laporan kasus thorax
DESCRIPTION
thorax efusi pleuraTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Thorak adalah sebuah rongga yang berbentuk kerucut dengan bagian
belakang lebih panjang dari bagian depan. Pemeriksaan radiografi thorak sangat
penting karena penyakit paru belum bisa dilakukan penyembuhan secara pasti tanpa
pemeriksaan radiografi thorak terlebih dahulu. Kelainan – kelainan dini pada paru
juga dapat diketahui dalam pemeriksaan radiografi thorak sebelum gejala klinis
muncul. Sehingga pemeriksaan rutin radiografi thorak pada orang yang sehat sudah
menjadi prosedur yang lazim pada pemeriksaan kesehatan secara masal , contohnya
seperti yang dilakukan pada calon pegawai negeri , calon tentara , mahasiswa , dll.
Pada pemeriksaan radiografi thorak proyeksi yang biasa digunakan ialah Postero
Anterior ( PA ) erect jika pasien kooperatip atau Antero Posterior ( AP ) semi erect
jika pasien non kooperatip dan proyeksi lateral, kadang digunakan juga proyeksi
tambahan RLD jika dibutuhkan.
Untuk pemeriksaan radiologi thorak dengan kasus Efusi Pleura di Rumah
sakit Dr. Kariadi Semarang, proyeksi yang biasa digunakan adalah proyeksi PA
erect atau AP semi erect dan lateral serta proyeksi RLD tergantung kondisi pasien.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengangkat hal tersebut ke dalam
sebuah Laporan Kasus yang berjudul ”Teknik Pemeriksaan Radiografi Thorak Pada
Kasus Efusi Pleura di Instalasi Radiologi RS Dr. Kariadi Semarang“.
1. 2. Rumusan Masalah.
Agar dalam penyusunan tugas ini penulis dapat lebih terarah serta karena
keterbatasan waktu dan terbatasnya kemampuan penulis, maka penulis hanya
membahas masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana teknik pemeriksaan radiologi thorak pada kasus Efusi pleura di
Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang?
1
2. Apakah pemeriksaan radiologi thorak dengan menggunakan proyeksi PA erect
atau AP semi erect saja , telah cukup efektif dalam menegakkan diagnosa pada
kasus Efusi pleura?
1. 3. Tujuan Penulisan.
1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan radiologi thorak pada kasus Efusi pleura
di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang
2. Untuk mengetahui apakah teknik pemeriksaan radiologi thorak dengan proyeksi
PA erect atau AP semi erect saja telah cukup efektif dalam menegakkan
diagnosa pada kasus Efusi pleura di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang.
1. 4. Manfaat Penulisan.
1. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang teknik
pemeriksaan radiologi thorak pada kasus Efusi pleura.
2. Sebagai bekal bagi penulis dalam penerapan dalam dunia kerja nanti.
1.1 Sistematika Penulisan.
BAB I PENDAHULUAN.
Berisi tentang latas belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat
penulisan dan sistimatika penulisan.
BAB II DASAR DAN TEORI.
Berisi tentang anatomi Thorak, pato fisiologi Efusi pleura, teknik pemeriksaan
Thorak dan Proteksi Radiasi.
BAB III PAPARAN KASUS DAN PEMBAHASAN.
Paparan kasus berisi tentang data pasien, riwayat patologi pasien, dan teknik
pemeriksaan Radiologi thorak pada kasus Efusi pleura.
BAB IV PENUTUP.
Berisi tentang kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Anatomi rangka dada
Rangka dada atau thorak tersusun dari tulang dan tulang rawan. Thorak
berupa sebuah rongga berbentuk kerucut , di bawah lebih besar dari pada di atas
dan di belakang lebih panajang dari pada bagian depan. Dibagian belakang , thorak
dibentuk oleh kedua belas vertebrae thorakalis , di depan dibentuk oleh
sternum ,dibagian atas oleh klavikula , dibagian bawah oleh diafragma , dan di
samping kiri dan kanan dibentuk oleh kedua belas pasang iga yang melingkari
badan mulai dari belakang dari tulang belakang sampai ke sternum di depan
( Pearce , 1999 ).
Gambar 2.1
Rangka dada ( Snell, 1995 )
2.1.1. Sternum
Sternum atau tulang dada adalah sebuah tulang pipih yang terbagi
atas tiga bagian yaitu :
3
a. Manubrium Sterni. Yaitu bagian tulang dada sebelah atas yang
membentuk persendian dengan tulang klavikula dan tulang iga.
b. Korpus Sterni. Yaitu bagian yang terbesar dari tulang dada dan
membentuk persendian dengan tulang iga.
c. Procesus Xypoideus. Yaitu bagian ujung dari tulang dada dan pada masih
bayi berbentuk tulang rawan.
2.1.2. Tulang iga ( costae )
Tulang iga banyaknya 12 pasang ( 24 buah ), kiri dan kanan,
bagian depan berhubungan dengan tulang dada dengan perantara tulang
rawan. Bagian belakang berhubungan dengan columna vertebrae
thorakalis. Perhubungan ini memungkinkan costae bergerak kembang
kempis sesuai dengan irama pernafasan. Tulang – tulang iga dapat
dibedakan menjadi tiga bagian :
a. Tulang iga sejati ( Os. Costavera ). Jumlahnya 7 pasang , berhubungan
dengan tulang dada melalui persendian.
b. Tulang iga tak sejati (Os. Costaspuria). Jumlahnya 3 pasang ,
berhubungan dengan tulang dada dengan perantara tulang rawan dari
tulang iga sejati ke 7.
c. Tulang iga melayang (Os. Costae fluitantes). Jumlahnya 2 pasang ,
tidak mempunyai hubungan dengan tulang dada.
2.1.3. Columna vertebrae thorakalis
Dinding posterior rongga thorak terbentuk dari columna vertebrae
thorakalis dengan bagian posterior costae. Columna vertebrae thorakalis
membentuk dinding posterior thorak melalui persendian dengan bagian
posterior costae. Masing –masing costae membentuk persendian dengan
collumna vertebrae thorakalis dari 1 sampai 12.
2.1.4. Os. Klavikula
Klavikula adalah tulang yang melengkung yang membentuk bagian
anterior dari shoulder joint. Untuk keperluan pemeriksaan os. klavikula
dibagi menjadi dua ujung : ujung medial disebut sternoklavikular joint
membentuk persendian dengan sternum dan ujung lateral disebut
4
acromioclavikular joint yang membentuk persendian dengan acromion dari
scapula.
2.1.5. Diafragma
Diafragma adalah struktur muskulo-tendineus berbentuk kubah
yang memisahkan rongga thorak dengan abdomen , serta membentuk lantai
dasar dari rongga thorak dan atap dari rongga abdomen. Pada saat inspirasi
otot diafragma berkontraksi sehingga menyebabkan kubah diafragma turun
sehingga ukuran thorak menjadi lebih besar. Turunnya diafragma
menyebabkan udara ditarik masuk oleh paru – paru dan meluas untuk
mengisi rongga thorak yang membesar. Pada saat ekspirasi otot diafragma
mengendor , diafragma naik sehingga ukuran thorak menjadi kecil dan
udara didorong keluar. Tinggi diafragma berubah sesuai dengan sikap
seperti bila duduk tegak atau berdiri. Pada diafragma terdapat tiga hiatus
yaitu : hiatus aorta , hiatus esophageal , dan hiatus kava.
2.2. Anatomi Saluran Pernafasan
Empat bagian penting saluran pernafasan dalam radiologi thorak adalah
sebagai berikut :
2.2.1 Laring
Laring ( tenggorok ) terletak didepan bagian terendah faring yang
memisahkannya dari columna vertebrae , berjalan dari faring sampai
ketinggian vertebrae servikalis dan masuk ke dalam dibawahnya . Laring
terdiri dari kepingan tulang rawan yang diikat oleh ligamen membrane. Yang
terbesar diantaranya ialah tulang rawan tiroid dan dibagian depannya terdapat
benjolan yang dikenal sebagai jakun. Laring terdiri dari lima tulang rawan
antara lain : 1 buah kartilago tiroid, 2 buah kartilago aritenoid , 1 buah
kartilago krikoid , dan 1 buah kartilago epiglotis. Pada puncak tulang rawan
tiroid terdapat epiglotis yang berfungsi menutup laring sewaktu orang
menelan. Laring dilapisi oleh selaput lendir kecuali pita suara dan bagian
epiglotis dilapisi oleh epitelium berlapis.
2.2.2 Trakea
5
Merupakan lanjutan dari laring , dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin
yang terdiri dari tulang rawan yang membentuk hurup C. Berjalan dari laring
sampai ketinggian vertebrae thorakalis ke 5 dan ditempat ini bercabang
menjadi dua bronkus. Panjang trakea 9 sampai 11 cm dan dilapisi oleh selaput
lendir.
2.2.3 Bronkus kanan dan kiri
Merupakan lanjutan dari trakea , terdiri dari 2 bagian : bronkus kanan
dan kiri. Bronkus tersebut berjalan kebawah dan kesamping menuju ke paru –
paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar dari bronkus kiri. , sedikit
lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan memiliki 3 cabang. Bronkus kiri lebih
panjang dan lebih langsing dari bronkus kanan dan berjalan di bawah arteri
pulmonalis serta memiliki 2 cabang. Bronkus memiliki cabang yang disebut
bronkiolus dan pada ujungnya terdapat gelembung paru atau alveoli.
Gambar 2.2
Trakea, bronkus, bronkiolus ( Snell, 1995 )
2.2.4. Paru – Paru
Merupakan alat pernafasan utama , berbentuk kerucut dengan apeks
diatas dan muncul sedikit lebih tinggi dari klavikula. Sebagian besar paru
terdiri dari alveoli yang terbantuk dari sel endotel dan epitel, dibagian inilah
6
terjadi pertukaran udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 keluar dari
darah. Paru dibagi menjadi dua bagian yaitu paru kanan dan kiri. Paru kanan
dibagi menjadi tiga lobus dan paru kiri menjadi dua lobus. Antara lobus
kanan dan kiri dipisahkan oleh suatu fisura. Paru – paru dilapisi oleh suatu
selaput yang disebut pleura, dimana pleura dibagi menjadi 2 bagian :
a. Pleura Viseralis : selaput paru yang langsung membungkus paru.
b. Pleura Parietalis : selaput paru yang melapisi rongga dada sebelah luar.
Antara kedua pleura ini terdapat sebuah rongga yang disebut
kavum pleura. Kavum pleura ini hampa udara dan terdapat sedikit cairan
yang meminyaki permukaannya untuk menghindarkan gesekan antara
paru dengan dinding dada pada saat bernafas.
Gambar 2.3
Paru – paru ( Snell, 1995 )
2.3. Fisiologi Pernafasan
Fisiologi pernafasan dapat dibedakan menjadi dua yaitu : pernafasan
paru-paru ( pernafasan eksterna ) dan pernafasan jaringan ( pernafasan interna )
2.3.1. Pernafasan Paru – paru ( Pernafasan Eksterna )
Merupakan pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang terjadi pada
paru-paru. Oksigen diambil melalui mulut dan hidung waktu bernafas,
oksigen masuk melalui trakea dan sampai ke alveoli berhubungan dengan
7
darah dalam kapiler pulmonary. Alveoli memisahkan oksigen dari darah ,
oksigen menembus membran , diambil oleh sel darah merah , dibawa ke
jantung dan dipompakan ke seluruh tubuh. 4 proses yang berhubungan
dengan pernafasan pulmoner :
a. Ventilasi Pulmoner , gerakan pernafasan yang menukar udara dalam
alveoli dengan udara luar.
b. Arus darah melalui paru mengandung O2, masuk ke seluruh tubuh dan
CO2 dari tubuh masuk ke paru
c. Distribusi arus uadara dan arus darah sedemikisn rupa dengan jumlah
yang tepat bias mencapai seluruh bagian.
d. Difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler karbondioksida
lebih mudah berdifusi dari pada oksigen.
2.3.2. Pernafasan Jaringan ( Pernafasan Interna )
Darah merah yang banyak mengandung oksigen dari seluruh tubuh
masuk ke jaringan akhirnya mencapai kapiler darah mengeluarkan oksigen
ke dalam jaringan , mengambil karbondioksida untuk dibawa ke paru-paru
dan di paru terjadi pernafasan internal.
2.4. Patologi Efusi Pleura
Pembentukan cairan dalam rongga pleura dapat disebabkan oleh banyak keadaan
yang dapat berasal dari dalam paru sendiri, misalnya infeksi, baik oleh bakteri
maupun virus atau jamur, tumor paru, tumor mediastinum, metastasis, atau
disebabkan oleh keadaan kelainan sistemik, antara lain penyakit-penyakit yang
mengakibatkan terhambatnya aliran getah bening, hipoproteinemia pada penyakit
ginjal, hati, dan kegagalan jantung. Tidak jarang disebabkan juga oleh trauma
akibat kecelakaan atau tindakan pembedahan.
Cairan (pleural effusion) dapat berupa :
1. Cairan Transudat, terdiri atas cairan yang bening, biasanya ditemukan dalam
kegagalan jantung, kegagalan ginjal yang akut atau kronik, keadaan
hipoproteinemia pada kegagalan fungsi hati, pemberian cairan infuse yang
berlebihan, dan fibroma ovarii (Meig’s syndrome).
8
2. Cairan eksudat, berisi cairan kekeruh-keruhan, paling sering ditemukan pada
infeksi tuberculosis, atau nanah (empiema) dan penyakit-penyakit kolagen
(lupus eritematosus, rheumatoid arthritis).
3. Cairan darah, dapat disebabkan trauma terbuka atau tertutup, infark paru, dan
karsinoma paru.
4. Cairan getah bening; meskipun jarang terjadi, tetapi dapat diakibatkan oleh
sumbatan aliran getah bening thoraks, misalnya pada filiariasis atau metastasis
pada kelenjar getah bening dari suatu keganasan (Radiologi Diagnostik,1992).
2.5. Gambaran Radiologik
Pada pemeriksaan foto thoraks rutin tegak, cairan pleura tampak berupa
perselubungan homogen yang menutupi struktur paru bawah yang biasanya relative
radiopak dengan permukaan atas cekung, berjalan dari lateral atas ke medial bawah.
Karena cairan mengisi ruangan hemithoraks sehingga jaringan paru akan terdorong
kearah sentral/hilus, dan kadang-kadang mendorong mediastinum kearah
kontralateral.
Jumlah cairan yang dapat terlihat padafoto thoraks tegak adalah 250-300 ml. Bila
cairan kurang dari 250 ml. (100-200 ml.), dapat ditemukan pengisian cairan di sinus
costofrenikus posterior pada foto thoraks tegak. Cairan yang kurang dari 100 ml.
(50-100 ml.), dapat diperlihatkan dengan posisi decubitus dan arah horizontal di
mana cairan akan berkumpul di sisi samping bawah.
Gambaran radiologist tidak dapat membedakan jenis cairan, mungkin dengan
tambahan keterangan-keterangan klinis atau kelainan lain yang ikut serta terlihat
dapat diperkirakan jenis cairan tersebut.
Kadang-kadang sejumlah cairan terkumpul setempat di daerah pleura atau fissure
interlobar (loculated/encapsulated) yang disebabkan oleh empiema dengan
perlekatan pleura (radiology Diagnostik,1992).
9
2.6. Teknik Pemeriksaan Radiografi thorak ( Ballinger , 1995 ).
2.6.1. Persiapan Pasien
Pada pemeriksaan radiografi thorak tidak ada persiapan khusus bagi pasien.
Hanya saja, semua benda yang dapat mengganggu radiograf dilepas terlebih
dahulu, seperti : kalung , pakian dalam (BH) , kancing baju , peniti , dll. Selain
itu komunikasi dengan pasien merupakan hal penting yang harus diperhatikan.
Penting untuk menjelaskan mengenai prosedur pemeriksaan yang akan
dilakukan serta alasan melepas pakaian bagian atas dan benda-benda yang dapat
mengganggu radiograf serta diganti dengan pakaian yang bebas dari benda
asing.
2.6.2 Persiapan Alat
Adapun alat-alat yang perlu dipersiapkan pada pemeriksaan radiografi
thorak adalah :
- Pesawat sinar-x
- Kaset dan film
- Marker R atau L
- Plester
- Baju pasien
2.6.3 Teknik Pemotretan ( Ballinger , 1995 ).
Proyeksi dasar yang digunakan pada pemeriksaan radiologi thorak adalah
proyeksi Postero Anterior ( PA ) atau Antero Posterior (AP), proyeksi Lateral, dan
proyeksi tambahan yaitu : proyeksi Right Lateral Decubitus (RLD) yang khusus
digunakan untuk melihat kelainan Efusi Pleura.
A. Proyeksi Postero Anterior ( PA )
Posisi Pasien : Pasien berdiri menghadap ke standar kaset. Dagu
diletakan pada penopang dagu yang terletak di tengah batas atas
kaset. Kedua telapak tangan endorotasi maksimum dan diletakan
diatas crista illiaka. Siku didorong ke depan hingga menempel
kaset agar scapula tidak menutupi lapangan paru. Pundak agak
diturunkan agar klavikula terletak di bawah paru.
10
Posisi Obyek : Atur Mid Sagital Plane ( MSP ) tepat ditengah
kaset. Pastikan tidak ada rotasi pada thorak. Batas atas kaset 4 – 5
cm diatas pundak.
Pengaturan Sinar : Central Ray tegak lurus terhadap kaset dengan
arah horizontal. Central Point pada vertebrae thorakal ke 7 atau
diantara kedua angulus inferior scapula. Source Image Distance
(SID) adalah 180 cm.
Kolimasi : Luas lapangan penyinaran seluas lapangan obyek
( thorak ).
Ekspose : Dilakukan pada saat inspirasi kedua dan tahan nafas
dengan tujuan untuk memperluas lapngan paru.
Kriteria Radiograf : Tampak kedua lapangan paru dari apeks
sampai sinus costoprenicus , tampak bayangan udara pada trakea ,
tampak hilus jantung , tampak, costae, klavikula, vertebrae
thorakalis 1 – 12. Pada saat inspirasi penuh tampak gambaran
costae belakang 9 – 10.
Gambar 2.4
Proyeksi PA ( Ballinger, 1995 )
11
B. Proyeksi Lateral
Posisi Pasien : Pasien berdiri dengan sisi kiri tubuh menempel
kaset. Atur kedua tangan fleksi dan diletakan diatas kepala.
Posisi Obyek : Atur Mid Coronal Plane ( MCP ) pasien tegak
lurus / tepat ditengah kaset dan Mid Sagital Plane ( MSP ) pasien
sejajar kaset.
Pengaturan Sinar : Central ray tegak lurus terhadap kaset dengan
arah sinar horizontal. Central Point setinggi vertebrae thorakal ke
7. Source Image Distance (SID) 180 cm.
Kolimasi : Luas lapangan penyinaran seluas obyek dengan batas
atas sinar pada vertebrae prominens.
Ekspose : Pada saat inspirasi kedua dan tahan nafas.
Kriteria Radiograf : Tampak apeks pulmo dan sinus costoprenicus.
Tampak sternum di bagian anterior. Batas jantung dan diafragma
tampak dengan jelas.
Gambar 2.5
Proyeksi Lateral ( Ballinger, 1995 )
12
C. Proyeksi Right Lateral Decubitus (RLD) (AP Projection)
Posisi Pasien : Pasien tidur lateral recumbent dengan sisi kana
menempel meja pemeriksaan. Atur kedua tangan fleksi dan
diletakan diatas kepala.
Posisi Obyek : Letakkan kaset menempel pada punggung
pasien,kemudian atur Mid Sagital Plane (MSP) pasien tegak lurus
kaset.
Pengaturan Sinar : Central ray tegak lurus terhadap kaset dengan
arah sinar horizontal. Central Point setinggi vertebrae thorakal ke
7. Source Image Distance (SID) 180 cm.
Kolimasi : Luas lapangan penyinaran seluas obyek dengan batas
atas sinar pada vertebrae prominens.
Ekspose : Pada saat inspirasi kedua dan tahan nafas.
Kriteria Radiograf : Tampak jantung, kedua sinus costoprenikus
Gambar 2.6
Proyeksi RLD ( Ballinger, 1995 )
13
2.7. Proteksi Radiasi
2.7.1 Proteksi pasien.
Kolimasi secukupnya dengan memperkecil luas lapangan penyinaran.
Menggunakan factor eksposi yang tepat.
Tidak terjadi pengulangan foto karena kesalahan.
Waktu penyinaran sesingkat mungkin.
Pasien menggunakan apron.
Pasien hamil pada triwulan pertama sebaiknya di tangguhkan.
2.7.2. Proteksi bagi petugas.
Tidak menggunakan berkas sinar – X yang mengarah ke petugas.
Berlindung pada tabir / tirai, saat melakukan eksposi.
2.7.3. Proteksi bagi masyarakat.
Pintu pemeriksaan tertutup rapat.
Tidak mengarahkan sinar sumber sinar – X keruangan umum.
14
BAB III
PAPARAN KASUS DAN PEMBAHASAN
3.1. Identitas Pasien
Adapun identitas pasien yang menjalani pemeriksaan Radiologi thorak
dengan kasus Efusi Pleura di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang adalah sebagai
berikut :
Nama : Tn. SB
Umur : 47 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Banyumanik,Semarang
No. Rontgen : 7730
Pemeriksaan : Foto Thorak
Dr. Pengirim : Dr. Arwedy
3.2. Riwayat Klinis
CKD stadium V.
Diagnosa : Edema paru,Efusi Pleura.
3.3. Tata Laksana Pemeriksaan
3.3.1. Persiapan pesawat , alat , dan bahan.
a) Pesawat sinar-x yang digunakan pada pemeriksaan thorak Tn. SB :
- Merek Pesawat : SIEMENS
- Type : POLYMOBILE PLUS
- No. Seri Tabung : 135B546
- Tegangan maksimum : 125 KV
- Arus Maksimum : 250 mAs
b) Imaging Plate ukuran 35 X 43 cm
c) CR (Computer Radiografi)
d) DRYVIEW
15
3.3.2. Persiapan Pasien.
Pada pemeriksaan foto thorak tidak ada persiapan khusus pada
pasien , hanya saja pasien harus dibebaskan dari benda-benda disekitar dada
seperti : kalung , jalinan rambut pada wanita , kancing baju yang dapat
mengganggu gambaran radiograf.
3.3.3. Prosedur Pemeriksaan.
Untuk kepentingan pemeriksaan Radiologi pada kasus efusi pleura
di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang , hanya dilakukan pembuatan foto
thorak dengan proyeksi PA erect dan lateral , namun karena pasien tidak
kooperatif maka dibuat dengan proyeksi AP Semi erec sajat, tanpa
dilengkapi dengan proyeksi tambahan RLD
A. Posisi Pasien : Pasien setengah duduk di atas meja pemeriksaan.
B. Posisi Obyek: Atur Mid Sagital Plane ( MSP ) pasien tepat
dipertengahan kaset. Atur kedua pundak agar sama
tinggi. Usahakan vertebrae prominens ( cervical 7 )
masuk dalam lapangan penyinaran. Kedua sisi tubuh
diatur agar mempunyai jarak yang sama dari sisi
lateral kaset.
C. Pengaturan sinar : Central Ray ( CR ) tegak lurus terhadap
kaset dengan arah sinar horizontal , central point
( CP ) pada pertengahan kedua angulus inferior
scapula atau setinggi vertebrae thorakal ke 7 , dengan
Source Image Distance (SID) sejauh 180 cm.
D. Kolimasi : Luas lapangan penyinaran seluas obyek ,
dengan batas atas vertebrae prominens , batas bawah
pada batas bawah kaset , dan batas kanan dan kiri.
E. Eksposi : Dilakukan pada saat inspirasi kedua dan tahan
nafas , dengan tujuan agar lapangan paru tampak lebih
mengembang.
16
F. Kriteria Radiograf :
Tampak kedua paru,
Tampak jantung,
Tampak hilus dan bronkus ,
Tampak kedua sinus costoprenicus tumpul,
Tampak diafragma
Tampak tulang thorak yaitu : klavikula, vertebrae thorakal,
dan costae 10 , kecuali sternum yang superposisi dengan
vertebrae thorakal.
Tampak adanya Efusi Pleura.
G. Gambaran Radiograf
Berdasarkan pemeriksaan radiology di atas di dapatkan gambaran
radiologi seperti di bawah ini :
Gambar 2.6
Gambaran hasil pemeriksaan Radiologi Tn. SB.
17
3.4. Hasil Pembacaan Radiograf
Adapun hasil pembacaan radiograf oleh Dr. Spesialis Radiologi adalah
sebagi berikut :
- COR : CTR tidak dinilai,.
Batas kiri bergeser ke lateral, apeks bergeser ke laterocaudal.
- Pulmo : corakan bronkovaskular pada pericardial kanan dan perihiler
kanan dan kiri.
- Tampak perselubungan pada lateral hemithorak kiri dan kanan.
- Diafragma kanan setinggi costa X posterior, sudut costofrenikus
kanan dan kiri tumpul.
Kesan : KARDIOMEGALI (SUSPEK LV)
GAMBARAN EDEMA PARU EFUSI PLEURA DUPLEKS
Tanggal pembuatan dan pembacaan radiograf 23 November 2006.
18
3.5. Pembahasan.
Pada pemeriksaan Radiologi thorak dengan kasus Efusi pleura di Rumah Sakit
Dr. Kariadi Semarang Pada pemeriksaan radiology thorak proyeksi yang biasa
digunakan ialah Postero Anterior ( PA ) erect jika pasien kooperatip atau Antero
Posterior ( AP ) semi erect jika pasien non kooperatip dan proyeksi lateral, apabila
dilakukan dalam posisi supine, dikhawatirkan cairan akan menyebar pada
paru,sehingga sulit untuk dilakukan diagnosa. Kadang digunakan juga proyeksi
RLD jika dibutuhkan. Namun khusus pada kasus yang penulis angkat di atas, hanya
digunakan proyeksi AP semi erect saja. Hal ini dilakukan untuk memastikan apakah
memang benar terjadi efusi pleura atau tidak. Apabila memang terjadi efusi pleura
maka kemungkinan akan dilakukan pemeriksaan tambahan.
Pada proyeksi AP semi erect, MSP pasien tepat ditengah – tengah kaset,
Central Point ( CP ) pada vertebrae thorakal ke 7 atau diantara kedua angulus
inferior scapula dengan arah sinar horizontal. Batas – batas lapngan penyinaran,
pada bagian atas setinggi vertebrae prominens ( cervical ke 7 ), pada bagian bawah
sepanjang batas bawah kaset, dan batas kanan dan kiri pada bagian kanan dan kiri
sisi lateral tubuh. Dengan batas – batas seperti diatas maka apeks paru akan tampak
pada radiograf dan sinuscostoprenicus akan masuk pada radiograf. Eksposi pada
saat inspirasi kedua dan tahan nafas dengan maksud agar lapangan paru tampak
lebih mengembang / lebih luas, karena diafragma menjadi turun serta kapasitas
udara yang masuk lebih banyak. Dengan syarat diatas maka radiograf yang
dihasilkan dapat dibaca dengan baik oleh dokter Spesialis Radiologi. Proteksi
radiasi yang diberikan kepada pasien dapat dilakukan dengan cara mengatur luas
lapangan penyinaran seluas obyek thorak saja, serta diusahakan agar tidak terjadi
pengulangan pembuatan foto.
19
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Dari uraian diatas penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada pemeriksaan Radiologi thorak dengan kasus Efusi pleura di Rumah
Sakit Dr. Kariadi Semarang proyeksi yang biasa digunakan ialah Postero
Anterior ( PA ) erect jika pasien kooperatip atau Antero Posterior ( AP )
semi erect jika pasien non kooperatip dan proyeksi lateral, kadang
digunakan juga proyeksi RLD jika dibutuhkan.
2. Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat diketahui bahwa proyeksi PA
erect atau AP semi erect saja tidak cukup efektif untuk menegakkan
diagnosa pada kasus Efusi pleura.
4.2. Saran
Saran yang ingin disampaikan penulis terhadap pemeriksaan Radiologi
thorak di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang pada kasus Efusi pleura adalah:
Pemeriksaan Radiologi thorak pada kasus Efusi pleura yang dilakukan dengan
proyeksi AP semi erect atau PA erect dan proyeksi lateral, sebaiknya ditambah
dengan pembuatan proyeksi RLD guna memberi informasi diagnostic yang lebih
lengkap.
20
DAFTAR PUSTAKA
Ballinger, P.W., 1995, Atlas of Radiographic Positioning and Radiologic Prosedures,
Volume One, Ninth Edition, The VC Mosby co London
Bontrager, Kenneth L. Textbook of Radiographic Positioning and Related anatomy.
United States of America : Mosby, 2001.
Pearce, Evelyn C. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama, 1999.
Rosad Sjahrir , Sukanto Kertoleksono, Iwan Ekayuda, Radiologi Diagnostik. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI , 1992.
Snell, R., 1975, Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran, alih bahasa Drs. Adji
Dharma, penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta.
Syariffudin, H. B. Ac. Drs. Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 1997.
21