laporan kp septian
TRANSCRIPT
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PENYUSUNAN PROFIL DAN RENCANA PENATAAN KAMPUNG
KARANGANYAR, KELURAHAN BRONTOKUSUMAN, KECAMATAN
MERGANGSANG, KOTA YOGYAKARTA
Lokasi Kerja Praktik : Housing Resource Center (HRC) Yogyakarta
Disusun Oleh :
Septian Widyanto (12/333515/TK/39866)
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2015
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL, SKEMA, DIAGRAM
DAFTAR FOTO
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kerja Praktik ………………………………………………….. 1
1.2 Tujuan Kerja Praktik …………………………………………………………... 3
1.3 Lingkup Kerja Praktik
1.3.1 Lingkup Waktu ………………………………………………………………... 3
1.3.2 Lingkup Tempat ……………………………………………………………….. 3
1.3.3 Lingkup Substansi ……………………………………………………………... 3
1.4 Cara Melakukan Kerja Praktik
1.4.1 Metode Kerja di Lokasi Kerja Praktik ………………………………………… 3
1.4.2 Metode Pengerjaan Proyek Kerja Praktik ……………………………………... 4
1.4.3 Metode dan Sistematika Penyusunan Laporan ………………………………... 4
BAB 2. PROFIL INSTITUSI DAN PROYEK KERJA PRAKTIK
2.1 Profil Institusi …………………………………………………………………..5
2.2 Proyek Kerja Praktik …………………………………………………………... 7
BAB 3. KEGIATAN KERJA PRAKTIK DAN PEMBAHASAN KRITIS
3.1 Keterlibatan Praktikan
3.1.1 Pengenalan ………………………………………………………………………. 9
3.1.2 Perizinan dan Pengumpulan Data ……………………………………………….. 12
3.1.3 Pengolahan Data Tahap Awal (Presentasi 1) ……………………………………. 13
3.1.4 Focus Group Discussion (FGD) ………………………………………………… 18
3.1.5 Revisi dan Pembuatan Rencana …………………………………………………. 18
3.1.6 Pembuatan Laporan Akhir (Presentasi 2) ………………………………………... 24
3.2 Komentar Kritis Praktikan …………………………………………………….. 24
BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………. 25
4.2 Saran ………………………………………………………………………….... 25
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR DIAGRAM, TABEL, SKEMA
Diagram
Diagram 1. Persentase Penduduk Indonesia yang Tinggal di Kota
dan Desa ……………………………………………………………………. 1
Diagram 2. Persentase Penduduk Dunia yang Tinggal di Kota ………………………… 1
Diagram 3. Jumlah Penduduk Kampung Karanganyar Tahun 2013 ……………………. 15
Diagram 4. Persentase Mata Pencaharian Penduduk Kampung Karanganyar
Tahun 2014 ………………………………………………………………….. 17
Diagram 5. Persentase Tingkat Pendidikan Akhir Penduduk Kampung Karanganyar
Tahun 2014 …………………………………………………………………. 17
Tabel
Tabel 1. Kebutuhan Data Sekunder Praktikan ………………………………………….. 12
Tabel 2. Kepadatan Penduduk Kampung Karanganyar ………………………………… 16
Skema
Skema 1. Struktur Organisasi HRC ……………………………………………………... 7
Skema 2. Tahap Pengerjaan Proyek ……………………………………………………... 9
Skema 3. Hasil Analisis Potensi dan Masalah Kampung Karanganyar …………………. 21
Skema 4. Grand Concept Pengembangan Kampung Karanganyar ……………………… 21
DAFTAR FOTO
Foto 1. Peta Pembagian Zona dan Penggal Kali Code ………………………………… 8
Foto 2. Saat Perkenalan dengan Para Karyawan HRC ………………………………… 10
Foto 3. Saat Praktikan Mempresentasikan Tugas Artikel ……………………………… 10
Foto 4. Kondisi Sungai Code Kampung Karanganyar ………………………………… 14
Foto 5. Peta Kondisi Lingkungan Perumahan Kampung Karanganyar ……………….. 14
Foto 6. Suasana FGD Bersama Masyarakat Kampung Karanganyar …………………. 18
Foto 7. Usaha tas vinil (kiri) dan blangkon jawa (Solo) khusus batik (kanan) ………… 19
Foto 8. Penampilan Tari Klasik dan Tradisional ………………………………………. 19
Foto 9. Peta Rencana RTH oleh Masyarakat Kampung Karanganyar ………………… 20
Foto 10. Rencana Kawasan Wisata Riverfront Kampung Wisata Karanganyar ………. 22
Foto 11. Desain Jembatan (kiri) dan Joglo Terapung (Kanan) ………………………… 23
Foto 12. Desain Rumah Susun ………………………………………………………… 23
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kerja Praktik
Ilmu perencanaan wilayah dan kota merupakan ilmu yang mencakup banyak
aspek baik aspek tata ruang, kependudukan, ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan
perubahan tata guna lahan menjadi hal yang kompleks. Kota perkotaan sudah tidak
lagi terbatas hanya sebagai pusat permukiman. Kini kota juga berfungsi sebagai pusat
pemerintahan, sentral hirarki dan pusat pertumbuhan ekonomi.
Semakin kompleks dan bervariasinya fungsi perkotaan berpengaruh terhadap
peningkatan jumlah penduduk yang memilih untuk pindah dan menetap di kota.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bank Dunia (World Bank) disebutkan bahwa
persentase penduduk yang tinggal di perkotaan terus meningkat dimana pada 5
tahun terakhir yaitu 2008 - 2012 adalah 50,6 %, 51,1 %, 51,6 %, 52,1 % dan
52,5 %. Hal yang sama terjadi pada Indonesia dimana berdasarkan data dari
Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2000, 2005, 2010 persentase penduduk
Indonesia yang tinggal di kota adalah 36,34 %, 41,13 % dan 45,78 %. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Tingginya jumlah penduduk yang tinggal di kota melebihi daya tampung kota
sehingga menyebabkan timbulnya berbagai permasalahan seperti permukiman
Diagram 1 dan 2. Persentase penduduk Indonesia yang tinggal di kota dan desa (kiri) dan persentase penduduk dunia yang tinggal di kota (kanan)
Sumber : http://www.bps.go.id dan http://data.worldbank.org
2
kumuh, Pedagang Kaki Lima (PKL) liar, minimnya Ruang Terbuka Hijau (RTH),
kemacetan, dan lain – lain. Sebaliknya kurang optimalnya pembangunan di desa
menyebabkan berbagai permasalahan seperti kurangnya ketersediaan sarana sosial
pendukung seperti sekolah dan puskesmas, kurang optimalnya prasarana seperti
jalan, listrik, dan internet. Berdasarkan permasalahan - permasalahan tersebut maka
diperlukan para ahli perencana wilayah dan kota yang berkualitas.
Sejak berdiri pada tahun 2003, program studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Universitas Gadjah Mada telah mengajarkan banyak ilmu pengetahuan terkait
perencanaan wilayah dan kota kepada para mahasiswanya. Berdasarkan ilmu
tersebut, mahasiswa dituntut untuk dapat mengaplikasikannya di dunia nyata. Hal
tersebut dapat dilakukan melalui kerja praktik.
Kerja praktik merupakan mata kuliah dimana mahasiswa melakukan kontrak
kerjasama dengan sebuah instansi untuk bekerja di instansi tersebut selama minimal
156 jam kerja. Dengan adanya mata kuliah ini diharapkan mahasiswa yang
melakukan kerja praktik – dalam hal ini disebut sebagai praktikan - dapat
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama di bangku kuliah ke dunia nyata. Selain
itu praktikan juga dapat memperoleh ilmu dan pengalaman yang tidak didapat selama
perkuliahan.
Berdasarkan penjelasan di atas maka praktikan mencari instansi yang
bergerak di bidang tata ruang, sudah berdiri sejak lama, dan memiliki rekam jejak
yang baik. Housing Resource Center (HRC) sebagai sebuah lembaga intermediari
integratif yang berfokus terhadap masalah perumahan rakyat telah memiliki
pengalaman yang cukup banyak di bidang perumahan kumuh khususnya yang
terletak di sepanjang bantaran sungai code. Selain itu lembaga yang berdiri sejak
tahun 2006 ini sudah memiliki program Praktek Kerja Profesional (Internship) bagi
para mahasiswa dan umum sejak tahun 2007 dan telah meluluskan 45 angkatan
dengan 253 profesional. Hal inilah yang membuat praktikan tertarik untuk
melakukan kerja praktik di HRC.
Dengan melakukan kerja praktik di HRC, selain ingin mengaplikasikan ilmu
yang diperoleh selama di bangku kuliah, praktikan juga ingin mencari pengetahuan
baru terkait perencanan permukiman kumuh.
3
1.2 Tujuan Kerja Praktik
a. Untuk mengaplikasikan secara nyata ilmu – ilmu perencanaan yang telah didapat
selama di bangku kuliah.
b. Untuk mendapatkan pengalaman kerja secara nyata dan professional di bidang
perumahan perkotaan, khususnya dalam merencanakan permukiman kumuh di
bantaran sungai code.
c. Untuk memahami tata cara dan sistem dunia kerja seorang planner.
1.3 Lingkup Kerja Praktik
1.3.1 Lingkup Waktu
Praktikan melakukan kerja praktik di HRC dari tanggal 8 Januari - 16
Februari 2015. Pekerjaan dilakukan selama 5 hari kerja/minggu yaitu dari hari
Senin hingga Jumat. Sementara itu dari HRC menetapkan waktu kerja
perharinya bagi praktikan adalah dari pukul 08.00 – 17.00.
1.3.2 Lingkup Tempat
Kerja praktik dilakukan di kantor HRC yang bertempat di Gedung
Abhiseka lantai 2, Jalan Ipda Tut Harsono 26, Kota Yogyakarta.
1.3.3 Lingkup Substansi
Selama melakukan kerja praktik di HRC praktikan mendapatkan satu
proyek yaitu penyusunan profil dan rencana Kampung Karanganyar,
Kelurahan Brontokusuman, Keamatan Mergangsang, Kota Yogyakarta.
Kampung ini berbatasan langsung dengan Sungai Code.
1.4 Cara Melakukan Kerja Praktik
1.4.1 Metode Kerja di Lokasi Kerja Praktik
Praktikan melakukan kerja praktik bersama dengan 1 mahasiswa lain
dan dibimbing oleh satu karyawan HRC yaitu Fatma Wulandari selaku
koordinator bidang penelitian. Sebelum praktikan melaksanakan proyek,
beliau memberikan pengarahan terlebih dahulu mengenai konsep, tujuan, dan
outline dari hasil kerja praktik nantinya. Ketika mengerjakan proyek praktikan
tetap didampingi oleh pembimbing baik saat survey lapangan maupun saat
melakukan FGD bersama masyarakat kampung.
4
1.4.2 Metode Pengerjaan Proyek Kerja Praktik
Secara garis besar terdapat tiga metode yang dilakukan dalam kerja
praktik ini yaitu metode pengumpulan data, metode pengolahan data, metode
analisis data, dan metode pembuatan arahan rencana kawasan. Untuk lebih
detailnya dapat dilihat di bawah ini.
a. Metode Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dalam pembuatan profil Kampung
Karanganyar dibagi menjadi dua jenis data yaitu data sekunder dan data
primer. Data sekunder didapat dari berbagai dinas pemerintah Kota
Yogyakarta. Data sekunder didapat dari hasil observasi dan wawancara di
lapangan.
b. Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh kemudian diolah ke dalam bentuk peta, tabel,
diagram, grafik, dan kalimat deskriptif agar lebih representatif. Hasil olahan
data kemudian disajikan ke dalam tiga jenis data yaitu data kependudukan,
data sosial budaya, dan data fisik lingkungan.
c. Metode Analisis Data
Data yang sudah diolah dan dikelompokan ke tiga jenis data
kemudian dianalisis menggunakan metode SWOT, dan komparasi dengan
standar yang berlaku.
d. Metode Pembuatan Arahan Rencana Kawasan
Dalam merencanakan kawasan praktikan tidak merencanakan
kawasan secara keseluruhan, namun hanya merencanakan kawasan strategis
yaitu desain waterfront dan desain rumah susun.
1.4.3 Metode dan Sistematika Penyusunan Laporan
Dalam menulis laporan Kerja Praktik ini praktikan menggunakan
metode deskriptif yaitu mengargumentasi dan memaparkan masalah secara
terperinci sesuai dengan data dan fakta yang ada. Laporan disusun secara
sistematis yaitu dimulai dari bab pendahuluan, profil institusi dan proyek kerja
praktik, kegiatan kerja praktik dan pembahasan kritis, dan kesimpulan serta
saran.
5
BAB 2
PROFIL INSTITUSI DAN PROYEK KERJA PRAKTIK
2.1 Profil Institusi
Institusi tempat kerja praktik praktikan bernama Housing Resource Center
(HRC). Housing Resource Center (HRC) digagas oleh para pakar perumahan
perkotaan dari: UN-Habitat, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dan
Kementerian Perumahan Rakyat, pada pasca bencana gempa bumi di Yogyakarta
tahun 2006. Keluarnya Memorandum of Understanding (MoU) antara Kementerian
Perumahan Rakyat dengan Pemerintah DIY pada Oktober 2006 menjadi penanda
kelahiran HRC.
HRC memiliki visi dan misi sebagai berikut :
1. Lembaga perumahan yang kompeten dan mendukung berbagai stakeholders
perumahan terutama dalam melaksanakan peran mediatif integratif.
2. Mengembangkan iklim sehat di bidang perumahan dengan membentuk
entrepreneur perumahan yang handal.
3. Lembaga terdepan yang inovatif dalam bidang perumahan.
Untuk mendukung terciptanya visi tersebut, HRC sebagai sebuah lembaga
intermediari integratif memiliki program yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan
masyarakat akan penataan perumahan dan kawasan yang sehat, aman, nyaman,
produktif dan lestari. Jenis – jenis programnya meliputi :
a. Pengembangan Kawasan. Pengembangan kawasan merupakan upaya strategis
untuk membangun daya saing kawasan (dusun/kampung atau desa/kelurahan)
melalui penataan kawasan, dengan didasarkan pada potensi dan karakter lokal.
b. Penanganan Kawasan Kumuh. Kegiatan ini merupakan upaya nyata untuk
mendukung pewujudan kualitas perumahan dan kawasan permukiman yang lebih
baik di Indonesia. Program dilakukan melalui pemberian bantuan teknis bagi
masyarakat kawasan kumuh, berupa: edukasi rumah dan lingkungan sehat,
konsultasi dan perancangan rumah sehat, penyusunan rencana bisnis usaha
produktif lingkungan, dan mendekatkan akses pembiayaan rumah sehat.
6
c. Penelitian Kebijakan Perumahan Perkotaan. Kegiatan ini merupakan sebuah
inisiatif dalam perumusan kebijakan perumahan dan perkotaan yang berbasis riset
untuk menjawab isu dan tantangan lokal dan global.
d. HRC Event. Program ini terdiri dari tiga kegiatan yaitu klinik rumah sehat,
pelatihan, loka karya dan kuliah umum, dan kunjungan pada kawasan
pembelajaran. Klinik rumah sehat yaitu program pemberian layanan kepada
masyarakat untuk konsultsi rumah layak dan sehat mulai dari desain hingga
rencana pembiayaan. Pelatihan, lokakarya dan kuliah umum yang dilakukan HRC
menyajikan tema-tema yang sesuai dengan kebutuhan dan tren yang berkembang
dan diminati oleh akademisi, praktisi, dan stakeholder pada bidang perumahan
perkotaan. Kunjungan pada kawasan pembelajaran yaitu Studi eksplorasi pada
kawasan best practice merupakan sarana untuk meningkatkan referensi dalam
membentuk masyarakat pembelajar. Best practice tidak terbatas di Indonesia tapi
juga luar negeri yang merepresentasikan pengelolaan kawasan modern, seperti
Singapura, Jepang, Hongkong, Belanda, Cina dan lain-lain.
e. Edu HRC. Program ini terdiri dari tiga kegiatan yaitu praktek kerja profesional
(Internship), joint center, dan pamong belajar tata kota. Internship merupakan
program dimana HRC memberikan peluang pengalaman bagi peserta magang
(mahasiswa & umum) sehingga di masa depan alumni dapat berperan banyak
dalam memberikan masukan kebijakan perumahan perkotaan. Joint center adalah
penelitian dalam baik negeri maupun swasta serta pemerhati perumahan dan
perkotaan yang berkelanjutan. Pamong belajar tata kota adalah kegiatan berupa
pembelajaran kepada pihak – pihak instansi pemerintah untuk menyusun
dokumen perencanaan wilayah hingga aplikasinya.
Demi terealisasinya program – program tersebut, layaknya organisasi lain
HRC memiliki struktur organisasi yang terdiri dari beberapa komponen divisi dan
jabatan. Pembagian divisi dan jabatan tersebut untuk mempermudah koordinasi dan
pembagian tugas antar anggota. Untuk lebih jelasnya mengenai gambaran struktur
organisasi HRC dapat dilihat pada diagram di bawah ini.
7
2.2 Proyek Kerja Praktik
Pekerjaan yang diberikan oleh HRC adalah penyusunan profil dan arahan
rencana Kampung Karanganyar, Kelurahan Brontokusuman, Kecamatan
Mergangsan, Kota Yogyakarta. Kampung Karanganyar merupakan gabungan dari
RW 16 – 19 Kelurahan Brontokusuman. Penyusunan profil kampung yang ada di
bantaran sungai code sudah dilakukan oleh HRC sejak tahun 2013. Proyek ini tidak
hanya dilakukan oleh HRC, tetapi juga didukung oleh komunitas Pemerti Code yang
saat ini diketuai oleh Bapak Totok Pratopo. Diharapkan dengan adanya program ini
maka Masterplan Penataan Kawasan Kali Code Dinas PU, Perumahan, dan ESDM
Provinsi DIY dapat tercapai.
Berdasarkan Masterplan Penataan Kawasan Kali Code, Kali Code dibagi ke
dalam tiga zona dan sembilan penggal. Studi kasus proyek praktikan adalah
Kampung Karanganyar yang terlatak di zona selatan dan penggal ketujuh. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada peta di bawah ini.
Skema 1. Struktur Organisasi HRC Sumber : http://www.hrcindonesia.org
8
Dalam penyusunan profil dan rencana
Kampung Karanganyar terdapat beberapa hal yang
harus dicantumkan oleh praktikan, yaitu :
1. Lokasi
2. Citra Kota
3. Kewilayahan + Kependudukan
4. Proyeksi dan tantangan hari ini dan kedepan
(krisis, ancaman, bencana), daya dukung dan
daya tampung
5. Capaian MDG’s
6. Housing Need Assesment
7. Kapasitas kampung (Award, Mitra, Lembaga,
Program yang telah dilakukan)
8. Future Design
9. Closing / remarks
ZON
A U
TAR
A
ZON
A T
ENG
AH
ZO
NA
SELA
TAN
Lokasi Kampung
Karanganyar
Foto 1. Peta Pembagian Zona dan Penggal Kali Code Sumber : Masterplan Penataan Kawasan Kali Code
9
BAB 3
KEGIATAN KERJA PRAKTIK DAN PEMBAHASAN KRITIS
3.1 Keterlibatan Praktikan
Dalam melakukan penyusunan profil dan rencana Kampung Karanganyar
terdapat enam tahap yang dilakukan oleh praktikan berdasarkan instruksi yang
diperintahkan oleh HRC, yaitu :
a. Pengenalan
b. Perizinan dan pengumpulan data
c. Pengolahan data tahap awal (presentasi 1)
d. Focus Group Discussion (FGD)
e. Revisi dan pembuatan rencana
f. Pembuatan laporan (presentasi 2)
Untuk detail waktu pengerjaan masing – masing tahap dapat dilihat pada
skema di bawah ini.
3.1.1 Pengenalan
Karena selama pelaksanaan kerja praktik praktikan akan banyak
berinteraksi dengan para pegawai HRC, maka pada hari pertama kerja praktik
praktikan diperkenalkan terlebih dahulu kepada seluruh pegawai HRC beserta
Pengenalan Perizinan dan
Pengumpulan Data
Pengolahan data tahap
awal (presentasi 1)
Focus Group
Discussion (FGD)
Revisi dan
Pembuatan Rencana
Pembuatan Laporan
Akhir presentasi 2)
8 – 12 Januari 2015 13 - 22 Januari 2015 23 Januari – 4 Februari 2015
5 - 11 Februari 2015 12 Februari 2015 13 - 16 Februari 2015
Skema 2. Tahap Pengerjaan Proyek Sumber : Log Book Praktikan
10
jabatan mereka. Hal ini akan berguna dalam koordinasi dan komunikasi selama
pelaksanaan kerja praktik.
Setelah perkenalan, praktikan mendapat tugas membuat artikel dengan
tema dampak urbanisasi terhadap perumahan di Indonesia. Penugasan ini
bertujuan untuk memberikan pemahaman awal kepada praktikan terkait
pentingnya perencanaan perumahan yang layak di Indonesia saat ini. Artikel
dibuat dalam bentuk laporan sebanyak empat lembar dan powerpoint.
Pengumpulan tugas dan presentasi artikel dilakukan pada tanggal 12 Januari
2015.
Berdasarkan tugas tersebut praktikan dapat mengetahui kondisi
perumahan di Indonesia saat ini. Pulau Jawa merupakan pulau dengan
persentase penduduk yang tinggal di kota paling banyak dibandingkan pulau
lainnya. Hampir seluruh provinsi di Pulau Jawa memiliki persentase penduduk
Foto 2. Saat Perkenalan dengan Para Karyawan HRC Sumber : Akun Facebook HRC Jogja
Foto 3. Saat Praktikan Mempresentasikan Tugas Artikel Sumber : Akun Facebook HRC Jogja
11
yang tinggal di kota lebih dari 50%. Berdasarkan sensus tahun 2010 100%
Provinsi DKI Jakarta tinggal di kota. Provinsi Banten sebanyak 67%, D.I.
Yogyakarta 66,4%, Jawa Barat 65,7%, Jawa Timur 47,6% dan Jawa Tengah
45,7%. (Badan Pusat Statistik : Proyeksi Penduduk Indonesia 2010 – 2035).
Tingginya jumlah penduduk yang tinggal di kota ternyata memberikan empat
dampak negatif kepada aspek perumahan, yaitu :
a. Rendahnya persentase rumah dengan status milik sendiri.
Pada tahun 2013 sebanyak 46,18 % rumah tangga di Kota Jakarta belum
memiliki rumah sendiri. Status kepemilikan rumah kebanyak masih berupa
rumah sewa/kontrakan, kos – kosan, dan rumah illegal.
b. Demand > Supply
Data BPS 2011 – 2013 menunjukan bahwa terdapat backlog perumahan
yang terus meningkat. Pada tahun 2013 terdapat backlog sebanyak 12 juta
unit rumah. Hal ini juga diperparah dengan gap yang terus meningkat
dimana ada sekitar 900.000 rumah tangga per tahun. Sedangkan supply
rumah hanya 250.000 – 400.000 unit/tahun (Studi Bank Dunia).
c. Banyak rumah dengan status tidak layak.
Data BPS 2011 menunjukan bahwa 14,28% atau 8,46 juta unit rumah di
perkotaan Indonesia belum layak. Dari 8,46 juta unit rumah tersebut 95%
rumah berkulaitas rendah (atap, lantai, dinding), 75% tidak memiliki akses
terhadap sumber air minum yang terlindungi, 26,5% tidak dilayani oleh
fasilitas sanitasi layak, dan 28,5% yang memiliki luas hunian perkapita <
7,2 m2.
d. Tingkat kekumuhan tinggi
Berdasarkan data BPS tahun 2013, masih terdapat 12,57% rumah tangga
kaumuh di perkotaan Indonesia, dimana hanya 1 Provinsi yang telah
mencapai target 7D MDG’s Proporsi Rumah Tangga Kumuh Perkotaan 6%
yaitu Provinsi Jawa Timur. Provinsi dengan persentase rumah tangga
kumuh tinggi adalah Provinsi Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, dan DKI
Jakarta.
12
3.1.2 Perizinan dan Pengumpulan Data
Untuk menunjang proses pembuatan profil Kampung Karanganyar,
maka praktikan mencari data ke beberapa instansi. Berdasarkan Peraturan
Walikota No. 29 tahun 2007 tentang Pemberian Izin Penelitian, Praktek Kerja
Lapangan dan Kuliah Kerja Nyata di wilayah Kota Yogyakarta, praktikan
harus melengkapi berkas persyaratan di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta
terlebih dahulu untuk mendapatkan izin penelitian ke berbagai instansi. Proses
perizinan menjadi mudah karena kelengkapan berkas dikerjakan oleh
supervisor praktikan.
Setelah mendapat izin, praktikan mengumpulkan data dari berbagai
instansi. Berikut adalah daftar data sekunder yang dibutuhkan oleh praktikan.
No. Jenis Data Sumber
1
Jumlah penduduk Kampung Karanganyar 5 tahun
terakhir menurut umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, agama, dan mata pencaharian
Kelurahan Brontokusuman
2
Rencana KDB, KLB, jaringan air bersih, dan
jaringan drainase Kampung Karanganyar
(RDTR Kota Yogyakarta tahun 2012 – 2029)
Dinas Permukiman dan
Prasarana Wilayah Kota
Yogyakarta
3 Kondisi Sungai Code Kampung Karanganyar Badan Lingkungan Hidup
Kota Yogyakarta
4 Masterplan Penataan Kawasan Kali Code Dinas PU, Perumahan, dan
ESDM Provinsi Yogyakarta
Selain data sekunder, ada juga data primer yang dibutuhkan oleh
praktikan yaitu sejarah kampung, kondisi visual sungai dan permukiman, data
fungsi bangunan, data guna lahan, dan data potensi budaya dan potensi
ekonomi. Data – data tersebut diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak
Kelurahan Brontokusuman dan masyarakat kampung Karanganyar sekaligus
dari hasil observasi lapangan.
Tabel 1. Kebutuhan Data Sekunder Praktikan Sumber : Arsip Praktikan
13
3.1.3 Pengolahan Data Tahap Awal (Presentasi 1)
Pada tahap pengolahan data praktikan mengolah data sekunder maupun
primer yang sudah diperoleh ke dalam bentuk tabel, diagram, peta, maupun
kalimat deskripsi. Di tahap awal ini praktikan baru mendapatkan data mengenai
Masterplan Kawasan Sungai Code, sejarah Kampung Karanganyar,
kependudukan, serta fisik lingkungan Kampung Karanganyar.
a. Masterplan Kawasan Sungai Code
Terdapat empat indikator utama tujuan penataan kawasan Kali Code, yaitu
(a) sungai sehat, (b) permukiman sehat, (c) ekonomi tumbuh, dan (d)
mendukung transportasi perkotaan. Praktikan tidak menganalisis tentang
transportasi perkotaan karena diasumsikan untuk saat ini penggunaan sungai
code sebagai sarana transportasi Kota Yogyakarta bukan merupakan
prioritas utama.
Berdasarkan hasi observasi praktikan ternyata masih terdapat cukup
banyak tumpukan sampah di sungai, dan budaya buang sampah sembarangan
masih diterapkan oleh masyarakat sekitar.
Dari aspek permukiman terdapat beberapa masalah dimana
permukiman di Kampung Karanganyar terutama yang terletak di bantaran
sungai RW 19 memiliki kondisi fisik bangunan dan lingkungan yang kurang
baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta dan foto di bawah ini.
Foto 4. Kondisi Sungai Code Kampung Karanganyar Sumber : Dokumentasi Praktikan
14
Berdasarkan peta dan foto di atas dapat disimpulkan bahwa Kampung
Karanganyar memiliki kondisi perumahan yang berbeda – beda. Walaupun
berdasarkan perhitungan kepadatan penduduk RW 17 adalah kawasan yang
paling padat dan membutuhkan rumah susun, namun dari hasil observasi
ternyata RW 19 yang paling padat dan kumuh. Pada RW 19 jarak antar rumah
hanya ±1 – 1,5 meter. Kondisi fisik bangunanpun tidak terawat.
Dari aspek ekonomi, berdasarkan Masterplan Kawasan Sungai Code,
Kampung Karanganyar direncanakan sebagai kawasan wisata belanja industri
kreatif handicraft & kulit, dan budaya. Hal ini dikarenakan banyak industri
rumah tangga yang memproduksi berbagai kerajinan, serta terdapat beberapa
kesenian tradisional.
Foto 5. Peta Kondisi Lingkungan Perumahan Kampung Karanganyar Sumber : Dokumentasi Penulis
Perumahan RW 19
Perumahan RW 17
Perumahan Green
House RW 17
Lokasi Kampung
Karanganyar Foto 6. Peta Perencanaan Kawasan Ekonomi bantaran
Sungai Code (Tampak Atas) Sumber : Masterplan Kawasan Sungai Code
15
b. Sejarah Kampung Karanganyar
- Sampai tahun 40-an masih bernama kampung Bugisan
- Kesan kampung negatif, banyak geng, kriminalitas tinggi
- Perbaikan dimulai pada tahun 1976 dengan cara pemerintah kota
menempattinggalkan pegawai - pegawainya di kawasan – kawasan
tertentu di dalam kampung
- Pada tahun 1982 dilakukan Proyek OPK (Operasi Pemberantasan
Kejahatan) dari pemerintah kota untuk menghapuskan tindak
kriminalitas.
- Dibentuk ketua RK (Rukun Kampung) sebagai pengayom warga serta
mendukung kesuksesan OPK
- Saat ini kriminalitas telah semakin jarang, dengan tingkat ekonomi yang
masih rendah namun selalu tumbuh .
c. Kependudukan
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kelurahan Brontokusuman terdapat
1.765 penduduk dan 583 KK yang tinggal di Kampung Karanganyar pada
tahun 2013. Untuk detailnya dapat dilihat pada diagram di bawah ini.
170 198235 229209 216
275
233
379414
510462
112169 157 145
0
100
200
300
400
500
600
RW 16 RW 17 RW 18 RW 19
Laki - laki Perempuan Jumlah Penduduk Jumlah KK
Diagram 3. Jumlah Penduduk Kampung Karanganyar tahun 2013 Sumber : Kelurahan Brontokusuman
16
Jika dikaitkan dengan luas masing – masing RW maka dapat diketahui
kepadatan penduduk tiap RW. Untuk detailnya dapat dilihat pada peta dan
tabel di bawah ini.
Berdasarkan peta dan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa RW 17
memiliki kriteria kepadatan penduduk tinggi. Jika dibandingkan dengan
SNI 03-1733-2004 tentang tata cara perencanaan lingkungan perumahan di
perkotaan maka disyaratkan untuk dibangun rumah susun di RW 17. Namun
berdasarkan hasil observasi lapangan seperti yang sudah dijelaskan
RW Jumlah KK Jumlah L Jumlah P
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
Luas RW
(Ha)
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Ha)
Kriteria
RW 16 112 170 209 379 2.00515 189.0132908 Sedang
RW 17 169 312 300 612 2.13485 286.6711947 Tinggi
RW 18 157 235 275 510 7.04575 72.38406131 Rendah
RW 19 145 253 233 486 3.07539 158.0287378 Sedang
Kepadatan rendah
Kepadatan sedang
Kepadatan tinggi
Tabel 2. Kepadatan Penduduk Kampung Karanganyar Sumber : Analisis Penulis
SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan
17
sebelumnya ternyata kondisi perumahan yang paling buruk terletak di RW
19.
Untuk data kependudukan lainnya yang didapat oleh praktikan yaitu mata
pencaharian dan tingkat pendidikan akhir mayarakat Kampung
Karanganyar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram di bawah ini.
Berdasarkan kedua diagram di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga
mata pencaharian utama masyarakat Kampung Karanganyar yaitu Swasta,
Jasa, dan pedagang. Sementara itu terdapat dua tingkat pendidikan akhir
dengen persentase paling tinggi yaitu TK dan SMA/SMU.
d. Kondisi Fisik dan Lingkungan Kampung Karanganyar
Selain kondisi fisik bangunan seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya
kondisi ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kampung
Karanganyar juga sangat sedikit. Tingkat kepadatan bangunan yang cukup
tinggi terutama di RW 18 juga menyebabkan sedikitnya RTH yang tersedia.
Berdasarkan data dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) dari tahun 2013 –
2014 kualitas air Sungai Code di Kampung Karanganyar juga belum baik
jika dilihat dari beberapa aspek.
Diagram 4 dan 5. Persentase Mata Pencaharian (Kiri) dan Tingkat Pendidikan Akhir (Kanan) Kampung Karanganyar Tahun 2014
Sumber : Kelurahan Brontokusuman
18
3.1.4 Focus Group Discussion (FGD)
Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang diadakan oleh HRC untuk
menampung aspirasi dari masyarakat, sekaligus mengcrosscheck hasil data
sementara yang sudah diperoleh oleh praktikan dengan kenyataan di lapangan.
FGD terdiri dari dua sesi yaitu presentasi oleh HRC, kemudian sesi diskusi.
Diskusi dibagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok mendiskusikan masalah
fisik dan lingkungan kampung, dan kelompok lainnya mendiskusikan masalah
sosial dna budaya kampung. Praktikan memimpin diskusi yang membahas
masalah fisik dan lingkungan kampung. Agar diskusi berjalan efektif, setiap
kelompok mendapat satu buah peta Kampung Karanganyar berukuran besar,
sehingga setiap orang dapat menandakan titik – titik mana saja yang merupakan
potensi sekaligus masalah.
3.1.5 Revisi dan Pembuatan Rencana
Berdasarkan hasil FGD ditemukan beberapa masukan data yang sangat
berguna bagi praktikan yaitu potensi ekonomi dan kesenian yang ada di
Kampung Karanganyar, titik persebaran sumur komunal, Instalasi
Pembuangan Air Limbah (IPAL), dan rencana pembangunan RTH dari
masyarakat.
Ternyata terdapat berbagai macam industri rumah tangga yang ada di
Kampung Karanganyar terutama di RW 19. Jenis – jenis industri rumah
tangganya adalah sebagai berikut.
a. Blangkon Jawa (Solo)
b. Blangkon Jawa (Solo) khusus batik
c. Tas Vinyl
Foto 6. Suasana FGD Bersama Masyarakat Kampung Karanganyar Sumber : Dokumentasi Praktikan
19
d. Dompet batik untuk kosmetik
e. Dompet batik ukuran sedang
f. Baju Daster batik
g. Tas sekolah ransel, tas jinjing, dll
h. Macam2 cinderamata & pernak-pernik
i. Macam2 hasil olahan makanan (Criping pisang, kue kering, dll)
Terdapat pula beberapa sanggar kesenian yang ada di Kampung
Karanganyar. Beberapa sanggar ini sering tampil di beberapa acara hari besar.
Dafatar kesenian yang ada di Kampung Karanganyar adalah sebagai berikut.
a. Sanggar Langgen Kusumo (Tari Klasik dan Tradisional)
b. Sanggar Omah Ijo (Tari Kreasi Baru)
c. Gita Nada (Orkes Keroncong)
d. Sanggar Bimantari (Tari, Operet, Dolanan anak)
e. Melati Budaya (Karawita dan Ketoprak)
f. Istiqomah (Rebana)
g. Swara 17 (Paduan Suara)
h. Keroncong Muda (Keroncong)
Foto 7. Usaha tas vinil (kiri) dan blangkon jawa (Solo) khusus batik (kanan) Sumber : Dokumentasi Praktikan
Foto 8. Penampilan Tari Klasik dan Tradisional Sumber : Dokumentasi Ibu Hesti (Pemilik Sanggar)
20
Sedikitnya ketersediaan RTH di Kampung Karangayar membuat
masyarakat ingin berinisiatif sendiri untuk membangun RTH. Berdasarkan
hasil FGD terdapat dua lokasi yang direncanakan untuk menjadi RTH yaitu
satu lahan kosong yang terletak tepat di sebelah sungai, dan satu lahan yang
masih digunakan sebagai empang namun tidak terawat. Kedua lahan tersebut
masih berstatus kepemilikan pribadi, sehingga jika mau dibebaskan harus
dibeli. Masyarakat berharap HRC sebagai tangan panjang dari pemerintah
dapat membantu masyarakat untuk membebaskan kedua lahan tersebut.
Masyarakat yakin bahwa jika kedua lahan tersebut dapat dioptimalkan sebagai
RTH maka dapat menjadi pusat kegiatan dari Kampung Wisata Karanganyar
yang terintegrasi dengan Sungai Code.
Sudah terdapat komunitas pemerhati Sungai Code di Kampung
Karanganyar, yaitu komunitas Desa Wisata Brontokusuman (Dewabronto)
yang saat ini diketuai oleh Bapak Kelik. Komunitas ini memiliki visi untuk
menjadikan Kampung Karanganyar sebagai kampung wisata berbasis
lingkungan sungai yang hijau dan asri.
Kurangnya RTH membuat masyarakat ingin membebaskan 2 lokasi lahan di tepi bantaran sungai. Masyarakat yakin jika kedua lahan ini dibebaskan maka dapat meningkatkan potensi wisata Kampung Karanganyar.
Foto 9. Peta Rencana RTH oleh Masyarakat Kampung Karanganyar Sumber : Hasil FGD
21
Berdasarkan semua data yang sudah diperoleh oleh praktikan, maka
praktikan menganalisis potensi dan maslah yang dimiliki oleh Kampung
Karanganyar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema di bawah ini.
Beradasarkan potensi dan masalah di atas, praktikan membuat Grand
Concept rencana Kampung Wisata Karanganyar. Skemanya adalah sebagai
berikut.
POTENSI MASALAH
- Kenampakan alam sungai yang bagus
- Banyaknya UMKM kerajinan dan kesenian.
- Adanya komunitas masyarakat yang peduli terhadap penataan kawasan. (Dewabronto)
- Kepadatan penduduk tinggi - Kualitas perumahan masih
buruk. - Kualitas air sungai masih
buruk. - Kurangnya RTH
Skema 3. Hasil Analsis Potensi dan Masalah Kampung Karanganyar Sumber : Analisis Praktikan
Economically
Profitable
Socially Equitable
Environmentally
Sustainable
- Pengembangan kawasan penginapan turis, homestay, dan hotel
- Pengembangan kawasan wisata tepi sungai
- Pengembangan usaha2 kerajinan dan kesenian lokal
- Pembangunan kawasan wisata tepi sungai
- Pembuatan jogging track & sarana outbound
- Pembangunan rumah susun
- Pembersihan sungai - Membangun kawasan sesuai
prinsip ‘river oriented’ - Mempertahankan kawasan
hijau
Skema 4. Grand Concept Pengembangan Kampung Karanganyar Sumber : Analisis Praktikan
22
Dengan mengusung tema sustainable develompent praktikan
merencanakan konsep kampung wisata yang tidak hanya berbasiskan
lingkungan sungai yang hijau dan asri, namun juga memanfaatkan potensi
ekonomi lokal yang ada di Kampung Karanganyar yaitu industri – industri
rumah tangga yang ada, dan kesenian – kesenian tradisional. Industri dan
kesenian tersebut akan diberikan lapak dan tempat tersendiri agar para
wisatawan selain tertarik dengan kondisi lingkungan sungai yang indah, namun
juga dapat membeli barang – barang kerajinan sebagai suvenir dan melihat
penampilan seni sanggar – sanggar kesenian Kampung Karanganyar.
Kampung Karanganyar adalah salah satu dari sedikit kampung di
bantaran Sungai Code yang memiliki jalan di bantaran sungai dengan lebar
yang cukup besar yaitu ± 3 meter. Dengan memanfaatkan lebar jalan tersebut
maka dapat dibuat sempadan sungai yang indah dan asri. Indah dengan
mengganti jalan dari aspal menggunakan paving blok yang dicat dengan warna
yang cerah, kemudian asri dengan menanm tanaman semak di pinggir sungai
dan pohon rindang di sisi jalan satunya. Di bawah pohon rindang dapat dibuat
lapak atau tempat PKL maupun penjual kerajinan khas Kampung Karanganyar.
Foto 10. Rencana Kawasan Wisata Riverfront Kampung Wisata Karanganyar Sumber : Desain Praktikan
23
Untuk mensingkatkan aksesibilitas antara sempadan sungai di sebelah
timur dengan sempadan sungai di sebelah barat maka dibuat beberapa
jembatan. Selain itu ada juga joglo yang dibangun di atas air. Joglo tersebut
berperan sebagai panggung kesenian bagi sanggar – sanggar kesenian yang ada
di Kampung Karanganyar.
Selain desain riverfront, untuk menyelesaikan masalah kepadatan
rumah di RW 19, maka praktikan merencanakan pembangunan rumah susun di
kawasan tersebut.
Foto 11. Desain Jembatan (kiri) dan Joglo Terapung (Kanan) Sumber : Desain Praktikan
Foto 12. Desain Rumah Susun Sumber : Desain Praktikan
24
3.1.6 Pembuatan Laporan Akhir (Presentasi 2)
Pembuatan laporan akhir adalah tahap terakhir kerja praktik di HRC.
Praktikan membuat laporan, album peta, dan powerpoint sebagai bahan
presentasi. Presentasi dilakukan pada Hari Senin, 16 Februari 2015 di depan
supervisor praktikan, dan beberapa karyawan HRC lainnya.
3.2 Komentar Kritis Praktikan
Dalam melaksanakan kerja praktik, praktikan juga menemukan beberapa hal
yang menjadi pelajaran yang didapatkan oleh praktikan. Pertama, kebiasaan dalam
bekerja di sebuah instansi. Kebiasaan disiplin dan profesionalitas sangat diperlukan
agar setiap pekerjaan yang diberikan dapat selesai dengan baik dan tepat waktu. Hal
ini kurang diberikan selama masa perkuliahan di kampus. Kedua, pengalaman
melakukan partisipatory plannning. Pengalaman selama melakukan FGD bersama
masyarakat Kampung Karanganyar memberikan pemahaman kepada praktikan
tentang strategi untuk menjaring aspirasi dari masyarakat, bagaiamana cara
berkomunikasi yang baik dengan masyarakat, bagaimana menyikapi usulan dan
saran dari masyarakat yang terkadang tidak terduga. Hal ini penting pagi seorang
perencana yang baik karena perlu adanya crosscheck antara data atau rencana yang
sudah dibuat dengan masyarakat setempat agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Selain pelajaran bagi praktikan, praktikan juga menyadari beberapa
kekurangan dari HRC selaku instansi tempat kerja praktik yaitu tidak adanya
pengarahan secara detail mengenai metode dan teknik analisis maupun rencana
keruangan. Praktikan memang tidak mengalami kesulitan yang besar terkait hal
teknis seperti pembuatan peta, dan analisis serta rencana keruangan karena sudah
memiliki ilmu yang cukup selama di perkulihan. Namun hal ini dapat menjadi
kendala apabila praktikan lain belum memiliki kemampuan yang cukup dalam
mengoperasikan aplikasi seperti ArcGIS, Sketchup, AutoCad, Lumion, dan lain –
lain.
25
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Secara umum, kerja praktik yang dilaksanakan oleh praktikan telah terlaksana
dengan lancar. Hal tersebut dibuktikan dengan terselesaikannya keseluruhan
pekerjaan yang diberikan oleh institusi kerja praktik kepada praktikan. Selain itu,
seluruh pekerjaan tersebut dapat diterima oleh institusi kerja praktik. Hal tersebut
membuktikan bahwa ilmu yang praktikan dapat dari bangku kuliah dan
diimplementasikan dalam kerja praktik, dapat diterima di dunia kerja. Dari tahap
pengenalan instansi hingga penulisan laporan akhir semua dapat berjalan lancar
walaupun belum ada timeline kerja praktik yang detail yang disediakan oleh HRC
sehingga praktikan harus membuatnya sendiri di awal masa kerja praktik.
4.2 Saran
HRC merupakan instansi yang tepat sebagai tempat kerja praktik bagi
praktikan yang tertarik dengan masalah lingkungan perumahan kumuh. Banyak data
– data dan literatur terkait perumahan dan permukiman yang dapat diperoleh di HRC.
Namun, terdapat beberapa hal yang perlu sedikit diperbaiki untuk pelaksanaan kerja
praktik di HRC terutama dari segi pelatihan kemampuan dalam mengoperasikan
aplikasi perencanaan seperti AutoCad dan ArcGIS. Selama pelaksanaan kerja
praktik, praktikan tidak mendapatkan pelatihan tersebut yang sebenarnya akan sangat
bermanfaat apabila diadakan agar luaran yang dihasilkan oleh praktikan dapat lebih
berkualitas. Dari yang praktikan lihat selama masa kerja praktik di HRC, hanya
pengetahuan terkait perumahan dan teknik FGD yang diberikan oleh HRC. Materi
tentang metode dan teknik analisis maupun rencana yang bersifat spasial kurang
diberikan. Hal ini dapat menjadi masukan bagi HRC untuk pelaksanaan kerja praktik
di masa depan.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Rencana Detail Tata Ruang Kota Yogyakarta tahun 2012 – 2029. Dinas Permukiman
dan Prasarana Wilayah Kota Yogyakarta
2. Kondisi Kualitas Air Sungai Code. Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta
3. Masterplan Penataan Kawasan Sungai Code.
4. Data Kependudukan Kampung Karanganyar. Kelurahan Brontokusuman