laporan kunjungan panitia khusus rancangan … · mekanisme deklarasi dokumen di perbatasan laut...
TRANSCRIPT
1
LAPORAN KUNJUNGAN PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG-UNDANG
TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN
TERORISME
KE SPANYOL DAN FATF SECRETARIAT (PERANCIS)
(20-23 November 2012)
A. PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Sesuai dengan konstitusi dan komitmen Negara Republik Indonesia dalam
menciptakan perdamaian dunia dan menciptakan keamanan kawasan domestik yang
kondusif, terutama dalam memerangi serangan terorisme yang menjadi salah satu
fenomena permasalahan utama di Negara Indonesia, dan untuk memenuhi
komitmen Indonesia yang telah meratifikasi Konvensi Internasional Anti Pendanaan
Terorisme, the Convention for the Suppression of the Financing Terrorism, 1999
(Konvensi SFT) melalui Undang-Undang (UU) Nomor 6 Tahun 2006 tentang
pengesahan International Convention for the Suppression of the Financing
Terrorism, 1999; maka pembentukan legislasi nasional berdasarkan prinsip-prinsip
umum yang ada di dalam Konvensi SFT perlu segera diimplementasikan.
Sebagaimana telah diketahui, komitmen utama Indonesia untuk memerangi
kegiatan dan serangan terorisme yang telah diwujudkan dalam UU tentang Tindak
Pidana Terorisme, terus dilakukan dan memandang perlunya sebuah regulasi yang
melengkapi UU Terorisme, yakni RUU Anti Pendanaan Terorisme. RUU ini
merupakan peraturan yang mengutamakan program pencegahan dari sisi jalur
finansial (follow the money line), yang sangat berpengaruh signifikan terhadap
pencegahan dukungan terhadap jaringan kegiatan terorisme. Hal ini juga diamini
oleh hampir seluruh negara di dunia, terutama di negara-negara maju yang telah
menerapkan legislasi Anti Pendanaan Terorisme di negaranya atau bahkan telah
mengalami beberapa amandemen. Dibentuknya Financial Action Task Force on
Money Laundering (FATF) kemudian oleh inisiatif negara-negara, yang bertujuan
2
untuk membentuk suatu badan yang bertugas melakukan monitoring dan
pengawasan terhadap penerapan regime regulasi Anti Money Laundering (AML) dan
Counter Financing Terrorism (CFT). Yang mana hasil audit FATF akan sangat
berpengaruh pada sikap atau respon dari negara-negara di seluruh dunia terhadap
negara tersebut.
Pemutusan terhadap aliran pendanaan sangatlah penting dan dipandang
sebagai suatu tindakan preventif dalam memerangi kegiatan terorisme. Maka dari
itu, perlu dibentuk suatu struktur regulasi dan implementasi regulasinya yang secara
rigid dapat memutus, menutup, dan/atau mendeteksi adanya aliran dana terhadap
kegiatan-kegiatan terorisme. Pembangunan sistem yang dibentuk dari RUU Anti
Pendanaan Terorisme ini akan menjadi hal penting yang perlu dikedepankan
sehingga RUU ini akan dapat mengatur secara baik sesuai dengan kepentingan
nasional dan masyarakat.
Mengingat pula pentingnya kerja sama internasional dan sifat dari aktivitas
terorisme yang tidak hanya di level domestik namun juga lintas negara, maka
penggalian terhadap informasi, data, dan pengalaman yang baik dari negara-negara
yang telah menerapkan sistem Anti pendanaan terorisme yang telah dinilai baik
perlu dilakukan. Oleh karena itu, dalam pembahasan materi muatan dalam RUU Anti
Pendanaan terorisme ini perlu melihat dari data-data yang ada di Indonesia maupun
di negara lain, khususnya di negara yang telah berhasil memiliki konstelasi regulasi
anti pendanaan terorisme dan implementasinya. Pembelajaran penting pula
mengenai bagaimana negara yang satu melakukan kooperasi dengan negara lain,
terutaman yang berbatasan langsung, dalam memerangi terorisme juga dapat dinilai
sangat penting dalam semangat aliansi dan saling memberi bantuan.
Profiil Spanyol
Spanyol adalah salah satu negara yang dinilai oleh dunia internasional telah
melakukan kemajuan yang sangat pesat dalam penerapan 40+9 rekomendasi FATF
dalam konstelasi hukum nasionalnya.1 Situasi negara dan pemerintahannya, Spanyol
menganut sistem monarki yang kekuasaannya berada di tangan seorang Raja.
1 FATF, Follow-up of Evaluation Report, 2011 on Spain.
3
Kekuasaan legislasi berada di tangan parlemen. Spanyol seperti Indonesia menganut
sistem hukum civil law.
Sekilas Rezim Pendanaan Teroris di Spanyol
Spanyol telah memiliki struktur hukum yang komprehensif dalam mengatur
AML dan CFT. Sebelumnya Spanyol terus dipantau oleh FATF terkait dengan
beberapa kelemahan dalam pengaturan dan implementasinya. Namun Spanyol terus
menerus berjuang dalam menerapkan standard yang tinggi, sehingga dalam rapor
FATF terakhir, Spanyol dinilai sebagai salah satu negara yang paling membuat
peningkatan dalam menerapkan 40+9 Recommendations.
Setelah peristiwa serangan teroris pada 11 Maret 2004 (Madrid Bombings)
dan serangan teroris dari dalam negeri yang terus menerus yakni oleh gerakan
Basque Fatherland and Liberty (ETA) yang mendapat sokongan dana dari
penggalangan dana dan revolutionary tax2 dari berbagai perusahaan gelap, Spanyol
terus membenahi diri dalam hal keamanan dalam negeri dengan mengutamakan
fungsi pencegahan. Spanyol terus mengembangkan kerja sama internasional,
terutama dengan Perancis sehingga mereka dapat menekan serangan teroris ETA
dan serangan dari jaringan teroris internasional (AQIM)3. Menurut sumber di media,
AQIM bahkan menggunakan metode perampokan dan penjualan Narkoba untuk
mendanai kegiatan teroris. 4 Selain AQIM, kejadian yang melibatkan beberapa
kelompok Pakistan yang berafiliasi di UK juga pernah terjadi, menggunakan metode
pencurian kartu kredit dan penculikan untuk mendapat tebusan dalam mendanai
kegiatan teroris tersebut. Ini berarti pendanaan terorisme juga sangat terafiliasi kuat
dengan hasil tindak pidana (money Laundering). Pada tahun lalu, Spanyol juga
sempat dikejutkan dengan peristiwa penculikan oleh kelompok teroris Algeria yang
menamakan diri mereka Jamat Tawhid Wal Jihad fi Garbi Afriqqiya, yang juga diduga
kuat terafiliasi dengan AQIM. Peristiwa tersebut membuat Spanyol terus aktif dalam
memerangi kegiatan teroris baik dalam dan luar negeri.
2 Metode untuk mengumpulkan dana dari satu organisasi atau perusahaan ke perusahaan lain untuk kepentingan tertentu secara illegal. 3 Al-Qaida in the Islamic Maghreb (AQIM) 4 http://www.terrorismanalysts.com/pt/index.php/pot/article/view/113/html (diakses 7 September 2012).
4
Spanyol, dalam mengawasi jalur finansial potensi pendanaan terorisme,
telah membangun sistem hukum yang efektif dalam pembekuan aset teroris.
Financial Intelligence Units (FIU) Spanyol5 dinilai melakukan upaya yang sangat
signifikan dalam meregulasi dan mengimplementasi 40+9 Recommendations untuk
memerangi AML-CFT dan melakukan upaya kerja sama Internasional yang persisten
dan terbuka.6 FATF kemudian menilai bahwa AML-CFT Regime di Spanyol sudah
dalam status yang baik, komprehensif, dan tidak lagi memerlukan pengawasan yang
ketat dari FATF seperti layaknya negara-negara yang belum mengimplementasi
regulasi tersebut. Beberapa faktor yang membuat Spanyol dianggap baik adalah
keberhasilan Spanyol dalam melakukan pengecekan yang efektif dan ketat terhadap
mekanisme deklarasi dokumen di perbatasan laut dan bandara dengan teknologi
tinggi, sistem pelaporan pajak, dan peningkatan kewenangan pada penegak hukum
(terutama Spain National Police dan Guardia Civil7) dalam menindak atau menangani
kasus terorisme dan pendanaannya. Alhasil, salah satu pemimpin ETA dapat
ditangkap dan keberhasilan dalam membongkar salah satu sindikat ETA yang
membuat 850 kilogram bomb material.
Bahkan saat ini, Spanyol adalah negara yang aktif dan terus menyuarakan
akan bahaya anti pencucian uang dan pendanaan terorisme. Mereka bahkan telah
mengamandemen regulasi tentang AML-CFT supaya lebih baik lagi, dimana memberi
kapasitas lebih pada kewenangan dari pihak-pihak yang berwenang terkait AML-CFT,
hukuman atau sanksi yang lebih berat bagi pihak atau stakeholder yang tidak patuh,
memperkuat fungsi monitoring dan pengawasan ketat, dan penerapan resolusi PBB
dan penentuan otoritasnya. Spanyol juga kini memberi alokasi anggaran dan menjadi
Koordinator Working Group of Technical Expert yang tergabung dalam forum
Counter-terrorist Initiative bersama negara-negara yang tergabung dalam G-6 dan
Amerika Serikat untuk memerangi cybercrime dan nuclear terrorism. Berbagai MoU
Bilateral juga telah ditandatangani, terutama dengan Perancis.
5 Servicio Ejecutivo de la Comisión de Prevención del Blanqueo de Capitales e Infracciones Monetarias (SEPBLAC) - (Executive Service of the Commission for Monitoring Exchange Control Offences) 6 FATF, Mutual Evaluation on Spain, 2011. 7 Polisi dibidang Financial.
5
Spanyol secara keseluruhan telah menerapkan regulasi terkait Anti
Pendanaan Terorisme, yakni dengan menandatangani Konvensi SFT pada 2001 dan
diratifikasi pada 2002. Kemudian membentuk peraturan perundang-undangan
domestik terkait kriminalisasi pendanaan terorisme dengan amandemen Penal Code
atau Organic Law (2003) yang terus disempurnakan hingga kini (amandemen
terbaru) dan dilakukan pembentukan mekanisme pembekuan aset melalui terrorist
finance watchdog commission.
FATF
Financial Action Task Force on Money Laundering (FATF) adalah badan
khusus yang dibentuk oleh Organisation for Economic Co-operation and
Development (OECD) yang tujuan utamanya adalah untuk memonitor dan
mengawasi sistem perbankan dan finansial dunia. FATF melahirkan rekomendasi-
rekomendasi yang diikuti oleh hampir semua sistem finansial dan perbankan di dunia
dengan harapan integritas dan legitimasi sistem finansial dunia meningkat. FATF
pada pembentukannya melahirkan empat puluh rekomendasi (40
Recommendations) yang kemudian disempurnakan dengan Sembilan rekomendasi
special sehingga disebut 40+9 FATF Recommendations. Special recommendations
tersebut sangat berhubungan dengan rezim anti pendanaan terorisme yang harus
diikuti oleh negara-negara yang ingin ikut dalam perdamaian global. FATF adalah
organisasi internasional atau inter-negara yang sangat diakui dan mempunyai
kekuatan dalam memonitor dan mengawasi implementasi rekomendasinya di
seluruh dunia guna memberi penilaian pada reputasi finansial suatu negara.
Asia Pacific Group on Money Laundering (APG) yang merupakan sub badan
dari FATF pernah melakukan kunjungan ke Indonesia dan menemui Pansus RUU
tentnag Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme dan
memberi masukan-masukan yang kemudian mengacu pada Rekomendasi FATF. Oleh
karena itu, kunjungan ke FATF Secretariat dapat melengkapi masukan-masukan yang
ada.
6
II. MAKSUD DAN TUJUAN
RUU Anti Pendanaan Terorisme ini merupakan salah satu Prioritas Legislasi
Nasional (Prolegnas) 2012 untuk segera dijadikan undang-undang yang berfungsi
mengatur dan mengkriminalisasi pendanaan terorisme, sesuai dengan 40
Rekomendasi FATF dan IX Special Recommendations. Dalam penyusunan dan
pembahasan RUU ini, Pansus RUU Anti Pendanaan Terorisme ini telah melakukan
berbagai kegiatan, terutama berbicara dengan para pihak dan stakeholder, untuk
menggali informasi dan data terkait materi dalam RUU Anti Pendanaan Terorisme
dan mengetahui muatan pengetahuan dan pengalaman para pihak serta informasi
valid dalam materi yang akan diatur dalam RUU Anti Pendanaan Terorisme. Sehingga
ketika diundang-undangkan, RUU ini telah mencakup semua materi dan tidak
menimbulkan masalah di kemudian hari.
Hal-hal penting dan hal-hal yang dapat dikatakan baru yang ditemukan
selama kegiatan Pansus seperti kriminalisasi terhadap pendanaan terorisme sebagai
predicate crime, Prinsip pencegahan berdasarkan sistem Pengenalan Pengguna Jasa
dan mekanisme pelaporannya, penindakan atau penanganan kasus, dan kerja sama
dan pemberian bantuan Internasional dalam fungsi tukar menukar informasi dan
bantuan intelijensi dan hukum, dan hal-hal baru seperti Penetapan Daftar Terduga
Teroris (Criminal List), Pemblokiran Aset dan mekanisme keberatannya, Pembagian
kewenangan, dan Penelusuran terhadap laporan keuangan orang, korporasi, atau
organisasi non-profit. “Poin-poin baru” inilah yang kemudian menjadi poin-poin
utama yang sangat membutuhkan kajian yang mendalam dan studi langsung untuk
mendapat materi yang komplit.
Secara khusus, hal-hal yang kemudian berkembang dan penting untuk
diketahui adalah terkait kewenangan penelusuran terhadap transaksi mencurigakan
dan mekanisme koordinasi atau sirkulasi data dari dan ke dalam dan luar negeri,
koordinasi antar lembaga, kesulitan pembuktian, sulitnya pengenalan terhadap
modus operandi penggunaan dana bantuan seperti fa’i, atau modus baru seperti
cybercrime dalam penggalangan dananya. Hal-hal teknis yang perlu dipertimbangkan
dalam RUU ini juga meliputi phone tapping, perlindungan informan dan kegiatan
penyamaran (undercover). Selain itu, dampak dari penerapan RUU ini terhadap
7
kegiatan perdagangan dan penyedia jasa keuangan dan reaksi masyarakat yang
beragam latar belakangnya perlu diperhatikan.
II.1 Tujuan Kunjungan
Oleh karena hal-hal tersebut di atas, maka Pansus RUU Anti Pendanaan
Terorisme memandang perlu untuk melakukan studi banding ke negara-negara,
khususnya Spanyol dan FATF, yang selalu bekerja sama dan sama-sama membuat
kemajuan yang signifikan dalam menerapkan rekomendasi FATF sekaligus
meregulasi AML-CFT. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, kunjungan ke dua
negara ini akan memberikan masukan yang penting dan berharga bagi Pansus RUU
Anti Pendanaan Terorisme dalam pembahasan RUU Anti Pendanaan Terorisme ini.
Secara umum, kunjungan ini akan melakukan pengamatan dan dengar pendapat
langsung dengan beberapa otoritas berwenang yang penting terkait dengan regulasi
Pendanaan Terorisme di Spanyol diperbandingkan dengan otoritas Perancis yang
masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan tersendiri.
Hal utama dari perbandingan ini adalah untuk melakukan pembahasan
terkait materi dan sasaran RUU Anti Pendanaan Terorisme, kelebihan dan
kekurangan masing-masing yang dinilai berbeda, serta melihat kebijakan dan solusi
dari kelemahan tersebut dan informasi terkait hal-hal yang dapat berpotensi menjadi
permasalahan selama pembahasan di dalam RDP Pansus RUU Anti Pendanaan
Terorisme, yakni meregulasi dan menghormati kerja sama global untuk memerangi
terorisme namun tetap memperhatikan kepentingan nasional. Perhatian khusus juga
diberikan dalam prinsip kehati-hatian dalam perlindungan hak asasi manusia, seperti
penetapan daftar terduga teroris (terrorist criminal list) dan mekanisme
keberatannya, mekanisme pembekuan aset, atau tukar-menukar informasi dengan
pihak asing.
Kunjungan atau studi banding ke Spanyol dan Perancis ini (yang secara
spesifik hanya dilakukan terhadap perwakilan di Spanyol dan FATF Secretariat)
secara spesifik akan melakukan pengamatan terkait:
- Konstelasi dan struktur dari legislasi nasional milik Spanyol terkait dengan
Kriminalisasi Terorisme dan Pendanaanya. Termasuk juga bagaimana kajian
terhadap upaya penerapan rekomendasi FATF dalam undang-undang dan
8
penerapannya di Spanyol. Alasan mendasar dari Amandemen yang baru dan
dampak sosialisasinya.. Perbandingan ini diharapkan dapat memberi
gambaran untuk menjadi masukan pertimbangan umum dalam RUU Anti
Pendanaan Terorisme.
- Penerapan prinsip-prinsip dalam Anti Money Laundering (AML) Regime yang
dapat berguna bagi pendeteksian atau pencegahan Pendanaan terorisme,
seperti penerapan KYC (Know Your Customer) di dalam sistem CDD
(Customer Due Diligence) atau EDD (Enhanced Due Diligence). Diakui sulit
diterapkan di Indonesia, namun dapat diketahui solusi dari masing-masing
negara dalam mengintegrasi pihak berwenang dan melakukan
pengembangan dan penelitian terkait database.
- Selain itu pula mekanisme pelaporan, kepatuhan, dan hasil analisa terhadap
transaksi mencurigakan di sistem keuangan Spanyol kepada otoritas atau
institusi yang berwenang di Spanyol, seperti SEAPBLAC (FIU Spanyol) dan
Banco de España (Bank Sentral Spanyol).
- Tindak lanjut dari pihak berwenang di Spanyol, mekanisme koordinasi antar
pihak berwenang dan penegak hukum (Guardia Civil atau Cuerpo National
Police), dan pengalaman dari penanganan atau penindakan dari kasus
pemberian fasilitas pendanaan terorisme di Spanyol.
- Dalam kesempatan pertemuan bersama otoritas di sektor keamanan,
pencegahan dan penegakan tersebut, perlu juga pendalaman terkait
mekanisme penetapan daftar terduga teroris (criminal list/terrorist list) yang
berlaku di Spanyol. List yang dapat berasal dari informasi pihak penegak
hukum atau informasi dari luar negeri, bagaimana tindak lanjut dan proses
verifikasinya. Bahan informasi ini menjadi salah satu hal penting untuk
digali secara ekstensif dalam memberi masukan bagi Pansus.
- Mekanisme pembekuan aset terhadap aset terduga teroris yang berlaku.
Pengamatan terhadap pembekuan serta-merta (without delay) dan tindak
lanjut terhadap subjeknya. Berikut pula proses penyitaannya, apakah
9
dikembalikan ke negara atau dialokasikan ke pihak lainnya. (Penting untuk
diketahui alasan-alasan dasarnya, karena masing-masing negara di dunia ini
berbeda, seperti di Spanyol). Mekanisme penelusuran dan pembekuan serta
alokasi penyitaaan penting untuk diketahui dari segi Hukum Acara dan
hambatan dalam implementasinya.
- Ada atau tidaknya Kontrol order kepada badan hukum, perusahaan, yayasan,
dan terutama non-profit organisasi, atau penggalangan dana- yakni
organisasi non-profit yang sering digunakan untuk pelabuhan AML dan CFT-
yang telah ditetapkan sebagai daftar terduga (terrorist list) Money
Laundering (ML) atau Financing Terrorism (FT) terhadap orang atau badan
hukum/organisasi. Berikut pula mekanisme keberatan atau pengajuan appeal
terhadap penetapan list terduga Teroris atau Money Laundering tersebut.
Salah satu elemen yang penting untuk dipertimbangkan masuk dalam RUU
Anti Pendanaan Terorisme secara eksplisit.
- Fleksibilitas dari legislasi yang ada atau adanya sistem konstelasi lain dalam
regulasi yang berlaku di Spanyol terkait dengan cybercrime untuk pendanaan
terorisme, nuclear-terrorism, dan pengembangan penelitian terhadap
modus-modus baru terkait pendanaan terorisme atau AML/CFT Regime.
- Reaksi masyarakat Spanyol yang sama-sama beragam, kaum mayoritas dan
kaum minoritas, terhadap regulasi AML/CFT tersebut dan kendala yang
pernah dihadapi apabila terjadi reaksi negatif dari kelompok tertentu seperti
minoritas Islam dan penyedia Jasa Keuangan (Banking, Accountants, Property
Services, Financial Firms, Shares, etc.)
- Hambatan-hambatan yang masih dihadapi dari regulasi nasional, regulasi EU
(European Union), dan penerapan FATF 40+9 Recommendations terkait Anti
Pendanaan Terorisme dalam sistem hukum di masing-masing negara.
Demikian pula solusi atau proyeksi pembentukan solusinya.
- Mengunjungi FATF Secretariat di Perancis dalam menindaklanjuti dan
melengkapi masukan-masukan yang pernah diberikan oleh perwakilan APG,
10
sekaligus juga menunjukan keseriusan Indonesia dalam mengatur
kriminalisasi pendanaan terorisme sebagai salah satu prioritas dalam legislasi
nasional dan bentuk komitmen dalam memerangi serangan terorisme.
III. Waktu dan Tempat
Kunjungan ini dilaksanakan akan dilakukan pada 20 November 2012 hingga
23 November 2012 di sejumlah perwakilan otoritas di Spanyol dan FATF Secretariat,
yakni:
TABEL AGENDA KUNJUNGAN
WAKTU (*) TEMPAT AGENDA KEGIATAN SECARA UMUM
21 November
2012
Pertemuan dengan
Kedutaan Besar RI di
Spanyol
Pertemuan dengan State
Secretariat of Security
Ministeria del Interior.
Membahas rencana Agenda
Pembahasan terkait regime AML-CFT
yang berlaku di Spanyol.
Pembahasan Materi permasalahan-
permasalahan Regulasi terkait CFT.
Hambatan yang ada ketika
berhubungan dengan Hawalan
System atau transaksi melewati
Alternative Remittance System
(Underground Banking) dan Wire
Transfer.
International Cooperation terutama
di Kawasan Eurasia dan dunia.
Pertemuan Bilateral Situasi keamanan di Spanyol Pasca
11
dengan Parlemen
Spanyol (Congreso de los
Diputados)
Serangan Teroris (Madrid Bombings-
2004).
Pengalaman-pengalaman Spanyol
terkait diberlakukannya Regulasi
Anti terorisme dan regulasi Anti
Pendanaan Terorisme.
Opini berlakunya UU Anti
Pendanaan Terorisme dalam
kaitannya dengan perlindungan
terhadap masyarakat secara
keseluruhan termasuk Kaum
Minoritas.
Bentuk regulasi dalam pelayanan
dan sharing data yang diminta dari
International Cooperation.
Guardia Civil dan Spanyol
National Police,
Tugas Pokok dan kewenangan
masing-masing dalam pendeteksian
kegiatan terorisme. Perbedaan dan
persamaan kewenangan.
Mekanisme pendeteksian dan
kriteria penetapan terrorist list yang
dianggap “menghormati HAM”.
Begitu pula penggunaan data
intelijen dan FAIR TRIAL-nya.
Dibuat/tidaknya Program Kontrol
Order bagi orang, yayasan,
perusahaan, atau organisasi nirlaba
(NGO) atau semacamnya, beserta
12
alasan mendasarnya.
22 November
2012
Pertemuan dengan
Dirrecion General del
Tesoro Ministerio del
Tresury.
Strategi dan Kewenangan
Kementerian dan Commission untuk
mengawasi pendeteksian kegiatan
terorisme dan pendanaannya yang
kemudian asetnya dapat dibekukan.
Bentuk Koordinasi dan hambatannya
ketika share data dan informasi
dengan Authorities setempat atau
juga dengan intelijen domestik dan
internasional dalam pemberian
order untuk freezing assets.
Pertemuan dengan
Banco de España
(Central Bank of Spain) –
perwakilan dan Servicio
Ejecutivo de la Comisión
de Prevención del
Blanqueo de Capitales e
Infracciones Monetarias
(SEPBLAC)
Pembahasan umum terkait
permasalahan lalu lintas uang dan
Customer Due Diligence Regulation
serta hambatan yang pernah dimiliki
dan progress solusinya.
Bentuk koordinasi dan pengawasan
dengan SEPBLAC serta intelijen
dalam penggunaan share data
keuangan versus privacy law.
Pengawasan terhadap Wire Transfer
atau RTGS terhadap kemungkinan
penggunaan dana untuk kegiatan
teroris atau pembuatan Weapon
Mass Destruction.
Mekanisme pembekuan aset dan
keberatannya
13
23 November
2012
Pertemuan dengan
Kedutaan Besar RI di
Perancis
Pertemuan dengan
perwakilan FATF
Membahas rencana Agenda
Pembahasan terkait Masukan APG
tentang Resolusi DK PBB 1267 dan
1373.
Pembahasan Draft RUU Anti
Pendanaaan Terorisme di Indonesia
International Cooperation dan Public
Statement Warnings.
IV. ANGGOTA TIM
NO. N A M A KETERANGAN 1. DRS. H. ADANG DARADJATUN KETUA DELEGASI/ F. PKS
2. PASKALIS KOSSAY, S.Pd, MM ANGGOTA TIM / F-PG
3. SALIM MENGA ANGGOTA TIM/ F-PD
4. MUCHAMAD RUSLAN ANGGOTA TIM / F-PG
5. H. ANDI RIO IDRIS PADJALANGI, SH, M.Kn ANGGOTA TIM /F-PG
6. DRA. EVA SUNDARI, MA., MDE ANGGOTA TIM F-PDI PERJUANGAN
7. NASIR DJAMIL ANGGOTA TIM /F-PKS
8. TASLIM, S.SI ANGGOTA TIM F-PAN
9. DRS. H. AHMAD KURDI MOEKRI ANGGOTA TIM / F-PPP
10. DRS. H. OTONG ABDURAHMAN ANGGOTA TIM / F-PKB
B. HASIL KUNJUNGAN KERJA
Berikut ini beberapa hal yang menjadi pokok pembicaraan penting dalam
kunjungan ini adalah:
14
B.1 Sekretariat Bidang Keamanan Kementerian Dalam Negeri Spanyol (State
Secretariat of Security Ministeria del Interior)
Titik poin utama dari program anti terorisme di Spanyol dilihat dari
statisticnya bukan dari aktivitasnya. Di Spanyol, kegiatan terorisme dilihat secara
global bukan hanya ruang lingkup yang kecil atau sempit. Terorisme juga
membutuhkan sumber ekonomi, maka dari itu negara-negara telah banyak
menandatangani MoU untuk bekerja sama melawan pendanaan terorisme. Spanyol
juga ikut dalam konvensi-konvensi Internasional yang ada, seperti juga FATF
Recommendations dan Regulasi EU (2005).
Spanyol telah melakukan langkah-langkah untuk mengadaptasi ketentuan
Internasional yang ada. Paling penting menurut Spanyol adalah kesesuaian dengan
Konvensi SFT tahun 1999. Sehingga di Spanyol muncul 2 (dua) peraturan terkait
pendanaan terorisme yakni, UU Nomor 12 tentang pemblokiran uang terorisme dan
UU Nomor 10 tentang AML-CFT. UU Nomor 10 ini menyatukan regulasi tentang AML
dan CFT. Karena walaupun konsepnya tidak sepenuhnya sama, namun sangat
berkaitan erat.
Selain itu, Spanyol juga telah mengamandemen KUHP Spanyol Tahun 2010.
Hal tersebut yakni memperluas konsep kolaborasi dalam hal terorisme. Hal yang
baru adalah kegiatan calon teroris atau orang-orang yang memberi doktrin terorisme
dianggap kejahatan. Adanya pasal penekanan terorisme adalah tindak kejahatan
otonom. Jadi kegiatan membantu terorisme adalah kejahatan dan juga kegiatan
tanpa kesengajaan membantu terorisme dapat dihukum.
Pada sistem pengawasan yakni pada perbankan, lembaga keuangan,
perusahaan di Bursa Saham, dan perusahaan asuransi. <akan dijelaskan oleh
SEPBLAC>. Meskipun UU sudah menyatukan AML dan CFT, namun terhadap kedua
hal dilakukan dalam dua Komisi. Komisi yang pertama (Komisi Anti Money
Laundering) dibawah Kementerian Ekonomi, sedangkan Komisi yang kedua (Komisi
Pendanaan Terorisme) berada dibawah secretariat keamanan Kementerian Dalam
Negeri. (Komisi ini berada juga pada Kementerian Kehakiman, Kejaksaan, dan
Keuangan). Komisi kedua ini berjalan pada 2010 setelah UU Nomor 10 tahun 2010
lahir. Misi dari Komisi ini adalah untuk melakukan pembekuan dana dari orang atau
15
entitas terkait dengan pendanaan terorisme. Pembekuan dana ini dilakukan secara
administratif sehingga lebih cepat prosesnya daripada secara yudisial sehingga dana
tidak dapat dipakai untuk kegiatan terorisme. Namun selanjutnya jika pengadilan
memutuskan berbeda, maka administratif dibatalkan.
Proses mekanisme pengawasan dan pencegahan yang ada di Spanyol sebagai
berikut: Subyek Wajib (Pengacara, Notaris, Perusahaan Konstruksi, Properti,
Perbankan-LK) lapor pada PPATK Spanyol (SEPBLAC). Kemudian SEPBLAC akan
menyampaikan pada pihak keamanan (Polisi/Guardia Civil). Selanjutnya, pihak
keamanan akan melakukan pengawasan terhadap orang-orang yang dicurigai. Lalu
jika sudah mendapat bukti yang cukup, maka segera diproses dan diajukan
pengadilan. Apabila pengadilan merasa sudah cukup maka si subyek tersebut
langsung dijatuhi hukuman. Mendapat tindak lanjut pula, jika mendapat laporan dari
badan-badan keamanan lain (Interpol atau Europol). Ketika mendapat laporan
kemudian Polisi akan berkoordinasi dengan SEPBLAC.
Pendanaan juga dapat terjadi melalui jalur-jalur legal atau resmi untuk
kepentingan illegal. Misalnya perusahaan-perusahaan yang terkait dengan kegiatan
jihad. Keuntungan yang digunakan bukan untuk kepentingan perusahaan namun
untuk kegiatan terorisme. Contoh konkritnya adalah perusahaan produk milk atau
madu milik Osama Bin Laden, perusahaan konstruksi, peternakan, kayu, atau
berbagai saham di bank-bank milik keluarga Bin Laden dilakukan untuk mendanai
kegiatan terorisme. Selain itu juga seperti zakat atau donasi yang seharusnya resmi
atau legal namun diselewengkan untuk kegiatan terorisme. Contoh lain adalah
kegiatan di bidang perbankan Syariah di Spanyol. Sebenarnya Prinsip bank Islam
yang lebih baik dari negara barat dengan tidak mengenal adanya bunga. Namun
inilah yang kemudian harus dicegah dalam hal digunakan untuk pembiayaan
kegiatan terorisme. Namun demikian banyak juga perbankan dengan sistem barat
yang kompleks, yang kemudian digunakan untuk pencucian uang dan pendanaan
terorisme.
Hal yang paling mengkhawatirkan di Spanyol adalah penggunaaan NGO (Non
Profit Organisation). Ada kelompok-kelompok teroris yang malah salah
menggunakan sarana ini. Misalnya adanya kelompok NGO di Kuwait yang kemudian
menyerang Kereta Api di Mumbai, India, sedangkan kelompok yang sama tersebut
16
kemudian juga dilakukan pendanaan untuk pembangunan masjid di Spanyol. Ada
juga cara autofinance yang dilakukan perorangan atau donasi secara tidak terang-
terangan yang dibagi dalam jumlah yang kecil-kecil sehingga tidak menimbulkan
kecurigaan. Jaringan terorisme yang besar bahkan melakukan kegiatan di bursa
saham. Misalnya sebelum serangan teroris 9/11 yakni pembelian di saham-saham
perusahaan energi, asuransi, angkutan atau transportasi udara yang berefek pada
kenaikan harga bahan bakar (membeli saham-saham yang nantinya akan mengalami
kerugian dan akan menjualnya kembali di saat menguntungkan). Hal ini malah
merusak perekonomian di bursa saham secara besar-besaran.Dari sisi lain, jalur
illegal yang tetap dilakukan oleh teroris adalah misalnya perampokan. Di Maroko,
dilakukan perampokan terhadap truk-truk pembawa uang. Namun setelah
penyelidikan lebih lanjut, ternyata perampokan tersebut digunakan untuk mendanai
perjalanan kegiatan terorisme.
Selain itu, metode lain adalah juga penggandaan atau duplikasi dokumen
atau kartu kredit. Biasanya dilakukan di mesin ATM. Jenis kejahatan lainnya yakni
kejahatan terhadap keuangan seperti Pajak yang tidak dibayarkan, kasus Penipuan
(Serangan London). Banyaknya pemberian kredit kepada perorangan yang kemudian
digunakan untuk membiayai serangan bom di London. Karena merupakan bom
bunuh diri, maka pada kesimpulannya yang dianggap mendanai terorisme tersebut
justru bank di Inggris. Adapun di Spanyol, penjualan narkotika dan obat bius
merupakan kegiatan yang dilakukan pula untuk pendanaan terorisme (Serangan
Bom di Madrid). Adanya investigasi terhadap kartel Al-Qaeda Maroko dengan kartel
Narkoba Kolombia (Amerika Latin) yang melalui Spanyol. Selanjutnya Kartel Maroko
membayar pada suku-suku Tuareg untuk memasukkan Narkoba lewat perbatasan
Eropa di Spanyol.
Kegiatan lain adalah penyelundupan, misalnya barang-barang antik, berlian.
Contohnya di Pakistan, yang mana barang-barang yang ada di suatu pasar adalah
penyelundupan. Kegiatan yang paling banyak dilakukan penculikan dan berafiliasi
dengan Kartel Al-Qaeda di Maroko untuk meminta penebusan kepada keluarga.
Namun ada juga negara-negara yang menempuh jalur diplomasi atau menyebar
intelijen langsung.
17
Terkait dengan transfer Dana, ada yang sistem yang telah lama digunakan
atau sistem-sistem baru. Saat ini telah dikenal sistem Hawala (sistemnya legal) yang
digunakan untuk kegiatan ilegal pendanaan terorisme. Kesulitan yang dihadapi
bahwa uang tidak bergerak secara langsung tapi hanya melalui satu instrument,
misalnya telepon atau email. Hal ini memang membutuhkan sistem kepercayaan.
Banyak wilayah di dunia yang belum dapat dijangkau oleh perbankan atau
penetapan komisi yang lebih sedikit.
Sistem kedua yakni penggunaan transfer uang dari melalui perusahaan
swasta yakni mengirim uang ke negara asalnya melalui perusahaan yang variatif
jumlahnya. Sistem lain yakni sistem CashU yakni kartu dikeluarkan oleh perusahaan
di Yordania, yang memungkinkan pembelian secara anononim atau pengiriman uang
di internet.
Sistem berikutnya yaitu “Passenger Normal”, yakni orang yang datang ke
Spanyol mengambil uang cash kemudian untuk kembali ke negaranya. Jumlahnya
kecil-kecil dibawah 10000 Euro, maka hanya dibutuhkan beberapa orang dan
beberapa hari (misalnya ditemukan jaringan yang menuju ke Suriah yang dilakukan
oleh lima orang dalam lima hari). Bea Cukai Spanyol juga menemukan sistem lain
yakni dengan cara penyimpanan uang, yakni banyaknya uang yang disimpan dalam
barang-barang atau berbentuk barang misalnya obat bius. Bentuk lain yakni transfer
melalui HandPhone (HP). Banyak negara-negara yang tidak memerlukan registrasi
transfer dari HP ke HP. Sistem ini sama seperti melakukan internet banking.
Kepolisian Spanyol mengakui masih menemukan hambatan dalam
mendeteksi jaringan yang besar karena hanya menemukan jaringan yang kecil, yang
perannya tidak signifikan.Selanjutnya adalah sistem gaming Casino Online. Biasanya
dilakukan oleh 2 (dua) orang, yang berlokasi berbeda (beda proxy). Di satu pihak
mereka kalah, disatu sisi menang terus. Hal ini untuk menutup kecurigaan transfer
money. Di Spanyol, hal ini sudah diminimalisir dalam pembentukan ketentuan terkait
judi internet dan dilakukan pengawasan oleh otoritas tertentu.
Spanyol terus melakukan kerjasama dengan pihak internasional dalam hal
intelijen dan intelijen keuangan (SEPBLAC) dan Europol. Data-data juga diperoleh
dari pihak internasional. Di bidang operasional, Spanyol melakukan kerjasama
dengan komisi atau grup operasional internasional contohnya regional Spanyol. Hal
18
ini bermanfaat bagi Spanyol misalnya dalam melakukan penanganan terhadap ETA
(Pemberontak Separatis Spanyol). Spanyol juga melakukan kerjasama MoU dengan
Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE).
MoU juga dibuat antara AS dan UE juga dilakukan dan menemukan
bermanfaat, misalnya ditemukan sebuah perusahaan Belgia (Swift) yang memiliki
seluruh kode dari seluruh transaksi perbankan di dunia. AS kemudian melakukan
intervensi terhadap perusahaan ini secara legal dengan meminta kerjasama dalam
perjanjian dengan UE. Hal ini memungkinkan Amerika untuk mendapat data dengan
putusan dari sebuah peradilan (hakim Perancis). Perjanjian Internasional yang
dinamakan CFTF ini kemudian oleh UE diperbaharui karena dinilai merugikan UE.
Ada dua hambatan yang masih dihadapi yakni soal pendanaan dan penyimpanan
data apakah di satu atau beberapa negara.
Teroris menurut Spanyol saat ini tidak terfokus pada serangan besar seperti
9/11 tapi lebih ke arah individu dan lingkup kecil sehingga mudah dipersiapkan dan
sulit dideteksi. Pembelian terhadap barang-barang peledak yang dilakukan dapat
dilakukan oleh siapa saja dan sulit dideteksi. Jenis Penjualan online juga terdeteksi
untuk pembiayaan terorisme. Selain itu juga pada kaum perempuan yang sering
melakukan pengumpulan dana. Beragamnya cara atau modus yang ada membuat
sulitnya deteksi. Spanyol menganggap hal paling penting adalah kerjasama
internasional.
Selanjutnya, Tanya jawab antara anggota Pansus dengan pihak Kementerian
Dalam Negari Spanyol, yakni yang pertama pertanyaan terkait apakah pemblokiran
di UU Spanyol memiliki pengecualian, Pihak Spanyol menanggapi bahwa dalam hal
pembekuan dana dilakukan keseluruhan (tidak ada pengecualian).
Kemudian, berapa kira-kira relatif hukuman yang dijatuhkan terhadap si
terpidana, karena dikategorikan bukan tindak pidana berat, biasanya dibawah 5
(lima) tahun. Namun si terpidana tersebut biasanya terkena pasal-pasal yang lain,
misalnya terorisme, pemilikan bahan ledak, dan pembantuan kejahatan, yang mana
dapat mencapai 20 tahun secara keseluruhan. Kesulitan yang lain adalah data yang
masih minim tentang seseorang yang dicurigai misalnya nama Muhammad Hasan
biasanya banyak dan tidak hanya satu orang. Dalam list tersebut, dinilai
membutuhkan data yang lebih lengkap lagi.
19
Kemudian jumlah kasus teroris yang terjadi di Spanyol, berapa yang
lingkupnya nasional dan berapa yang internasional. Kemudian terhadap yang
berskala internasional tersebut, melibatkan negara mana saja. Pihak Kementerian
Spanyol menanggapi bahwa jumlah kasus yang terjadi dapat dimintakan kepada
Guardia Civil yang memiliki data lebih lengkap. Kerja sama yang sudah dilakukan
dalam koordinasi dengan negara-negara UE, Arab Saudi, Canada, Amerika Serikat,
dan India (negara-negara yang sudah memiliki pusat koordinasi seperti Spanyol).
Adapun permintaan punctual melalui kedutaan-kedutaan.
B.2 Parlemen Spanyol (Congreso de los Diputados)
UU terkait Pendanaan Terorisme diatur dalam UU Nomor 10 tentang Anti
Money Laundering dan Counter Financing Terrorism. Pasal kedua UU yang ada
tersebut mengatur pengawasan terhadap Perbankan, Auditor, Notaris, dan
Pengacara. UU ini juga saksi-faksi dan hukuman apa saja yang dapat dijatuhkan.
Spanyol juga memiliki UU Perlindungan terhadap korban Terorisme. Maksud dari UU
ini adalah memberikan perlindungan dan meningkatkan kepercayaan diri dengan
penghargaan dari masyarakat sebagai seorang pahlawan. Spanyol juga menyusun
atau memiliki UU untuk melarang orang atau grup dari kelompok terorisme untuk
masuk parlemen atau partai resmi. Misalnya, partai yang dicurigai dianggap tidak
legal (Adanya UU di tahun 2000 untuk melarang partai terkait terorisme dan ETA).
Hal terpenting yang dikedepankan di Spanyol adalah bukan fungsi penindakan
melainkan pencegahan seperti memutus pendanaan terorisme.
Selanjutnya dalam sesi Tanya jawab, pertanyaan terkait dengan penentuan
black list di UU Nomor 10 di Spanyol, tanggapan Spanyol bahwa tetap adanya asas
praduga tak bersalah di Konstitusi Spanyol, namun hal ini lebih kepada pemenuhan
kriteria yang ada. Di Spanyol kriteria black list disesuaikan dengan kriteria di Uni
Eropa (UE). Salah satu pasalnya adalah apabila ada orang atau grup yang dicurigai
terkait terorisme akan dilakukan langkah-langkah yang diperlukan (Sudah ada dalam
Konstitusi). Asas Praduga Tak Bersalah dan hak-hak individu disesuaikan dengan
ketentuan tersebut di dalam Konstitusi Spanyol. Jadi tidak ada sikap semena-mena.
20
Kemudian pertanyaan terkait kedudukan Komisi yang diatur dalam UU No. 10
Tahun 2010 melahirkan Pendanaan Terorisme dimana komisi tersebut berfungsi
sebagai Koordinator. Pihak Spanyol menanggapi bahwa Komisi telah ada sejak 2003
yang diperkuat dalam UU No. 10 Tahun 2010. Komisi ini secara organik dibawah
Perdana Menteri dan tidak memiliki kehadiran di Parlemen. Otoritas penting lainnya
ada pada kehadiran Pajak.
Mekanisme Pembuktian terhadap Anti Pencucian Uang dan Pendanaan
Terorisme berada pada siapa. Pihak Spanyol menanggapi bahwa yang harus
memutuskan adalah Hakim berdasarkan laporan administratif, apakah telah cukup
atau tidak. Di Spanyol, ada pengadilan khusus untuk menanganai terorisme
(Audiensia Nacional Terrorismo) yang terbebas dari pengaruh atau tekanan dari
pihak manapun. Pada pembentukannya, Parlemen mengalami tekanan yang cukup
berat dari pihak-pihak separatis.
Apa yang menjadi poin-poin penting dalam Kerja sama MoU dengan pihak
lain. Pihak Spanyol menanggapi bahwa Spanyol sebagai anggota UE, memiliki
kesamaan dengan negara-negara UE, Spanyol memiliki Europol dan Interpol yang
dapat melakukan tugas dan wewenangnya di negara-negara UE. Pentingnya kerja
sama terutama dengan negara-negara tetangga. Mengenai kejahatan di bidang
pendanaan terorisme, di Uni Eropa akan membentuk suatu badan yang mengawasi
kegiatan perbankan di Uni Eropa.
Pertanyaan terkait Parlemen sebagai wakil rakyat dalam upaya
pemberantasan Terorisme sampai ke sumber atau akarnya atau upaya dalam
memberantas ETA. Pihak Parlemen Spanyol menanggapi bahwa
Adanya beberapa kriteria dalam UU Nomor 10 Tahun 2010 yang dipenuhi
sebelum suatu partai dianggap sebagai pendukung terorisme. Adanya kontaminasi
terorisme ke Partai maka ada mekanisme pengawasan khusus. Keputusan diambil
dari Mahkamah Agung Spanyol. Di MA Spanyol ada komisi khusus terkait dengan
kontaminasi di partai politik. Keputusan yang dikeluarkan benar-benar dianggap
sudah matang (“kebebasan tidak boleh memotong kebebasan yang lain”)
Pertanyaan soal pemblokiran secara frontal yang mana dalam draft RUU di
Indonesia tidak mengikutsertakan keluarga karena dapat berimplikasi pada dendam
atau dampak negative lainnya, Parlemen Spanyol menanggapi bahwa ada UU di
21
Spanyol yang mengatur mengenai jumlah minimum yang boleh diembargo atau
diblokir dalam suatu proses administrasi untuk menjamin kehidupan suatu keluarga.
Saat ini jarang ada pemblokiran atas nama perorangan, biasanya pemblokiran
dilakukan terhadap entitas atau perusahaan.
Pertanyaan terkait mengapa Spanyol menjadi sasaran terorisme atau
mengapa dapat terjadi, Parlemen Spanyol menanggapi bahwa menurut penelitian di
bidang akademis, akar dari serangan terorisme di Spanyol adalah perang saudara di
tahun 1936-1939. Dimana banyak partai kedaerahan yang kalah dan melakukan
pembalasan. Contohnya, pemberontak ETA mendapat dukungan dari negara Basque,
Gereja Katolik, dan masyarakat. Perpecahan politik dan agama dapat menjadi
penyebab utamanya.
Kemudian terkait dengan Pengadilan Khusus terkait dengan Tindak Pidana
Terorisme yang sangat kompleks, parlemen Spanyol menanggapi bahwa memang
sangat penting adanya pengadilan Khusus untuk menangani kegiatan pendanaan
terorisme.
B.3 Guardia Civil
Penjelasan pertama tentang permasalahan terorisme di Spanyol dimana
menghadapi persoalan serangan dari ETA (Euskadi Ta Askatasuna Basque Homeland
and Freedom) dan Teroris Internasional seperti Jaringan Jihad Bin Laden dan Al
Zawahiri. Kemudian dibentuklah Intelligence Service Headquarter (Pusar Intelijen)
yag terbagi dalam tiga Terrorist Financing Research Unit yakni ETA (Central Unit 1),
Jihadist Terrorism (Central Unit 2), dan Other Threats (Central Unit 3) di dalam satu
Pusat Kegiatan Intelijen dalam territorial Unit. Unit ini kemudian melakukan
penelitian yang kompleks atau mendalam, penilaian terhadap ancaman dan
pemberian saran atau masukan ke pihak terkait atau unit terkait (misalnya SEPBLAC,
Europol, atau Interpol).
Dalam Unit Pendanaan terorisme tersebut ketika menerima perintah atau
data, terdapat Seksi Analisis, Seksi Pengoleksian Data (terhadap perbankan,
perusahaan kartu kredit, dan lembaga keuangan lain), dan Seksi Koordinasi dan
22
Hubungan dengan lembaga atau institusi resmi lainnya (SEPBLAC, Europol atau OCP
Notaris).Pada intinya bertugas untuk meneliti dari segi ekonomi dan finansial dalam
memberi masukan.
Memberi penekanan pada pentingnya sumber internasional seperti UN
Resolutions dan FATF recommendations atau EU Directives dan Egmont Group.
Sedangkan sumber nasional terkait dengan regulasi pencegahan terrorism financing,
KUHP, dan laporan SEPBLAC.
Terkait dengan Definisi dan hal-hal penting dalam konsep pendanaan
terorisme di Spanyol adalah segala aktivitas yang dilakukan oleh organisasi teroris
untuk mengumpulkan, menyimpan dan atau mendistribusikan dana untuk
mendukung struktur dan pendanaan serangan teroris. Mengumpulkan (Collection)
berarti mencari dan mendapat seluruh dana yang dibutuhkan untuk tujuan
organisasi tersebut. Sedangkan Penyimpanan (Deposit) adalah pembentukan
penyimpanan dana untuk menjamin kelangsungan dari organisasi dalam waktu
tertentu atau waktu yang lama. Distribusi (Distribution) mendesign untuk
mendistribusikan uang atau modal dari satu tempat ke tempat lain sesuai tempat
tujuan atau keinginan dari organisasi tersebut.
Pada Pendanaan terorisme hal terpenting untuk diperhatikan adalah sumber
dana, keuntungan (Profit), Jumlah, dan Diskresi Maksimum (Maximum Discretion)
dari yang terdata dalam sistem finansial. Sedangkan hal perbandingan dengan
Money Laundering, dimana dalam Money Laundering dananya berasal dari
kejahatan sedangkan Pendanaan Terorisme memiliki cara tersendiri untuk
mendapat, mengumpulkan, menyimpan, dan mendistribusikan dana (dapat juga
dilakukan diluar sistem finansial yang ada) yang sifatnya lebih aman dan rahasia.
Persamaan keduanya, bahwa keduanya dapat terjadi dengan menggunakan sistem
keuangan yang legal dalam hal penyaluran dana dan menggunakan taktik tertentu
untuk menyamarkan asal dan tujuan akhirnya).
Ada dua sistem di Spanyol, yakni dengan pencegahan dan represif. Cara
represif yakni dengan otoritas yang mendapat kekuasaan dari badan yustisia,
sedangkan pencegahan dilakukan oleh otoritas yang mendapat info dari Financial
Intelligence Unit (FIU) atau PPATK Spanyol. Mekanismenya yakni adanya pelaporan
dari lembaga keuangan kepada SEPBLAC yang kemudian diteruskan ke Unit
23
Pendanaan Terorisme dan Intelijen untuk sharing data dan pencarian data
selanjutnya secara timbal balik. Kemudian setelah itu, data yang ada ditetapkan
menjadi alat bukti untuk selanjutnya dibawa ke proses hukum yang ada. Segala
informasi diserahkan pada Central unit untuk diolah dan diinvestigasi. Kegiatan ini
kemudian dikoordinasikan dengan SEPBLAC.
Kunci dalam penetapan adanya pendanaan teroris adalah masuknya konsep,
penelitian, dan investigasi finansial yang harus dilakukan dalam setiap investigasi
yang dilaksanakan. Kegiatan yang paling sering digunakan adalah menggunakan
perusahaan-perusahaan swasta dalam menyamarkan transaksi. Problem selanjutnya
adalah pergerakan uang dari perusahaan di Spanyol ke luar Spanyol yang agak sulit
dilihat tujuan akhirnya. Contohnya, adalah jaringan dari Maroko di Spanyol yang
menggunakan daerah Spanyol dan uang Spanyol untuk kegiatan terorisme di luar
Spanyol.
B.4 Kementerian Ekonomi (Dirreccion General del Tesoro)
Tugas Utama Lembaga ini adalah menyusun aturan-aturan terkait Money
Laundering dan menghadiri acara-acara Internasional terkait pencucian uang.
Selanjutnya menetapkan sanksi-sanksi terhadap pihak-pihak yang telah melanggar
ketentuan terkait Pencucian Uang.
Terkait dengan upaya yang dapat dilakukan dari kewenangannya untuk
melakukan pencegaahan tindak pidana pendanaan terorisme, Pihak Spanyol
menegaskan bahwa di Spanyol pemblokiran atau pembekuan rekening adalah
dilakukan terhadap subjek yang terkait terutama yang ada dalam list PBB.
Pemblokiran dilakukan tidak hanya terhadap rekening namun juga harta tidak
bergerak yang dilaksanakan oleh Bank-bank terkait. Tidak ada “rahasia bank” dalam
hal ini di Spanyol. Kemudian dilakukanlah konfirmasi dan verifikasi data yang
dikoordinasikan dengan Kementerian Dalam Negeri sebelum dilakukan pemblokiran.
Selanjutnya dalam dialog, terkait dengan ketiadaan dari hal rahasia Bank
apakah kemudian dapat berdampak buruk bagi perbankan di Spanyol, Pihak Spanyol
menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan antara Bank Pemerintah dan Swasta,
24
semuanya diswastakan. Kemudian dengan hal confidentiality adalah kerahasiaan
terhadap pihak ketiga bukan pada instansi berwenang seperti penegak hukum.
Sanksi apa yang diberikan terhadap bank-bank yang tidak patuh, Pihak
Spanyol menjelaskan bahwa adanya pembedaan dalam hal terkait UU Pencucian
Uang yang mana terdapat level dari kecil sampai besar. Misalnya, adanya indikasi
namun tidak dilaporkan. Denda dapat dikenakan dari 150,000-1,000,000 Euro
tergantung dari jumlahnya. Sanksi-sanksi tidak hanya dikenakan pada lembaga
perbankan namun juga pihak lain seperti perusahaan property dan yang diawasi
lainnya. Dasarnya adalah UU Nomor 10 Tahun 2010.
Selanjutnya, apakah cukup dilakukan pemblokiran hanya berdasarkan List
PBB atau sebelum adanya pihak terkait, Pihak Spanyol menjelaskan bahwa
pemblokiran tidak hanya dari list PBB namun juga dari Hakim atau putusan Hukum
atau dari permintaan Komisi-komisi khusus yang ada dari Kementerian Dalam
Negeri. Jadi pentingnya perintah pengadilan dalam pembekuan aset. Sebelum UU
Nomor 10 tahun 2010, hanya ada UU Anti Pencucian uang. Sekarang dengan adanya
UU tersebut maka diatur pula terkait dengan Pendanaan Terorisme. Perlunya
mekanisme pemblokiran atau pembekuan aset dari pelaku Anti Pencucian Uang dan
Pendanaan Terorisme. UU Ini juga mengatur pihak-pihak terkait dan pihak
berwenang. Tidak ada pembedaan kewenangan otoritas tentang Inteligensi Anti
Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme, yang diletakkan pada SEPBLAC. Barulah
kemudian diberikan pada pihak-pihak terkait.
B.5 Banco de Espana
Pertemuan dengan Banco de Espana ini juga dilakukan bersama-sama dengan
pihak Servicio Ejecutivo de la Comisión de Prevención del Blanqueo de Capitales e
Infracciones Monetarias (SEPBLAC). Penjelasan pertama yakni dilakukan presentasi
umum terkait profil Banco de Espana, kemudian sistem pembayaran yang berlaku di
Spanyol yang telah diintegrasikan dengan sistem di Uni Eropa (UE). Banco de Espana
berdiri sejak tahun 1782. Banco de Espana terkait dengan Kerajaan yang kemudian
dijadikan pengawas dalam semua sistem pembayaran. Tugas dan wewenang Banco
de Espana diatur dalam beberapa UU yang utamanya adalah UU Nomor 13 tahun
25
1994 di Spanyol. Pada tahun 1999, ditetapkan berlakunya mata uang Euro di
Spanyol.
Fungsi utama Banco de Espana (pasal 7 UU No. 13 Tahun 1994) adalah
mengatur dan mengimplementasi kebijakan moneter, mengeluarkan dan
mendistribusikan uang kertas dan koin, membentuk cara kerja sistem pembayaran
yang baik, dan menguasai dan mengatur kekayaan dan keuangan negara. Selain itu
juga dalam fungsi supervisi dan lainnya, Banco de Espana memiliki peran dalam
upaya menghasilkan sistem finansial yang stabil, melakukan supervisi terhadap
kredibilitas dan kepatuhan dari institusi keuangan dan kredit, membangun dan
mengimplementasi peraturan terkait keuangan dan finansial. Adapun bertugas juga
untuk mempublikasikan laporan perekonomian dan statistiknya, memberi saran
kepada pemerintah, dan peran lainnya seperti menjadi Agen public terkait utang-
piutang dan laporan atau hasil penelitian lainnya.
Saat ini mata uang Euro sebagian besar telah digunakan oleh negara-negara
di Benua Eropa, walaupun ada yang belum. Namun nantinya semua akan terintegrasi
dan hanya aka nada satu badan pengawas. Saat ini Spanyol menghadapi fase krisis
pada sistem finansial dan ekonomi global. Banco de Espana selain berfungsi sebagai
bank sentral juga melakukan pengawasan terhadap lembaga keuangan lainnya
seperi asuransi dan sekuritas. Hal ini merupakan sebuah model yang ada di Eropa.
Penakanan pengawasan pada Sistem pembayaran yang ada di Spanyol
merupakan elemen penting dalam ekonomi dan aktivitas finansial yang juga terkait
dengan kebijakan moneter, stabilitas finansial, dan kepercayaan public dan ekonomi
riil dalam alat pembayaran. Banco de Espana memandang bahwa sistem
pembayaran sangat penting karena sangat berhubungan dengan pemakaian alat
pembayaran sehingga tujuan utama mereka lebih kepada bagaimana cara membuat
kelancaran pada infrastruktur pembayaran.
Berdasarkan pada Article 16 UU No. 13 Tahun 1994, maka Banco de Espana
memiliki peran dalam pembentukan regulasi dalam clearing pembayaran dan
mekanisme penyelesaian sengketa, meregulasi operasi dari sistem pembayaran.
Selain itu, Banco de Espana memiliki peran pengawasan pada sistem pembayaran
dan meminta informasi atau dokumen terkait (yang mana pihak terkait yang gagal
dalam memberikan informasi ini akan berakibat pada pihak tersebut melakkan
26
pelanggaran terhadap Hukum Disiplin dan Intervensi dari Institusi Kreditur). Dalam
hal pembangunan sistem yang baik, Banco de Espana juga berhak membatalkan
aplikasi dari keputusan yang diadopsi oleh entitas pengatur sistem pembayaran dan
mengambil langkah yang dianggap perlu.
Banco de Espana juga memiliki fungsi sebagai katalisator dalam membangun
langkah dan harapan dalam efisiensi yakni dengan berpartisipasi dalam beberapa
working grup, bekerja sama dengan institusi nasional dan internasional,
berhubungan dengan sektor privat terkait operasional sistem pembayaran, dan
berinteraksi dengan banyak pihak dan masyarakat. Pada tahun 2004, sesuai dengan
UU yang ada, Banco de Espana kemudian membuat kebijakan untuk memperbaiki
sistem pembayarannya yakni dengan mengurangi resiko-resiko, meningkatan
efisiensi, dan berpartisipasi aktif bersama banyak pihak dalam membuat keputusan
dan pengaturan terkait dengan sistem operasi pembayaran. Pada tahun 2012 saat ini
program dari Banco de Espana adalah Pengawasan terhadap transaksi besar baik
bruto (Gross) atau Netto Pan-European dan Real Time Gross Settlement System
(RTGS) yang disebut sebagai program TARGET2 dan SNCE (Management
Privat/Swasta) dalam level retail.
Saat ini dikenal sebuah Single Euro Payments Area (SEPA) yang bertujuan
untuk harmonisasi sistem pembayaran di Eropa, bekerja sama dalam menyelesaikan
permasalahan teknis, legal, dan hambatan pasar antar negara dalam membuat satu
pasar utama yang memiliki sistem pembayaran Eropa yang cepat, aman, dan efisien.
SEPA juga bertujuan untuk mengurangi pembayaran tunai di semua negara di Eropa.
Dalam hal Anti Pencucian Uang dan Anti Pendanaan Terorisme, Banco De Espana
memiliki dua fungsi yang dapat dilihat dari perspektif eksternal atau public dan
perspektif internal, dalam hal pengawasan terhadap transaksi mencurigakan pada
lembaga perbankan dan keuangan.
Pada prinsipnya Pencucian uang dan Pendanaan terorisme memiliki
persamaan dalam menutupi indentitas atau asal dari uang tersebut. Mekanisme
yang dibangun adalah dengan Pencegahan dan Penindakan. Dalam Fungsi
Pencegahan, diatur dalam UU No. 10 tahun 2010 yang meliputi kewajiban
administrative bersama dengan Komisi Pencegahan dan SEPBLAC. Sedangkan fungsi
penanganan, yakni dengan proses hukum.
27
Dalam hal koordinasi dengan otoritas terkait Pencucian uang dan Pendanaan
Terorisme, program pencegahannya yakni telah dibangun sebuah MoU antara Banco
de Espana dan SEPBLAC dalam mengawasi kepatuhan dan koordinasi. Pengawasan
dapat dilakukan dalam hal supervisi umum dan supervise khusus. Pengawasan
Umum dilakukan dalam pengawasan terhadap beberapa transaksi sesuai dengan
Guideline dan analisa control internal serta kebijakan Anti Pencucian Uang dan Anti
Pendanaan Terorisme. Sedangkan pengawasan khusus adalah inspeksi yang terfokus
pada kepatuhan terhadap peraturan Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme
dari entitas, kemudian bekerja sama dengan SEPBLAC yang kemudian dapat
membuat suatu inspeksi baru terhadap sebuah entitas dan operasionalnya.
Dalam hal dukungan terhadap institusi berwenang terkait dengan Anti
Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme, Banco de Espana memberi dukungan
dan bantuan kepada SEPBLAC baik anggaran, staf, maupun pengadaan publik.
Pemberian perwakilan dari Banco De Espana dalam Komisi Pencegahan dan Komisi
Permanennya dalam hal pemberian suara dan pengambilan keputusan. Kemudian
pula, Banco de Espana memberikan laporan terkait sanksi yang telah dikeluarkan
dan evaluasi dari sanski terhadap stabilitas perekonomian dari entitas tersebut.
Walaupun begitu perlu diperhatikan bahwa Banco de Espana bukan
merupakan pihak langsung dalam UU No. 10 Tahun 2010 dengan resiko reputasi.
Namun Banco de Espana terus melakukan pengawasan terkait aktivitas dalam
pergerakan uang, investasi, pengawasan terhadap cross-border payment
(pembayaran lintas negara) dan identifikasi operasi mencurigakan. Banco de Espana
tunduk pada CI 1/2007 dimana dalam regulasi tersebut, semua personil Banco de
Espana tunduk pada CI tersebut. Kemudian adanya sebuah komisi pengawasan
internal yang bertujuan untuk menerima informasi dari cabang atau departemen
operasionalnya dan mengevaluasi informasi tersebut apakah akan diteruskan kepada
SEPBLAC.
Dalam dialog pula, terdapat pertanyaan terkait dengan apakah adanya
otoritas khusus dalam pengawasan terhadap sistem pelaporan dan kepatuhan, telah
adanya fungsi pengawasan terhadap entitas-entitas keuangan di Spanyol yang
dilakukan tidak hanya oleh Banco de Espana.
28
B.6 Servicio Ejecutivo de la Comisión de Prevención del Blanqueo de Capitales e
Infracciones Monetarias (SEPBLAC)
Sistem Pencucian Uang merupakan cara untuk menyamarkan asal dari “uang”
tersebut. Sedangkan Pendanaan Terorisme dapat berasal dari sumber yang legal
yang dapat dilakukan melalui sistem keuangan atau non-sistem keuangan. SEPBLAC
berfungsi sebagai agen pengawas dan intelijen keuangan. Personil SEPBLAC terdiri
dari personil Banco de Espana, Kejaksaan, dan Kepolisian Spanyol. SEPBLAC bekerja
sama erat dengan Komisi Pengawasan di Kementerian Dalam Negeri Spanyol.
Fungsi SEPBLAC yang utama adalah menganalisa informasi yang masuk dan
mengawasi transaksi dan subjek-subjeknya. Prosedur atau mekanisme penerimaan
informasi di SEPBLAC yakni sistem yang ada dalam hal pengawasan terhadap Anti
Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme adalah pemberian informasi dari semua
badan hukum terkait terutama yang terkena wajib lapor yakni orang atau
perusahaan yang bergerak di bidang keuangan (seperti Kredit, badan pembayaran,
notaris, pengacara, developer real estate dan kasino). Kemudian, informasi dianalisa
apakah terkait dan normal atau tidak. Jika sudah ada indikasi mencurigakan, mereka
harus segera menyiapkan laporan kepada SEPBLAC.
Target utama dari SEPBLAC selanjutnya adalah mengenali siapa yang telah
melakukan operasi atau transaksi mencurigakan tersebut dan mengetahui apa isi
operasi tersebut. Dari informasi yang ada kemudian dikonfirmasikan kepada pihak
Kepolisian. Analisa kemudian juga dilakukan dari kemampuan Ekonomi dari subjek
tersebut, harta kekayaan, laporan pajak, dan laporan transfer luar negeri yang
pernah dilakukan. Jika SEPBLAC menetapkan adanya indikasi kegiatan criminal, maka
data kemudian dikirimkan ke institusi-institusi terkait di Spanyol seperti Kepolisian,
Kejaksaan, Kehakiman, dan badan administrasi lainnya untuk dilakukan penyelidikan
lebih lanjut.
Analisis terhadap Anti Pencucian Uang dan Anti Pendanaan Terorisme
dibedakan dalam Divisinya. Selain itu, SEPBLAC juga memiliki fungsi Pengawasan
29
pada institusi-institusi lainnya dalam hal tindak lanjut yang harus dilakukan oleh
institusi tersebut. Dalam hal ini SEPBLAC memiliki Departemen Pengawasan
tersendiri.
Dalam sesi Tanya jawab, pertanyaan mengenai apakah SEPBLAC merupakan
badan independen, SEPBLAC menanggapi bahwa SEPBLAC bertanggung jawab pada
Komisi Pencegahan Pencucian Uang yang merupakan komisi Antar Departemen dan
Kementerian yang diketuai oleh Sekretaris Negara Bidang Ekonomi.
Pertanyaan terkait apakah SEPBLAC sudah pernah menemukan kasus-kasus
pencucian uang dan pendanaan terorisme baik nasional dan internasional, SEPBLAC
menanggapi laporan transaksi mencurigakan dari tahun 2010 terdapat 2490 laporan,
sedangkan 2011 terdapat 2313 laporan. Sekitar 80 persen laporan SEPBLAC ke
otoritas terkait dianggap valid dan cukup bukti.
Terkait dengan kerja sama antara SEPBLAC dan Banco De Espana, SEPBLAC
menanggapi adanya empat puluh orang dari Banco de Espana yang bekerja dengan
SEPBLAC dalam hal pengawasan pergerakan keuangan. Ada dua jenis Model
Pengawasan, yakni model pengawasan terhadap semua kontrol keuangan oleh Bank
Sentral dan model pengawasan oleh satu supervisor. Namun model pertama
memiliki kelemahan bagi Bank Sentral dalam hal pengawasan terhadap suatu sektor
keuangan non-bank. Sedangkan model kedua mengharuskan adanya lembaga
independen yang berada dalam struktur yang baru. Spanyol mengadopsi campuran
dari keduanya yakni membentuk suatu komisi khusus di departemen dalam negeri.
Terkait dengan pergerakan keuangan dalam non-sistem keuangan, SEPBLAC
menjelaskan telah adanya pengalaman Spanyol dalam hal penerimaan laporan
transaksi mencurigakan dari sektor non keuangan yakni yang paling banyak berasal
dari developer, akuntan, dan notaris.
Hal mengenai UU Nomor 10 Tahun 2010 korelasi dengan krisis ekonomi
finansial yang terjadi, apakah dikarenakan semakin ketatnya sistem pengawasan
terhadap mekanisme transaksi keuangan, ditanggapi bahwa hal ini merupakan pula
komitmen politik dari negara-negara dalam menerapkan pengawasan ketat terhadap
transaksi keuangan. Namun juga perlu diperhatikan dalam hal adanya kerjasama
antar negara dalam pengawasan terutama dari negara-negara yang menggunakan
30
mata uang Euro. Tidak ada kaitan langsung antara krisis finansial perbankan dengan
UU Nomor 10 tahun 2010 di Spanyol.
Terkait dengan pemecahan transaksi (jumlah kecil namun kuantitasnya
banyak), SEPBLAC menanggapi bahwa memang terdapat kesulitan namun kuncinya
berada pada pihak-pihak yang menjadi wajib lapor dalam mengidentifkasi
nasabahnya. SEPBLAC kemudian menganalisa transaksi atau informasi tersebut.
Personil SEPBLAC sendiri berpengalaman di bidang transaksi keuangan. Hal
terpenting adalah koordinasi data dengan departemen-departemen atau pihak
adminsitrasi lainnya.
B.7 Pertemuan dengan FATF (bertemu dengan deputi kerjasama Internasional.
ICRJ
Perkenalan FATF sebagai inter governmental body di bidang Anti Money
Laudnering and Counter Financing Terrorism (AML-CFT), yang beranggotakan 34
negara tetap. FATF Decision dibuat oleh perwakilan negara-negara anggota yang
bertemu dengan dalam sidang 3 kali setahun. FATF Secretariat berperan dalam
berkoordinasi dan memberikan pemaparan.
Dalam hal pembuatan UU, FATF menyerukan akan menyerahkan segalanya
pada mekanisme negara. Dalam hal ini telah ada representasi dan koordinasi dengan
APG. Adanya pertemuan dengan APG pada Bulan September 2012 dengan memberi
review terhadap draft RUU. Terdapat 70 negara yang masih belum memiliki
ketentuan yang memadai. Koordinasi dilakukan dengan negara-negara dalam hal
kepatuhan terhadap FATF recommendations, dan untuk mendorong sistem
keamanan finansial yang baik.
Keputusan FATF (Plennary Meetings) yang didasarkan pada hasil analisis dan
diskusi sub kelompok yang terbagi dalam 4 kelompok. Yang juga bertemu dalam 3
kali/setahun. (FATF Secretariat akan memberi general comments). Pertemuan pada
14 Januari 2013 yang juga mengundang Indonesia. Dalam hal proses atau
mekanisme yang dibangun, yang mana didasarknan pada komitmen dari setiap
negara dan target yang diharapkan.
31
Dari Komitmen tersebut, memang di Indonesia masih memiliki keterlambatan
dalam perkembangan proses. Indonesia diharapkan dapat mengimplementasi action
plan yang telah diberikan. Laporan Action Plan tersebut sudah pernah diberikan
pada 2010. Ada 2 hal, yakni regulasi kriminalisasi pendanaan terorisme, dan
kemampuan untuk pembekuan assetnya. Dan perlunya untuk segera diundang-
undangkan dalam waktu yang relatif singkat (6 bulan) yang juga diberikan pada
negara-negara lainnya.
Selanjutnya dalam dialog, hal mengenai apakah FATF dapat mendeteksi
transaction internasional terkait dan membantu FATF, FATF tidak peran memiliki
operasional secara langsung. Tapi perlu ditekankan adanya discussion dan tipologi
working group (tentang modus-modus pendanaan terorisme). Untuk keinginan
keanggotaan FATF, apresiasi yang diberikan dalam komitmen Indonesia. Mengerti
bahwa tidak memiliki peran namun diharapkan dapat terus memberikan masukan-
masukan.
Masukan perspectif terkait pembagian undang-undang yang ada (terpisah),
bagaimana sebaiknya jika dibandingkan dengan Spanyol yang AML dan CFT nya jadi
satu, tidak masalah dengan bagaimana mekanismenya yang terpenting adalah
implementasi dari regulasi tersebut mencakup seluruh aspek-aspek pendanaan
terorisme dalam hukum pidana tersebut.
Terhadap negara-negara yang dianggap belum memadai tersebut, apa yang
akan menjadi langkah selanjutnya, FATF countermeasures atau protective measures
yang akan diaplikasikan kepada negara-negara tersebut. Bentuk Countermeasures
yang banyak dan flexible, yang contohnya misalnya dengan penelitian lebih
mendalam terhadap negara tersebut, kemudian juga meminta laporan sistematis
(STR) dari negara-negara lain, sampai dengan adanya restriction terhadap lalu lintas
keuangan perbankan di Indonesia dan pemutusan subsidi.
Ukuran-ukuran dari FATF dalam menentukan Indonesia untuk dapat
memenuhi standar, aka nada penilaian yang sama dan FATF telah memberikan detail
dari laporan-laporan penilaian tersebut. Laporan tersebut telah disesuaikan dengan
standar-standar umum yang berlaku di dunia. Terakhir soal pembekuan aset ada
sedikit perubahan namun tidak mendalam. Klausul pemidanaan terorisme dan
mekanisme pembekuan aset, tidak dapat secara spesifik diberikan.
32
Menurut FATF, Pasal 4, 21, dan Bab VII yang tidak membekukan semua aset.
Terhadap Pasal 4 sudah baik namun problem yang ada adalah aspek-aspek terkait.
Pasal 2 akan mempengaruhi yang lainnya, dimana terkait dengan kegiatan di luar
Indonesia. Dalam hal ini menurut FATF, perlunya penerapan Konvensi SFT. Pasal 2
ayat (1) a Konvensi tersebut bahkan telah ada dalam berbagai Konvensi Internasional
yakni tidak ada pembatasan dalam negara atau individu target. FATF menyebutkan
APG juga merekomendasikan tentang kriminalitas yang dilakukan korporasi. Artikel 4
sudah bagus dan luas namun belum tentu dipasal-pasal selanjutnya sehingga perlu
pendalaman lebih agar tidak terdapat ambiguitas.
Penjelasan terkait mekanisme pembekuan aset, yang menjadi permasalahan
adalah pemidanaan harus terpisah dari kriminal biasa. Resolusi DK PBB 1267 dan
1373 meminta agar mekanisme pembekuan asetnya tanpa delay (hanya beberapa
jam). Ada 2 pendekatan, yakni pertama immediately freeze terhadap orang/institusi
yang ada di list, dan yang kedua, bank mengidentifikasi kepada lembaga lainnya
(melakukan pembekuan aset secara tidak langsung - ada di dalam hukum atau
peraturan biasa). Hal ini sebenarnya dapat menimbulkan masalah dan hal ini yang
masih dilihat di RUU. Tentunya pembekuan aset yang lebih besar ruang lingkupnya
tentu akan lebih baik. Selain pendekatan resolusi DK PBB 1267, terkait dengan
Resolusi 1373 sudah banyak kemajuan tapi perlu terus dikembangkan. Setuju
dengan APG terkait, bahwa pembekuan aset dalam hal adanya sanksi bagi yang
tidak patuh. (Pasal 27 ayat (2) dan (3) draft RUU)
Adanya permintaaan dari negara lain untuk pembekuan aset. Sebuah forum
untuk mekanisme pertimbangan untuk pembekuan aset. Komentar dari FATF terkait
Article 21 type of fund yang dapat dibekukan, objek rekomendasi harusnya bukan
hanya diberikan kepada dana yang digunakan tapi juga dana yang dikontrol oleh
perusahaan tersebut. Kemudian terkait waktu, Jangka waktu yang normalnya 3
tahun, seharusnya tidak ada atau sampai ada alasan atau dasar penghentiannya.
Terkait dengan subjek-subjek yang melaporkan tidak hanya bank dan beberapa
lembaga, namun dapat lebih luas. Tanggapan terakhir yakni mengenai sejarah Bomb
bali yang kemudian melahirkan UU terorisme, RUU Pendanaan Terorisme, namun
telah ada UU Pencucian Uang yang mengatur lebih luas dari hasil-hasil tindak pidana.
33
C. KESIMPULAN
Dalam meneliti hasil Kunjungan Pansus ini, terdapat hal-hal yang utamanya
perlu diperhatikan atau dijadikan bahan pertimbangan dalam pembahasan
selanjutnya yakni:
1. Adanya konsep yang sama antara metode penelusuran atau pengawasan
terhadap sistem finansial untuk Anti Pencucian Uang dan Pencegahan
Pendanaan Terorisme, sekalipun terdapat perbedaan dalam
implementasinya. Hal ini di Spanyol mendorong satu regulasi namun berbeda
komisi khusus atau kewenangan. Sedangkan menurut FATF, tidak menjadi
permasalahan apakah digabung atai terpisah, terpenting adalah konsep
implementasi yang mencakup seluruh aspek-aspek hukum pidana dan
terorisme yang ada di Indonesia.
2. Adanya perluasan terhadap konsep definisi dari “Kolaborasi” dalam kegiatan
terorisme dan pendanaannya. Di Spanyol, bahkan tindak kejahatannya masuk
dalam kategori otonom, yakni spesifik pidana terhadap masing-masing
individu, yang mana kegiatan membantu (dana) terorisme adalah kejahatan.
Bahkan, tanpa kesengajaan dalam pembantuan dapat menimbulkan akibat
sanksi pidana. Pencegahan dan minimalisasi resiko pada sisi individu lebih
ditekankan.
3. Pembekuan dana terhadap pihak-pihak terkait dalam criminal terrorist list
PBB di yurisdiksi Spanyol dilakukan serta merta tanpa menunggu proses
yudisial, sedangkan di tingkat domestik memerlukan penetapan pengadilan
khusus terorisme.
4. Masukan terkait perlunya pengadilan khusus terkait kegiatan terorisme
seperti di Spanyol (Audiencia Nacional d Terrorismo). Dalam hal ini bertujuan
untuk membebaskan para hakim dari pengaruh luar dan segi proteksi
terhadap keselamatan dan indentitasnya.
5. Modus-modus yang pernah terjadi di Spanyol meliputi pula kegiatan
penyelundupan Barang (Sehingga memerlukan pengawasan ekstra dari pihak
Bea Cukai dan keamanan), penjualan narkotika dan obat bius untuk
34
pendanaan terorisme, penculikan dengan tebusan untuk kegiatan terorisme,
sistem hawala yang menggunakan transfer dana dari perusahaan-perusahaan
swasta, sistem CashU (pembelian dan/atau transfer dana online dan secara
anonym yang dikeluarkan oleh perusahaan di Yordania), transfer HP tanpa
registrasi nama, pengumpulan dana melalui yayasan, dan casino online yang
menggunakan proxy berbeda dan kemenangan di satu pihak secara
berlebihan.
6. Terhadap penyusunan list kriminal internasional dan domestik perlu
memperhatikan mekanisme dan kriteria-kriteria standar internasional yang
ada, namun asas praduga tak bersalah masih perlu diperhatikan. Di Uni Eropa
saat ini akan dibentuk badan pengawas sistem pembayaran yang tunggal.
7. Pengawasan yang ada di Spanyol dapat dilakukan dalam hal supervisi umum
dan supervisi khusus. Pengawasan Umum dilakukan dalam pengawasan
terhadap beberapa transaksi sesuai dengan Guideline dan analisa control
internal serta kebijakan Anti Pencucian Uang dan Anti Pendanaan Terorisme.
Sedangkan pengawasan khusus adalah inspeksi yang terfokus pada
kepatuhan terhadap peraturan Anti Pencucian Uang dan Pendanaan
Terorisme dari entitas, kemudian bekerja sama dengan SEPBLAC yang
kemudian dapat membuat suatu inspeksi baru terhadap sebuah entitas dan
operasionalnya.
8. Dua hal urgensi yang diminta oleh FATF dan dunia terhadap regulasi di
Inodnesia saat ini adalah kriminalisasi pendanaan terorisme yang definisinya
ekstensif dan mekanisme pembekuan asetnya. Meminta tidak ada
pembatasan pengawasan kepada individu atau korporasi dan target dalam
sebuah negara.
9. Terkait jangka waktu pembekuan, masukan agar dalam RUU tidak perlu
diatur pembatasan secara absolut (seperti tiga tahun yang sesuai dengan
draft RUU), namun jangka waktunya adalah hingga ada kejelasan terkait
alasan atau dasar kuat dalam penetapan untuk pelepasan dana tersebut.
10. Dalam memberi pertimbangan bagi Pansus, FATF meminta mekanisme
pembekuan aset yang serta merta dan langsung terhadap pihak-pihak yang
35
ada dalam List Criminal Resolusi 1267 PBB tanpa perlu identifikasi atau
mekanisme lebih lanjut.
11. Kemudian terkait ruang lingkup dana, pertimbangan pasal-pasal tertentu,
dimana yang dibekukan bukan hanya dana yang diduga digunakan untuk
pendanaan terorisme tetapi semua dana yang dikontrol oleh orang atau
korporasi tersebut.
Demikian laporan dalam kunjungan kerja Pansus ini untuk dapat dijadikan masukan
bagi Pimpinan DPR dan Pansus.
PIMPINAN PANSUS RUU
TENTANG PENCEGAHAN DAN
PEMBERANTASAN TINDAK
PIDANA PENDANAAN
TERORISME
K E T U A,
DRS. H. ADANG DARADJATUN