laporan kasus.pptx
TRANSCRIPT
![Page 1: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/1.jpg)
Laporan Kasus
ABSES UMBILIKUS
Oleh: Amelia Lestari (1410221037)
Pembimbing: Letkol CKM dr. Dadiya, SpB
![Page 2: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/2.jpg)
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Sdr. AK• Usia : 21 tahun• Jenis Kelamin : Laki-laki• Alamat : Balong 1, RT 001/ RW 001,
Tanggulrejo, Tempuran• Tanggal Masuk RS : 07 Desember 2015, pukul
13.07 WIB• No. RM : 130101• Ruang Rawat : Edelweis
![Page 3: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/3.jpg)
SUBJEKTIF (Autoanamnesis)
• Keluar nanah dari pusarKeluhan Utama
• Pusar nyeri, keluar nanah mengucur dan berbauKeluhan
Tambahan
![Page 4: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/4.jpg)
Riwayat Penyakit Sekarang
• Pasien baru datang dari poli dengan keluhan keluar nanah dari pusar sejak 3 hari SMRS. Pasien mengeluh bahwa nanah yang keluar dari pusarnya keluar terus menerus dan berbau tidak enak.
• Pasien mengaku satu minggu sebelum keluar nanah, pasien merasa pusarnya nyeri senut-senut dan terus menerus serta terasa hangat, lima hari kemudian pasien merasa terdapat benjolan yang keras dan nyeri di daerah pusar.
![Page 5: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/5.jpg)
• Kemudian benjolan tersebut dirasa semakin membesar dan akhirnya mengeluarkan nanah yang berbau sampai pasien datang ke poli dan akhirnya pasien mau dirawat inap untuk persiapan operasi.
• Pasien mengaku terkadang pasien membersihkan pusarnya hanya dengan dikorek-korek menggunakan jari.
• Sebelum dan selama keluhan tersebut muncul, pasien tidak merasa badannya panas, sakit kepala, lemas ataupun penurunan nafsu makan.
![Page 6: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/6.jpg)
Riwayat Penyakit Dahulu
• Pasien belum pernah merasakan keluhan seperti ini sebelumnya.
• Riwayat Hipertensi : disangkal• Riwayat Diabetes Melitus : disangkal• Riwayat Asma : disangkal
![Page 7: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/7.jpg)
Riwayat Pengobatan:• Pasien tidak sedang menggunakan obat-
obatan, dan pasien belum pernah mengobati keluhannya dengan obat apapun.
Riwayat Alergi : disangkal
![Page 8: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/8.jpg)
Riwayat Penyakit Keluarga:• Keluarga tidak ada yang mengalami keluhan serupa.• Riwayat Hipertensi : disangkal• Riwayat Diabetes Melitus : disangkal• Riwayat Asma : disangkal
Riwayat Kebiasaan:• Pasien tidak merokok ataupun minum-minuman
beralkohol. Pasien makan 3xsehari dengan lauk pauk seadanya.
![Page 9: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/9.jpg)
OBJEKTIF
• STATUS GENERALIS1. Keadaan umum : Tampak sakit sedang 2. Kesadaran : Compos mentis3. Vital Sign– Tekanan darah : 100/90 mmHg– Nadi : 80 x/menit– Pernafasan : 18 x/ menit– Suhu : 36 ˚C
![Page 10: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/10.jpg)
STATUS INTERNUS• Kepala : mesosephal• Mata– Konjungtiva : anemia -/-, perdarahan -/-– Sklera : ikterus -/-
• Leher : tidak ada pembesaran KGB
![Page 11: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/11.jpg)
• Pulmo– Inspeksi :
simetris– Palpasi : fremitus
vokal kanan = kiri, nyeri tekan (-), gerakan dada simetris, tidak ada napas tertinggal
– Perkusi : sonor– Auskultasi : suara
dasar vesikuler +/+, Rhonki-/- , Wheezing -/-
• Cor:– Inspeksi : Ictus
cordis tak tampak – Palpasi : Ictus
cordis tidak teraba– Perkusi: Batas jantung
tidak melebar– Auskultasi : S1>S2 ,
murmur (-) gallop (-)
![Page 12: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/12.jpg)
• Abdomen– Inspeksi : Datar– Auskultasi : Bising
Usus (+) – Palpasi : Nyeri
tekan (-)– Nyeri ketok CVA -/-– Hepar/Lien tidak teraba – Perkusi: Timpani,
shifting dullness (-)
• Ekstremitas :– Superior : Akral
dingin -/-, pitting oedema -/-, capillary refill <2”
– Inferior : Akral dingin -/-, pitting oedema -/-, capillary refill <2”
![Page 13: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/13.jpg)
ASSESMENT• Diagnosis Kerja : Abses Umbilikus
• PLANNING– Diagnostik• Lab Darah Lengkap, GDS, CT+BT
![Page 14: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/14.jpg)
![Page 15: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/15.jpg)
• Terapi– Infus RL– Ceftriaxone 1 gram– Inj Ketorolac 30%– Pro operasi persetujuan keluarga
konsul anestesi
• Operasi
![Page 16: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/16.jpg)
• Laporan Operasi
![Page 17: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/17.jpg)
Follow up
![Page 18: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/18.jpg)
TINJAUAN PUSTAKA
![Page 19: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/19.jpg)
INFEKSI KULIT DAN JARINGAN LUNAK (SKIN AND SOFT TISSUE INFECTIONS (SSTIS)
• Termasuk infeksi subkutan, fasia, dan otot, mencakup luas dari gambaran klinis, mulai dari selulitis ringan hingga fasitis nekrosis.
• Diagnosis yang tepat penting untuk keberhasilan penatalaksanaan pasien dengan soft tissue infections.
![Page 20: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/20.jpg)
Jenis-jenis SSTIs diurutkan sesuai gambaran klinik dan lokasi anatomik, termasuk sebagai berikut:• Impetigo• Folikulitis• Furunkel• Karbunkel• Erysipelas• Selulitis• Necrotizing fasciitis, disebut juga sebagai hemolytic
streptococcal gangrene, Meleney ulcer, synergistic gangrene, and Fournier gangrene (jika lokasinya didaerah skrotum atau area perianal)
![Page 21: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/21.jpg)
Pathogen yang paling banyak adalah:• Staphylococcus aureus (pathogen paling banyak)• Streptococcus pyogenes• Site-specific infections-organisme asli (basil Gram negative
pada abses perianal)• Immunocompromised hosts and complicated SSTIs -
Multiple organisms or uncommon organisms (eg, Pseudomonas aeruginosa, beta-hemolytic streptococci, Enterococcus)
• Polymicrobial necrotizing fasciitis - Mixed infection with both aerobes (eg, streptococci, staphylococci, or aerobic gram-negative bacilli) and anaerobes (eg, Peptostreptococcus, Bacteroides, or Clostridium)
• Monomicrobial necrotizing fasciitis: S pyogenes
![Page 22: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/22.jpg)
• Klasifikasi SSTIs:– Uncomplicated SSTI• Yang termasuk kedalam uncomplicated SSTIs adalah
selulitis superfisial, folikulitis, furunkelosis, simple abses, dan infeksi luka minor
– Nonnecrotizing complicated SSTI• Melibatkan invasi jaringan yang lebih dalam dan
biasanya memerlukan intervensi bedah yang signifikan.
– Necrotizing fasciitis• Adalah progresif, menyebar dengan cepat, proses
inflamasi infeksi yang terdapat didalam fasia dan berhubungan dengan nekrosis sekunder dari jaringan subkutan
![Page 23: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/23.jpg)
Faktor Predisposisi• Luka epidermis• Kulit kering dan iritasi• Imunokompromais (malnutrisi,
hipoproteinemia, luka bakar, DM, AIDS)• Insufisiensi vena kronik• Insufisiensi limfatik kronik• Neuropati kronik
![Page 24: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/24.jpg)
ABSES
• Abses adalah suatu massa lunak yang biasanya dikelilingi oleh daerah berwarna merah muda sampai merah tua.
• Abses mudah diraba, bagian tengah abses dipenuhi dengan kumpulan pus dan debris.
• Tempat : aksila, sekitar anus dan vagina (abses Bartholini), tulang belakang (abses pilonidal), sekitar gigi (abses periodontal), dan di pangkal paha
• Peradangan disekitar folikel rambut abses furunkel.
![Page 25: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/25.jpg)
![Page 26: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/26.jpg)
• ETIOLOGI– Secara umum, abses disebabkan oleh sumbatan
pada kelenjar minyak (sebasea) atau kelenjar keringat, peradangan folikel rambut, atau luka kecil dan tusukan pada kulit.
– Bakteri yang terdapat dibawah kulit atau didalam kelenjar, menyebabkan inflamasi sebagai respons pertahanan untuk melawan bakteri.
![Page 27: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/27.jpg)
• Faktor Risiko– Terapi steroid kronik– Kemoterapi– Diabetes– Kanker– Sickle cell disease– Leukemia– Peripheral vascular
disorder– Chron’s disease– Colitis ulseratif
– Luka bakar berat– Trauma berat– Pengguna alcohol dan
obat IV– Factor risiko lain
termasuk paparan lingkungan buruk, paparan dari orang lain yang memiliki infeksi kulit, kebersihan yang buruk, dan sirkulasi yang kurang baik.
![Page 28: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/28.jpg)
• GEJALA ABSES– Nyeri– massa yang menekan dan kemerahan, hangat saat
perabaan, dan lunak.– Dalam perkembangannya, pada abses terdapat
“point” dan terdapat puncak yang dapat terlihat materi didalamnya dan dapat rupture spontan.
![Page 29: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/29.jpg)
• PLANNING PREPROSEDURAL– Kontrol sumber drainase pus dan debridemen.– Tujuan dari debridemen adalah untuk membuat
sebuah lingkungan luka baru sehingga memicu mekanisme penyembuhan luka alami dan dengan demikian merangsang proses penyembuhan.
![Page 30: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/30.jpg)
• PEMERIKSAAN LABORATORIUM– Pasien SSTIs tanpa penyulit umumnya tidak
memerlukan pemeriksaan dan perawatan rumah sakit. Namun pasien dengan tanda dan gejala sistemik, seperti takikardi dan hipotensi, diperlukan pemeriksaan sebagai berikut:• Kultur darah dan resistensi obat• Pemeriksaan diff count• Creatinin level• C-reactive protein level
![Page 31: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/31.jpg)
PENATALAKSANAAN
• Indikasi– Setiap abses, betapapun
kecilnya, harus di drainase untuk penyembuhan sempurna. Setiap ulserasi yang ditutupi dengan jaringan mati dan nekrotik harus di debridement untuk merangsang pertumbuhan jaringan granulasi yang sehat dan penyembuhan.
• Kontraindikasi– Tidak ada kontraindikasi
mutlak untuk insisi, drainase dan debridement SSTIs. Jika kondisi fisik pasien menurun, stabilisasi keadaan umum sebagai persiapan sebelum tindakan anestesi.
![Page 32: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/32.jpg)
• Pertimbangan Teknis– Dalam drainase abses, insisi dibuat dibagian yang
paling menonjol, yang terdapat titik nanah. idealnya arah sayatan sesuai dengan arah lipatan kulit.
– Sayatan tebal dibuat sekitar abses dan kedalam kantung abses. Setiap jairngan nekrotik atau tidak sehat diatas abses harus dibersihkan. Debridemen harus dilakukan sampai perdarahan kulit yang sehat terlihat ditepi kulit. Minimalkan kerusakan jaringan yang sehat.
![Page 33: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/33.jpg)
![Page 34: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/34.jpg)
• Evaluasi dan Pengobatan untuk SSTIs purulent (abses kutaneus, furunkel, karbunkel, dan peradangan kista epidermoid)
• Pewarnaan Gram dan kultur nanah dari bisul dan abses direkomendasikan, tetapi pengobatan tanpa prosedur tersebut dapat dilakukan dalam kasus yang khas
• Insisi dan drainase adalah pengobatan yang dianjurkan untuk kista epidermoid yang meradang, bisul, abses, dan furunkel besar, ringan.
![Page 35: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/35.jpg)
–Keputusan untuk memberikan antibiotik ditujukan terhadap S. aureus sebagai tambahan sebelum insisi dan drainase harus dibuat berdasarkan ada atau tidak adanya sindrom respons inflamasi sistemik (SIRS), seperti suhu> 38 ° C atau <36 ° C, takipnea> 24 napas per menit, takikardia> 90 denyut per menit, atau jumlah sel darah putih> 12 000 atau <400 sel / uL (moderat; Gambar 1) (kuat, rendah).
![Page 36: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/36.jpg)
![Page 37: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/37.jpg)
![Page 38: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/38.jpg)
• Penatalaksanaan Untuk Abses Kulit Rekuren– Abses berulang pada tempat infeksi sebelumnya
harus segera dicari penyebab lokal seperti kista pilonidal, hidradenitis suppurativa, atau bahan asing.
– Abses berulang harus di drainase dan di kultur di awal perjalanan infeksi
– Setelah hasil kultur abses berulang, diobati 5 sampai 10 hari antibiotik aktif terhadap patogen terisolasi.
![Page 39: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/39.jpg)
– Pertimbangkan 5 hari rejimen dekolonisasi dua kali sehari dari intranasal mupirocin, cuci dengan klorheksidin setiap hari, dan dekontaminasi barang-barang pribadi seperti handuk, seprai, dan pakaian untuk berulang infeksi aureus S.
– Pasien dewasa harus dievaluasi adanya gangguan neutrofil jika abses berulang dimulai sejak anak usia dini.
![Page 40: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/40.jpg)
• EDUKASI– Informed consent diperlukan dari pasien atau dari
keluarga. Penjelasan alur procedural (suspek diagnosis), risiko, keuntungan, dan prosedur alternative; risiko dan keuntungan dari prosedur alternative; dan risiko serta keuntungan jika tidak menjalankan prosedur.
• PROGNOSIS – Dubia ad bonam
![Page 41: Laporan Kasus.pptx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070417/5695cf021a28ab9b028c3493/html5/thumbnails/41.jpg)