laporan magang ppak ugm 2013
DESCRIPTION
Laporan magang di MitraNata Jogja sebagai syarat untuk mendapatkan gelar akuntan...heheheJudul: ANALISIS PERUBAHAN PERATURAN PERPAJAKAN TERHADAP KEMUDAHAN WAJIB PAJAK DALAM PEMBAYARAN DAN PELAPORAN PAJAKTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIK PEMAGANGAN PROFESI AKUNTANSI (P3A)
ANALISIS PERUBAHAN PERATURAN PERPAJAKAN TERHADAP KEMUDAHAN
WAJIB PAJAK DALAM PEMBAYARAN DAN PELAPORAN PAJAK
Disusun Sebagai Syarat dalam Pencapaian Derajat Pendidikan Profesi Akuntansi
Disusun oleh:
Faozan El Mufid
12/343229/EE/06293
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2013
i
PERSETUJUAN
DOSEN PEMBIMBING
Laporan Praktik Kerja Profesi berjudul “ANALISIS PERUBAHAN
PERATURAN PERPAJAKAN TERHADAP KEMUDAHAN WAJIB PAJAK
DALAM PEMBAYARAN DAN PELAPORAN PAJAK” yang disusun oleh:
Nama : FAOZAN EL MUFID
NIM : 12/343229/EE/06293
Prodi : Akuntansi
Dapat disetujui untuk laporan P3A Program Profesi Akuntansi FEB UGM.
Yogyakarta, 11 Juli 2013
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Sony Warsono, MAFIS., Ak. Mukh Nurkholis, Ak., BKP, CA
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan magang dengan judul “Analisis Perubahan Peraturan Perpajakan terhadap Kemudahan Wajib Pajak dalam Pembayaran dan Pelaporan Pajak” ini dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, para sahabatnya, keluarganya dan umatnya sampai akhir zaman.
Untuk mewujudkan Program Pendidikan Profesi Akuntansi FEB UGM menjadi penyelenggara Program Pendidikan Profesi Akuntansi terkemuka, serta untuk menciptakan lulusan yang unggul dan profesional, maka diperlukan latihan penerapan ilmu pengetahuan yang didapat di bangku kuliah pada dunia nyata (kerja). Praktek Pemagangan Profesi Akuntansi merupakan wahana yang tepat guna mewujudkan cita-cita tersebut, disamping sebagai wahana pembelajaran dan pelatihan, P3A juga menjadi wahana untuk mendapatkan pelajaran dan pengalaman baru bagi mahasiswa sebelum benar-benar trjun ke dunia kerja sesungguhnya. Oleh karena itu, dengan dilaksanakannya program P3A diharapkan lulusan Program Pendidikan Profesi Akuntansi FEB UGM menjadi lulusan yang berkualitas, unggul dan mampu menjadi solusi di dunia kerja.
Penyusunan laporan magang ini telah melibatkan banyak orang dalam penyelesaiannya. Penulis banyak mendapat bantuan, motivasi, saran, dukungan bahkan kritik dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Allah SWT atas semua berkah yang diberikan pada penulis sampai terselesainya program studi ini,
2. Bapak Drs. Sugiarto, M.Acc., MBA., Ak., CPA selaku Ketua Pengelola Program Pendidikan Profesi Akuntansi FEB UGM,
3. Bapak Dr. Sony Warsono, MAFIS, Ak. selaku dosen pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu untuk membantu membimbing, mengarahkan, memberi masukan dan mengoreksi penulisan dalam penyusunan laporan magang ini,
4. Bapak Mukh Nurkholis, Ak., BKP, CA selaku komisaris TaxHouse MitraNata yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk magang sekaligus sebagai dosen pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk membantu membimbing, mengarahkan, memberi masukan dan mengoreksi penulisan dalam penyusunan laporan magang ini,
5. Mas Hersona Bangun, S.H., S.E., selaku pengawas pelatihan magang di TaxHouse MitraNata,
iii
6. Mas Tunggoro Widiandaru, S.E., Ak. selaku penanggung jawab kegiatan magang,
7. Seluruh staf Program Pendidikan Profesi Akuntansi FEB UGM yang telah membantu guna kelancaran penyusunan laporan magang ini,
8. Seluruh staf TaxHouse MitraNata yang telah membantu guna kelancaran penyusunan laporan magang ini,
9. Bapak dan Ibu dosen Program Pendidikan Profesi Akuntansi FEB UGM yang telah dengan sabar membimbing dan mentransformasikan ilmunya kepada penulis,
10. Kedua orang tua penulis, Bapak Suhadi dan Ibu Siti Muntamah yang selalu membantu, mendoakan, mendorong dan mendukung penulis untuk terus menuntut ilmu,
11. Kakak dan adik penulis, Uma (dan Uda) dan Muna, yang selalu mendoakan, mendorong dan mendukung penulis untuk terus semangat dalam menyelesaikan laporan magang ini,
12. Keponakan-keponakan penulis, Yayan, Ega, Farel, Tandez, Tyo dan Odi, yang mendorong penulis untuk tetap bersemangat untuk menyelesaikan laporan magang ini secepatnya,
13. My lovely Madilto II, without you, I will never be able to finish this project, thanks for all the beautiful time you share with me,
14. Angga, Tasya, Hani, Harum, Dewi, Alen, Ruly, Tia, Rina, Ade, Irna, Betsi, nCis, Sahala dan Rere, yang terus memberi semangat,
15. Teman-teman di Program Pendidikan Profesi Akuntansi FEB UGM yang saling menyemangati dalam penulisan laporan magang, tanpa kalian laporan magang ini akan lebih lama lagi selesai,
16. Semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan magang ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan magang ini masih banyak terdapat kesalahan, sehingga segala saran dan kritik yang membangun dengan senang hati akan penulis terima sebagai masukan guna penyempurnaan penyusunan laporan magang ini lebih lanjut.
Yogyakarta, 08 Juli 2013
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................... ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... viii
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ................................................................................ 1
B. PERUMUSAN MASALAH ....................................................................... 3
C. TUJUAN LAPORAN ................................................................................. 3
D. KEGUNAAN DAN MANFAAT MAGANG ............................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 5
A. PENGERTIAN PAJAK .............................................................................. 5
B. FUNGSI PAJAK ......................................................................................... 6
C. JENIS PAJAK ............................................................................................. 6
D. ASAS-ASAS PEMUNGUTAN PAJAK .................................................... 7
E. UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN NEGARA .................................... 7
F. SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK ............................................................ 8
G. TARIF PAJAK ............................................................................................ 9
H. WAJIB PAJAK DAN PENGUSAHA KENA PAJAK ............................... 11
I. FAKTUR PAJAK ....................................................................................... 12
J. SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK ....................................................... 14
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................ 15
A. METODE KERJA ....................................................................................... 15
1. LOKASI ................................................................................................. 15
2. WAKTU ................................................................................................. 15
v
3. CARA KERJA ....................................................................................... 15
B. PROFIL TAXHOUSE MITRANATA ....................................................... 15
1. VISI DAN MISI ..................................................................................... 16
2. LAYANAN ............................................................................................ 16
3. STRUKTUR ORGANISASI .................................................................. 17
C. RINGKASAN KEGIATAN DI TEMPAT MAGANG .............................. 18
D. PENYELESAIAN MASALAH .................................................................. 18
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 25
A. SIMPULAN ................................................................................................ 25
B. SARAN ....................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 27
LAMPIRAN .................................................................................................... 28
vi
DAFTAR TABEL
Hal
1. Tabel 1: Tarif PPh Pasal 4 (2) ................................................................... 10
2. Tabel 2: Tarif PPh pasal 17 untuk Wajib Pajak Orang Pribadi ................ 11
3. Tabel 3: Besar Penghasilan Tidak Kena Pajak per Januari 2013 ............. 12
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
1. Lampiran 1: Jurnal Kegiatan Magang ........................................................ 29
2. Lampiran 2: Contoh Kegiatan Pembuatan SPT dan SSP PPh Orang
Pribadi .................................................................................... 31
3. Lampiran 3: Contoh Kegiatan Pembuatan Faktur Pajak dan SPT PPN ..... 45
4. Lampiran 4: Kartu Bimbingan Laporan Praktik Pemagangan Profesi
Akuntansi UGM ..................................................................... 51
viii
ABSTRAK
Laporan magang ini bertujuan untuk mengetahui dampak penggantian jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi, dampak adanya penggantian sistem penomoran faktur pajak bagi pengusaha kena pajak, dan dampak adanya penggantian sistem penyampaian SPT Masa PPN 1111.
Hasil magang menunjukkan bahwa penggantian peraturan baru untuk PTKP berupa kenaikan PTKP diharapkan dapat membuat Wajib Pajak mulai sadar akan pentingnya untuk membayar pajak, karena kenaikan PTKP tersebut berarti pajak yang harus dibayarkan oleh Wajib Pajak relatif lebih kecil, penggantian peraturan baru untuk Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak diharapkan mampu mencegah timbulnya manipulasi Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak oleh PKP berupa penerbitan Faktur Pajak fiktif, selain itu juga diharapkan agar pengusaha yang belum menjadi PKP tidak lagi bisa menerbitkan Faktur Pajak, dan penggantian peraturan baru untuk penggunaan e-SPT diharapkan dapat membuat PKP lebih mudah dan cepat dalam pembuatan SPT, dan bagi Dirjen Pajak dapat melacak kebenaran Faktur Pajak PKP dengan lebih mudah dan cepat.
Kata kunci: Penghasilan Tidak Kena Pajak, Faktur Pajak, SPT Masa PPN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kondisi perekonomian Indonesia saat ini dapat dikatakan masih jauh
dari harapan, hal ini dikarenakan berbagai permasalahan yang dihadapi
sekarang ini. Salah satu permasalahan yang ada adalah kesenjangan sosial
antara masyarakat kalangan menengah atas dengan masyarakat kalangan
bawah, karena ketidakmerataan yang diakibatkan oleh lambatnya
pertumbuhan perekonomian negara saat ini.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo memaparkan bahwa realisasi
penerimaan pajak penghasilan pada tahun 2012 mencapai Rp464,7 triliun atau
90,3 persen dari target Rp513,7 triliun dan bea keluar mencapai Rp21,2 triliun
atau 91,5 persen dari target Rp23,2 triliun. Penerimaan pajak pada tahun 2013
sangat bergantung pada kondisi perekonomian nasional. Sementara,
perekonomian nasional banyak dipengaruhi pertumbuhan ekonomi dunia.
Perekonomian dunia pada awal tahun 2013 dinilai belum begitu baik. Dampak
terhadap Indonesia yakni, ekspor yang tak hanya melambat tetapi sudah turun.
Selain itu, penurunan juga terjadi pada impor.
Kontribusi perpajakan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara
dalam lima tahun terakhir selalu di atas 70% dari total pendapatan negara.
Demikian juga kontribusi penerimaan pajak – tidak termasuk bea dan cukai –
meningkat setiap tahunnya. Dalam APBN 2013, pajak ditargetkan sebesar
Rp1.042 triliun atau 68,2% dari total pendapatan negara. Walaupun dikoreksi
sebesar Rp40 triliun dalam RAPBN-P 2013, target penerimaan pajak tetap
menembus angka di atas seribu triliun. Ini berarti, untuk mencapai target
tersebut, pajak harus tumbuh minimal 20%.
Sementara itu, realisasi penerimaan pajak sampai dengan 15 Mei 2013
mencapai Rp312,67 triliun atau 30% dari target APBN 2013. Pertumbuhan
1
2
penerimaan pajak hanya mencapai 4,35% dari target 20% lebih. Kondisi ini
merupakan lampu kuning untuk penerimaan pajak 2013 ini. Penyebab utama
lambatnya pertumbuhan penerimaan pajak sampai saat ini adalah perlambatan
ekonomi global yang mulai terasa sejak semester II 2012.
Selama ini, permasalahan utama yang dihadapi Dirjen Pajak dalam
menggali potensi pajak adalah kurangnya ketersediaan data eksternal.
Walaupun sudah ada ketentuan bahwa setiap instansi pemerintah dan swasta
wajib menyampaikan data atau informasi terkait perpajakan ke Dirjen Pajak,
dalam implementasinya, hal ini masih ditemukan hambatan. Untuk itulah,
pada level menteri seharusnya kondisi ini didiskusikan dan dicarikan
solusinya. Karena, mau tidak mau, persoalan pajak menjadi tanggung jawab
bersama. Dengan aliran data berlimpah, maka Dirjen Pajak dapat dengan
mudah menjalankan program kerjanya.
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada yang
menghasilkan para sarjana akuntansi, menyelenggarakan Program Pendidikan
Profesi Akuntansi untuk menghasilkan para akuntan yang professional dalam
bidangnya. Untuk itu, Program Pendidikan Profesi Akuntansi membuat
sebuah kegiatan kurikuler berupa pemagangan profesi akuntansi. Pemagangan
Profesi Akuntansi adalah kegiatan kurikuler yang diwajibkan bagi seluruh
mahasiswa Program Pendidikan Profesi Akuntansi sebagai sarana pelatihan
untuk mempersiapkan kesiapan mahasiswa sebelum terjun langsung dalam
dunia pekerjaan sekaligus sebagai sarana mahasiswa untuk mengaplikasikan
semua ilmu yang telah dipelajari selama di bangku perkuliahan.
Pemagangan profesi akuntansi yang penulis lakukan berada di Kantor
Konsultan Pajak di Yogyakarta. Kantor Konsultan Pajak penulis pilih karena
penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang dunia perpajakan di
Indonesia. Di sini, penulis mencoba untuk mengaplikasikan ilmu yang sudah
penulis peroleh di perkuliahan reguler, sambil belajar lebih lanjut tentang
bagaimana kerja di dunia perpajakan, yaitu berupa peraturan tentang
perpajakan yang terbaru, penghitungan pajak, pembayaran pajak, dan
pelaporan pajak ke Kantor Pelayanan Pajak.
3
Setelah menjalani pemagangan di Kantor Konsultan Pajak, penulis
menyadari bahwa terdapat beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam
perpajakan. Meskipun begitu, pemerintah sudah berusaha untuk memberikan
berbagai kemudahan kepada Wajib Pajak, sehingga Wajib Pajak dapat
membayar pajaknya dengan benar. Untuk itu, pemerintah selalu membuat
peraturan-peraturan baru, yang beberapa di antaranya dapat memudahkan
Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya. Penulis tertarik untuk mengupas
lebih lanjut tentang beberapa peraturan tersebut, dan mengambil judul
“Analisis Perubahan Peraturan Perpajakan terhadap Kemudahan Wajib
Pajak dalam Pembayaran dan Pelaporan Pajak” untuk laporan magang ini.
B. PERUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas, penulis mengambil beberapa pokok
permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah dampak penggantian jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak bagi
Wajib Pajak Orang Pribadi?
2. Apakah dampak penggantian sistem penomoran faktur pajak bagi
Pengusaha Kena Pajak?
3. Apakah dampak penggantian sistem penyampaian SPT Masa PPN 1111?
C. TUJUAN LAPORAN
Adapun tujuan dari pembuatan laporan magang ini adalah:
1. Untuk mengetahui dampak adanya penggantian jumlah Penghasilan Tidak
Kena Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi.
2. Untuk mengetahui dampak adanya penggantian sistem penomoran faktur
pajak bagi pengusaha kena pajak.
3. Untuk mengetahui dampak adanya penggantian sistem penyampaian SPT
Masa PPN 1111.
4
D. KEGUNAAN DAN MANFAAT MAGANG
Dengan adanya program pemagangan Program Profesi Akuntansi
FEB UGM, diharapkan mahasiswa dapat memperoleh beberapa kompetensi
yang digariskan oleh Program Profesi Akuntansi FEB UGM. Adapun garis
besar kompetensi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan kemampuan dalam melaksanakan
pekerjaan, seperti: pemahaman tugas, kecekatan bekerja, kreativitas
bekerja, dan pengambilan keputusan.
2. Kompetensi Personal
Kompetensi personal adalah kemampuan dalam hal sikap dan kepribadian
meliputi: kejujuran, kedewasaan berpikir, tanggung jawab, kemandirian,
disiplin dan antusiasme.
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial menitikberatkan kepada kemampuan mahasiswa dalam
berinteraksi dengan lingkungan kerja meliputi: kerja sama dan empati.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN PAJAK
Pengertian pajak menurut Adriani yang diterjemahkan oleh R. Santoso
Brotodiharjo (1991: 2) adalah sebagai berikut:
“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung ditunjuk, yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan”.
Pengertian pajak berdasarkan Undang-undang Nomor 28 tahun 2007:
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
Sedangkan menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Dasar-dasar
Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan (1990: 5) menyatakan: “Pajak adalah
iuran kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat
ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
yang melekat pada pengertian pajak, adalah sebagai berikut:
1. Pajak dipungut berdasarkan Undang-undang. Asas ini sesuai dengan
perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan "pajak dan
pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dalam
Undang-undang."
2. Tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi perseorangan) yang
dapat ditunjukkan secara langsung. Misalnya, orang yang taat membayar
pajak kendaraan bermotor akan melalui jalan yang sama kualitasnya
dengan orang yang tidak membayar pajak kendaraan bermotor.
5
6
3. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum
pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin
maupun pembangunan.
4. Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat dipaksakan apabila
Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan dan dapat dikenakan
sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
5. Pajak juga berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan sosial (fungsi
mengatur/regulatif).
B. FUNGSI PAJAK
Sebagaimana unsur-unsur dari pengertian pajak di atas, terlihat adanya
dua fungsi pajak yaitu:
1. Fungsi Penerimaan (budgeter)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi
pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh:
dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri.
2. Fungsi Mengatur (reguler)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan
di bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh: dikenakannya pajak yang
lebih tinggi terhadap minuman keras, atau pajak terhadap barang mewah.
C. JENIS PAJAK
Menurut pemungut dan pengelolanya, pajak dapat dikelompokkan ke
dalam dua kelompok sebagai berikut:
1. Pajak pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan sektor pertambangan dan
perkebunan, dan Bea Materai.
2. Pajak daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
7
Contoh: pajak reklame, pajak hiburan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan, Pajak Bumi dan Bangunan sektor perkotaan dan pedesaan.
D. ASAS-ASAS PEMUNGUTAN PAJAK
Asas-asas pemungutan pajak sebagaimana dikemukakan oleh Adam
Smith dalam buku An Inquiry into the Nature and Cause of the Wealth of
Nations menyatakan bahwa pemungutan pajak hendaknya didasarkan pada
asas-asas berikut:
1. Equality
Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak dikenakan
kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan
membayar pajak (ability to pay) dan sesuai dengan manfaat yang diterima.
Adil dalam pengertian bahwa setiap Wajib Pajak menyumbangkan uang
untuk pengeluaran pemerintah sebanding dengan kepentingannya dan
manfaat yang diminta.
2. Certainty
Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. Untuk itu, Wajib
Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak yang
terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran.
3. Convenience
Kapan Wajib Pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan
saat-saat yang tidak menyulitkan Wajib Pajak.
4. Economy
Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan
kewajiban pajak bagi Wajib Pajak diharapkan seminimal mungkin,
demikian pula beban yang ditanggung Wajib Pajak.
E. UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN NEGARA
Masalah perpajakan tidak boleh terlepas dari Undang-undang yang
mengaturnya. Terdapat beberapa Undang-undang yang mengatur masalah
perpajakan di Indonesia. Selain itu terdapat juga peraturan-peraturan lain yang
mengatur masalah-masalah perpajakan yang lebih khusus. Berikut ini adalah
8
Undang-undang yang mengatur perpajakan negara, sekaligus perubahan
terakhir dari Undang-undang tersebut:
1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan dengan perubahan terakhir Undang-undang Nomor 16
Tahun 2009
2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan dengan
perubahan terakhir Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008
3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan perubahan terakhir
Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009
4. Undang-undang Nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan dengan
perubahan terakhir Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006
5. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai dengan perubahan
terakhir Undang-undang Nomor 39 Tahun 2007
F. SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK
Pada dasarnya, sistem pemungutan pajak dibagi menjadi tiga seperti
berikut ini:
1. Sistem Official Assessment
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang
terutang. Ciri-cirinya adalah wewenang untuk menentukan besarnya pajak
terutang berada pada fiskus, Wajib Pajak bersifat pasif, dan utang pajak
timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.
2. Sistem Self-Assessment
Sistem ini merupakan sistem pemungutan yang digunakan di Indonesia,
yaitu pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung
jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan,
membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.
9
3. Sistem Withholding
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang
terutang oleh Wajib Pajak.
G. TARIF PAJAK
Di Indonesia, tarif pajak yang digunakan cukup bervariasi, yaitu tarif
pajak tetap, tarif pajak progresif, dan tarif pajak proporsional. Adapun
beberapa tarif tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tarif tetap
Tarif tetap adalah tarif berupa jumlah yang tetap (sama besar) terhadap
berapa pun jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak. Contoh: tarif bea
materai, yaitu sebesar Rp3.000,00 dan Rp6.000,00.
2. Tarif proporsional
Tarif proporsional adalah tarif pajak berupa persentase tetap terhadap
jumlah berapapun yang menjadi dasar pengenaan pajak. Contoh:
a. Tarif PPN:
1) 10%; atau
2) 0%, khusus PPN atas ekspor Barang Kena Pajak atau ekspor
Barang Kena Pajak tidak berwujud atau ekspor Jasa Kena Pajak.
b. Tarif PPh pasal 17 untuk Wajib Pajak badan:
1) Tarif PPh pasal 17 ayat 1 huruf b, yaitu untuk Wajib Pajak badan
dengan peredaran usaha di atas atau sama dengan Rp50 miliar,
sebesar 25%.
2) Tarif PPh pasal 17 ayat 2b, yaitu untuk Wajib Pajak badan dalam
negeri yang berbentuk PT yang paling sedikit 40% jumlah
keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek di
Indonesia dan memenuhi persyaratan lainnya, sebesar 20%.
3) Tarif PPh pasal 31E ayat 1 untuk Wajib Pajak badan dengan
peredaran usaha di bawah Rp50 miliar, sebesar 12,5% untuk yang
mendapat fasilitas, dan sisanya 25%.
10
c. Tarif PPh pasal 4 ayat 2:
Tabel 1: Tarif PPh Pasal 4 (2)No. Jenis Penghasilan Tarif Dasar Pengenaan1 20% Jumlah bruto penghasilan
bunga/diskonto2 25% Jumlah bruto penghasilan
harga pasar hadiah berupa barang/kenikmatan
3 10% Jumlah penghasilan bunga (di atas Rp240.000)
4 20% Jumlah bruto penghasilan bunga/diskonto
5 0,10% Jumlah bruto nilai transaksi penjualan
0,50% Tambahan untuk penjualan saham pendiri
6 0,30% Penjualan Premium/Solar/ Premix/Minyak Tanah/Gas LPG/Pelumas
7 - Penghalihan hak atas Tanah dan/atau Bangunan,
5%
- Pengalihan Hak Tanah dan Bangunan Rumah Sederhana dan Rusun Sederhana oleh Perusahaan Real Estat
1%
8 10% Jumlah imbalan bruto
9 10% Jumlah bruto nilai sewa
10- Pelaksana (kualifikasi usaha
kecil)2% Jumlah imbalan bruto
- Pelaksana (kualifikasi usaha menengah dan besar)
3% Jumlah imbalan bruto
- Pelaksana (tanpa kualifikasi usaha)
4% Jumlah imbalan bruto
- Perencana dan Pengawas (memiliki kualifikasi usaha)
4% Jumlah imbalan bruto
- Perencana dan Pengawas (tanpa kualifikasi usaha)
6% Jumlah imbalan bruto
Nilai tertinggi antara nilai pengalihan dan Nilai Jual Objek Pajak PBB
Bunga Deposito, Tabungan, dan Diskonto SBIHadiah Undian
Jasa Konstruksi
Persewaan Tanah dan/atau Bangunan
Dividen diterima Wajib Pajak orang pribadi
Penyalur/dealer/agen produk Pertamina dan Premix
Penjualan Saham di bursa efek
Bunga/Diskonto Obligasi yang dijual di Bursa Efek
Bunga Simpanan Anggota Koperasi
11
d. Tarif PPh pasal 23:
1) 2% dari jumlah bruto atas sewa, jasa teknik, jasa manajemen, jasa
konstruksi, jasa konsultan dan jasa lain.
2) 15% dari jumlah bruto atas dividen, bunga, royalti dan hadiah.
3. Tarif progresif
Tarif progresif adalah tarif pajak yang persentasenya menjadi lebih besar
apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaannya semakin besar. Contoh:
tarif PPh pasal 17 untuk Wajib Pajak orang pribadi:
Tabel 2: Tarif PPh pasal 17 untuk Wajib Pajak Orang PribadiLapisan Penghasilan Kena Pajak Tarifs.d. Rp50.000.000 5%Di atas Rp50.000.000 s.d. Rp250.000.000 15%Di atas Rp250.000.000 s.d. Rp500.000.000 25%Di atas Rp500.000.000 30%
H. WAJIB PAJAK DAN PENGUSAHA KENA PAJAK
Menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2007, Wajib Pajak adalah
orang atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan. Sedangkan
menurut Undang-undang Nomor 42 tahun 2009, Pengusaha Kena Pajak adalah
pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-undang
ini.
Berdasarkan sistem self-assessment, setiap Wajib Pajak yang
memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri untuk
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak. Sedangkan pengusaha dengan
penghasilan bruto dalam satu tahun pajak mencapai Rp600.000.000, wajib
mengukuhkan diri sebagai Pengusaha Kena Pajak.
Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak adalah sebagai sarana dalam
administrasi perpajakan, tanda identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak
dan kewajiban perpajakannya, dan menjaga ketertiban dalam pembayaran
12
pajak dan pengawasan administrasi perpajakan. Sementara, fungsi
pengukuhan Pengusaha Kena Pajak adalah sebagai identitas Pengusaha Kena
Pajak yang bersangkutan, dan sebagai pengawasan dalam melaksanakan hak
dan kewajiban Pengusaha Kena Pajak di bidang Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
Dalam melaporkan kewajibannya, Wajib Pajak memperoleh
keringanan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak. Adapun besar Penghasilan
Tidak Kena Pajak per Januari 2013 dalam satu tahun pajak adalah sebagai
berikut:
Tabel 3: Besar Penghasilan Tidak Kena Pajak per Januari 2013Keterangan PTKP
Diri Wajib Pajak 24.300.000Rp Tambahan untuk Wajib Pajak kawin 2.025.000Rp Tambahan untuk setiap orang keluarga sedaran dan semenda dalam garis keturunan lurus, serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga
2.025.000Rp
Tambahan untuk seorang istri yang mempunyai penghasilan, yang harus digabung dengan penghasilan suami untuk penghitungan pajak
24.300.000Rp
I. FAKTUR PAJAK
Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER - 24/PJ/2012,
Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena
Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa
Kena Pajak. Faktur Pajak harus dibuat pada:
1. saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak;
2. saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi
sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan
Jasa Kena Pajak;
3. saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap
pekerjaan;
4. saat Pengusaha Kena Pajak rekanan menyampaikan tagihan kepada
Bendahara Pemerintah sebagai Pemungut Pajak Pertambahan Nilai; atau
13
5. saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
Bentuk dan ukuran Faktur Pajak disesuaikan dengan kepentingan
Pengusaha Kena Pajak, dan pengadaannya juga dilakukan oleh Pengusaha
Kena Pajak. Faktur Pajak paling sedikit dibuat dalam 2 (dua) rangkap, yaitu
untuk pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak, dan untuk
arsip Pengusaha Kena Pajak yang menerbitkan Faktur Pajak. Dalam hal
Faktur Pajak dibuat lebih dari yang ditetapkan, maka harus dinyatakan secara
jelas peruntukannya dalam lembar Faktur Pajak yang bersangkutan.
Faktur Pajak harus memuat keterangan tentang penyerahan Barang
Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit
mencantumkan:
1. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang
Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak;
2. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak
atau penerima Jasa Kena Pajak;
3. jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan
harga;
4. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;
5. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;
6. kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
7. nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.
Pengusaha Kena Pajak harus membuat Faktur Pajak dengan
menggunakan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak sebagaimana ditetapkan
dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER - 24/PJ/2012. Kode dan
Nomor Seri Faktur Pajak terdiri dari 16 (enam belas) digit yaitu:
1. 2 (dua) digit Kode Transaksi;
2. 1 (satu) digit Kode Status; dan
3. 13 (tiga belas) digit Nomor Seri Faktur Pajak yang ditentukan oleh
Direktorat Jenderal Pajak.
14
J. SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK
Dalam Undang-undang Nomor 28 tahun 2007, Surat Pemberitahuan
adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek
pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan. Surat Pemberitahuan dibagi menjadi dua,
yaitu Surat Pemberitahuan Masa yang merupakan Surat Pemberitahuan untuk
suatu Masa Pajak, dan Surat Pemberitahuan Tahunan yang merupakan Surat
Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.
Fungsi Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak adalah:
1. Bagi Pengusaha
Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan berfungsi sebagai sarana
melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak
yang sebenarnya terutang.
2. Bagi Pengusaha Kena Pajak
Surat Pemberitahuan berfungsi sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang sebenarnya terutang.
3. Bagi Pemotong atau Pemungut Pajak
Surat Pemberitahuan berfungsi sebagai sarana melaporkan dan
mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan
disetorkannya.
Bentuk Surat Pemberitahuan, baik Surat Pemberitahuan Masa maupun
Surat Pemberitahuan Tahunan dapat berbentuk formulir kertas; atau e-SPT,
yaitu data Surat Pemberitahuan Wajib Pajak dalam bentuk elektronik yang
dibuat oleh Wajib Pajak dengan menggunakan aplikasi e-SPT yang disediakan
oleh Dirjen Pajak.
BAB III
PEMBAHASAN
A. METODE KERJA
1. LOKASI
Pemagangan dilaksanakan di TaxHouse MitraNata yang terletak di Jl.
Palagan Tentara Pelajar No. 77A, Yogyakarta.
2. WAKTU
Pemagangan dilaksanakan selama ± 20 kali pertemuan dari pukul 09.00
sampai pukul 15.00 setiap hari Senin-Jumat, atau menyesuaikan jadwal
kuliah penulis ketika penulis sedang kuliah. Pemagangan ini dilaksanakan
dari tanggal 8 Mei 2013 sampai dengan tanggal 14 Juni 2013.
3. CARA KERJA
Pemagangan ini dibagi menjadi beberapa tahapan. Selain perkenalan dan
tes kemampuan pada awal pemagangan, dalam pemagangan ini, penulis
masih tetap mendapatkan berbagai teori tentang perpajakan yang berupa
pelatihan, dan mengerjakan beberapa permasalahan perpajakan seperti
penghitungan PPh Orang Pribadi, penghitungan PPh Badan, penghitungan
PPh Pasal 21, penghitungan PPN, pembuatan Faktur Pajak, pembuatan
SPT, pembuatan SSP, pembayaran pajak yang terutang, dan pelaporan
pajak ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman. Dalam mengerjakan
beberapa permasalahan perpajakan tersebut, pihak TaxHouse MitraNata
membagi pemagang dalam beberapa kelompok untuk mempermudah dan
mempercepat proses pengerjaan. Sementara, pihak TaxHouse MitraNata
selalu bersedia untuk dimintai pendapat dan bimbingan baik secara tatap
muka, maupun lewat jaringan komunikasi seperti SMS atau e-mail.
B. PROFIL TAXHOUSE MITRANATA
TaxHouse MitraNata, merupakan sebuah perusahaan yang
menyediakan jasa akuntansi dan perpajakan. Jasa Akuntansi bertujuan untuk
menyajikan laporan keuangan yang handal yang bermanfaat bagi pengambil
15
16
keputusan. Sedangkan Jasa Perpajakan memberikan jasa manajemen
perpajakan yang memiliki integritas dan kapabilitas yang telah teruji dalam
penanganan berbagai masalah perpajakan yang terjadi dalam dunia bisnis.
Berbagai kasus akuntansi dan Perpajakan yang dihadapi menjadikan
nilai tambah bagi kekuatan, kecerdasan dan tanggung jawab TaxHouse
MitraNata dalam menyelesaikan suatu permasalahan terutama di bidang
akuntansi dan perpajakan melalui jalur yang legal. Tidak hanya itu, sebagai
wujud sikap kooperatif MitraNata terhadap peraturan maupun kebijakan
pemerintah khususnya mengenai akuntansi dan perpajakan, MitraNata juga
melakukan pembinaan akuntansi mengenai peraturan perpajakan terhadap para
klien MitraNata dan masyarakat umum, menanamkan kesadaran bahwa
akuntansi dan pajak bukan merupakan sebuah pilihan namun merupakan
kewajiban perusahaan. Hal ini dilakukan sebagai langkah cadangan sehingga
meminimalisir kesalahan persepsi maupun interpretasi terhadap pengertian
aturan perpajakan dan standar akuntansi yang berlaku.
1. VISI DAN MISI
Visi dari TaxHouse MitraNata adalah menjadi perusahaan di bidang
akuntansi dan perpajakan yang terbesar dan terpercaya.
Sedangkan misi dari TaxHouse MitraNata adalah:
a. Membantu kemandirian perusahaan dalam mengelola informasi
keuangan dan perpajakan,
b. Mewujudkan kesetaraan hak dan kewajiban antara perusahaan dan
pemerintah,
c. Membantu menumbuhkan kesadaran dan kemandirian perpajakan
masyarakat.
2. LAYANAN
Layanan yang diberikan oleh TaxHouse MitraNata adalah:
a. Accounting Service, yang berupa penyusunan atas laporan keuangan
termasuk di dalamnya memilih kebijakan akuntansi yang sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan agar dapat menyajikan laporan
17
keuangan yang handal dan dapat digunakan untuk mengambil
keputusan bagi investor, kreditur, maupun pihak lain yang
membutuhkan informasi keuangan.
b. Accounting Review, yang berupa review atas laporan keuangan dan
analisis laporan keuangan untuk memberikan informasi mengenai
kinerja perusahaan dan bagaimana meningkatkan kinerja perusahaan.
c. Tax Service, yang berupa penyusunan laporan pajak bulanan dan
tahunan berdasarkan transaksi yang terjadi dalam aktivitas usaha
Wajib Pajak. Dalam jasa ini juga termasuk pembuatan surat-surat yang
diperlukan dalam hal terdapat surat teguran/himbauan atau surat
lainnya dari Kantor Pajak.
d. Tax Review, yang berupa evaluasi/review atas kewajiban pajak yang
telah dilakukan selama satu bulan/triwulan/setahun.
e. Tax Consultant, yang berupa pemberian nasihat atau jawaban atas
kasus-kasus yang menimpa Wajib Pajak selama menjalani aktivitas
usahanya.
f. Tax Planning, yang berupa penyusunan kebijakan pajak perusahaan
untuk memberikan efek penghematan pajak yang ditanggung.
g. Technical Assistance, yang berupa pendampingan segala kasus yang
berkaitan dengan sengketa pajak atau pemeriksaan pajak.
h. Financial Audit, yang mencakup proses audit atas laporan keuangan
yang disusun oleh perusahaan apakah memenuhi kriteria wajar atau
tidak wajar. Pernyataan opini akan dibuat oleh Kantor Akuntan Publik
yang terdaftar.
i. In house training, yang mencakup pelatihan akuntansi dan pajak yang
dibutuhkan perusahaan.
j. MitraNata Recruitment Centre, yang merupakan jasa perekrutan tenaga
akuntansi yang memiliki kompetensi di bidang akuntansi dan pajak.
3. STRUKTUR ORGANISASI
Adapun struktur organisasi dari TaxHouse MitraNata adalah:
Komisaris : Mukh Nurkholis, Ak., BKP., CA
18
Direktur Utama : Hersona Bangun, SH., S.E.
Direktur : Arif Nurman Hakim, S.E.
Keuangan : Jumiana, SE., Ak
Ria Kurnia Dwi Jayanti, A.Md
Staf : Fatmawati, SE., Ak
Kamadie Sumanda Syafis, S.E.
Elindia Swandari, S.E., M.Acc
Andri Wibianto
C. RINGKASAN KEGIATAN DI TEMPAT MAGANG
Pada tahap pertama, penulis melakukan perkenalan dengan beberapa
staf TaxHouse MitraNata, sambil membahas tentang jadwal pemagangan yang
akan penulis jalankan selama beberapa hari ke depan. Tahap kedua, penulis
mengerjakan ujian awal untuk mengetahui sejauh apa pengetahuan penulis
tentang perpajakan. Selanjutnya, penulis memperoleh beberapa materi tentang
perpajakan untuk lebih memahami masalah perpajakan di Indonesia. Tahap
berikutnya adalah pelatihan untuk mengerjakan beberapa permasalahan
perpajakan. Dan tahap terakhir adalah mengerjakan permasalahan perpajakan
pada beberapa perusahaan di Yogyakarta, dalam tahap ini pemagangan dibagi
menjadi beberapa kelompok sehingga mempermudah dan mempercepat
pengerjaannya. Selain itu, penulis juga belajar untuk melakukan pelaporan
pajak ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman. Untuk ringkasan lebih
lengkap dari kegiatan yang penulis lakukan, penulis melampirkan kegiatan
tersebut di lampiran 1.
D. PENYELESAIAN MASALAH
Setelah melakukan pemagangan selama lebih dari satu bulan, ada
banyak isu-isu yang muncul yang mengusik benak penulis. Beberapa dari isu-
isu tersebut akan penulis kupas satu per satu, yaitu isu tentang Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP) untuk Wajib Pajak Orang Pribadi, Faktur Pajak
yang terbaru, dan e-SPT untuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
19
1. Dampak adanya penggantian jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak bagi
Wajib Pajak Orang Pribadi.
Seiring perkembangan perekonomian ekonomi makro Indonesia,
dan mempertimbangkan perkembangan kebutuhan pokok bagi masyarakat
Indonesia setiap tahunnya sebagaimana di ukur dengan Upah Minimum
Provinsi (UMP), besaran PTKP sudah selayaknya disesuaikan. Dalam
Pasal 7 ayat (3) UU No. 36 Tahun 2008 dinyatakan: “Penyesuaian
besarnya PTKP ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan, setelah
dikonsultasikan dengan Dewan Perwakilan Rakyat.”
Mulai tanggal 01 Januari 2013, pemerintah menaikkan PTKP dari
semula Rp15.840.000 menjadi Rp24.300.000. Kenaikan PTKP ini sesuai
dengan Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 162/PMK.011/2012
tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak yang
ditetapkan pada tanggal 22 Oktober 2012. Dengan kenaikan ini, berarti
masyarakat Indonesia yang memiliki penghasilan di bawah Rp24.300.000
dalam satu tahun (atau Rp2.025.000 dalam satu bulan), tidak perlu
membayar pajak. Apalagi jika mereka sudah memiliki keluarga, PTKP
yang akan mereka peroleh akan semakin besar, dimana setiap tanggungan
keluarga diberikan tambahan PTKP sebesar Rp2.025.000 setiap tahunnya.
Dengan semakin bertambahnya PTKP tersebut, diharapkan bahwa
masyarakat Indonesia semakin sadar akan kewajiban mereka untuk
membayar pajak, karena dengan bertambahnya PTKP, hal itu berarti
bahwa pajak yang harus mereka bayarkan kepada pemerintah relatif lebih
kecil jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan PTKP. Kenaikan
PTKP juga diharapkan dapat meningkatkan daya beli konsumen, yang
berdampak pada peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Hal
tersebut disebabkan dengan kenaikan PTKP tersebut, take home pay Wajib
Pajak akan semakin besar, karena seperti yang dipaparkan di atas, pajak
yang dibayarkan oleh Wajib Pajak relatif lebih kecil.
Dalam iklim dunia usaha, daya beli konsumen adalah kunci utama
dalam pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran konsumen yang lancar akan
20
berimbas pada kenaikan penjualan barang. Dan kenaikan penjualan barang
berarti akan bertambahnya output manufaktur, sehingga pertumbuhan
bisnis dan investasi akan tercapai. Dampak lain yang di harapkan dari
peningkatan PTKP adalah peningkatan tabungan atau saving masyarakat.
Sehingga dengan adanya kenaikan tabungan, maka akan berdampak pada
investasi riil dengan pembiayaan perbankan. Dalam jangka panjang, hal
tersebut diharapkan akan dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat.
Meskipun begitu, kenaikan PTKP, ceteris paribus, akan
berdampak pada penurunan penerimaan pajak, terutama PPh Pasal 25/29
Orang Pribadi dan PPh Pasal 21 atas penghasilan karyawan, meskipun
pemerintah tetap akan mendapat peningkatan pajak berupa Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) jika dengan kenaikan PTKP tersebut tingkat
konsumsi masyarakat juga meningkat. Pemerintah dalam hal ini
Kementerian Keuangan telah memproyeksikan short fall (kekurangan)
penerimaan atas penetapan PTKP tersebut, yaitu sekitar Rp13,3 triliun.
Tetapi, pengaruh terhadap penurunan penerimaan PPh Pasal 21 dan PPh
Pasal 25/29 Orang Pribadi tersebut hanya bersifat sementara, yaitu hanya
terjadi dalam kurun waktu 1-2 tahun, dan selanjutnya akan mengalami
pertumbuhan normal kembali. Hal ini dikarenakan ke depan, penghasilan
masyarakat tentu juga akan mengalami peningkatan, seiring dengan
peningkatan ekonomi Indonesia.
2. Dampak adanya penggantian sistem penomoran faktur pajak bagi
pengusaha kena pajak.
Seperti yang sudah dipaparkan dalam tinjauan pustaka, Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER - 24/PJ/2012 tentang Bentuk,
Ukuran, Tata Cara Pembetulan atau Penggantian dan Pembatalan Faktur
Pajak. Penerapan peraturan tersebut, karena banyak Nomor Seri Faktur
Pajak ganda yang dikeluarkan Pengusaha Kena Pajak (PKP). Peraturan
tersebut sebenarnya sudah keluar sejak tahun 2012, tapi karena perlu
persiapan, maka peraturan tersebut baru dilaksanakan mulai tanggal 1
21
April 2013. Persiapan itu berupa sosialisasi kepada PKP sebagai pemungut
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan petugas pajak.
Berbeda dengan sebelumnya, Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak
diatur sedemikian sehingga setiap PKP akan mendapatkan Nomor Seri
Faktur Pajaknya masing-masing. Jika sebelumnya 10 Nomor Seri Faktur
Pajak yang digunakan biasanya terdiri dari 2 digit pertama adalah tahun
penerbitan dan 8 digit berikutnya adalah nomor urut yang dimulai dari
nomor 00000001 dan seterusnya sebanyak kegiatan transaksi penjualan
Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) dari PKP. Namun
sekarang, 8 digit terakhir dari Nomor Seri Faktur Pajak tersebut sudah
ditentukan oleh Dirjen Pajak, dan setiap PKP harus mengajukan surat
permohonan untuk mendapatkan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak
tersebut untuk mendapatkan password aktivasi Faktur Pajak PPN.
Untuk memudahkan pengecekan bila terjadi nomor seri yang
sama pada perusahaan yang berbeda, maka pengaturan dalam
menggunakan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak didukung oleh sistem
informasi teknologi. Selain itu, Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak akan
diberikan kepada PKP sesuai dengan permintaan sebanyak 120 persen dari
jumlah faktur pajak yang diterbitkan 3 bulan terkahir berturut turut.
Seandainya Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak mereka akan habis, PKP
bisa meminta kembali dengan mengajukan permohonan kode aktivasi,
selanjutnya Dirjen Pajak akan memberikan password untuk kode aktivasi
tersebut melalui email dalam tiga hari.
Dalam rangka pembenahan administrasi PPN, Dirjen Pajak telah
mencabut 400.000 status PKP. Pencabutan tersebut salah satunya adalah
dengan menerapkan registrasi ulang PKP. Setelah dilakukan registrasi
ulang terbukti beberapa PKP tidak memiliki kegiatan, tidak ada pengurus,
dan alamat perusahaannya tidak jelas. Pembenahan administrasi PPN
terhadap PKP tersebut disebabkan penerimaan PPN di tahun 2011 dan
sebelumnya tidak optimal, hanya berkisar 98 persen. Bahkan antara PPN
dan GDP Indonesia perbandingannya hanya 67 persen, padahal di negara
22
OECD (Organization Economic Cooperation Development ) mencapai 11
persen.
Selain itu, terdapat beberapa kasus dimana beberapa PKP
memalsu Kode dan Nomor Seri Pajak untuk mendapatkan restitusi pajak,
yaitu dengan memperbesar Pajak Masukan dibandingkan dengan Pajak
Keluaran mereka. Dengan diberlakukannya peraturan tersebut, diharapkan
tidak ada lagi kasus-kasus Nomor Seri Faktur Pajak palsu, yang biasanya
dibuat oleh beberapa oknum PKP. Selain itu dengan adanya surat
permohonan untuk mendapatkan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak
tersebut, pengusaha yang belum menjadi PKP tidak akan bisa membuat
Faktur Pajak.
3. Dampak adanya penggantian sistem penyampaian SPT Masa PPN 1111.
PPN pada dasarnya dikenakan pada setiap proses produksi BKP
maupun JKP, mulai pembelian bahan baku hingga penjualan. Mekanisme
pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN dibebankan pada penjual
yang disebut sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). Penjual menerbitkan
Faktur Pajak, disebut sebagai Pajak Keluaran (PK), dan dikreditkan oleh
pembeli sebagai Pajak Masukan (PM). PKP akan menyetorkan PPN dari
Pajak Keluarannya sekaligus merestitusikan Pajak Masukannya. Dengan
mekanisme ini, pajak yang dipungut oleh Negara adalah sebesar PK
dikurangi PM, dan jika PM lebih besar dibandingkan dengan PK, maka
PKP berhak untuk mendapatkan restitusi atas kelebihan tersebut.
Dalam Undang-Undang Nomor 42/2009 tentang PPN, pada pasal
16F dinyatakan bahwa pembeli Barang Kena Pajak dan penerima Jasa
Kena Pajak bertanggung jawab secara renteng atas pembayaran pajak jika
tidak bisa menunjukkan bukti pajak telah dibayar. Dengan adanya
tanggung jawab renteng ini, penerbit maupun pengguna faktur pajak harus
berhati-hati dalam setiap transaksinya. Sesuai dengan prinsip beban
pembayaran pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah pada pembeli atau konsumen
barang atau penerima jasa. Oleh karena itu sudah seharusnya apabila
23
pembeli atau konsumen barang dan penerima jasa bertanggung jawab
renteng atas pembayaran pajak yang terutang apabila ternyata bahwa pajak
yang terutang tersebut tidak dapat ditagih kepada penjual atau pemberi jasa
dan pembeli atau penerima jasa tidak dapat menunjukkan bukti telah
melakukan pembayaran pajak kepada penjual atau pemberi jasa.
Dalam mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah PPN yang
sebenarnya terutang, maka PKP harus menyampaikan Surat
Pemberitahuan (SPT) ke Kantor Pelayanan Pajak tempat PKP terdaftar.
Selain itu, SPT digunakan untuk melaporkan pengkreditan Pajak Masukan
terhadap Pajak Keluaran, dan melaporkan pembayaran atau pelunasan
pajak yang telah dilaksanakan oleh PKP dan atau melalui pihak lain dalam
satu Masa Pajak. SPT dapat disampaikan langsung ke Kantor Pelayanan
Pajak, atau melalui Kantor Pos dengan pos tercatat. Jika PKP
menyampaikan SPT melalui Kantor Pos, maka tanda bukti dari Kantor Pos
dianggap sebagai tanda bukti dan tanggal penerimaan SPT, sepanjang SPT
tersebut telah lengkap.
Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE -
17/PJ/2013, terdapat peraturan yang mengatur penyampaian SPT Pajak
Pertambahan Nilai dengan menggunakan e-SPT. Kewajiban penggunaan
e-SPT tersebut adalah untuk:
a. Setiap Pengusaha Kena Pajak badan, dan
b. Pengusaha Kena Pajak orang pribadi yang:
1) melaporkan lebih dari 25 (dua puluh lima) dokumen (Faktur
Pajak/dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan
Faktur Pajak dan/atau Nota Retur/Nota Pembatalan) pada salah
satu Lampiran SPT dalam 1 (satu) Masa Pajak; atau
2) jumlah seluruh penyerahan barang dan jasanya dalam 1 (satu)
Masa Pajak Rp400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah) atau lebih.
Dengan adanya surat edaran tersebut, diharapkan PKP akan lebih
mudah dalam membuat dan melaporkan pajak mereka, karena semuanya
sudah dikomputerisasi dengan aplikasi e-SPT yang telah disediakan oleh
24
Direktorat Jenderal Pajak, sehingga setiap aturan dalam kode-kode Faktur
Pajak akan dapat lebih mudah diterapkan oleh PKP. Selain itu, perhitungan
dari jumlah Pajak Masukan dan Pajak Keluaran serta selisih dari Pajak
Masukan dan Pajak Keluaran akan secara otomatis dihitung oleh aplikasi.
Hal tersebut selain membuat pembuatan SPT menjadi lebih mudah, juga
akan menjadi lebih cepat. Sementara untuk Induk SPT Masa PPN 1111
yang tetap disampaikan dalam bentuk formulir kertas (hard copy), dapat
dicetak dari aplikasi e-SPT tersebut.
Dengan penggunaan e-SPT, Dirjen Pajak juga akan lebih mudah
dalam melacak Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak yang digunakan oleh
PKP. Aplikasi e-SPT yang digunakan oleh PKP adalah aplikasi yang
dibuat oleh Dirjen Pajak, sehingga setiap PKP akan menggunakan aplikasi
yang sama. Dengan begitu, Dirjen Pajak dapat melacak Pajak Masukan
dengan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak tertentu dibandingkan dengan
Pajak Keluaran dengan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak yang sama.
Jika Pajak Masukan dan Pajak Keluaran memiliki Kode dan Nomor Seri
Faktur Pajak tersebut, maka Faktur Pajak yang dimasukkan sudah benar,
tetapi jika salah satu tidak ada, maka Dirjen Pajak dapat mengetahui
bahwa salah satu dari Faktur Pajak tersebut tidak benar, atau salah satu
dari PKP belum membayar kewajiban pajaknya. Hal tersebut, akan dapat
dilakukan dengan mudah dan cepat menggunakan Teknologi Informasi,
dalam hal ini setelah PKP menggunakan e-SPT.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Dari pemaparan yang sudah penulis sampaikan di atas, penulis
mengambil simpulan sebagai berikut:
1. Penggantian peraturan baru untuk PTKP berupa kenaikan PTKP
diharapkan dapat membuat Wajib Pajak mulai sadar akan pentingnya
untuk membayar pajak, karena kenaikan PTKP tersebut berarti pajak yang
harus dibayarkan oleh Wajib Pajak relatif lebih kecil.
2. Penggantian peraturan baru untuk Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak
diharapkan mampu mencegah timbulnya manipulasi Kode dan Nomor Seri
Faktur Pajak oleh PKP berupa penerbitan Faktur Pajak fiktif, selain itu
juga diharapkan agar pengusaha yang belum menjadi PKP tidak lagi bisa
menerbitkan Faktur Pajak.
3. Penggantian peraturan baru untuk penggunaan e-SPT diharapkan dapat
membuat PKP lebih mudah dan cepat dalam pembuatan SPT. Selain itu,
penggunaan e-SPT juga dapat mempermudah Dirjen Pajak untuk melacak
Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak yang digunakan oleh PKP.
B. SARAN
Adapun saran-saran yang bisa penulis sampaikan setelah melakukan
pemagangan dan membuat laporan magang, serta menelaah isu-isu yang ada
adalah:
1. Meskipun terdapat kenaikan PTKP, tetapi sebaiknya pemerintah juga
mempertimbangkan adanya kenaikan upah yang dituntut oleh masyarakat
(buruh), sehingga kenaikan PTKP tersebut tetap dapat membuat Wajib
Pajak lebih sadar untuk membayar pajak.
2. Sebaiknya adanya peraturan untuk Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak
yang baru benar-benar disosialisasikan dengan baik, karena selama
25
26
pemagangan penulis masih mendapati beberapa perusahaan yang belum
menggunakan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak yang baru.
3. Perlu adanya pelatihan khusus dalam penggunaan e-SPT, sehingga PKP
tidak bingung dalam menjalankan aplikasi e-SPT tersebut, dan aplikasi
tesebut benar-benar membantu PKP dalam membuat dan menghitung SPT
mereka. Selain itu, sedikit masalah ketika PKP harus mencetak e-SPT
menjadi SPT formulir kertas (hard copy) harus mulai diperbaiki untuk
aplikasi e-SPT selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org
http://www.investor.co.id
http://www.ortax.org
http://www.pajak.go.id
Pendidikan Profesi Akuntansi FEB UGM. 2011. Panduan Praktek Pemagangan Profesi Akuntansi. Yogyakarta: P3A FEB UGM.
Penelitian dan Pelatihan Ekonomika dan Bisnis FEB UGM. 2013. Modul Short Course Perpajakan Brevet A dan B. Yogyakarta: P2EB FEB UGM.
TaxHouse MitraNata. 2013. Modul 1 Pelatihan Pajak Aplikatif Brevet A dan B. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pelatihan Pajak TaxHouse MitraNata.
_______. 2013. Modul 2 Pelatihan Pajak Aplikatif Brevet A dan B. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pelatihan Pajak TaxHouse MitraNata.
Waluyo, Dr., M.Sc., Ak. 2011. Perpajakan Indonesia Edisi 10 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
27
LAMPIRAN
28
29
Lampiran 1: Jurnal Kegiatan Magang
No. Tanggal Jam Kegiatan1 10 Mei 2013 09.00-12.00 Pemahaman Materi tentang proses magang dan
gambaran umum tentang TaxHouse MitraNata2 13 Mei 2013 09.00-15.00 Pretest, pembahasan dan pemberian tugas
untuk mencari daftar alamat perusahaan-3 14 Mei 2013 09.00-15.00 Penjelasan materi PPN dan latihan pembuatan
Faktur Pajak Afafa Batik4 15 Mei 2013 09.00-15.00 Penyelesaian pembuatan Faktur Pajak PT
Powercon dan PT Daya Gagas Komunika5 16 Mei 2013 09.00-18.00 Penyelesaian pembuatan Faktur Pajak PT
Powercon dan PT Daya Gagas Komunika, dan latihan pembuatan SPT PPh Badan BPR
6 17 Mei 2013 09.00-18.00 Penjelasan materi PPh Orang Pribadi dan penyelesaian pembuatan SPT PPh Badan BPR
7 20 Mei 2013 09.00-15.00 Latihan pengerjaan PPh OP Adi Anggarwijaya, Fatma, Gery Sukamta, Desi Marsadianti, Hendra Gusrizal, Amaulina Pohan dan M. Yusuf dan mencari daftar alamat perusahaan-
8 21 Mei 2013 09.00-15.00 Pratik pelaporan pajak ke KPP Pratama Sleman dan Pengerjaan latihan pembuatan SPT
9 22 Mei 2013 09.00-15.00 Lanjutan pengerjaan PPh OP Adi Anggarwijaya, Fatma, Gery Sukamta, Desi Marsadianti, Hendra Gusrizal, Amaulina Pohan
10 23 Mei 2013 09.00-15.00 Lanjutan pengerjaan PPh OP Adi Anggarwijaya, Fatma, Gery Sukamta, Desi Marsadianti, Hendra Gusrizal, Amaulina Pohan
11 24 Mei 2013 09.00-15.00 Penyelesaian pengerjaan PPh OP Adi Anggarwijaya, Fatma, Gery Sukamta, Desi Marsadianti, Hendra Gusrizal, Amaulina Pohan
12 27 Mei 2013 09.00-15.00 Penjelasan materi PPh 21 dan latihan pengerjaan PPh 21 Budi, Cantika, Deni, dan
13 03 Juni 2013 09.00-15.00 Latihan dan penyelesaian pengerjaan PPh 21 Budi, Cantika, Deni, dan Edo
14 04 Juni 2013 09.00-15.00 Penjelasan materi PPh Badan dan pengerjaan PPh Badan Perusahaan Kreta Product
15 05 Juni 2013 09.00-15.00 Penyelesaian dan penyusunan SPT Tahunan PPh Badan Perusahaan Kreta Product
16 07 Juni 2013 09.00-15.00 Pengerjaan tugas PPh Badan dan penyusunan SPT Tahunan PPh Badan Perusahaan PT Sinar
30
17 10 Juni 2013 09.00-15.00 Diskusi kasus dan pengerjaan kasus PPN Perusahaan CV Mitra Prima Utama
18 11 Juni 2013 09.00-15.00 Penyelesaian kasus PPN Perusahaan CV Mitra Prima Utama
19 12 Juni 2013 09.00-15.00 Pembuatan Faktur Pajak Masukan Bulan April dan Mei Perusahaan Ar RazaaQ (K-24)
20 13 Juni 2013 09.00-16.00 Penyelesaian pembuatan Faktur Pajak Masukan Bulan April dan Mei Perusahaan Ar
Pengawas, .
Hersona, SH, SE
Yang Bersangkutan,
Faozan El Mufid
31
Lampiran 2: Contoh Kegiatan Pembuatan SPT dan SSP PPh Orang Pribadi
Catatan:
1. Nama-nama dan alamat-alamat yang tertera pada pelaporan ini sudah diganti
karena alasan kerahasiaan,
2. Penulis memberikan contoh untuk SPT PPh OP 1770 SS, SPT PPh OP 1770
S, dan SPT PPh OP 1770,
3. Penggunaan kertas menggunakan ukuran A4, disesuaikan dengan ukuran yang
digunakan untuk pembuatan pelaporan ini, sehingga tidak sama dengan yang
seharusnya (menggunakan F4).
45
Lampiran 3: Contoh Kegiatan Pembuatan Faktur Pajak dan SPT PPN
Catatan:
1. Transaksi pada contoh ini bersifat dummy,2. Penulis memberikan contoh satu Faktur Pajak masing-masing sebelum April
2013 dan setelah April 2013, dan SPT PPN 1111DM dan SPT PPN 1111,3. Penggunaan kertas menggunakan ukuran A4, disesuaikan dengan ukuran yang
digunakan untuk pembuatan pelaporan ini, sehingga tidak sama dengan yang
seharusnya (menggunakan F4).
51
Lampiran 4: Kartu Bimbingan Laporan Praktik Pemagangan Profesi Akuntansi UGM