laporan modul ii henti jantung
TRANSCRIPT
LAPORAN TUTORIAL
MODUL
HENTI JANTUNG
KELOMPOK IV
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2011
FANY C12108105
ARIYATI AMIN C12108251
ASRINAH SYAFRUDDIN C12108255
RIKAWATI C12108258
SITI KUMALA SARI C12108263
HAYYU SITORESMI C12108269
SITTI RUKMANA C12108284
DARMIAH DALLE C12108289
ISNAH ARIYANTI C12108294
RAHMAWATI ISKANDAR C12108309
IRSYANDI C12108312
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya lah sehingga laporan henti jantung ini dapat terselesaikan tepat waktu. Tujuan
ditulisnya makalah ini untuk melengkapi salah satu tugas penulis dalam memenuhi tugas
pada sistem perkuliahan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin.
Terima kasih juga penulis ucapkan pada pihak-phak yang telah membantu penulis
menyelesaikan makalah ini sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.
Selanjutnya sangat disadari pula bahwa susunan, bahasa, dan penyajian laporan ini masih
jauh dari sempurna karena penulis hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan.
Sebagaimana kata pepatah “tak ada gading yang tak retak, tiada manusia yang sempurna”.
Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai upaya perbaikan dan
penyempurnaan kami terima dengan ikhlas.
Makassar, 13 April 2011
Kelompok IV
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 2
Bab II Pembahasan
A. Klarifikasi kata kunci 3
B. Problem Tree 4
C. Pertanyaan penting 4
D. Jawaban penting 5
Bab III Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Henti jantung dan luka bakar adalah dua hal yang pada dasarnya berbeda.
Perbedaan ini kadang membuat tim medis kebingungan jika dua hal ini terjadi secara
bersamaan. Henti jantung adalah suatu keadaan dimana jantung berhenti sehingga tidak
dapat memompakan darah ke seluruh tubuh. Ini bisa disebabkan oleh beberapa penyakit
jantung yag diderita oleh korban. Pada keadaan ini, jantung tidak dapat memompakan
darah ke seluruh tubuh sehingga aliran darah sistemik berhenti. Hal ini dapat
mengakibatkan kerusakan organ karena suplai darah ke seluruh organ tubuh berhenti atau
tidak tercapai. Organ yang paling pertama menerima efek buruk dari keadaan ini adalah
otak. Otak terdiri atas banyak sel – sel saraf dan sangat rentan akan masalah kekurangan
suplai oksigen. Diperkirakan jika sekitar dalam 5 – 10 menit suplai oksigen darah ke arah
otak berhenti, maka otak sudah mengalami kematian atau brain death. Oleh karena itu,
henti jantung harus segera ditindaki karena merupakan kasus gawat darurat dan bisa
menyebabkan kematian.
Sedangkan luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus
listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam
(Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001). Ini bisa disebabkan karena suhu tinggi, bahan
kimia, sengatan listrik, dan radiasi. Luka bakar yang tidak diatasi dengan tepat dapat
menyebabkan kematian.
Henti jantung dan luka bakar, keduanya dapat menyebabkan kematian dalam
waktu yang sangat singkat jika tidak diatasi dengan tepat. Karena ini, maka kedua
masalah ini digolongkan dalam masalah gawat darurat.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan uraian latar belakang di atas adalah
sebagai berikut :
1. Gambarkan patofisiologi luka bakar wajah sehingga menyebabkan henti jantung!
2. Sebutkan penyakit-penyakit jantung yang menyebabkan henti jantung (cardiac
arrest)!
3. Tuliskan masalah ABC pada luka bakar & henti jantung!
4. Tuliskan penanganan ABC pada luka bakar & henti jantung!
5. Jelaskan transportasi pada pasien luka bakar dan henti jantung!
6. Tuliskan ASKEP gawat darurat pada pasien dengan luka bakar!
7. Tuliskan ASKEP gawat darurat pada pasien dengan henti jantung!
8. Tuliskan pendidikan kesehatan yang diberikan pada keluarga dengan anggota keluarga
yang menderita penyakit jantung!
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah selesai melaksanakan tutorial, mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan
tentang tindakan gawat darurat, masalah airway, breathing, circulation, transportasi
korban, dan asuhan keperawatan pada klien dengan luka bkar dan henti jantung,
penyakit-penyakit jantung yang bisa menyebabkan henti jantung, dan pendidikan
kesehatan yang diberikan pada keluarga dengan anggota keluarga yang menderita
penyakit yang bisa menyebabkan henti jantung.
b. Tujuan Khusus
Setelah selesai melaksanakan tutorial, mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan:
1. Patofisiologi luka bakar wajah sehingga menyebabkan henti jantung
2. Penyakit-penyakit jantung yang menyebabkan henti jantung (cardiac arrest)
3. Masalah ABC pada luka bakar & henti jantung
4. Penanganan ABC pada luka bakar & henti jantung
5. Transportasi pada pasien luka bakar dan henti jantung
6. ASKEP gawat darurat pada pasien dengan luka bakar
7. ASKEP gawat darurat pada pasien dengan henti jantung
8. Pendidikan kesehatan yang diberikan pada keluarga dengan anggota keluarga
yang menderita penyakit jantung.
BAB II
PEMBAHASAN
SKENARIO
Korban kebakaran bernama Tn. W (usia 52 tahun), perawat yang melakukan initial assessment
menemukan terjadi henti jantung pada korban. Pada wajah korban, tampak luka bakar. Menurut
keluarga, korban memiliki riwayat penyakit jantung.
A. Klarifikasi Kata Kunci
Jenis kelamin (laki-laki)
Usia (52 tahun)
Riwayat penyakit jantung
Initial Assesment
Luka bakar pada wajah
Henti jantung
Kebakaran
Luka Bakar Pada Wajah
Traum Inhalasi
Penyakit Jantung
Henti Jantung
Primary Assessment(BHD, Transportasi
Secondary Assessment
Askep Gadar Luka Bakar Wajah
Askep Gadar Penyakit Jantung
B. Problem Tree
C. Pertanyaan-Pertanyaan Penting
1. Gambarkan patofisiologi luka bakar wajah sehingga menyebabkan henti jantung!
2. Sebutkan penyakit-penyakit jantung yang menyebabkan henti jantung (cardiac arrest)!
3. Tuliskan masalah ABC pada luka bakar & henti jantung!
4. Tuliskan penanganan ABC pada luka bakar & henti jantung!
5. Jelaskan transportasi pada pasien luka bakar dan henti jantung!
6. Tuliskan ASKEP gawat darurat pada pasien dengan luka bakar!
7. Tuliskan ASKEP gawat darurat pada pasien dengan henti jantung!
8. Tuliskan pendidikan kesehatan yang diberikan pada keluarga dengan anggota keluarga
yang menderita penyakit jantung!
D. Jawaban Penting
1. Gambarkan patofisiologi luka bakar wajah sehingga menyebabkan henti jantung!
Jawab :
Syok Kardiogenik
Henti Jantung
Pola nafas tdk efektif
Hb tdk mampu
mengikat oksigen
Oksigen tubuh
Hipoksia
Kelelahan Otot
PernafasanPenumpukan sisa CO2Penekana
n pusat nafasHenti nafas
Curah jantung
Oksigen miokardiu
m
Iskemia miokard
Infark
Syok kardiogeni
k
Henti Jantung
Gagal jantung
2. Sebutkan penyakit-penyakit jantung yang menyebabkan henti jantung (cardiac arrest)!
Jawab :
ATEROSKLEROSIS
Aterosklerosis adalah penebalan dinding arteri sebelah dalam karena endapan
plak (lemak, kolesterol dan buangan sel lainnya) sehingga menghambat dan
menyumbat pasokan darah ke sel-sel otot. Aterosklerosis dapat terjadi di seluruh
bagian tubuh. Bila terjadi pada dinding arteri jantung, maka disebut penyakit jantung
koroner (coronary artery disease) atau penyakit jantung iskemik.
Aterosklerosis berlangsung menahun dan menimbulkan banyak gangguan
penyakit. Aterosklerosis dimulai dari adanya lesi dan retakan pada dinding pembuluh
darah, terutama karena adanya tekanan kuat pada pembuluh jantung. Pada tahap
berikutnya, tubuh berusaha memulihkan diri dengan menempatkan zat-zat lemak ke
dalam pembuluh darah untuk menutup keretakan. Lambat laun, karena proses
peretakan dan penutupan yang berulang, zat-zat lemak itu bisa menutup pembuluh
jantung.
INFARK MIOKARD AKUT
Infark miokard adalah kematian otot jantung karena penyumbatan pada arteri
koroner. Otot-otot jantung yang tidak tersuplai darah akan mengalami kerusakan atau
kematian mendadak. Kebanyakan pasien dengan infark miokard akut mencari
pengobatan karena rasa sakit didada. Namun demikian, gambaran klinis bisa
bervariasi dari pasien yang datang untuk melakukan pemeriksaan rutin, sampai pada
pasien yang merasa nyeri di substernal yang hebat dan secara cepat berkembang
menjadi syok dan eadem pulmonal, dan ada pula pasien yang baru saja tampak sehat
lalu tiba-tiba meninggal.
Serangan infark miokard biasanya akut , dengan rasa sakit seperti angina, tetapi
tidak seperti angina yang biasa, maka disini terdapat rasa penekanan yang luar biasa
pada dada atau perasaan akan datangnya kematian. Rasa sakitnya adalah diffuse dan
bersifat mencekam, mencekik, mencengkram atau membor. Paling nyata didaerah
subternal, dari mana menyebar kedua lengan, kerongkongan atau dagu, atau abdomen
sebelah atas.
KARDIOMIOPATI
Kardiomiopati adalah kerusakan/gangguan otot jantung sehingga menyebabkan
dinding-dinding jantung tidak bergerak sempurna dalam menyedot dan memompa
darah. Penderita kardiomiopati seringkali berisiko terkena aritmia dan gagal jantung
mendadak. Kondisi semacam ini cenderung mulai dengan gejala ringan, selanjutnya
memburuk dengan cepat. Pada keadaan ini terjadi kerusakan atau gangguan
miokardium, sehingga jantung tidak mampu berkontraksi secara normal. Sebagai
kompensasi, otot jantung menebal atau hipertrofi dan rongga jantung membesar.
Bersama dengan proses pembesaran ini, jaringan ikat berproliferasi dan menginfiltrasi
otot jantung. Miosit jantung (kardiomiosit) mengalami kerusakan dan kematian,
akibatnya dapat terjadi gagal jantung, aritmia dan kematian mendadak. Oleh karena
itu kardiomiopati dianggap sebagai penyebab utama morbiditas dan mortilitas
kardiovaskular.
ARITMIA
Arritmia berarti irama jantung tidak normal, yang bisa disebabkan oleh gangguan
rangsang dan penghantaran rangsang jantung ringan maupun berat. aritmia jantung
adalah sekelompok kondisi di mana aktivitas listrik jantung tidak teratur atau lebih
cepat atau lebih lambat dari biasanya.
Bila gejala-gejala itu menyebabkan implantasi alat pacu jantung yang diperlukan.
Atau aritmia yang memerlukan medis risiko yang terkait dengan mengevaluasi
aritmia. Tanda dan gejala aritmia jantung dapat bervariasi dari asimtomatik
sepenuhnya kehilangan kesadaran atau kematian jantung mendadak. Gejala seperti
pusing, rasa pusing, tremor, sesak nafas, nyeri dada, mengambang atau sangat kuat,
dan kekuatan atau extrasystoles menyakitkan sering dilaporkan dengan berbagai
aritmia. Ketukan dihasilkan oleh impuls listrik di atrium (ruang atas jantung),
kemudian ke ventrikel, di mana mereka menghasilkan kontraksi otot yang kuat yang
memompa darah.
FIBRILASI ATRIAL
Fibrilasi atrial adalah gangguan ritme listik jantung yang mengganggu atrial.
Gangguan impuls listrik ini menyebabkan kontraksi otot jantung tidak beraturan dan
memompa darah secara tidak efisien. Akibatnya, atrium jantung tidak sepenuhnya
mengosongkan darah menuju ke serambi (ventrikel). Fibrilasi atrial biasanya terkait
dengan banyak gangguan jantung lainnya, termasuk kardiomiopati, koroner,
hipertropi ventrikel, dll. Hipertiroid dan keracunan alkohol juga bisa menyebabkan
fibrilasi atrial.
INFLAMASI JANTUNG
Inflamasi jantung dapat terjadi pada dinding jantung (miokarditis), selaput yang
menyelimuti jantung (perikarditis), atau bagian dalam (endokarditis). Inflamasi
jantung dapat disebabkan oleh racun maupun infeksi.
Miokarditis akut adalah proses inflamasi di miokardium. Jantung merupakan
organ otot, jadi, efisiensinya tergantung padasehatnya tiap serabut otot. Bila serabut
otot sehat, jantung dapat berfungsi dengan baik meskipun ada cedera katup yang
berat; bilaserabut otot rusak, maka hidup dapat terancam
Endokarditis adalah Terjadinya endokarditis rematik disebabkan langsungoleh demam
rematik, suatu penyakit sistemik yang disebabkan oleh infeksi streptokokus
grup A. Demam rematik mempengaruhi semua persendian,
menyebabkan poliartritis. Jantung juga merupakan organ sasaran dan merupakan
bagianyang kerusakannya paling serius.
Perikarditis mengacu pada inflamasi pada perikardium, kantong membran yang
membungkus jantung. Bisa merupakanpenyakit primer, atau dapat terjadi
sesuai perjalanan berbagaipenyakit medis dan bedah.
PENYAKIT JANTUNG REMATIK
Penyakit jantung rematik adalah kerusakan pada katup jantung karena demam
rematik, yang disebabkan oleh bakteri streptokokus. Penyakit jantung reumatik (PJR)
merupakan komplikasi yang membahayakan dari demam reumatik. Katup-katup
jantung tersebut rusak karena proses perjalananpenyakit yang dimulai
dengan infeksi tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus
β hemoliticus tipe A yang bisa menyebabkan demam reumatik.
KELAINAN KATUP JANTUNG
Katup jantung berfungsi mengendalikan arah aliran darah dalam jantung.
Kelainan katup jantung yang dapat mengganggu aliran tersebut, antara lain karena
pengecilan (stenosis), kebocoran (regurgiasi), atau tidak menutup sempurna
(prolapsis). Kelainan katup dapat terjadi sebagai bawaan lahir maupun karena infeksi
dan efek samping pengobatan.
3. Tuliskan masalah ABC pada luka bakar & henti jantung!
Jawab :
Masalah ABC pada klien dengan luka bakar :
Airway :
1. Luka bakar perioral, termasuk hidung, bibir, mulut atau tenggorokan.
2. Rasa tidak nyaman pada mata atau tenggorokan, menandakan adanya iritasi
mukosa.
3. Kerusakan mukosa jalan napas akibat gas, asap atau uap panas yang terhisap.
4. Edema yang terjadi dapat menyebabkan gangguan berupa hambatan jalan napas
karena edema laring.
5. Efek akut dari bahan kimia menimbulkan iritasi dan bronkokonstriksi pada
saluran napas. Obstruksi jalan napas akan menjadi lebih hebat akibat adanya
tracheal bronchitis dan edem.
Breathing :
1. Efek intoksikasi karbon monoksida (CO) mengakibatkan terjadinya hipoksia
jaringan.
2. Terdapat tanda distress napas, seperti rasa tercekik, tersedak, malas bernafas, atau
adanya wheezing .
3. Adanya takipnea atau kelainan pada auskultasi seperti krepitasi atau ronhi.
4. Adanya sesak napas atau hilangnya suara.
Circulation
1. Pada luka bakar berat / mayor terjadi perubahan permeabilitas kapiler yang akan
diikuti dengan ekstrapasi cairan (plasma protein dan elektrolit) dari intravaskuler
ke jaringan interfisial mengakibatkan terjadinya hipovolemik intra vaskuler dan
edema interstisial.
2. Keseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik tergangu sehingga sirkulasi
kebagian distal terhambat, menyebabkan gangguan perfusi / sel / jaringan /organ.
3. Pada luka bakar yang berat dengan perubahan permeabilitas kapiler yang hampir
menyeluruh, terjadi penimbunan cairan massif di jaringan interstisial
menyebabkan kondisi hipovolemik.
4. Volume cairan intravaskuler mengalami deficit, timbul ketidakmampuan
menyelenggarakan proses transportasi oksigen ke jaringan. Keadaan ini dikenal
dengan sebutan syok.
Masalah ABC pada klien dengan henti jantung :
Airway :
Terjadi relaksasi dari otot-otot termasuk otot-otot di dalam mulut. Akibatnya lidah
bisa saja jatuh ke bagian belakang dari tenggorokan dan akan menutupi jalan
napas sehingga korban tidak bisa bernapas
Breathing :
Terjadi hipoksia jaringan karena tidak adanya sirkulasi darah yang mengangkut
oksigen.
Circulation :
Jantung tidak dapat memompakan darah ke seluruh tubuh sehingga aliran darah
sistemik berhenti. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan organ karena suplai
darah ke seluruh organ tubuh berhenti atau tidak tercapai.
4. Tuliskan penanganan ABC pada luka bakar & henti jantung!
Jawab :
Bantuan Hidup Dasar
Seseorang yang mengalami henti napas ataupun henti jantung belum tentu ia mengalami
kematian, mereka masih dapat ditolong. Dengan melakukan tindakan pertolongan pertama,
seseorang yang henti napas dan henti jantung dapat dipulihkan kembali. Tindakan
pertolongan pertama yang dilakukan untuk memulihkan kembali seseorang yang mengalami
henti napas dan henti jantung disebut bantuan hidup dasar.
Pada dasarnya gangguan salah satu system akan mengganggu system yang lannya. Sebaga
contohadalah saluran nafas tidak terbuka dengan baik dan dapat menimbulkan gagal nafas
yang diikuti dengan henti jantung. Bagi penderita penolong harus memeriksa system
pernapasan dan system sirkulasi berfungsi dengan baik atau setidak-tidaknya mampu
mempertahankan kehidupan sebelum memperoleh pertolongan yang lebih lanjut.
Bagaimana Gangguan Napas Terjadi
Berkurangnya oksigen di dalam tubuh kita akan memberikan suatu keadaan yang disebut
hipoksia. Hipoksia ini dikenal dengan istilah sesak napas. Frekuensi napas pada keadaan
sesak napas lebih cepat daripada keadaan normal. Oleh karena itu, bila sesak napas ini
berlangsung lama maka akan memberikan kelelahan pada otot-otot pernapasan. Kelelahan
otot-otot napas akan mengakibatkan terjadinya penumpukan sisa-sisa pembakaran berupa
gas CO2. Gas CO2 yang tinggi ini akan mempengaruhi susunan saraf pusat dengan menekan
pusat napas yang ada di sana. Keadaan ini dikenal dengan istilah henti napas. Otot jantung
juga membutuhkan oksigen untuk berkontraksi agar darah dapat dipompa keluar dari
jantung ke seluruh tubuh. Dengan berhentinya napas maka oksigen tidak ada sama sekali di
dalam tubuh sehingga jantung tidak dapat berkontraksi dan akibatnya terjadi keadaan yang
disebut henti jantung.
Penyebab Henti Napas dan Henti Jantung
Penyebab henti napas dan henti jantung ini sangat banyak. Setiap peristiwa atau penyakit
apapun yang menyebabkan berkurangnya oksigen dalam tubuh dapat menimbulkan keadaan
henti napas dan henti jantung. Penyakit dan keadaan yang dapat menyebabkan henti napas
dan henti jantung antara lain:
1. Penyakit paru-paru, seperti radang paru, TBC, asma, dan bronchitis.
2. Penyakit jantung, seperti jantung koroner, jantung bawaan, dan penyakit jantung lainnya.
3. Kecelakaan lalu lintas yang mengenai rongga dada.
4. Penyakit-penyakit yang mngenai susunan saraf.
5. Sumbatan jalan napas oleh benda asing, misal: tersedak.
Cara Mengatasi Henti Napas dan Henti Jantung
Bila di sekitar Anda ada orang atau bahkan balita Anda sendiri mengalami kecelakaan
yang mengakibatkan gangguan pernapasan, apa yang harus Anda lakukan Ada tiga hal
penting yang harus diperhatikan oleh seorang penolong korban henti napas dan henti
jantung dalam melakukan tindakan-tindakan bantuan hidup dasar.
1. Jalan napas korban harus dalam keadaan terbuka. Tujuannya agar oksigen bisa masuk ke
tubuh korban.
2. Pernapasan harus berlangsung terus sampai bantuan tenaga kesehatan datang. Hal ini
dimaksudkan agar oksigen masuk ke dalam aliran peredaran darah paru-paru.
3. Darah harus mengalir ke seluruh tubuh supaya oksigen dapat dibawa oleh darah ke
semua organ-organ tubuh terutama otak.
Sebelum melakukan langkah-langkah bantuan hidup dasar ini, penolong harus
menentukan kesadaran dari korban terlebih dahulu. Cara menentukan kesadaran
seseorang korban adalah dengan menilai respon korban terhadap sentuhan atau panggilan
dari penolong. Langkah-langkah bantuan hidup dasar terdiri dari tiga tahap:
Memeriksa Jalan Napas
Pada korban yang tidak sadar akan terjadi relaksasi dari otot-otot termasuk otot-otot di
dalam mulut. Akibatnya lidah akan jatuh ke bagian belakang dari tenggorokan dan akan
menutupi jalan napas. Akibatnya, korban tidak dapat bernapas. Penutupan jalan napas ini
juga dapat disebabkan oleh gigi palsu, sisa-sisa muntahan, atau benda asing lainnya.
Di sini penolong memeriksa apakah korban masih bernapas atau tidak. Bila tidak
bernapas akibat adanya sumbatan maka penolong harus membersihkan jalan napas ini
agar menjadi terbuka.
1. Korban dibaringkan terlentang.
2. Penolong berlutut di samping korban sebelah kanan pada posisi sejajar
dengan bahu.
3. Letakkan tangan kiri penolong di atas dahi korban dan tekan kearah
bawah dan tangan kanan penolong mengangkat dagu korban ke atas.
Tindakan ini akan membuat lidah tertarik ke depan dan jalan napas
terbuka serta akan membentuk satu garis lurus sehingga oksigen mudah
masuk.
Dekatkan wajah Anda ke wajah korban, dengar serta rasakanv hembusan
napas korban sambil melihat ke arah dada korban apakah ada gerakan
dada atau tidak. Bila korban masih bernapas maka:
Baringkan korban di tempat yang aman dan nyaman
Jangan dikerumuni
Berikan posisi berbaring yang senyaman mungkin bagi korban
4. Bila Anda tidak dapat mendengar dan tidak merasakan napas korban serta
tidak adanya gerakan dada, maka ini menunjukkan bahwa korban tidak
bernapas. Setelah itu lakukan langkah kedua.
Melakukan Pernapasan Buatan
Ada dua macam pernapasan buatan, yaitu:
a. Pernapasan buatan dari mulut ke mulut
i. Korban dalam posisi terlentang dengan kepala seperti pada langkah pertama, yaitu
kepala mendongak.
ii. Tangan kiri penolong menutup hidung korban dengan cara memijitnya dengan jari
telunjuk dan ibu jari, tangan kanan penolong menarik dagu korban ke atas.
iii. Penolong menarik napas dalam-dalam, kemudian letakkan mulut penolong ke atas
mulut korban sampai menutupi seluruh mulut korban jangan sampai ada kebocoran,
kemudian tiupkan napas penolong ke dalam mulut korban secara pelan-pelan sambil
memperhatikan adanya gerakan dada korban sebagai akibat dari tiupan napas
penolong. Gerakan ini menunjukkan bahwa udara yang ditiupkan oleh penolong itu
masuk ke dalam paru-paru korban, dan ini juga berarti oksigen telah masuk ke
dalam paru-paru korban.
iv. Setelah itu angkat mulut penolong dan lepaskan jari penolong dari hidung korban.
Hal ini untuk memberi kesempatan pada dada korban kembali ke posisi semua
sebelum pernapasan buatan berikutnya diberikan.
b. Pernapasan buatan dari mulut ke hidung
i. Sama dengan cara dari mulut ke mulut, hanya bedanya penolong meniup
napasnya melalui hidung korban. Mulut korban harus menutupi seluruh
hidung korban, sementara meniup napas, mulut korban dalam keadaan
tertutup.
ii. Setelah melakukan langkah ke-2 ini, penolong memeriksa denyut nadi korban
melalui denyut nadi yang ada di sebelah kanan dan kiri leher korban. Caranya:
1. Tentukan garis tengah leher yang melewati adam’s apple (jakun)
Geser jari penolong ke kiri atau ke kanan sejauh 2 jari. Di situlah tempat
meraba denyut nadi leher.
2. Raba denyut nadi leher tersebut dengan menggunakan 2 jari (jari telunjuk
dan jari tengah) Apabila tidak teraba denyut nadi, ini menandakan bahwa
jantung korban tidak berdenyut, maka lanjutkan ke langkah 3.
3. Membuat peredaran darah buatan Tujuan dari langkah ke-3 ini adalah
untuk membuat suatu aliran darah buatan yang dapat menggantikan
fungsi jantung sehingga oksigen yang diberikan dapat sampai ke organ-
organ yang membutuhkan. Adapun mekanismenya sebagai berikut:
Bila dilakukan penekanan pada tulang dada di atasv jantung maka darah
akan terdorong keluar dari jantung masuk ke jaringan tubuh.
Bila penekanan tersebut dilepaskan maka darah akan terisap kembali ke jantung.
Mekanisme ini sama dengan cara kerja dari jantung saat jantung memompa
darah.
Cara membuat peredaran darah buatan
Untuk menentukan letak dari tempat penekanan adalah dengan menelusuri tulang
rusuk korban yang paling bawah dari kiri dan kanan yang akan bertemu di garis
tengah, dari titik pertemuan itu naik 2 jari kemudian letakkan telapak tangan
penolong di atas 2 jari tersebut.
Tangan penolong satunya diletakkan di atas dari telapak tangan di atas 2 jari tadi.
Lakukan penekanan sedalam kira-kira 1/3 dari tingginya rongga dada korban dari
atas korban, biasanya antara 3-5 cm.
Harus diingat, pada saat melakukan penekanan, siku penolong tidak boleh ditekuk.
Bantuan hidup dasar ini dapat dilakukan oleh satu orang atau bisa juga dilakukan oleh
dua orang penolong. Bila hanya satu orang penolong maka kombinasi antara pernapasan
buatan dan peredaran darah buatan dilakukan dengan frekuensi 15:2. Artinya 15 kali
penekanan dada diberikan 2 kali pernapasan buatan. Bila ada dua orang penolong maka
diberikan dengan frekuensi 5:1, yang artinya setiap 5 kali penekanan dada diberikan 1
kali pernapasan buatan. Bantuan hidup dasar ini diberikan oleh penolong sampai tenaga
kesehatan datang. (Sumber : Buku Mengatasi Gangguan Pernafasan Kasus Henti
Jantung dan Paru, Karangan : dr. Fina Jusuf)
Algoritma Bantuan Hidup Dasar
Jika menemukan seseorang (selanjutnya disebut penderita) dalam keadaan tidak sadar, lakukan :
Perhatikan keadaan sekitar. Perhatikan dahulu keselamatan diri anda sebelum menolong
orang lain.
Periksa apakah penderita tersebut tidak responsif, lakukan dengan mengguncangkan
tubuhnya atau panggil dengan nama sapaan.
Mintalah bantuan
Jika penderita tidak responsif, lakukan :
Mulailah ABC, yaitu :
A, Airway. Yang pertama harus dinilai adalah kelancaran jalan napas. Ini meliputi
pemeriksaan adanya sumbatan jalan napas yang dapat disebabkan benda asing, fraktur
tulang wajah, fraktur rahang bawah atau rahang atas, fraktur batang tenggorok. Usaha
untuk membebaskan airway harus melindungi tulang leher. Dalam hal ini dapat
dilakukan chin lift atau jaw thrust. Pada penderita yang dapat berbicara, dapat dianggap
jalan napas bersih, walaupun demikian penilaian ulang terhadap airway harus tetap
dilakukan.keadaan jalan nafas dapat ditentukan bla pasien sadar, respond an dapat
berbicara dengan penolong. Setelah memastikan jalan nafas terbuka maka jalan nafas
harus di perikasa.jalan nafas yang terbuka dengan baik dan bersih sangat dperlukan
untuk pernafasan yang adekuat,
Caranya :
1. Berlututlah didekat pasien atau penderita
2. Silangkan bu jari dan telunjuk penolong
3. Letakkan pada gigi seri bawah penderita dan telunjuk pada gigi seri atas
4. Lakukan gerakan seperti menggunting untuk membuka mulut penderita.
5. Periksa mulut setelah terbuka apakah ada cairan atau tidak,benda padat,termasuk
patahan gigi atau ggi palsu yang terlepas yang mungkin dapat menyumbat jalan
nafas.
6. Terakhir dengarkan suara nafas tambahan yang merupakan petunjuk adanya
sumbatan misalnya : menggorok,kumur,suara frekuensi tnggi.
B, Breathing. Airway yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Pertukaran gas
yang terjadi pada saat bernapas mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida dari tubuh. Ventilasi yang baik meliputi fungsi yang baik dari paru,
dinding dada, dan diafragma. Setiap komponen ini harus dievaluasi dengan cepat.
Periksa breathing dengan cara Lihat, Dengar, dan Rasakan.
Frekuensi Pemberian Nafas Buatan:
Dewasa : 10-12 * Pernafasan/menit,masng-masing 1,5 – 2 detik.
Anak (1-8 Th) : 20 * pernafasan / menit.masing-masing 1- 1,5 detik
Bayi (0-1 Tsh) :lebih dari 20* pernafasan / menit masng-masing 1- 1,5 detik
Bayi baru lahir : 40 * pernafasan / menit,masing-masng 1- 1,5 detik.
C, Circulatory, tindakan paling penting pada bantuan sirkulasi adalah pijatan jantung
luar. Pijatan jantung luar dapat dilakukan mengingat sebagian besar jantung terletak
diantara tulang dada dan tulang panggung, sehingga penekanan dar luar dapat
menyebabkan terjadinya efek pemompa pada jantung yang di nilai cukup untuk
mengatur peredaran darah minimal pada keadaan yang klinis.
Penekanan dilakukan pada garis tengah tulang dada 2 jar diatas pertemuan lengkungan
iga kiri dan kanan.kedalaman penekanan disesuaikan dengan kelompok usia penderita.
-dewasa : 4-5 cm
-anak dan bayi : 3-4 cm
- bayi :1,5 – 2,5 cm
Jika penderita bernapas :
1. Jika pernapasannya optimal dengan frekuensi normal, tempatkan penderita pada
posisi pemulihan.
2. Jika pernapasannya tidak optimal dan frekuensinya lebih cepat atau lebih lambat
dari normal, lakukan tiupan napas dengan 1 tiupan setiap 5 detik.
3. Periksa denyut nadi pada daerah samping leher, tiap 30 sampai 60 detik.
Jika penderita tidak bernapas :
1. Lakukan pernapasan dari mulut ke mulut (mouth to mouth) atau dari mulut ke
hidung (mouth to nose), dengan tiupan napas perlahan. Lakukan 2 detik per tiupan
napas.
2. Periksa C (Circulation), dengan cek denyut nadi.
Penderita dengan sirkulasi :
1. Mulai lakukan pernapasan buatan, 1 tiupan napas tiap 5 detik.
2. Monitor terus denyut nadi tiap 30 sampai 60 detik.
Penderita tanpa sirkulasi :
1. Mulailah kompresi dada
2. Kombinasikan kompresi dan pernapasan buatan (disebut resusitasi jantung paru)
3. Lakukan dengan 15 kompresi dan 2 tiupan napas.
Lakukan terus kompresi dan pernapasan buatan sampai ditemukan adanya denyut nadi
dan pernapasan spontan dari penderita.
1. Anda merasa lelah.
2. Bantuan dari petugas kesehatan datang.
5. Jelaskan transportasi pada pasien luka bakar dan henti jantung!
Jawab :
Transportasi pasien luka bakar
Memperlakukan perawatan pasien luka bakar secara rutin seperti pada pasien
trauma dengan primary survey segera setelah memindahkan ke tempat yang aman,
pada saat menentukan pasien stabil dan sedang “load and go”, harus bias
menghentikan proses progresivitas dan luka bakar tersebut secepat mungkin dengan
cara mendinginkan segera pada perlukaan luka.
Pasien jangan dievakuasi dalam selimut basah, handuk basah atau pakaian basah
dan es adalah kontra indikasi utama dalam kasus ini. es akan membekukan luka dan
mengakibatkan vasokontriksi dan menurunkan suplay darah pada jaringan yang sudah
masak. lebih baik jangan mendinginkan luka bakar dan pendinginan sendiri
mengganggu dan menyebabkan hipotermi serta menambah kerusakan jaringan.
Transportasi ke fasilitas yang lebih lengkap sebaiknya dilakukan dalam 1 jam;
bila tak mungkin, masih dapat dilakukan dalam 24 - 48 jam pertama dengan
pengawasan ketat selama perjalanan. lebih dari 48 jam sebaiknya ditunda sampai hari
keempat dan kelima setelah keadaan umum stabil
Khusus untuk luka bakar di daerah wajah, posisi kepala harus lebih tinggi dari
tubuh; perhatikan kemungkinan edema larings, bila perlu lakukan trakeotomi.
Transport lanjutan pasien luka bakar
Luka bakar yang luas biasanya tidak terjadi dilokasi yang bias cepat diangkut ke
RS yang mempunyai combustion center. jika demikian transport dan RS pertama ke
RS yang lebih besar penanganan luka bakar sangat diperlukan setelah pertolongan
pertama (biasanya memerlukan waktu 1-3 jam) dan segera kirimkan ke RS untuk
kebaikan pasien.
Selamam pengiriman tersebut sangat perlu untuk meneruskan resusitasi prioritas
transport lanjutan ini, pasien yang dikirim hendaknya secara komplit mengikuti
syarat-syarat :
1. Pernapasan dan fungsi haemodinamika stabil, mungkin sudah di intubasi dan
telah terpasang 2 iv kateter ukuran besar (16-14)
2. Pemeriksaan dan perawatan luka-luka lain
3. Laporan data-data laboratorium (khususnya boa)
4. Terpasang ng tube kalau luka >20 vo bsa
5. Pemeriksaan sirkulasi peripheral dan pengobatan luka-luka lain
6. Tetap melapor dan konsultasi dengan rs penerima
Penting !!!
1. Menggunakan pengaman yang memadai ketika memindahkan korban dari tempat
kejadian
2. Penanganannya sama dengan pasien trauma lain-primary survey, critical
intervention, transport decision dan secondary survey, perawatan krisis, dan
reassessment (pemeriksaan ulang)
3. Gunakan pendingin pada luka superficial panas segera setelah kejadian kebakaran
4. Hamper semua jenis luka bakar disertai denganjejas inhalasi
5. Luka bakar kimia secara umum memerlukan waktu lama dalam irigasi dan
membutuhkan air yang banyak
6. Segeralah memeriksa status jantung pada korban sengatan listrik
7. Rencana menyeluruh, transport lanjutan ke combustion center yang lebih besar
dan efektivitaskan resusitasi terus menerus selama perjalanan.
Transportasi pada pasien henti jantung
Klien henti jantung sebaiknya diberikan intervensi secepatnya. penanganannya
dengan dilakukan primary survey, critical intervention, transport decision dan
secondary survey, perawatan krisis, dan reassessment (pemeriksaan ulang). Primary
survey dilakukan untuk mengkaji stabilitas ABC, pertahankan ABC klien. Dalam
transportasi pasien ke RS stabilitas ABC harus dipertahankan dan tidak lupa
memperhatikan cara evakuasi atau pengangkatan klien dengan metode yang aman
bagi klien dan penolong. Yang terpenting adalah mempertahankan stabilitas airway,
breathing, dan circulation.
6. Tuliskan ASKEP gawat darurat pada pasien dengan luka bakar!
Jawab :
A. Resusitasi A,B,C.
1.Pernapasan :
a.Udara panas,mukosa rusak,oedema dan obstruksi
b.Efek toksikdari asap:HCN,NO2,HCL,iritasi,bronkhokontriksi,obstruksi,gagal nafas.
2. Sirkulasi :
Gangguan permeabelitas kapiler :cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler ,hipovolemi relative,syok,gagal ginjal.
B. Infus, kateter, CVP, oksigen, laboratorium, kultur luka.
C. Resusitasi cairan baxter
Hari pertama:
Dewasa : Baxter
RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.
Anak : Jumlah resusitasi + Kebutuhan faal:
RL:Dextran=17 : 3
2 cc x BB x % LB.
Kebutuhan faal:
< 1 tahun : BB x 100 cc 1 – 3 tahun : BB x 75 cc 3 – 5 tahun : BB x 50 cc ½ nya diberikan 8 jam pertama ½ nya diberikan 16 jam berikutnya.
Hari kedua:
Dewasa : Dextran 500-2000 + D5% / albumin.
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
(Albumin 25% = gram x 4 cc) à 1 cc/mnt.
Anak :Diberi sesuai kebutuhan faal.
D. Monitor urin dan CVP
E.Topikal dan tutup luka
Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9 % ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik.
Tulle
Silver sulfa diazin tebal
Tutup kassa tebal
Evaluasi 5-7 hari ,kecuali balutan kotor.
F. Obat-obatan:
Antibiotika:tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
Bila perlu diberikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil
kultur.
Analgetik:kuat (morfin,petidine)
Antasida:kalau perlu.
7. Tuliskan ASKEP gawat darurat pada pasien dengan henti jantung!
Jawab :
1. Pengkajian
a. Data Subyektif
1) Riwayat penyakit sekarang
a) Dyspnea
b) Kelelahan dan kelemahan
c) Dyspnea nokturnal Paroxysmal
d) Orthopnea
e) Pertambahan berat badan
f) Ekstremitas bengkak
g) Palpitasi
h) Mengurangi kapasitas latihan
i) nokturia
2) Riwayat penyakit masa lalu
a) Gangguan Endokrin: peningkatan beban kerja jantung.
b) Cardiomyopathy: kekakuan miokard meningkat dan / atau ketidakmampuan
jantung untuk berelaksasi, bias juga karena defisit konduksi.
c) Obat-obatan.
d) Alergi.
b. Data objektif
1) Pemeriksaan fisik
a) keadaan umum
(1) Tidak nyaman, cemas
(2) malnutrisi, kurus: dengan kegagalan kronis
(3) warna kulit kehitaman
b) Keadaan fisik
(1) Takikardia
(2) Penurunan tekanan nadi
(3) diaforesis / dingin
(4) Paru crackles atau mengeluarkan bunyi
(5) takipnea
(6) Distensi vena jugularis
(7) Hepatomegali
(8) Hepatojugular refluks
(9) Peningkatan tekanan vena
(10) Edema: ekstremitas, anasarca, asites
(11) Efusi pleura (hydrothorax)
2) Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemantauan jantung terus-menerus untuk disritmia
b) EKG
(1) Infark miokard akut atau iskemia
(2) Bukti hipertrofi ventrikel, pembesaran atrium, atau kelainan konduksi.
c) Hasil Laboratorium
(1) Proteinuria dan berat urin tinggi khusus
(2) Peningkatan BUN dan kreatinin
(3) Hiponatremia: pada gagal jantung parah
(4) Hipokalemia
(5) tes fungsi hati abnormal
(6) Anemia: eritrosit menurun menyebabkan peningkatan beban kerja,
d) Foto toraks
(1) Cardiomegaly
(2) Edema paru
(3) Efusi pleura
2. Diagnosa Keperawatan
a.
b.
c.
d. Perubahan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan
dengan penurunan / interupsi aliran darah arterial/vena.
e. Risiko cedera: dysrhytmias berhubungan dengan peregangan otot jantung, kelebihan
volume cairan, atau penurunan curah jantung.
f. Kecemasan yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan, kesulitan bernafas.
g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.
3. Intervensi keperawatan
a. Mempertahankan jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi.
b. Mempertahankan jalan nafas paten / ventilasi yang efektif
1) Menyediakan oksigen tambahan
2) Mengantisipasi intubasi endotrakeal
3) Suction jika perlu
4) Menyediakan oksigen
5) Posisikan klien semi Fowler tinggi.
c. Jika pasien dengan intubasi, mengantisipasi kebutuhan ventilasi mekanis dan ventilasi
ekspirasi akhir positif (PEEP).
d. Berikan terapi IV dengan larutan normal saline.
e. Mendapatkan ABG spesimen.
f. Radiograf dada.
g. Farmakologis
1) Diuretik furosemid
a) Penurunan preload sekunder terhadap penurunan volume darah, walaupun
onset kerja dapat memakan waktu selama 30 menit.
b) Diduga kebutuhan kateterisasi Foley.
c) Mempertahankan asupan akurat dan merekam output.
d) Diuretik sangat efektif, tetapi pasien geriatrik cenderung hipokalemia dan
hiponatremia disebabkan diuretik.
2) Morfin
a) Mengurangi kecemasan dan stimulasi simpatik jantung, menurunkan beban
kerja miokard preload.
b) Penurunan dan afterload dengan menyebabkan vasodilatasi vena dan arteri.
c) Harus berhati-hati ketika memberikan obat penenang untuk pasien dengan
dyspnea akut.
d) Sebaiknya hindari pada pasien dengan penurunan tingkat kesadaran, ventilasi
tidak memadai, atau hiperkarbia.
3) Vasodilator
a) Venodilators (misalnya nitrogliserin, mononitrate dinitrate); nitrogliserin lebih
disukai untuk pengobatan edema paru pada pasien dengan penyakit arteri
koroner (CAD) karena meningkatkan aliran darah arteri koroner.
b) arteriol dilator (misalnya, hydralizine, minoxidil), bertindak pada arteri untuk
mengurangi resistensi arteri sistemik. Ini biasanya diberikan bersamaan
dengan venodilators (hydralizine), akan meningkatkan aliran darah ginjal,
sehingga dapat menjadi pilihan yang baik bagi pasien yang tidak dapat
mentolerir.
4) Agen inotropik positif, yang meliputi glikosida digitalis, simpatomimetik
(dopamin, Dobutamine), dan inhibitor phosphodiesterase (amrinone, milrinone).
a) Meningkatnya kontraktilitas dan output jantung.
b) Penurunan beban kerja miokard.
c) Meningkatkan pengiriman oksigen ke jaringan.
d) Dobutamine merupakan obat pilihan untuk edema paru pada pasien dengan
darah normal.
e) Depomine berguna untuk edema paru pada pasien dengan hipotensi. Dengan
tarif infus yang lebih tinggi, menghasilkan vasokonstriksi perifer.
f) Digoxin tidak dianjurkan untuk pengelolaan akut gagal jantung. Dosis harus
ditentukan oleh ukuran tubuh dan fungsi ginjal pada pasien geriatri.
g) phosphodiesterase inhibitor sebagai inodilators dipertimbangkan karena
inotropik positif dan efek vasodilator. Saat ini disediakan untuk gagal jantung
akut.
5) Bronkodilator jika diperintahkan
a) Menilai untuk efek samping, seperti nousea, muntah, dan tachyarrhytmias.
b) Menilai untuk paru tersengal-sengal.
h. Terus memantau dan menilai.
1) Irama jantung
2) Tanda-tanda vital, termasuk oksimetri nadi
3) Denyut jantung, suara paru-paru, BP, laju pernapasan.
4) Tingkat kesadaran.
5) Peripheral (kulit) perfusi
6) Intake dan output cairan
7) Efek samping dari farmakoterapeutik.
i. Bersiaplah untuk melakukan bantuan hidup jantung (ACLS) tindakan jika diperlukan.
j. Jelaskan semua prosedur.
k. Menjaga ketenangan, secara efisien.
8. Tuliskan pendidikan kesehatan yang diberikan pada keluarga dengan anggota keluarga
yang menderita penyakit jantung!
Jawab :
Di Indonesia ada sikap seakan - akan pasrah dalam menghadapi masalah korban
gawat darurat. Kalau ada orang meninggal / cacat kita cenderung menganggapnya
sebagai nasib atau sudah merupakan kehendak Tuhan. Sebenarnya angka kejadian,
kematian dan kecacatan dapat di cegah dan di turunkan bila kita memahami cara- cara
penanggulangan Kegawat Daruratan. Oleh karena itu diperlukan penyuluhan kesehatan
terhadap keluarga-keluarga yang berhubungan dengan henti jantung. Dalam penyuluhan
anggota keluarga harus mengetahui:
Apa itu henti jantung ?
Mengapa seseorang bisa mengalami henti jantung ?
Tanda-tanda yang seseorang mengalami henti jantung
Penanganan yang mesti diberikan seperti apa ?
Untuk dapat menyelamatkan/mempertahankan hidup dan mencegah kecacatan,
maka keluarga harus mampu mengetahui :
Cara minta tolong dan kepada siapa keluarga harus meminta tolong
Cata mengatasi henti jantung dan henti nafas.
Cara transportasi yang baik
Prinsip penanggulangan gawat darurat :
Dalam penyuluhan perlu ditekankan bahwa Kematian penderita gawat darurat
bisa terjadi dalam waktu singkat ( 4-6 menit ) bila terdapat kerusakan pada sistem
susunan saraf pusat, pernafasan dan kardiovaskuler. Sedang kegagalan system / organ
yang lain dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang lebih lama. Dengan demikian
keberhasilan penanggulangan penderita gawat darurat ( PPGD ) dalam mencegah
kematian dan cacat di tentukan oleh :
Kecepatan ditemukan penderita
Kecepatan meminta pertolongan
Kecepatan dalam kualitas pertolongan yang diberikan untuk menyelematkannya
RJP dan P3K perlu diketahui oleh lapisan masyarakat terutama orang awam dan
pengetahuan ketrampilan petugas medik paramedic untuk penanggulangan pasien gawat
darurat ( advance life support ) perlu ditingkatkan secara berkala melalui penyuluhan
yang dapat diberikan oleh petugas medis bekerja sama dengan pemerintah terkait.
Resusitasi jantung paru pada kegawatan kardiovaskular
1. Bantuan hidup dasar / BHD adalah usaha yang dilakukan untuk menjaga jalan
nafas (airway) tetap terbuka, menunjang pernafasan dan sirkulasi dan tanpa
menggunakan alat-alat bantu. Usaha ini harus dimulai dengan mengenali secara
tepat keadaan henti jantung atau henti nafas dan segera memberikan bantuan
sirkulasi dan ventilasi (pernapasan). Usaha BHD ini bertujuan dengan cepat
mempertahankan pasokan oksigen ke otak, jantung dan alat-alat vital lainnya
sambil menunggu pengobatan lanjutan. Pengalaman menunjukkan bahwa
resusitasi jantung paru akan berhasil terutama pada keadaan “henti jantung”
dimana resusitasi segera dilakukan oleh orang yang berada di sekitar korban.
2. Bantuan hidup lanjut / BHL adalah
usaha yang dilakukan setelah
dilakukan usaha hidup dasar dengan memberikan obat-obatan yang dapat
memperpanjang hidup pasien.
Henti jantung biasanya terjadi beberapa menit setelah henti nafas. Umumnya,
walaupun kegagalan pernafasan telah terjadi, denyut jantung masih dapat berlangsung
terus sampai kira-kira 30 menit. Pada henti jantung, dilatasi pupil kadang-kadang tidak
jelas. Dilatasi pupil mulai terjadi 45 detik setelah aliran darah ke otak terhenti dan dilatasi
maksimal terjadi dalam waktu 1 menit 45 detik. Bila telah terjadi dilatasi pupil maksimal,
hal ini menandakan sudah terjadi 50 % kerusakan otak irreversibel.
Dalam penyuluhan perlu ditekankan bagaimana tanda-tanda sesorang yang
mengalami henti jantung, seperti :
1. Kesadaran hilang (dalam 15 detik setelah henti jantung)
2. Tak teraba denyut arteri besar (femoralis dan karotis pada orang dewasa atau
brakialis pada bayi)
3. Henti nafas atau mengap-megap (gasping)
4. Terlihat seperti mati (death like appearance)
5. Warna kulit pucat sampai kelabu
6. Pupil dilatasi (setelah 45 detik).
Penatalaksanaan henti jantung dan nafas
Resusitasi jantung paru hanya dilakukan pada penderita yang mengalami henti jantung atau henti
nafas dengan hilangnya kesadaran. Pada pemberian resusitasi jantung paru harus diketahui antara
lain, kapan resusitasi dilakukan dan kapan resusitasi tidak dilakukan.
Bantuan Hidup Dasar
Dalam penyuluhan kepada keluarga diperlukan pula penyampaian tentang ABC,
Airway (jalan nafas)
Berhasilnya resusitasi tergantung dari cepatnya pembukaan jalan nafas. Caranya
ialah segera menekuk kepala korban ke belakang sejauh mungkin, posisi terlentang
kadang-kadang sudah cukup menolong karena sumbatan anatomis akibat lidah jatuh ke
belakang dapat dihilangkan. Kepala harus dipertahankan dalam posisi ini. Bila tindakan
ini tidak menolong, maka rahang bawah ditarik ke depan.
Caranya ialah : Tarik mendibula ke depan dengan ibu jari sambil mendorong
kepala ke belakang dan kemudian buka rahang bawah untuk memudahkan bernafas
melalui mulut atau hidung. Penarikan rahang bawah paling baik dilakukan bila penolong
berada pada bagian puncak kepala korban. Bila korban tidak mau bernafas spontan,
penolong harus pindah ke samping korban untuk segera melakukan pernafasan buatan
mulut ke mulut atau mulut ke hidung.
Breathing (Pernafasan)
Dalam melakukan pernafasan mulut ke mulut penolong menggunakan satu tangan
di belakang leher korban sebagai ganjalan agar kepala tetap tertarik ke belakang, tangan
yang lain menutup hidung korban (dengan ibu jari dan telunjuk) sambil turut menekan
dahi korban ke belakang. Penolong menghirup nafas dalam kemudian meniupkan udara
ke dalam mulut korban dengan kuat. Ekspirasi korban adalah secara pasif, sambil
diperhatikan gerakan dada waktu mengecil. Siklus ini diulang satu kali tiap lima detik
selama pernafasan masih belum adekuat.
Circulation (Sirkulasi buatan)
Sering disebut juga dengan Kompresi Jantung Luar (KJL). Henti jantung (cardiac
arrest) merupakan keadaan darurat yang paling gawat. Sebab-sebab henti jantung :
Serangan jantung
Syok listrik
Obat-obatan
Kateterasi jantung
Anestesi (Pembiusan)
Untuk mencegah mati biologi (serebral death), pertolongan harus diberikan dalam
3 atau 4 menit setelah hilangnya sirkulasi. Bila terjadi henti jantung yang tidak terduga,
maka langkah-langkah ABC dari tunjangan hidup dasar harus segera dilakukan, termasuk
pernafasan dan sirkulasi buatan.
Pada henti jantung yang tidak diketahui, penolong pertama-tama membuka jalan
nafas dengan menarik kepala ke belakang. Bila korban tidak bernafas, segera tiup paru
korban 3-5 kali lalu raba denyut a. carotis. Perabaan a. carotis lebih dianjurkan karena :
1. Penolong sudah berada di daerah kepala korban untuk melakukan pernafasan buatan
2. Daerah leher biasanya terbuka, tidak perlu melepas pakaian korban
3. Arteri karotis adalah sentral dan kadang-kadang masih berdenyut sekalipun daerah
perifer lainnya tidak teraba lagi.
Bila teraba kembali denyut nadi, teruskan ventilasi. Bila denyut nadi hilang atau
diragukan, maka ini adalah indikasi untuk memulai sirkulasi buatan dengan kompresi
jantung luar. Kompresi jantung luar harus disertai dengan pernafasan buatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan ABC RJP tersebut adalah,
1. RJP jangan berhenti lebih dari 5 detik dengan alasan apapun
2. Tidak perlu memindahkan penderita ke tempat yang lebih baik, kecuali bila ia sudah
stabil
3. Jangan menekan ujung tulang dada, karena dapat berakibat robeknya hati
4. Diantara tiap kompresi, tangan harus melepas tekanan tetapi melekat pada sternum,
jari-jari jangan menekan iga korban
5. Hindarkan gerakan yang menyentak. Kompresi harus lembut, teratur dan tidak
terputus
6. Perhatikan komplikasi yang mungkin karena RJP
Perlu pula dijelaskan bahwa ABC RJP yang dilakukan pada korban yang mengalami
henti jantung dapat memberi kemungkinan beberapa hasil,
1. Korban menjadi sadar kembali
2. Korban dinyatakan mati, ini dapat disebabkan karena pertolongan RJP yang terlambat
diberikan atau pertolongan tak terlambat tetapi tidak betul pelaksanaannya.
3. Korban belum dinyatakan mati dan belum timbul denyut jantung spontan. Dalam hal
ini perlu diberi pertolongan lebih lanjut yaitu bantuan hidup lanjut (BHL). (4)
Bantuan Hidup Lanjut
Drugs (obat-obatan)
Setelah penilaian terhadap hasil bantuan hidup dasar, dapat diteruskan dengan
bantuan hidup lanjut (korban dinyatakan belum mati dan belum timbul denyut jantung
spontan), maka bantuan hidup lanjut dapat diberikan berupa obat-obatan. Obat-obatan
tersebut dibagi dalam 2 golongan yaitu,
1. Penting, yaitu :
Adrenalin
Natrium bikarbonat
Sulfat Atropin
Lidokain
2. Berguna, yaitu :
Isoproterenol
Propanolol
Kortikosteroid
Natrium bikarbonat
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dengan pemaparan materi di atas, kita telah mengetahui hal-hal yang sangat
penting untuk menjaga kelangsungan hidup pada pasien dengan luka bakar dan henti
jantung. Penanganan kegawatdaruratan menjadi sangat penting karena kedua masalah ini,
luka bakar dan henti jantung, dapat mengakibatkan kematian jika tidak tertangani dengan
tepat.
2. Saran
Adapun saran yang bisa kami ajukan adalah :
1. Kami mengharapkan agar dosen pembimbing bisa lebih aktif dalam memandu
kelompok saat tutorial
2. Tempat untuk pelaksanaan tutorial, kalau bisa, jangan dipusatkan di satu tempat
karena akan mengganggu konsentrasi setiap kelompok. Ini disebabkan karena
ributnya ruangan.
3. Kami mengharapkan agar laporan ini bisa dipergunakan dengan sebaik-baiknya demi
pengembangan khasanah ilmu pengetahuan.
4. Jika ada kesalahan dalam laporan ini, kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan laporan kami di waktu yang akan datang.