laporan kelompok community visit base dkk (2)

14
 1 BAB I PENDAHULUAN Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberkulosis. Penularan penyakit ini melalui perantaraan ludah atau dahak penderita yang mengandung basil tuberkulosis paru. Pada waktu penderita batuk butir-butir air ludah beterbangan diudara dan terhisap oleh orang yang sehat dan masuk kedalam parunya yang kemudian menyebabkan penyakit tuberkulosis paru. ( Drh. Hiswani, M.Kes : 2002) Penyakit tuberkulosis menjadi masalah kesehatan di dunia dan di Indonesia. WHO menyatakan bahwa tuberkulos is saat ini telah menjadi ancaman g lobal, dan diperkirakan 1,9 m ilyar manusia atau sepertiga penduduk dunia terinfeksi tuberkulosis. Penderita tuberkulosis di Indonesia pada tahun 1995 berjumlah 460.190, angka ini relatif tinggi jika dibandingkan dengan negara lain dan menduduki peringkat kedua penyebab kematian di Indonesia setelah kardiovaskuler. Data terbaru yang dikeluarkan WHO di bulan Agustus 1999 menyebutkan bahwa prevalensi BTA (+) di Indonesia sebesar 715.000 dengan insiden 262.000 dan kematian akibat tuberkulosis 140.000 per tahun. ( Sarwo Handayani : 2002 ) Di Sumatera Utara saat ini diperkiraka ada sekitar 1279 penderita denga BTA positif. Dari hasil evaluasi kegiatan Program Pemberantasan Tuberkulosa paru, kota Medan tahun 1999/2000 ditemukan 359 orang penderita dengan insiden penderita tuberkulosis paru 0,18 per 1000 jumlah penduduk. Dengan catatan dari balai pengobatan penyakit paru-paru (BP4), di Medan dijumpai 545 kasus tuberkulosis paru setiap tahun. ( Drh. Hiswani, M.Kes : 2002 ) Penyakit tuberkulosis paru merupakan masalah kesehatan masyarakat terutama di negara- negara sedang berkembang termasuk Indonesia sebagai salah satu negara yang prevalensinya cukup tinggi. Di Propinsi DI Aceh jumlah tersangka TB paru (1995-1998) sebanyak 41.612 orang, dimana 2.444 orang (5,9%) dinyatakan BTA positif, 2.300 orang telah diobati dan 1.547 orang (67,3%) dinyatakan sembuh. Di Kabupaten Aceh Besar jumlah tersangka TB paru 5.576 orang, 385 orang (6,9%) dinyatakan BTA positif, dan 379 orang penderita telah diobati, dimana 264 orang (69,6%) dinyatakan sembuh. Salah satu upaya dalam pengobatan TB Paru dilakukan dengan pendekatan Strategi Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS). Namun prevalensi TB pain juga tetap masih tinggi. Keberhasilan pengobatan dan penyembuhan penyakit berhubungan dengan kepatuhan penderita minum obat selama 2 bulan fase awal dan 4 bulan fase lanjutan sehingga memberikan dukungan dalam keberhasilan. ( Marzuki : 2000 )

Upload: maulidita-rizki-putri

Post on 10-Jul-2015

24 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2)

5/10/2018 Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kelompok-community-visit-base-dkk-2 1/14

 

1

BAB I

PENDAHULUAN

Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk batang (basil)

yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberkulosis. Penularan penyakit ini melalui perantaraan

ludah atau dahak penderita yang mengandung basil tuberkulosis paru. Pada waktu penderita batuk 

butir-butir air ludah beterbangan diudara dan terhisap oleh orang yang sehat dan masuk kedalam

parunya yang kemudian menyebabkan penyakit tuberkulosis paru. ( Drh. Hiswani, M.Kes : 2002)

Penyakit tuberkulosis menjadi masalah kesehatan di dunia dan di Indonesia. WHO

menyatakan bahwa tuberkulosis saat ini telah menjadi ancaman global, dan diperkirakan 1,9 milyar

manusia atau sepertiga penduduk dunia terinfeksi tuberkulosis. Penderita tuberkulosis di Indonesia

pada tahun 1995 berjumlah 460.190, angka ini relatif tinggi jika dibandingkan dengan negara lain

dan menduduki peringkat kedua penyebab kematian di Indonesia setelah kardiovaskuler. Data terbaru

yang dikeluarkan WHO di bulan Agustus 1999 menyebutkan bahwa prevalensi BTA (+) di Indonesia

sebesar 715.000 dengan insiden 262.000 dan kematian akibat tuberkulosis 140.000 per tahun. ( Sarwo

Handayani : 2002 )

Di Sumatera Utara saat ini diperkiraka ada sekitar 1279 penderita denga BTA positif. Dari

hasil evaluasi kegiatan Program Pemberantasan Tuberkulosa paru, kota Medan tahun 1999/2000

ditemukan 359 orang penderita dengan insiden penderita tuberkulosis paru 0,18 per 1000 jumlah

penduduk. Dengan catatan dari balai pengobatan penyakit paru-paru (BP4), di Medan dijumpai 545

kasus tuberkulosis paru setiap tahun. ( Drh. Hiswani, M.Kes : 2002 )

Penyakit tuberkulosis paru merupakan masalah kesehatan masyarakat terutama di negara-

negara sedang berkembang termasuk Indonesia sebagai salah satu negara yang prevalensinya cukup

tinggi. Di Propinsi DI Aceh jumlah tersangka TB paru (1995-1998) sebanyak 41.612 orang, dimana

2.444 orang (5,9%) dinyatakan BTA positif, 2.300 orang telah diobati dan 1.547 orang (67,3%)

dinyatakan sembuh. Di Kabupaten Aceh Besar jumlah tersangka TB paru 5.576 orang, 385 orang

(6,9%) dinyatakan BTA positif, dan 379 orang penderita telah diobati, dimana 264 orang (69,6%)

dinyatakan sembuh. Salah satu upaya dalam pengobatan TB Paru dilakukan dengan pendekatan

Strategi Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS). Namun prevalensi TB pain juga tetap

masih tinggi. Keberhasilan pengobatan dan penyembuhan penyakit berhubungan dengan kepatuhan

penderita minum obat selama 2 bulan fase awal dan 4 bulan fase lanjutan sehingga memberikan

dukungan dalam keberhasilan. ( Marzuki : 2000 )

Page 2: Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2)

5/10/2018 Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kelompok-community-visit-base-dkk-2 2/14

 

2

Tabel 1 Angka Prevalensi, Insidensi dan Kematian, Indonesia, 1990 dan 2009  

Sumber: Global Report TB, WHO, 2009 (data tahun 2007) http://tbindonesia.or.id/pdf/Data_tb_1_2010.pdf  

ETIOLOGI TUBERKULOSIS

Penyakit tuberkulosis adalah penyakit menular yang menyerang paru-paru, penyakit ini

disebabkan oleh Mycobacterium Tuberkulosis. Miko bakteria adalah bakteri aerob, berbentuk batang,

yang tidak membentuk spora. Walaupun tidak mudah diwarnai, jika telah diwarnai bakteri ini tahan

terhadap peluntur warna (dekolarisasi) asam atau alkohol, oleh karena itu dinamakan bakteri tahan

asam atau basil tahan asam. Apabila seseorang sudah terpapar dengan bakteri penyebab tuberkulosis

akan berakibat buruk seperti menurunkan daya kerja atau produktivitas kerja, menularkan kepada

orang lain terutama pada keluarga yang bertempat tinggal serumah, dan dapat menyebabkan

kematian. Pada penyakit tuberkulosis jaringan pang paling sering diserang adalah paru-paru (95,9 %).

Cara penularan melalui ludah atau dahak penderita yang mengandung basil tuberkulosis paru. Pada

waktu batuk butir-butir air ludah beterbangan diudara dan terhisap oleh orang yang sehat dan masuk 

kedalam parunya yang kemudian menyebabkan penyakit tuberkulosis paru (TB Paru). ( Drh. Hiswani,

M.Kes : 2002 )

Genus Mycobacterium merupakan kelompok bakteri gram positip, berbentuk batang, berukuran lebih

kecil dibandingkan bakteri lainnya. Genus ini mempunyai karakteristik unik karena dinding selnya

kaya akan lipid dan lapisan tebal peptidoglikan yang mengandung arabinogalaktan, lipoarabinomanan

dan asam mikolat. Asam mikolat tidak biasa dijumpai pada bakteri dan hanya dijumpai pada dinding

sel Mycobacterium dan Corynebacterium. Mycobacterium tuberculosis dibedakan dari sebagian besar

bakteri dan mikobakteri lainnya karena bersifat patogen dan dapat berkembang biak dalam sel fagosit

hewan dan manusia. Pertumbuhan  M. tuberculosis relatif lambat dibandingkan mycobakteri lainnya.

Page 3: Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2)

5/10/2018 Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kelompok-community-visit-base-dkk-2 3/14

 

3

 Mycobacterium tuberculosis tidak menghasilkan endotoksin maupun eksotoksin. Bagian selubung  M.

tuberculosis mempunyai sifat pertahanan khusus terhadap proses miko-bakterisidal sel hospes.

Dinding sel yang kaya lipid akan melindungi mikobakteri dari proses fagolisosom, hal ini dapat

menerangkan mengapa mikobakteri dapat hidup pada makrofag normal yang tidak teraktivasi. Selain

bersifat patogen  M. tuberculosis dapat berfungsi sebagai ajuvan yaitu komponen bakteri yang dapat

meningkatkan respon imun sel T dan sel B apabila dicampur dengan antigen terlarut. Ajuvan yang

banyak digunakan dalam laboratorium adalah Freund's ajuvan yang terdiri dari M. tuberculosis yang

telah dimatikan dan disupensikan dalam minyak kemudian diemulsikan dengan antigen terlarut. (

Sarwo Handayani : 2002 )

Untuk terpapar penyakit TBC pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : status

sosial ekonomi, status gizi, umur, jenis kelamin, dan faktor toksis untuk lebih jelasnya dapat kita

 jelaskan seperti uraian dibawah ini :

1. Faktor Sosial Ekonomi

Disini sangat erat dengan keadaan rumah, kepadatan hunian, lingkungan perumahan, lingkungan dan

sanitasi tempat bekerja yang buruk dapat memudahkan penularan TBC. Pendapatan keluarga sangat

erat juga dengan penularan TBC, karena pendapatan yang kecil membuat orang tidak dapat hidup

layak dengan memenuhi syarat-syarat kesehatan.

2. Status GiziKeadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi dan lain-lain, akan

mempengaruhi daya tahan tubuh sesoeranga sehingga rentan terhadap penyakit termasuk TB-Paru.

Keadaan ini merupakan faktor penting yang berpengaruh dinegara miskin, baik pada orang dewasa

maupun anak-anak.

3. Umur

Penyakit TB-Paru paling sering ditemukan pada usia muda atau usaia produktif (15  –  50) tahun.

Dewasa ini dengan terjaidnya transisi demografi menyebabkan usia harapan hidup lansia menjadi

lebih tinggi. Pada usia lanjut lebih dari 55 tahun sistem imunologis seseorang menurun, sehingga

sangat rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk penyakit TB-Paru.

4. Jenis Kelamin

Penyakit TB-Paru cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan.

Menurut WHO, sedikitnya dalam periode setahun ada sekitar 1 juta perempuan yang meninggal

akibat TB-Paru, dapat disimpulkan bahwa pada kaum perempuan lebih banyak terjadi kematian yang

disebabkan oleh TB-Paru dibandingkan dengan akibat proses kehamilan dan persalinan. Pada jenis

kelamin laki-laki penyakit ini lebih tinggi karena merokok tembakau dan minum alkohol sehingga

Page 4: Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2)

5/10/2018 Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kelompok-community-visit-base-dkk-2 4/14

 

4

dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh, sehingga lebih mudah terpapar dengan agent penyebab

TB-Paru.

5. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap pengetahuan seseorang diantaranya

mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan pengetahuan penyakit TB Paru, sehingga

dengan pengetahuan yang cukup maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup

bersih dan sehat.

6. Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus dihadapi setiap individu. Bila pekerja

bekerja di lingkungan yang berdebu paparan partikel debu di daerah terpapar akan mempengaruhi

terjadinya gangguan pada saluran pernafasan. Paparan kronis udara yang tercemar dapat

meningkatkan morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit saluran pernafasan dan umumnya TB

Paru. Jenis pekerjaan seseorang juga mempengaruhi terhadap pendapatan keluarga yang akan

mempunyai dampak terhadap pola hidup sehari-hari diantara konsumsi makanan, pemeliharaan

kesehatan selain itu juga akan mempengaruhi terhadap kepemilikan rumah (kontruksi rumah). Kepala

keluarga yang mempunyai pendapatan dibawah UMR akan mengkonsumsi makanan dengan kadar

gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan bagi setiap anggota keluarga sehingga mempunyai status gizi

yang kurang dan akan memudahkan untuk terkena penyakit infeksi diantaranya TB Paru. Dalam hal

 jenis kontruksi rumah dengan mempunyai pendapatan yang kurang maka kontruksi rumah yang

dimiliki tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga akan mempermudah terjadinya penularan

penyakit TB Paru.

7. Kebiasaan Merokok 

Merokok diketahui mempunyai hubungan dengan meningkatkan resiko untuk mendapatkan kanker

paru-paru, penyakit jantung koroner, bronchitis kronik dan kanker kandung kemih.Kebiasaan

merokok meningkatkan resiko untuk terkena TB paru sebanyak 2,2 kali. Pada tahun 1973 konsumsi

rokok di Indonesia per orang per tahun adalah 230 batang, relatif lebih rendah dengan 430

batang/orang/tahun di Sierra Leon, 480 batang/orang/tahun di Ghana dan 760 batang/orang/tahun di

Pakistan. Prevalensi merokok pada hampir semua Negara berkembang lebih dari 50% terjadi pada

laki-laki dewasa, sedangkan wanita perokok kurang dari 5%. Dengan adanya kebiasaan merokok akan

mempermudah untuk terjadinya infeksi TB Paru.

8. Kepadatan Hunian Kamar Tidur

Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas lantai

bangunan rumah tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya agar tidak 

menyebabkan overload. Hal ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya konsumsi

Page 5: Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2)

5/10/2018 Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kelompok-community-visit-base-dkk-2 5/14

 

5

oksigen juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada

anggota keluarga yang lain. Persyaratan kepadatan hunian untuk seluruh rumah biasanya dinyatakan

dalam m2 /orang. Luas minimum per orang sangat relatif tergantung dari kualitas bangunan dan

fasilitas yang tersedia. Untuk rumah sederhana luasnya minimum 10 m2 /orang. Untuk kamar tidur

diperlukan luas lantai minimum 3 m2 /orang. Untuk mencegah penularan penyakit pernapasan, jarak 

antara tepi tempat tidur yang satu dengan yang lainnya minimum 90 cm. Kamar tidur sebaiknya tidak 

dihuni lebih dari dua orang, kecuali untuk suami istri dan anak di bawah 2 tahun. Untuk menjamin

volume udara yang cukup, di syaratkan juga langit-langit minimum tingginya 2,75 m.

9. Pencahayaan

Untuk memperoleh cahaya cukup pada siang hari, diperlukan luas jendela kaca minimum 20% luas

lantai. Jika peletakan jendela kurang baik atau kurang leluasa maka dapat dipasang genteng kaca.

Cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, misalnya

basil TB, karena itu rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Intensitas

pencahayaan minimum yang diperlukan 10 kali lilin atau kurang lebih 60 lux, kecuali untuk kamar

tidur diperlukan cahaya yang lebih redup. Semua jenis cahaya dapat mematikan kuman hanya berbeda

dari segi lamanya proses mematikan kuman untuk setiap jenisnya. Cahaya yang sama apabila

dipancarkan melalui kaca tidak berwarna dapat membunuh kuman dalam waktu yang lebih cepat dari

pada yang melalui kaca berwama Penularan kuman TB Paru relatif tidak tahan pada sinar matahari.

Bila sinar matahari dapat masuk dalam rumah serta sirkulasi udara diatur maka resiko penularan antar

penghuni akan sangat berkurang.

10. Ventilasi

Ventilasi mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar aliran udara didalam

rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan oksigen yang diperlukan oleh penghuni

rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen di dalam

rumah, disamping itu kurangnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan

naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan

merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri-bakteri patogen/ bakteri penyebab penyakit,

misalnya kuman TB.

( Drh. Hiswani, M.Kes : 2002 )

PATOFISIOLOGI TUBERKULOSIS

Tuberkulosis Primer

Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar

menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas

Page 6: Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2)

5/10/2018 Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kelompok-community-visit-base-dkk-2 6/14

 

6

selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban.

Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat bertahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila

partikel infeksi ini terisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran nafas atau jaringan paru.

Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel < 5 mikrometer. Kuman akan dihadapi pertama

kali oleh neutrofil, kemudian baru oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan

oleh makrofag keluar dari percabangan trakeobronkial bersama gerakan silia dengan sekretnya. (

Zulkifli Amin, Asril Bahar : 2006 )

Tuberkulosis Sekunder

Kuman yang dormant  pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-tahun kemudian

sebagai sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa. Mayoritas reinfeksi mencapai 90%.

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi, alkohol, penyakit maligna,

diabetes, AIDS, gagal ginjal. ( Zulkifli Amin, Asril Bahar : 2006 )

Tuberkulosis primer terjadi pada individu yang terpapar pertama kali dengan kuman

tuberkulosis, sedangkan tuberkulosis paru kronik (reaktivasi atau pasca primer) adalah hasil reaktivasi

infeksi tuberkulosis pada suatu fokus dorman yang terjadi beberapa tahun lalu. Faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap reaktivasi belum dipahami secara keseluruhan. Organ tubuh yang paling banyak 

diserang tuberkulosis adalah paru. Beberapa penelitian menunjukkan adanya kenaikan limfosit

alveolar, netrofil pada sel bronkoalveolar dan HLA-DR pada pasien tuberkulosis paru. Adapun responimun terhadap kuman ini adalah sebagai berikut :

Kuman masuk ke paru

Ditelan oleh makrofag alveolar

Makrofag melakukan 3 fungsi penting

Menghasilkan enzim proteolitik menghasilkan sitokin sebagai respon memproses antigen

mikrobakteri pada Limfosit T

Mempunyai potensi untuk 

menekan efek immunoregulator

Manifestasi klinis TB

IL - 1 IL - 6 TGF dan TNF

Demam meningkatkan produksi Berat badan menurun

immunoglobulin oleh sel demam dan nekrosis

B yang teraktivasi caseosa yang khas pada

penderita TB

Sumber : Sarwo Handayani : 2002

Page 7: Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2)

5/10/2018 Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kelompok-community-visit-base-dkk-2 7/14

 

7

MANIFESTASI KLINIS TUBERKULOSIS

Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak 

pasien ditemukan Tb paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Keluhan yang

terbanyak adalah :

  Demam. Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang panas

badan dapat mencapai 40-410C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi

kemudian dapat timbul kembali. Keadaan ini sangat dipenagruhi oleh daya tahan tubuh pasien

dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.

  Batuk / Batuk Darah. Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada

bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar, karena

terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk ada setelah penyakit

berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan

peradangan bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering ( non-produktif ) kemudian setelah

timbul peradangan menjadi produktif ( menghasilkan sputum ). Keadaan yang lanjut adalah

berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah

pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.

  Sesak Napas. Pada penyakit yang ringan ( baru tumbuh ) belum dirasakan sesak napas. Sesak 

napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, infiltrasinya sudah meliputi setengah

bagian paru-paru.

  Nyeri Dada. Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah

sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu

pasien menarik atau melepaskan napasnya.

  Malaise. Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering

ditemukan berupa anoreksia atau tidak ada nafsu makan, badan makin kurus ( berat badan

turun ), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, dan lain sebagainya. Gejala malaise

ini makin lama makin berat dan terjadinya hilang timbul secara tidak teratur.

( Zulkifli Amin, Asril Bahar : 2006 )

MANAGEMENT TUBERKULOSIS 

  Non - Farmakologi 

- Sering berjemur dibawah sinar matahari pagi ( pukul 6  – 8 pagi )

-  Memperbanyak istirahat ( bedrest )

-  Diet sehat, dianjurkan mengkonsumsi banyak lemak dan vitamin A untuk membentuk 

 jaringan lemak baru dan meningkatkan sistem imun

Page 8: Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2)

5/10/2018 Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kelompok-community-visit-base-dkk-2 8/14

 

8

-  Menjaga sanitasi atau kebersihan lingkungan rumah dan sekitar tempat tinggal

-  Menjaga sirkulasi udara di dalam rumah agar selalu berganti dengan udara yang baru

-  Berolahraga seperti jalan santai di pagi hari

Sumber : http://www.tbindonesia.or.id/pdf/BUKU_PEDOMAN_NASIONAL.pdf  

  Farmakologi 

Obat Anti TB ( OAT )

Jenis OAT SifatDosis Yang Direkomendasikan ( mg / kg BB )

Harian 3x Seminggu

Isoniazid ( H ) Bakterisid5

( 4 – 6 )

10

( 8 – 12 )

Rifampicin ( R ) Bakterisid10

( 8 – 12 )

10

( 8 – 12 )

Pyrazinamide ( Z ) Bakterisid25

( 20 – 30 )

35

( 30 – 40 )

Streptomycin ( S ) Bakterisid15

( 12 – 18 )

15

( 12 – 18 )

Ethambutol ( E ) Bakteriostatik 15

( 12 – 20 )

30

( 20 – 35 )

Sumber : http://www.tbindonesia.or.id/pdf/BUKU_PEDOMAN_NASIONAL.pdf  

 

Paduan OAT yang dianjurkan pada pengobatan TB

Kategori KasusPengobatan

Fase Inisial Fase Lanjutan

I - TB BTA +, kasus baru

- TB BTA -, lesi luas/kasus berat

- TB kasus berat

- TB kasus berat HIV +

2HRZE4HRAtau

6HE*daily

II - Kambuh

- Gagal pengobatan

- Putus berobat

2HRZES / 

1HRZE5HRE

III - TB BTA -, lesi minimal, HIV –  

- Ekstrapulmonal ringan HIV - 2HREZE

4HR

Atau

6HE*daily

IV - TB kronik 

- MDR TBRujuk ke spesialis

( Merryani Girsang : 2002 )

Page 9: Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2)

5/10/2018 Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kelompok-community-visit-base-dkk-2 9/14

 

9

  Strategi DOTS ( Directly Observe Treatment Short – course )

Pada tahun 1994, pemerintah Indonesia bekerjasama dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO),

melaksanakan suatu evaluasi bersama yang menghasilkan rekomendasi perlunya segera

dilakukan perubahan mendasar pada strategi penanggulangan TB di Indonesia. Istilah DOTS

dapat diartikan sebagai pengawasan langsung menelan obat jangka pendek setiap hari oleh

Pengawas Minum Obat ( PMO ). Sebelum pengobatan pertama kali dimulai, DOTS harus

dijelaskan kepada pasien tentang cara dan manfaatnya. Seorang PMO harus ditentukan dan

dihadirkan untuk diberi penerangan tentang DOTS dan tugas-tugasnya. Ada 5 kunci utama

dalam strategi DOTS yaitu :

a.  Komitmen

b.  Diagnosa yang benar dan baik 

c.  Ketersediaan dan lancarnya distribusi obat

d.  Pengawasan penderita menelan obat

e.  Pencatatan dan pelaporan penderita dengan sistem kohort

( Amira Permatasari : 2000 )

KOMPLIKASI TUBERKULOSIS

Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi.

Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut.

a.  Komplikasi dini

  Pleuritis

  Efusi pleura

  Empiema

  Laringitis

   Poncet’s arthropathy 

b.  Komplikasi lanjut

  Obstruksi jalan napas SOFT ( Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis )

  Kerusakan parenkim berat SOPT / fibrosis paru

  Kor pulmonal

  Amiloidosis

  Karsinoma paru

  Sindrom gagal napas dewasa ( ARDS )

( Zulkifli Amin, Asril Bahar : 2006 )

Page 10: Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2)

5/10/2018 Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kelompok-community-visit-base-dkk-2 10/14

 

10

BAB II

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN

A.  Riwayat Pasien

  Riwayat Penyakit Sekarang 

Pada saat dilakukan proses anamnesis, penderita sangat terbuka dengan

penyakit yang sedang dialaminya. Penderita mengaku telah meminum obat selama 7

bulan secara rutin tanpa putus. Penderita mengalami penurunan berat badan dari 72

kg ke 54 kg. Tetapi pada saat ini berat badan penderita sudah naik menjadi 62 kg.

Pada awal sebelum minta pertolongan ke rumah sakit, penderita muntah-

muntah dan tidak makan selama tiga hari. Pertama, pasien menderita batuk-batuk dan

meminta pertolongan kepada puskesmas terdekat sehingga pada akhirnya mendapat

rujukan ke Rumah Sakit Zainoel Abidin (RSUZA). Di RSUZA penderita menjalani

beberapa tes laboratorium termasuk juga pemeriksaan Foto-Thorax.

Pada saat ini, penderita (OS) dinyatakan hampir sembuh sehubungan dengan

negatifnya hasil pemeriksaan bakteriologi terhadap kuman BTA. Tidak ada lagi

gejala batuk maupun sesak yang dirasakan.

  Riwayat Penyakit Dahulu 

Penderita memberitahukan bahwa penderita pernah mengalami, Penyakit

Jantung pada tahun 2002. Penderita juga pernah berobat terhadap penyakitnya

 jantungnya ini selama 3 bulan tetapi diada kemajuan. Penderita juga pernah

mengkonsumsi air seninya sendiri terkait penyakinya ini yang info ini iya dapatkan

dari majalah, hingga akhirnya jantung beliau sedikit membaik.Kemudian Beliau

melakukan pengobatan kembali ke rumah sakit hingga akhirnya sembuh.

  Riwayat Penyakit Keluarga 

Penderita mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal seperti

ini sebelumnya.

  Riwayat Kebiasaan Sosial 

Sebelumnya penderita merupakan perokok aktif sampai 4 bungkus/hari, akan

tetapi sejak tahu bahwa telah terjadi kerusakan di parunya penderita berhenti merokok 

sampai sekarang. Penderita juga mengatakan, ada 2 orang tetangganya yang ternyata

Page 11: Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2)

5/10/2018 Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kelompok-community-visit-base-dkk-2 11/14

 

11

terkena penyakit yang sama dengannya, dan sampai sekarang belum menunjukka

adanya perubahan.

B.  Faktor – Faktor Resiko

Penderita merupakan salah satu korban Gempa dan Tsunami tahun 2004. Kondisi

rumah penderita cukup bersih, walaupun terdapat beberapa jenis serangga yang beterbangan.

Hanya saja pencahayaan sinar matahari dan ventilasi rumah penderita sangat kurang

walaupun jedelanya besar, tapi jarang dibuka. Rumahnya agak kecil, letak ruang keluarga

dengan kamar serta dapur dan kamar mandi sangat berdekatan, serta loteng yang tergolong

rendah.

C.  Riwayat Pengobatan dan Respon Terhadap Pengobatan 

Penderita telah melakukan pemeriksaan diberbagai tempat, yaitu Puskesmas dan

Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin ( Banda Aceh ) .Dari hasil pemeriksaan RSU Zainal

Abidin, penderita melaporkan bahwa dari hasil pemeriksaan sputum dengan BTA ( + ),

kemudian diberikan obat dan dikonsumsi selama 6 bulan, penderita memperlihatkan obat

Rifampisin yang ia konsumsi.. Selama sudah 7 bulan penderita mengkonsumsi obat tersebut,

dan sekarang penderita sedang menjalani masa pemuliahan. Untuk pemberian obat selama 6bulan ini, penderita mengkonsumsi dengan teratur dan continu, artinya penderita tidak putus

dalam 6 bulan itu dalam mengkonsumsi obat tersebut.

Penderita memberitahukan bahwa penderita mengalami penyakit jantung. Penderita

tidak ingat kapan mengetahui terkena dan pernah melakukan pemeriksaan dan pengobatan di

RSUZA hingga akhirnya sembuh. Penderita memberitahukan bahwa sekarang penyakit

 jantung beliau Alhamdulillah sudah tidak kambuh lagi. Untuk mengantisipasinya penderita

hanya rajin berolah raga ringan pada pagi hari.

D.  Masalah Lain Pada Pasien 

1.  Konstruksi Rumah

  Ventilasi

Rumah penderita hanya satu lantai dengan dua buah kamar , satu dapr , satu

ruang tamu dan satu kamar mandi. Jumlah ventilasi kurang. Masing-masing

Page 12: Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2)

5/10/2018 Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kelompok-community-visit-base-dkk-2 12/14

 

12

kamar dengan satu jendela dan satu ventilasi. Rumah penderita saat

dikunjungi dengan keadaan jendela tertutup. Posisi rumah penderita

berdempetan dengan rumah yang ada disebelahnya kiri dan kanan.

  Pencahayaan

Jumlah cahaya matahari yang masuk ke dalam kamar sangat sedikit. Cahaya

matahari hanya masuk sebatas ruang tamu saja. Kondisi loteng rumah juga

tergolong rendah.

  Kelembaban

Saat kunjungan ke rumah penderita rumahnya kering dan cukup bersih.

Kepadatan Isi Rumah

Isi rumah penderita cukup padat mengingat rumah yang dihuni cukup kecil

sedangkan anggota keluarga ada 4 orang.

2.  Lingkungan Sekitar

  Pengelolaan Sampah 

Letak pembuangan sampah dengan rumah penderita cukup jauh.

  Asap 

Letak antara dapur dengan kamar dekat. Dan juga penderita menggunakan

bahan bakar berupa gas.

  Rokok  

Dulunya penderita merupakan perokok aktif, kemudian setahun yang lalu

penderita telah berhenti merokok.

3.  Personal Hygiene

  Kebiasaan mandi dengan sabun dan gosok gigi ( + )

  Kebiasaan cuci tangan dengan sabun ( + )

  Kebiasaan batuk dengan menutup mulut ( + )

  Kebiasaan memasak dan mencuci bahan makanan ( + )

E.  Keterkaitan Hasil Observasi Dengan Masalah Pasien

Berdasarkan dari hasil pengamatan kami dengan keadaan rumah penderita dengan jumlah

ventilasi, jendela dan pencahayaan yang kurang memungkinkan peluang lebih besar penderita

terkena tuberkulosis. Selain itu, keadaaan dalam rumah yang lembab dan loteng rumah yang

rendah serta kepadatan isi rumah juga dapat memungkinkan anggota keluarga lain terkena

tuberkulosis.

Page 13: Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2)

5/10/2018 Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kelompok-community-visit-base-dkk-2 13/14

 

13

BAB III

EVALUASI

  Hal – Hal Positif Selama Kunjungan 

1.  Respon penderita selama kunjungan sangat baik, kami diterima dengan sangat baik.

2.  Selama kunjungan penderita bercerita mengenai riwayat penyakitnya

3.  Dapat menjalin hunbungan kekeluargaan.

  Hal – Hal Negatif Selama Kunjungan 

Kami rasa tidak ada hal negative yang kami temui selama mengunjungi rumah penderita.

Beliau orang yang baik dan ramah.

Page 14: Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2)

5/10/2018 Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kelompok-community-visit-base-dkk-2 14/14

 

14

DAFTAR PUSTAKA

Girsang, Merryani. 2002. Pengobatan Standar Penderita TBC . Cermin Dunia Kedokteran :

Jakarta

Handayani, Sarwo. 2002.  Respon Imunitas Seluler Pada Infeksi Tuberkulosis Paru. Cermin

Dunia Kedokteran : Jakarta

Hiswani. 2002. Tuberkulosis Merupakan Penyakit Infeksi yang Masih Menjadi Masalah

Kesehatan Masyarakat . Ilmu Bagian Kedokteran Hewan FK USU : Sumatera

Utara

Permatasari, Amira. 2000. Pemberantasan Penyakit TB Paru dan Strategi DOTS. Ilmu

Bagian Paru FK USU : Sumatera Utara

Zulkifli Amin, Asril Bahar. 2006.  Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Ed. IV :

Tuberkulosis Paru. Ilmu Bagian Penyakit Dalam FK UI : Jakarta

Dilihat dari : http://eprints.lib.ui.ac.id/6608/   : Faktor-faktor yang berhubungan dengan

 

kepatuhan berobat penderita tuberkulosis paru di Puskesmas dalam Wilayah

Kabupaten Aceh besar tahun 1998 ( diakses pada tahun 2000 oleh Marzuki )

Dilihat dari : http://tbindonesia.or.id/pdf/Data_tb_1_2010.pdf  

Dilihat dari : http://www.tbindonesia.or.id/pdf/BUKU_PEDOMAN_NASIONAL.pdf