laporan mikrobiologi

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada, sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak. Sterilisasi harus dapat membunuh jasad renik yang paling tahan panas yaitu spora bakteri. Adanya pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri masih berlangsung dan tidak sempurnanya proses sterilisasi. Jika sterilisasi berlangsung sempurna, maka spora bakteri yang merupakan bentuk paling resisten dari kehidupan mikrobia akan diluluhkan. Sterilisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu pemanasan, penyaringan, radiasi, dan penambahan bahan kimia. Sedangkan sterilisasi dengan cara pemanasan dapat dilakukan dengan pemijaran, panas kering, uap air panas dan uap air panas bertekanan. Dalam melakukan suatu pekerjaan dalam praktek mikrobiologi sangat dipengaruhi oleh kebersihan suatu alat yang digunakan sehingga perlu dilakukan sterilisasi untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal pada saat melakukan penelitian. 1

Upload: maulidianurasifa

Post on 09-Jul-2016

23 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: laporan mikrobiologi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada hakikatnya, sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua

jasad renik yang ada, sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak

ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak. Sterilisasi harus dapat

membunuh jasad renik yang paling tahan panas yaitu spora bakteri. Adanya

pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri

masih berlangsung dan tidak sempurnanya proses sterilisasi. Jika sterilisasi

berlangsung sempurna, maka spora bakteri yang merupakan bentuk paling

resisten dari kehidupan mikrobia akan diluluhkan. Sterilisasi dapat dilakukan

dengan berbagai cara yaitu pemanasan, penyaringan, radiasi, dan penambahan

bahan kimia. Sedangkan sterilisasi dengan cara pemanasan dapat dilakukan

dengan pemijaran, panas kering, uap air panas dan uap air panas bertekanan.

Dalam melakukan suatu pekerjaan dalam praktek mikrobiologi sangat

dipengaruhi oleh kebersihan suatu alat yang digunakan sehingga perlu

dilakukan sterilisasi untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal pada saat

melakukan penelitian.

Oleh karena itu, peran sterilisasi sangat penting dalam bidang

mikrobiologi, maka dilakukanlah praktikum kali ini untuk mempelajari

beberapa alat yang biasanya digunakan dalam proses sterilisasi.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan pada praktikum kali ini adalah:

Agar mahasiswa mengetahui macam-macam sterilisasi.

Agar mahasiswa mengetahui cara sterilisasi menggunakan

Autoklaf dan Laminar Air Flow (LAF).

1

Page 2: laporan mikrobiologi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sterilisasi

Sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses untuk mematikan

semua organisme yang terdapat pada atau dalam suatu benda. Salah satu cara

yang umum dipakai dalam sterilisasi adalah sterilisasi panas lembap atau

sterilisasi basah (Kadaryanto, 2006).

Sterilisasi adalah pemanasan yang dapat menyebabkan inaktivasi mikroba

dan enzim sehingga produk dapat tahan lama (Yudhabuntara, 2012)

2.2 Macam-macam Sterilisasi

Sebelum digunakan media harus disterilkan, yaitu dibebaskan dari semua

organisme hidup. Cara mensterilkan media yang paling umum dilakukan yaitu

dengan perlakuan panas lembap. Bergantung pada macam bahan yang akan

disterilkan, steritisasi dapat puta dilakukan dengan perlakuan panas kering,

kimia, penyaringan, atau radiasi.

1. Sterilisas dengan panas lembap

Sterilisasi dengan panas lembap biasanya dilakukan di dalam suatu

bejana logam yang disebut autoklaf. Sterilisasi ini dilakukan dengan uap

air jenuh bertekanan 15 lb/in2 selama 15 menit pada suhu 121° C. Suhu

tersebut merupakan suhu sterilisasi terbaik untuk bahan-bahan yang akan

disimpan dalam waktu yang cukup lama. Hubungan anrara tekanan dan

suhu rersebut hanya berlaku bagi tempat-tempat pada permukaan taut.

Untuk tempat-tempat di atas permukaan taut diperlukan tekanan yang

lebih tinggi untuk mencapai suhu yang sama.

Autoklaf pada umumnya digunakan untuk mensterikan bahan-

bahan yang dapat ditembus oleh kelembapan (tidak menolak air) tanpa

merusaknya. Contoh bahan yang dapat disterilkan dengan autokaf ialah

media biakan, larutan, kapas, sumbat karet, dan peralatan laboratorium.

Kontak langsung antara uap air dan benda yang akan disterilkan

amat penting bagi keberhasilan sterilisasi. Penataan muatan di dalam

2

Page 3: laporan mikrobiologi

autoklaf harus agak longgar sehingga memungkinkan tekanan uap air

menembus ke seluruh bahan-bahan yang disterilkan tersebut.

Pengaruh panas lembap di dalam proses sterilisasi ialah

mengkoagulasikan protein-protein mikrob (termasuk enzim-enzimnya)

dan mengaktifkannya secara searah (tak terbalikkan). Proses sterilisasi

dapat berjalan dengan baik jika di dalam autoklaf hanya terdiri atas uap air

sa’a tanpa ada udara. Oleh karena itu, udara yang ada di dalam autoklaf

harus dikeluarkan dahulu. Setetah di dalam autokiaf tidak ada udara lagi,

uap air dibiarkan mengisi ruangan sampai suhu mencapai 1210C. Setelah

suhu tersebut tercapai masih diperlukan waktu antara 11—12 menit untuk

mematikan endospore bakteri yang tahan panas.

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam sterilisasi antara

lain kepadatan muatan, volume cairan dan ukuran wadah yang dipakai.

Umumnya bahan yang memakan tempat dan mendekati kedap air

memerlukan pemanasan lebih lama. Volume media di dalam botol atau

labu jangan sampai melebihi dua pertiga tinggi-tinggi wadah. Wadah

sterilisasi yang berukuran kecil semakin baik digunakan. Sebagai contoh

jika ingin mensterilkan lima liter media lebih baik menggunakan lima lahu

yang masing-masing berisi sama liter media daripada mcnggunakan saw

labu yang berisi lima Liter media. Volume yang lehih kecil memerlukan

waktu sterilisasi yang lebih pendek. Jadi, lamanya siklus sterilisasi harus

disesuaikan dengan ukuran dan jumlah wadah. Hal yang harus

diperhatikan pula yaltu bocol tidak boleh disumbat terlalu ketat schingga

kedap udara. Untuk menyumbat dapat digunakan kapas yang kemudian

dilindungi dengan kertas atau aluminium foil supaya kapas tidak terkena

tetesan air sewaktu sterilisasi. Apabila perlu, dapat juga digunakan sumbat

karet, tutup sekrup, atau tutup plastik. Laju pendinginan dan pembebasan

tekanan harus dilakukan dengan perlahan-lahan untuk mencegah pecahnya

perangkat kaca pada waktu siklus sterilisasi telah selesai. Untuk itu, suhu

di dalam autoklaf hama dibiarkan turun kembali seperti suhu kamar

sebelum tutup autoklaf dibuka.

2. Sterilisasi dengan panas kering

3

Page 4: laporan mikrobiologi

Sterilisasi dengan panas kering dilakukan dengan menggunakan

oven. Sterilisasi dengan pemanasan kering sering kali digunakan untuk

mensterilkan perangkat kaca. Dalam keadaan kering, struktur protein

bersifat lebih stabil dan tidak mudah rusak sehingga untuk mematikan

organisme diperlukan suhu panas kering yang jauh lebih tinggi dan lebih

lama bila dibandingkan dengan suhu pada pemanasan lembap.

3. Sterilisasi dengan perlakuan kimia

Untuk mensterilkan bahan-bahan yang terurai pada suhu tinggi

digunakan uap kimia yang bersifar racun. Beberapa zat yang dapat

digunakan untuk tujuan ini ialah etilen oksida, formaldehida, dan

glutaraldehida alkalin. Lamanya perlakuan berkisar antara 2-18 jam

bergantung pada zat kimia yang digunakan.

Etilen oksida merupakan zat kimia yang paling umum digunakan

untuk sterilisasi. Namun, zat kimia rersebut kebanyakan digunakan dalam

industri dan tidak untuk pekerjaan sehari-hari di laboratorium karena

sifatnya yang berbahaya sehingga memerlukan penanganan yang rumit

dan ketat. Perlakuan desinfeksi pada meja kerja setiap kali sebelum mulai

bekerja dan sesudah selesai bekerja termasuk steritisasi dengan perlakuan

kimia. Zat kimia yang digunakan umumnya alkohol 70%.

4. Sterilisasi dengan penyaringan

Sterilisasi bahan yang tidak tahan panas, seperti misalnya ekstrak

tanaman, media sintetik tertentu, dan antibiotik dilakukan dengan

penyaringan. Dasar metode ini semata-mata ialah proses mekanis yang

membersihkan laruran atau suspensi dan segala organisme hidup dengan

melewatkannya pada suatu saringan, misalnya menggunakan saringan

Seltz.

5. Sterilisasi dengan radiasi

Cara lain untuk sterilisasi ialah menggunakan radiasi. Radiasi

biasanya digunakan untuk mensterilkan bahan terrentu (misal tanah

gambut sebagai bahan pembawa bakteri bintil akar) dan dilakukannya di

dalam ruangan khusus. Bahan radiasi yang umum digunakan yaitu sinar

gamma (Gunawan, 2008).

4

Page 5: laporan mikrobiologi

Menurut (Lay,1982), sterilisasi ada 2 jenis yaitu:

1) Sterilisasi dengan cara fisik

a. Pemanasan

Air dan uap adalah media panas yang baik. Dalam waktu relatif

singkat, alat yang akan disterilkan akan mencapai suhu yang

diinginkan. Udara adalah penyalur panas yang kurang baik. Oleh

karena itu, untuk mecapai suhu yang diinginkan akan membutuhkan

waktu yang cukup lama.

1. Panas kering

Cara ini untuk membunuh mikroba hanya memakai udara

panas kering yang tinggi. Sterilisasi panas kering dibedakan atas:

Panas membara

Dengan jalan menaruh benda yang akan di sterilkan dalam

nyala api bunsen sampai merah membara. Alat yang

disterilkan yaitu sengkelit, jarum, ujung pinset dan ujung

gunting.

Melidah – apikan

Dengan melewatkan benda dalam api bunsen, namun tidak

sampai menyala terbakar. Alat yang disterilkan yaitu

scalpel, kaca benda, mulut tabung dan mulut botol.

Udara kering

Oven merupakan ciri umum yang dimaksud. Alat ini

terbuat dari kotak logam, udara yang terdapat di dalamnya

mendapat udara panas melalui panas dari nyala listrik. Alat

yang disterilkan yaitu tabung reaksi, cawan petri, pipet,

scalpel dari logam, gunting dan botol. Pemanasan satu jam

dengann temperatur 160 oC dianggap cukup.

2. Panas Basah

Yang dimaksud panas basah adalah pemansan

menggunakan air atau uap air. Uap air adalah media penyalur

panas yang terbaik dan terkuat daya penetrasinya. Panas basah

mematikan mikroba. Oleh karena koagulasi dan denaturasi enzim

5

Page 6: laporan mikrobiologi

dan protein protoplasma mikroba. Untuk mematikan spora

diperlukan panas basah selama 15 menit pada suhu 121 oC.

Sterilisasi panas basah dapat dibedakan atas tiga golongan yaitu:

Panas basah <100 oC (Pasteurisasi)

Pasteurisasi yaitu pemanasan pada suhu 60 oC selama 30

menit. Pasteurisasi tidak dapat membunuh spora atau

dipanaskan pada suhu 71,6 – 80 oC selama 15 – 30 detik

kemudian cepat – cepat didinginkan.

Panas basah pada suhu 100 oC

Di sini menggunakan air mendidih (suhu 100 oC) selama 10

menit. Untuk mematikan bentuk spora dilakukan pemansan

3 hari berturut – turut selama 15 – 45 menit sehingga spora

yang tidak mati pada pemanasan pertama akan beruah

menjadi bentuk vegetatif pada hari kedua seteleh inkubasi

pada shu 37 oC begitu pula spora yang tidak mati pada hari

kedua, akan berubah menjadi bentuk vegetatif pada hari

ketiga.

Panas basah >100 oC

Sterilisasi dengan cara ini hasilnya mutlak steril, sehingga

biasa dipergunakan di rumah sakit dan laboratorium besar.

Cara ini menggunakan tangki yang diisi dengan uap air

yang disebut autoclave. Alat yang disterilkan adalah alat

dari kaca, kain kasa, media pembenihan, cairan injeksi, dan

bahan makanan.

b. Filtrasi / Penyaringan

Penyaringan dilakukan dengan mengalirka larutan melalui suatu

alat penyaringan yang memiliki pori–pori cukup kecil. Untuk menahan

mikroorganisme dengan ukuran tertentu. Saringan yang umum

digunakan tidak dapat menyaring virus. Penyaringan dilakukan dengan

untuk mensterilkan cairan yang tidak tahan terhadap pemanasan

dengan suhu tinggi seperti : serum, larutan yang mengandung enzim,

toksin kuman, ekstrak  sel, antibiotik dan asam amino.

6

Page 7: laporan mikrobiologi

c. Radiasi / Penyinaran

Mikroorganisme dapat dibunuh dengan penyinaran yang memakai

sinar ultrraviolet yang panjang gelombangnya antara 220 – 290 nm.

Radiasi paling efektif adalah 253,7 nm. Sinar matahari langsung

mengandung sinar ultraviolet 290 nm, sehingga sinar matahari adalah

sinar yang bersifat bakterida yang baik.

2) Sterilisasi Dengan Cara Kimia

Zat kimia yang dapat digunakan untuk sterilisasi dapat berwujud:

a) Gas: Ozon, formaldehyde, ethylene oxide gas

b) Larutan : deterjen, iodium, alkohol, peroksida fenol, formalin,

AgNO3 dan merkuroklorid

Sterilisasi dengan cara kimia antara lain dengan disinfektan. Daya

kerja antimikroba disinfektan ditentukan oleh konsentrasi, waktu dan

suhu. Beberapa contoh desinfektan yang digunakan antara lain:

Desinfektan lingkungan misalnya:

1. Untuk permukaan meja: lisol 5%, formalin 4% dan alcohol.

2. Untuk di udara: natrium hipoklorit 1%, lisol 5% atau senyawa

fenol lain.

3. Desinfektan kulit atau luka: dicuci denngan air sabun, providon

yodium dan etil alkohol 70%.

7

Page 8: laporan mikrobiologi

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 Maret 2016 pukul 14.30 WIB di

Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan diantaranya adalah Laminar Air Flow

(LAF), laptop, infokus, alat tulis dan kertas HVS A4.

3.3 Cara Kerja

Adapun cara kerja dalam praktikum kali ini adalah :

1. Disiapkan alat-alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini.

2. Diperkenalkan bagian-bagian Laminar Air Flow (LAF) beserta fungsi

dan cara kerjanya oleh asisten laboratorium mikrobiologi umum.

3. Diperlihatkan video tentang cara penggunaan Laminar Air Flow (LAF)

dan Autoklaf yang baik dan benar.

4. Digambarkan autoklaf dan LAF dengan bagian-bagiannya di kertas

HVS A4.

8

Page 9: laporan mikrobiologi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

No Gambar Keterangan

1. Laminar Air Flow (LAF) Kelas I 1. Tombol blower

2. Tombol lampu UV

3. Tombol lampu biasa

4. Lampu UV

5. Kaca steril

6. Filter

7. Area kerja

8. Lampu biasa

2. Laminar Air Flow (LAF) Kelas II 1. Tombol kontrol dan

layar LCD

2. Lampu UV

3. Area kerja

4. Kelep pengering

5. Tombol depan ABS

6. Tombol on-off

7. Penutup belakang

8. Soket

9. Kaki Laminar

10. Remot Kontrol

11. Tombol Kaki

9

Page 10: laporan mikrobiologi

3. Laminar Air Flow (LAF) Kelas III 1. Pengukur Tekanan

2. Area Kerja

3. Sarung Tangan

4. Tombol Power

5. Kotak Masukan

6. Klep Pengering

4. Autoklaf 1. Timer

2. Katup pengeluaran uap

3. Pengukur tekanan

4. Kelep pengaman

5. Tombol on-off

6. Termometer

7. Lempeng sumber

panas

8. Aquades

9. Sekrup pengaman

10. Batas penambahan air

4.2 Pembahasan

Sterilisasi merupakan kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda

dari semua bentuk kehidupan mikroba. Pada dasarnya, sterilisasi dapat

dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi. Sterilisasi

secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat

kecil (0,22 mikron atau 0,45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada

saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka

panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik. Sterilisasi secara fisik dilakukan

dengan cara pemanasan atau penyinaran. Pemanasan dapat dilakukan dengan

cara pemijaran, pemanasan kering, menggunakan uap air panas, dan

10

Page 11: laporan mikrobiologi

menggunakan uap air panas bertekanan. Sterilisasi fisik terdiri dari

pemanasan, filtrasi atau penyaringan, dan radiasi. Tujuan dari sterilisasi

adalah usaha untuk membebaskan alat dari kontaminasi mikroba.

Salah satu alat yang digunakan untuk sterilisasi alat atau bahan di

laboratorium adalah autoklaf. Autoklaf adalah alat yang berfungsi untuk

sterilisasi dengan uap panas bertekanan. Autoklaf digunakan untuk

mensterilisasi alat-alat gelas, kayu, plastik, larutan dan medium yang tidak

tahan terhadap suhu tinggi. Autoklaf juga dapat digunakan untk mensterilkan

mikroba. Adapun bagian-bagian dari autoklaf adalah panik luar, panik dalam

untuk meletakkan alat dan saluran uap, bagian penutup terdiri dari penunjuk

tekanan dan saluran uap, terdapat katup dan pengunci. Untuk mematikan

spora diperlukan panas basah selama 15 menit pada suhu 121oC dan tekanan

2 atm.

Cara kerja penggunaan autoklaf, mula-mula cek kondisi aquades dalam

autoklaf, apabila kurang, maka autoklaf diisi dengan aquades sampai elemen

pemanas terendam air. Alat-alat yang ingin disterilkan harus terlebih dahulu

dibungkus dengan alumunium foil dan bagian mulutnya ditutup dengan

kapas. Hal ini dilakukan untuk menghindari terbentuknya uap air didinding

dan didalam alat-alat yang dipanaskan. Kemudian, alat yang akan disterilkan

disusun sedemikian rupa pada wadah alumunium dan diantara wadah-wadah

tersebut diberi rongga untuk pergerakan uap air dan udara. Kemudian

autoklaf ditutup, lalu sekrup atau baut-baut yang ada di bagian atas tubuh

sterilisator dicocokkan dengan tempatnya yang terletak pada tutup. Baut-baut

yang berlawanan letaknya diputar serentak bersama-sama, agar tutup berada

di tengah-tengah. Lalu, pengatur katup pengaman dibuka untuk mengeluarkan

udara yang ada di dalam tubuh autoklaf. Katup ditutup apabila uap air sudah

keluar cukup banyak (terdengar bunyi desis) dari katup pengaman. Suhu dan

tekanan autoklaf akan naik. Skala suhu dan tekanan dibaca sampai mencapai

suhu 1210C dengan tekanan 15 lb. Suhu distabilkan selama 15 menit dengan

cara mengatur sumber panas. Setelah 15 menit, sebelum membuka tutup

autoklaf, tekanan dibiarkan sampai mencapai nol. Kemudian, pengatur katup

pengaman dibuka setelah tekanan autoklaf mencapai nol, katup pengaman

11

Page 12: laporan mikrobiologi

dibuka dengan cara meluruskannya untuk mengeluarkan sisa uap air yang

masih ada dalam autoklaf. Mur dan baut dikendurkan, tutup autoklaf dibuka

dengan cara diputar kemudian diangkat. Bahan yang telah diserilkan,

dikeluarkan dari autoklaf, kemudian didinginkan.

Menurut Suhardi dalam bukunya yang berjudul Pedoman Keselamatan

Kerja di Labolatorium Mikrobiologi dan Rumah Sakit pada tahun 2008,

Laminar Air Flow merupakan kabinet kerja yang disterilkan untuk kerja di

tempat yang memiliki resiko mikrobiologi. LAF memiliki suatu pengatur

aliran udara yang menciptakan aliran udara kotor (dimungkinkan ada

kontaminan) untuk disaring dan diresirkulasi melalui filter. LAF dirancang

untuk melindungi operator, seluruh lingkungan labolatorium dan material

kerja dari penyebaran aerosol beracun dan infeksius. Kegiatan labolatorium

seperti inokulasi kultur sel, suspensi cairan dari senyawa infeksius,

homogenisasi, dan pengocokan material infeksius, sentrifugasi dari cairan

beracun, atau bekerja dengen hewan dapat menimbulkan aerosol beracun.

Laminar air flow (LAF) digunakan sebagai ruangan untuk bekerja

secara steril. Alat ini berbentuk seperti meja, prinsip kerjanya adalah

pengaseptisan suatu ruangan berdasarkan aliran udara laminar secara

horizontal dari dalam keluar sehingga kontaminasi udara dapat diminimalkan.

Sebelum menggunakan alat ini, sebaiknya tangan kita diberi alkohol terlebih

dahulu. LAF sendiri memiliki prinsip penyaringan udara. Pada saat

menggunakan LAF sebaiknya kita lebih mengetahui alat yang lebih baik

menggunakan tangan kiri atau tangan kanan. Selain itu, alat dan bahan yang

akan digunakan harus ditata sedemikian rupa agar tidak overload dan

mengganggu jalannya pengamatan.

Laminar Air Flow sendiri memiliki beberapa tipe, antara lain adalah

LAF kelas 1, 2 dan 3. Menurut U.S. Departement of Health and Human

Services pada tahun 2007 dalam bukunya yang berjudul Biosafety in

Microbiological and Biomedical Labolatories, LAF kelas 1 dirancang untuk

melindungi praktikan/peneliti , aliran udara yang keluar disaring dengan

HEPA filter. Pada LAF kelas 1 tidak terdapat resirkulasi udara. Udara luar

dapat masuk melewati area kerja, oleh karena itu LAF ini tidak untuk

12

Page 13: laporan mikrobiologi

perlindungan produk. Ruang terbuka memungkinan operator untuk

menjangkau permukaan bidang kerja, jendela dapat dibukaseluruhnya untuk

untuk menyediakan akses pada bidang kerja. Merupakan ruang bertekanan

negatif yg memiliki percepatan minimum 0,38 m/s. LAF jenis ini cocok untuk

bekerja dengan radio nuklida dan bahan kimia beracun yang nonvolatile.

Dengan pesatnya penggunaan sel dan kultur jaringan untuk

perkembangbiakan virus dan tujuan lain, tidak ada pilihan yang lebih baik

selain udara ruang yang tidak disterilkan agar tidak melewati permukaan

bidang kerja. LAF kelas II dirancang tidak hanya untuk melindungi personil

tetapi juga untuk melindungi material permukaan bidang kerja dari udara

yang telah tercemar. Merupakan open-front, berventilasi, menggunakan

HEPA filter, memiliki resirkulasi udara kedalam bidang kerja. Dapat

digunakan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan senyawa infeksius.

Dapat pula digunakan untuk kelompok resiko 4 jika memakai APD dan

tekanan udara positif. LAF kelas II ini terdiri dari 4 jenis yaitu: tipe A1,

A2,B1, dan B2. Pada LAF kelas II tipe A1, tidak harus ada ventilasi keluar,

cocok untuk labolatorium yg tidak punya saluran perpipaan. Digunakan untuk

agen yg memiliki resiko rendah, dan tidak mengandung bahan kimia beracun

yg volatil dan radionuklida volatil. Percepatan udara masuk minimal 0,38-0.5

m/s pada bukaan depan. Mungkin memiliki tekanan positif pada

contaminated duct dan plenum. jika udara dimungkinkan dibuang keluar

gedung maka udara tersebut akan memasuki suatu tudung kanopi thimble

dimana kesimbangan tekanan dalam kabinet tidak terganggu oleh fluktuasi

dalam exhaust sistem. Berbeda dengan, LAF kelas II tipe A2, LAF ini

memiliki ventilasi keluar, sehingga ada resirkulasi udara. Sebanyak 30%

dibuang keluar dan 70% masuk kembali kedalam ruangan, percepatan udara

masuk minimal 0,5 m/s atau 100ft/min. Memiliki duct dan plenum dengan

tekanan negatif cocok untuk bekerja dengan bahankimia beracun dan

radionuklida volatile tingkat rendah. Pada LAF kelas II tipe B1, Sebanyak

70% udara dibuang keluar dan 30% masuk kembali kedalam ruangan.

Memiliki duct dan plenum dengan tekanan negatif, percepatan minimal 0,5

m/s. cocok untuk bekerja dgn bahan kimia beracun dan radionuklida volatile

13

Page 14: laporan mikrobiologi

konsentrasi rendah. Sedangkan, LAF kelas II tipe B2 tidak ada resirkulasi

udara, 100% udara dibuang. Memiliki duct dan plenum dengan tekanan

negatif, percepatan minimal 0,5 m/s, cocok untuk bekerja dengan bahan kimia

beracun dan radionuklida volatile. LAF ini juga memiliki alarm yang akan

berbunyi jika aliran penghisap berhenti. Pada LAF kelas III, menyediakan

tingkat perlindungan paling tinggi. Semua penetrasi disegel kedap gas.

Pasokan udara melaui saringan HEPA dan buangan juga melewati HEPA.

Udara di dalam kabinet tetap bertekanan negatif (124,5 Pa/ 0,5 in). Akses

kedalam ruangan harus memaki sarung tangan yg terikat ports didalam

kabinet. HEPA buangandapat disambungkan dengan pintu ganda autoklaf

agar semua senyawa infeksius dapat steril. Globe box dapat digabungkan

untuk memperluas permukaan bidang kerja.

Menurut Hadioetomo dalam bukunya yang berjudul Mikrobiologi

Dasar dalam Praktek pada tahun 1993, pada saat melakukan sterilisasi, kita

sebenarnya memaparkan uap jenuh pada tekanan tertentu selama waktu dan

suhu tertentu pada suatu objek, sehingga terjadi pelepasan energi laten uap

yang mengakibatkan pembunuhan mikroorganisme secara inversibel akibat

denaturasi atau koagulasi protein sel. Seperti apa yang dipaparkan Lucas,

Sterilisasi yang demikian merupakan metode yang paling efektif dan ideal

karena uap merupakan pembawa (carrier) energi termal paling efektif dan

semua lapisan pelindung luar mikroorganisme dapat dilunakkan, sehingga

memungkinkan terjadi koagulasi. Selain itu juga karena bersifat nontoksik,

mudah diperoleh, dan relatif mudah dikontrol. Faktor-faktor yang

mempengaruhi sterilisasi uap menurut Indra, yaitu waktu, apabila

mikroorganisme dalam jumlah besar dipaparkan terhadap uap jenuh pada

suhu yang konstan, maka semua mikroorganisme tidak akan terbunuh pada

saat bersamaan. Kemudian suhu, peningkatan suhu akan menurunkan waktu

proses sterilisasi secara dramatis. Lalu kelembapan, efek penambahan daya

bunuh pada sterilisasi uap disebabkan kelembapan akan menurunkan suhu

yang diperlukan agar terjadi denaturasi dan koagulasi protein.

14

Page 15: laporan mikrobiologi

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa, sterilisasi merupakan suatu usaha untuk mensterilasasi

alat agar tidak terkontaminasi dengan mikroba, atau dengan kata lain

sterilisasi merupakan kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari

semua bentuk kehidupan mikroba. Setiap alat sterilisasi memiliki fungsi

dengan dan teknik penggunaan yang berbeda-beda. Autoklaf merupakan alat

sterilisasi alat dan bahan yang menggunakan metode uap air panas

bertekanan. Sementara Laminar Air Flow (LAF) adalah alat bantu kerja untuk

membantu melakukan penelitian lebih aseptis. LAF sendiri terbagi menjadi 3

kelas, yaitu kelas 1, kelas 2 dan kelas 3.

5.2 Saran

Sebaiknya praktikan lebih tertib dalam melaksanakan praktikum agar

pemahaman yang dapat diambil lebih baik lagi.

15

Page 16: laporan mikrobiologi

DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, Agustin Wydia. 2008. Usaha Pembibitan Jamur. Bogor: Penebar

Swadaya

Hadioetomo, Ratna Siri. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta:

PT.Gramedia Pustaka Utama

Indra. 2008. Sterilisasi. http//ekmon-saurus/bab-3-Sterilisasi/html. Diakses pada

tanggal 17 Maret 2016 pukul 02.11 WIB

Kadaryanto, dkk. 2006. Biologi 1. Jakarta: Yudhistira Ghalia Indonesia

Lay, B. W dan Hastowo. 1982. Mikrobiologi. Rajawali Press: Jakarta

Suhardi, Sri Harjati. 2008. Biosafety: Pedoman Keselamatan Kerja di

Labolatorium Mikrobiologi dan Rumah Sakit. Jakarta: PT Multazam Mitra

Prima

U.S. Departement of Health and Human Services, Central for Disease Control and

Prevention. 2007. Biosafety in Microbiological and Biomedical

Labolatories. Washington DC: U.S. Government Printing Office

Yudhabuntara, Doddi. 2012. Pengendalian Mikroorganisme dalam Bahan

Makanan Asal Hewan. Jurnal Mikrobiologi. Vol (1). Hal 5

16