laporan kegiatan natal anak uki 2017 proses persiapan ...€¦ · persiapan sejatinya dimulai dari...
TRANSCRIPT
Laporan Kegiatan Natal Anak UKI 2017
Proses persiapan
Persiapan sejatinya dimulai dari pra persiapan yaitu, pengonsepan, pembuatan cerita,dan pembelian.
Kesemua tahap pra persiapan dilakukan dengan minimal 1 kali survey. Hal ini dilakukan agar segala
sesuatu yang berhubungan dengan tahap persiapan dapat terpenuhi dan waktu persiapan tidak
terganggu. Semua taha pra persiapan juga mengalami revisi berkali-kali untuk pemantapan.
Tahap pemolaan
Kebersamaan pada tahapan ini, penuh canda tawa, seluruh angkatan terlibat dalam pembuatan pola.
Selain sangat mudah, pengerjaan dapat dilakukan di dalam ruangan yang cukup sejuk dan nyaman.
Tahap Pengguntingan
Pengguntingan sangat membutuhkan banyak tenaga kerja, sekiranya ada 5 model pola potongan yang
harus dilaksanakan yang rata-rata jumlahnya di atas 20 buah.
Tahap Pewarnaan
Pewarnaan ini, sangat menyita waktu, kurang lebih 3 hari lamanya tahap ini dilaksanakan sampai kering.
Tidak terhitung pakaian yang kotor terkena cat, akan tetapi kehati-hatian menjadi prinsip kami,
sebagaimana gambar di atas, tahap pengecatan menggunakan alas untuk menjaga fasilitas kampus.
Tahap pemasangan
Tahapan ini sangat sulit, dibutuhkan ketepatan dalam pemasangan sesuai dengan konsep dekorasi yang
full color. Dibutuhkan 2 pengawas yang mengarahkan pemasangan tersebut. Sakit yang dirasakan
menjait dekorasi ke kain tersebut. Keluhan rasa sakit sangat dirasakan oleh rekan-rekan tim dekorasi.
Pengorbanan jari kelu dan tertusuk sangat terasa. Persipan ini sungguh dinikmati bagi yang menghayati.
Tahap dekorasi / finishing
Tahap dekorasi ini, kami sangat terbantu dengan bantuan mahasiswa/I angkatan 2017. Khusus angkatan
2015 dan 2014, sampai larut malam bahkan menginap. Dan berlanjut check sound pada keesokan
harinya sebelum pelaksanaan. Kami bersyukur masih ada rekan yang bersedia meluangkan waktu
bahkan sambil mengerjakan tugas-tugas matakuliah yang lain.
Oleh karena hal di atas, Saya ingin merefleksikan natal anak UKI 2017 yang lalu melalui beberapa poin
besar, yaitu :
Waktu penyelenggaraan. Penentuan waktu penyelenggaraan yang ditentukan menjadi beban
tersendiri tak kala setiap individu pelaksannya menanggapi hal tersebut tidak dengan serius.
Ketidakmampuan mahasiswa dalam mengatur waktu dan prioritas kegiatan kampus
menyulitkan saya dalam menentukan waktu persiapan-persiapan yang dibutuhkan. Terlebih lagi
motivasi siswa terhadap natal anak UKI 2017 ini hanya sebatas pengerjaan/tugas dari mata
kuliah saja bukan sebagai pelayanan kepada Tuhan. Hal ini terlihat dari minimnya ide-ide dan
keterlibatan mahasiswa terhadap natal anak UKI.
Komunikasi. Ada kesalahpahaman antara panitia natal anak UKI dengan kami sebagai
pelaksanan liturgi natal anak UKI. Diakhir natal anak saat itu ada dari panitia (perwakilan
kampus) memberikan evaluasi kegiatan. Menurut beliau, “konsep natal anak tidak pas untuk
segala umur dengan panggung boneka”. Padahal hal tersebut asudah dipertimbangkan, namun
bila natal anak dibuat kategorial apakah dukungan penuh dari kampus akan ada. Saya bicara
demikian, karena saya pribadi mengatakan siap bilai itu dibuat berbeda sesuai dengan kategori
usia dengan syarat dapat dukungan penuh dari kampus, yang akhirnya tidak kunjung
mendapatkan kepastian. Kedua, perkataan beliau sangatlah salah, konsep natal anak 2017
sesungguhnya kombinasi drama musikal dengan panggung boneka, karena itulah panita salah
menangkap konsep. Ketiga, karena drama musikal, maka liturgi dilebur menjadi jalan cerita yang
utuh dan mengalir, termasuk khotbah yang adalah puncak dari liturgi. Panitia tidak dapat
menangkap bahwa jalan cerita dibuat berdasarkan pokok khotbah.
Dekorasi. Saya selaku penanggungjawab konsep, sangat menginginkan dekorasi yang hidup dan
penuh warna. Warna itulah yang menjadi simbol liturgi yang ingin saya angkat. Saya percaya
melalui warna efek “wow”/kekaguman anak-anak dapat terwujud. Nkarena melalui unsur warna
dan musik(lagu) kekaguman anak-anak terhadap Allah dapat terbentuk sebagai mana pesan
natal anak 2017.
Pelaksanaan
Tahap 1. Penyambutan
Pada tahap ini, peserta disambut dengan apik dan diberikan name tag, dengan bentuk hati yang
berwarna-warni. Penyambut seharusnya adalah angkatan 2016 dan 2017. Namun praktiknya diubah ke
panitia dan pendamping peserta yang memakai pakaian adat.
Tahap 2 Pendampingan
Pendamping menyambut sedari pintu masuk dan mengarahkan sampai ke posisi duduki. Tentu
pendamping melakukannya dengan kerahaman dan kehangatan seperti ada gambar tersebut.
Tahap 3 Pembukaan
Sambuatan ini dilakukan masih dalam rangkaian penyambutan peserta.
Tahap 5
Lokasi panggung utama sebagai moderator/MC/Liturgos. Ibadah natal anak 2017 kali ini sangat
melibatkan peran orang tua, misalnya doa, penyalaan lili. Orang tua yang diberikan tugas juga diberikan
boneka sebagai bagian dari konsep.
Konsep kali ini dibagi 2 area. Area di pendamping dalam dan luar. Walau area pendamping luar, selain
mendampingi peserta mereka juga ikut dalam memainkan peran drama musikan tersebut. Sebagai tetap
menggunakan boneka sebagian yang lain menjadi baian dari peserta yang memiliki peranan tertentu.
Sebenarnya diharapkan peserta mengikuti peran dari pendamping. Karena pendamping anak menjadi
contoh yang harus diikuti. Namun karena waktu yang minim, penjelasan peran tersebut tak
tersampaikan.
Kami tidak menyedikan waktu khusus kepada peserta yang ingin memberikan persembahan namun
demikian persembahan tersebut dimasukkan dalam tata ibadah/liturgi. Hal ini jarang terjadi dan sejauh
pengamatan saya adaalah hal yang pertama di natal anak UKI yang selama ini saya ikuti. Karena konsep
kali ini liturginya mengalir, seakan-akan peserta merasakan rangkaian ibadah sedari awal pendaftaran
sampai keluar kembali.
Prosesi Penyalaan Lilin
Keterlibatan total peserta dan orang tua sangat terlihat pada prosesi penyalaan lilin. Hal ini dilakukan
karena konsep natal dipusatkan pada peserta. Hal ini sangat bagus, namun secara teknis perlu
diperbaiki.
Penutup
Dari pertanyaan yang dilontarkan sebelum penutup, saya mendapati bahwa ada peserta yang
menangkap makna natal anak UKI 2017. Hal ini sangat mengharukan karena sangat sulit menyampaikan
pesaan tersirat melalui konsep drama musikal panggung boneka yang menurut hemat saya natal kali ini
sangat kontemporer.
Pengantar
Sebagai mana prosesi penerimaan, penghantaran pulang juga diberikan pendampingan dan arahan
sampai keluar. Di pintu luar sekaligus pemberian cinderamata dan konsumsi seperti dokumentasi di
bawah ini.
Salam dan Sambutan Akhir
Sampai peserta terakhir, mahasiswa/I mata kuliah liturgika tetap semangat menyalami dan
menyanyikan lagu-lagu semangat sebagai salam perpisahan. Sebagai penutup Natal Anak UKI 2017.mp4
Dengan demikian, saya memberikan refleksi pada pelaksanaan sebagai mana apa yang telah terlaksana,
sebagai berikut :
1. Delivery pesan natal. Terlepas dari kekurangan di sana sini, saya menilai natal anak 2017 sukses
besar. Karena saat ditanya mengenai makna/apa yang didapat ada satu anak yang menjawab
sesuai dengan harapan dari saya selaku konseptor. Anak tersebut dapat memahami makna natal
anak 2017 melalui drama musikal dengan panggung boneka serta khotbah yang melebur dalam
cerita. Hal ini yang saya sebut liturgi kontemporer / liturgi yang kekinian. Saya sangat puas,
ditengah-tengah sulitnya menyamakan waktu pesiapan bahkan gladibersih yang nyaris tidak
ada. Karena kepercayaan saya terhadap rekan-rekan 2014 dan 2015 saya yakin mereka
memberikan yang terbaik. Disaat itu
2. Kekompakan. Sebagaimana biasanya mahasiswa/I PAK terutama 2014 dan 2015 sangat kompak
bila hari H pelaksanaan. 2015 sehabis kelas langsung bergegas menuju ruang seminar. Dan
langsung mau mengikuti arahan dan berinisiatif dalam menghadapi tantangan yang terjadi.
Namun demikian saya melihat masih ada yang tidak puas atas pembagian peran padahal
pembagian peran itu sudah disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang bersangkutan. Selain itu
adik-adik 2017 juga berperan aktif. Sangat disayangkan mereka kurang membaur sampai akhir.
Untuk 2016 kami sangat sulit menjangkau, satu dan lain hal, kami dan mereka tidak ada rasa
saling memiliki oleh karena itu kami sulit memberikan pengalaman yang kami alami kepada
mereka. Akhirnya kami (2014 dan 2015), menurut pandangan pribadi adalah angkatan yang
paling kompak dan menyatu selama berporses di PAK UKI melalui berbagai kegiatan bersama.
Dari kegiatan bersama itu lah kami merasakan komunitas Kristen sesungguhnya.
3. Keterlibatan. Selama saya melihat natal anak di UKI baru natal anak 2017 inilah, melibatkan
langsung orang tua siswa dan anak-anaknya. Walau demikian sesungguhnya bila dioptimalkan
lebih lagi.