laporan kp ryan
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gambar televisi pertama muncul pada tahun 1920 di Amerika Serikat,
sedangkan bentuk pesawat televisi pertama muncul di sebuah pameran New York
World’s Fair ditahun 1939 dengan ukuran tv 8x10 inch. Sistem siaran televisi elektris
sendiri diciptakan oleh Vladimir Katajev Zworkyn dan dikembangkan lagi pada
tahun 1930 oleh Philo T Fransworth.
Semua pihak menyadari bahwa kehadiran televisi di dunia tidak dapat
dilepaskan dari perkembangan teknologi elektronika dan pengembangan televisi itu
sendiri sangat tergantung dari perkembangan teknologi elektronika itu sendiri.1
Namun munculnya TV Swasta di tahun 1990-an di Indonesia membuat
kebijakan pemerintah mengenai televisi berubah secara mendasar, dimana monopoli
siaran tidak terulang kembali. Kini sejak era siaran TV Swasta semarak perkembangan
dunia broadcasting tv pun semakin maju terutama di pertelevisian Indonesia yang
jika disimpulkan tv di Indonesia terbagi atas empat yakni: Televisi
negara/pemerintah, Televisi Swasta, Televisi Komunitas, Televisi Berlangganan.
Keempat mempunyai potensi untuk berkembang dan menjadi sarana penyampaian
informasi, hiburan dan pendidikan.2
1Drs. J.B. Wahyudi, Media Komunikasi Massa Televisi, (Bandung: P.T. Alumni, 1986), 327 2 Anton, Mabruri, KN, Paduan Penulisan Naskah TV, Format Acara Non Drama, News dan Sport, (Jakarta:
PT Gramedia Widasarana Indonesia, 2013), x3
Berkembang pesatnya dunia pertelevisian dan teknologi penyiaran di
Indonesia juga berimbas kepada penyerapan tenaga kerja yang kompeten dan
profesional. Televisi juga memiliki pengaruh besar bagi penonton tidak hanya
pengaruh dalam hal positif melainkan dalam hal negatif juga. Televisi memiliki daya
tarik tersendiri bagi khalayak sehingga membuat penonton lebih lama duduk di
depan televisi untuk menonton program yang mereka anggap menarik.
Televisi saat ini sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan
manusia. Seperti yang kita lihat di Indonesia sendiri, semenjak dibukanya Televisi
Republik Indonesia (TVRI) pada tanggal 24 agustus 1962, maka selama 27 tahun
penonton televisi di Indonesia hanya dapat menonton satu saluran televisi. Sampai
pada tahun 1989, stasiun televisi swasta mulai muncul untuk menjawab kebutuhan
akan tontonan yang beragam bagi masyarakat. Kemudian dengan adanya gerakan
reformasi pada tahun 1998 juga telah menjadi faktor pendukung yang besar dalam
memicu perkembangan industri televisi. Sampai saat sekarang tercatat ada sekitar 11
stasiun televisi swasta yang jangkauan siaranya bersifat nasional. Bukan hanya itu,
televisi lokal juga telah banyak bermunculan diberbagai daerah.
Institut Seni Indonesia Padangpanjang membuka Jurusan Televisi dan Film
untuk menyiapkan tenaga terampil dibidang Televisi dan Film. Untuk
memaksimalkan pengetahuan teori dan kemampuan mahasiswa yang telah didapat
dibangku perkuliahan, maka diselenggarkan mata kuliah Kerja Profesi (KP). Dengan
mata kuliah Kerja Profesi ini, mahasiswa bisa mengetahui apa sebenarnya yang terjadi
dilapangan supaya mahasiswa nantinya tidak canggung saat berada dilapangan dan
juga mahasiswa bisa mengaplikasikan ilmu yang dipelajari dikampus.
Pelaksanaan Kerja Profesi ini dilaksanakan selama 60 hari kalender. Pada
kegiatan ini mahasiswa diharapkan secara langsung mempraktekkan keterampilan
teknis yang sudah dimiliki di bangku perkuliahan, mahasiswa melakukan
pengamatan terhadap pelaksanaan terapan dari teori-teori yang sudah dipelajari
selama saat melakukan Kerja Profesi disebuah Stasiun Televisi atau di Rumah
Produksi.
B. Tujuan
Tujuan utama dalam pelaksanaan kerja profesi adalah untuk memenuhi salah
satu syarat utama menyesaikan proses perkuliahan. Selain itu juga untuk
mengaplikasikan pengetahuan terori dan ketempilan teknis dibidang pertelevisian
yang sudah diperoleh dibangku perkuliahan. Kerja profesi ini bertujuan untuk
mempelajari proses kerja profesional yang diterapkan dalam dunia industri
pertelevisian dan perfilman.
C. Manfaat
Manfaatan pelaksanaan Kerja Profesi bagi mahasiswa adalah:
1. Dapat menerapkan pengetahuan dan teori serta keterampilan teknis
dibidang produksi televisi.
2. Untuk mengetahui kondisi sebenarnya yang terjadi dilapangan dan agar
mahasiswa tidak canggung nantinya saat berada di dunia pertelevisian dan
perfilman.
3. Menambah wawasan dan pengalaman mahasiswa yang didapat saat
melaksanakan Kerja Profesi.
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
Nama Perusahaan : TVRI SUMBAR
Alamat Perusahaan : Jalan By Pass Km 16, Koto Panjang, Kota
Padang, Sumatera Barat
Slogan : TV Publiknyo Urang Minang
Telp : (0751) 30614, 30615
(0751) 30615
Fax : (0751) 30615
Gambar 2.1: Logo TVRI
A. Sejarah TVRI
Televisi Republik Indonesia (TVRI) merupakan lembaga penyiaran yang
menyandang nama negara mengandung arti bahwa dengan nama tersebut siarannya
ditujukan untuk kepentingan negara. Sejak berdirinya tanggal 24 Agustus 1962, TVRI
mengemban tugas sebagai televisi yang mengangkat citra bangsa melalui
penyelenggaraan penyiaran peristiwa yang berskala internasional, mendorong
kemajuan kehidupan masyarakat serta sebagai perekat sosial.
Dinamika kehidupan TVRI adalah dinamika perjuangan bangsa dalam proses
belajar berdemokrasi. Pada tanggal 24 Agustus 1962 dalam era Demokrasi Terpimpin,
TVRI berbentuk Yayasan yang didirikan untuk menyiarkan pembukaan Asian Games
yang ke IV di Jakarta.
Memasuki era Demokrasi Pancasila pada tahun 1974, TVRI telah berubah
menjadi salah satu bagian dari organisasi dan tata kerja Departemen Penerangan
dengan status sebagai Direktorat yang bertanggungjawab Direktur Jenderal Radio,
Televisi, dan Film.
Dalam era Reformasi terbitlah Peraturan Pemerintah RI Nomor 36 Tahun 2000
yang menetapkan status TVRI menjadi Perusahaan Jawatan di bawah pembinaan
Departemen Keuangan . Kemudian melalui Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
2002 TVRI berubah statusnya menjadi PT. TVRI (Persero) di bawah pembinaan Kantor
Menteri Negara BUMN.
Selanjutnya, melalui Undang-Usndang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2002 tentang Penyiaran, TVRI ditetapkan sebagai Lembaga Penyiaran Publik yang
berbentuk badan hukum yang didirikan oleh Negara.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 13 Tahun 2005 menetapkan bahwa tugas TVRI
adalah memberikan pelayanan informasi, pendidikan dan hiburan yang sehat,
kontrol dan perekat sosial, serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan
seluruh lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran televisi yang
menjangkau seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pada tahun 1961, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk memasukkan
proyek media massa televisi ke dalam proyek pembangunan Asian Games IV di
bawah koordinasi urusan proyek Asian Games IV.
Pada tanggal 25 Juli 1961, Menteri Penerangan mengeluarkan SK Menpen No.
20/SK/M/1961 tentang pembentukan Panitia Persiapan Televisi (P2T).
Pada 23 Oktober 1961, Presiden Soekarno yang sedang berada di Wina
mengirimkan teleks kepada Menteri Penerangan saat itu, Maladi untuk segera
menyiapkan proyek televisi (saat itu waktu persiapan hanya tinggal 10 bulan) dengan
jadwal sebagai berikut:
a. Membangun studio di eks AKPEN di Senayan (TVRI sekarang).
b. Membangun dua pemancar: 100 watt dan 10 Kw dengan tower 80 meter.
c. Mempersiapkan software (program dan tenaga).
Pada tanggal 17 Agustus 1962, TVRI mulai mengadakan siaran percobaan
dengan acara HUT Proklamasi Kemerdekaan Indonesia XVII dari halaman Istana
Merdeka Jakarta, dengan pemancar cadangan berkekuatan 100 watt. Kemudian pada
24 Agustus 1962, TVRI mengudara untuk pertama kalinya dengan acara siaran
langsung upacara pembukaan Asian Games IV dari stadion utama Gelora Bung
Karno.
Pada tanggal 20 Oktober 1963, dikeluarkan Keppres No. 215/1963 tentang
pembentukan Yayasan TVRI dengan Pimpinan Umum Presiden RI.
Pada tahun 1964 mulailah dirintis pembangunan Stasiun Penyiaran Daerah
dimulai dengan TVRI Stasiun Yogyakarta, yang secara berturut-turut diikuti dengan
Stasiun Medan, Surabaya, Makassar, Manado, Denpasar, dan Samarinda.
Pembangunan Stasiun Produksi Keliling
Mulai tahun 1977, secara bertahap di beberapa ibu kota Provinsi dibentuklah
Stasiun-stasiun Produksi Keliling atau SPK, yang berfungsi sebagai perwakilan atau
koresponden TVRI di daerah, yang terdiri dari:SPK Jayapura, SPK Ambon, SPK
Kupang, SPK Malang (Tahun 1982 diintegrasikan dengan TVRI Stasiun
Surabaya),SPK Semarang, SPK Bandung, SPK Banjarmasin, SPK Pontianak, SPK
Banda Aceh, SPK Jambi, SPK Padang, SPK Lampung, TVRI pada Era Orde Baru
Tahun 1974, TVRI diubah menjadi salah satu bagian dari organisasi dan tatakerja
Departemen Penerangan, yang diberi status Direktorat, langsung bertanggung-jawab
pada Direktur Jendral Radio, TV, dan Film, Departemen Penerangan Republik
Indonesia.
Sebagai alat komunikasi Pemerintah, tugas TVRI adalah menyampaikan
informasi tentang kebijakan Pemerintah kepada rakyat dan pada waktu yang
bersamaan menciptakan two-way traffic (lalu lintas dua jalur) dari rakyat untuk
pemerintah selama tidak mendiskreditkan usaha-usaha Pemerintah.
Pada garis besarnya tujuan kebijakan Pemerintah dan program-programnya
adalah untuk membangun bangsa dan negara Indonesia yang modern dengan
masyarakat yang aman, adil, tertib dan sejahtera, yang bertujuan supaya tiap warga
Indonesia mengenyam kesejahteraan lahiriah dan mental spiritual. Semua
kebijaksanaan Pemerintah beserta programnya harus dapat diterjemahkan melalui
siaran-siaran dari studio-studio TVRI yang berkedudukan di ibukota maupun daerah
dengan cepat, tepat dan baik.
Semua pelaksanaan TVRI baik di ibu kota maupun di Daerah harus meletakkan
tekanan kerjanya kepada integrasi, supaya TVRI menjadi suatu well-integrated mass
media (media massa yang terintegrasikan dengan baik) Pemerintah.
Tahun 1975, dikeluarkan SK Menpen No. 55 Bahan siaran/KEP/Menpen/1975,
TVRI memiliki status ganda yaitu selain sebagai Yayasan Televisi RI juga sebagai
Direktorat Televisi, sedang manajemen yang diterapkan yaitu manajemen
perkantoran/birokrasi.
TVRI pada Era Reformasi
Bulan Juni 2000, diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2000 tentang
perubahan status TVRI menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan), yang secara
kelembagaan berada di bawah pembinaan dan bertanggung jawab kepada
Departemen Keuangan RI.
Bulan Oktober 2001, diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 64 tahun 2001
tentang pembinaan Perjan TVRI di bawah kantor Menteri Negara BUMN untuk
urusan organisasi dan Departemen Keuangan RI untuk urusan keuangan.
Tanggal 17 April 2002, diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 2002,
status TVRI diubah menjadi Perseroan Terbatas (PT) TVRI di bawah pengawasan
Departemen Keuangan RI dan Kementerian Negara BUMN.
Selanjutnya melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2002
tentang Penyiaran, TVRI ditetapkan sebagai Lembaga Penyiaran Publik yang
berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara. Semangat yang mendasari
lahirnya TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik adalah untuk melayani informasi
untuk kepentingan publik, bersifat netral, mandiri dan tidak komersial. Peraturan
Pemerintah Nomor 13 tahun 2005 menetapkan bahwa tugas TVRI adalah memberikan
pelayanan informasi, pendidikan dan hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial,
serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat
melalui penyelenggaraan penyiaran televisi yang menjangkau seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Televisi Republik Indonesia (TVRI) merupakan stasiun televisi tertua di
Indonesia dan satu-satunya televisi yang jangkauannya mencapai seluruh wilayah
Indonesia dengan jumlah penonton sekitar 82 persen penduduk Indonesia. Saat ini
TVRI memiliki 27 stasiun Daerah dan 1 Stasiun Pusat dengan didukung oleh 376
satuan transmisi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.Ke 27 TVRI Stasiun
Daerah tersebut adalah:TVRI Stasiun DKI Jakarta, TVRI Stasiun Aceh, TVRI Stasiun
Sumatera Utara, TVRI Stasiun Sumatera Selatan dan Bangka Belitung, TVRI Stasiun
Jawa Barat dan Banten, TVRI Stasiun Jawa Tengah, TVRI Stasiun Jogyakarta, TVRI
Stasiun Jawa Timur, TVRI Stasiun Bali, TVRI Stasiun Sulawesi Selatan, TVRI Stasiun
Kalimantan Timur, TVRI Stasiun Sumatera Barat, TVRI Stasiun Jambi, TVRI Stasiun
Riau dan Kepulauan Riau, TVRI Stasiun Kalimantan Barat, TVRI Stasiun Kalimantan
Selatan, TVRI Stasiun Kalimantan Tengah, TVRI Stasiun Papua, TVRI Stasiun
Bengkulu, TVRI Stasiun Lampung, TVRI Stasiun Maluku dan Maluku Utara, TVRI
Stasiun Nusa Tenggara Timur, TVRI Stasiun Nusa Tenggara Barat, TVRI Stasiun
Gorontalo, TVRI Stasiun Sulawesi Utara, TVRI Stasiun Sulawesi Tengah, TVRI Stasiun
Sulawesi Tenggara, TVRI Stasiun Sulawesi Barat.
LPP TVRI Sumbar genap berusia 12 tahun pada tanggal 19 April 2009. Di usia
relatif remaja menuju dewasa, televisi daerah milik rang Minangkabau, harus tetap
bersolek guna menampilkan yang terbaik untuk masyarakat.
Prinsip sebuah stasiun TV ber-plat merah, tetap berpegang pada penyimpanan
pada penyampaian informasi, pendidikan, hiburan dan pelastarian budaya menjadi
pedoman yang tidak boleh dilupakan. Untuk kembali me-reaktulisasikan, peran dan
komitmennya, LPP TVRI Sumbar, me-Louncing Motto yang baru yaitu TV Publiknya
Urang Minang.
Perubahan itulah yang dilakukan oleh TVRI Sumbar dalam menghadapi
tantangan Global dengan banyaknya bermunculan TV Swasta lokal yang menjual
produk dengan harga murah dan kualitas dipertanyakan.
Memang sebuah tantangan besar, setiap orang diperbolehkan untuk mendirikan
sebuah stasiun penyiaran tanpa memiliki pendidikan formal. Berbekal kursus
jurnalistik media cetak, mereka nekad mendirikan TV Lokal. Namun anehnya
masyarakat tidak mengetahui secara pasti, kualitas sebuah acara TV yang baik dari
sisi penyutradaraan, audio, video dan teknik pengambilan gambar, komposisi
gambar dan terkesan asal-asalan.
Tapi itu pula yang dilampungkan, bahwa mereka mampu menjual iklan dengan
harga murah, durasi 30 detik dijual dengan harga Rp8.000,- dan paket dialog dijual
seharga Rp1.000.000,- dan paket Feature durasi 30 menit, diambil rate yang sama yaitu
Rp1.000.000,-.
Di era globalisasi ini jika ingin menang dalam menjual persaingan, para pebisnis
harus mampu menjual produk dengan harga murah, kualitas baik, pelayanan prima,
dan cepat merespon terhadap komplain serta kualitas gambar/suara yang baik pula
diterima masyarakat. Tapi prinsip harga murah, tidak mungkin dilakukan oleh TVRI
Sumbar, karena TV publik tidak mencari profit, melainkan memberikan yang terbaik
kepada masyarakat.
Ancaman yang dihadapi oleh TVRI Sumbarm adalah siarannya belum begitu
baik diterima masyarakat, karena system penyiaran yang berbeda. Saat ini
masyarakat menggunakan antena UHF sedang TVRI menggunakan antena VHF, dan
orang menjual antena VHF-pun tidak ada.
TVRI Sumbar, terus berupaya untuk siaran menggunakan satelit, hal ini
didukung oleh Gubernur Sumatera Barat dan Bupati/Walikota.
Di Usia ke-12 tahun LPP TVRI Sumbar, selalu menyuguhkan sesuatu yang baru,
dengan Backgorund Berita baru, tune baru dan beberapa tampilan paket acara yang
baru pula.
LPP TVRI Sumbar, memiliki ragam program acara yang menarik dengan jenis
format yang berbeda juga seperti: Sekilas Sumbar (Berita), Dendang 15 (Stage
Show/Call in show), Berita Ranah Minang (Berita), Carito Lapau (Dialog/obrolan),
Ranah Pers (Dialog), Ekonomi Kreatif (Talkshow/Call in Show), Sumbar Sport
(Talkshow/Call in show), Sigab/Siaga Bencana (Talkshow/Call in Show), Rumah
Rakyat (Feature), Sentra/Seni Tradisi (Show Action), Ruang Kesehatan (Talkhsow),
Randai (Show Action), Hiburan Rakyat (Stage Show), Sinetron (Sinetron), Perempuan
(Talkshow/Call in show), Wisata Kuliner (Feature), Desa ke Desa (Feature), Sumbar
membangun (Feature), Bina Tani (Feature), Nuansa Iman (Talkshow/Call in show),
Musik Religi ( Show action), Pesona Sumbar (Feature/Dokumenter), Jalan-jalan
Islami (Feature/Dokumenter), Pelangi Anak Nusantara (Feature), P3R/Program
Pemerintah Pro Rakyat (Talkshow/Call in Show), Sadar Hukum (Talkshow/Call in
Show), Kuis Cerdas SMA (Kuis), Ekspresi (Feature), Budaya Alam Minangkabau
(Talkshow/Call in show), Dunia Anak (Show Action), Kaba Ranah Minang (Berita).
Semua program diatas ditujukan untuk tayang dalam jangka waktu 1 tahun tanpa
adanya penambahan program dan perubahan jadwal tayang dikarenakan jadwal
tayang program TVRI di seluruh provinsi di Indonesia harus dilaporkan ke TVRI
pusat di senayan. Namun penambahan program di perbolehkan jika ada kebutuhan
mendesak dari masing-masing provinsi seperti penyiaran langsung berita yang
informasinya bersifat mendesak dan penting. Contohnya informasi berupa berita
yang bersifat kebutuhan negara maupun penginformasian kejadian penting seperti
berita bencana alam yang pemberitaanya tidak bisa ditunda dan merupakan
informasi mendesak.
B. VISI dan MISI Perusahaan
Visi
Terwujudnya TVRI sebagai media utama penggerak pemersatu bangsa.
Adapun maksud dari Visi adalah bahwa TVRI di masa depan menjadi aktor utama
penyiaran dalam menyediakan dan mengisi ruang publik, serta berperan dalam
merekatkan dan mempersatukan semua elemen bangsa
Misi
1. Menyelenggarakan siaran yang menghibur, mendidik, informatif secara netral,
berimbang, sehat, dan beretika untuk membangun budaya bangsa dan
mengembangkan persamaan dalam keberagaman
2. Menyelenggarakan layanan siaran multiplatfrom yang berkualitas dan berdaya
saing
3. Menyelenggarakan tata kelola lembaga yang modern, transparan dan akuntabel
4. Menyelenggarakan pengembangan dan usaha yang sejalan dengan tugas
pelayanan publik
5. Menyelenggarakan pengelolaan sumber daya proaktif dan andal guna
meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan pegawai.
C. Arti Logo TVRI
Secara simbolis , bentuk logo ini menggambarkan “layanan publik yang
informatif, komunikati, elegan dan dinamis”, dalam upaya mewujudkan visi dan misi
TVRI sebagai Tv Publik yaitu media yang memiliki fungsi control dan perekat ucial
untuk memelihara persatuan dan kesatuan bangsa.
Gambar 2.2 : Logo TVRI
Bentuk lengkung yang berawal dari huruf T dan berakhir pada huruf I dari
huruf TVRI membentuk huruf “P” yang mengandung 5 (lima) makna layanan
informasi dan komunikasi menyeluruh, yaitu:
1. P sebagai huruf awal dari kata PUBLIK yang berarti “memberikan layanan
informasi dan komunikasi kepada masyarakat dengan jangkauan nasional
dalam upaya ikut mencerdaskan kehidupan bangsa”.
2. P sebagai huruf awal dari kata PERUBAHAN yang berarti “ membawa
perubahan kearah yang lebih sempurna”.
3. P sebagai huruf awal dengan kata PERINTIS yang berarti “merupakan perintis
atau cikal bakal pertelevisian indonesia”.
4. P sebagai huruf awal dari kata PEMERSATU yang berarti “merupakan lembaga
penyiaran publik yang mempersatukan bangsa Indonesia yang tersebar di
Bumi Nusantara yang sangat luas dan terdiri atas ribuan pulau”.
5. P sebagai huruf dari kata PILIHAN yang berarti “ menjadi pilihan alternatif
tontonan masyarakat Indonesia dari berbagai segment dan lapisan
masyrakat”.
Bentuk elips dengan ekor yang runcing dan dinamis melabnagkan komet yang
bergerak cepat dan terarah serta bermakna gerakan perubahan yang cepat dan
terencana menuju televisi publik yang lebih sempurna. Bentuk tipografi TVRI
memberi makna elegan dan dinamis, siap mengantisipasi perubahan dan
perkembangan jaman serta tuntutan masyarakat. Warna BIRU mempunyai makna
elegan, jernih, cerdas, arif, informatif dan komunkatif. Perubahan warna jingga ke
warna merah melambangkan sinar atau cahaya yang membawa pencerahan untuk
ikut bersama mencerdaskan kehidupan bangsa serta mempunyai makna: Semangat
dan dinamika perubahan menuju kearah yang lebih sempurna.
D. Struktur Organisasi Perusahaan
Kepala LPP TVRI Stasiun Sumbar : Drs. Wisnugroho, MM
Sekretaris : Willian Elvandri, A, Md
Kaseksi Program : Febriani, SS
Kepala Seksi Berita : Drs. Dodi Darmadi, Indra Jaya
Kepala Seksi Teknik : Sudirman,A.Ma, SH
Kepala Sub Bagan Keuangan : Basuki Widodo, SE
Kepala Sub Bagian Umum : Maimun Hasbullah
Kasub Seksi Program : Ir. Hedy Budi Santoso
Kasubag Seksi Pengembangan Usaha : Adlen SPT
Kasub Seksi Teknik Produksi dan : Thamrin
Penyiaran
Kasub Teknik Teknik Transmisi : Abrar
Kasub Seksi Fasilitas Transmisi : Harnol Jasom, SE
E. Fasilitas dan peralatan atau sarana penunjang produksi siaran televisi
Stasiun televisi adalah tempat berbagai kegiatan dari Organisasi Penyiaran,
mulai dari kegiatan perencanaan, pemubuatan program, proses produksi,
administrasi dan peroses penyiaran. Pada dasarnya semua kegiatan ini memiliki
masa kerja 24 jam setiap hari, baik bagi perangkat kerasnya maupun perangkat
lunaknya.
Studio tekevisi adalah tempat memproduksi paket siaran televisi dan tempat
penyiaran dari berbagai jenis perogram. Stasiun televisi dapat hanya memiliki satu
studio, dapat pula lebih dari satu tergantung besar kecilnyaa stasiun televisi dan
kegunaannya. Dengan demikian setiap stasiun televisi harus memiliki studio lengkap
dengan peralatannya, pemancar (transmisi), laboratorium film dan perkantoran
untuk organisasi penyiaran.
Studio televisi mempunyai bagian-bagian untuk mendukung lancarnya siaran
televisi itu sendiri, seperti: Sub-Control, Master Control, Production Con tonuity, TX
Control, Tele Recording Room, Telecine, VTR/VCR Room dan Editing Room.
Peralatan yang di gunakan pada studio ini adalah:
1. Kamera
Pada produksi Program Studio di TVRI ini menggunakan dua sampai tiga
kamera atau multicam.
Kamera elektonik atau Kamera Studio Televisi untuk keperluan siaran televisi
ada dua macam yaitu:
a. Kamera monochrome atau Kamera Hitam Putih. Kamera ini menghasilkan
gambar Hitam Putih dan
b. Kamera Berwarna. Kamera ini menghasilkan gambar berwarna.
Kedua jenis kamera ini bekerjanya memiliki prinsip dasar yang sama, yaitu:
Sinarputih yang masuk dilewatkan pada sistem Lensa dan sinar ini selanjutnya
diubah menjadi gelombang listrik oleh tabung kamera, dan gelombang listrik ini
diubah menjadi gambar dan dapat dilihat di televisi.
2. Alat penyangga kamera
Kamera studio baik kamera hitam putih maupun bewarna bentuknya cukup
besar dengan peralatan cukup komplek. Untuk menghasilkan gambar yang bagus
diperlukan gerakan-gerakan kesemua arah untuk mendapatkan angle yang baik.
Untuk mendaatkan gerakan-gerakan yang praktis, baik Pan left, Right, maupun
serong, Tilt up, Tilt down dan juga kedepan maupun ke belakang diperlukan alat-alat
pembantu seperti Tripot Dolly, Padestal, Panorama Dolly, Crane.
3. Pencahayaan/Lighting
Unsur lain yang dapat menentukan suatu hasil produksi yang baik adalah unsur
pencahayaan/lighting. Untuk pencahayaan selain sinar matahari, diperlukan
berbagai lampu yang akan menghasilkan cahaya sesuai yang diharapkan saat
produksli nantinya. Seperti lampu pijar, lampu tabung kecil, blonde, red hed dan lain-
lain.
4. Microphone.
5. Special Effect/Efek khusus
Untuk memperindah penyajian, kadang-kadang diperlukan efek khusus/spesial
effect. Untuk menciptakan efek khusus ini dapat dilakukan secara mekanik.
6. Telecine
Telecine adalah satu tempat distudio, tempat memutar film, memasang slide,
memasang telop dan tempat mengoperaikan Character generator/Chargen yaitu alat
elektronik untuk membuat tulisan yang dapat disiarkan. Misalnya untuk membuat
teks pada film/video yang diputar.3
7. Ruang VTR/Ruang Video Tape Recorder
Diruangan VTR ini diputar bahan siaran televisi yang berupa Video Tape
Recorder/VTR, Video Cassete Recorder/VCR dan BCN.
Dari ruang VTR, gambar akan dikirim langsung ke Master Control dan
selanjutnya disiarkan/dipancarkan melalui pemancar. Ruang VTR juga
dipergunakan untuk merekam baik yang diproduksi di studio maupun diluar studio
(Tele Recording)
3 Drs. J. B wahyudi, 147
BABIII
PELAKSANAAN KERJA PROFESI
A. Analisa Program
Televisi sebagai produk teknologi maju berkembang sejalan dengan
perkembangan teknologi itu sendiri telah menyentuh kepentingan umat manusia, hal
itu tidak bisa diungkiri lagi yang disebabkan oleh kekuatan yang dimiliki oleh televisi
sebagai alat dan yang merupakan salah satu bagian dari sistem yang besar, sehingga
mampu menciptakan daya rangsang yang sangat tinggi di dalam mempengaruhi
sikap, tingkah laku dan pola berfikir khalayaknya, dimana akhirnya menyebabkan
banyak sekali perubahan yang terjadi dalam masyarakat.4
Menurut Naratama, Format Acara Televisi adalah sebuah perencanaan dasar
dari suatu konsep acara televisi yang akan menjadi landasan kreatifitas dan desain
prosuksi yang terbagi dalam berbagai kriteria utama yang disesuaikan dengan tujuan
dan target pemirsa acara tersebut. Jadi Format Acara Televisi, yaitu Drama/Fiksi, Non
Drama, dan Berita.5
Drama/Fiksi adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi dan dicipta
melalui proses imajinasi kreatif dari kisah-kisah drama atau fiksi yang direkayasa dan
dikreasi ulang. Format yang digunakan merupakan interpretasi kisah kehidupan
yang diwujudkan dalam suatu runtutan cerita dalam sebuah adegan. Adegan-adegan
tersebut akan menggabungkan antara realitas kenyataan hidup dengan fiksi atau
4 Darwanto, Sastro, Subroto, Produksi Acara Televisi, (Jakarta: Duta Wacana University Press, 1992), 27 5Naratama, Menjadi Sutradara Televisi, (Jakarta: Grasindo Widiasarana Indonesia, 2004), 65
imajinasi khayalan para kratornya. Contoh: Drama Percintaan (love story), Tragedi,
Horor, Komedi, Legenda, Aksi (action), dan sebagainya.
Non Fiksi (Non Drama) adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi dan
dicipta melalui proses pengolahan imajinasi kreatif dari realitas kehidupan sehari -
hari tanpa harus menginterpretasi ulang dan tanpa harus menjadi dunia khayalan.
Non Drama bukanlah sebuah runtutan cerita fiksi dari setiap pelakunya. Untuk itu,
format-format program acara Non drama mrupakan sebuah runtutan pertunjukan
kreatif yang mengutamakan unsur hiburan yang dipenuhi dengan aksi, gaya, dan
musik. Contohnya: Talkshow, Konser Musik, dan Variety Show.
Berita dan Olahraga adalah sebuah format acara televisi yag diproduksi
berdasarkan informasi dan fakta atas kejadian dan peristiwa yang berlangsung pada
kehidupan sehari-hari.
Format ini memerlukan nilai-nilai faktual dan aktual yang disajikan dengan
ketepatan dan kecepatan waktu di mana dibutuhkan sifat liputan yang independen.
Contohnya: Berita Ekonomi, Liputan Siang, dan Laporan Olahraga.
Program acara televisi yang menarik dan sekaligus sebagai program yang
mendidik bagi penonton adalah program Talkshow. Program ini dikatakan menarik
karena merupakan program yang menghadirkan narasumber sebagai pembicara
dalam hal meningkatkan wawasan bagi seseorang. Menurut Subroto menyatakan
bahwa untuk membuat sebuah program acara televisi, maka terlebih dahulu, baik
acara budaya, hiburan, penerangan maupun pendidikan.
Menyutradarai paket acara talkshow, kuncinya ada tiga hal, yaitu pertama
arahkanlah pembicaraan kedalam situasi yang selalu berlawanan. Kedua, arahkanlah
presenter atau pembawa acara untuk menguasai topik yang dibicarakan.
Pada pelaksanaan Kerja Profesi ini, penulis diletakkan pada posisi sebagai
seorang Editor pada Program Pemberitaan. Sekilas Sumbar (Berita), Berita Ranah
Minang (Berita), Sentra/Seni Tradisi (Show Action), Wisata Kuliner (Feature), Desa
ke Desa (Feature), Sumbar membangun (Feature), Bina Tani (Feature), Pesona Sumbar
(Feature/Dokumenter), Kaba Ranah Minang (Berita).
B. Kegiatan yang dilakukan
Pada kegiatan Kerja Profesi ini, pertama penulis melihat dan mengamati proses
produksi yang dilakukan dalam studio, tidak hanya pada Produksi Program Nuansa
Iman saja, tetapi pada program yang lainnya juga seperti pada Program Perempuan,
Ruang Kesehatan, Dendang 15, Berita Ranah Minang dan Negriku Indonesia.Kedua,
penulis tidak dibenarkan untuk memegang perlatan yang ada di studio saat shoting
berlangsung, seperti memegang kamera, karena orang yang bertugas sebagai
kameramen harus menjalankan tugasnya dengan baik, mereka juga telah memiliki SK
masing-masing untuk melaksanakan tugasnya .
Alasan lain anak magang tidak boleh mengaplikasikan kamera saat produksi
karena program Indoor Studio bersifat Live, takutnya ada kesalahan gambar yang
nantinya akan berakibat fatal.
Selain itu penulis juga membantu proses Editing untuk program yang bersifat
Tapping. Serta bekerja sama dengan Editor saat pasca produksi untuk Roughcut dan
Color Correction pada proses akhir pengeditan dikarenakan kebanyakan
pengambilan gambar pada saat peliputan kebanyakan Auto White Balance sehingga
dibutuhkan sedikit pengkoreksian warna dan white balance pada proses editing agar
tidak terjadinya kesalahan pada saat penayangan di televisi.
Di samping itu, ada pula program yang diproduksi dan disiarkan secara
langsung dan merupakan produksi gabungan, artinya visualisasinya dibuat lebih
dahulu dan diproduksi diluar studio, misalnya Berita, Insert Wawancara, insert bahan
visual untuk program siaran pendidikan dan sebagainya.6
Suatu waktu pada produksi sebuah program, tidak hanya mengandalkan
background yang ada di studio, tetapi menggantinya dengan menggunakan background
berwarna biru dengan istilah lain yaitu chromakey yaitu objek yang tampil di depan
layar biru diganti dengan background yang sesuai dengan konsep atau tema suatu
program.
Pembawa acara talk show adalah seseorang talk-entertainer. Artinya, seorang talk
show host harus mempunyai kemampuan entertainment untuk menguasai
pembicaraan dan membuat pertanyaan yang menarik untuk menjawab
keingintahuan masyarakat.
Talk show host juga mampu membaca situasi perbincangan dan mempu
memutarbalikkan fakta dan realita dari topik yang dibahas. Selain itu selingan-
selingan pertanyaan maupun opini yang segar dan menggembirakan penonton harus
muncul dan memecah kebekuan suasana perdebatan yang menonton.
6 Darwanto, Sastro, Subroto, Produksi Acara Televisi, (Jakarta: Duta Wacana University Press, 1992), 236
Pada program Indoor Stdio ini terdapat beberapa tahap produksi
yaitu:
a. Praproduksi
Betapa besarnya tugas dan tanggung jawab atau peran seorang produser
televisi, meskipun sudah kita ketahui bersama bahwa tugas pada televisi merupakan
tugas kolektif, tetapi meskipun demikian, tentu dibutuhkan adanya pimpinan yang
mempunyai wewenang, tanggung jawab dan mempunyai bakat untuk merencanakan
operasional serta dengan penuh pertimbangan sebelum memutuskan sesuatu,
meskipun hal ini tidak dapat di tafsirkan sebagai bertele-tele, dan itulah peran
seorang produser televisi.
Di dalam melaksanakan tugasnya seorang produser akan selalu berusaha
mengembangkan program siarannya, serta akan mengawasi segala bentuk produksi,
sejak dari pra produksi meeting sampai dengan editing video tape dan sebagai
seorang yang mempunyai pertangggung jawaban penuh untuk setiap unsur, baik
unsur teknik dan perekayasaan, yang semuanya dituangkan ke dalam bentuk
produksi.
Salah satu alasan mengapa produser mempunyai wewenang dan pertanggung
jawaban yang penuh, semata-mata hanya karena alasan bisnis, sebab bagaimanapun
televisi memerlukan suatu sumber yang terus menerus atau tetap bagi bahan
acaranya dan hampir setiap anggota team ikut ke dalam kegiatan apabila andilnya
telah selesai. Setelah itu hanya seorang produser dan kemungkinan masih ada juga
beberapa anggota pelaksana masih mendampinginya sampai selesainya penyiaran
dari acara yang telah dikerjakan.
Yang dimaksud dengan fasilitas produksi adalah:
1) Set Dekorasi
Set dekorasi merupakan pendukung acara, karenanya harus dirancang khusus
untuk acara televisi dan dirancang sedemikian rupa sehingga tidak akan
mendominasi acara tersebut. Pada saat planning meeting designer harus sudah benar-
benar memahami semua ide/gagasan produser maupun Pengarah acara, meskipun
dalam hal ini designer juga dapat menyampaikan gagasannya.
Masalah set dekorasi ini tidak berdiri sendiri karena erat kaitannya dnegan
masalah teknik, misalnya masalah tata lampu, penempatan mikrophon dan
penempatan property serta kamera.
2) Property
Property merupakan bagian set dekorasi atau pelaku, dalam hal tersebut tadi
bisa menunjukkan karakteristik, tetapi juga dapat berhubungan dengan aktivitas
tertentu.
Karena kedudukan property sebagai sumber informasi, maka untuk property
yang sulit didapat hendaknya lebih dahulu, baru kalau sudah diyakini sulit
didapatkan, dapat ditempuh dengan jalan membeli atau menyewa, disamping itu
harus dipersiapkan pila kamar-kamar untuk keperluan tata rias dan tukar pakaian
sudah dipersiapkan dengan baik dan telah siap digunakan, saat mulai latihan dan
rekaman nanti. Persiapan ini khususnya saat terjadi produksi diluar studio. Kecil
memang masalahnya tetapi dapat menghambat kelancaran jalannya produksi.
Menurut Millerson, ada beberapa macam property yang kita kenal:
a. Yang termasuk dalam set property adalah benda-benda yang dipergunakan
untuk kepentingan set dekorasi, sehingga bisa menjadi tengara (identitas) dari
set dekorasi tersebut, misalnya kursi tamu yang ditata di dalam suatu ruangan,
ini kelas menunjukkan bahwa ruangan yang di set adalah ruangan tamu.
b. Dress Property
Merupakan benda-benda yang bersifat melengkapi property utama dan
semata-mata bertujuan untuk menyemarakkan, artinya kalau toh tidak
menggunakannya akan berpengaruh, kecuali jenis property tersebut fungsi
khusus, misalnya di dalam alur cerita menunjukkan bahwa taplak meja di
ruang tamu ternyata digunakan sebagai penjerat di dalam peristiwa
pembunuhan. Yang termasuk property jenis ini misalnya saja, taplak meja, vas
bunga, tempat meletakkan ball point di meja kerja dan sebagainya.
c. Hand Property
Merupakan perlengkapan yang diperlukan dan ada hubungannya dengan
kepentingan ceritanya, tetapi kalau tidak ada hubungan sama sekali, maka
akan berubah fungsinya menjadi kelengkapan dari kostum artis, misalnya saja
ball point, saputangan, kacamata, sepatu dan sebagainya.
Seperti halnya dalam perekayasaan tata dekorasi, masalah penentuan jenis
property yang akan digunakan didasarkan atas pertimbangan:
a. Tuntutan naskah
Misalnya di dalam naskah dicantumkan sebuah benda tertentu yang akan
digunakan untuk melampiaskan inner emotion artis dengan jalan
merusaknya, misalnya dibanting, dipecah, maka harus disediakan, tetapi
mengingat bahwa harga benda tersebut cukup mahal, maka perlu
dipertimbangkan pengadaannya dengan jalan membuat benda tiruan.
b. Berkenaan dengan sejarah
Tidak jarang peristiwa bahwa naskah yang akan diproduksi erat sekali
dengan nilai-nilai sejarah, dengan semikian pengadaan property
mempunyai nilai yang sangat penting di dalam menunjang keberhasilan
produksi, sebab apabila sampai terjadi kesalahan bisa menyebabkan
gambaran yang ingin ditampilkan menjadi tidak utuh lagi, bahkan bisa
menjadi kabur. Karena itu sebelum mengadakan barang-barang yang
diperlukan harus melakukan penelitian atau bekerja sama dengan instansi
ternetu, sehingga hasilnya bisa mendekati kenyataan.
c. Situasi kehidupan
Situasi daerah perkotaan jauh berbeda dengan situasi kehidupan di daerah
pedesaan (pedalaman) dan situasi demikian erat hubungannya dengan
kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat, dengan demikian erat dengan
keadaan rumah tangganya, gaya hidupnya dan masih banyak aspek yang
lainnya, yang dapat memberikan informasi tentang jati dirinya. Karena itu
dalam memilih property dan penataannya harus disesuaikan dengan
situasi kehidupan tersebut, sehingga dapat memberikan kesan tersendiri.7
3) Sebagai sumber informasi lainnya adalah grafik. Grafik dapat berupa slide,
studio cards, telop, foto, peta dan sebagainya. Grafik yang berupa tulisan dapat pula
7Darwanto, Sastro, Subroto, Produksi Acara Televisi, (Jakarta: Duta Wacana University Press, 1992),420-
421
ditulis dengan tangan atau menggunakan peralatan elektronik, seperti Character
Generator maupun Graphic Computer.
4) Produksi acara televisi dapat dilaksanakan didalam maupun diluar studio,
kalau produksi dilaksanakan di luar studio, ini berarti jauh sebelumnya sudah
dilakukan survey lokasi, karena itu sebagai seorang producer jangan ragu-ragu untuk
melakukan checking terhadap lokasi yang akan digunakan untuk memproduksi acara
sesuai dengan jadwal kegiatan yang telah disusun.8
Pelaksanaan produksi di dalam atau diluar studio, tergantung dari karakter
program yang akan diproduksinya, disamping itu juga mempertimbangkan masalah-
masalah fasilitas, waktu yang tersedia serta anggaran.
Memang ada program studio yang mutlak harus diproduksi di dalam studio,
misalnya Warta Berita dan salah satunya yang produksi di dalam studio Program
Dendang 15. Juga mutlak harus diproduksi di luar studio, misalnya Laporan
pandangan mata (reportase).
Keuntungan program yang dproduksi di dalam studio adalah produser dapat
melakukan pengawasan sepenuhnya terhadap proses produksinyam sehubungan
dengan perencanaannya, di samping itu produksi di dalam studio tidak akan
menjumpai hambatan-hambatan yang berarti apabila dibandingkan dengan produksi
di luar studo, seperti misalnya masalah cuaca.
Masalah lokasi untuk memproduksi program siaran yang dilaksanakan diluar
studio, menjadi tanggung jawab Pengarah acara, tetapi masalah perizinannya
8Darwanto, Sastro, Subroto, Produksi Acara Televisi, (Jakarta: Duta Wacana University Press, 1992),
178
menjadi tugas Unit Manajer, meskipun semuanya dalam koordinasi dari Producer
yang bersangkutan.
Pada tahap praproduksi ini dilakukan:
a) Pengumpulan data
Proses pembuatan tema dan pengumpulan data yang sekiranya
diperlukan dalam pembuatan talkshow sesuai dengan tema yang telah
ditentukan. Pada tahapan ini, produser menghadirkan pemateri setiap
minggunya dengan tema yang berbeda, serta menghubungi audiens
yang aktif dalam organisasi majlis ta’lim dan juga menghadirkan
pembawa acara berbeda tiap minggunya.
b) Membuat Outline/Breakdown Naskah
Untuk mempermudah membuat talkshow, maka kita harus membuat
rencana kasar sebagai dasar pelaksanaan. Outline dijabarkan dengan
membuat point-pont tentang apa yang akan diperbicangkan pada saat
talkshow.
c) Rundown
Rundown adalah susunan isi dan alur cerita dari program acara yang
dibatasi oleh durasi, segmentasi dan bahasa naskah.
d) Mempersiapkan Properti
Properti merupakan unsur yang sangat penting dalam sebuah film atau
produksi program televisi. Bagian art dan properti harus melengkapi
properti yang dengan program televisi. seperti pada program Nuansa
Iman karena ini program Religi maka, properti yang di gunakan seperti
karpet, kalighrafi, satu buah alqur’an. Program Nuansa Iman ini,
narasumber dan pembawa acara suatu waktu tidak menggunakan kursi
dan meja sebagai tempat duduk, cukup dengan lesehan saja dengan
menggunakan properti dua buah bantal, satu fast bunga, dua buah gelas
minum dan catatan kecil untuk pembawa acara. Tempat duduk untuk
audien biasanya disediakan kursi, akan tetapi jika audiens terlalu
banyak, maka bagian teknis harus bisa mengantisipasi agar audiens
semuanya bisa mengikuti program tersebut dengan menyediakan
karpet sebagai lesehannya.
b. Produksi
Produksi Program Berita Ranah Minang merupakan produksi yang
dilaksanakan di dalam studio. Produksi Berita ini pada umunya menggunakan multi
camera dengan tiga kamera dasar. Setiap kamera mempunyai blocking yang
berlawanan atau dikenal dengan cross-blocking (sudut gambar yang berlawanan).
Menggunakan multi camera dengan tiga kamera ini karena posisi dari narasumber
harus selalu berhadapan.
Untuk penataan cahaya, gunakan penataan cahaya yang memadai dengan
konsep flat light. Bila shoting dilaksanakan di dalam studio berikanlah sudut-sudut
cahaya lengkap dengan key light, fill light, dan back light. Jangan lakukan penataan
cahaya artistik kewajah pembicara. Lighting pada program ini telah diatur sedemikian
rupa, sehingga untuk pengaturan lighting tidak perlu repot lagi memindah-
mindahlan lampu kesana sini, karena lampu telah di gantung pada studio tersebut,
hanya saja menekan tombolnya jika harus menyesuaikan lighting yang akan tampak
pada kamera.
Pada pelaksanaan produksi ini, pengarah acara merupakan orang yang
bertanggung jawab terhadap keberhasilan suatu produksi dan kepadanyalah beban
tugas tersebut harus dipikulnya, sehingga ruang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya jelas, dan diharapkan akan sangat membantu dan memberikan tuntutan
khususya kepada para pengarah acara yang masih baru.
Tugas dan tanggung jawab pengarah acara antara lain:
1) Pengarah Acara harus menilai acaranya.
Suatu pekerjaan yang tidak mudah adalah menilai suatu pekerjaan yang
sedang dilaksanakan, kemudian memberikan pandangan yang obyektif atas
pekerjaan yang sedang digarap, tetapi meskipun demikian pekerjaan itu
hanya dapat dirasakan, misalnya terasa menjemukan, maka kalau terjadi hal
yang demikian harus segera mengambil langkah seperlunya.
2) Pengarah Acara harus melihat monitor
Apabila sebuah acara tanpa melakukan latihan terlebih dahulu, maka
Pengarah Acara harus membuat rundownyang berisikan bagian-
bagian, gerakan-gerakan yang pkok dan lain yang dianggap perlu.
Rundown ini hanya merepakan pegangan saja, sehingga saat
operasional Pengarah Acara harus selalu memperhatikan monitor,
dengan tujuan melihat akan kemungkinan gerakan-gerakan
berikutnya.
Tetapi sebaliknya apabila menggunakan naskah lengkap, dimana que
untuk gerakan kamera, transisi gambar, pengarahan kepada
kamerawan sudah tertera di dalamnya, maka berdasarkan naskah ini,
Pengarah Acara akan dapat bekerja sebaik mungkin, meskipun harus
selalu memperhatikan monitor.
3) Pengarah Acara harus menepati waktu..
Acara siaran televisi harus dimulai dan diakhiri pada waktu yang
sudah dutetapkan, karena itu sebagai Pengarah Acara harus mampu
membagi dan mengendalikan waktu yang bagaimanapun, sehingga
waktu yang telah ditetapkan dapat ditepati dan dimanfaatkan sebaik
mungkin.
4) Pengarah Acara harus mampu memberikan komando.
Pengarah Acara di dalam melaksanakan tugasnya selalu
berhubungan dengan seluruh anggota kerabat kerjanya, karena itu di
dalam memberikan petunjuk, agar selalu digunakan bahasa komando
yang telah disepakati bersama, karena masalah ini sangat penting
akan dibahas tersendiri.
Komando lain yang sering disampaikan oleh Pengarah Acara adalah:
(1) Kepada kamera
Telah kita ketahui komandi untuk gerakan kamera, penggunaan lensa
zoom, kita harus ingat akan ketentuan dasar. Jangan menggunakan
istilah yang lain mungkin akan membingungkan kerabat kerja.
(2) Switcher
Sering Pengarah Acara yang masih baru mengalami kesulitan,
khususnya dalam memberikan komando kepada switcher.
(3) Penata Suara.
Pengarah Acara juga akan menggunakan komando-komando yang
sangat membantu akan kelancaran tugas mereka.
(4) Penata Lampu
Komando untuk lampu memang tidak dimiliki, tetapi ini tidak berarti
bahwa Pengarah Acara dapat semaunya dalam memberikan komando,
hal ini disebabkan masalah tata lampu sudah dipersiapkan saat akan
melakukan latihan dan kalau perlu diberikan komando-komando
secara khusus akan diberikan meskipun sifatnya merupakan kompromi
saja, misalnya penurunan atau menaikkan intensitas cahaya pada saat
ternetu, komandonya perlu dikompromikan lebih dahulu.
(5) Telecine dan VTR
Komando yang ditujukan ke Telecine dan VTR harus didahului dengan
kata SIAP, hal ini disebabkan ruang kerjanya terpisah dengan ruang
operasional lainnya, sehingga kemungkinan terjadinya gangguan suara
masih bisa untuk berusaha mengerti maksud komando yang diberikan.
(6) Floor Director
Pada dasarnya que untuk artis diberikan Directo, kata action mulai
disampaikan kepada mereka yang ada di studio untuk memulainya,
sebaliknya pada latihan kamera di studio dan Floor Director akan
menghentikan sebaiknya sebutkan nomor shotnya dan halaman
keberapa , agar dapat membantu kepada semua kerabat kerjanya dan
mereka segera akan mengetahui apa yang terjadi, demikian pula saat
akan mengakhiri acaranya, berikan masih berapa lama acara akan
berakhir.
Setiap kerabat kerja telah memiliki job masing-masing, jadi crew harus bekerja
sesuai dengan job dis yang telah ditentukan sesuai arahan dari seorang Pengarah
Acara supaya produksi sebuah program berjalan dengan lancar.
c. Pasca Produksi
a. Proses Editing
Proses editing merupakan usaha merapikan dan membuat sebuah
tayangan program televisi menjadi lebih berguna dan enak ditonton. Dalam
keagiatan ini seorang editor akan merekontruksi potongan-potongan
gambar yang diambil oleh juru kamera. Tugas editor antara lain:
menganilisis skenario bersama sutradara dan juru kamera mengenai
kontruksi dramatiknya, melakukan pemilihan shot yang terpakai dan tidak
sesuai shooting report.
b. Review Hasil Editing
Setelah video selesai diproduksi maka kegiatan selanjutnya adalah
pemutaran video/program televisi tersebut secara intern. Alat untuk
pemutaran film bermacam-macam, dapat ,menggunakan VCD/DVD
player dengan monitor TV, ataupun dengan PC (DC-ROM) yang
diproyeksikan dengan menggunakan LCD (Light Computer Display).
Pemutaran intern ini berguna untuk review hasil editing. Jika ternayata
terdapat kekurangan atau penyimpanan dari skenario maka dapat segera
diperbaiki. Kegiatan review ini sangat membantu tercapainya
kesempuranaan hasil akhir studio.
C. Hambatan Dan Solusi
Hambatan yang dialami adalah secara pengaplikasian ilmu yang didapat
dibangku perkuliahan jauh berbeda dengan kondisi lapangan. Seperti penempatan
devisi, semua tergantung perusahaan tempat kita melaksanakan kerja profesi.
Mahasiswa juga harus mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan televisi
tidak hanya memahami mayornya saja.
Pada Kerja Profesi ini kendala yang dihadapi yaitu, penulis tidak diperbolehkan
mengendalikan peralatan secara langsung dengan arti kata tidak dipercaya
memegang peralatan seperti kamera, takutnya bermasalah dengan gambar tidak
sesuai dengan hasil yang diharapkan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kerja Profesi merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa karena dengan mata
kuliah tersebut mahasiswa bisa melihat dan mersakan langsung dunia kerja
pertelevisian dengan penerapan ilmu yang diperoleh dibangku perkuliahan. Dengan
Kerja Profesi ini merupakan sebuah proses pembentukan mental dan belajar
beradaptasi dengan dunia kerja sehingga nantinya tidak canggung lagi di dunia
pertelevisian.
B.Saran
a. Untuk TVRI, diharapkan terus meningkatkan kualitas program-program
tersebut agar banyak diminati khalayak dan juga menghadirkan tim kreatif
agar program acara tersebut tidak membosankan dan terlihat mono saja.
b. Untuk Penulis, Praktek Kerja Profesi di LPP TVRI Sumbar sekiranya dapat
dijadikan sebuah pengalaman yang berharga yang dapat dijadikan sebuah
pelajaran untuk memasuki dunia kerja pertelevisian nantinya.
c. Bagi Pihak kampus, diharapkan sesegara mungkin mengadakan kerja sama
dengan pihak indutri televisi dan film agar mempermudah mahasiswa
nantinya terjun kedunia tersebut untuk mengaplikasikan ilmu yang
didapat selama dibangku perkuliahan.
Kepustakaan
Mabruri, Anton,Paduan Penulisan Naskah TV, Format Acara Non
Drama, News dan Sport, (Jakarta: PT Gramedia Widasarana
Indonesia, 2013)
Naratama, Menjadi Sutradara Televisi, (Jakarta: Grasindo Widiasarana
Indonesia, 2004)
Subroto, Sastro, Darwanto,Produksi Acara Televisi, (Jakarta: Duta Wacana
University Press, 1992)
Wahyudi, J.B, Media Komunikasi Massa Televisi, (Bandung: P.T.
Alumni, 1986)
Sumber Lain: Http// anangwiharyanto. Wordpress.com
LAMPIRAN
Lampiran Foto Dokumentasi
Gambar 1 Proses Editing di Control Room Program Dendang 15 “Live”
(Stage Show/Call in show)
(Ryanda Chrisandy, Padang 2014)
Gambar 2 Shoting Program Berita Ranah Minang “Live” (News/Berita)
(Ryanda Chrisandy, Padang 2014)
Gambar 3
Shoting Program Sekilas Sumbar “Live” (News/Berita) (Ryanda Chrisandy, Padang 2014)
Gambar 4
Control Room Program Dendang 15 “Live”(Stage Show/Call in show) (Ryanda Chrisandy, Padang 2014)
Gambar 5
Live Report Indoor Studio “Live” (News/Berita) (Ryanda Chrisandy, Padang 2014)
Gambar 6 Lighting Studio untuk program Berita Ranah Minang
(Ryanda Chrisandy, Padang 2014)
Gambar 7 Proses Insert Graphic menggunakan Broadcast Pix pada Seluruh Program Live Studio
(Ryanda Chrisandy, Padang 2014)
Gambar 8
Produksi Program Dendang 15 “Live” (Stage Show) (Ryanda Chrisandy, Padang 2014)
Gambar 9 Audio Mixing Control Room
(Ryanda Chrisandy, Padang 2014)
Gambar 10 Shoting Program Berita Ranah Minang
(Ryanda Chrisandy, Padang 2014)
Gambar 11 Teleprompter dan Monitor Preview d ruang Pemberitaan Program Berita Ranah Minang
(Ryanda Chrisandy, Padang 2014)
Gambar 12
Rundown Program Dendang 15
(Ryanda chrisandy, Padang 2014)