laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Ditulis Oleh:
Dosen Pariwisata USU
Samerdanta Sinulingga, S.ST.Par, M. Par.
Jl. Sembada XI Terusan No. 6 Medan
https://www.facebook.com/sdanta
PROGRAM STUDI
D3-PARIWISATA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebijakan nasional tentang otonomi daerah yang dikukuhkan sejak tahun 1999 telah
membuat kedudukan desa menjadi penting. Dalam pengembangan ke depan, desa tidak lagi
ditentukan semata‐mata oleh kota dan kecamatan. Justru penduduk desa diharapkan menjadi
subyek utama pembangunan (Cemporaningsih). Pengembangan desa wisata ini didukung
pula oleh pemerintah pusat. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
sektoral yang diluncurkan salah satunya adalah PNPM Mandiri Pariwisata yang memiliki visi
meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat terutama masyarakat miskin
melalui pengembangan desa wisata.
Menyikapi dan menimbang mengenai hal-hal tersebut juga sebagai pendukung
kegiatan Survei Daya Tarik Wisata Desa Doulu Kabupaten Karo sebagai Desa Wisata, maka
digunakanlah beberapa peraturan nasional, yang menjelaskan bahwa:
1 UU No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, Bab I Pasal 1 ayat 3 tetang definisi
pariwisata (berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan
yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah); Pasal
2 dimana penyelenggaraan kepariwisataaan harus berdasarkan asas (manfaat,
kemandirian, kelestarian, partisipatif dll), dan Pasal 4 yang menerangkan bahwa
Kepariwisataan bertujuan untuk: meningkatkan pertumbuhan ekonomi; meningkatkan
kesejahteraan rakyat; menghapus kemiskinan; mengatasi pengangguran; melestarikan
alam, lingkungan, dan sumber daya; memajukan kebudayaan; mengangkat citra bangsa;
memupuk rasa cinta tanah air; memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan
mempererat persahabatan antarbangsa.
2 Batang Tubuh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 Tentang
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2025, Pasal 29 ayat
3 (b, c, d): yang menjelaskan mengenai usaha peningkatan potensi dan kapasitas sumber
daya lokal dengan mengembangkan potensi sumber daya lokal melalui desa wisata yang
diikuti dengan program peningkatan kualitas produk industri kecil dan menengah sebagai
komponen pendukung produk wisata di Destinasi Pariwisata dan program kemampuan
berusaha pelaku usaha pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah yang
dikembangkan masyarakat lokal.
3 Kebijakan pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif tahun 2012, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 – 2014 yang tertuang pada
Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012 –
2014, yang menjelaskan mengenai usaha pemerintah untuk meningkatkan jumlah desa
wisata melalui PNMPN bidang pariwista
4 Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang Kebijakan
Pembangunan Kebudayaan Dan Pariwisata pada Instruksi yang KEENAM (huruf c, d) ,
menjelaskan tentang: mendorong pengembangan destinasi pariwisata unggulan dan
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kelestarian peninggalan budaya dan potensi
wisata.
5 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2009 Tentang Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan pada Bab I, Pasal 1, Nomor 1 dan 2, yang menjelaskan
tentang (1) Penanggulangan Kemiskinan adalah kebijakan dan program pemerintah dan
pemerintah daerah yang dilakukan secara sistematis, terencana, dan bersinergi dengan
dunia usaha dan masyarakat untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dalam rangka
meningkatkan derajat kesejahteraan rakyat. (2) Program penanggulangan kemiskinan
adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, serta
masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,
pemberdayaan masyarakat, serta pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil.
6 Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar
Budaya:
“Tidak semua warisan budaya ketika ditemukan masih berfungsi dalam kehidupan masyarakat pendukungnya (living society). Oleh karena itu, diperlukan pengaturan yang jelas mengenai pemanfaatan Cagar Budaya yang sifatnya sebagai monumen mati (dead monument) dan yang sifatnya sebagai monumen hidup (living monument). Dalam rangka menjaga Cagar Budaya dari ancaman pembangunan fisik, baik di wilayah perkotaan, pedesaan, maupun yang berada di lingkungan air, diperlukan kebijakan yang tegas dari Pemerintah untuk menjamin eksistensinya”
Untuk mendukung cita-cita pemerintah berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut,
maka dibuatlah kegiatan Survei Awal yang mendeteksi dan mengidentifikasi Potensi Wisata
di Desa Doulu Kabupaten Karo sebagai Bakal Calon Desa Wisata di bawah naungan
konsentrasi D3 Pariwisata Universitas Sumatera Utara.
1.2 Permasalahan
Bertitik tolak dari latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya,
maka rumusan masalah yang dapat dikaji dalam penelitian ini adalah
1. Apa saja potensi alam dan budaya yang terkandung di Desa Doulu?
2. Bagaimana permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan Desa Doulu sebagai
Desa Wisata?
1.3 Pelaksanaan Pengabdian
Pelaksaanaan Pengabdian dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Persiapan pengkajian dalam bentuk penelusuran bahan-bahan pustaka menyangkut
Pengembangan dan pengelolaan desa wisata.
2. Persiapan rencana perjalanan wisata yang langsung dikelola oleh mahasiswa D3
pariwisata konsentrasi usaha perjalanan wisata
3. Mengkomunikasi kegiatan survei awal ini kepada perangkat desa dan masyarakat
Desa Doulu, disertai dengan pembangunan “relasi dan kepercayaan” antara pihak
desa dan pihak akademisi
4. Mengindentifikasi potensi wisata Desa Doulu melalui 6 sistem dasar yang harus
dimiliki oleh suatu daya tarik wisata yang dipakai oleh World Tourism Organization,
dikombinasikan dengan Peraturan Kebudayaan Dan Pariwisata Nomor:
PM.37/UM.001/MKP/07 Tentang Kriteria Dan Penetapan Destinasi Pariwisata
Unggulan.
5. Mengidentifikasi masalah-masalah sosial (internal maupun eksternal) yang mungkin
akan menghambat pembangunan desa wisata kedepannya.
Pelaksanaan penelitian dalam bentuk pengumpulan data: Jenis data yang dikumpulkan
sebagian besar merupakan data kualitatif antara lain:
Potensi wisata alam dan budaya Desa Doulu
Mitra yang mendampingi pengembangan Desa Doulu
Data-data yang terkait dengan gambaran umum Desa Doulu
Permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam aktivitas pengembangan
pariwisata
Persepsi perangkat desa dan masyarakat lokal terhadap kunjungan D3 pariwisata
USU
Pengolahan atau analisis data dilakukan dengan metode deskriptif-kualitatif; Penyusunan
draft laporan termasuk menciptakan potret atau gambaran ‘potensi wisata alam dan budaya
Desa Doulu’; Perumusan rekomendasi berupa solusi atas potret atau gambaran yang
dihasilkan oleh pengkajian ini.
1.4 Metodologi
Untuk mencapai tujuan, pengumpulan data dalam penelitian ini akan dilaksanakan
dengan (1) studi pustaka, (2) observasi lapangan, (3) wawancara, (4) diskusi.
1.5 Pelaksana Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan oleh Program Studi D3 Pariwisata FIB USU Khususnya
Bidang Keahlian Usaha Wisata
1.6 Lokasi Dan Waktu
1.6.1 Lokasi
Lokasi survei dilakukan di Desa Doulu (Kecamatan Berastagi) Kabupaten
Karo, Provinsi Sumatera Utara.
1.6.2 Waktu
Survei ini dilakukan pada tanggal 17 Juni 2013 dan dimulai pada jam 08.00
sampai selesai.
BAB II
GAMBARAN UMUM DESA DOULU
2.1 Letak Geografis
Desa Doulu merupakan satu diantara 9 desa yang ada di Kecamatan Berastagi
Kabupaten Karo yang terletaknya pada 1000 meter diatas permukaan laut dengan curah hujan
sebesar 2000 mm/Tahun, menyebabkan udara di Desa Doulu agak dingin, dan terasa sangat
dingin pada malam dan juga pagi hari dengan suasana yang lembab dan berembun, dengan
temperatur diantara 160 – 200 C. Jarak tempuh menuju Ibu Kota Kecamatan kurang lebih 25
menit atau 11 km, dan dari Ibu Kota Kabupaten kurang lebih 23 km, juga dari Ibu Kota
Provinsi kurang lebih 74 km. Adapun letak dari pemukiman utama penduduk berada ditengah
ladang dan perbukitan dan pada pinggir jalan raya. Desa Doulu dapat ditempuh melalui jalur
Berastagi – Medan atau sebaliknya.
Desa Doulu mempunyai luas wilayah kurang lebih 3,50 km2 dengan rasio terhadap
total luas kecamatan adalah 11,48%. Adapun batas-batas administrasi wilayah Desa Doulu
dengan wilayah desa lain disekitarnya yaitu:
Sebelah utara : Desa Deleng Macik
Sebelah Selatan : Desa Deleng Singkut
Sebelah Barat : Desa Semputen Angin
Sebelah Timur : Desa Semangat Gunung
Keadaan Desa Doulu yang berbukit-bukit dan berada pada daratan tinggi terletak di
dekat potensi sumber daya yang unik, terkenal dan familiar di mata wisatawan dan hanya ada
satu-satunya di Berastagi yaitu tempat pemandian Air Panas (Lau Debuk-Debuk) yang dikunjungi
hingga lebih dari 1500 orang per minggunya. Adapun keterangan keseluruhan luas desa dalam
penggunaan tanah dijelaskan sebagai berikut:
Pemukiman : 5 Ha
Tegalan / Lahan Kering : 90 Ha
Kebun Campuran : 20 Ha
Sawah : 80 Ha
Hutan Lebat : -
Belukar : 100 Ha
Perkuburan, dll : 5 Ha
2.2 Sejarah Desa Doulu
Dari profil Desa Doulu terdapat cerita turun temurun yang dipercaya masyarakat
setempat sebagai sejarah kelahiran desa tersebut. Hal ini didukung oleh cerita-cerita dari
tokoh-tokoh adat desa dan saksi-saksi yang ada di Desa Doulu. Walaupun kebenaran akan
kisah tersebut terus berubah dan berbeda pada masing-masing orang yang berada di Desa
Doulu, tetapi terdapat juga banyak kesamaan.
Awal terbentuknya Desa Doulu terjadi pada pertengahan tahun 1901, yang dikisahkan
adalah seseorang bermargakan Purba yang datang dari sebuah desa dengan keinginan untuk
bertualang dan mencari hidup baru yang lebih baik dan menyenangkan di suatu tempat.
Keinginannya tersebut mendorong dia melakukan perjalanan ketempat yang jauh. Dari
perjalannya tersebut dia sampai pada sebuah tempat yang indah dan menawan, yang terletak
dibawah kaki Gunung Sibayak dan berada ditengah-tengah perbukitan yang rimbun.
Setelah merasa cukup dan nyaman dalam melakukan perjalannya dia berteduh dan
melakukan aktivitas seperti biasanya di daerah tersebut. Kandungan tanah yang subur,
membuatnya berpikir untuk mulai membuka lahan dan membuat ladang. Setelah beberapa
lama daerah tersebut kemudian berkembang dan bertumbuh dari keturunan Bermarga Purba
menjadi sebuah desa.
Desa tersebut pun terus mengalami pertumbuhan penduduk, baik dari keturunan
Bermarga Purba dan warga-warga pendatang lainnya. Kemudian suatu ketika orang-orang
desa berbicara dan saling mengobrol kepada yang lain pada suasana yang santai dan akrab,
hingga ada dari seseorang yang bertanya kepada Marga Purba tersebut “oh iya, sampai saat
ini, tempat kita belum mempunyai nama! Apa baiknya kita sebut nama tempat kita ini?”
tanya seseorang kepada Marga Purba tersebut, jawab Marga Purba tersebut kepada
sahabatnya itu “ini adalah tempat kita dahulu”.
Dalam wawancara yang dilakukan peneliti terhadap informan, tidak jelas mengenai
apa makna yang terselubung dari “ini adalah tempat kita dahulu”. Sehingga dalam beberapa
kali wawancara dengan maksud yang sama namun berbeda terhadap beberapa orang,
pengertian makna tersebut dimungkinkan adalah “ini adalah tempat kita dahulu hingga
sekarang” dan makna lainnya adalah “ini adalah tempat yang mulai dahulu saya impikan,
yang dahulu saya rindukan, ini adalah tempat yang dahulu di citakan”, dari pernyataan marga
purba tersebut terciptalah nama “Desa Dahulu”, namun seiringnya waktu, nama itu pun
berubah menjadi sebuah desa yang bernama Desa Doulu hingga sekarang.
2.3 Keadaan Demografi
Adapun data monografi yang tercantum pada data Desa Doulu, adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan monografi Desa Doulu tahun 2008, memiliki jumlah penduduk sebesar
2088 jiwa / orang dengan jumlah rumah tangga sebanyak 591 Kepala Keluarga yang
terdiri dari 987 orang laki-laki atau 47,27% dari total keseluruhan penduduk dan 1101
orang perempuan atau 52,72% dari total keseluruhan penduduk Desa Doulu, dengan
kepadatan penduduk sebesar 596,57 jiwa / km2. Dengan perubahan kependudukan Desa
dibandingkan dengan pada tahun 2007 sebesar 2011 jiwa dan pada tahun 2008
meningkat menjadi 2088 jiwa, atau meningkat 77 jiwa (3,6% pertumbuhan pertahun)
yang keseluruhan kewarganegaraannya adalah WNI (Warga Negara Indonesia).
Jumlah penduduk menurut agama yang dianut adalah sebagai berikut: Islam (Muslim)
sebesar 817 jiwa, Katolik sebesar 286 jiwa dan Kristen sebesar 985 jiwa.
2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Dilihat dari kondisi alam,sebagian besar penduduk Desa Doulu mempunyai mata
pencaharian seputar kegiatan tani dengan keterangan sebagai berikut:
Tabel 1.1Komposisi Penduduk Desa DouluBerdasarkan Mata Pencaharian
No Jenis Mata PencaharianJumlah (orang)
Persentase(%)
1 Pertanian 1098 91,272 Industri 64 5,563 PNS / ABRI 13 1,084 Lainnya 28 2,32
Jumlah 1203 100Sumber: Data Statistik Desa Doulu Tahun 2008
Dari Tabel 1.1 menjelaskan bahwa mata pencaharian penduduk desa doulu
sebagian besar adalah bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 1098 orang atau
sebesar 91,27%, Industri atau wiraswasta sebanyak 64 orang atau 5,56%,
Pegawai Negeri Sipil dan ABRI sebanyak 13 orang atau 1,08%, dan di bidang
lainnya sebanyak 28 orang atau 2,32%.
3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Jumlah sekolah yang dirinci menurut keadaan Desa Doulu adalah 2 (dua)
sekolah Dasar (SD) Negeri, dengan keterangan pendidikan dapat dilihat pada
tabel 1.2:
Tabel 1.2Keterangan Kependudukan Desa Doulu
Berdasarkan Pendidikan Pada Tahun 2008
No Keterangan Penjelasan
1 Yang Mengikuti Sekolah Dasar pada tahun 2008
230 orang
2Jumlah Penduduk Usia 7 - 12 Tahun
yang Sekolah dan Tidak Sekolah Menurut Desa/ Kelurahan Tahun 2008
Yang bersekolah sebesar 229 orang dan yang tidak bersekolah sebanyak 5 orang, sehingga totalnya adalah 234 orang
3Jumlah Penduduk Usia 13 - 18 Tahun
yang Sekolah dan Tidak Sekolah Menurut Desa/ Kelurahan Tahun 2008
Yang bersekolah sebesar 46 orang dan yang tidak bersekolah 28 orang, sehingga totalnya adalah 74 orang
4 Jumlah Guru SD, SMP, SMU Dirinci Menurut Desa Doulu untuk Tahun 2008
Guru SD : 14 orangGuru SMP : - OrangGuru SMU : - orang
Sumber : Data Statistik Pemerintahan Daerah Kabupaten Karo
Dari tabel 1.2 dapat dilihat mengenai keterangan kependudukan Desa Doulu
berdasarkan pendidikan, dengan keseluruhan murid yang bersekolah di desa Doulu
seluruhnya sedang menjalani sekolah dasar sebanyak 230 orang. Pengelompokan tingkat
pendidikan bukan berdasarkan pendidikan tetapi berdasarkan umur dan pekerjaannya yang
berada pada sektor pendidikan. Adapun jumlah penduduk yang berusia antara 7 – 12 tahun
yang bersekolah sebanyak 229 orang dan yang tidak bersekolah sebanyak 5 orang. Dan
jumlah penduduk usia 13 – 18 tahun yang bersekolah sebanyak 46 orang dan yang tidak
bersekolah sebanyak 28 orang. Dengan keterangan jumlah guru SD yang ada di Desa Doulu
sebanyak 14 orang.
2.4 Tata Guna Lahan
Luas wilayah Desa Doulu adalah 3,50 km2 atau sebesar 350 Hektar. Dari luas tersebut,
sebagian besar penggunaan lahan adalah untuk pertanian dan perkebunan. Secara terperinci
penggunaan lahan di Desa Doulu dapat dilihat pada tabel 1.3
Tabel 1.3Keterangan Kependudukan Desa Doulu
Berdasarkan Tata Guna Pada Tahun 2008
No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)1 Tanah Sawah 177 50,572 Tanah Kering 25 7,143 Bangunan / Pekarangan 16 4,574 Lainnya 132 37,71
Jumlah 350 100Sumber : Data Statistik Pemerintahan Kabupaten Karo
2.5 Tingkat Aksesibilitas
Tingkat aksesibilitas yang dimaksudkan disini adalah tingkat kemudahan untuk
mencapai objek agrowisata di Desa Doulu. Tingkat aksesibilitas yang diharapkan adalah
adanya kemudahan apabila wisatawan ingin berkunjung ke objek agrowisata yang berkaitan
dengan tersedianya sarana transportasi yang akan mempengaruhi minat dan motivasi
wisatawan untuk berkunjung ke desa tersebut. Makin mudah aksesibilitas yang dimiliki maka
makin besar pula kemungkinan wisatawan tersebut untuk berkunjung. Tingkat Aksesibilitas
tersebut diukur dari:
1. Jenis alat transportasi.
Desa Doulu dapat dengan mudah dicapai dari kota berastagi dengan jenis kendaraan
pribadi maupun sewa baik roda dua maupun roda empat. Wisatawan yang ingin
berkunjung ke Desa Doulu bisa menggunakan beberapa jenis kendaraan umum
dengan jurusan Berastagi – Doulu, dengan ongkos jasa kurang lebih Rp 4000 per-
orang (harga dapat berubah apabila terjadi ketidakstabilan harga bahan bakar dan
keadaan jalan) yang trayeknya lebih dari tiga kali sehari untuk setiap trayek pulang
pergi.
2. Prasarana Jalan
Jalan yang ke Desa Doulu merupakan jalan yang sangat layak pakai dengan kapasitas
ideal yaitu 2 mobil keluarga.
3. Keberadaan dengan objek wisata lainnya
Desa Doulu mempunyai letak yang sangat strategis dengan adanya objek wisata alam
Lau Debuk-Debuk yang sangat berkembang pesat. Pendapatan terdapat dalam kisaran
Rp 5000.000 (Lima Juta Rupiah) disaat Low Season perminggunya, dan diatas Rp
10.000.000 (Sepuluh Juta Rupiah) perminggunya dengan rata-rata kunjungan diatas
1500 orang perminggu. Disisi lain Desa Doulu terletak di tengah-tengah perbukitan
yang alami, dan terletak di kaki gunung Gunung Sibayak. Gunung Sibayak banyak
dikunjungi oleh pendaki dari berbagai daerah di Indonesia. Untuk menikmati berbagai
Daya Tarik wisata tersebut, banyak masyarakat luar yang mau menghamburkan
uangnya untuk menikmati itu semua. Dan untuk mencapai Daya Tarik tersebut
wisatawan harus melewati lokasi Desa Doulu, karena itu Desa Doulu disadari
memiliki letak yang sangat strategis dalam hal potensi wisatawan dibandingkan
beberapa desa yang berada di Kecamatan Berastagi.
BAB III
HASIL DAN ANALISIS
3.1 Potensi Wisata Alam Dan Budaya Yang Terkandung Di Desa Doulu
Menurut data Pemerintah Kabupaten Karo terdapat beberapa bentuk wisata yang ada
di Kabupaten Karo seperti wisata alam, Agrowisata, wisata kuliner, wisata belanja, wisata
budaya, wisata peninggalan sejarah, wisata minat khusus. Dari berbagai bentuk wisata yang
telah ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Karo tersebut, hanya ada satu jenis wisata yang
tidak ada di Desa Doulu yaitu wisata belanja/shopping, dan satu jenis lagi memerlukan
penelitian lebih lanjut yaitu wisata minat khusus (Lintas Alam, Mountenering, Gantole,
Arung Jeram dll).
Apabila beranjak dari definisi UU No 10 tahun 2009: Daya Tarik Wisata adalah
segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman
kekayaan (1) alam, (2) budaya, dan (3) hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau
tujuan kunjungan wisatawan, maka dapat disimpulkan bahwa Desa Doulu memiliki potensi
wisata dan kesesuai dengan permintaan pasar wisata = sangat besar (alasannya: karena ketiga
komponen ketentuan daya tarik wisata telah dimiliki oleh Desa Doulu). Adapun
penjabarannya dijelaskan sebagai berikut:
3.1.1 Daya Tarik Wisata Alam Desa Doulu
Beranjak dari pengertian wisata menurut UU No 10 tahun 2009: Wisata adalah
kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan
mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari
keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara; maka kegiatan
perjalanan di klasifikasikan berdasarkan sumber daya alam yang ada disana. Adapun sumber
daya alam yang ada di Desa Doulu adalah sebagai berikut:
1. Air sungai yang bersih (karena dekat dengan mata air)
2. Pemandangan alam perbukitan yang masih hijau (dikarenakan dekat dengan
kawasan konservasi hutan/TAHURA)
3. Pemandangan Alam Gunung Sibayak (Gunung Aktif, sering digunakan untuk
misi pendakian)
4. Pemandian Air Panas yang bernama Lau si debuk-debuk (Bersama dengan mata
airnya, air panas ini memiliki kadar belerang yang rendah sehingga warna air
panas tersebut menyerupai air laut yang bening dan bersih)
5. Air Terjun Sikulikap
6. Sumber Air You Make Me Up
7. Pemandangan di tepi jurang (Penatapen Doulu)
Berdasarkan sumber daya alam tersebut maka jenis-jenis wisata alam yang dapat
dilangsungkan di daerah ini, adalah sebagai berikut: tracking, nature sightseeing, swimming
(mandi di dekat/jalur mata air yang dingin maupun yang panas), relaxing di penatapen,
camping, zona start atau zona istirahat sebelum atau sesudah melakukan pendakian ke
Gunung Sibayak, fishing (memancing lele di sungai), bicycle (bersepeda) dan Scientific
Purpose (keperluan penelitian mengenai alam).
3.1.2 Daya Tarik Wisata Budaya Desa Doulu
Desa Doulu memiliki sumber daya budaya yang sangat bagus. Dari ketujuh jenis
wisata yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk Kabupaten Karo, sekitar 5 jenis wisata
yang masuk dalam klasifikasinya, seperti: Agrowisata, wisata kuliner, wisata budaya, wisata
peninggalan sejarah dan wisata minat khusus. Adapun sumber daya budaya yang terdapat di
Desa Doulu, adalah sebagai berikut:
1. Rumah masyarakat yang masih bernuansa tradisional (Semi Tradisional)
2. Situs dan penyembahan berhala (aktivitasnya masih berlangsung)
3. Aktivitas pertanian (menanam dan memelihara ikan di kolam)
4. Dan bentuk wisata budaya secara umum lainnya seperti: Pakaian Adat, Pesta
rakyat di Hari Kemerdekaan, Tari Ndurung, Ndikar Dance, Tari Baka, Tari
Tongkat, Erpangir Ku Lau, Upacara Perumah Begu, Erdemu Bayu, Ngampaken
Tulan-Tulan, Pesta Tahunan, Pertektekan, dll. Wisata Kuliner: Cimpa, tasak
telu, tapei, dll.
Berdasarkan sumber daya budaya tersebut maka jenis-jenis wisata budaya yang dapat
dilangsungkan di daerah ini, adalah sebagai berikut: tracking keliling desa (melihat rumah
tradisonal dan melihat kehidupan masyarakat Desa Doulu, agrowisata (memetik sendiri,
menanam sendiri, berkomunikasi dengan petani, menabur benih ikan mas dan nila di kolam
buatan, atau menangkap ikan yang sudah layak panen), Culture Sightseeing
(menonton/melihat-lihat kegiatan ritual budaya (animisme), melihat-lihat tempat
penyembahan berhala dan melihat situs-situs budaya), wisata kuliner tradisional (memasak
dan memakan makanan tradisional batak karo yang sudah dimodifikasi untuk kebutuhan
wisatawan namun tetap memperlihatkan makanan asli / originalnya), living with the society
(mengikuti kegiatan dan aktivitas masyarakat sehari-hari), Scientific Purpose (keperluan
penelitian mengenai budaya, namun dengan syarat bahwa setiap peninggalan tidak boleh
dibawa oleh peneliti dengan alasan apapun, seperti yang biasa dilakukan) dan lain-lain.
3.1.3 General Tourism Resources Inventory (GTRI)
“Inventories: Survey and analyse the region’s ecology, history, culture, economy, resources, land use, and tenure; inventory and evaluate existing and potential ecotourist attractions, activities, accommodation, facilities, and transportation; construct or consolidate development policies and plans, especially tourism master plans” (Fennel 2008: 138)
General Tourism Resources Inventory (GTRI) adalah suatu alat survey untuk menilai
kelayakan destinasi wisata. Alat ini diciptakan oleh Fennel dan dimodifikasi untuk uji
kelayakan destinasi wisata secara sederhana.
Resource KeteranganNatural Attractions
Mata Air Biasa Kualitas Sangat Baik, Belum Mendapat Perhatian Mata Air Panas Kualitas Sangat Baik, Sudah Mendapat Perhatian,
Perawatan kurangKolam Renang Air Panas Kualitas Sangat Baik, Sudah Mendapat Perhatian,
Perawatan kurangSungai Kualitas Sangat Baik, Belum Mendapat Perhatian,
kondisi kurang terawat (sampah)Hutan Kualitas Sangat Baik, Belum Mendapat Perhatian
Tebing/Jurang Kualitas Sangat Baik, sudah Mendapat Perhatian, perlu analisa keamanan ber-usaha
Gunung Kualitas Sangat Baik, Belum Mendapat PerhatianAir Terjun Kualitas Sangat Baik, Sudah Mendapat Perhatian,
Kondisi Kurang terawat (sampah)Angin Kualitas Sangat Baik, Belum Mendapat Perhatian
Burung Kualitas - , Belum Mendapat Perhatian, kondisi perlu diteliti lebih lanjut
Perbukitan Kualitas Baik, sudah Mendapat Perhatian, kondisi mulai memprihatinkan (pembukaan lahan)
Temperatur Kualitas Sangat Baik, Sudah Mendapat PerhatianBentuk Alam Desa Kualitas Sangat Baik, Belum Mendapat Perhatian
Fauna (Monyet) Kualitas Sangat Baik, Sudah Mendapat Perhatian, kondisi perlu diteliti lebih lanjut
Flora (kantung semar) Kualitas Sangat Baik, Belum Mendapat PerhatianCultural Attractions
Rumah Tradisional Kualitas cukup, Belum Mendapat Perhatian, kondisi kurang terawat
Situs Berhala Kualitas cukup, Belum Mendapat Perhatian, kondisi
kurang terawatSitus Budaya Kualitas cukup, Belum Mendapat Perhatian, kondisi
kurang terawatKuburan Tradisonal Kualitas cukup, Belum Mendapat Perhatian, kondisi
tidak terawatBertani Kualitas cukup (menggunakan pestisida kimia), sudah
Mendapat PerhatianKolam Ikan Kualitas baik, Belum Mendapat Perhatian
Festival Budaya (Kerja Tahun) Kualitas sangat baik, Belum Mendapat PerhatianTarian Tradisional Kualitas - , Belum Mendapat Perhatian
Upacara Tradisional Kualitas sangat baik, Belum Mendapat PerhatianKuliner Kualitas sangat baik, Belum Mendapat Perhatian
Bahasa Daerah Kualitas - , Belum Mendapat PerhatianAlat Musik Kualitas - , Belum Mendapat Perhatian
Lagu Daerah Kualitas baik, Belum Mendapat PerhatianObat Tradisional Kualitas - , Belum Mendapat Perhatian
Sistem Sosial Masyarakat Karo Kualitas Menurun, Belum Mendapat PerhatianPermainan Tradisonal Kualitas Menurun, Belum Mendapat Perhatian
Irigasi Kualitas baik, Belum Mendapat PerhatianHospitality Facility And Services
Penginapan Kualitas - , Belum Mendapat PerhatianRestoran Kualitas sangat baik , Sudah Mendapat Perhatian
Kantor Polisi Kualitas sangat baikPuskesmas Kualitas sangat baik , Sudah Mendapat Perhatian
Warung Jajanan Kualitas sangat baik Retribusi Bermasalah
Kedai Kopi Kualitas CukupTransportation Facility And Services
Angkot Kualitas baik, Sudah Mendapat PerhatianBus Jalur lintas bus
Akses Jalan 80% (menuju desa doulu) sangat bagus, 20% (di desa doulu) sangat kurang bagus
Gerobak Sapi Dapat DibuatLahan Parkir Kualitas baik, Sudah Mendapat Perhatian
Ojek AdaTruk Sayur Dapat dipakai sebagai angkutan publik
Basic Community InfrastructureAkses Jalan Kaki Baik
Ketersediaan Air Bersih Sangat baikKamar Mandi Cukup
Jaringan Telekomunikasi Cukup Papan Nama Desa Cukup
Tourist Information Desa Tidak adaKetersediaan Listrik AdaTempat Peribadatan Ada
Travel ArrangementPackage Tour Tidak ada
Meeting Spot With Tourist Ada, kondisi kurang baikPromotion And Tourist Information Centre
Brosur AdaWebsite Ada
PartnerDinas Pariwisata Bermasalah
Biro Perjalanan Wisata Tidak adaHotel Tidak ada
PT. Aqua AdaPT. Pertamina (Energy Geothermal) -
Kesiapan Dan Keterlibatan Masyarakat Lokal CukupAdded Value
Kedekatan Dengan Wisata Strategis Lainnya Sangat baikCitra Sangat baik
Posisi Sangat baikUSAID Pernah
Kerjasama Dengan Lembaga Pendidikan Belum ada
Aktivitas Wisatawan Baik dan dapat ditambahPNPM Pernah
Organisasi MasyarakatPKK Kurang Berfungsi
Lembaga Agama Sangat BerfungsiLembaga Petani Sangat Kurang Berfungsi
3.1.4 Peraturan Kebudayaan Dan Pariwisata Nomor: Pm.37/Um.001/Mkp/07 Tentang Kriteria Dan Penetapan Destinasi Pariwisata Unggulan
Beranjak dari pertimbangan dalam rangka mendorong akselerasi pengembangan
destinasi pariwisata di suatu daerah menjadi destinasi pariwisata unggulan dan menetapkan
suatu daerah menjadi destinasi pariwisata unggulan secara bertahap, sesuai dengan potensi
dan atau kapasitas dari masing-masing daerah. Maka dibentuklah Kriteria Dan Penetapan
Destinasi Pariwisata Unggulan yang memuat ketentuan bahwa: destinasi pariwisata unggulan,
sekurang-kurangnya harus memiliki: Ketersediaan sumber daya dan daya tarik wisata;
fasilitas pariwisata dan fasilitas umum; Aksesibilitas; Kesiapan dan Keterlibatan masyarakat;
Potensi pasar; dan Posisi strategis pariwisata dalam pembangunan daerah. Berdasarkan
ketentuan tersebut dan penjelasan yang telah dituliskan pada lembar sebelumnya, maka
disimpulkan bahwa:
1. Desa Doulu memiliki Ketersediaan sumber daya dan daya tarik wisata yang
sangat lengkap (dibawah pertimbangan UU No 10 tahun 2009 mengenai Daya
Tarik Wisata)
2. Desa Doulu memiliki Fasilitas Pariwisata Dan Fasilitas Umum walaupun
keberadannya perlu mendapat perhatian yang lebih kedepannya.
3. Desa Doulu memiliki Aksesibilitas yang baik: Jalan Beraspal dan terdapat moda
transportasi ke Desa Doulu
4. Kesiapan dan Keterlibatan Masyarakat Desa Doulu dalam pariwisata yang cukup
bagus. Hal ini dikarenakan masyarakat Desa Doulu telah memiliki pengalaman
dengan aktivitas pariwisata sebelumnya.
5. Desa Doulu memiliki Potensi Pasar yang sangat besar yaitu lebih dari 2000
pengunjung per minggu-nya dengan spot pasar terbesar berlokasi di Penatapen
dan Air Panas Doulu. Potensi Pasar Wisata yang juga sangat besar karena
merupakan jalur lintas transportasi umum ke Kabupaten Karo, juga jalur lintas
transportasi wisata yang bertujuan ke Desa Semangat Gunung. Perlu diketahui
bahwa Desa Semangat Gunung dikunjungi lebih dari 7000 wisatawan per
minggunya, dan untuk mengunjungi Desa Semangat Gunung, wisatawan pastinya
harus melewati Desa Doulu. Dari 2 titik tersebut (jalur transportasi utama dan
jalur transportasi wisata) Desa Doulu dapat disebut sebagai zona tangkapan yang
sangat ideal.
6. Desa Doulu juga memiliki posisi strategis pariwisata dalam pembangunan daerah
sesuai dengan visi dan misi Pemerintah Kabupaten Karo, namun dalam tataran
aplikatif, konten ini sangat lemah keberadaannya.
Berdasarkan pelbagai indikator diatas dapat diketahui bahwa Desa Doulu memiliki
keseluruhan kriteria sebagai destinasi pariwisata unggulan.
3.2 Permasalahan Yang Dihadapi Dalam Mengembangkan Desa Doulu Sebagai
Desa Wisata
Sistem kerjasama stakeholder merupakan permasalahan pengembangan desa wisata
pada umumnya. Dengan kata lain, pengaruh keberhasilan pengembangan daya tarik wisata
dan destinasi pariwisata terletak pada komitmen seluruh sumber daya manusia yang ada di
dalam nya. Stakeholder sering diartikan pemangku kepentingan atau pihak-pihak yang terkait
dengan suatu issu atau suatu rencana. Dalam pengembangan destinasi wisata terdapat
beberapa stakeholder seperti: masyarakat, pemerintah, industri pariwisata, kaum akademis,
asosiasi pariwisata dan media. Adapun permasalahan-permasalahan yang dihadapi untuk
pengembangan Desa Doulu menjadi desa wisata, yaitu:
3.2.1 Masyarakat Desa Doulu
Masyarakat Desa Doulu dan atau lembaga yang ada di dalamnya (perangkat desa dan
seluruh komponenenya) memiliki peranan sangat vital dalam pengembangan desa wisata.
Dalam permasalahan ini, posisi masyarakat Desa Doulu adalah sebagai stakeholder utama.
Stakeholder utama merupakan stakeholder yang memiliki kaitan kepentingan secara langsung
dengan suatu kebijakan, program, dan proyek. Mereka harus ditempatkan sebagai penentu
utama dalam proses pengambilan keputusan. Berikut permasalahan yang terjadi di
masyarakat Desa Doulu yang dapat menghambat program pembentukan desa wisata:
1. Kurangnya rasa saling memiliki potensi yang ada: contohnya sebagian besar
masyarakat desa membuang sampah ke arah DAS (daerah aliran sungai), masyarakat
desa tidak mau lahannya dipakai untuk kepentingan umum/pariwisata (mereka
menuntut adanya ganti rugi)
2. Stigma negatif terhadap pendatang dan perubahan: ternyata banyak pihak pendatang
(seperti LSM, mahasiswa, akademisi, calon bupati, dll) yang berjanji akan membawa
perubahan-perubahan positif untuk masyarakat Desa Doulu, namun janji itu hanya
tinggal sekedar janji, yang membuat masyarakat Desa Doulu bosan dan jenuh kepada
pendatang yang pastinya akan selalu berjanji dan berbicara tentang perubahan positif;
dan hal ini terbukti pada saat kunjungan survei tersebut bahwa ternyata ada masyarakat
yang sepertinya enggan menerima kehadiran kami di daerah tersebut.
3. Wawasan yang lemah terhadap pengembangan pariwisata: banyak masyarakat Desa
Doulu yang kurang paham mengenai dampak positif pariwisata untuk peningkatan
ekonomi, sosial, pelestarian alam dan budaya demi kesejahteraan masyarakat.
Wawasan yang lemah tersebut terletak pada sifat keramahatamahan dan pelayanan.
Motivasi kepentingan ekonomi dan pribadi yang kuat tanpa adanya rasa kebersamaan
antar masyarakat desa semakin membuktikan eksistensi point ketiga ini, karena ukuran
keberhasilan pariwisata adalah tingkat kedatangan dan pemasukan ekonomi dari
kunjungan wisatawan ke daerah yang dikunjungi.
4. Politik lokal yang bersifat negatif dan cenderung memecah belah. Indikasi ini di dapati
dari banyaknya organisasi desa yang berjalan kurang maksimal di desa tersebut, sebut
saja contohnya lembaga pertanian desa dan organisasi ibu-ibu PKK. Terlihat
terdapatnya blok-blok tertentu dalam masyarakat karena adanya suatu kepentingan yang
kuat. Hal ini juga sangat dirasakan pada saat kunjungan D3 Pariwisata ke Desa Doulu
dimana ternyata banyak masyarakat desa yang enggan menyambut kedatangan kami
(hasil di dapati dari prilaku masyarakat pada saat kedatangan kami dan berdasarkan
hasil wawancara dengan Kepala Desa Doulu). Hanya perangkat desa (kepala desa dan
beberapa rekannya) yang antusias dalam penyambutan tersebut.
3.2.2 Pemerintah Kabupaten Karo (Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif)
Pemerintah Kabupaten Karo melalui Dinas Pariwisata memegang peranan penting
dalam percepatan kesejahteraan masyarakat melalui Desa Wisata. Kedudukan Pemkab dalam
situasi ini adalah sebagai stakeholder kunci. Dimana stakeholder kunci merupakan
stakeholder yang memiliki kewenangan secara legal dalam hal pengambilan keputusan.
Stakeholder kunci yang dimaksud adalah unsur eksekutif sesuai levelnya, legisltif, dan
instansi. Misalnya, stekholder kunci untuk suatu keputusan untuk suatu proyek level daerah
kabupaten. Adapun permasalahan pengelolaan Pemkab berdasarkan wawancara dengan
masyarakat Desa Doulu adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah tidak perduli mengenai apapun yang terjadi di masyarakat Desa Doulu;
hal ini terbukti dimana saat ini terdapat masalah yang berkaitan dengan retribusi
wisata. Permasalahan ini sempat membuat situasi kemanan daerah wisata sangat
terganggu dan di-indikasikan dapat menimbulkan keos.
2. Membuat peraturan berdasarkan project dan keuntungan pribadi bukan kepada fungsi
atau kegiatan yang kebermanfaatannya dapat di rasakan berbagai pihak.
3. Intervensi politik dalam kegiatan wisata sangat tinggi. Banyak project pengembangan
pariwisata hanya diketahui oleh pemerintah saja tanpa adanya sosialisasi yang intensif
ke masyarakat (sosialisasi intensif dapat berupa penetapan fungsi dan kinerja
masyarakat melalui pemberian Job Description). Dampaknya:
a. Perawatan fasilitas tidak terawat karena memang minim kunjungan wisata di
daerah tersebut
b. Masyarakat cenderung merusak fasilitas karena masyarakat tidak diberitahu
fasilitas itu untuk apa dan untuk siapa (inisiatif masyarakat yang lemah
ditambah dengan rasa memiliki yang lemah, hasilnya adalah pengrusakan)
c. Pengutipan retribusi objek wisata sering berakhir dengan ketidakjelasan dan
cenderung tidak menyentuh masyarakat lokal tersebut.
Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa pembangunan prasarana dan sarana pariwisata
yang seharusnya menjadi domain pemerintah tidak berfungsi dengan baik. Hal ini terlihat
dari kondisi kamar mandi yang tidak layak (yang dilingkari) dan kondisi jalan yang tidak
baik.
3.2.3 Lembaga Swadaya Masyarakat (NGO)
Lembaga Swadaya Masyarakat atau LSM memegang peranan penting baik sebagai pengawas
kinerja pemerintah maupun sebagai partner pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat.
Posisi LSM adalah sebagai stakeholder pendukung. Stakeholder pendukung (sekunder)
adalah stakeholder yang tidak memiliki kaitan kepentingan secara langsung terhadap suatu
kebijakan, program, dan proyek, tetapi memiliki kepedulian (consern) dan keprihatinan
sehingga mereka turut bersuara dan berpengaruh terhadap sikap masyarakat dan keputusan
legal pemerintah. Ada beberapa LSM yang pernah masuk ke Desa Doulu, satu diantaranya
adalah USAID. Foundation Amerika ini (USAID) memang sangat terkenal di dunia karena
tindakannya yang nyata dalam memberdayakan masyarakat, namun menurut masyarakat
setempat ada banyak LSM yang menawarkan kesejahteraan untuk Desa Doulu tetapi
tindakannnya sampai saat ini tidak terealisasi.
3.2.4 Industri Pariwisata (Tour Operator)
Industri pariwisata dan asosiasinya adalah sebagai stakeholder pendukung, namun peranan
stakeholder ini memiliki pengaruh yang lebih besar dari stakeholder pendukung lainnya.
Dampak yang diberikan oleh stakeholder ini memiliki dampak yang jelas dalam hal
kepariwisataannya. Kelemahan stakeholder ini, pertama adalah industri pariwisata lebih
memetingkan bisnis dan keuntungan pribadi dari pada kelestarian lingkungan, budaya dan
manfaat kepada masyarakat lokal secara langsung, kedua: industri pariwisata maupun
asosiasinya (secara umum) cenderung pasif dalam mengembangkan destinasi wisata, yaitu
hanya menunggu kreatifitas pemerintah dan secara umum hanya membuat paket wisata pada
lintas yang seadanya (tidak mau bermain resiko, tentunya untuk menghindari keluhan
kostumernya/wisatawan yang mungkin saja akan berdampak sangat negatif pada
perusahaannya). Untuk masalah kepasifan industri pariwisata dan asosiasinya masih perlu
penelitian lebih lanjut.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Simpulan
Survei ini beranjak dari sebuah mimpi membangun desa wisata sebagai desa binaan
yang dikelola langsung oleh Program studi D3 Pariwisata USU. Diharapkan eksistensi desa
binaan ini kedepannya dapat menjadi lokasi studi mahasiswa Diploma, yang dituntut untuk
berfokus pada bidang keterampilan dan prakteknya. Lokasi bakal calon desa binaan ini
terletak di Desa Doulu Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.
Beranjak dari mimpi membangun Desa Doulu menjadi desa wisata binaan D3
Pariwisata USU maka dilakukanlah kegiatan survei ini. Adapun simpulan dari kegiatan survei
ini:
1. Beranjak dari definisi UU No 10 tahun 2009, yang menjelaskan bahwa Daya Tarik
Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan (1) alam, (2) budaya, dan (3) hasil buatan manusia yang
menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan, maka dapat disimpulkan bahwa Desa
Doulu memiliki potensi wisata yang sanat besar dan kesesuai dengan permintaan pasar
wisata yang sangat besar pula. Pertimbangan ini diambil karena ketiga komponen
ketentuan daya tarik wisata telah dimiliki oleh Desa Doulu, seperti:
a. Potensi Alam: Air sungai yang bersih (karena dekat dengan mata air), Pemandangan
alam perbukitan yang masih hijau (dikarenakan dekat dengan kawasan konservasi
hutan/TAHURA), Pemandangan Alam Gunung Sibayak (Gunung Aktif, sering
digunakan untuk misi pendakian, Pemandian Air Panas yang bernama Lau si debuk-
debuk (Bersama dengan mata airnya, air panas ini memiliki kadar belerang yang
rendah sehingga warna air panas tersebut menyerupai air laut yang bening dan
bersih), Air Terjun Sikulikap, Sumber Air You Make Me Up, Pemandangan di tepi
jurang (Penatapen Doulu). Berdasarkan sumber daya alam tersebut maka jenis-jenis
wisata alam yang dapat dilangsungkan di daerah ini, adalah sebagai berikut: tracking,
nature sightseeing, swimming (mandi di dekat/jalur mata air yang dingin maupun
yang panas), relaxing di penatapen, camping, zona start atau zona istirahat sebelum
atau sesudah melakukan pendakian ke Gunung Sibayak, fishing (memancing lele di
sungai), bicycle (bersepeda) dan Scientific Purpose (keperluan penelitian mengenai
alam).
b. Potensi budaya dan hasil buatan manusia: Rumah masyarakat yang masih bernuansa
tradisional (Semi Tradisional), Situs dan penyembahan berhala (aktivitasnya masih
berlangsung), Aktivitas pertanian (menanam dan memelihara ikan di kolam), dan
bentuk wisata budaya secara umum lainnya seperti: Pakaian Adat, Pesta rakyat di
Hari Kemerdekaan, Tari Ndurung, Ndikar Dance, Tari Baka, Tari Tongkat, Erpangir
Ku Lau, Upacara Perumah Begu, Erdemu Bayu, Ngampaken Tulan-Tulan, Pesta
Tahunan, Pertektekan, dll. Wisata Kuliner: Cimpa, tasak telu, tapei, dll. Berdasarkan
sumber daya budaya tersebut maka jenis-jenis wisata budaya yang dapat
dilangsungkan di daerah ini, adalah sebagai berikut: tracking keliling desa (melihat
rumah tradisonal dan melihat kehidupan masyarakat Desa Doulu, agrowisata
(memetik sendiri, menanam sendiri, berkomunikasi dengan petani, menabur benih
ikan mas dan nila di kolam buatan, atau menangkap ikan yang sudah layak panen),
Culture Sightseeing (menonton/melihat-lihat kegiatan ritual budaya (animisme),
melihat-lihat tempat penyembahan berhala dan melihat situs-situs budaya), wisata
kuliner tradisional (memasak dan memakan makanan tradisional batak karo yang
sudah dimodifikasi untuk kebutuhan wisatawan namun tetap memperlihatkan
makanan asli / originalnya), living with the society (mengikuti kegiatan dan aktivitas
masyarakat sehari-hari), Scientific Purpose (keperluan penelitian mengenai budaya,
namun dengan syarat bahwa setiap peninggalan tidak boleh dibawa oleh peneliti
dengan alasan apapun, seperti yang biasa dilakukan) dan lain-lain.
2. Permasalahan yang dihadapi dalam mengembangkan Desa Doulu sebagai desa wisata,
terletak pada stakeholder-nya, seperti:
a. Masyarakat Desa Doulu
Berikut permasalahan yang terjadi di masyarakat Desa Doulu yang dapat menghambat
program pembentukan desa wisata: Kurangnya rasa saling memiliki potensi yang ada,
stigma negatif terhadap pendatang dan perubahan, wawasan yang lemah terhadap
pengembangan pariwisata.
b. Pemerintah Kabupaten Karo melalui Dinas Pariwisata
Pemerintah Kabupaten Karo melalui Dinas Pariwisata memegang peranan penting
dalam percepatan kesejahteraan masyarakat melalui Desa Wisata. Adapun
permasalahan pengelolaan Pemkab berdasarkan wawancara dengan masyarakat Desa
Doulu adalah sebagai berikut: Pemerintah tidak perduli mengenai apapun yang terjadi
di masyarakat Desa Doulu, membuat peraturan berdasarkan project dan keuntungan
pribadi bukan kepada fungsi atau kegiatan yang kebermanfaatannya dapat di rasakan
berbagai pihak, intervensi politik dalam kegiatan wisata sangat tinggi, pengutipan
retribusi objek wisata sering berakhir dengan ketidakjelasan dan cenderung tidak
menyentuh masyarakat lokal tersebut
c. Lembaga Swadaya Masyarakat (NGO)
Banyak LSM yang menawarkan kesejahteraan untuk Desa Doulu tetapi tindakannnya
sampai saat ini tidak terealisasi
d. Industri Pariwisata (Tour Operator)
Kelemahan stakeholder ini, pertama adalah industri pariwisata lebih memetingkan
bisnis dan keuntungan pribadi dari pada kelestarian lingkungan, budaya dan manfaat
kepada masyarakat lokal secara langsung, kedua: industri pariwisata maupun
asosiasinya (secara umum) cenderung pasif dalam mengembangkan destinasi wisata
3.2 Rekomendasi
Berdasarkan analisis dan temuan di lapangan, maka direkomendasikan, hal sebagai berikut:
1. Potensi yang ada di desa doulu harus dapat diberdayakan untuk kemajuan semua
pihak
2. Instintusi pendidikan seperti USU sudah selayaknya mengambil peran dalam
pemberdayaan desa sebagai bagian dari proses otonomi daerah
3. Sudah selayaknya provinsi sumatera utara memiliki desa-desa binaan atau desa-desa
wisata (wisata pedesaan)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang
Kebijakan Pembangunan Kebudayaan Dan Pariwisata. Presiden Republik Indonesia.
Indonesia.
Anonim. 2009. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2009 Tentang
Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan. Presiden Republik Indonesia. Indonesia.
Anonim. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan
Anonim. 2011. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 Tentang
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2025.
Indonesia.
Anonim. 2012. Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Tahun 2012. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Indonesia.
Anonim. Pengembangan Desa Wisata Melalui Program PNPM Mandiri Tahun 2011. Yang
Diunduh di http://kppo.bappenas.go.id/files/Kebijakan%20PNPM%20Bidang
%20Pariwisata.pdf pada tanggal 26 Juni 2013. Badan Perencanaan dan
Pembangunan Nasional
Cemporaningsih, Esti. Pelatihan Pengelolaan Desa Wisata Berbasis Masyarakat. Yang
diunduh di http://Puspar.Ugm.Ac.Id/_Upload/Pelatihan_Desa_Wisata_2012.Pdf.
Pada Tanggal 26 Juni 2013. Pusat Pariwisata Universitas Gadjah Mada
Fennell, David. 2008. Ecotourism, Third Edition. Routledge. New York.
Sinulingga, Samerdanta. 2010. Mewujudkan strategi pemberdayaan masyarakat petani
melalui agrowisata di desa doulu kecamatan berastagi kabupaten karo (skripsi).
Fakultas Pariwisata. Universitas Udayana. Bali