laporan kkl geografi ugm
DESCRIPTION
Potensi Mataair di Kecamatan KokapTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air adalah substansi yang paling melimpah dipermukaan bumi, merupakan
komponen utama bagi semua mahluk hidup, dan sebagai kekuatan utama yang
secara konsisten membentuk permukaan bumi (Indiarto, 2010). Air mempunyai
karakteristik yang unik dibandingkan sumberdaya alam lainnya, yaitu bersifat
terbarukan dan dinamis (Kodoatie dkk, 2005).
Ketersediaan air bagi mahluk hidup, terutama untuk pemenuhan kebutuhan
manusia untuk bertahan hidup dan kepentingan komersial lainnya tidak hanya
sekedar berdasarkan kuantitasnya, tetapi juga kualitasnya (Kodoatie dkk, 2005).
Kebutuhan air selalu mendapatkan perhatian lebih bagi manusia karena
pentingnya peran air bagi keberlangsungan hidupnya. Tidak sedikit bencana
kemanusiaan timbul sebagai akibat dari usaha manusia dalam memenuhi
kebutuhannya akan air bersih. Distribusi spasio-temporal air yang tidak merata
dapat menyebabkan banjir di suatu tempat atau kekeringan di tempat lainnya.
Permasalahan semakin pelik ketika faktor kualitas juga menjadi syarat agar air
bisa digunakan untuk kebutuhan harian masyarakat.
Indonesia merupakan sebuah negara yang terletak di daerah tropis
memiliki dua musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Jumlah air di
suatu wilayah tergantung dari musim. Pada waktu musim kemarau jumlah air
terbilang sedikit bahkan ada beberapa wilayah yang mengalami kekeringan pada
musim ini, sedangkan pada musim penghujan jumlah air meningkat cukup tinggi
(Kodoatie dkk, 2005). Sumber air yang dapat digunakan masyarakat tidak hanya
diperoleh dari air hujan karena pasokannya terbatas, yaitu hanya pada musim
penghujan. Sumber air yang lain dapat diperoleh dari air permukaan pada sungai-
sungai dan pada air tanah (Sudamadji, 2013).
Air tanah adalah air yang ada di permukaan tanah pada zona jenuh air
dengan tekanan hidrostatis sama atau lebih besar daripada tekanan udara
(Purnama, 2014). Air tanah yang muncul kepermukaan tanah dapat berupa mata
2
air atau rembesan. Air tanah yang muncul sebagai titik disebut mata air dengan
debit kurang dari 1 liter per detik hingga mencapai ribuan liter per detik. Titik
pmunculannya terdapat pada daerah rendah, yaitu lembah sungai, perubahan
ketinggian lereng, dan di tempat yang memungkinkan terpotongnya aliran air
tanah. Pemunculan mata air dapat pula berbentuk garis memanjang dengan debit
yang kecil dan sulit diukur, jenis mata air ini disebut rembesan. Pada umumnya
mata air mempunyai kualitas yang baik, sehingga sebagian besar masyarakat
menggunakan mata air sebagai sumber air utama pemenuhan kebutuhan air
mereka (Sudamadji, 2013).
Kecamatan Kokap yang termasuk wilayah Kabupaten Kulonprogo,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki karakteristik topografi berbukit
yang menyulitkan masyarakat memanfaatkan air tanah bebas. Kebutuhan air
bersih bagi masyarakat lebih banyak dipenuhi dari mata air - mata air yang
didistribusikan dengan tenaga gravitasional, tetapi keberadaan mata air masih
belum cukup untuk memenuhi kebutuhan sebagian masyarakat ketika musim
kemarau saat debit mata air berkurang.
Distribusi mata air dan penilaian potensinya merupakan syarat awal dalam
usaha pemanfaatan mata air untuk kebutuhan domestik masyarakat. Lokasi mata
air akan menentukan teknik pemanfaatan, sedangkan kajian potensi yang meliputi
aspek kualitas dan kuantitas akan menentukan kelayakan air untuk dimanfaatkan.
Kajian demografis juga diperlukan untuk menghitung kebutuhan air bersih
masyarakat terhadap kapasitas optimal mata air yang dapat dimanfaatkan.
Kecamatan kokap merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Kuloprogo dengan luas 586,28 km2. Secara geomorfologi Kecamatan Kokap
meiliki dua jenis bentuk lahan, yaitu sebelah utara didominasi oleh pegunungan
denudasional dengan kemiringan lereng relative agak curam hingga curam dan
bagian sebelah selatan didominasi lereng bergelombang hingga relatif datar.
Kondisi fisik dari daerah Kecamatan Kokap yang sebagian besar didominasi oleh
perbukitan denudasional dengan tekstur tanah yang didominasi berupa lempung
yang mempunyai sifat retak-retak ketika musim kemarau dan mampu menyerap
air sebanyak-banyaknya ketika musim penghujan, serta adanya perbedaan
ketinggian dan kemiringan disemua wilayahnya menjadi sebab terdapatnya mata
3
air dan rembesan yang dapat digunakan masyarakat sebagai sumber air bersih
untuk memenuhi kebutuhan air mereka.
Peningkatan jumlah penduduk yang terjadi setiap tahun di Kecamatan
Kokap. Pada tahun 2010 penduduk berjumlah 31.124 jiwa, tahun 2011 jumlah
penduduk meningkat menjadi 31.231 jiwa, dan tahun 2012 penduduk terus
meningkat dengan jumlah 31.848 jiwa (BPS Kabupaten Kulonprogo 2013).
Peningkatan jumlah penduduk mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan air
bersih yang pada gilirannya akan menjadi masalah kelangkaan air, terutama pada
musim kemarau ketika kuantitas air menurun. Uraian singkat mengenai
permasalahan tersebut mendasari perlunya dilakukan kajian mengenai sebaran dan
potensi mata air dalam usaha pemenuhan kebutuhan air bersih di Kecamatan
Kokap, Kabupaten Kulonprogo.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, permasalahan dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Dimanakah titik-titik mata air yang potensial untuk dimanfaatkan di
Kecamatan Kokap?
2. Bagaimana karakteristik mata air di Kecamatan Kokap berdasarkan
kuantitas dan kuantitasnya?
3. Bagaimana potensi dan daya dukung mata air untuk memenuhi kebutuhan
domestik masyarakat Kecamatan Kokap?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan penelitian yang telah dirumuskan, penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Memetakan titik-titik mata air yang potensial untuk dimanfaatkan di
Kecamatan Kokap
2. Menghitung karakteristik mata air di Kecamatan Kokap berdasarkan
kuantitas dan kuantitasnya
3. Menganalisis potensi dan daya dukung mata air untuk memenuhi
kebutuhan domestik masyarakat Kecamatan Kokap
4
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran
sebagai bahan pengambilan kebijakan pembangunan bagi pemerintah daerah
khususnya pada daerah penelitian, Kecamatan Kokap. Pemanfaatan sumber mata
air diharapkan menjadi alternatif solusi untuk menyelesaikan masalah kekurangan
pasokan air bersih bagi sebagian besar masyarakat di lokasi penelitian. Selain itu,
kegiatan ini merupakan wahana bagi para mahasiswa peneliti untuk menerapkan
segala pengetahuan dan keahlian yang diperoleh selama masa kuliah di kelas.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mata Air
2.1.1 Pengertian Mata air
Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk
kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi. Tubuh manusia terdiri dari
55% sampai 78% air, tergantung dari ukuran badan. Agar dapat berfungsi dengan
baik, tubuh manusia membutuhkan antara satu sampai tujuh liter air setiap hari
untuk menghindari dehidrasi (jumlah pastinya bergantung pada tingkat
aktivitas, suhu, kelembaban, dan beberapa faktor lainnya).
Mata air (springs) adalah pemusatan pengeluaran air tanah yang muncul di
permukaan tanah sebagai arus dari aliran air (Purnama, 2014). Mata air dibedakan
dengan rembesan (seepage), rembesan adalah air tanah yang keluar secara
perlahan-lahan dan menyebar pada permukaan tanah. Faktor-faktor yang
mempengaruhi keadaan mata air adalah tinggi rendahnya curah hujan,
karakteristik hidrologi permukaan tanah (terutama permeabilitasnya), topografi,
karakteristik hidrologi, formasi akuifer dan struktur geologi daerahnya (Tolman,
1937).
Para ahli hidrogeologi berpendapat, sumber mata air yang paling layak dan
paling bagus dikonsumsi adalah sumber air yang berasal dari mata air pegunungan
vulkanik. Mata air pegunungan vulkanik memenuhi ketiga syarat karakteristik
sumber air tanah, yaitu kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Kuantitas dipengaruhi
oleh curah hujan, siklus air dan kondisi hidrogeologis area di sekitar sumber daya
air tersebut. Kualitas dipengaruhi oleh faktor alami (kondisi serta komposisi tanah
dan batuan) maupun aktivitas manusia (pertanian, pencemaran rumah tangga,
industri, dan lain sebagainya). Sedangkan kontinuitas memberi keseimbangan
antara pemakaian dan pengisian ulang.
Debit mata air di pegunungan umumnya besar dan terus menerus karena di
daerah ini umumnya merupakan daerah basah dengan intensitas curah hujan tinggi
serta masih memiliki daerah tangkapan air yang relatif baik.
6
2.1.2 Faktor Yang Memengaruhi Karakteristik Mata Air
Faktor-faktor yang memengaruhi karakteristik mata air, antara lain:
1. Curah Hujan
Curah hujan merupakan sumber utama air tanah. Air yang jatuh ke
permukaan bumu sebagaian akan mengalir ke sungai dan sebagiannya lagi
akan meresap kedalam tanah. Besarnya air hujan yang menyerap kedalam
tanah tergntung pada konsdi geologi, jenis tanah, topografi, dan penggunaan
lahan.
2. Karakteristik Hidrologi Permukaan
Karakteristik hidrologi permukaan berpengaruh terhadap pembentukan air
tanah dan permeabilitas tanah. Batuan atau tanah yang permeabilitasnya
besar, maka jumlah air yang masuk dalam akuier akan besar dan sebaliknya.
3. Topografi
Indikator topografi yang berpengaruh paling besar pada debit mata air adalah
kemiringan lereng. Tempat dengan topogafi curam membentuk debit air tanah
yang relatif kecil karena air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan cepat
mengalir, sehingga kesempatan air hujan yang jatuh pada daerah tersebut
akan sedikit untuk menyerap kedalam tanah. Berbeda halnya dengan
perubahan lereng yang curam, pada daerah ini akan banyak terdapat mata air
karena lapisan tanah yang terpotong.
4. Karakteristik Hidrologi Formasi Akuifer
Karakteristik hidrologi formasi akuifer sangat berpengaruh terhadap
pemunculan mata air , Hal ini terjadi pengaruh muka air tanah. Apabila muka
air tanah terpotong oleh permukaan tanah akan muncul mata air sebagai mata
air depresi. Kemunculan akuifer meloloskan air berpengaruh juga terhadap
pemunculan mata air
5. Struktur geologi
Struktur geologi pada daerah patahan sering dijumpai mata air sebagai akibat
perpotongannya lapisan akuifer hasil dari perpendahan atau pergeseran
batuan atau tanah.
7
2.1.3 Klasifikasi Mata air
2.1.3.1 Mata air Berdasarkan Sifat Pengaliran
1. Mata air menahun (perenial springs) yaitu mata air yang
mengeluarkan air sepanjang tahun dan tidak dipengaruhi oleh curah
hujan.
2. Mata air musiman (intermitten spriings) yaitu mata air yang
mengeluarkan airnya pada musim-musim tertentu dan sangat
tergantung dari curah hujan.
3. Mata air periodik (periodic springs) yaitu mata air yang mengeluarkan
airnya pada periode tertentu. Faktor penyebabnya adalah
berkurangnya evapotranspirasi pada malam hari, perubahan tekanan
udara, pasang surut, dan pemanasan air oleh batuan.
2.1.3.2 Mata Air Berdasarkan Debit
Debit Mata air sangat bervariasi bergantung pada luasan daerah imbuh
(catchment area) dan besarnya imbuh (storage). Meinzer membagi
klasifikasi mata air berdasarkan debit menjadi 8 kelas, yaitu:
1. Kelas I ( Debit rata-rata > 10 l/detik)
2. Kelas II ( Debit rata-rata 1-10 l/detik)
3. Kelas III ( Debit rata-rata 0,1-1 l/detik)
4. Kelas IV ( Debit rata-rata 10-100 l/detik)
5. Kelas V ( Debit rata-rata 1-10 l/detik)
6. Kelas VI ( Debit rata-rata 0,1-1 l/ detik)
7. Kelas VII ( Debit rata-rata 10-100 ml/ detik)
8. Kelas VIII ( Debit rata-rata < 10 ml/ detik)
2.1.3.3 Mata Air Berdasarkan Suhu
1. Mata air dingin (cold spring) yaitu mata air yang suhu airnya rendah,
biasanya berasal dari pencairan salju atau es.
2. Mata air normal (non thermal or ordinary temperature springs) yaitu
mata air yang suhu airnya hampir sama dengan suhu udara atau
lingkungan sekitarnya.
8
3. Mata air panas (Thermal springs) yaitu mata air yanng suhu airnya
lebih tinggi dari suhu udaranya sekitarnya.
2.1.3.4 Mata Air Berdasarkan Tenaga Penyebabnya
Ada dua tenaga yang menyebabkan terjadinya pemunculan air tanah ke
permukaan, yaitu tenaga non gravitasi dan tenaga gravitasi (Bryan dalam
Todd, 1980).
1. Mata air yang terjadi karena tenaga non gravitasi antara lain mata air
vulkanis (volcanic springs) dan mata air celah (fissure sprigs) yang
biasanya berupa Mata air panas.
2. Mata air yang disebabkan oleh tenaga gravitasi dibedakan menjadi
beberapa tipe, yaitu mata air artesis, mata air retakan atau pipa (tubular
or fracture springs), dan lainnya.
2.1.3.5 Mata Air Berdasarkan Tipe Material Pembawa Air
1. Mata air yang muncul dari material lulus air: perched springs, springs
from old soil on mountain upland, talue springs, landslide springs,
springs from old alluvium, pocket spring, mean springs, cueasta
springs. desert springs, barrier springs.
2. Mata air yang muncul dari material lulus air: channel springs, valley
springs, cliff springs, dimple springs, alluvial-slope springs.
3. Mata air yang muncul pada perselingan batuan lulus dan kedap air:
Monoclinal springs, synclinal springs, antlellnal springs,
unconformity springs.
4. Mata air yang muncul dari saluran pelarutan, banyak ditemukan di
daerah yang berbatu gamping.
5. Mata air pada lava
6. Mata air yang muncul dari retakan batuan.
9
2.2 Kualitas, Kuantitas dan Kebutuhan Air
2.2.1 Kualitas Air
1. Persyaratan Fisik
Syarat-syarat sumber mata air yang dapat digunakan sebagai air bersih
sebagai berikut:
a. Daya Hantar Listrik (DHL)
Daya hantar listrik (DHL) menunjukkan kemampuan air dalam
menghantarkan listrik. DHL dapat digunakan dalam identifikasi
awal konsentrasi ion terlarut. Semakin tinggi nilai DHL, maka
konsentrasi ion terlarut dalam air juga semakin tinggi. Walaupun
secara spesifik tidak dapat ditentukan langsung jenis ion apa yang
berkadar tinggi, tetapi DHL dapat dijadikan indikator awal
terhadap tinggi rendahnya kadar ion total di dalamnya. Perairan
alami, pada umumnya memiliki DHL sekitar 20-1500 µmhos/cm.
b. Kekeruhan
Kekeruhan menggambarkan sifat optic air yang ditentukan
berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh
bahan-bahan yang terdapat di dalam air. Air yang berkualitas harus
memenuhi persyaratan fisik seperti berikut jernih atau tidak keruh.
Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik
yang tersuspensi dan terlarut di dalam air. Semakin tinggi nilai
padatan tersuspensi, nilai kekeruhan juga semakin tinggi Derajat
kekeruhan dinyatakan dengan satuan unit.
c. Tidak berwarna
Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna
berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi
kesehatan.
d. Rasanya tawar
Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam,
manis, pahit, atau asin menunjukan bahwa kualitas air tersebut
tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu
10
yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya
asam organik maupun asam anorganik.
e. Tidak berbau
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh
maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan-
bahan organik yang sedang mengalami dekomoposisi (penguraian)
oleh mikroorganisme air.
f. Temperaturnya normal
Temperatur air dapat berpengaruh terhadap reaksi kimia dalam air.
Peningkatan temperatur juga menyebabkan penurunan kelarutan
gas dalam air, seperti oksigen dan karbondioksida. Termperatur
mata air dipengaruhi oleh kedudukan asal air, di mana semakin
dalam asal air, semakin tinggi temperaturnya. Air yang baik harus
memiliki temperatur sama dengan temperatur udara (20-26ºC). Air
yang secara mencolok mempunyai temperatur di atas atau di bawah
temperatur udara berarti mengandung zat-zat tertentu yang
mengeluarkan atau menyerap energi dalam air.
g. Tidak mengandung zat padatan
Bahan padat adalah bahan yang tertinggal sebagai residu pada
penguapan dan pengeringan pada suhu 103 -105ºC (Kusnaedi,
2004)
Persyaratan fisik air berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 907/ MENKES/ SK/VII/2002 tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1. Persyaratan Kualitas Air Bersih Secara Fisika
Sumber : Departemen Kesehatan RI
Parameter Satuan Kadar Maksimum
yang diperbolehkan Keterangan
Warna TCU 15 Tidak
berbau dan
berasa
Rasa dan bau - -
Temperatur ºC Suhu 3ºC
Kekeruhan NTU 5
11
2. Persyaratan Kimia
Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia berikut:
a. pH netral
pH adalah merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan
intensitas keadaan asam atau basa suatu larutan. Skala pH diukur
dengan pH meter atau lakumus. Air murni mempunyai pH 7. Apabila
pH di bawah 7 berarti air bersifat asam, sedangkan bila di atas 7
bersifat basa (rasanya pahit).
b. Tidak mengandung bahan kimia beracun
Air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia beracun
seperti sianida sulfida, fenolik.
c. Tidak mengandung garam-garam atau ion-ion logam
Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam atau ion-ion logam
seperti Fe, Mg, Ca, K, Hg, Zn, Cl, Cr, dan lain-lain.
d. Kesadahan rendah
Kesadahan adalah merupakan sifat air yang disebabkan oleh adanya
ion-ion (kation) logam valensi dua. Tingginya kesadahan berhubungan
dengan garam-garam yang terlarut di dalam air terutama garam Ca dan
Mg.
e. Tidak mengandung bahan organik
Persyaratan kimia air berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 907/ MENKES/ SK/VII/2002 tersaji pada Tabel 2.
3. Persyaratan Bakteriologis
Air tidak boleh mengandung Coliform. Air yang mengandung golongan
Coli dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran manusia (Totok
Sutrisno, 2004).
Persyaratan Bakteriologis air berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 907/ MENKES/ SK/VII/2002 tersaji pada
Tabel 3.
12
Tabel 2. Persyaratan Kualitas Air Bersih Secara Kimia
Parameter Satuan Kadar
maksimum
Antimon mg/L 0.005
Air Raksa mg/L 0.001
Arsenic mg/L 0.01
Barium mg/L 0.7
Boron mg/L 0.3
Kadmium mg/L 0.003
Kromium(Valensi 6) mg/L 0.05
Tembaga mg/L 2
Sianida mg/L 0.07
Flourida mg/L 1.5
Timbal mg/L 0.01
Molybdenum mg/L 0.07
Nikel mg/L 0.02
Nitrat mg/L 50
Nitri mg/L 3
Selenium mg/L 0.01
Sumber : Departemen Kesehatan RI
Tabel 3. Persyaratan Kualitas Air Bersih secara Bakteriologis
Parameter Satuan Kadar Maksimum yang
diperbolehkan
Total Bakteri
Coliform
Jumlah per 100 ml
sampel
0
Sumber : Departemen Kesehatan RI
2.2.2 Kuantitas Air
Kuantitas adalah jumlah atau banyaknya sesuatu (EM Zul Fjri, dkk. 2000).
Kuantitas mata air ditentukan dengan besarnya debit mata air. Mata air dapat
mempunyai debit antara beberapa liter per detik hingga ribuan liter per detik.
Debit mata air dapat diukur bila pemunculannya jelas. Debit mata air
menunjukkan karakteristik akuifer melepaskan air tanah dan simpanan air tanah
yang ada didalamnya. Debit mata air yang bersifat kontinu dari waktu ke waktu
tidak mengalami perubahan, tetapi ada juga debit mata air yang bersifat fluktuatif
yang tergantung pada musim. Pada musim hujan ketika curah hujan tinggi
13
menyebabkan jumlah pasokan air kedalam daerah tangkapan besar, tetapi pada
musim kemarau saat curah hujan kecil, maka debit mata air menjadi kecil. Debit
mata air yang kontinu berasal dari akufier tertekan yang mana akuifer ini
mempunyai daerah tangkapan yang luas. Daerah yang memiliki luas tangkapan
yang sempit menghasilkan debit yang kecil (Sudarmadji, 2012)
Menurut I Wayan Sudiarsa (2004), permasalahan kuantitas air lebih
menjurus pada kemampuan merosotnya daya dukung yang mengecil karena hal-
hal berikut :
1. Eksploitasi berlebihan
Eksploitasi air yang berlebihan dapat mengakibatkan imbangan air
melampaui daya dukungnya.
2. Eksploitasi yang tidak tepat sasaran
Eksploitasi penggunaan air yang tidak tepat sasaran dan hanya mengejar
kepentingan jangka pendek, misalnya pengeboran air tanah untuk irigasi.
3. Pengrusakan daerah resapan air
Pengrusakan daerah resapan air, seperti hutan, yang menimbulkan puncak
hidrograf yang tinggi dan berakibat menurunnya infiltrasi air untuk menjadi
air tanah.
3. Belum adanya konsistensi dan komitmen yang tinggi dari usaha-usaha
konservasi air, walaupun dengan cara-cara yang sederhana
2.2.3 Kebutuhan Air
Penduduk di Indonesia sebagian besar masih tergantung pada air yang
terdapat pada sumber alami, terutama penduduk yang tinggal pelosok, bahkan ada
diantara mereka juga menggunakan air dengan kualitas rendah (tidak memenuhi
standar baku mutu air bersih). Hal ini terpaksa mereka lakukan karena
keterbatasan pengetahuan dan sarana penunjang penyediaan air bersih (Kusnaedi,
2004).
Semakin tinggi tingkat hidup seseorang, maka akan semakin tinggi pula
tingkat kebutuhan air (Totok Sutrisno, 2004). Menurut Undang-undang Republik
Indonesia nomor 7 tahun 2004 tentang sumber daya air, yang dimaksud dengan
kebutuhan pokok sehari-hari adalah air untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-
14
hari yang digunakan pada atau diambil dari sumber air untuk keperluan sendiri
guna mencapai kehidupan yang sehat, bersih dan produktif.
Keperluan air per orang per hari terdiri dari keperluan air minum,
keperluan air untuk memasak, air untuk Mandi Cuci Kakus (MCK), air untuk
mencuci pakaian, air untuk wudhu, air untuk kebersihan rumah, air untuk
menyiram tanaman, dan air untuk keperluan yang lainnya (Wardhana, 2001).
Tabel 4. Keperluan Air Per Orang Per Hari
Keperluan Air yang dipakai (liter)
Minum 2.0
Memasak; kebersihan dapur 14.5
Mandi; kakus 20.0
Cuci pakaian 13.0
Air Wudhu 15.0
Air untuk kebersihan rumah 32.0
Air untuk menyiram tanaman 11.0
Air untuk mencuci kendaraan 22.5
Air untuk keperluan lain-lain 20.0
Jumlah 150.0
Sumber : Wisnu Arya Wardhana (2001)
16
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Pemilihan lokasi penelitian distribusi dan potensi mata air untuk
pemenuhan air bersih di Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo dipilih
berdasarkan pertimbangan berikut:
1. Secara geomorfologi Kecamatan Kokap didominasi oleh pegunungan
denudasional dengan kemiringan lereng relatif agak curam hingga curam
sebelah utara, sedangkan untuk bagian sebelah selatan didominasi lereng
bergelombang hingga relatif datar. Keragaman geomorfologi Kecamatan
Kokap menjadikan wilayah ini memiliki perbedaan kemiringan dan
ketinggian pada setiap wilayahnya dan dengan tekstur tanah yang
didominasi berupa lempung yang mempunyai sifat retak-retak ketika
musim kemarau dan mampu menyerap air sebanyak-banyaknya ketika
musim penghujan, sehingga terdapat banyak mata air dan rembesan yang
dapat digunakan masyarakat sebagai sumber air bersih untuk memenuhi
kebutuhan mereka.
2. Jumlah penduduk di Kecamatan Kokap terus bertambah setiap tahunnya,
dengan rata-rata pertambahan penduduk tahun 2010-2012 sebanyak 242
jiwa/tahun
3.2 Rancangan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi mata air,
mengevaluasi kelayakannya untuk dimanfaatkan, dan menghitung jumlah rumah
tangga yang dapat terpenuhi kebutuhan air bersihnya berdasarkan kajian potensi
mata air yang dilakukan. Distribusi mata air didapat dengan melakukan kajian
terhadap data sekunder dari intansi terkait dan dikombinasikan dengan survei
lapangan terhadap mata air yang belum terpetakan. Sumber informasi untuk mata
air yang belum terpetakan dapat diperoleh dari penduduk sekitar. Setiap mata air
17
yang ditemukan kemudian dievaluasi kelayakannya untuk dimanfaatkan, baik dari
segi kualitas maupun kuantitasnya.
Kebutuhan air domestik bagi setiap rumah tangga dapat diketahui dari
kajian literatur yang telah ada. Dari jumlah rumah tangga yang ada di sekitar mata
air dan kebutuhan total air bersih, dapat diketahui kemampuan mata air dalam
memasok kebutuhan air bersih. Rumah tangga yang diperhitungkan untuk
mendapat pasokan air bersih hanya rumah tangga yang berada di sekitar mata air
dan elevasi tempat tinggalnya lebih rendah dari elevasi mata air. Hal ini
disebabkan pendistribusian air bersih diskenariokan secara gravitasional.
3.3 Alat dan Bahan
Kebutuhan alat dan bahan untuk mendukung penelitian ini dirinci sebagai berikut:
3.4.1 Alat
1. GPS
2. Komputer
3. Perangkat lunak ArcGIS 9.3
4. Pita ukur
5. Stop watch
6. EC-Meter
7. pH meter
8. Gelas gkur
3.4.2 Bahan
1. Peta RBI skala 1:25.000
2. Citra satelit
3. DEM 30m
3.4 Data yang Diperlukan
Data yang dibutuhkan untuk penelitian distribusi dan potensi mata air
untuk pemenuhan kebutuhan air bersih di Kecamatan Kokap disajikan pada Tabel
5.
18
Tabel 5. Data Penelitian, Jenis Data, dan Teknik Pengumpulan Data
Variabel Data Jenis Data Teknik
Pengumpulan Data
Distribusi mata air Lokasi mata air Primer Survei lapangan
Karakteristik mata
air
Kuantitas air:
Debit air
Primer
Pengukuran lapangan dan analisis
laboratorium
Kualitas air
1. Warna, bau, rasa air
2. Kekeruhan
3. pH 4. Daya hantar listrik
(DHL)
Potensi dan daya
dukung mata air
1. Jumlah penduduk 2. Kebutuhan air
domestik
Primer dan
sekunder
Survei Instansional
dan wawancara
3.5 Metode dan Teknik Penelitian
Penelitian ini dibagi ke dalam 3 tahap utama, yaitu tahap pra lapangan,
tahap lapangan dan tahap pasca lapangan.
3.5.1 Tahap Pra Lapangan
Tahap pra lapangan terdiri atas tahapan persiapan sebelum kegiatan di
lapangan berlangsung dan tahapan pengumpulan data sekunder. Dalam tahap ini,
kegiatan yang dilakukan adalah penentuan lokasi survey mata air yang akan
digunakan sebagai acuan dalam crosscheck lapangan dan pengambilan data di
lapangan. Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah wilayah
administrasi, yaitu lima desa yang ada di Kecamatan Kokap. Kegiatan lain yang
dilakukan dalam tahap adalah penyusunan checklist lapangan dan daftar
pertanyaan untuk wawancara. Pembuatan checklist lapangan bertujuan untuk
mempermudah mencatat segala informasi atau data mengenai karakteristik mata
air dari segi kuantitas dan kualitasnya. Pertanyaan untuk wawancara dibuat untuk
mengetahui besar kebutuhan air masyarakat yang diperoleh dari mata air, yang
pada gilirannya akan menghasilkan data potensi dan daya dukung mata air.
Pengumpulan data sekunder yang nantinya dibutuhkan sebagai
penunjang informasi di lapangan serta analisis data juga dilakukan pada tahap ini.
Data sekunder yang dikumpulkan berupa peta geologi, data curah hujan dan data
kependudukan yang diperoleh dari instansi terkait.
19
3.5.2 Tahap Lapangan
1. Pengukuran Lapangan
Pengukuran lapangan berupa pengamatan dan pencatatan koordinat lokasi
mata air dengan menggunakan GPS. Kondisi lapangan yang diamati
meliputi:
a. Sumber asal mata air (nama mata air )
b. Letak mata air secara administratif
c. Penggunaan lahan
d. Kontinuitas aliran
2. Pengukuran Debit Mata air
a. Metode volumetrik
Prinsip metode ini adalah mengukur perbandingan tertampungnya air
pada volume tertentu dalam satuan waktu. Rumus yang digunakan
adalah :
Q = 𝑉
𝑡
Dengan Q = debit (m3/dt)
V = volume air (m3)
t = waktu (dt)
b. Metode Emboys Float
1) Menentukan panjang selokan yang akan diukur kecepatan
arusnya.
2) Mengukur waktu yang digunakan untuk menempuh jarak yang telahditentukan
dengan menggunakan pelampung.
3) Menentukan konstanta perairan dengan melihat keadaan dasar
perairan(0,8 untuk dasar perairan berbau dan berkerikil 0,9 untuk
dasar perairanberlumpur)
4) Menghitung debit air dengan rumus :
R = WDAL / T
Keterangan:
R = debit air
W = rata-rata lebar (m)
20
D = rata-rata kedalaman (m)
A = konstanta perairan
L = jarak yang ditempuh pelampung (m)
T = waktu (detik)
c. Metode kecepatan arus
V = aN + b
Q = V x A
Keterangan:
V = kepatan arus (m/dt)
a,b = konstanta alat
N = jumlah putaran/waktu
Q = debit aliran
d. Perhitungan Kebutuhan Air Bersih
Kebutuhan air minum diperoleh dari data sekunder yang terdapat di
Departemen Pekerjaan Umum. Perhitungan kebutuhan total di Kecamatan
Kokap yaitu :
Total kebutuhan air = jumlah penduduk x kebutuhan air
e. Pengukuran sifat fisik Mata air di lapangan yaitu mengamati sifat fisiknya
seperti warna dan bau air sedangkan pengukuran DHL dengan
menggunakan EC meter dilakukan pasca lapangan dengan mengukur
sampel air yang telah diambil di lapangan.
f. Pengukuran sifat kimia mataaiar di lapangan yaitu pH menggunakan pH
stick paper.
3. Metode Gravitasional Untuk Menetukan Sumber Pemasok Air
Dalam metode ini, diasumsikan bahwa rumah tangga yang dapat
memanfaatkan air dari Mata air adalah rumah tangga yang berada dekat
dengan lokasi Mata air dan letaknya tidak lebih tinggi dari elevasi lokasi
Mata air . Selain itu asumsi lain yang digunakan adalah, pemanfaatan Mata
air sebagai sumber air bagi masyarakat menggunakan sistem yang
tradisional tanpa mengggunakan aktivitas pemompaan dalam
pemanfaatannya.
21
3.5.3 Tahap Pascalapangan
Hasil dari kegiatan lapangan kemudian disusun sedemikian rupa
sehingga menjadi database yang akan digunakan dalam analisis data. Database
berupa peta ditribusi mata air di Kecamatan Kokap, Deskripsi karakteristik mata
air dari aspek kuantitas dan kuantitasnya; dan perhitungan potensi dan daya
dukung mata air untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat Kecamatan
Kokap.
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan pada sebuah penelitian sangat
bergantung pada masing-masing kegiatan penelitian yang dilakukan. Teknik
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Analisis spasial dilakukan dengan sistem informasi geografi untuk melihat
sebaran keruangan potensi mata air di Kecamatan Kokap, Kabupaten
Kulonprogo.
2. Analisis deskriptif kuantitatif dilakukan untuk mendeskripsikan
karakteristik mata air, dan membuat perhitungan potensi dan daya dukung
mata air untuk memenuhi kebutuhan air domestik mastarakat Kecamatan
Kokap.
3.7 Penyajian Hasil
Hasil akhir penelitian ini adalah sebaran mata air yang berpotensi untuk
dimanfaatkan masyarakat kecamatan Kokap sebagai sumber air bersih untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka. Hasil tersebut disajikan dalam bentuk peta
yang menjelaskan lokasi mata air dan permukiman masyarakat.
Selain itu, akan diketahui juga potensi dan daya dukung mata air di
Kecamatan Kokap dalam memenuhi kebutuhan rumahtangga dalam hal ini hasil
penelitian kuantitas dan kualitas mata air nya disajikan dalam tabel dan diagram.