laporan kelompok ileus paralitik

14
LAPORAN KELOMPOK ILEUS PARALITIK Disusun untuk memenuhi tugas Semester Pendek Mata Kuliah Fundamental of Pathophysiology Gastro Intestinal Tract yang dibimbing oleh: Rinik Eko Kapti S.Kep., M.Kep. Oleh: Anita Wulan S 0910720002 Eva Yeni Rustiana 0910720005 Pramita Novianti 0910721008 Ifatul Khoiriah 0910723003 Novitha Ariessandy R 0910720061 Gadis Mutiara P I 0910723026 JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

Upload: ifatul-khoiriah

Post on 29-Oct-2015

33 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kelompok Ileus Paralitik

LAPORAN KELOMPOK

ILEUS PARALITIK

Disusun untuk memenuhi tugas Semester Pendek Mata Kuliah Fundamental of

Pathophysiology Gastro Intestinal Tract yang dibimbing oleh:

Rinik Eko Kapti S.Kep., M.Kep.

Oleh:

Anita Wulan S 0910720002

Eva Yeni Rustiana 0910720005

Pramita Novianti 0910721008

Ifatul Khoiriah 0910723003

Novitha Ariessandy R 0910720061

Gadis Mutiara P I 0910723026

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2013

Page 2: Laporan Kelompok Ileus Paralitik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan dimana usus gagal/tidak

mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Ileus paralitik ini

bukan suatu penyakit primer usus melainkan akibat dari berbagai penyakit primer,

tindakan (operasi) yang berhubungan dengan rongga perut, toksin dan obat-obatan

yang dapat mempengaruhi kontraksi otot polos usus. Ileus merupakan kondisi dimana

terjadi kegagalan neurogenik atau hilangnya peristaltic usus tanpa adanya obstruksi

mekanik.

Ileus paralitik hampir selalu dijumpai pada pasien pasca operasi abdomen.

Keadaan ini biasanya hanya berlangsung antara 24-72 jam. Beratnya ileus pasca

operasi bergantung pada lamanya operasi/narcosis, seringnya manipulasi usus dan

lamanya usus berkontak dengan udara luar. Pencemaran peritoneum dengan asam

lambung, isi kolon, enzim pankreas, darah, dan urin akan menimbulkan paralisis usus.

Kelainan peritoneal seperti hematoma retroperitoneal, terlebih lagi bila disertai fraktur

vertebra sering menimbulkan ileus paralitik yang berat. Demikian pula kelainan pada

rongga dada seperti pneumonia paru bagian bawah, empiema dan infark miokard

dapat disertai paralisis usus. Gangguan elektolit terutama hipokalemia merupakan

penyebab yang cukup sering.

1.2 Batasan Topik

Definisi Ileus Paralitik, etiologi, manifestasi klinis, patofosiologi, pemeriksaan

penunjang, penatalaksanaan, diagnosis banding, dan diagnosa keperawatan Ileus

Paralitilk.

Page 3: Laporan Kelompok Ileus Paralitik

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan dimana usus gagal atau

tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Ileus

merupakan kondisi dimana terjadi kegagalan neurogenik atau hilangnya peristaltic

usus tanpa adanya obstruksi mekanik. Ileus paralitik ini bukan suatu penyakit primer

usus melainkan akibat dari berbagai penyakit primer, tindakan (operasi) yang

berhubungan dengan rongga perut, toksin dan obat-obatan yang dapat mempengaruhi

kontraksi otot polos usus.

2.2 Etiologi

Kausa Ileus Paralitik antara lain:

Neurogenik. Pasca operasi, kerusakan medulla spinalis, keracunan timbal, kolik

ureter, iritasi persarafan splanknikus, pankreatitis.

Metabolik. Gangguan keseimbangan elektrolit (terutama hipokalemia), uremia,

komplikasi DM, penyakit sistemik seperti SLE, sklerosis multiple

Obat-obatan. Narkotik, antikolinergik, katekolamin, fenotiazin, antihistamin.

Infeksi/inflamasi. Pneumonia, empiema, peritonitis, infeksi sistemik berat

lainnya.

Iskemia Usus

Ileus pada pasien rawat inap ditemukan pada: (1) proses intraabdominal seperti

pembedahan perut dan saluran cerna atau iritasi dari peritoneal (peritonitis,

pankreatitis, perdarahan); (2) sakit berat seperti pneumonia, gangguan pernafasan

yang memerlukan intubasi, sepsis atau infeksi berat, uremia, dibetes ketoasidosis, dan

ketidakseimbangan elektrolit (hipokalemia, hiperkalsemia, hipomagnesemia,

hipofosfatemia); dan (3) obat-obatan yang mempengaruhi motilitas usus (opioid,

antikolinergik, fenotiazine). Setelah pembedahan, usus halus biasanya pertama kali

yang kembali normal (beberapa jam), diikuti lambung (24-48 jam) dan kolon (48-72

jam).

2.3 Manifestasi Klinis

Page 4: Laporan Kelompok Ileus Paralitik

Pasien ileus paralitik akan mengeluh perutnya kembung (abdominal distention),

anoreksia, mual dan obstipasi. Muntah mungkin ada, mungkin pula tidak ada. Keluhan

perut kembung pada ileus paralitik ini perlu dibedakan dengan keluhan perut kembung

pada ileus obstruksi. Pasien ileus paralitik mempunyai keluhan perut kembung, tidak

disertai nyeri kolik abdomen yang paroksismal.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya distensi abdomen, perkusi timpani

dengan bising usus yang lemah dan jarang bahkan dapat tidak terdengar sama sekali.

Pada palpasi, pasien hanya menyatakan perasaan tidak enak pada perutnya. Tidak

ditemukan adanya reaksi peritoneal (nyeri tekan dan nyeri lepas negatif). Apabila

penyakit primernya peritonitis, manifestasi klinis yang ditemukan adalah gambaran

peritonitis.

2.4 Patofisiologi

Patofisiologi dari ileus paralitik merupakan manifestasi dari terangsangnya

sistem saraf simpatis dimana dapat menghambat aktivitas dalam traktus

gastrointestinal, menimbulkan banyak efek yang berlawanan dengan yang ditimbulkan

oleh sistem parasimpatis. Sistem simpatis menghasilkan pengaruhnya melalui dua

cara: (1) pada tahap yang kecil melalui pengaruh langsung norepineprin pada otot

polos (kecuali muskularis mukosa, dimana ia merangsangnya), dan (2) pada tahap

yang besar melalui pengaruh inhibitorik dari noreepineprin pada neuron-neuron sistem

saraf enterik. Jadi, perangsangan yang kuat pada sistem simpatis dapat menghambat

pergerakan makanan melalui traktus gastrointestinal.

Hambatan pada sistem saraf parasimpatis di dalam sistem saraf enterik akan

menyebabkan terhambatnya pergerakan makanan pada traktus gastrointestinal,

namun tidak semua pleksus mienterikus yang dipersarafi serat saraf parasimpatis

bersifat eksitatorik, beberapa neuron bersifat inhibitorik, ujung seratnya mensekresikan

suatu transmitter inhibitor, kemungkinan peptide intestinal vasoaktif dan beberapa

peptide lainnya.

Patofisiologi Ileus Paralitik

Obat-obatan (narkotik, antihipertensi, opioid,

dll)

Gangguan N. Thoracalis

Persangsangan kuat pada saraf

parasimpatis

Page 5: Laporan Kelompok Ileus Paralitik

Patofisiologi berdasarkan kausanya:

Neurogenik

- Refleks inhibisi dari saraf afferent: incisi pada kulit dan usus pada

operasi abdominal.

Iskemi atau penurunan fungsi plexus mesenterius

Menghambat aktifitas traktus gastrointestinal

Peristaltik usus ↓

Otot usus tidak mampu mendorong

makanan

Ileus Paralitik

Stasis isi usus

Feses, cairan, gas, bakteri terjebak

dalam usus

Distensi abdomenPerut terasa penuh

Anorexia, mual, muntah

Bila distensi makin bertambah, akan

menghambat suplai darah ke usus

Suplai darah ↓

Hipoxia

Iskemia

Bakteri berkembang biak

Risiko infeksi usus & organ2 sekitar

Menghambat kontraksi otot

organ abdomen

Air, elektrolit, nutrisi tidak diabsorpsi.

Malah disekresi ke lumen usus

DehidrasiNutrisi tubuh ↓

Lemah

Syok hipovolemikOliguria

Page 6: Laporan Kelompok Ileus Paralitik

- Refleks inhibisi dari saraf efferent: menghambat pelepasan

neurotransmitter asetilkolin.

Hormonal

Kolesistokinin, disekresi oleh sel I dalam mukosa duodenum dan jejunum

terutama sebagai respons terhadap adanya pemecahan produk lemak, asam

lemak dan monogliserida di dalam usus. Kolesistokinin mempunyai efek yang

kuat dalam meningkatkan kontraktilitas kandung empedu, jadi mengeluarkan

empedu kedalam usus halus dimana empedu kemudian memainkan peranan

penting dalam mengemulsikan substansi lemak sehingga mudah dicerna dan

diabsorpsi. Kolesistokinin juga menghambat motilitas lambung secara sedang.

Oleh karena itu disaat bersamaan dimana hormon ini menyebabkan

pengosongan kandung empedu, hormon ini juga menghambat pengosongan

makanan dari lambung untuk memberi waktu yang adekuat supaya terjadi

pencernaan lemak di traktus gastrointestinal bagian atas.

Hormon lainnya seperti sekretin dan peptide penghambat asam lambung juga

memiliki fungsi yang sama seperti kolesistokinin namun sekretin berperan

sebagai respons dari getah asam lambung dan petida penghambat asam

lambung sebagai respons terhadap asam lemak dan asam amino.

Inflamasi

- Makrofag: melepaskan proinflammatory cytokines (NO).

- Prostaglandin inhibisi kontraksi otot polos usus.

Farmakologi

Opioid menurunkan aktivitas dari neuron eksitatorik dan inhibisi dari pleksus

mienterikus. Selain itu, opioid juga meningkatkan tonus otot polos usus dan

menghambat gerak peristaltik terkoordianasi yang diperlukan untuk gerakan

propulsi.

- Opioid: efek inhibitor, blockade excitatory neurons yang mempersarafi

otot polos usus.

2.5 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium dapat membantu mencari kausa penyakit.

Pemeriksaan yang penting untuk dimintakan adalah leukosit darah, kadar elektrolit,

ureum, glukosa darah dan amylase. Pada tahap awal, ditemukan hasil laboratorium

Page 7: Laporan Kelompok Ileus Paralitik

yang normal. Selanjutnya ditemukan adanya hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai

elektrolit yang abnormal. Peningkatan serum amylase sering didapatkan. Leukositosis

menunjukkan adanya iskemik atau strangulasi, tetapi hanya terjadi pada 38-50%

obstruksi strangulasi dibandingkan 27-44% pada obstruksi non strangulata. Hematokrit

yang meningkat dapat timbul pada dehidrasi. Selain itu dapat ditemukan adanya

gangguan elektrolit. Analisa gas darah mungkin terganggu, dengan alkalosis metabolic

bila muntah berat, dan metabolik asidosis bila ada tanda–tanda shock, dehidrasi dan

ketosis.

Foto polos abdomen sangat membantu untuk menegakkan diagnosis. Pada

ileus paralitik akan ditemukan distensi lambung, usus halus dan usus besar

memberikan gambaran herring bone (gambaran seperti tulang ikan). Air fluid level

ditemukan berupa suatu gambaran line up (segaris). Hal ini berbeda dengan air fluid

level pada ileus obstruktif yang memberikan gambaran step ladder (seperti anak

tangga). Apabila dengan pemeriksaan foto polos abdomen masih meragukan, dapat

dilakukan foto abdomen dengan menggunakan kontras.

2.6 Penatalaksanaan

Pengelolaan ileus paralitik bersifat konservatif dan suportif

1. Konservatif

Penderita dirawat di rumah sakit.

Penderita dipuasakan

Kontrol status airway, breathing and circulation.

Dekompresi dengan nasogastric tube.

Intravenous fluids and electrolyte

Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan.

2. Farmakologis

Antibiotik broadspectrum untuk bakteri anaerob dan aerob.

Analgesik apabila nyeri.

Prokinetik: Metaklopromide, cisapride

Parasimpatis stimulasi: bethanecol, neostigmin

Simpatis blokade: alpha 2 adrenergik antagonis

3. Operatif

Page 8: Laporan Kelompok Ileus Paralitik

Ileus paralitik tidak dilakukan intervensi bedah kecuali disertai dengan

peritonitis. Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastric

untuk mencegah sepsis sekunder atau rupture usus. Operasi diawali dengan

laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang disesuaikan dengan

hasil explorasi melalui laparotomi.

Pintas usus: ileostomi, kolostomi.

Reseksi usus dengan anastomosis

Diversi stoma dengan atau tanpa reseksi

2.7 Diagnosis Banding

Masalah lain yang perlu dipertimbangkan untuk ileus adalah pseudo-obstruksi, juga

disebut sebagai sindrom Ogilvie, dan obstruksi usus mekanik.

Pseudo-obstruction Pseudo-obstruksi

Pseudo-obstruksi didefinisikan sebagai penyakit akut, ditanda dengan distensii

dari usus besar. Seperti ileus, itu terjadi didefinisikan karena tidak adanya

gangguan mekanik. Beberapa teks dan artikel cenderung menggunakan ileus

sinonim dengan pseudo-obstruksi. Namun, kedua kondisi itu adalah hal yang

berbeda. Pseudo-obstruksi ini jelas terbatas pada usus besar saja, sedangkan

ileus melibatkan baik usus kecil dan usus besar. Usus besar kanan terlibat dalam

klasik pseudo-obstruksi, yang biasanya terjadi pada pasien yang terbaring lama di

tempat tidur dengan gambaran penyakit ekstraintestinal serius atau pada pasien

trauma. Agen farmakologis, aerophagia, sepsis, dan perbedaan elektrolit juga

dapat berkontribusi untuk kondisi ini.

Obstruksi Mekanik

Obstruksi mekanik usus dapat disebabkan oleh adhesi, volvulus, hernia,

intususepsi, benda asing, atau neoplasma. Pasien datang dengan nyeri kram perut

berat yang paroksismal. Pemeriksaan fisik ditemukan borborygmi bertepatan

dengan kram perut. Pada pasien yang kurus, gelombang peristaltik dapat

divisualisasikan. Dengan auskultasi dapat terdengar suara bernada tinggi, denting

suara bersamaan dengan aliran peristaltic. Jika obstruksi total, pasien

mengeluhkan tidak bisa BAB. Muntah mungkin terjadi tapi bisa juga tidak jika katup

Page 9: Laporan Kelompok Ileus Paralitik

ileocecal kompeten dalam mencegah refluks. Tanda peritoneal terlihat nyata jika

pasien mengalami strangulasi dan perforasi.

2.8 Diagnossa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri epigastrium berhubungan dengan proses patologis

penyakitnya.

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan mual, muntah dan anoreksia.

3. Potensial terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan

tubuh.

4. Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan konstipasi.

5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sakit kepala dan pegal-pegal seluruh

tubuh.

6. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, dan perawatan pasien ileus

paralitik berhubungan dengan kurangnya informasi.

7. Kecemasan ringan–sedang berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk

dan perdarahan yang dialami pasien.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan dimana usus gagal/tidak

mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Ileus paralitik ini

bukan suatu penyakit primer usus melainkan akibat dari berbagai penyakit primer,

tindakan (operasi) yang berhubungan dengan rongga perut, toksin dan obat-obatan

yang dapat mempengaruhi kontraksi otot polos usus. Pengelolaan ileus paralitik

bersifat konservatif dan suportif.

Page 10: Laporan Kelompok Ileus Paralitik

DAFTAR PUSTAKA

1. Livingstone AS, Sasa JL. Ileus and Obstruction dalam: Haubrich WS, Schaffner

F (eds); Bockus Gastroenterology 5th ed. Philadelphia, WB Saunders Co., 1995

2. Sileu W. Acute Intestinal Obstruction dalam: Isselbacher KJ, Braunwald E,

Wilson JD, Martin JB, Fauci AS, Kasper DL (eds). Harrison’s Principles of

Internal Medicine 13th ed: New York, Mc Graw-Hill, 1994

3. Schuffer WD, Sinanan MN. Intestinal Obstruction and Pseudo-obstruction

dalam: Sleissenger MH, Fordtran JS (eds). Gastrointestinal Disease;

Pathophysiology/Diagnosis/Management 5th ed. Philadelphia, WB Saunders

Co, 1993

4. Livingstone EH, Passoro EP. Postoperative Ileus. Dig. Dis. Sci. 1990; 35 : 121-

32

Page 11: Laporan Kelompok Ileus Paralitik

5. Saudgren JE, Mc Phee MS, Greenberger NJ. Narcotic Bowel Syndrome

Treated with Clonidin. Resolution of Abdominal Pain and Pseudo-obstruction.

Ann Intern Med 1990; 101 : 331-4