laporan lab act fisiologi dms.pdf
DESCRIPTION
LAPORAN LAB ACT FISIOLOGI dms.pdfTRANSCRIPT
-
1
LAPORAN LAB ACT FISIOLOGI
KEKUATAN KONTRAKSI OTOT RANGKA
BLOK DMS
KELOMPOK LAB ACT C-1
Vina Dwiningsih 121 0211 088
Saraswati Qonitah Thifal 121 0211 134
Tri Hartanto 121 0211 135
Muhammad Gilang P. 121 0211 179
Fiya Muhartini 121 0211 180
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2012/2013
-
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkah dan rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum kekuatan kontraksi otot rangka ini
tepat pada waktunya.
Dalam makalah ini kami telah berupaya sedapat mungkin menyajikan dasar-dasar
teori yang mendukung praktikum kekuatan kontraksi otot rangka di kesempatan ini.
Namun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan pada laporan praktikum
fisiologi ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun sehingga akan ada penyusunan laporan praktikum fisiologi yang lebih
baik lagi di lain kesempatan.
Semoga laporan praktikum ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat untuk
menambah ilmu pengetahuan.
Jakarta, 20 April 2014
Penyusun
-
3
DAFTAR ISI
COVER. 1
KATA PENGANTAR. 2
DAFTAR ISI 3
BAB I 4
PENDAHULUAN
I. 1. ANATOMI OTOT RANGKA 4
I. 2. FISIOLOGI OTOT RANGKA.. 7
BAB II.. 10
PRAKTIKUM KEKUATAN KONTRAKSI OTOT RANGKA
II. 1. TUJUAN. 10
II. 2. ALAT DAN BAHAN 10
II. 3. CARA KERJA .. 10
II. 4. HASIL PERCOBAAN.. 11
II. 5. PEMBAHASAN 14
II. 6. KESIMPULAN. 14
REFERENSI.. 15
-
4
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1. ANATOMI OTOT RANGKA KLASIFIKASI OTOT
1. Otot Rangka (Skeletal) = striated muscle = voluntary muscle
2. Otot Polos (Smooth) = viceral muscle = involuntary muscle
3. Otot Jantung (Cardiac) = myocardium
OTOT RANGKA
1. Sel otot rangka berbentuk silindris, masing-masing memiliki beberapa nukleus
dan tampak bergaris / lurik
2. Melekat pada tulang
3. Diinervasi oleh serabut saraf motoric
STRUKTUR OTOT RANGKA
Tendon
Hampir semua otot rangka menempel pada tulang. Tendon merupakan jaringan ikat
fibrosa (tidak elastis) yang tebal dan berwarna putih yang menghubungkan otot
rangka dengan tulang
-
5
Otot
Serat otot rangka merupakan kumpulan fasciculus (sel otot berbentuk silindris yang
diikat oleh jaringan ikat). Seluruh serat otot dihimpun menjadi satu oleh jaringan ikat
yang disebut epimysium (fascia)
Motor End Plates
Merupakan tempat inervasi ujung-ujung saraf pada otot
Serat Otot
Unit struktural jaringan otot ialah serat otot. Serat otot rangka berdiameter 0,01-0,1
mm dengan panjang 1-40 mm. Besar dan jumlah jaringan, terutama jaringan elastik,
akan meningkat sejalan dengan penambahan usia. Setiap 1 serat saraf dilapisi oleh
jaringan elastik tipis yang disebut sarcolemma. Protoplasma serat otot yang berisi
materi semicair disebut sarkoplasma. Di dalam matriks serat otot terbenam unit
fungsional otot berdiameter 0,001 mm yang disebut myofibril. Di bawah mikroskop,
miofibril akan tampak seperti pita gelap & terang yang bersilangan. Pita gelap (thick
filament) dibentuk oleh miosin, dan pita terang (thin filament) dibentuk oleh aktin,
troponin & tropomiosin).
-
6
Retikulum Sarkoplasma
Jejaring kantung dan tubulus yang terorganisir pada jaringan otot disebut dengan
retikulum sarkoplasma. Organel ini mirip dengan retikulum endoplasma di sel lain.
Retikulum sarkoplasma terdiri dari tubulus-tubulus yang sejajar dengan miofibril,
yang pada garis Z dan zona H bergabung membentuk kantung (lateral sac) yang dekat
dengan sistem tubulus transversal (Tubulus T). Retikulum sarkoplasma merupakan
tempat penyimpanan ion Ca. Tubulus T merupakan saluran untuk berpindahnya
cairan yang mengandung ion.
Tubulus T dan retikulum sarkoplasma berperan dalam metabolisme, eksitasi, dan
kontraksi otot.
Miofibril
1. Diameter 1-2mm
2. Di bawah mikroskop, miofibril akan tampak seperti pita gelap & terang yang
bersilangan.
3. Pita gelap (thick filament) dibentuk oleh myosin
4. Pita terang (thin filament) dibentuk oleh aktin, troponin & tropomiosin)
Sarkomer
1. Satu sarkomer terdiri:
filamen tebal
filamen tipis
protein yang menstabilkan posisi filamen tebal & tipis
-
7
protein yang mengatur interaksi antara filamen tebal & tipis
2. Pita gelap (pita/ bands A~anisotropic); pita terang (pita/bands I ~isotropic)
3. Filamen tebal terdapat di tengah sarkomer Pita A, terdiri 3 bagian:
- garis M; zona H; dan zona overlap
4. Filamen tebal terdapat pada pita I
5. Garis Z merupakan batas antara 2 sarkomer yang berdekatan &
mengandungprotein Connectins yang menghubungkan filamen tiois pada
sarkomer yang berdekatan.
I. 2. FISIOLOGI OTOT
Kontraksi otot melibatkan dua proses pada serabut otot yang terdiri atas:
1) Depolarisasi sarcoplasma karena adanya interaksi asetilkolin dengan reseptornya
2) Adanya power stroke dari protein kontraktil otot
Melekatnya asetilkolin dengan reseptornya menyebabkan terbukanya kanal natrium
pada membran plasma sel otot sehingga terjadi aktivitas listrik yang menjalar hingga
ke struktur tubulus T. Adanya aktivitas listrik menyebabkan struktur protein
dihidropiridin yang sensitif terhadap stimulasi elektrik menjadi berubah, sehingga
kanal-kanal kalsium pada ujung lateral reticulum sarcoplasmic yang ditutupinya
menjadi terbuka.
Terbukanya kanal kalsium menyebabkan ion kalsium yang tersimpan pada reticulum
sarcoplasmic keluar menuju ke sarkoplasma dan berikatan pada troponin di serabut
halus. Setelah berikatan, struktur troponin akan berubah sehingga mengekspos myosin
binding space.
Pada saat yang bersamaan, kepala myosin yang sudah teraktivasi melalui energi yang
dihasilkan oleh hidrolisis ATP, akan berikatan pada aktin dan menyebabkan
terjadinya power stroke, yaitu terjadinya penarikan molekul aktin mendekati kepada
garis M pada sarkomer otot.
Hidrolisis ATP yang akan menghasilkan ADP+Pi (fosfat anorganik), dimana ADP
akan melekat pada kepala myosin hingga akhir dari power stroke kemudian terlepas
dan posisinya akan digantikan oleh molekul ATP yang baru.
-
8
Melekatnya molekul ATP yang baru akan menyebabkan terjadinya pelepasan kepala
myosin dari aktin dan siklus ini terus berulang pada serabut yang tebal pada otot.
Proses kontraksi otot tidak terjadi secara sinkron, yaitu ketika salah beberapa kepala
myosin berikatan pada aktin, yang lainnya akan terlepas. Hal ini memungkinkan
terjadinya pemendekan sarkomer yang optimal, dimana terdapat beberapa kepala
myosin yang melanjutkan proses power stroke yang telah terjadi sebelumnya, tanpa
menyebabkan pemanjangan kembali dari sarkomer.
Relaksasi otot terjadi ketika tidak adanya ikatan asetilkolin dengan reseptornya,
menyebabkan tidak adanya potensial listrik yang menyebabkan lepasnya kalsium
tambahan dan protein Ca-ATPase memompakan kalsium kembali kedalam reticulum
sarcoplasmic. Tidak adanya kalsium menyebabkan troponin kembali pada posisi
awalnya menutupi Myosin binding site pada aktin.
Pemendekan sarkomer akibat adanya ikatan antara myosin dan aktin menyebabkan
terjadinya ketegangan pada serabut otot yang bersangkutan. Ketegangan ini akan
diteruskan pada bagian jaringan ikat yang tidak ikut serta dalam proses kontraksi.
Ketegangan dari otot dipengaruhi oleh:
. 1) Banyak serabut otot yang ikut berkontraksi
. 2) Ketegangan dari tiap serabut otot yang berkontraksi Banyak serabut otot
ditentukan oleh seberapa besar kekuatan otot yang
-
9
diperlukan, jika semakin besar kekuatan otot yang diperlukan maka akan semakin
banyak motor unit yang akan direkrut untuk ikut serta oleh kontrol persarafan
pusat. Ketegangan tiap serabut otot dipengaruhi oleh:
. 1) Frekuensi rangsangan saraf pada otot
. 2) Panjang otot sebelum kontraksi
Otot dapat diaktivasi oleh beberapa potensial aksi karena otot memerlukan waktu
yang lebih lama dalam menyelesaikan satu siklus kontraksinya dimana potensial aksi
dan masa refrakter dari neuron yang memepersarafinya telah lama berakhir.
Ada dua cara frekuensi saraf yang tinggi dapat meningkatkan ketegangan otot,
pertama tembakan potensial aksi kedua yang terjadi sebelum siklus kontraksi otot
selesai akan menambah kembali jumlah kalsium didalam sel. Kadar kalsium yang
tinggi kembali memungkinkan untuk terbukanya myosin binding space yang terdapat
pada aktin. Kedua , otot memiliki sifat elastis yang akan kembali lagi ke bentuk
awalnya setelah kontraksi.Akan tetapi jika mendapat potensial aksi selanjutnya
sebelum terjadi hal itu, maka ketegangan otot akan bertambah dengan adanya
tegangan residual dari kontraksi sebelumnya.
Panjang serabut otot yang optimal memungkinkan terjadi keluaran tenaga yang
maksimal. Hal ini didukung oleh adanya Length-tension Relationship yang
menyatakan bahwa apabila panjang serabut otot menjadi lebih pendek atau panjang
dari optimal maka akan terjadi penurunan dari keluaran tenaga otot tersebut, karena
akan terjadi ikatan antara molekul aktin dan myosin yang tidak maksimal.
Pada serabut otot yang lebih pendek terjadi tumpang tindih antara molekul aktin yang
berdekatan sehingga jumlah ikatan antara aktin-myosin akan menurun dan jarak
antara 2 garis Z yang memendek akan menyebabkan halangan bagi sarkomer untuk
memendek lebih lanjut, sebaliknya serabut otot yang lebih panjang menyebabkan
kurangnya jumlah aktin yang dapat berikatan pada myosin karena terjadi
pemanjangan pita-A dari sarkomer.
-
10
BAB II
PRAKTIKUM KEKUATAN KONTRAKSI OTOT RANGKA II. 1. TUJUAN
Mengukur kekuatan kontraksi otot ekstensor dan otot fleksor manusia dalam
berbagai sikap tubuh.
II. 2. ALAT DAN BAHAN Alat dynamometer yang terdiri dari meja dan timbangan pegas.
Timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan
Tali ukur / meteran
II. 3. CARA KERJA
A. MENGUKUR KEKUATAN KERUTAN OTOT EKSTENSOR
1. Suruh orang percobaan duduk di pinggir meja alat tersebut dengan
membelakangi timbangan dan dengan tungkai bawahnya tergantung secara
bebas.
2. Pasanglah ban kulit pada salah satu pergelangan kaki dan hubungkanlah ban
kulit tersebut dengan kawat baja yang dapat menarik timbangan melalui
katrol.
3. Suruhlah orang percobaan meluruskan tungkainya sekuat tenaga dan catat
kekuatan kerutan otot ekstensor untuk tiap-tiap sikap berikut :
- Duduk tegak
- Duduk sambil membungkukan badan sejauh-jauhnya
- Berbaring telentang B. MENGUKUR KEKUATAN KERUTAN OTOT FLEKSOR
1. Suruh orang percobaan duduk di pinggir meja alat tersebut dengan
menghadapi timbangan dan dengan tungkai bawahnya tergantung secara
bebas.
2. Pasanglah ban kulit seperti pada A.2.
3. Suruhlah orang percobaan membengkokkan tungkainya sekuat tenaga dan
catatlah kerutan otot fleksor untuk tiap-tiap sikap seperti pada A.3.
1. Hasil percobaan
-
11
II. 4. HASIL PERCOBAAN
1. Nama : Vina Dwiningsih
Umur : 20 tahun Tinggi badan :161 cm BB : 50 kg Jenis kelamin : Perempuan
Diameter Kanan (cm) Kiri (cm) a) Paha (tengah) b) Betis (1/3
proksimal)
45 35
45 35
Kontraksi Posisi badan Kanan (kg) Kiri (kg) Ekstensi Tegak
Membugkuk berbaring
10 7 10
7 8 11
Fleksi Tegak Membugkuk berbaring
3 6 3
3 5 3
2. Nama : Pierre Hans Umur : 20 tahun Tinggi badan : 170 cm BB : 81 kg Jenis kelamin : Laki-laki
Diameter Kanan (cm) Kiri (cm) a) Paha (tengah) b) Betis (1/3
proksimal)
48 36
48 36
Kontraksi Posisi badan Kanan (kg) Kiri (kg) Ekstensi Tegak
Membugkuk Berbaring
30 20 31
34 25 43
Fleksi Tegak Membugkuk Berbaring
19 26 15
14 18 12
-
12
3. Nama : Ilham Pribadi Umur : 20 tahun Tinggi badan : 172 cm BB : 90 kg Jenis kelamin : Laki-laki
Diameter Kanan (cm) Kiri (cm) c) Paha (tengah) d) Betis (1/3
proksimal)
57 39
56 38
Kontraksi Posisi badan Kanan (kg) Kiri (kg) Ekstensi Tegak
Membugkuk Berbaring
30 19 35
28 21 39
Fleksi Tegak Membugkuk Berbaring
28 27 14
19 20 14
4. Nama : Hanna Umur : 20 tahun Tinggi badan : 162 cm BB : 56 kg Jenis kelamin : Perempuan
Diameter Kanan (cm) Kiri (cm) e) Paha (tengah) f) Betis (1/3
proksimal)
53 32
52 31
Kontraksi Posisi badan Kanan (kg) Kiri (kg) Ekstensi Tegak
Membugkuk Berbaring
19 11 17
14 14 19
Fleksi Tegak Membugkuk Berbaring
11 15 7
11 13 6
-
13
5. Nama : Putra M. Umur : 19 tahun Tinggi badan : 159 cm BB : 60 kg Jenis kelamin : Laki-laki
Diameter Kanan (cm) Kiri (cm) g) Paha (tengah) h) Betis (1/3
proksimal)
57 38
57 38
Kontraksi Posisi badan Kanan (kg) Kiri (kg) Ekstensi Tegak
Membugkuk Berbaring
28 15 23
29 11 24
Fleksi Tegak Membugkuk Berbaring
15 18 14
17 14 12
6. Nama : Siti Arah Umur : 20 tahun Tinggi badan : 149 cm BB : 48 kg Jenis kelamin : Perempuan
Diameter Kanan (cm) Kiri (cm) i) Paha (tengah) j) Betis (1/3
proksimal)
40 31
40 31
Kontraksi Posisi badan Kanan (kg) Kiri (kg) Ekstensi Tegak
Membugkuk Berbaring
13 7 12
14 17 15
Fleksi Tegak Membugkuk Berbaring
5 6 3
5 5 3
-
14
II. 5. PEMBAHASAN Jenis kelamin
Dari data percobaan diatas, didapatkan hasil kekuata otot pria lebih kuat daripada
wanita. Ini dibutkikan dengan adanya hasil pengangkatan beban pada posisi
tertentu pada laki-laki lebih besar dari pada wanita.
Diameter otot
Diameter otot ikut mempengaruhi kekuatan kontraksi otot. Pada praktikum
dilakukan pengukuran diameter otot paha dan betis. Dari data percobaan diatas
didapatkan bahwa semakin besar diameter ototnya, semakin besar juga massa
ototnya sehingga kekuatan kontraksi otot rangkanya lebih besar.
Kekuatan kontraksi otot ekstensor dan fleksor manusia dalam berbagai
sikap tubuh
Otot Ekstensor
Pada otot ekstensor paling kuat berkontraksi saat posisi berbaring karena pada
posisi tersebut otot ekstensor tidak mengalami kontraksi ataupun relaksasi,
ketika otot ekstensor berkontraksi. Sedangkan otot ekstensor paling kecil
berkontraksi saat posisi berbaring telentang.
Otot Fleksor
Otot fleksor paling kuat berkontraksi saat posisi duduk membungkuk karena
pada posisi itu otot fleksor mulai berkontraksi. Sedangkan kontraksi otot
fleksor paling kecil saat posisi berbaring telentang.
II. 6. KESIMPULAN Kekuatan kontraksi otot dipengaruhi oleh jenis kelamin dan pada pria
kekuatan kontraksi ototnya lebih besar daripada wanita.
Kekuatan kontraksi otot dipengaruhi oleh diameter ototnya yang menunjukkan
massa ototnya. Semakin besar diameter otot, semakin besar masa ototnya,
semakin bear kekuatan kontraksi otot rangkanya.
Kekuatan kontraksi otot fleksor dan ekstensor dipengaruhi oleh sikap tubuh.
Pada otot ekstensor paling kuat kontraksinya saat posisi berbaring.
Pada otot fleksor paling kuat kontraksinya saat posisi duduk membungkuk.
-
15
REFERENSI
Kamus Saku Kedokteran Dorland. 25th ed. Jakarta: EGC; 1998.
Sherwood L. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. 6th ed. Jakarta: EGC; 2012