laporan kasus psikiatri ami.docx
TRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.Yuddy Panungkelan
Umur : 32 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Menikah
Tempat/tanggal lahir : Palelon, 25 April 1980
Agama : Kristen Protestan
Suku Bangsa : Minahasa
Warga Negara : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Alamat : Palelon , Dusun II, Kecamatan Motoling
Masuk RS Tanggal : 16 April 2013
LAPORAN PSIKIATRI
I. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan Utama dan Alasan MRS
Marah-marah dan berbicara-bicara sendiri
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Keluhan dan gejala
Menurut pasien keluhan suka memberontak dan marah-marah
awalnya dialami pasien sudah lama, pasien sudah sering keluar
masuk Rumah Sakit Jiwa, data yang berhasil dikumpulkan
menunjukan pasien pertama kali dirawat di RS. Prof. Dr. V.L.
Ratumbuysang pada tahun 2011, namun pasien tidak mengungkapkan
denga jelas cerita yang mendasari terjadinya keluhan, pasien hanya
menyadari bahwa emosinya memang labl dan sering marah meledak-
ledak jika dirinya diganngu, pasien kemudian dirawat di RS
Ratumbuysang.
Pasien mengaku, terkadang pasien mendengar suara bisikan yang
memanggil namanya (Audy..Audy..Audy) namun setelah ditanya
pada orang lain tidak ada orang yang memanggil. Pasien juga
mengatakan bahwa dirinya pernah melihat mahluk halus pada saat
pasien semasa remaja dirumahnya, pada saat anamnesa dilakukan
pasien sudah jau lebih baik, pasien dapat menjawab pertanyaan
dengan cukup baik dan tenang.
Hendaya :
Hendaya sosial (+)
Hendaya pekerjaan (+)
Hendaya penggunaan waktu senggang (+)
Faktor stresor psikososial : Tidak jelas
Gangguan sekarang dengan penyakit fisik dan psikis sebelumnya : Tidak ada
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
Riwayat penyakit dahulu : Halusinasi visual (+) : sewaktu pasien
semasa remaja sering melihat penampakan makhluk halus
dirumahnya.
Riwayat penggunaan zat psikoaktif : merokok (+), alkohol (+),
obat-obat terlarang 12 tahun yang lalu.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
Lahir normal, cukup bulan, dibantu oleh bidan, tidak ada kecacatan
waktu lahir
Pertumbuhan dan perkembangan baik
Pasien dikenal sebagai pribadi yang pendiam, jika ada masalah
selalu dipendam
Pendidikan terakhir adalah SMA
Sudah Menikah
E. Riwayat Kehidupan Keluarga
Pasien adalah anak kedua dari 2 bersaudara (♂,♂)
Hubungan dengan keluarga dari pihak istri kurang harmonis
Ayah dan ibunya masih hidup
Tidak ada riwayat keluarga yang menderita gangguan yang sama
F. Situasi Sekarang
Pasien tinggal bersama istri dan anak di Palelon.
G. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien merasa dirinya tidak sakit
AUTOANAMNESIS TANGGAL 16 APRIL 2013
Dokter Muda (DM), Pasien (P)
DM : ”Selamat siang pak. Perkenalkan, saya Ami, dokter muda yang bertugas
disini ”
P : ”Ohh..Siang dok.”
DM : ”Pak, bole mo tanya-tanya sebentar ?”
P : ”Iya, boleh.”
DM : ”ini dengan bapak Yuddy kan! ”
P : ”Iya.”
DM : ”lo boleh tahu, bapak pe nama lengkap apa?”
P : ”Yuddy Panungkelan”
DM : ”Bapak so umur berapa?”
P : ”32 tahun dok”
DM : ”Terus bapak tinggal dimana ?”
P : ”Dikampung Palelon dusun dua”
DM : ”Kampung Palelon itu dimana pak ?”
P : ”Ada dimondoinding sana”
DM : ”Bapak ada berapa bersaudara ?”
P : ”Ada dua bersaudara dok, kita yang ade”
DM : ”Yang kakak sekarang ada dimana ?”
P : ”Ohh.. ada pa tonk pe kampung dok, ada ba usaha disana”
DM : ”Ohh..Jadi bapak pe kakak ada usaha dank. Terus bapak pe pekerjaannya
apa?”
P : ”lo kita dok petani”
DM : ”Terus, bapak so menikah ?”
P : ”Sudah dok”
DM : ”Bapak pe istri pe nama sapa ?”
P : ”Rita Rumawas”
DM : ”Istri pe pekerjaan apa pak ?”
P : ”Cuma Ibu Rumah Tangga dok”
DM : ”Terus istri pe umur so berapa ?”
P : ”33 tahun dok”
DM : ”Jadi lebe tua dari bapak dank ?”
P : ”Iya dok”
DM : ”Bapak so ada anak?”
P : ”ada dok, laki-laki mar masih kacili”
DM : ”jadi so ada kacili dank, mar bapak pe istri dan anak ja datang-datang
kemari?”
P : ”ada dok, dengan kita pe orang tua”
DM : ”Terus, sudah berapa lama dank bapak di rawat di sini ?”
P : ”So lama dok”
DM : ”oh..terus kenapa bapak dirawat disini dang ?”
P : ”Kita kwa stres dok, karena ada sakit berat jadi mo ta salah sadiki kita cepat
marah-marah pa orang yang ba ganggu”
DM : ”Jadi intinya bapak ini nimboleh diganggu dang?”
P : ”iya, kira kira seperti itu dok, mar itu duluh sekarang so nda dok”
DM : ”oh..begitu dang, kong sekarang ada keluhan apa dang?”
P : ”nda ada dokter, so sehat kita”
DM : ”oh..begitu dang, terus bapak pernah ja babalia sesuatu yang dong jaga
bilang mata terang atau ja ba dengar-dengar suara?”
P : ”kolo mata terang Cuma waktu kita masih muda dok, sekarang so nda stau,
sekarang kita Cuma jaga ba dengar kadang-kadang ada orang pangge kita pe
nama dok, mar pas kita ada tanya pa kita pe teman deng ses nda ada no yang
pangge pa kita dok”
DM : ”jadi Cuma jaga ba dengar orang jaga ba pangge dank ?”
P : ”iyo dok”
DM : ”Oh..ta rasa tonk pe ba cerita so boleh jo ne, kalau ada waktu tong bisa
lanjut nanti”
P : ”iya dok”
DM : ”Terima Kasih bapak, silahkan beristirahat”
P : ”iya.sama-sama”
II. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan : Tampak seorang laki-laki. Perawakan pendek, wajah
agak bulat sesuai umur, rambut hitam, kulit sawo
matang, kesan kurang rapi.
2. Kesadaran : Berubah
3. Perilaku dan aktivitas prikomotor : Tenang
4. Pembicaraan : Spontan, lancar, intonasi sedang
5. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
B. Keadaan Afektif (mood), Perasaan, dan Empati, Perhatian :
1. Mood : Sulit dinilai
2. Afek : Tumpul
3. Keserasian : Inappropriate
4. Empati : Sulit di raba- rasakan
C. Fungsi Intelektual (kognitif) :
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : Sesuai dengan taraf
pendidikan
2. Daya konsentrasi : cukup
3. Orientasi (waktu, tempat, dan orang) : Baik
4. Daya ingat : Jangka panjang baik, jangka pendek baik, dan jangka segera baik.
5. Pikiran abstrak : Terganggu
6. Bakat kreatif : Tidak ada
7. Kemampuan menolong diri sendiri : cukup
D. Gangguan Persepsi :
1. Halusinasi
Halusinasi Auditorik berupa suara yang mengomentari perilaku pasien yang
didengar tiap hari.
Halusinasi Auditorik berupa ”AUDI” panggilan untuk nama pasien.
Halusinasi Visual berupa pasien melihat ”mahluk halus” saat pasien semasa
remaja.
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Berpikir :
1. Arus pikiran :
a. Produktivitas : Cukup
b. Kontinuitas : Relevan, koheren
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi pikiran :
a. Preokupasi : Tidak ada
F. Pengendalian Impuls : Terganggu
G. Daya Nilai
1. Norma sosial : Terganggu
2. Uji daya nilai : Terganggu
3. Penilaian realitas : Terganggu
H. Tilikan (insight) : Insight 1, pasien merasa dirinya tidak sakit.
I. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya
III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Fisik
Status internus : T = 120/80 mmHg, N = 80x/menit,
S = 36,5◦C, R = 20x/menit
Kepala : Tidak ada kelainan
Mata : Konjungtiva tidak anemis
Hidung : Tidak ditemukan kelainan
Telinga : Tidak ditemukan kelainan
Paru : Dalam batas normal
Jantung : Dalam batas normal
Abdomen : Dalam batas normal
Status Neurologis
GCS : E4M6V5
RM : KK (-), KS (-)/(-)
Nn. Cranialis : Pupil bundarisokor Ø2,5 mm/2,5 mm, RCL +/+ , RCTL +/+ normal
Nn.cranialis lain: Dalambatas normal
Motorik :
P N N K 5 5 T N N
N N 5 5 N N
IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Seorang laki-laki berusia 32 tahun datang ke RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang
dengan keluhan sering berbicara-bicara sendiri sejak 5 tahun yang lalu dan
memberat 7 bulan terakhir ini. Terkadang pasien berbicara sendiri jika di luar
rumah,sehingga oleh tetangga diejek sebagai orang gila, begitu di ejek maka
pasien mengejek balik sambil berbicara terus menerus, terkadang dengan nada
yang keras, pasien marah karena disebut sebagai orang gila, tetapi jika diejek
seperti itu pasien tidak sampai memukul orang. Terkadang pasien mendengar
suara bisikan yang menyuruhnya untuk menjaga wilayah daerah luwu dari
serangan perang mandar, pasien mengatakan bahwa dirinya adalah penjaga
daerah luwu, dan perintah itu diterimanya dari pemimpin luwu yaitu raja luwu
dengan cara berkomunikasi lewat ilmu kebatinan, sehingga pasien mengetahui
keinginan dari raja luwu. Pasien juga mengatakan bahwa dirinya pernah melihat
hantu pada saat menonton bola dirumahnya, peristiwa tersebut di lihatnya hanya
sekali. Menurut ibunya, pasien pernah berkeinginan untuk bepergian ke pulau
kalimantan setelah menyelesaikan sekolahnya di SMK, tetapi tidak diizinkan oleh
orang tuanya. Perubahan perilaku terjadi semenjak tahun 2005. Pada awalnya
pasien tiba-tiba melihat hantu di rumahnya ketika sedang menonton bola di
televisi, pasien pun berlari keluar rumah dan sangat ketakutan. Sejak peristiwa
tersebut pasien selalu merasa ketakutan. Pada tahun 2006, ayah pasien meninggal
dunia dan sejak saat itu pasien sering berbicara-bicara sendiri. Menurut adiknya,
setiap pasien melakukan aktivitas pasien selalu berbicara sendiri dengan
mengatakan ”salah lagi-salah lagi” sehingga aktivitas apa pun yang dikerjakannya
selalu dilakukan secara berulang-ulang. Keadaan ini hampir tiap kali terjadi setiap
pasien hendak melakukan aktivitas di rumahnya. Dan pasien pun dimasukkan ke
RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang.
Dari status mental, pasien mempunyai kesadaran berubah, psikomotor tenang,
verbalisasi tenang dengan intonasi sedang, kooperatif terhadap pemeriksa, mood
sulit di nilai, afek tumpul, keserasian inapproriate, empati sulit dirabarasakan.
Pada fungsi kognitif, taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan sesuai
dengan taraf pendidikan, daya konsentrasi cukup, orientasi (waktu, tempat, dan
orang) baik, daya ingat jangka panjang, jangka pendek dan jangka segera baik,
pikiran abstrak terganggu, bakat kreatif tidak ada, dan kemampuan menolong diri
sendiri cukup. Ditemukan adanya gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik
dan halusinasi visual, produktivitas pikiran cukup,kontuinitas relevan, koheren.
Didapatkan Gangguan isi pikir berupa waham kebesaran dan waham mustahil,
pengendalian impuls terganggu. Norma sosial, uji daya nilai, penilaian realitas
tergangu. Pasien merasa dirinya tidak sakit dan secara keseluruhan pasien dapat
dipercaya.
V. EVALUASI MULTIAKSIAL (Sesuai PPDGJ-III)
AksisI :
Dari autoanamnesis dan alloanamnesis didapatkan adanya gejala klinis
yang bermakna yaitu sering berbicara-bicara sendiri jika beraktivitas dan
melamun. Keadaan ini menimbulkan penderitaan (distress) dan disabilitas bagi
pasien dan keluarganya sehingga dapat disimpulkan sebagai Gangguan Jiwa.
Pada pemeriksaan status internus dan status neurologis tidak ditemukan adanya
kelainan yang mengindikasikan gangguan medis umum yang menimbulkan
gangguan otak, sehingga penyebab organik dapat disingkirkan, sehingga pasien
di diagnosis sebagai Gangguan Jiwa Psikotik Non-Organik.
Pada pasien ditemukan adanya gangguan persepsi berupa halusinasi
auditorik yaitu suara-suara yang mengomentari perilaku pasien tiap hari yang
berupa ”Audy, Audy, Audy” yang memanggil pasien sehingga mengganggu
aktivitas pasien. Sehingga berdasarkan PPDGJ-III di diagnosis sebagai
Skizofrenia (F.20).
Disamping itu, ditemukan adanya halusinasi yang menonjol sehingga
berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ-III),
diagnosis diarahkan pada Skizofrenia Paranoid (F.20.0).
AksisII :
Ciri kepribadian tidak khas
AksisIII :
Tidak ada diagnosis
AksisIV :
Problem berkaitan dengan kelompok pendukung utama dan lingkungan
sosial
AksisV :
GAF Scalae 70-61 (beberapa gejalah ringan dan menetap, disabilitas ringan
dalam fungsi, secarah umum masih baik)
VI. DAFTAR PROBLEM
1. Organo biologik : Tidak ditemukan adanya kelinan fisik yang bermakna, tetapi
di duga terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter maka
pasien memerlukan psikofarmakologi.
2. Psikologik : Tidak ditemukan hendaya dalam menilai realita tapi tampak
adanya gejala depresi sehingga pasien membutuhkan
psikoterapi
3. Sosiologik : Tidak ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial,
namun adanya hendaya dalam bidang pekerjaan dan waktu
senggang sehingga pasien butuh sosioterapi.
VII. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
VIII. PEMBAHASAN/TINJAUAN PUSTAKA
Untuk mendiagnosis skizofrenia (F20.0), maka harus memenuhi kriteria
umum skizofrenia dari kriteria satu gejala (salah satu dari 4 gejala yang sanga
tjelas) yaitu berupa : Thought, Delusion, Halusinasi auditorik, dan waham. Serta
kriteria dua gejala (paling sedikit 2 dari 4 gejala di bawah ini yang harus ada
secara jelas)
1. Halusinasi/waham harus menonjol
2. Aruspikiran yang terputus
3. Perilaku katatonik
4. Gejala gejala negatif (gangguan afek)
Dimana gejala tersebut telah berlangsung selama lebih dari 1 bulan.
Pada pasien ini ditemukan gejala-gejala seperti Halusinasi auditorik
yang berupa suara-suara yang memanggil nama pasien tiap hari yang berupa
”Audy, Audy, Audy”. Dimana gejala-gejala tersebut telah memenuhi kriteria
umum skizofrenia dari kriteria satu gejala (salah satu dari 4 gejala yang sangat
jelas), Sehingga di diagnosis sebagai Skizofrenia (F.20).
Sedangkan untuk mendiagnosis Skizofrenia paranoid menurut PPDGJ III yaitu
harus memenuhi kriteria umum diagnosis Skizofrenia. Dan sebagai tambahan:
Halusinasi dan / atau waham harus menonjol
a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memerintah atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi peluit, mendengung,
atau bunyi tawa.
b. Halusinasi pembauan dan pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain lain
perasaan tubuh,halusinasi visual mungkin ada tapi jarang menonjol
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
( delusion of control ) dipengaruhi ( delusion of influence ) atau passivity dan
keyakinan dikejar yang beraneka ragam adalah yang paling khas.
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol.
Pada pasien ini ditemukan adanya Halusinasi Auditorik yang menonjol
sehingga diagnosis diarahkan pada skizofrenia paranoid (F20.0).
Untuk terapi psikofarmaka diberikan haloperidol. Haloperidol termasuk
dalam obat anti-psikosis tipikal, dimana mekanisme kerja dari obat ini adalah
memblokade Dopamin pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya di
sistem limbik dan sistem ekstra piramidal, sehingga efektif untuk mengatasi
gejala-gejala positif. Dalam kasus ini ditemukan gejala-gejala positif yang
menonjol yaitu gangguan isi pikir (waham) dan gangguan persepsi (halusinasi).
Haloperidol memiliki efek sedative lemah digunakan untuk sindrom psikosis
dengan gejala positif dan biasa digunakan pada pasien skizofrenia dalam terapi
jangka panjang
IX. RENCANA TERAPI
A.Psikofarmako
Risperidon 2 mg 2x1 tablet / hari
Haloperidol 1.5 mg 2x1 tablet / hari
THP (Trihexyphenydil) 2x1 tablet / hari (Kalau Perlu)
B. Psikoterapi dan intervensi psikososial
Dalam bentuk psikoedukasi yaitu menyampaikan informasi kepada
keluarga mengenai kondisi pasien dan menyarankan untuk senantiasa
memberi dukungan selama masa pengobatan, pasien lebih sering diajak
berkomunikasi serta keluarga harus memberi dukungan kepada pasien
untuk tidak berpikiran negatif. Jelaskan kepada keluarga mengenai
berbagai kemungkinan penyebab penyakit, perjalanan penyakit, dan
pengobatan sehingga keluarga dapat memahami dan menerima kondisi
pasien untuk minum obat dan kontrol secara teratur serta mengenali
gejala-gejala kekambuhan.
Pastikan pasien berada dalam pengawasan keluarga, untuk menghindari
hal-hal yang tidak diinginkan. Memberikan pengertian kepada keluarga
akan pentingnya peran keluarga pada perjalanan penyakit.
X. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta efektivitas
terapi dan kemungkinan terjadinya efek samping dari obat yang diberikan.