupa: 9,10
Kerusakan pada epitel konjungtiva atau kornea akibat trauma.
Hiperemia pada konjungtiva yang terlokalisasi.
Kelemahan kelopak mata (involusional entropion).
Jaringan parut pada konjungtiva (sikatrik entropion).
Pertumbuhan kelopak mata bawah yang abnormal (kongenital
entropion).
V. DIAGNOSIS
16
Sebagian besar pasien dengan entropion bermasalah dengan air mata
yang terus mengalir, iritasi, terasa ada benda asing di dalam mata dan mata
merah yang persisten. Dengan menggunakan slitlamp kadang-kadang dapat
mengidentifikasi lipatan pinggir kelopak mata, kelemahan kelopak yanga
horizontal, melingkarnya perseptal orbikularis, enophtalmus, injeksi konjungtiva,
trikiasis, dan entropion yang memanjang, keratitis punctata superfisial yang dapat
menjadi ulkus dan formasi panus. Pasien dengan entropion sikatrik mungkin
terdapat keratinisasi pada tepi kelopak mata dan simblefaron.2
Pemeriksaan fisik pada kelopak mata meliputi snapback test yaitu
dengan cara menarik kelopak mata dengan hati-hati ke arah luar lalu dilihat
apakah kelopak mata dapat kembali ke posisi semula, dan biasanya tes ini
tidak menimbulkan rasa sakit. Dari t es ini dapat dilihat kelemahan pada tonus
kelopak mata yang horizontal. Pada pinggir kelopak mata bawah selalu
ditemukan kelengkungan ke arah limbus setelah entropion terbentuk. Forniks
inferior tidak selalu kelihatan dalam dan kelopak mata mungkin dapay mudah
dikeluarkan.
Tanda klinis lainnya meliputi gambaran garis putih dalam ukuran
milimeter di bawah tarsal inferior akibat dari pergeseran dari retraktor kelopak
mata dan pergerakan yang sedikit atau tidak ada sama sekali dari kelopak
bawah saat melihat ke bawah. Pindahnya bagian superior dari orbikularis superior
dapat dideteksi dengan melakukan observasi yaitu menutup mata yang
memerah setelah kelopak entropion kembali normal (tes kelengkungan
orbikularis).2
VI. DIAGNOSIS BANDING1,4
1. Distikiasis.
Bersifat kongenital, terdapat kelainan yang menekan tempat keluarnya
saluran Meibom.
2. Trikiasis.
Kelainan berupa bulu mata yang mengarah ke kornea, sehingga timbul
reaksi radang yang kedua dan terbentuk jaringan parut.
17
VII. PENATALAKSANAAN
1. Entropion kongenital
Entropion congenital dapat diperbaiki dengan pemasangan kembali
fasia kapsulopalpebra. Prosedur ini akan diuraikan pada bagian entropion
involusional, dan dilakukan untuk mengencangkan kelopak mata anak-anak yang
horizontal secara tidak serentak. Perbaikan epiblefaron diperlukan jika ada bukti
keratopati atau jika gejalanya simptomatik. Dalam banyak kasus, hal ini dapat
dilakukan tanpa harus mengangkat kulit. Goresan horizontal dibuat 1,5 mm di
bawah bulu mata, menyeberangi kelopak mata bawah. Goresan diperluas
sekitar mm ke medial dan lateral menuju area yang melipat. Sejumlah kecil otot
orbikularis pretarsal dipindahkan, agar perbatasan tarsal bawah terbuka. Luka
kemudian ditutup dengan cara memperkirakan kulit bagian atas tetap mebingkai
perbatasan tarsal bawah, kemudian tepi kulit bagian bawah ditutup dengan
jahitan 6.0 yang biasa.7
2. Entropion akut spastik
Entropion spastik kadang-kadang menghilang secara spontan. Koreksi
sementara dapat dicapai dengan suntikan toksin botulinum,
5 -10 unit ke dalam otot pretarsal. Suntikan toksin botulinum selalu efektif
untuk paralisi orbikularis. Efek toksin botulinum bertahan hanya sekitar 3
bulan, tetapi entropion tidak akan terulang walaupun efeknya menghilang.
Adapun tindakan pembedahan yang dapat dilakukan, biasanya pembedahan
menggabungkan beberapa teknik seperti memperpendek kelopak mata
horizontal atau mengangkat pretarsal serat-serat otot orbicularis oculi dan
memperpendek kulit vertikal.3,7,10
3. Entropion involusional.
a. Perbaikan fasia kapsulopalpebra.
Metode perbaikan entropion ini didasarkan pada jenis dan tingkatan
masalah, sepeti halnya kemampuan pasien untuk mentolerir suatu pemeriksaan.
Involusional entropion dapat diobati dengan menentukan faktor penyebab
penyakit. Setelah anestesi lokal, suatu goresan subsilar dibuat 2 mm di bawah
luka dari bawah pungtum menuju cabang sentral. Penutup kulit yang kecil
disayat ke bawah di atas tarsus, dan potongan otot orbikularis pretarsal
18
disayat sampai batas tarsus. Septum orbita digores dan dibuka, sehingga tepi fasia
kapsulopalpebra yang tipis dapat terlihat. Dengan adanya bantalan inferior
orbita, yang kondisinya sama dengan keadaan kelopak mata bawah kepada
levator, dapat ditutup dengan empat jahitan sesuai dengan struktur mata. Suatu
potongan tarsal yang mengarah ke samping menunjukkan kelemahan kelopak
mata bawah dan potongan tersebut sesuai dengan banyaknya ketegangan kelopak.
Tiga jahitan dengan silk 6.0 digunakan untuk menyambung kembali fasia
kapsulopalpebra bawah dengan perbatasan tarsal. \
Kelopak mata tidak harus selalu dikoreksi dan banyaknya jumlah fasia
kapsulopalpebral dapat dikonfirmasi dengan melakukan follow up pasien.
Kulit muka yang ditutup dengan jahitan 6.0 biasa, dan jumlah tepi fasia
kapsulopalpebral harus disatukan dengan tiga jahitan pusat untuk mencegahnya
otot orbicularis. 2,10
b. Jahitan quickert.
Jika pasien tidak bisa melakukan pembedahan maka teknik quickert atau
tiga jahitan dapat digunakan. Kelemahannya tingkat kekambuhan dengan teknik
ini sangatlah tinggi. Jahitan tiga double-kromik 5-0 ditempatkan horizontal 3
mm melebar ke lateral, tengah, dan medial kelopak mata bawah. Jahitan
melewati forniks sampai batas di bawah perbatasan inferior tarsal lalu keluar
sampai kulit. Masing-masing jahitan ditegangkan untuk koreksi.2
Gambar 7. Jahitan quickert.2
4. Entropion sikatrik.
19
Jika entropionnya asli sikatrik, blefarotomi dan rotasi merginal (prosedur
Wies) efektif untuk memperbaiki kelopak mata atas atau bawah. Anestesi local
diberikan pada kelopak mata dan insisi horizontal dibuat 4 mm dari kelopak
sampai kulit dan orbikularis. Dibuat atap marginal yang berada 2-4 mm dari
garis tepi kelopak mata. Kelopak kemudian diangkat, dan dalam hitungan detik
dibuat insisi sampai konjungtiva dan tarsus. Gunting Westcott atau Tenotomi
digunakan untuk memperluas blefarotom ke medial dan lateral melewati
tarsus. Lalu dijahit tiga double-armed dengan silk 6-0 sampai tarsus, ke atas
tarsus yang kemudian keluar melalui kulit dekat bulu mata. Jahitan diikat di
atas kapas untuk melindungi “pemasangan kawat”. Lalu dikoreksi untuk
pastinya. Kulit yang diinsisi ditutup dengan jahitan 6-0 biasa. Jahitan dan kasa
penutup harus diangkat 10-14 hari.
Jika sikatrik entropion masih mengganggu, atau prosedur yang dilakukan
gagal, lamellar posterior tambahan akan sangat membantu. Suatu cangkokan
mungkin ditempatkan antara konjungtiva/retraktor kelopak bawah dan
perbatasan inferior tarsal. Berbagai material cangkok yang tersedia meliputi
tulang rawan telinga, langit-langit keras, dan selaput lendir. Terbentuknya
jaringan parut, dan defek produksi lamellar posterior, bahan cangkok
diletakkan dengan jahitan yang bisa diserap dan kelopak akan dapat
disembuhkan dengan jahitan yang direnggangkan. Lamellar posterior tersebut
menyebabkan kelopak mungkin tidak dapat menarik kembali saat melihat ke
bawah.9
VIII. KOMPLIKASI
1. Konjungtivitis.
Peradangan pada konjungtiva. Akan terlihat lapisan putih yang transparan
pada mata dan garis pada kelopaknya. Entropion dapat menyebabkan konjungtiva
menjadi merah dan meradang, dan menimbulkan infeksi.5
2. Keratitis.
Suatu kondisi dimaan kornea meradang.Masuknya bulu mata dan tepi
kelopak ke kornea dapat menimbulkan iritasi dan rasa sakit. Jaringan parut akan
20
terbentuk dan dapat menyebabkan kehilangan penglihatan.Korneaharusdiperiksa
olehpewarnaan dengan fluorescein. 1,12
3. Ulkus kornea.
Ulkus kornea adalah ulkus yang terbentuk di kornea, dan biasanya
disebabkan oleh keratitis. Kondisi ini sangat serius karena dapt menyebabkan
kehilangan penglihatan. Sangat penting utnuk segera berobat ke dokter jika mata
menjadi maerah, mata terasa sakit atau seperti ada yang mengganjal di dalam
mata. 7,12
IX. PROGNOSIS
Entropion pada umumnya memiliki prognosis yang baik. Keefektifan
pengoabatn entropion tergantung pada penyebab utama dan tingkat keparahan
penyakitnya.Namun tindakan operasi juga perlu diperhatikan dengan baik karena
overkoreksi justru dapat mengakibatkan ektropion pada akhirnya. 6,7
21