laporan kasus om
DESCRIPTION
lapsusTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lidah adalah suatu organ muskular yang berhubungan dengan
pengunyahan, pengecapan dan pengucapan yang terletak pada sebagian di rongga
mulut dan faring. Lidah berfungsi untuk merasakan rangsangan rasa dari benda-
benda yang masuk ke dalam mulut kita. Lidah dapat merespon berbagai jenis dan
macam rasa seperti rasa manis, pahit, asam dan asin. Kita dapat menikmati
makanan dan minuman karena adanya indera pengecap ini. Bagian lidah depan
berguna untuk merasakan rasa asin, bagian lidah sebelah samping untuk rasa
asam, bagian tepi depan berfungsi untuk merasakan rasa manis dan bagian lidah
belakang untuk rasa pahit.
Secara umum lidah dapat terbagi menjadi 2 bagian, yaitu 2/3 depan (yang
disebut apeks) dan 1/3 belakang (yang disebut dorsum). Bagian depan lidah
sangat fleksibel dan bekerja sama dengan gigi dalam pengucapan huruf-huruf.
Bagian tersebut juga membantu untuk menggerakkan makanan ke segala arah saat
sedang mengunyah. Lidah juga mendorong makanan kembali ke permukaan
kunyah gigi sehingga gigi dapat menggilasnya. Bagian belakang lidah juga
penting untuk pengunyahan. Begitu makanan sudah halus dan tercampur dengan
saliva atau pada saat meludah, otot-otot di bagian belakang lidah bekerja. Otot
tersebut bersama-sama dengan saliva mengangkat dan mendorong makanan
memasuki esofagus, yaitu saluran yang menghubungkan antara tenggorokan dan
perut.
Fissure tongue merupakan kondisi jinak pada permukaan lidah yang
ditandai dengan adanya cekungan dangkal sampai dalam atau celah pada
permukaan lidah. Biasanya defisiensi nutrisi dan faktor-faktor lokal seperti infeksi
dapat berkontribusi pada perkembangan penyakit dan peningkatan gejala. Fissure
tongue merupakan variasi herediter dimana punggung lidah berfisur dengan
kedalaman antara 3 sampai 5 mm, bagian lidah yang berfisur tidak
memperlihatkan adanya papila-papila abnormal. Kondisi ini biasanya tanpa gejala
1
dan pasien jarang mengeluhkan hal tersebut karena tidak ada gejala yang
menyebabkan rasa nyeri kecuali adanya sisa-sisa makanan yang terjebak dalam
cekungan sehingga menjadi sumber infeksi. Pasien juga mungkin mengeluh
lidahnya seperti terbakar dan nyeri pada lidah terutama saat makan makanan yang
pedas atau panas.
Dalam beberapa studi kasus, ditemukan bahwa prevalensi kejadian fissure
tongue lebih tinggi dibandingkan dengan prevalensi kejadian bentuk lidah yang
lain. Fissure tongue dilaporkan tidak memiliki predileksi jenis kelamin atau ras.
Namun berdasarkan hasil studi di beberapa negara, fissure tongue lebih sering
ditemukan pada pria dibandingkan wanita.
Selain fissure tongue, pada lidah pasien juga ditemukan adanya plak putih,
dapat dikerok, tidak sakit serta tidak berbatas jelas yang biasa disebut oral
candidiasis. Oral candidiasis merupakan suatu infeksi oportunistik yang
disebabkan oleh jamur genus candida. Spesies jamur yang dapat menyebakan
kandidiasis adalah C. parapsilosis, C. tropicalis, C. glabrata, C. krusei, C.
pseudotropicalis dan C. guillermondi. C. albicans adalah organisme komensal
rongga mulut yang paling banyak menyebabkan kandidiasis.
Pada makalah ini, dilaporkan kasus seorang laki-laki usia 23 tahun dengan
keluhan utama rasa nyeri pada lidah terutama saat makan makanan yang panas
dan pedas. Dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,
didapatkan hasil berupa diagnosa utama fissure tongue pada bagian tengah lidah
disertai oral candidiasis pada dorsum lidah.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fissure Tongue
Fissure tongue juga dikenal sebagai plicated tongue atau scrotal tongue
atau lingua dissecta atau lingua fissurata atau lingua plicata atau furrowed atau
grooved tongue. Penyebab spesifik dari fissure tongue belum teridentifikasi secara
pasti atau idiopatik, tetapi dalam beberapa kasus dapat berasal dari riwayat
keluarga atau herediter.
Fissure tongue bermanifestasi secara klinis sebagai sejumlah alur atau
celah yang bercabang dari central groove di sepanjang garis tengah permukaan
dorsum. Celah ini tidak memilik papila filiformis sehingga terlihat jelas
perbedaannya dengan permukaan lidah yang lain. Fissure tongue dapat bervariasi
pada bentuk panjang, kedalaman, pola dan jumlahnya. Ada beberapa pola klinis
fissure tongue, tetapi mereka saling tumpang tindih satu sama lain. Variasi yang
paling sederhana berupa median sulkus yang menonjol. Variasi kedua merupakan
median sulkus dengan lipatan transversal. Variasi lainnya dikenal dengan
cerebriform.
Pada umumnya fissure tongue tidak menunjukkan gejala bagi penderitanya
atau asimptomatik, tetapi faktor sekunder berupa infeksi bakteri atau jamur dapat
berkembang atau keadaan sistemik dari pasien dapat mempengaruhi. Kondisi
seperti ini yang biasanya menyebabkan rasa sakit atau nyeri di sepanjang lidah.
Ketika ini terjadi, kondisi celah pada lidah menjadi sangat merah dan menonjol
karena peradangan. Papila yang berdekatan sering akan terkena dampaknya.
Fissure tongue cenderung lebih umum terjadi bersamaan dengan kelainan bentuk
lidah yang lain, terutama pada mereka dengan kondisi kelainan bentuk lidah yang
disebut geographic tongue. Pada beberapa kasus, didapatkan hasil bahwa fissure
tongue dan geographic tongue apabila terjadi atau timbul pada tempat yang sama
cenderung dapat memicu gejala simptomatik. Celah ini dari bentukan anatomis
dapat menarik sisa makanan, bakteri dan sel-sel yang telah mati untuk masuk dan
terjebak ke dalamnya. Terkadang makanan dan bakteri terjebak dalam celah
3
tersebut dapat memicu terjadinya inflamasi. Kondisi inflamasi ini bermanifestasi
sebagai sensitifitas terhadap makanan pedas dan panas. Sisa makanan dan bakteri
yang terjebak juga dapat menyebabkan bau mulut.
Terkadang pasien dengan celah yang dalam sering mengalami rasa sakit
pada lidah. Tidak diperlukan pengobatan untuk fissure tongue. Pengobatan pada
fissure tongue tidak mengembalikan bentuk lidah menjadi normal karena
merupakan variasi normal dan tidak sakit, tetapi menghilangkan gejala
simptomatik yang diderita oleh pasien serta infeksi sekunder yang timbul seperti
oral candidiasis.
Beberapa obat yang dapat diberikan antara lain obat kumur anastetikum
seperti tantum verde dapat digunakan sebagai pilihan untuk menghilangkan rasa
nyeri atau pemberian obat anti jamur seperti fungatin untuk menghilangkan
infeksi sekundernya. Kebersihan rongga mulut perlu diperhatikan lebih terutama
pada lidah untuk menghilangkan deposit sisa makanan yang tersangkut pada celah
lidah. Menyikat gigi dan kebersihan mulut yang baik akan mengurangi inflamasi
atau rasa nyeri.
2.2 Oral Candidiasis
Oral candidiasis merupakan suatu infeksi oportunistik yang disebabkan
oleh jamur genus candida. Spesies jamur yang dapat menyebakan kandidiasis
adalah C. parapsilosis, C. tropicalis, C. glabrata, C. krusei, C. pseudotropicalis
dan C. guillermondi. C. albicans adalah organisme komensal rongga mulut yang
paling banyak menyebabkan kandidiasis.
Etiologi
Spesies candida adalah flora normal dalam rongga mulut, dalam jumlah
normal candida hadir dalam konsentrasi rendah, yaitu 200-500 jamur/mm saliva.
Faktor-faktor predisposisi dari oral candidiasis adalah :
1. Perubahan dari flora normal (akibat pemberian antibiotik khususnya
antibiotik dengan spektrum luas, penggunaan berlebih dari obat kumur
antibakter dan xerostomia)
2. Iritan lokal yang kronis (gigi tiruan, alat ortodonti, perokok berat)
4
3. Pemberian obat kortikosteroid (bentuk topikal dan yang dihirup lebih
sering menyebabkan kandidiasis dibandingkan dengan pemberian secara
sistemik)
4. Kebersihan rongga mulut yang buruk
5. Kehamilan
6. Defisiensi imunologi
7. Malnutrisi
5
BAB III
LAPORAN KASUS
Kondisi lidah pasien saat datang ke Klinik Penyakit Mulut RSGM FKG UNEJ
3.1 Status Umum Pasien
Nama Pasien : Tn. R.E.P.
Usia : 23 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Batu Raden gang VI Jember
Pekerjaan : Mahasiswa POLTEK Jember
Status Perkawinan : Belum Kawin
Kebangsaan/ Suku : Indonesia/ Jawa
Tanggal Pemeriksaan : 25 September 2013
3.2 Anamnesa
Pasien mengeluh lidahnya terasa sakit pada bagian tengah terutama pada
saat makan makanan yang pedas dan panas. Keadaan tersebut mulai terjadi sejak
kurang lebih 4 tahun yang lalu. Muncul kadang-kadang pada saat kondisi fisik
menurun dan lelah. Kembali sembuh pada saat kondisi fisik membaik. Keadaan
sekarang sakit dan belum pernah diobat.
6
Fissure Tongue
Oral candidiasis
3.3 Kondisi Umum
Keadaan Umum : Baik
TB/BB : 165 cm/ 55 kg
BMI : 20,2 (Normal)
3.4 Pemeriksaan Ekstra Oral
a. Muka
- Pipi Ka/Ki : N/N
- Bibir atas /bawah : N/N
- Sudut atas/bawah ka/Ki : N/N
b. Kelenjar Saliva
- Kelenjar Parotis Ka/Ki : N/N
- Kelenjar Submandibularis : N
c. Kelenjar Limfe
- Kelenjar Leher : N
- Kelenjar Submandibularis : N
- Kelenjar Pre dan Post Auricularis : N
- Kelenjar Submentalis : N
3.5 Pemeriksaan Intra Oral
Riwayat perawatan gigi geligi : -
- Mukosa labial atas : N
- Mukosa labial bawah : N
- Mukosa pipi ki/ka : Garis putih setinggi oklusal, tidak
dapat dikerok, tidak sakit.
- Bucal fold atas/bawah : N
- Gingiva atas/bawah : N
- Lidah : - Fissure panjang ± 4 cm,
kedalaman ± 3 mm, single, batas jelas, kemerahan, sakit.
- Plak putih, dapat dikerok,
tidak sakit, batas tidak jelas.
7
- Dasar mulut dan kelenjar submandibularis : N
- Palatum : N
- Tonsil Ki/Ka : N/N
- Pharynx : N
3.6 Diagnosa
D/ : Fissure Tongue pada tengah lidah
Oral Candidiasis pada dorsum lidah
3.7 Rencana Perawatan dan Terapi
Resep :
R/ Fungatin oral susp. fl.1
R/ Mecobex tabs No. VII
R/ Tongue cleaner No. 1
Instruksi :
1. Jaga kebersihan rongga mulut
2. Gunakan obat sesuai anjuran
3. Istirahat cukup dan makan-makanan bergizi
4. Kontrol 1 minggu kemudian
8
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan laporan kasus di atas, adanya celah pada bagian tengah lidah
dapat menjadi tempat menumpuknya sisa makanan, bakteri dan kotoran dalam
rongga mulut untuk masuk dan terjebak di dalamnya sehingga dapat
menyebabkan terjadinya inflamasi. Adanya inflamasi ini bermanifestasi sebagai
adanya sensitifitas terhadap makanan pedas atau panas. Sisa makanan dan bakteri
yang terjebak juga dapat menyebakan terjadinya bau mulut (halitosis).
Selain fissure tongue, pada lidah pasien juga ditemukan adanya plak putih,
dapat dikerok, tidak sakit serta tidak berbatas jelas yang biasa disebut oral
candidiasis. Dari hasil pemeriksaan laboratorium mikrobiologi jamur, diketahui
adanya spora(+1), hifa (+2) dan tidak ditemukan adanya bentukan lain. Candida
albicans merupakan organisme komensal oportunistik di dalam rongga mulut
sehingga apabila terdapat faktor predisposisi dalam kasus ini seperti kelelahan
maka dapat memicu terjadinya infeksi candida.
Perawatan pada pasien fissure tongue yang disertai oral candidiasis
diberikan obat tetes fungatin oral suspensi dengan resep diteteskan pada lidah 4x
sehari/ 0,5 ml. Obat anti jamur ini bekerja dengan berikatan langsung dengan
ergosterol pada membran sel jamur sehingga terjadi peningkatan permeabilitas
membran sel jamur dan sel akan kehilangan berbagai molekul kecil. Sedangkan
untuk terapi suportif berupa pemberian tablet multivitamin yang diminum 1x
sehari serta alat mekanis pembersih candida yaitu tongue cleaner yang dapat
dipakai setiap saat. Sebenarnya untuk kasus fissure tongue tidak diperlukan
pengobatan khusus. Pengobatan pada fissure tongue tidak dapat mengurangi
kedalaman fisur menjadi normal, tetapi hanya menghilangkan gejala apabila
pasien merasa nyeri serta untuk mengurangi terjadinya infeksi sekunder.
Pengobatan pada pasien di atas meliputi terapi medis yang bertujuan untuk
menghilangkan gejala utama dan terapi suportif berupa multivitamin untuk
membantu proses regenerasi sel sehingga perawatan pada pasien fissure tongue
dapat dilakukan secara maksimal.
9
Kondisi lidah pasien setelah dilakukan perawatan ± 6 hari
Setelah dilakukan perawatan selama ± 6 hari tepatnya pada tanggal 1
Oktober 2013, pasien sudah tidak mengeluhkan adanya rasa sakit dan nyeri pada
lidahnya terutama saat makan makanan yang pedas. Selain pengobatan di atas,
pasien juga perlu diberikan instruksi untuk menjaga kebersihan rongga mulut,
menggunakan obat sesuai anjuran dan makan makanan yang bergizi.
10
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan di atas, didapatkan kesimpulan bahwa pasien
memiliki ciri-ciri fissure tongue yang disertai dengan rasa nyeri disertai adanya
oral candidiasis. Hal ini dapat dipicu karena kurangnya pasien dalam menjaga oral
hygiene yang didapat dari hasil anamnesa dan pemeriksaan klinis. Berdasarkan
hal tersebut terapi yang dapat diberikan adalah tantum verde oral rinse, vitabex
multivitamin, fungatin oral suspension dan tongue cleaner. Pasien juga diberikan
instruksi untuk menjaga kebersihan rongga mulut, menggunakan obat sesuai
anjuran dan makan makanan yang bergizi.
11
DAFTAR PUSTAKA
Greenberg, M.S. & Glick, M. 2003. Burket’s Oral Medicine Diagnosis and
Treatment. 10th Edition. USA: BC Decker Inc.
Cayford, J.J. & Haskell, R. 1991. Penyakit Mulut. Edisi 2. Alih Bahasa oleh drg.
Lilian Yuwono. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Laskaris, G. 2005. Treatment of Oral Disease a Concise Textbook. Thieme: USA.
Lewis, M.A.O. 1998. Tinjauan Klinis Penyakit Mulut. Jakarta: Widya Medika.
Langlais, R.P. 1998. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut Yang Lazim.
Terjemahan Lilian Yuwono. Jakarta: Hipokrates.
12