laporan kasus pneumonia.docx

45
DAFTAR ISI DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. 1 KATA PENGANTAR .................................................... .............................. . 2 BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………………. 3 BAB 2 LAPORAN KASUS ……………………………………………….. 4 – 18 BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………… 3. 1. Definisi................................................... ................................................. 19-20 3.2. Epidemiologi .............................................. ............................................. 20-21 3.3. Etiologi .................................................. ................................................. 21-22 3.4. Patogenesis ............................................... .............................................. 22-24 3.5. Diagnosis ................................................. ............................................... 24-25 1

Upload: eka-f-andreyy

Post on 21-Jan-2016

212 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pneumonia case

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN KASUS PNEUMONIA.docx

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. 1

KATA PENGANTAR .................................................................................. . 2

BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………………. 3

BAB 2 LAPORAN KASUS ……………………………………………….. 4 – 18

BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………

3. 1. Definisi.................................................................................................... 19-20

3.2. Epidemiologi ........................................................................................... 20-21

3.3. Etiologi ................................................................................................... 21-22

3.4. Patogenesis ............................................................................................. 22-24

3.5. Diagnosis ................................................................................................ 24-25

3.6. Penatalaksanaan ..................................................................................... 26-27

3.7. Komplikasi ............................................................................................. 27

3.8. Peognosis ............................................................................................... 28

BAB 4 DISKUSI ……………………………………………………………29-31

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….32

1

Page 2: LAPORAN KASUS PNEUMONIA.docx

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas izin-Nya saya dapat

menyelesaikan laporan kasus yang berjudul“Pneumonia” ini.

Laporan kasus ini dibuat untuk melengkapi persyaratan dalam mengikuti kegiatan

Kepaniteraan Klinik Senior dibagian Ilmu Penyakit Dalam yang dilaksanakan di RSU Prof.

Dr. Boloni Medan, Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada dokter

pembimbing di SMF Ilmu Penyakit Dalam RSU Prof. Dr. Boloni Medan :

1. dr. Leonardo B. Dairy, Sp. PD – KGEH

2. dr. Laura Dairy

Yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan agar laporan

kasus ini lebih akurat dan bermanfaat.

Tentunya saya menyadari bahwa laporan kasus ini banyak kekurangan untuk itu saya

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca agar kedepannya

saya dapat memperbaiki dan menyempurnakan kekurangan tersebut.

Besar harapan saya agar laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi para pembaca serta

dapat memberikan suatu pengetahuan baru bagi mahasiswa untuk meningkatkan

keilmuannya.

Medan, 22 April 2013

Harry Putri Wulandari

2

Page 3: LAPORAN KASUS PNEUMONIA.docx

BAB I. PENDAHULUAN

Infeksi saluran nafas bawah masih merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan

baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju.

WHO (1999) : Penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah

infeksi saluran nafas akut (influenza dan pneumonia).

SKRT Depkes (2001) : Infeksi saluran nafas bawah urutan ke 2 penyebab kematian di

Indonesia.

Pneumonia memberikan gambaran yang berbeda dari pneumonia bakterial akut dan

dapat terjadi di lingkungan masyarakat ataupun di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena

latar belakang patofisiologinya berbeda dengan pneumonia bakterial akut.

Pada masa lalu pneumonia dikenal sebagai pneumonia tipikal yang disebabkan oleh

Str. Pneumoniae dan atipikal yang disebabkan oleh kuman atpik seperti misalnya M.

Pneumoniae. Tapi istilah tersebut tidak lagi dipergunakan. Pada perkembangannya

pneumonia saat ini dikenal atas 2 kelompok utama yaitu pneumonia di rumah perawatan atau

nosokomial (PN) dan pneumonia komunitas (PK) yang didapat di masyarakat. Disamping

kedua bentuk utama ini terdapat pula pneumonia bentuk khusus yang masih sering dijumpai.

Pneumonia bentuk khusus terdiri dari pneumonia aspirasi yang terjadi di Amerika

pada pneumonia komunitas sebanyak 1.200 per 100.000 penduduk per tahun, sedangkan pada

pneumonia nosokomial sebesar 800 pasien per 100.000 pasien rawat inap per tahun dengan

insidensi tertinggi pada pria terutama usia anak atau usia lanjut; pneumonia pada gangguan

imunitas yang terjadi tergantung pada defek imunitas tersebut; pneumonia pada usia lanjut

terjadi pada usia diatas 60 terutama terjadi pada 2 kelompok yaitu usia lanjut yang tinggal di

rumah dan yang tinggal di rumah perawatan; pneumonia kronik dapat berupa pneumonia

karena infeksi dan bukan karena infeksi; dan pneumonia bentuk lain yang terdiri dari

pneumonia rekurens atau berulang; penyakit paru eosinofilik merupakan penyakit paru akibat

kelompok gangguan paru yang beragam yang ditandai oleh adanya infiltrasi eosinofil pada

bronkus, alveoli dan interstitium dari paru; dan pneumonia resolusi lambat yaitu bila

pengurangan gambaran konsolidasi pada foto toraks lebih kecil dan 50% dalam 2 minggu dan

berlangsung lebih dari 21 hari.

3

Page 4: LAPORAN KASUS PNEUMONIA.docx

BAB II. LAPORAN KASUS

KOLEGIUM PENYAKIT DALAM (KPD)

CATATAN MEDIK PASIEN

No. Reg. RS : 05.02.92

Nama Lengkap : Rohman

Tanggal Lahir : 02 januari

1957

Umur : 56 tahun Jenis Kelamin :

Laki-Laki

Alamat : Jl. Mongonsidi No. 70 Medan No. Telepon :

081361146282

Pekerjaan : Karyawan PT.

Waskita

Status: Menikah

Pendidikan : SLTA Suku Bangsa : Jawa Agama : Islam

ANAMNESIS

4

Dokter Muda : Harry Putri Wulandari

Dokter :

Automentesis Heternomentesi√

Page 5: LAPORAN KASUS PNEUMONIA.docx

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Keluhan Utama : Sesak.

Deskripsi :

Hal ini dialami sejak sore hari, sesak tidak dipengaruhi oleh posisi tubuh, aktivitas dan cuaca.

Hal ini baru dialami pertama kalinya. Os juga mengeluhkan batuk lebih dari satu bulan yang

lalu dan berdahak dengan dahak warna hijau, tidak dijumpai batuk darah dan tidak disertai

pilek. Os juga mengalami demam, demam naik turun kurang lebih sejak lima hari yang lalu,

demam tidak disertai menggigil dan berkeringat di malam hari. Demam turun dengan obat

penurun panas. Os menyangkal ada riwayat penurunan berat badan. Os belum pernah

mengkonsumsi obat 6 bulan. Os perokok aktif sejak usia 18 tahun hingga sekarang dengan

frekuensi 3 sampai 4 batang rokok sehari. Os mengatakan kepala terasa pusing dan oyong,

lidah terasa pahit, mual, muntah, tidak disertai nyeri ulu hati. Badan terasa lemas, nafsu

makan normal dan nafsu minum normal. Buang air kecil normal dan buang air besar normal.

RPT : -

RPO : -

RIWAYAT PRIBADI

Riwayat Alergi

Tahun Bahan / obat Gejala

- - -

Hobi : Tidak ada yang khusus.

Olah Raga : Tidak ada yang khusus.

Kebiasaan Makanan : Tidak ada yang khusus.

Merokok : (+) sejak usia 18 tahun hingga sekarang dengan frekuensi 3 sampai 4

batang rokok perhari.

5

Riwayat imunisasi

Tahun Jenis imunisasi

-

Page 6: LAPORAN KASUS PNEUMONIA.docx

Ringan Sedang Berat

Minum Alkohol : (-).

ANAMNESIS UMUM

(Review of System)

Umum : Sesak nafas. Abdomen : Simetris, soepel, tidak

terdapat organomegali.

Kulit : Warna coklat. Alat kelamin: Laki-laki, tidak ada

keluhan.

Kepala dan leher : Tidak ada keluhan. Ginjal dan saluran kencing : Tidak ada

keluhan.

Mata : Tidak ada keluhan. Hematologi : Tidak ada keluhan.

Telinga : Tidak ada keluhan. Endokrin/metabolik : Tidak ada keluhan.

Hidung : Tidak ada keluhan. Musculoskeletal : Tidak ada keluhan.

Mulut dan Tenggorokan : Batuk berdahak. Sistem saraf : Tidak ada keluhan.

Pernafasan : Terasa sesak. Emosi : Terkontrol.

Jantung : Tidak ada keluhan. Vaskuler : Tidak ada keluhan.

DISKRIPSI UMUM

6

Page 7: LAPORAN KASUS PNEUMONIA.docx

Status Gizi à BB = 65 Kg, TB = 175 Cm.

IMT = BB (kg)/TB²(m)

= 65/3,062 kg/ m²

= 21,224.

Kesan : Normowheight.

TANDA VITAL

Kesadaran Compos mentis. Deskripsi : Bicara dengan baik

dan jelas.

Nadi Frekuensi 116 x/menit. Reguler, t/v: kuat

Tekanan darah Berbaring:

Lengan kanan : 100/70 mmHg.

Lengan kiri : -

Duduk:

Lengan kanan: -.

Lengan kiri : -

Temperatur Aksila: 40,1 °C.

Pernafasan Frekuensi: 24 x/menit. Deskripsi: reguler, abdominal

thorakal

KULIT : Dalam batas normal.

KEPALA & LEHER : Dalam batas normal.

TELINGA : Dalam batas normal.

HIDUNG : Dalam batas normal.

7

Page 8: LAPORAN KASUS PNEUMONIA.docx

RONGGA MULUT DAN TENGGORAKAN : Dalam batas normal.

MATA : Conjunctiva palpebra inferior pucat (-), sclera ikterik (-),

Reflek Cahaya (+)/(+), Pupil isokor D=S ø 3mm.

THORAX

Anteior Poterior

Inspeksi Simetris fusiformis. Simetris fusiformis.

Palpasi SF sinistra > SF dextra. SF sinistra > SF dextra.

Perkusi Pekak di lapangan bawah paru

sinistra.

Pekak di lapangan bawah paru

sinistra.

Auskultasi SP : vesikuler di seluruh lapang paru

dextra; vesikuler di lapangan atas

dan lapangan tengah paru sinistra.

ST : ronki basah di lapang bawah paru

sinistra.

SP : vesikuler di seluruh lapang paru

dextra; vesikuler di lapangan atas

dan lapangan tengah paru sinistra.

ST : ronki basah di lapang bawah paru

sinistra.

JANTUNG

Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat.

Palpasi : Ictus Cordis teraba 1 cm medial

Linea Midclavicula Sinitra ICR VI.

8

Page 9: LAPORAN KASUS PNEUMONIA.docx

Perkusi : Batas Jantung Relatif.

Atas : ICR III Sinistra.

Kanan: Linea Sternalis Dextra.

Kiri : 1 cm medial Linea Midclavicula Sinistra ICR VI.

Auskultasi : BJ l dan BJ II normal.

ST: desah (-), gallop (-).

M1>M2, A2>A1, P2>P1, A2>P2

ABDOMEN

Inspeksi : Simetris, Distensi (-).

Palpasi : Soepel, Hepar/Lien/Renal: organomegali (-), nyeri tekan (-).

Perkusi : Tympani di seluruh lapang abdomen.

Auskultasi : Peristaltik (+), kesan: normal.

PINGGANG

Ballotement (-), Tapping pain (-).

EKSTREMITAS

Superior : Edema (-) / (-), clubbing finger (-).

Inferior : Edema (-) / (-), clubbing finger (-).

ALAT KELAMIN

Tidak dilakukan pemeriksaan.

9

Page 10: LAPORAN KASUS PNEUMONIA.docx

REKTUM

Tidak dilakukan pemeriksaan.

NEUROLOGI

Refleks Fisiologis (+) Normal,

Refleks Patologis (-).

BICARA

Normal.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM - Tanggal 06 April 2013

Darah Rutin

Hemoglobin (cyan) : 14,3 g/dl.

Leukosit : 21.000 /mm3.

Hematokrit : 35,2 %.

Trombosit : 285.000 /mm3

Widal Test :

Widal

Test

Typhi Paratyphi

A B C

Titer H 1/80 1/80 1/320 1/80

Titer O 1/80 1/80 180 1/80

10

Page 11: LAPORAN KASUS PNEUMONIA.docx

PEMERIKSAAN LABORATORIUM - Tanggal 08 April 2013

Metabolisme Karbohidrat

Kadar Gula Darah Puasa : 122 mg%.

URINALISA

Warna : Kuning jernih.

pH : 6,0.

Berat Jenis : 1,015.

Sediment :

o Eritrosit : 1-3 /LP.

o Leukosit : 5-7 /LP.

o Epitel : 2-3 /LP.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM - Tanggal 09 April 2013

Darah Rutin

Leukosit : 7.100 / mm3.

Hematokrit : 35,1 %.

Trombosit : 430.000 / mm3.

Feses Rutin

Tidak dilakukan pemeriksaan.

PEMERIKSAAN RADIOLOGI

FOTO THORAX

Thorax : Tampak infiltrat dibagian bawah paru kiri.

Kesimpulan : Bronchopneumonia.

11

Page 12: LAPORAN KASUS PNEUMONIA.docx

FOTO POLOS ABDOMEN

Tidak dilakukan pemeriksaan.

RESUME DATA DASAR

(Diisi dengan Temuan Positif)

Oleh Dokter Muda : Harry Putri Wulandari

Nama Pasien : Rohman

No. Rekam Medik : 05. 02. 92

1. KELUHAN UTAMA : Sesak.

2. ANAMNESIS :

(Riwayat Penyakit Sekarang, Riwayat Penyakit Dahulu, Riwayat Pengobatan, Riwayat

Penyakit Keluarga, Dll).

Sesak nafas (+), batuk (+) lebih dari satu bulan, berdahak (+) dengan dahak warna hijau. Demam

(+) naik turun kurang lebih sejak lima hari yang lalu. Kepala pusing (+) dan oyong (+), lidah terasa

pahit (+), mual (+), muntah (+). Lemas (+), nafsu makan (+) normal dan nafsu minum (+) normal.

Buang air kecil (+) normal dan buang air besar (+) normal.

RPT : -

RPO : -

12

Page 13: LAPORAN KASUS PNEUMONIA.docx

RENCANA AWAL

Nama Penderita: Rohman 0 5 0 2 9 2

Rencana yang akan dilakukan masing-masing masalah

(meliputi rencana untuk diagnose, penatalaksanaan dan

edukasi)

No Masalah Rencana

Diagnosa

Rencana

Terapi

Rencana

Monitoring

Rencana

Edukasi

1 DD:

Pneumonia

ISPA

TB paru

-Darah rutin

-Urine rutin

-Foto thorax

-Konsul bagian

penyakit dalam

-O₂ 2-5 L/i

-Bedrest

-Diet MB

-IVFD RL 20

gtt/i.

-IVFD

ciprofloxacin

400 mg 1

flash/12 jam.

-Inj. Ceftriaxone

1 gr/12 jam

(IV) skin test.

-Inj. Novalgin 1

gr /IV.

-Imox tablet

3x1.

-Cefixime tablet

2x2.

-Ambroxol syr

3xCI.

- Klinis

- Laboratoriu

m

Menerangkan

dan

menjelaskan

keadaan,

penatalaksana

an dan

komplikasi

penyakit pada

pasien dan

keluarga

13

Page 14: LAPORAN KASUS PNEUMONIA.docx

Follow Up pasien selama dirawat :

Tgl. S O A

P

TerapiDiagnost

ik

06/04/

2013

Sesak (+), batuk

(+), berdahak (+),

dahak warna

hijau, demam (+),

pusing (+), oyong

(+), nyeri tekan

perut (-), lemas

(+), BAK (+)

normal, BAB (+)

normal.

Sens: Compos Mentis.

TD: 100/70 mmHg.

HR: 116 x/i.

RR: 24 x/i.

T : 40,1 C.⁰

P. Fisik:

Thorax:

I: simetris fusiform.

P: SF kiri > SF kanan.

P: Pekak di lapang

bawah paru sinistra.

A: SP: vesikuler

diseluruh lapang paru

dextra, vesikuler di

lapang atas dan tengah

paru sinistra.

ST: ronki basah di

bagian bawah paru

sinistra.

P.fisik abdomen:

I: simetris.

P:organomegali (-).

DD :

Suspect

pneumonia,

Suspect TB

paru.

- O₂ 2-5 liter/i.

- Bedrest.

- Diet MB.

- IVFD RL 20 gtt/i.

- IVFD

ciprofloxacin 400

mg 1 flash/12 jam.

- Inj. Ceftriaxone 1

gr/12 jam (IV)

skin test.

- Inj. Novalgin 1

gr /IV.

- Ambroxol syr

3xCI.

14

Page 15: LAPORAN KASUS PNEUMONIA.docx

A:peristaltik(+) normal.

P: Timpani diseluruh

lapang perut.

08/04/

2013

Sesak (-), batuk

(+), berdahak (+),

dahak warna hijau

kekuningan,

demam (-),

pusing (+), oyong

(+), nyeri tekan

perut (-), lemas

(+), BAK (+)

normal, BAB (+)

normal.

Sens: Compos Mentis.

TD: 110/70 mmHg.

HR: 76 x/i.

RR: 20 x/i.

T : 36,5 C.⁰

P. Fisik:

Thorax:

I: simetris fusiform

P: SF kiri > SF kanan.

P: Pekak di lapang

bawah paru sinistra.

A: SP: vesikuler

diseluruh lapng paru

dextra, vesikuler di

lapang atas dan tengah

paru sinistra.

ST: ronki basah di

bagian bawah paru

sinistra.

P.fisik abdomen:

I: simetris.

P: organomegali (-).

A: peristaltik(+)

normal.

P: Timpani diseluruh

lapang perut.

- Pneumonia - O₂ 2-5 liter/i (k/p).

- Bed Rest.

- Diet MB.

- IVFD RL 20 gtt/i.

- IVFD

ciprofloxacin 400

mg 1 flash/12

jam.

- Inj. Ceftriaxone 1

gr /12 jam.

- Paracetmol tablet

3x1 (k/p).

- Imox tablet 3x1.

- Cefixime tablet

2x2.

- Ambroxol syr 3x

CI.

15

Page 16: LAPORAN KASUS PNEUMONIA.docx

09/04/

2013

Sesak (-), batuk

(+) berkurang,

berdahak (+)

berkurang, dahak

warna putih

kekuningan,

demam (-), oyong

(-), pusing (-),

mual (-), muntah

(-), lemas (-),

BAK (+) normal,

BAB (+) normal.

Sens: Compos Mentis.

TD: 110/80 mmHg.

HR: 78 x/i.

RR: 18 x/i.

T : 36,8 C.⁰

P. Fisik:

Thorax:

I: simetris fusiform.

P: SF kiri > SF kanan.

P: pekak di lapang

bawah paru sinistra.

A: SP: vesikuler

disluruh lapng paru

dextra, vesikuler di

lapang atas dan tengah

paru sinistra.

ST: ronki basah di

bagian bawah paru

sinistra.

P.fisik abdomen:

I: simetris.

P: organomegali (-).

A: peristaltik(+)

normal.

P: Timpani diseluruh

lapang perut.

- Pneumonia - Bedrest.

- Diet MB.

- IVFD RL 20 gtt/i.

- IVFD

ciprofloxacin 400

mg 1 flash/12

jam.

- Paracetamol tablet

3x1 (k/p).

- Imox tablet 3x1.

- Cefixime

tablet2x2.

- Ambroxol syr

3xCI.

16

Page 17: LAPORAN KASUS PNEUMONIA.docx

10/04/

2013

Sesak (-), batuk

(+) berkurang,

berdahak (+)

berkurang, warna

dahak putih,

pusing (-), oyong

(-), mual (-),

muntah (-), lemas

(-), BAK (+)

normal, BAB (+)

normal.

Sens: CM

TD: 110/60 mmHg

HR: 80 x/i

RR: 20 x/i

T : 36,8 C⁰

P. Fisik:

Thorax:

I: simetris fusiform.

P: SF kiri > SF kanan.

P: pekak di lapang

bawah paru sinistra.

A: SP: vesikuler

disluruh lapng paru

dextra, vesikuler di

lapang atas dan tengah

paru sinistra.

ST: ronki basah di

bagian bawah paru

sinistra.

P.fisik abdomen:

I: simetris.

P: organomegali (-).

A: peristaltik(+)

normal.

P: Timpani diseluruh

lapang perut.

- Pneumonia - Bedrest.

- Diet MB.

- IVFD RL 20 gtt/i.

- IVFD

ciprofloxacin 400

mg 1 flash/12

jam.

- Paracetmol tablet

3x1 (k/p).

- Imox tablet 3x1.

- Cefixime tablet

2x2.

- Ambroxol syr

3xCI.

17

Page 18: LAPORAN KASUS PNEUMONIA.docx

Kesimpulan :

Laki-laki, 56 tahun dengan diagnosa Pneumonia.

Prognosis:

- Ad Vitam : dubia ad bonam.

- Ad Functionam : dubia ad bonam.

- Ad Sanactionam : dubia ad bonam.

18

Page 19: LAPORAN KASUS PNEUMONIA.docx

BAB III. TINJAUAN PUSTAKA

3.1. DEFINISI

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus

terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan

konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.

Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang

disebabkan oleh mikroorganisme.

Istilah pneumonia lazim dipakai bila peradangan terjadi oleh proses infeksi akut yang

merupakan penyebabnya yang tersering.

Pneumonia Komunitas (PK) atau pneumonia yang didapat di mayarakat adalah

pneumonia yang terjadi akibat infeksi diluar RS. Infeksi akut pada parenkim paru yang

berhubungan dengan setidaknya beberapa gejala infeksi akut, disertai adanya gambaran

infiltrat akut pada radiologi toraks atau temuan auskultasi yang sesuai dengan pneumonia

(perubahan suara napas dan atau ronki setempat) pada orang yang tidak dirawat di rumah

sakit atau tidak berada pada fasilitas perawatan jangka panjang selama ≥ 14 hari sebelum

timbulnya gejala (IDSA 2000).

Sedangkan Pneumonia di rumah perawatan (PN) adalah pneumonia yang terjadi > 48

jam atau lebih setelah dirawat di RS, baik di ruang rawat umum ataupun ICU tetapi tidak

sedang memakai ventilator. Pneumonia yang berhubungan dengan pemakaian ventilator

(PBV) adalah pneumonia yang terjadi setelah 48-72 jam atau lebih setelah intubasi tracheal.

Pneumonia yang didapat di pusat perawatan kesehatan (PPK) yang juga masih termasuk ke

dalam pneumonia nosokomial adalah pneumonia yang didapat pada pasien yang dirawat oleh

perawatan akut di rumah sakit selama 2 hari atau lebih dalam waktu 90 hari dari proses

infeksi.

Disamping kedua bentuk pneumonia diatas ada pula pneumonia bentuk khusus yang

masih sering dijumpai.

19

Page 20: LAPORAN KASUS PNEUMONIA.docx

Klasifikasi pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan :

› Pneumonia komunitas : Endemik, muda atau orang tua.

› Pneumonia nosokomial : Didahului perawatan di RS.

› Pneumonia rekurens :Terjadi berulangkali, berdasarkan penyakit paru

kronik.

› Pneumonia aspirasi : Alkoholik dan usia tua.

› Pneumonia pada gangguan imun : Pada pasien transplantasi, onkologi dan

AIDS.

› Pneumonia Kronik : Dapat berupa pneumonia karena infeksi dan

bukan karena infeksi.

› Penyakit paru eosinoilik : Penyakit paru akibat kelompok gangguan paru

yang beragam yang ditandai oleh adanya infiltrasi eosinofil.

› Pneumonia resolusi lambat : Bila pengurangan gambaran konsolidasi pada

foto thorax lebih kecil dan 50% dalam 2 minggu dan berlangsung lebih dari 21

hari.

3.2. EPIDEMIOLOGI

Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan dengan infeksi

saluran nafas yang terjadi di masyarakat atau komunitas (PK) atau di dalam rumah sakit atau

pusat perawatan atau nosokomial (PN). Kejadian pneumonia nookomial di ICU lebih sering

dari pada pneumonia nosokomial di ruangan umum, yaitu dijumpai hampir 25% dari semua

infeksi di ICU, dan 90% terjadi pada saat ventilasi mekanik. Pneumonia yang berhubungan

dengan pemakaian venilator didapat pada 9-27% dari pasien yang diintubasi. Resiko

pneumonia yang berhubungan dengan penggunaan ventilator tertinggi pada saat awal masuk

ICU.

Pneumonia yang merupakan bentuk infeksi saluran nafas bawah akut di parenkim

paru yang serius dijumpai sekitar 15-20%.

20

Page 21: LAPORAN KASUS PNEUMONIA.docx

Pneumonia semakin sering dijumpai pada orang lanjut usia dan sering terjadi pada

penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Juga dapat terjadi pada pasien dengan penyakit lain

seperti diabetes mellitus, payah jantung, penyakit arteri koroner, keganasan, insufisiensi

renal, penyakit syaraf konik, dan penyakit hati kronik.

Faktor predisposisi antara lain :

› Kebiasaan merokok.

› Pasca infeksi virus.

› Diabetes Mellitus.

› Keadaan immunodefisiensi.

› Kelainan atau kelemahan struktur organ dada.

› Penurunan kesadaran.

› Tindakan invasif seperti infus, intubasi, trakeostomi, atau pemasangan

ventilator.

Anamnesis epidemiologi haruslah mencakup keadaan lingkungan pasien, tempat yang

dikunjungi dan kontak dengan orang atau binatang yang menderita penyakit yang serupa.

Pneumonia diharapkan akan sembuh setelah terapi 2-3 minggu. Bila lebih lama perlu

dicurigai adanya infeksi kronik oleh bakteri anaerob atau non bakteri seperti oleh jamur,

mikobakterium atau parasit.

3.3. ETIOLOGI

Etiologi pneumonia berbeda-beda pada berbagai tipe dari pneumonia, dan hal ini

berdampak kepada obat yang akan diberikan. Pneumonia komuniti (PK) diderita oleh

masyarakat luar negeri banyak disebabkan bakteri gram positif, pneumonia di rumah sakit

(PN) banyak disebabkan bakteri gram negatif.

Cara terjadinya penularan berkaitan dengan jenis kuman misalnya :

› Droplet infeksi : Streptococcus pneumoniae.

› Melalui selang infus : Staphylococcus aureus.

› Infeksi pada pemakaian ventilator : P. Aeruginosa dan Enterobacter.

21

Page 22: LAPORAN KASUS PNEUMONIA.docx

Pada masa kini terjadi perubahan pola mikroorganime penyebab infeksi saluran nafas

bawah akut akibat adanya perubahan keadaan pasien seperti gangguan kekebalan tubuh dan

penyakit kronik, polusi lingkungan, dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat hingga

menimbulkan perubahan karakteristik kuman.

Mikroorganisme penyebab yang tersering adalah bakteri yang jenisnya berbeda antar

negara, antara satu daerah dengan daerah yang lain pada satu negara, di luar rumah sakit dan

di dalam rumah sakit, antara rumah sakit besar atau tersier dengan rumah sakit yang lebih

kecil. Karena itu perlu diketahui dengan baik pola kuman disuatu tempat. Indonesia belum

mempunyai data mengenai pola kuman penyebab secara umum, karena itu meskipun pola

kuman di luar negeri tidak sepenuhnya cocok dengan pola kuman di Indonesia, maka

pedoman yang berdasarkan pola kuman diluar negeri dapat dipakai sebagai acuan secara

umum.

3.4. PATOGENESIS

Proses patogenesis pneumoni terkait dengan 3 faktor, yaitu :

1. Keadaan imunitas.

2. Mikroorganisme yang menyerang.

3. Lingkungan yang berinteraksi satu sama lain.

Cara mikroorganisme mencapai permukaan saluran napas :

1. Inokulasi langsung.

2. Penyebaran melalui pembuluh darah .

3. Inhalasi bahan aerosol.

4. Kolonisasi di permukaan mukosa.

Pada masa kini terlihat perubahan pola mikroorganisme penyebab infeksi saluran

nafas bawah akut akibat adanya perubahan keadaan pasien seperti gagguan kekebalan tubuh

dan penyakit kronik, polusi lingkungan dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat yang

menimbulkan perubahan karakteristik kuman. Dijumpai peningkatan patogenitas atau jenis

kuman akibat adanya berbagai mekanisme, terutama oleh Staphylococus aureus, B.

22

Page 23: LAPORAN KASUS PNEUMONIA.docx

Catarrhalis, Haemophilus influenzae dan Enterobachtericeae, juga oleh berbagi bakteri

enterik gram negatif.

Patogenesis Pneumonia Komunitas (PK) mempunyai gambaran interaksi dari ketiga

faktor tersebut yang tercermin pada kecenderungan terjadinya infeksi oleh kuman tertentu

oleh faktor perubah yang meningkatkan resiko infeksi oleh patogen tertentu pada pneumonia

komunitas sebagai berikut :

1. Pneumokokus yang resisten penisilin dan obat lain.

a. Usia lebih dari 65 tahun.

b. Pengobatan Beta laktam dalam 3 bulan terakhir,

c. Alkoholisme.

d. Penyakit immunosupresif.

e. Penyakit peyerta yang multipel.

f. Kontak pada klinik lansia.

2. Patogen gram negatif.

a. Tinggal di rumah jompo.

b. Penyakit kardioulmonal penyerta.

c. Penyakit penyerta yang jamak.

d. Baru selesai mendapatkan terapi antibiotika.

3. Pseudomonas aeruginosa.

a. Penyakit paru struktural.

b. Terapi kortikosteroid.

c. Terapi antibiotik spektrum luas lbih dari 7 hari pada bulan sebelumnya.

Patogenesis pneumonia nosokomial (PN) terjadi akibat proses infeksi bila patogen

yang masuk saluran napas bagian bawah terebut mengalami kolonisasi setelah dapat

melewati hambatan mekanisme pertahanan inang beruba daya tahan mekanik (epitel, cilia

dan mukus), humoral (antibodi dan komplemen) dan selular (lekosit polinklir, makrofag,

limfosit dan sitokinnya). Kolonisasi terjadi akibat adanya berbagai faktor penyerta yang

berat, tindakan bedah, pemberian antibiotik, obat-obatan lain dan tindakan invasif pada

saluran pernapasan.

23

Page 24: LAPORAN KASUS PNEUMONIA.docx

Faktor resiko terjadinya pneumonia nosokomial dapat dikelompokkan atas 2

golongan, yaitu yang tidak bisa dirubah yang berkaitan dengan inang dan terkait tindakan

yang diberikan. Pada faktor yang bisa dirubah dapat dilakukan upaya berupa mengontrol

infeksi, disinfeksi dengan alkohol, pengawasan patogen resisten, penghentian dini

penggunaan alat invasif dan pengaturan tatacara pemakaian antibiotik.

3.5. DIAGNOSIS

Penegakan diagnosis dibuat dengan maksud pengarahan kepada pemberian terapi

yaitu dengan cara mencakup bentuk dan luas penyakit, tingkat berat penyakit dan perkiraan

jenis kuman penyebab infeksi. Dugaan mikroorganisme penyebab infeksi akan mengarahkan

kepada pemilihan terapi empiris antibiotik yang tepat.

Anamnesa ditujukan untuk mengetahui kemungkinan kuman penyebab yang

berhubungan dengan faktor infeksi. Berikut gejala klinis yang dapat kita nilai :

– Demam, suhu tubuh dapat melebihi 400C.

– Batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah.

– Sesak nafas.

– Nyeri dada .

Pada pemeriksaan fisik, presentasi bervariasi tergantung etiologi, usia dan keadaan

klinisnya. Perhatikan gejala klinis yang mengarah ada tipe kuman penyebab atau patoenitas

kuman dan tingkat berat penyakit. Inspeksi dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu

bernafas, pada palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi pekak, pada auskultasi

terdengar suara nafas bronkovaskuler sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah

halus, yang kemudian menjadi ronki basah pada stadium resolusi.

Pemeriksaan penunjang mencakup pemeriksaan radiologis, laboratorium,

bakteriologis dan pmeriksaan khusus.

a. Pemeriksaan Radiologis

Pola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan gambaran air

brionkhogram (airspace disease), bronkopneumonia (segmental disease).

24

Page 25: LAPORAN KASUS PNEUMONIA.docx

Distribusi infiltrat pada segmen apikal lobus bawah atau inferior lobus atas

tapi pada pasien tidak sadar lokasi ini bisa dimana saja. Infiltrat di lobus atas

sering ditimbulkan oleh Klebsiella spp, tuberkulosis atau amiloidosis. Pada

lobus bawah dapat tejadi infiltrat akibat Staphylococcus atau bakteremia.

Bentuk lesi berupa kavitas dengan air fluid level sugestif untuk abses paru,

infeksi anaerob dan gram negatif. Pembentukan kista terdapat pada neumonia

nekrotikans atau supurativa, abses dan fibrosis akibat adanya nekrosis jaringan

patu oleh kuman Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumoniae dan kuman-

kuman anaerob.

b. Pemeriksaan Laboratorium

Leukositosis umumnya menandai adanya infeksi bakteri, leukosit normal atau

rendah dapat disebabkan oleh infeksi virus atau mikoplasma atau pada infeksi

yang berat sehingga tidak terjadi respons leukosit, orang tua atau lemah.

Leukopenia menunjukkan depresi imunitas. Peningkatan leukosit lebih dari

10.000/ul – 30.000/ul. Pada hitung jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri

dan terjadi peningkatan Laju Endap Darah.

c. Pemeriksaan Bakteriologis

Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal atau transtrakeal,

aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis, bronkoskopi, atau biopsi. Untuk

tujuan empiris dilakukan pemeriksaan apus Gram, Burri Gin Quellung test dan

Z. Nielsen. Kultur kuman merupakan pemeriksaan utama pra terapi dan

bermanfaat untuk evaluasi terapi selanjutnya.

d. Pemeriksaan Khusus

Titer antiobodi terhadap virus, legionella, dan mikoplasma. Nilai diagnostik

bila titer tinggi atau ada kenaikan titer 4 kali. Analisis gas darah dilakukan

untuk menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan oksigen.

25

Page 26: LAPORAN KASUS PNEUMONIA.docx

3.6. PENATALAKSANAAN

Terdiri atas pengobatan empiris dan pengobatan suportif berdasarkan mikroorganisme

dan hasil uji kepekaannya :

1. Penyakit yang berat dapat mengancam jiwa.

2. Bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia.

3. Hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu.

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris yang ditujukan

pada patogen yang paling mungkin menjadi penyebab. Bila telah ada hasil kultur dilakukan

penyesuaian obat. Pada prinsipnya terapi utama pneumonia adalah pemberian antibiotik

tertentu terhadap kuman tertentu pada sesutu tipe dari infeksi saluran nafas bawah akut baik

pneumonia ataupun betuk lain, dan antibiotik ini dimaksudkan sebagai terapi kausal terhadap

kuman penyebab tersebut. Faktor-faktor yang dipertimbangkan pada pemilihan antibiotik

sebagai berikut :

1. Faktor pasien, yaitu urgensi atau cara pemberian obat berdasarkan tingkat

berat sakitnya dan keadaan umum, mekanisme imunologis, usia, defisiensi

genetik atau organ, kehamilan dan alergi.

2. Faktor antibiotik, tidak mungkin mendapatkan satu jenis antibiotik yang

ampuh untuk semua jenis kuman. Karena itu penting dipahami berbagai

aspek tentang antibiotik untuk efisiensi pemakaian antibiotik.

Cara pemilihan antibiotik dapat berupa :

Antibiotik tunggal : dipilih yang paling cocok diberikan pada

pasien pneumonia komunitas yang asalnya sehat dan gambaran

klinisnya sugestif disebabkan oleh kuman tertentu yang sensitif.

Kombinasi antibiotik diberikan dengan maksud untuk mencakup

spektrum kuman-kuman yang dicurigai, untuk meningkatkan

aktivitas spektrum dan pada infeksi jamak. Bila telah didapat hasil

kultur dan tes kepekaan maka hasil ini dapat dijadikan

pertimbangan untuk pemberian antibiotik yang lebih terarah atau

monoterapi.

3. Faktor farmakologis, farmakokinetik antibiotik mempertimbangkan proses

bakterisidal dengan kadar hambat minimal yang sama degan kadar

26

Page 27: LAPORAN KASUS PNEUMONIA.docx

bakterisidal minimal, dan bakteriostatis dengan kadar bakterisidal minimal

yang jauh lebih tinggi daripada kadar hambat minimal. Untuk mencapai

efektivitas optimal, obat yang tergolong mempunyai dose dependent perlu

diberikan 3-4 pemberian per hari sedangkan golongan consentration

dependent cukup 1-2 kali sehari namun dengan dosis yang lebih besar.

Terapi suportif terdiri atas :

a. Terapi oksigen untuk mncapai PaO₂ 80-100 mmHg atau saturasi 95-96%

berdasarkan analisis gas darah.

b. Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental, dapat

disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme.

c. Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya anjuran untuk batuk dan

napas dalam.

d. Pengaturan cairan harus diatur dengan baik, termasuk pada keadaan gangguan

sirkulasi.

e. Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan.

f. Obat inotropik seperti dobutmin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila

terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal.

g. Ventilasi mekanis.

h. Drainase empiema bila ada.

i. Bila terdapat gagal napas berikan nutrisi yang cukup kalori terutama lemak

(>50%), hingga dapat dihindari produksi CO₂ yang berlebihan.

3.7. KOMPLIKASI

Dapat terjadi komplikasi pneumonia ekstrapulmoner, misalnya pada pneumonia

pneumokokus dengan bakteremi dijumpai pada 10% kasus berupa meningitis, arthritis,

endokarditis, perikarditis, peritonitis, dan empiema. Terkadang dijumpai komplikasi

ekstrpulmoer non infeksius bisa dijumpai yang memperlambat resolusi gambaran radiologi

paru, dan infark miokard akut dapat dijumpai komplikasi lain berupa acute respiratory distres

syndrome (ARDS), gagal organ jamak dan komplikasi lanjut berupa pneumonia nosokomial.

27

Page 28: LAPORAN KASUS PNEUMONIA.docx

3.8. PROGNOSIS

Kejadian pneumonia komunitas di USA adalah 3,4-4 juta kasus pertahun, dan 20% di

antaranya perlu dirawat di rumah sakit. Secara umum angka kematian pneumonia oleh

pneumokokus adalah sebesar 5%, namun dapat meningkat pada orang tua dengan kondisi

buruk. Pneumonia dengan influenza di USA merupakan penyebab kematian nomer 6 dengan

kejadian sebesar 5%. Sebagian besar pada lanjut usia yaitu sebesar 89%. mortalitas yang

tinggi ini berkaitan dengan “faktor perubah” yang ada pada pasien.

Angka mortalitas pneumonia nosokomial dapat mencapai 33-50%, yang bisa

mencapai 70% bila termasuk yang meninggal akibat penyakit dasar yng dideritanya.

Penyebab kematian biasanya adalah akibat bakteremia terutama oleh Ps. Aeruginosa atau

Acinoacter spp.

28

Page 29: LAPORAN KASUS PNEUMONIA.docx

BAB IV. DISKUSI

Faktor predisposisi antara lain :

Kebiasaan merokok.

Pasca infeksi virus.

Diabetes Mellitus.

Keadaan immunodefisiensi.

Kelainan atau kelemahan struktur

organ dada.

Penurunan kesadaran.

Tindakan invasif.

Pada kasus ini, penderita seorang laki-laki

dengan usia 56 tahun dengan riwayat

habituasi merokok (+) sejak usia 18 tahun

dengan frekuensi 3 sampai 4 batang rokok

sehari.

Presentasi bervariasi tergantung etiologi, usia

dan keadaan klinis.

Demam, suhu tubuh dapat melebihi

400C.

Sesak nafas.

Nyeri dada.

Tanda konsolidasi paru (perkusi paru

yang pekak, ronki basah didaerah

basale).

Batuk dan sputum produktif.

Leukositosis.

Pada pasien didapati :

Demam tinggi 40,1 C, bersifat naik⁰

turun sejak 5 hari yang lalu.

Sesak nafas.

Batuk disertai dahak berwarna hijau.

Pada pemeriksaan fisik regio thorax :

palpasi SF kiri > SF kanan, perkusi

pekak dilapang bawah paru sinistra,

auskultasi ronki basah dibagian basal

paru sinistra.

Pada auskultasi ditemukan Suara

pernafasan: vesikuler di seluruh

lapang paru dextra; vesikuler di

lapangan atas dan lapangan tengah

paru sinistra. Suara nafas tambahan:

ronki basah di lapang bawah paru

sinistra.

Pada pasien ditemukan kadar leukosit

21.000 /mm3.

Pemeriksaan Radiologis FOTO THORAX

29

Page 30: LAPORAN KASUS PNEUMONIA.docx

• Pola radiologis dapat berupa air

bronkhogram.

• Distibusi infiltrat pada segmen apikal

lobus bawah atau inferior lobus.

Thorax : Tampak infiltrat di paru kiri bawah.

Kesimpulan : Bronchopneumonia.

Penatalaksanaan :

Antibiotik tunggal : dipilih yang

paling cocok diberikan pada pasien

pneumonia komunitas yang asalnya

sehat dan gambaran klinisnya sugestif

disebabkan oleh kuman tertentu yang

sensitif. Kombinasi antibiotik

diberikan dengan maksud untuk

mencakup spektrum kuman-kuman

yang dicurigai, untuk meningkatkan

aktivitas spektrum dan pada infeksi

jamak. Bila telah didapat hasil kultur

dan tes kepekaan maka hasil ini dapat

dijadikan pertimbangan untuk

pemberian antibiotik yang lebih

terarah atau monoterapi.

Terapi oksigen untuk mncapai PaO₂

80-100 mmHg atau saturasi 95-96%

berdasarkan analisis gas darah.

Humidifikasi dengan nebulizer untuk

pengenceran dahak yang kental, dapat

disertai nebulizer untuk pemberian

bronkodilator bila terdapat

bronkospasme.

Fisioterapi dada untuk pengeluaran

dahak, khususnya anjuran untuk

batuk dan napas dalam.

Pengaturan cairan harus diatur dengan

Pada pasien ini diberikan terapi :

• O₂ 2-5 liter/i

• Bed rest

• Diet MB

• IVFD RL 20 gtt/ i

• IVFD ciprofloxacin 400 mg 1

flash/12 jam

• Inj. Novalgin 1 gr /IV

• Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam (IV), skin

test

• Imox 3x1

• Cefixime 2x2

• Ambroxol syr 3xCI

30

Page 31: LAPORAN KASUS PNEUMONIA.docx

baik, termasuk pada keadaan

gangguan sirkulasi.

Pemberian kortikosteroid pada fase

sepsis berat perlu diberikan.

Obat inotropik seperti dobutmin atau

dopamin kadang-kadang diperlukan

bila terdapat komplikasi gangguan

sirkulasi atau gagal ginjal prerenal.

Ventilasi mekanis.

Drainase empiema bila ada.

Bila terdapat gagal napas berikan

nutrisi yang cukup kalori terutama

lema (>50%), hingga dapa dihindari

produksi CO₂ yang berlebihan.

DAFTAR PUSTAKA

31

Page 32: LAPORAN KASUS PNEUMONIA.docx

W. Sudoyo Aru, Setiohadi Bambang, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta :

Balai Penerbit Interna Publishing : Juni 2006.

Rani A.Aziz, Nafrialdi, dkk. Panduan Pelayanan Medik PB PAPDI. Jakarta : Departemen

Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Agustus 2008.

http://www.wikipedia.com

hhttp://www.medikastore.com

32