laporan kelompok community visit base dkk (2)
TRANSCRIPT
5/10/2018 Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kelompok-community-visit-base-dkk-2 1/14
1
BAB I
PENDAHULUAN
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk batang (basil)
yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberkulosis. Penularan penyakit ini melalui perantaraan
ludah atau dahak penderita yang mengandung basil tuberkulosis paru. Pada waktu penderita batuk
butir-butir air ludah beterbangan diudara dan terhisap oleh orang yang sehat dan masuk kedalam
parunya yang kemudian menyebabkan penyakit tuberkulosis paru. ( Drh. Hiswani, M.Kes : 2002)
Penyakit tuberkulosis menjadi masalah kesehatan di dunia dan di Indonesia. WHO
menyatakan bahwa tuberkulosis saat ini telah menjadi ancaman global, dan diperkirakan 1,9 milyar
manusia atau sepertiga penduduk dunia terinfeksi tuberkulosis. Penderita tuberkulosis di Indonesia
pada tahun 1995 berjumlah 460.190, angka ini relatif tinggi jika dibandingkan dengan negara lain
dan menduduki peringkat kedua penyebab kematian di Indonesia setelah kardiovaskuler. Data terbaru
yang dikeluarkan WHO di bulan Agustus 1999 menyebutkan bahwa prevalensi BTA (+) di Indonesia
sebesar 715.000 dengan insiden 262.000 dan kematian akibat tuberkulosis 140.000 per tahun. ( Sarwo
Handayani : 2002 )
Di Sumatera Utara saat ini diperkiraka ada sekitar 1279 penderita denga BTA positif. Dari
hasil evaluasi kegiatan Program Pemberantasan Tuberkulosa paru, kota Medan tahun 1999/2000
ditemukan 359 orang penderita dengan insiden penderita tuberkulosis paru 0,18 per 1000 jumlah
penduduk. Dengan catatan dari balai pengobatan penyakit paru-paru (BP4), di Medan dijumpai 545
kasus tuberkulosis paru setiap tahun. ( Drh. Hiswani, M.Kes : 2002 )
Penyakit tuberkulosis paru merupakan masalah kesehatan masyarakat terutama di negara-
negara sedang berkembang termasuk Indonesia sebagai salah satu negara yang prevalensinya cukup
tinggi. Di Propinsi DI Aceh jumlah tersangka TB paru (1995-1998) sebanyak 41.612 orang, dimana
2.444 orang (5,9%) dinyatakan BTA positif, 2.300 orang telah diobati dan 1.547 orang (67,3%)
dinyatakan sembuh. Di Kabupaten Aceh Besar jumlah tersangka TB paru 5.576 orang, 385 orang
(6,9%) dinyatakan BTA positif, dan 379 orang penderita telah diobati, dimana 264 orang (69,6%)
dinyatakan sembuh. Salah satu upaya dalam pengobatan TB Paru dilakukan dengan pendekatan
Strategi Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS). Namun prevalensi TB pain juga tetap
masih tinggi. Keberhasilan pengobatan dan penyembuhan penyakit berhubungan dengan kepatuhan
penderita minum obat selama 2 bulan fase awal dan 4 bulan fase lanjutan sehingga memberikan
dukungan dalam keberhasilan. ( Marzuki : 2000 )
5/10/2018 Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kelompok-community-visit-base-dkk-2 2/14
2
Tabel 1 Angka Prevalensi, Insidensi dan Kematian, Indonesia, 1990 dan 2009
Sumber: Global Report TB, WHO, 2009 (data tahun 2007) http://tbindonesia.or.id/pdf/Data_tb_1_2010.pdf
ETIOLOGI TUBERKULOSIS
Penyakit tuberkulosis adalah penyakit menular yang menyerang paru-paru, penyakit ini
disebabkan oleh Mycobacterium Tuberkulosis. Miko bakteria adalah bakteri aerob, berbentuk batang,
yang tidak membentuk spora. Walaupun tidak mudah diwarnai, jika telah diwarnai bakteri ini tahan
terhadap peluntur warna (dekolarisasi) asam atau alkohol, oleh karena itu dinamakan bakteri tahan
asam atau basil tahan asam. Apabila seseorang sudah terpapar dengan bakteri penyebab tuberkulosis
akan berakibat buruk seperti menurunkan daya kerja atau produktivitas kerja, menularkan kepada
orang lain terutama pada keluarga yang bertempat tinggal serumah, dan dapat menyebabkan
kematian. Pada penyakit tuberkulosis jaringan pang paling sering diserang adalah paru-paru (95,9 %).
Cara penularan melalui ludah atau dahak penderita yang mengandung basil tuberkulosis paru. Pada
waktu batuk butir-butir air ludah beterbangan diudara dan terhisap oleh orang yang sehat dan masuk
kedalam parunya yang kemudian menyebabkan penyakit tuberkulosis paru (TB Paru). ( Drh. Hiswani,
M.Kes : 2002 )
Genus Mycobacterium merupakan kelompok bakteri gram positip, berbentuk batang, berukuran lebih
kecil dibandingkan bakteri lainnya. Genus ini mempunyai karakteristik unik karena dinding selnya
kaya akan lipid dan lapisan tebal peptidoglikan yang mengandung arabinogalaktan, lipoarabinomanan
dan asam mikolat. Asam mikolat tidak biasa dijumpai pada bakteri dan hanya dijumpai pada dinding
sel Mycobacterium dan Corynebacterium. Mycobacterium tuberculosis dibedakan dari sebagian besar
bakteri dan mikobakteri lainnya karena bersifat patogen dan dapat berkembang biak dalam sel fagosit
hewan dan manusia. Pertumbuhan M. tuberculosis relatif lambat dibandingkan mycobakteri lainnya.
5/10/2018 Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kelompok-community-visit-base-dkk-2 3/14
3
Mycobacterium tuberculosis tidak menghasilkan endotoksin maupun eksotoksin. Bagian selubung M.
tuberculosis mempunyai sifat pertahanan khusus terhadap proses miko-bakterisidal sel hospes.
Dinding sel yang kaya lipid akan melindungi mikobakteri dari proses fagolisosom, hal ini dapat
menerangkan mengapa mikobakteri dapat hidup pada makrofag normal yang tidak teraktivasi. Selain
bersifat patogen M. tuberculosis dapat berfungsi sebagai ajuvan yaitu komponen bakteri yang dapat
meningkatkan respon imun sel T dan sel B apabila dicampur dengan antigen terlarut. Ajuvan yang
banyak digunakan dalam laboratorium adalah Freund's ajuvan yang terdiri dari M. tuberculosis yang
telah dimatikan dan disupensikan dalam minyak kemudian diemulsikan dengan antigen terlarut. (
Sarwo Handayani : 2002 )
Untuk terpapar penyakit TBC pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : status
sosial ekonomi, status gizi, umur, jenis kelamin, dan faktor toksis untuk lebih jelasnya dapat kita
jelaskan seperti uraian dibawah ini :
1. Faktor Sosial Ekonomi
Disini sangat erat dengan keadaan rumah, kepadatan hunian, lingkungan perumahan, lingkungan dan
sanitasi tempat bekerja yang buruk dapat memudahkan penularan TBC. Pendapatan keluarga sangat
erat juga dengan penularan TBC, karena pendapatan yang kecil membuat orang tidak dapat hidup
layak dengan memenuhi syarat-syarat kesehatan.
2. Status GiziKeadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi dan lain-lain, akan
mempengaruhi daya tahan tubuh sesoeranga sehingga rentan terhadap penyakit termasuk TB-Paru.
Keadaan ini merupakan faktor penting yang berpengaruh dinegara miskin, baik pada orang dewasa
maupun anak-anak.
3. Umur
Penyakit TB-Paru paling sering ditemukan pada usia muda atau usaia produktif (15 – 50) tahun.
Dewasa ini dengan terjaidnya transisi demografi menyebabkan usia harapan hidup lansia menjadi
lebih tinggi. Pada usia lanjut lebih dari 55 tahun sistem imunologis seseorang menurun, sehingga
sangat rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk penyakit TB-Paru.
4. Jenis Kelamin
Penyakit TB-Paru cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan.
Menurut WHO, sedikitnya dalam periode setahun ada sekitar 1 juta perempuan yang meninggal
akibat TB-Paru, dapat disimpulkan bahwa pada kaum perempuan lebih banyak terjadi kematian yang
disebabkan oleh TB-Paru dibandingkan dengan akibat proses kehamilan dan persalinan. Pada jenis
kelamin laki-laki penyakit ini lebih tinggi karena merokok tembakau dan minum alkohol sehingga
5/10/2018 Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kelompok-community-visit-base-dkk-2 4/14
4
dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh, sehingga lebih mudah terpapar dengan agent penyebab
TB-Paru.
5. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap pengetahuan seseorang diantaranya
mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan pengetahuan penyakit TB Paru, sehingga
dengan pengetahuan yang cukup maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup
bersih dan sehat.
6. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus dihadapi setiap individu. Bila pekerja
bekerja di lingkungan yang berdebu paparan partikel debu di daerah terpapar akan mempengaruhi
terjadinya gangguan pada saluran pernafasan. Paparan kronis udara yang tercemar dapat
meningkatkan morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit saluran pernafasan dan umumnya TB
Paru. Jenis pekerjaan seseorang juga mempengaruhi terhadap pendapatan keluarga yang akan
mempunyai dampak terhadap pola hidup sehari-hari diantara konsumsi makanan, pemeliharaan
kesehatan selain itu juga akan mempengaruhi terhadap kepemilikan rumah (kontruksi rumah). Kepala
keluarga yang mempunyai pendapatan dibawah UMR akan mengkonsumsi makanan dengan kadar
gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan bagi setiap anggota keluarga sehingga mempunyai status gizi
yang kurang dan akan memudahkan untuk terkena penyakit infeksi diantaranya TB Paru. Dalam hal
jenis kontruksi rumah dengan mempunyai pendapatan yang kurang maka kontruksi rumah yang
dimiliki tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga akan mempermudah terjadinya penularan
penyakit TB Paru.
7. Kebiasaan Merokok
Merokok diketahui mempunyai hubungan dengan meningkatkan resiko untuk mendapatkan kanker
paru-paru, penyakit jantung koroner, bronchitis kronik dan kanker kandung kemih.Kebiasaan
merokok meningkatkan resiko untuk terkena TB paru sebanyak 2,2 kali. Pada tahun 1973 konsumsi
rokok di Indonesia per orang per tahun adalah 230 batang, relatif lebih rendah dengan 430
batang/orang/tahun di Sierra Leon, 480 batang/orang/tahun di Ghana dan 760 batang/orang/tahun di
Pakistan. Prevalensi merokok pada hampir semua Negara berkembang lebih dari 50% terjadi pada
laki-laki dewasa, sedangkan wanita perokok kurang dari 5%. Dengan adanya kebiasaan merokok akan
mempermudah untuk terjadinya infeksi TB Paru.
8. Kepadatan Hunian Kamar Tidur
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas lantai
bangunan rumah tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya agar tidak
menyebabkan overload. Hal ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya konsumsi
5/10/2018 Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kelompok-community-visit-base-dkk-2 5/14
5
oksigen juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada
anggota keluarga yang lain. Persyaratan kepadatan hunian untuk seluruh rumah biasanya dinyatakan
dalam m2 /orang. Luas minimum per orang sangat relatif tergantung dari kualitas bangunan dan
fasilitas yang tersedia. Untuk rumah sederhana luasnya minimum 10 m2 /orang. Untuk kamar tidur
diperlukan luas lantai minimum 3 m2 /orang. Untuk mencegah penularan penyakit pernapasan, jarak
antara tepi tempat tidur yang satu dengan yang lainnya minimum 90 cm. Kamar tidur sebaiknya tidak
dihuni lebih dari dua orang, kecuali untuk suami istri dan anak di bawah 2 tahun. Untuk menjamin
volume udara yang cukup, di syaratkan juga langit-langit minimum tingginya 2,75 m.
9. Pencahayaan
Untuk memperoleh cahaya cukup pada siang hari, diperlukan luas jendela kaca minimum 20% luas
lantai. Jika peletakan jendela kurang baik atau kurang leluasa maka dapat dipasang genteng kaca.
Cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, misalnya
basil TB, karena itu rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Intensitas
pencahayaan minimum yang diperlukan 10 kali lilin atau kurang lebih 60 lux, kecuali untuk kamar
tidur diperlukan cahaya yang lebih redup. Semua jenis cahaya dapat mematikan kuman hanya berbeda
dari segi lamanya proses mematikan kuman untuk setiap jenisnya. Cahaya yang sama apabila
dipancarkan melalui kaca tidak berwarna dapat membunuh kuman dalam waktu yang lebih cepat dari
pada yang melalui kaca berwama Penularan kuman TB Paru relatif tidak tahan pada sinar matahari.
Bila sinar matahari dapat masuk dalam rumah serta sirkulasi udara diatur maka resiko penularan antar
penghuni akan sangat berkurang.
10. Ventilasi
Ventilasi mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar aliran udara didalam
rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan oksigen yang diperlukan oleh penghuni
rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen di dalam
rumah, disamping itu kurangnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan
naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri-bakteri patogen/ bakteri penyebab penyakit,
misalnya kuman TB.
( Drh. Hiswani, M.Kes : 2002 )
PATOFISIOLOGI TUBERKULOSIS
Tuberkulosis Primer
Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar
menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas
5/10/2018 Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kelompok-community-visit-base-dkk-2 6/14
6
selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban.
Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat bertahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila
partikel infeksi ini terisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran nafas atau jaringan paru.
Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel < 5 mikrometer. Kuman akan dihadapi pertama
kali oleh neutrofil, kemudian baru oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan
oleh makrofag keluar dari percabangan trakeobronkial bersama gerakan silia dengan sekretnya. (
Zulkifli Amin, Asril Bahar : 2006 )
Tuberkulosis Sekunder
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-tahun kemudian
sebagai sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa. Mayoritas reinfeksi mencapai 90%.
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi, alkohol, penyakit maligna,
diabetes, AIDS, gagal ginjal. ( Zulkifli Amin, Asril Bahar : 2006 )
Tuberkulosis primer terjadi pada individu yang terpapar pertama kali dengan kuman
tuberkulosis, sedangkan tuberkulosis paru kronik (reaktivasi atau pasca primer) adalah hasil reaktivasi
infeksi tuberkulosis pada suatu fokus dorman yang terjadi beberapa tahun lalu. Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap reaktivasi belum dipahami secara keseluruhan. Organ tubuh yang paling banyak
diserang tuberkulosis adalah paru. Beberapa penelitian menunjukkan adanya kenaikan limfosit
alveolar, netrofil pada sel bronkoalveolar dan HLA-DR pada pasien tuberkulosis paru. Adapun responimun terhadap kuman ini adalah sebagai berikut :
Kuman masuk ke paru
Ditelan oleh makrofag alveolar
Makrofag melakukan 3 fungsi penting
Menghasilkan enzim proteolitik menghasilkan sitokin sebagai respon memproses antigen
mikrobakteri pada Limfosit T
Mempunyai potensi untuk
menekan efek immunoregulator
Manifestasi klinis TB
IL - 1 IL - 6 TGF dan TNF
Demam meningkatkan produksi Berat badan menurun
immunoglobulin oleh sel demam dan nekrosis
B yang teraktivasi caseosa yang khas pada
penderita TB
Sumber : Sarwo Handayani : 2002
5/10/2018 Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kelompok-community-visit-base-dkk-2 7/14
7
MANIFESTASI KLINIS TUBERKULOSIS
Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak
pasien ditemukan Tb paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Keluhan yang
terbanyak adalah :
Demam. Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang panas
badan dapat mencapai 40-410C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi
kemudian dapat timbul kembali. Keadaan ini sangat dipenagruhi oleh daya tahan tubuh pasien
dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.
Batuk / Batuk Darah. Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada
bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar, karena
terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk ada setelah penyakit
berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan
peradangan bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering ( non-produktif ) kemudian setelah
timbul peradangan menjadi produktif ( menghasilkan sputum ). Keadaan yang lanjut adalah
berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah
pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
Sesak Napas. Pada penyakit yang ringan ( baru tumbuh ) belum dirasakan sesak napas. Sesak
napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, infiltrasinya sudah meliputi setengah
bagian paru-paru.
Nyeri Dada. Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu
pasien menarik atau melepaskan napasnya.
Malaise. Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan berupa anoreksia atau tidak ada nafsu makan, badan makin kurus ( berat badan
turun ), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, dan lain sebagainya. Gejala malaise
ini makin lama makin berat dan terjadinya hilang timbul secara tidak teratur.
( Zulkifli Amin, Asril Bahar : 2006 )
MANAGEMENT TUBERKULOSIS
Non - Farmakologi
- Sering berjemur dibawah sinar matahari pagi ( pukul 6 – 8 pagi )
- Memperbanyak istirahat ( bedrest )
- Diet sehat, dianjurkan mengkonsumsi banyak lemak dan vitamin A untuk membentuk
jaringan lemak baru dan meningkatkan sistem imun
5/10/2018 Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kelompok-community-visit-base-dkk-2 8/14
8
- Menjaga sanitasi atau kebersihan lingkungan rumah dan sekitar tempat tinggal
- Menjaga sirkulasi udara di dalam rumah agar selalu berganti dengan udara yang baru
- Berolahraga seperti jalan santai di pagi hari
Sumber : http://www.tbindonesia.or.id/pdf/BUKU_PEDOMAN_NASIONAL.pdf
Farmakologi
Obat Anti TB ( OAT )
Jenis OAT SifatDosis Yang Direkomendasikan ( mg / kg BB )
Harian 3x Seminggu
Isoniazid ( H ) Bakterisid5
( 4 – 6 )
10
( 8 – 12 )
Rifampicin ( R ) Bakterisid10
( 8 – 12 )
10
( 8 – 12 )
Pyrazinamide ( Z ) Bakterisid25
( 20 – 30 )
35
( 30 – 40 )
Streptomycin ( S ) Bakterisid15
( 12 – 18 )
15
( 12 – 18 )
Ethambutol ( E ) Bakteriostatik 15
( 12 – 20 )
30
( 20 – 35 )
Sumber : http://www.tbindonesia.or.id/pdf/BUKU_PEDOMAN_NASIONAL.pdf
Paduan OAT yang dianjurkan pada pengobatan TB
Kategori KasusPengobatan
Fase Inisial Fase Lanjutan
I - TB BTA +, kasus baru
- TB BTA -, lesi luas/kasus berat
- TB kasus berat
- TB kasus berat HIV +
2HRZE4HRAtau
6HE*daily
II - Kambuh
- Gagal pengobatan
- Putus berobat
2HRZES /
1HRZE5HRE
III - TB BTA -, lesi minimal, HIV –
- Ekstrapulmonal ringan HIV - 2HREZE
4HR
Atau
6HE*daily
IV - TB kronik
- MDR TBRujuk ke spesialis
( Merryani Girsang : 2002 )
5/10/2018 Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kelompok-community-visit-base-dkk-2 9/14
9
Strategi DOTS ( Directly Observe Treatment Short – course )
Pada tahun 1994, pemerintah Indonesia bekerjasama dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO),
melaksanakan suatu evaluasi bersama yang menghasilkan rekomendasi perlunya segera
dilakukan perubahan mendasar pada strategi penanggulangan TB di Indonesia. Istilah DOTS
dapat diartikan sebagai pengawasan langsung menelan obat jangka pendek setiap hari oleh
Pengawas Minum Obat ( PMO ). Sebelum pengobatan pertama kali dimulai, DOTS harus
dijelaskan kepada pasien tentang cara dan manfaatnya. Seorang PMO harus ditentukan dan
dihadirkan untuk diberi penerangan tentang DOTS dan tugas-tugasnya. Ada 5 kunci utama
dalam strategi DOTS yaitu :
a. Komitmen
b. Diagnosa yang benar dan baik
c. Ketersediaan dan lancarnya distribusi obat
d. Pengawasan penderita menelan obat
e. Pencatatan dan pelaporan penderita dengan sistem kohort
( Amira Permatasari : 2000 )
KOMPLIKASI TUBERKULOSIS
Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi.
Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut.
a. Komplikasi dini
Pleuritis
Efusi pleura
Empiema
Laringitis
Poncet’s arthropathy
b. Komplikasi lanjut
Obstruksi jalan napas SOFT ( Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis )
Kerusakan parenkim berat SOPT / fibrosis paru
Kor pulmonal
Amiloidosis
Karsinoma paru
Sindrom gagal napas dewasa ( ARDS )
( Zulkifli Amin, Asril Bahar : 2006 )
5/10/2018 Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kelompok-community-visit-base-dkk-2 10/14
10
BAB II
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN
A. Riwayat Pasien
Riwayat Penyakit Sekarang
Pada saat dilakukan proses anamnesis, penderita sangat terbuka dengan
penyakit yang sedang dialaminya. Penderita mengaku telah meminum obat selama 7
bulan secara rutin tanpa putus. Penderita mengalami penurunan berat badan dari 72
kg ke 54 kg. Tetapi pada saat ini berat badan penderita sudah naik menjadi 62 kg.
Pada awal sebelum minta pertolongan ke rumah sakit, penderita muntah-
muntah dan tidak makan selama tiga hari. Pertama, pasien menderita batuk-batuk dan
meminta pertolongan kepada puskesmas terdekat sehingga pada akhirnya mendapat
rujukan ke Rumah Sakit Zainoel Abidin (RSUZA). Di RSUZA penderita menjalani
beberapa tes laboratorium termasuk juga pemeriksaan Foto-Thorax.
Pada saat ini, penderita (OS) dinyatakan hampir sembuh sehubungan dengan
negatifnya hasil pemeriksaan bakteriologi terhadap kuman BTA. Tidak ada lagi
gejala batuk maupun sesak yang dirasakan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Penderita memberitahukan bahwa penderita pernah mengalami, Penyakit
Jantung pada tahun 2002. Penderita juga pernah berobat terhadap penyakitnya
jantungnya ini selama 3 bulan tetapi diada kemajuan. Penderita juga pernah
mengkonsumsi air seninya sendiri terkait penyakinya ini yang info ini iya dapatkan
dari majalah, hingga akhirnya jantung beliau sedikit membaik.Kemudian Beliau
melakukan pengobatan kembali ke rumah sakit hingga akhirnya sembuh.
Riwayat Penyakit Keluarga
Penderita mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal seperti
ini sebelumnya.
Riwayat Kebiasaan Sosial
Sebelumnya penderita merupakan perokok aktif sampai 4 bungkus/hari, akan
tetapi sejak tahu bahwa telah terjadi kerusakan di parunya penderita berhenti merokok
sampai sekarang. Penderita juga mengatakan, ada 2 orang tetangganya yang ternyata
5/10/2018 Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kelompok-community-visit-base-dkk-2 11/14
11
terkena penyakit yang sama dengannya, dan sampai sekarang belum menunjukka
adanya perubahan.
B. Faktor – Faktor Resiko
Penderita merupakan salah satu korban Gempa dan Tsunami tahun 2004. Kondisi
rumah penderita cukup bersih, walaupun terdapat beberapa jenis serangga yang beterbangan.
Hanya saja pencahayaan sinar matahari dan ventilasi rumah penderita sangat kurang
walaupun jedelanya besar, tapi jarang dibuka. Rumahnya agak kecil, letak ruang keluarga
dengan kamar serta dapur dan kamar mandi sangat berdekatan, serta loteng yang tergolong
rendah.
C. Riwayat Pengobatan dan Respon Terhadap Pengobatan
Penderita telah melakukan pemeriksaan diberbagai tempat, yaitu Puskesmas dan
Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin ( Banda Aceh ) .Dari hasil pemeriksaan RSU Zainal
Abidin, penderita melaporkan bahwa dari hasil pemeriksaan sputum dengan BTA ( + ),
kemudian diberikan obat dan dikonsumsi selama 6 bulan, penderita memperlihatkan obat
Rifampisin yang ia konsumsi.. Selama sudah 7 bulan penderita mengkonsumsi obat tersebut,
dan sekarang penderita sedang menjalani masa pemuliahan. Untuk pemberian obat selama 6bulan ini, penderita mengkonsumsi dengan teratur dan continu, artinya penderita tidak putus
dalam 6 bulan itu dalam mengkonsumsi obat tersebut.
Penderita memberitahukan bahwa penderita mengalami penyakit jantung. Penderita
tidak ingat kapan mengetahui terkena dan pernah melakukan pemeriksaan dan pengobatan di
RSUZA hingga akhirnya sembuh. Penderita memberitahukan bahwa sekarang penyakit
jantung beliau Alhamdulillah sudah tidak kambuh lagi. Untuk mengantisipasinya penderita
hanya rajin berolah raga ringan pada pagi hari.
D. Masalah Lain Pada Pasien
1. Konstruksi Rumah
Ventilasi
Rumah penderita hanya satu lantai dengan dua buah kamar , satu dapr , satu
ruang tamu dan satu kamar mandi. Jumlah ventilasi kurang. Masing-masing
5/10/2018 Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kelompok-community-visit-base-dkk-2 12/14
12
kamar dengan satu jendela dan satu ventilasi. Rumah penderita saat
dikunjungi dengan keadaan jendela tertutup. Posisi rumah penderita
berdempetan dengan rumah yang ada disebelahnya kiri dan kanan.
Pencahayaan
Jumlah cahaya matahari yang masuk ke dalam kamar sangat sedikit. Cahaya
matahari hanya masuk sebatas ruang tamu saja. Kondisi loteng rumah juga
tergolong rendah.
Kelembaban
Saat kunjungan ke rumah penderita rumahnya kering dan cukup bersih.
Kepadatan Isi Rumah
Isi rumah penderita cukup padat mengingat rumah yang dihuni cukup kecil
sedangkan anggota keluarga ada 4 orang.
2. Lingkungan Sekitar
Pengelolaan Sampah
Letak pembuangan sampah dengan rumah penderita cukup jauh.
Asap
Letak antara dapur dengan kamar dekat. Dan juga penderita menggunakan
bahan bakar berupa gas.
Rokok
Dulunya penderita merupakan perokok aktif, kemudian setahun yang lalu
penderita telah berhenti merokok.
3. Personal Hygiene
Kebiasaan mandi dengan sabun dan gosok gigi ( + )
Kebiasaan cuci tangan dengan sabun ( + )
Kebiasaan batuk dengan menutup mulut ( + )
Kebiasaan memasak dan mencuci bahan makanan ( + )
E. Keterkaitan Hasil Observasi Dengan Masalah Pasien
Berdasarkan dari hasil pengamatan kami dengan keadaan rumah penderita dengan jumlah
ventilasi, jendela dan pencahayaan yang kurang memungkinkan peluang lebih besar penderita
terkena tuberkulosis. Selain itu, keadaaan dalam rumah yang lembab dan loteng rumah yang
rendah serta kepadatan isi rumah juga dapat memungkinkan anggota keluarga lain terkena
tuberkulosis.
5/10/2018 Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kelompok-community-visit-base-dkk-2 13/14
13
BAB III
EVALUASI
Hal – Hal Positif Selama Kunjungan
1. Respon penderita selama kunjungan sangat baik, kami diterima dengan sangat baik.
2. Selama kunjungan penderita bercerita mengenai riwayat penyakitnya
3. Dapat menjalin hunbungan kekeluargaan.
Hal – Hal Negatif Selama Kunjungan
Kami rasa tidak ada hal negative yang kami temui selama mengunjungi rumah penderita.
Beliau orang yang baik dan ramah.
5/10/2018 Laporan Kelompok Community Visit Base Dkk (2) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kelompok-community-visit-base-dkk-2 14/14
14
DAFTAR PUSTAKA
Girsang, Merryani. 2002. Pengobatan Standar Penderita TBC . Cermin Dunia Kedokteran :
Jakarta
Handayani, Sarwo. 2002. Respon Imunitas Seluler Pada Infeksi Tuberkulosis Paru. Cermin
Dunia Kedokteran : Jakarta
Hiswani. 2002. Tuberkulosis Merupakan Penyakit Infeksi yang Masih Menjadi Masalah
Kesehatan Masyarakat . Ilmu Bagian Kedokteran Hewan FK USU : Sumatera
Utara
Permatasari, Amira. 2000. Pemberantasan Penyakit TB Paru dan Strategi DOTS. Ilmu
Bagian Paru FK USU : Sumatera Utara
Zulkifli Amin, Asril Bahar. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Ed. IV :
Tuberkulosis Paru. Ilmu Bagian Penyakit Dalam FK UI : Jakarta
Dilihat dari : http://eprints.lib.ui.ac.id/6608/ : Faktor-faktor yang berhubungan dengan
kepatuhan berobat penderita tuberkulosis paru di Puskesmas dalam Wilayah
Kabupaten Aceh besar tahun 1998 ( diakses pada tahun 2000 oleh Marzuki )
Dilihat dari : http://tbindonesia.or.id/pdf/Data_tb_1_2010.pdf
Dilihat dari : http://www.tbindonesia.or.id/pdf/BUKU_PEDOMAN_NASIONAL.pdf