laporan kebakaran hutan-segitiga api
TRANSCRIPT
![Page 1: Laporan Kebakaran Hutan-Segitiga API](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081719/557211b5497959fc0b8f61a2/html5/thumbnails/1.jpg)
Mata kuliah : Perlindungan Hutan
Hari / tanggal : Kamis / 29 September 2011
Kelas : Teknologi Hasil Hutan
SEGITIGA API DAN PERPINDAHAN PANAS
Anggota Kelompok :
Vini Alvionita Sihombing E24100029
Benny Arif Hidayat E24100052
Prisca Christian Permata Sari E24100060
Alfi Naelufar E24100069
Sobandi Wiguna E24100074
Faiza Nur Ilmi E24100097
Rizqi Adha Juniardi E24100103
Dosen Praktikum :
Ati Dwi Nurhayati, S.Hut, M.Si
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
![Page 2: Laporan Kebakaran Hutan-Segitiga API](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081719/557211b5497959fc0b8f61a2/html5/thumbnails/2.jpg)
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Hutan merupakan kawasan yang terdiri dari kumpulan tumbuhan berkayu
terutama pohon yang memiliki manfaat besar bagi kehidupan manusia. Oleh
karena itu, hutan harus dilindungi dari berbagai macam gangguan. Gangguan
tersebut dapat berupa patogen, hama penyakit, dan kebakaran hutan.
Kebakaran hutan merupakan penyebab rusaknya hutan karena adanya
interaksi dari tiga komponen pembentuk api, yaitu sumber panas, oksigen, dan
bahan bakar. Jika ketiga komponen tersebut terlengkapi maka akan timbul api dan
menyebabkan kebakaran terutama di kawasan hutan. Unsur cuaca dan iklim juga
mempengaruhi karena bisa saja ketika puncak musim kemarau pada bulan
Agustus-September membuat pohon menjadi kering dan mudah terbakar.
Unsur cuaca dan iklim yang tidak menentu juga berakibat pada
perpindahan kalor. Akibat cuaca dan iklim pancaran sinar matahari yang di terima
oleh bumi menjadi tidak stabil dan tidak berimbang, oleh karena itu banyak
terjadinya hal-hal yang dapat membuat percikan api muncul.
Uraian diatas menunjukkan betapa pentingnya pemngetahui dan
memahami segitiga api dan perpindahan kalor. Oleh karena itu. dalam laporan
praktikum ini akan dibahas mengenai asal muasal dan akibat dari kebakaran
hutan, yaitu segitiga api dan perpindahan kalor (panas).
I.2 Tujuan Praktikum
1. Membuktikan bahwa untuk terjadinya proses pembakaran harus tersedia
ketiga unsur bahan baku proses pembakaran yaitu bahan bakar, sumber
panas, dan oksigen.
2. Untuk menentukan macam-macam cara pemindahan panas pada suatu
proses pembakaran.
![Page 3: Laporan Kebakaran Hutan-Segitiga API](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081719/557211b5497959fc0b8f61a2/html5/thumbnails/3.jpg)
TINJAUAN PUSTAKA
Api didefinisikan sebagai suatu peristiwa atau reaksi kimia eksotermik
yang disertai timbulnya panas/kalor, cahaya (nyala), asap dan gas dari bahan yang
terbakar. Apabila suatu molekul mengadakan kontak amat dekat dengan molekul
oksidator (yaitu Oksigen), maka pada umumnya akan terjadi reaksi kimia. Apabila
tumbukan antar molekul hanya berenergi rendah, maka reaksi kimia tidak akan
terjadi, tetapi apabila energi cukup besar, maka reaksi akan berlangsung. Karena
reaksi eksotermis, maka banyak panas yang terbentuk. Energi ini memanaskan
bahan dan oksigen yang selanjutnya berekasi dan menimbulkan reaksi kebakaran.
(Raden Hanyokro, 2008)
Kalor adalah energi yang dipindahkan sebagai akibat adanya perbedaan
suhu. Energi berupa kalor selalu berpindah dari benda yang panas (suhunya lebih
tinggi) ke benda yang dingin (suhunya lebih rendah) (Maria, 2005). Kalor dapat
berpindah melalui suatu zat perantara atau tanpa zat perantara. Zat perantara yang
dapat menghantarkan kalor disebut dengan konduktor, sedangkan yang tidak
dapat menghantarkan panas disebut dengan isolator.
Perpindahan panas terjadi berdasarkan tiga mekanisme, yaitu :
1. Konduksi (hantaran)
Proses perpindahan panas jika panas mengalir dari tempat yang suhunya tinggi
ke tempat yang suhunya lebih rendah, tetapi media untuk perpindahan panas tetap.
2. Konveksi
Proses perpindahan panas dimana cairan atau gas yang suhunya tinggi mengalir
ke tempat yang lebih rendah, memberikan panas pada permukaan yang suhunya
lebih rendah.
3. Radiasi
Perpindahan panas yang terjadi karena pancaran/ sinaran/ radiasi gelombang
elektromagnetik. (Luqman, 2004).
![Page 4: Laporan Kebakaran Hutan-Segitiga API](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081719/557211b5497959fc0b8f61a2/html5/thumbnails/4.jpg)
BAHAN DAN METODE
A. Segitiga Api
i. Bahan dan Alat
Lilin
Gelas ukuran 200 ml, 300 ml, 500 ml, dan 1000 ml
Korek api
Alat pengukur waktu
ii. Metode Praktikum
Siapkan alat-alat yang diperlukan seperti gelas dalam berbagai
ukuran.
Nyalakan lilin dengan korek api, tunggu beberapa detik hingga api
sedikit membesar kira-kira api bersumbu 0,5-1 cm.
Tutup lilin dengan gelas. Mulai dari yang
200 ml kemudian hitung berapa detik saat
gelas ditutup hingga lilin padam (ulangi
hal tersebut sebanyak 3 pengulangan).
Sama seperti langkah ketiga, siapkan gelas
300 ml, 500 ml dan 1000 ml lakukan masing-masing 3 ulangan.
Catat hasilnya pengamatan volume gelas dan lamanya lilin menyala.
B. Pemindahan Panas
i. Bahan dan Alat
Lampu teplok
Korek api
Alat pengukur waktu
ii. Metode Praktikum
Nyalakan lampu templok dengan korek api lalu tunggu hingga api
benar-benar baik;
Tutup lampu templok dengan gelas kaca penutup lampu;
Simpan jari di tiga titik (posisi) lampu teplok;
![Page 5: Laporan Kebakaran Hutan-Segitiga API](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081719/557211b5497959fc0b8f61a2/html5/thumbnails/5.jpg)
Titik A (pada ujung bawah gelas kaca lampu), titik A-B (antara
ujung atas dengan ujung bawah gelas kaca lampu) dan yang terakhir
pada titik C (meletakkan telapak tangan di ujung atas lampu);
Tentukan titik yang lebih cepat panas;
Catat waktu yang dibutuhkan setiap titik menjadi panas dan jenis
pemindahannya.
![Page 6: Laporan Kebakaran Hutan-Segitiga API](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081719/557211b5497959fc0b8f61a2/html5/thumbnails/6.jpg)
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Segitiga Api
Tabel 1. Hasil Pengamatan Segitiga Api
Volume Gelas (ml)
Lama Lilin Menyala
(detik) Rata-rata/detik
I II III
200 6,0 5,5 5,3 5,6
300 7,7 7,8 5,9 7,1
50011,
510,8 10,3 10,9
100018,
619,2 19,3 19
200 300 500 10000
5
10
15
20
25
Pengulangan IPengulangan IIPengulangan III
Pembahasan
Proses pembakaran adalah proses kimia-fisika yang merupakan kebalikan
dari reaksi fotosintesis. Semakin besar ukuran gelas menentukan
banyaknya volume oksigen yang ada didalam gelas. Kadar volume oksigen yang
sedikit dapat menyebabkan api padam, sedangkan dengan kadar volume oksigen
yang lebih banyak api dapat bertahan lebih lama. Hal ini membuktikan bahwa
Volume Gelas (ml)
Lama lilin Menyala deti
![Page 7: Laporan Kebakaran Hutan-Segitiga API](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081719/557211b5497959fc0b8f61a2/html5/thumbnails/7.jpg)
keberadaan oksigen dapat mempengaruhi dalam proses pembakaran. Sesuai
dengan syarat-syarat terjadinya nyala api yaitu oksigen, bahan bakar, dan panas.
Jika salah satunya tidak ada maka api akan padam. (Maria,2005)
Pada percobaan yang dilakukan, diperoleh data bahwa semakin besar
volume suatu gelas ukur, maka akan semakin lama lilin menyala. Pada gelas ukur
berukuran 200ml diperoleh lama lilin menyala yaitu 5,6 detik. Pada gelas ukur
berukuran 300ml, diperoleh lama lilin menyala yaitu 7,1 detik. Pada gelas ukur
berukuran 500 ml, diperoleh lama lilin menyala yaitu 10,9 detik. Pada gelas ukur
berukuran 1000ml, diperoleh lama lilin menyala yaitu 19 detik.
Dari data diatas maka dapat diketahui bahwa terbukti bahwa semakin besar
atau semakin luas penampang suatu wadah untuk menampung banyaknya
oksigen, maka diperlukan waktu yang lebih lama untuk memadamkan lilin.
Percobaan tersebut dapat melambangkan gelas ukur sebagai jumlah pasokan
oksigen dan lilin sebagai sumber panas. Dari data diatasjuga dapat disimpulkan
bahwa nyala api tidak akan terjadi jika kurangnya oksigen, dan sumber panas
yang tersedia.
B. Perpindahan Panas
Tabel 2. Hasil Pengamatan Pemindahan Panas pada Lampu Templok
Titik pengamatanJenis pengamatan
panasKeterangan
A (ujung bawah) Konduksi 3'37''42
A-B (antara ujung
atas -ujung bawah)konveksi, konduksi 1'21''
C (ujung atas) Radiasi, konveksi 39''
Pembahasan
Kalor adalah energi yang dipindahkan sebagai akibat adanya perbedaan
suhu. Energi berupa kalor selalu berpindah dari benda yang panas (suhunya lebih
tinggi) ke benda yang dingin (suhunya lebih rendah). Pada percobaan ini,
dilakukan pengamatan pada pemindahan panas dari api menuju lampu templok
dan responnya pada perantara jari tangan (Maria, 2005).
![Page 8: Laporan Kebakaran Hutan-Segitiga API](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081719/557211b5497959fc0b8f61a2/html5/thumbnails/8.jpg)
Diperoleh data bahwa perpindahan panas yang terjadi pada lampu teplok
lebih cepat dirasakan pada titik titik C atau di ujung dengan kurun waktu 39 detik.
Titik kedua sekaligus urutan kedua adalah pada titik A-B yang berada diantara
ujung atas dengan ujung bawah atau di mulut gelas kaca lampu templok, dengan
waktu 1 menit 21 detik, sedangkan titik terakhir berada di ujung bawah atau titik
A dengan waktu 3 menit 37 detik koma 42.
Pada dasarnya bila kita melihat dari segi molekul, hal ini berarti molekul
dari benda panas akan memberikan sebagian energi kinetiknya kepada molekul
benda dingin (jari tangan) ketika kedua benda itu bersentuhan. Akibatnya, energi
kinetik rata-rata molekul benda dingin ketika kedua benda bersentuhan suhunya
turun, sedangkan suhu benda dingin akan naik karena energi kinetik rata-rata
molekulnya bertambah. Kalor akan mengalir antara kedua benda tersabut sampai
suhunya sama. Ketika jari tangan merasa merasa panas, saat itulah proses
pemindahan panas telah berlangsung.
Pada percobaan ini terdapat jenis pemindahan yang berlangsung bersama,
seperti antara konveksi dan radiasi pada titik A-B serta radiasi dan konveksi di
titik C. Pada umumnya tiga jenis mekanisme pemindahan panas konveksi,
konduksi dan radiasi berlangsung bersama-sama, tetapi tergantung pada bendanya
(Luqman, 2004). Pada titik A-B terjadi konveksi dan radiasi, karena dalam hal ini
gelas kaca lampu templok menerima panas dari api, sebagian radiasi panas ini
diabsorsi sehingga suhu gelas lampu templok naik. Sebagian panas radiasi dari api
akan dipantulkan oleh lampu templok, tetapi tidak ada panas radiasi yang
diteruskan. Karena suhu lampu naik, maka akan memancarkan panas ke udara
lebih banyak dari pada sebelumnya. Karena suhu lampu templok lebih panas dari
pada suhu udara yang ada di sekitarnya maka akan terjadi perpindahan panas
secara konveksi.
Sedangkan pada titik C terjadi radiasi dan konveksi, hal ini disebabkan
karena rasa panas dari api mengalir sendiri tanpa menggunakan perantara apapun
sehingga udara di disekitar lampu yanga walnya dingin menjadi terasa lebih panas
sehingga dinamakan radiasi. Konveksi karena adanya hubungan antara api dengan
lampunya temploknya sehingga menjadi panas. Titik C lebih cepat panas
![Page 9: Laporan Kebakaran Hutan-Segitiga API](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081719/557211b5497959fc0b8f61a2/html5/thumbnails/9.jpg)
dibanding titik yang lain, karena titik ini terbuka dan tidak menggunakan
perantara apapun untuk pemindahan panasnya.
![Page 10: Laporan Kebakaran Hutan-Segitiga API](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081719/557211b5497959fc0b8f61a2/html5/thumbnails/10.jpg)
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum didapat disimpulkan bahwa nyala api pada lilin yang
ditutup gelas kaca yang lebih besar memiliki waktu meyala lebih lama
dikarenakan pasokan Oksigen yang lebih banyak. Hubungan jumlah pasokan
oksigen terhadap nyala api ialah berbanding lurus, yaitu semakin banyak kadar
oksigen yang terdapat pada suatu tepat yang bernyala api maka semakin lama
waktu nyala api dan dapat mengakibatkan api semkain besar, tetapi sebaliknya
apabila jumlah kadar oksigen yang terdapat pada suatu areal yang terdapat nyala
api sedikit, maka nyala api yang terjadipun semaki kecil dan lama kelamaan api
akan mati jika pemasokan oksigen dihentikan akan mati.
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa perpindahan kalor terdapat
tiga macam, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi karena dari hasil terlihat bahwa
perpindahan kalor dari api yang berada di sumbu lampu teplok berpindah
sehingga dapat dirasakan panas pada bagian lambung lampu, leher lampu, dan
atas lampu. Hal ini dikarenakan jenis panas yang berpindah dengan cara sesuai
pada hasil pengamatan. Banyaknya cara perpindahan panas mempengaruhi
kecepatan naiknya suhu sehingga ketiga sisi belum tentu memiliki panas yang
sama.
![Page 11: Laporan Kebakaran Hutan-Segitiga API](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081719/557211b5497959fc0b8f61a2/html5/thumbnails/11.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Bochori, Luqman. 2004. Buku Ajar Perpindahan Kalor. Universitas Diponegoro
press. Semarang
Suharsini, Maria.2005. Kimia dan Kecakapan Hidup. Ganeca Exact. Jakarta
Anonim. 2001. Perpindahan Kalor. (terhubung berkala). Htpp;//klik
belajar.com/pelajaran-sekolah/pelajaran-fisika/pelajaran-fisika-
perpindahan perambatan-kalor panas/ [5 Oktober 2011]
Kusumo, Raden Hanyoko. 2008. Evaluasi Sarana Terjadinya Kebakaran Hutan.
Grafindo. Jakarta