laporan onsite feati

Upload: yessy-r-chairuddin

Post on 01-Mar-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Laporan Onsite FEATI

    1/37

    Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan ke Lapangan (On-site Visit)

    FARMER EMPOWERMENT THROUGH AGRICULTURAL TECHNOLOGY AND INFORMATIONIBRD 7427-IND DAN IDA 4260-IND

    Direktorat Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen

    Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

    Kementerian Keuan an Re ublik Indonesia

  • 7/25/2019 Laporan Onsite FEATI

    2/37

    1

    BAB IPENDAHULUAN

    A. LatarBelakang

    Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 tentang

    Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah, Bab

    VI Pasal 77 Ayat (1), telah diamanatkan untuk melakukan kegiatan

    monitoring dan evaluasi terutama pada aspek realisasi penyerapan dana

    serta aspek keuangan lainnya secara triwulanan terhadap kegiatan yang

    dibiayai dari pinjaman dan hibah luar negeri. Untuk memenuhi amanat

    pasal dimaksud dan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

    184/PMK.01/2010 tanggal 11 Oktober 2010 ditetapkan bahwa

    Subdirektorat Monitoring dan Evaluasi, Direktorat Evaluasi, Akuntansi dan

    Setelmen mempunyai tugas melaksanakan monitoring dan evaluasi

    pengelolaan pinjaman, hibah dan instrumen pembiayaan syariah,

    pelaksanaan analisis kinerja perkembangan pelaksanaan pinjaman, hibah

    dan instrumen pembiayaan syariah, dan penyiapan rekomendasi rencana

    tindak (action plan) percepatan pelaksanaan pinjaman, hibah dan

    instrumen pembiayaan syariah.

    Sesuai amanat Pasal 5 Peraturan Menteri Keuangan Nomor

    33/PMK.08/2010 tentang Monitoring, Evaluasi, Pelaporan, Publikasi dan

    Dokumentasi Pinjaman Dan/Atau Hibah Pemerintah materi monitoring

    yang berupa data dan informasi yang terkait dengan aspek finansial

    pelaksanaan pinjaman dan/atau hibah dapat berupa data realisasi

    penyerapan pinjaman dan/atau hibah yang diperoleh dari peninjauan

    lapangan ke lokasi kegiatan (on-site visit) terhadap kegiatan yang

    diindikasikan mengalami penyerapan rendah. Selain itu, peninjauan

    lapangan ke lokasi kegiatan juga dapat diarahkan untuk memperoleh

    informasi berkenaan dengan pelaksanaan kegiatan fisik serta pengelolaan

    kegiatan selain juga data dan informasi lain yang dapat digunakan untuk

    melakukan perbandingan antara sasaran kegiatan, indikator-indikator

    keberhasilan serta kemajuan yang telah dicapai dalam pelaksanaan

    kegiatan. Pemantauan pelaksanaan kegiatan fisik dimaksud utamanya

    ditujukan untuk melakukan identifikasi penyebab terkendalanya

    penyerapan dana pinjaman.

    Secara lebih jauh, penyebab rendahnya tingkat penyerapan dan

    keterkaitannya dengan kemajuan fisik pelaksanaan kegiatan serta

    permasalahan yang menyebabkannya terhambatnya penarikan dana,

  • 7/25/2019 Laporan Onsite FEATI

    3/37

    Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit)Kegiatan FEATI

    Halaman2

    dapat dielaborasi lebih lanjut melalui penghimpunan informasi dari para

    pemangku kepentingan (stakeholders) yang terlibat langsung dalam

    pelaksanaan ataupun pemangku kepentingan lain yang merasakan

    langsung dampak atas keluaran kegiatan.

    Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsi Subdirektorat

    Monitoring dan Evaluasi tersebut, pada tanggal 14 Juni sampai dengan 9

    Juli 2011 telah dilaksanakan kegiatan monitoring melalui pemantauan

    lapangan (on-site visit), wawancara dengan pelaksana proyek serta

    pengumpulan dan analisa data terhadap pelaksanaan pinjaman luar

    negeri yang bersumber dari Bank Dunia untuk kegiatan proyek Farmer

    Empowerment through Agricultural Technology and Information (FEATI).

    Pengelolaan proyek FEATI ini berada dibawah Badan Penyuluhan dan

    Pengembangan Sumber Daya Manuasia Pertanian - Kementerian

    Pertanian yang selanjutnya bertindak sebagai Executing Agency.

    B. Maksud danTujuan

    Adapun maksud dan tujuan yang hendak dicapai dalam

    pelaksanaan kegiatan monitoring ini adalah untuk memperoleh gambaran

    riil dan langsung mengenai perkembangan pelaksanaan kegiatan yang

    dibiayai dari pinjaman luar negeri termasuk di dalamnya perkembangan

    kemajuan penarikan dana pinjaman, kemajuan fisik, perkembangan

    proses pengadaan barang/jasa, kendala-kendala yang dihadapi dalampelaksanaan kegiatan, serta langkah tindak yang telah dan/atau akan

    diambil dalam mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam

    pelaksanaan kegiatan yang bersangkutan sehingga diharapkan dari hasil

    monitoring tersebut dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan

    rekomendasi dalam rangka mengatasi permasalahan yang timbul dan

    upaya-upaya untuk mempercepat pelaksanaan kegiatan agar dapat

    dicapai pelaksanaan kegiatan yang efektif dan efisien tanpa menimbulkan

    tambahan beban biaya-biaya (additional costs) pinjaman yang tidak perlu.

    Secara lebih umum, pemantauan melalui kunjungan ke lapangan

    dilakukan sebagai upaya monitoring dan evaluasi atas kegiatan yang

    dananya berasal dari pinjaman. Monitoring dan evaluasi semacam ini

    merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya optimalisasi dana APBN.

  • 7/25/2019 Laporan Onsite FEATI

    4/37

    Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit)Kegiatan FEATI

    Halaman3

    BAB IIGAMBARAN UMUM

    A. Deskrips i

    Proyek1. Nama Proyek : Farmer Empowerment through Agricultural

    Technology and Information (FEATI)

    2. Sumber Dana : Bank Dunia (IDA Nomor 7427-IND dan IBRDNomor 4260-IND)

    3. Nomor Loan : 20076000 dan 20361000

    4. Nomor Register : 21594001

    5. Jumlah Loan : SDR 39.900.000,00 dan USD 32.800.000,00

    6. Tgl. Penandatanganan : 28 Maret 2007

    7. Tanggal Efektif : 28 Juni 2007

    8. Tanggal Closing : 30 Juni 2012

    9. Term and Condition

    a. Grace Period

    b. Maturity

    c. Fees

    d. Interest Rate

    :

    :

    :

    :

    10 tahun dan 5 tahun

    34,5 tahun dan 19,5 tahun

    SDR 53.153,73 dan USD 309.519,29

    LIBOT + Variabel Spread

    10. Mekanisme Penarikan : Rekening Khusus (Special Account)

    11. Executing Agency : Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDMPertanian Kementerian Pertanian

    12 Lokasi Kegiatan Sumatra Barat, Sumatra Utara, Sumatra

    Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, JawaTimur, Banten, DI Yogyakarta, Nusa TenggaraBarat, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan,Sulawesi Tengah, dan Gorontalo.

    B. Tujuan danSasaranKegiatan

    Tujuan secara umum proyek Farmer Empowerment through Agricultural

    Technology and Information (FEATI) adalah untuk meningkatkan produktivitas,

    pendapatan dan kesejahteraan petani, dan pengembangan kemampuan serta

    peranan organisasi petani. Sedangkan sasaran FEATI antara lain berupat:

    1. Pengembangan kelembagaan penyuluhan,2. Pengembangan kelembagaan petani,

    3. Penguatan ketenagaan penyuluhan,

    4. Perbaikan sistem dan metode penyuluhan,

    5. Perbaikan penyelenggaraan penyuluhan,

    6. Penguatan dukungan teknologi pada usaha tani, dan

    7. Perbaikan pelayanan informasi pertanian.

  • 7/25/2019 Laporan Onsite FEATI

    5/37

    Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit)Kegiatan FEATI

    Halaman4

    C. RuangLingkupPekerjaan

    Adapun ruang lingkup kegiatan FEATI terdiri dari :

    1. Komponen A

    Penguatan sistem penyuluhan yang berorientasi pada kebutuhan petani.

    2. Komponen B

    Penguatan Kelembagaan dan Kapasitas Penyuluh,

    3. Komponen C

    Peningkatan pengkajian dan penyebaran teknologi.

    Kegiatan utama FEATI terdiri dari pembangunan gedung BPP yang termasuk

    ke dalam komponen A dan Farmer managed extension activities (FMA) yang

    termasuk pada komponen B. Khusus kegiatan FMA antara lain sebagai

    berikut:

    1. Teknik mengidentifikasi pasar, analisis potensi desa, dan analisis

    pemilihan komoditi unggulan.

    2. Pemilihan dan penghitungan penggunaan sarana produksi secara efisien

    dan efektif.

    3. Pemilihan teknologi pasca panen (sortasi, grading, dan packaging) dan

    teknologi pengolahan hasil.

    4. Manajemen produksi, keuangan, dan transportasi.

    5. Pengembangan organisasi petani.

    D. RencanaInvestasiProyek

    Keseluruhan dana investasi untuk pelaksanaan kegiatan FEATI sebesar

    SDR 39,9 dan USD 32,8 juta. Sesuai klausul di dalam dokumen perjanjian

    pinjaman, kontribusi Pemerintah Indonesia khusus untuk goods, works,

    training costadalah sebesar 20% dari total komitmen pinjaman (ekuivalen

    SDR 4,85 juta dan USD 3,99 juta).

    Rencana Investasi Proyek FEATI

    CategoryAmount of IDA

    (SDR)

    Amount of

    IBRD

    (USD)

    1. Goods, works, training and operating cost 24.250.000 19.950.000

    2. Grants 12.050.000 9.900.000

    3. Consulting servi ces 2.550.000 2.100.000

    4. Unallocated 1.050.000 850.000

    TOTAL 39.900.00 32.800.000

  • 7/25/2019 Laporan Onsite FEATI

    6/37

    Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit)Kegiatan FEATI

    Halaman5

    E. KinerjaProyek

    Berdasarkan pada data DMFAS per tanggal 30 Juni 2011, dapat

    diketahui bahwa kinerja penarikan dana pinjaman adalah sebagai

    berikut:

    Nama Proyek Farmer Empowerment through Agri cultural

    Technology and Information

    Nomor Loan IDA 7427-IND dan IBRD 4260-IND

    Dated Signed 28 Maret 2007 28 Maret 2007

    Date Effective 28 Juni 2007 28 Juni 2007

    Date Drawing Limit 30 Juni 2012 30 Juni 2012

    Loan Amount SDR 39.900.000,00 USD 32.800.000,00

    Disbursement SDR 39.900.000,00 USD 12.949.355,61

    Undisbursed - USD 19.860.644,39

    Disbursment Ratio 100% 39 %

    Elapsed Time Ratio 80% 80 %

    Progress Variant 1,25 0.49

    Category Loan On/ahead schedule Behind Schedule

    Sumber : DMFAS Direktorat EAS

    Dari data di atas dapat dilihat bahwa pinjaman kegiatan FEATI, loan

    IBRD 4260-IND, termasuk dalam kategori behind schedule dengan

    persentase penyerapan (39%) dengan waktu efektif pinjaman yang telah

    terlampaui (80%) dari total masa laku pinjaman yang direncanakan.Dibanding dengan waktunya, dengan demikian dapat dikatakan bahwa

    penyerapan pinjaman tersebut termasuk dalam kategori behind schedule.

    Performa optimalisasi dana yang diukur dari realisasi anggaran yang

    tersedia di dalam DIPA sejak tahun 2007 sampai dengan akhir triwulan I

    tahun 2011 menunjukkan kecenderungan yang membaik.

    Kinerja Penarikan Pinjaman

    Sampai akhir triwulan I Tahun 2011 (dalam rupiah)Tahun DIPA Realisasi Persen

    Penyerapan

    2007 134,683,143,449 19,193,923,460 14%

    2008 215,303,123,000 133,059,412,460 62%

    2009 333,226,476,000 291,384,180,603 87%

    2010 185,729,080,505 171,238,797,495 92%

    2011* 198,550,639,447 5,564,530,546 3%

    Sumber: PMU FEATI

  • 7/25/2019 Laporan Onsite FEATI

    7/37

    Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit)Kegiatan FEATI

    Halaman6

    Apabila dilihat dari nilai historis penyerapan DIPA sejak pinjaman efektif

    sampai dengan akhir tirwulan I tahun 2011, dapat disimpulkan bahwa

    kinerja penyerapannya terus membaik sebagaimana terlihat di grafik

    berikut.

    Secara lebih jauh, angka realisasi anggaran terhadap alokasi DIPA dari

    tahun 2007 ke tahun 2010 menunjukkan peningkatan penyerapan yang

    semakin membaik. Persentase realisasi anggaran terhadap alokasi DIPA

    pada akhir tahun 2010 mencapai 92% dari nilai yang dialokasikan pada

    DIPA tahun 2010.

    Meskipun persantase realisasi anggaran telah menunjukkan perbaikan,

    namun indikasi perpanjangan masa laku terhadap pinjaman ini dirasasangat reasonable mengingat perpanjangan tersebut lebih disebabkan

    keinginan pengelola untuk memperpanjang masa pemberdayaan yang

    telah dirintis oleh kegiatan FEATI dengan memperhatikan puls beberapa

    komponen kegiatan pokok yang belum sepenuhnya dapat terlaksana.

    Dalam hal ini, keberhasilan kegiatan pemberdayaan tidak semata-mata

    dapat diukur dari nilai penyerapannya namun harus juga

    mempertimbangkan hal-hal yang menjadi karakteristik kegiatan yang

    berbasis pemberdayaan masyarakat Sedangkan untuk kegiatan

    pembangunan gedung pertanian secara optimis dapat diselesaikan pada

    akhir tahun 2011.

    Sementara itu kumulatif penarikan pinjaman untuk kegiatan FEATI sampai

    dengan 31 Maret 2011 telah mencapai IDR 676.054,62 juta yang terdiri

    dari porsi yang didanai oleh pemerintah (GoI) sebesar IDR 84.709,01 juta,

    SBUN sebesar 41.393,59 juta, advance payment sebesar IDR 3.141,96

    juta, dan Bank Dunia sebesar IDR 547.260,05.data secara rinci dapat

    dilihat pada tabel berikut :

  • 7/25/2019 Laporan Onsite FEATI

    8/37

    Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit)Kegiatan FEATI

    Halaman7

    COMULATIVE EXPENDITURE FEATIAS OF MARCH 31,2011

    (in million)categor y GoI SBUN Advance

    PaymentCharged toWB in IDR

    Charged toWB in USD

    Goods, works,training, operatingcost

    84.709,01 29.104,00 2.281,35 361.955,23 37,83

    Farmer managedextension activitiesgrant

    - 10.792,30 860,61 151.799,32 15,61

    Consulting services - 1.497.31 - 33.505,51 3,67

    Total

    Sumber: PMU FEATI

    84.709,01 41.393,59 3.141,96 547.260,05 57,10

  • 7/25/2019 Laporan Onsite FEATI

    9/37

    Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit)Kegiatan FEATI

    Halaman8

    BAB IIILaporan Hasil Monitoring Melalui Kunjungan Ke Lokasi Kegiatan

    Kegiatan pemantauan lapangan dilaksanakan pada tanggal 14 Juni sampaidengan 9 Juli 2011, kegiatan tersebut dilaksanakan pada 13 Provinsi yaitu Sumatra Barat,

    Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, DI

    Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah,

    dan Gorontalo. Di antara sejumlah kriteria yang mendasari pemilihan lokasi sampel salah

    satunya adalah kemungkinan diidentifikasikannya permasalahan yang menyebabkan

    perpanjangan masa laku pinjaman (loan extension) sebagaimana yang diindikasikan pada

    tahapan persiapan (pertemuan koordinasi) sebelum pelaksanaan pemantauan lapangan.

    Dari kegiatan kunjungan lapang tersebut diperoleh informasi sebagai berikut:

    A. KabupatenSolok

    Deskripsi dan Kinerja:

    Kabupaten Solok merupakan satu dari lima kabupaten di Provinsi

    Sumatra Barat yang melaksanakan Program Pemberdayaan Petani

    melalui Teknologi dan Informasi Pertanian (P3TIP) atau Farmer

    Empowerment Through Agricultural Technology and Information

    (FEATI). Kegiatan FEATI tersebar di 14 Kecamatan pada 40 Nagari

    dengan 40 unit Pengelola FMA Nagari (UPFN).

    Kecenderungan pola realisasi anggaran setiap tahun relatif rendah yaitu

    dengan kisaran 57 persen. Sedangkan untuk triwulan I tahun 2011, dari

    total DIPA sejumlah Rp 4.282.150.000 baru terserap sejumlah

    108.490.740 atau sebesar 3 persen. Namun demikian sisa dana

    tersebut optimis dapat diserap sampai dengan akhir tahun ini. Hal ini

    disebabkan untuk kegiatan pembangunan gedung pertanian belum

    melakukan penagihan atas prestasi kontrak yang sedang dikerjakan.

    Sesuai disbursement plan, penagihan tersebut akan dilaksanakan

    sekitar bulan Agustus sampai dengan Oktober 2011.

    Realisasi anggaran kegiatan FEATI yang bersumber dari pinjaman

    secara lengkap ditunjukkan pada tabel sebagai berikut:

    No Tahun DIPA Realisasi % Realisasi

    1 2007 866,963,000 163,036,160 19%

    2 2008 1,574,452,000 1,208,968,757 77%

    3 2009 3,086,472,000 2,223,592,240 72%

    4 2010 3,175,620,000 1,922,207,619 61%

    5 2011 4,282,150,000 108,490,740 3%

  • 7/25/2019 Laporan Onsite FEATI

    10/37

    Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit)Kegiatan FEATI

    Halaman9

    kinerja fisik kegiatan kondisi per 30 Juni 2011 telah mencapai sekitar 78

    persen. Kegiatan fisik ini terdiri dari pembangunan 11 gedung pertanian

    dan 3 rehabilitasi gedung pertanian. Sesuai schedule, seluruh kegiatan

    fisik bangunan akan berakhir pada Oktober 2011.

    Permasalahan:

    Berdasarkan kunjungan tim monitoring diperoleh informasi

    permasalahan terkait dengan pelaksanaan kegiatan FEATI sebagai

    berikut:

    1. Penetapan calon lokasi gedung pertanian memerlukan waktu yang

    realtif cukup lama khususnya terkait dengan pembebasan lahan dan

    prosedur panjang yang melibatkan pihak masyarakat dan jugapengurusan administrasi di Badan Pertanahan Nasional.

    2. Lokasi yang didapat untuk gedung pertanian pada umumnya jauh

    dari pemukiman penduduk dan belum terjangkau dari sarana

    transportasi sehingga menyulitkan untuk mobilisasi dan angkutan

    material.

    3. Panitia mengalami kesulitan terhadap prosedur pelaksanaan

    pengadaan yang mengacu pada metode National Competitive

    Bidding.

    4. Kejadian bencana gempa bumi pada tahun 2009 menyebabkan

    terjadinya kenaikan harga.

    5. Perlunya capacity buildingbagi para penyuluh pertanian mengingat

    kondisi saat ini tidak jarang dijumpai bahwa pengetahuan petani

    lebih mumpuni dari penyuluh pertanian.

    6. Gedung Pertanian yang dibangun belum dilengkapi dengan pagarhal ini memungkinkan adanya: a) pengambilan lahan tanah oleh

    warga sekitar secara sedikit demi sedikit meskipun berdasarkan

    perjanjian tanah tersebut sudah dihibahkan kepada Pemerintah

    Kabupaten Solok untuk Kepentingan Pembangunan Gedung

    Pertanian, b) fasilitas yang ada di gedung pertanian menjadi

    tidak/kurang aman.

    7. Pada set plan awal gedung pertanian dilengkapi dengan sarana

    tempat tinggal (housing) bagi koordinator penyuluh pertanian.

  • 7/25/2019 Laporan Onsite FEATI

    11/37

    Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit)Kegiatan FEATI

    Halaman10

    Namun pada saat pelaksanaan, housing tersebut tidak termasuk

    dalam item pembangunan gedung pertanian meskipun luas tanah

    yang disediakan sangat memungkinkan untuk dibangunnya housing

    untuk koordinator penyuluh pertanian. Apabila housing tersebut

    terbangun diharapkan dapat lebih mengefektifkan komunikasi antar

    penyuluh dan petani.

    Tindak lanjut:

    Berdasarkan permasalahan yang ada telah dilakukan tindak lanjut yang

    antar lain sebagai berikut:

    1. Melaksanakan monitoring dan supervisi oleh kabupaten secara

    intensif terhadap penyedian lahan bangunan gedung pertanian.

    2. Memberikan penjelasan kepada panitia agar untuk pengadaan

    gedung pertanian agar mengacu pada project management manual

    guideline.

    3. Mengusahakan percepatan proses pelepasan lahan masyarakat dan

    konsolidasi dengan Pemda dalam rangka percepatan penyelesaian

    sertifikat lahan bangunan.

    4. Pada tahap selanjutnya akan diusulkan penyediaan dana dari APBD

    untuk peningkatan sumber daya manusia penyuluh pertanian.

    5. Sisa dana yang ada diusulkan dapat dialokasikan untuk

    pembangunan pagar gedung pertanian.

    Saran dan masukan

    Untuk kegiatan yang dibiayai dari pinjaman luar negeri khususnya yang

    mensyaratkan dana pendamping menjadi hal yang sulit bagi Pemerintah

    Kabupaten Solok mengingat kecilnya Pendapatan Asli Daerah

    Kabupaten Solok. Di sisi kegiatan FEATI ini sangat dibutuhkan dansangat membantu dalam meningkatkan pemberdayaan petani di

    Kabupaten Solok. Diharapkan akan ada program/kegiatan lanjutan yang

    serupa dari pemerintah pusat untuk meningkatkan pemberdayaan di

    Kabupaten Solok.

  • 7/25/2019 Laporan Onsite FEATI

    12/37

    Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit)Kegiatan FEATI

    Halaman11

    B. KabupatenDonggala

    Pelaksanaan program FEATI pada Kabupaten Donggala dan Sigi

    (Kabupaten pemekaran) dimulai sejak tahun 2008. Kegiatan FEATI

    pada Kabupaten Donggala dan Sigi (Kabupaten pemekaran)

    dilaksanakan di 19 Kecamatan yang tersebar di 40 Desa.

    Program FEATI yang dilaksanakan di Kabupaten Donggala dan Sigi

    (Kabupaten pemekaran) mencakup kegiatan utama revitalisasi

    pertanian dibidang penyuluhan yaitu: i) membangun sumberdaya

    manusia pelaku penyuluhan pertanian, ii) mengembangkan sistem kerja

    dan metode penuluhan, iii) meningkatkan peranan kelembagaan

    penyuluhan, iv) memberdayakan dukungan teknologi yang dibutuhkan

    sistem pertanian, dan v) meningkatkan informasi pelayanan informasi

    penyuluhan. Adapun sasaran program FEATI di Kabupaten Donggala

    dan Sigi (Kabupaten pemekaran) adalah anggota kelompok tani

    (Poktan) yang tergabung dalam Gapoktan, Asosiasi dan Koperasi

    Petani.

    Disbursement PlanKegiatan FEATI Kabupaten Donggala(dalam jutaan)

    NO TAHUN TW I TW II TW III TW IV JUMLAH

    1 2008 - 110.26 525.93 1,640.84 2,277.03

    2 2009 84.29 202.70 705.49 3,545.10 4,537.58

    3 2010 38.91 220.24 551.36 2,640.60 3,451.10

    4 2011 64.19 261.51 - - 325.70

    TOTAL 10,591.41

    Dalam kurun waktu pelaksanaan kegiatan FEATI di Kabupaten

    Donggala dan Sigi (Kabupaten pemekaran), persentase realisasi

    penyerapan anggaran secara rata sebesar 90.21%. Sedangkan alokasi

    DIPA tertinggi terdapat pada alokasi DIPA tahun 2009. Informasi secara

    lengkap dapat dilihat pada tabel berikut:

    Realisasi Penyerapan Anggaran FEATIKabupaten Donggala dan Sigi (Kabupaten pemekaran)

    Keadaan Per 30 Juni 2011(dalam juta rupiah)

    Tahun DIPA Realisasi Persen

    2008 1,946,644.00 1,640,840.29 84.29%

    2009 3,820,095.00 3,546,098.82 92.83%

    2010 2,823,603.00 2,640,596.45 93.52%

    2011 2,254,331.00 261,512.60 11.60%

  • 7/25/2019 Laporan Onsite FEATI

    13/37

    Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit)Kegiatan FEATI

    Halaman12

    Selanjutnya, terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi dalam

    pelaksanaan kegiatan FEATI di Kabuapten Donggala dan Sigi

    (Kabupaten pemekaran) antara lain:

    1. Rendahnya realisasi penyerapan DIPA Tahun Anggaran 2011sampai bulan Juni 2011 baru mencapai 11.60%. Adapun penyebab

    rendahnya penyerapan anggaran disebabkan: i) lambatnya proposal

    FMA yang masuk ke kabupaten, ii) Petunjuk Teknis (Juknis) untuk

    pelaksanaan kaji tindak sampai bulan Juni 2011 belum ada, dan

    iii) Adanya pemeriksaan secara maraton yang dilakukan oleh Itjen

    Kementerian Pertanian dan BPKP Propinsi Sulawesi Tengah

    sehingga waktu tercurah untuk melayani dan mendampingi tim

    pemeriksa;

    2. Kegiatan pembelajaran, sekolah lapang dan magang pada UP-FMA

    pada tahun 2010 belum dilaksanakan karena keterlambatan

    pengajuan proposal program FEATI;

    3. Pergantian Tim Penyuluh Pendamping yang mengakibatkan

    kegiatan pembinaan UP-FMA mengalami banyak masalah yang

    antara lain perlunya penyesuaian terhadap pengurus UP-FMA dan

    materi pembinaan;

    4. Kegiatan pembelajaran, sekolah lapang dan magang belum

    berwawasan agribisinis dan belum bermitra.

    Langkah tindak lanjut

    1. Kegiatan program FEATI yang belum dilaksanakan pada tahun 2010

    karena keterlambatan pengajuan proposal akan segera

    dilaksanakan pada tahun 2011;

    2. Mengusulkan kepada pengambil kebijakan agar tidak memutasikan

    penyuluh yang bertugas sebagai tim penyuluh pendamping;

    3. Meningkatkan kompentensi para penyuluh dibidang kewirausahaan

    dan kemitraan.

    4. Mengusulkan agar Juknis tindak kaji segera dikirim ke Kabupaten

    sehingga pelaksanaan program FEATI dapat dilaksanakan sesuai

    Juknis tersebut.

  • 7/25/2019 Laporan Onsite FEATI

    14/37

    Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit)Kegiatan FEATI

    Halaman13

    Usul, saran dan masukan

    1. Hendaknya pedoman dan Petunjuk Lapangan maupun Petunjuk

    Teknis seharusnya telah disusun pada saat waktu menyusun

    perencanaan suatu kegiatan artinya harus bersamaan antara

    penyusunan kegiatan dan Juknisnya sehingga dalam pelaksanaan

    kegiatan tidak saling menunggu;

    2. Pemeriksaan seharusnya dilaksanakan dengan memperhatikan

    jadwal pelaksanaan kegiatan agar tidak memberikan kendala bagi

    pencapaian tujuan kegiatan.

    C. Kabupaten

    Magelang

    Deskripsi dan Kinerja:

    Meskipun pinjaman FEATI telah efektif sejak 28 Juni 2007, namun

    kegiatan FEATI di Kabupaten Magelang baru berjalan pada tahun 2008.

    Adapun penyebabnya yaitu setelahpinjaman ditandatangani pada tahun

    2007 masih terdapat kendala dalam hal penyusunan

    pengadministrasian reksus dan revisi anggaran pada DIPA Kementerian

    Pertanian.

    Proyek FEATI secara umum dirasakan sangat bermanfaat bagi petani di

    Kabupaten Magelang. Hal tersebut terlihat dari:1. Keberhasilan Kabupaten Magelang sebagai daerah pemasok 15%

    untuk ketahanan pangan di tingkat nasional, dengan menghasilkan

    berbagai varian padi yang mempunyai daya jual tingggi (padi

    organik).

    2. Pembelajaran, pemberdayaan dan peningkatan SDM petani melalui

    transfer teknologi pertanian dan peternakan sehingga petani secara

    mandiri mempunyai pengetahuan untuk memanfaatkan teknologi

    dalam meningkatkan hasil pertanian maupun peternakan yang

    dikelolanya.

    Di dalam pelaksanaannya, segenap unsur yang terlibat dalam kegiatan

    FEATI juga memahami dan menyadari bahwa proyek FEATI ini

    merupakan proyek yang dibiayai dari Utang Luar Negeri di mana

    pemerintah berkewajiban untuk mengembalikan kembali pembiayaan

    dari Bank Dunia sehingga merasa perlu untuk mengelola pendanaan

    dan kegiatan proyek secara berhati-hati. Hal tersebut tercermin dari:

    1. Adanya tata kelola administrasi dan mekanisme pembukuan yang

  • 7/25/2019 Laporan Onsite FEATI

    15/37

    Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit)Kegiatan FEATI

    Halaman14

    menjamin transparansi seluruh kegiatan FEATI maupun laporan

    penerimaan/pengeluaran dana baik di tingkat kabupaten maupun di

    tingkat petani selaku penerima manfaat langsung dari kegiatan

    FEATI.

    2. Dari sisi realisasi anggaran, penyerapan dana FEATI di Kabupaten

    Magelang dirasa cukup baik. Hal tersebut terlihat dari kenaikan

    presentase penyerapan dana dari awalnya sekitar 67,46% di tahun

    2008 menjadi 98,35% di tahun 2010, sebagaimana tabel terlampir:

    Tahun Anggaran Pagu DIPA Realisasi Persen Realisasi

    2008 3,86M 2,61M 67,46%

    2009 6,58M 5,48M 83,23%

    2010 3,10M 3,05M 98,35%

    2011* 5,26M 19,98juta 0,36%

    3. Penyebaran brosur/pamflet anti korupsi guna menjamin kualitas

    manfaat dan pelaksanaan proyek FEATI di Kab Magelang

    Kendala dan permasalahan

    Secara umum tidak terdapat kendala dan permasalahan yang berarti

    terkait dengan pelaksaaan penyerapan dana FEATI di Kabupaten

    Magelang. Namun demikian sedikit yang menjadi kendala yaitu terkait

    dengan permasalahan di Front Office KPPN. Namun dapat teratasi

    dengan adanya komunikasi dan koordinasi yang intensif.

    Sedangkan terkait dengan pelaksanaan kegiatan, tim monitoring dan

    evaluasi melakukan uji petik di dua lokasi kegiatan yaitu Desa Magersari

    yang merupakan UP FMA yang memanfaatkan FEATI untuk

    penggemukan sapi dan Desa Mangunsari yang merupakan UP FMA

    yang memanfaatkan FEATI untuk mengelola pemeliharaan

    domba/kambing. Berdasarkan kunjungan tersebut dapat disampaikan

    mengenai kendala bagi petani yang antaralain adalah :

    1. keterbatasan modal bagi petani untuk pembelian bibit dan pakan

    ternak.

    2. pada umumnya lahan petani belum bersertifikat sehingga pada saat

    petani membutuhkan modal untuk jaminan pada suatu Bank tidak

    bisa dilaksanakan.

    3. adanya pungutan oleh oknum yang mengatas namakan pihak atau

    instansi tertentu yang meresahkan petani.

  • 7/25/2019 Laporan Onsite FEATI

    16/37

    Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit)Kegiatan FEATI

    Halaman15

    Tindak lanjut:

    Terhadap permasalahan teknis pencairan dana di KPPN dilakukan

    komunikasi yang intensif yang pada akhirnya permasalahan telah dapat

    teratasi. Sedangkan terkait dengan keterbatasan sumber daya modal

    bagi pengembangan usaha petani telah dilakukan kerjasama dengan

    bank syariah/bank umum dimana masyarakat dapat memperoleh modal

    sesuai dengan jaminan berupa sertifikat tanah atau rumah yang

    dimilikinya.

    Saran dan masukan

    Kabupaten Magelang adalah lokasi yang potensial untuk

    pengembangan peternakan namun demikian karena keterbatasan

    modal bagi para petani/peternak diperlukan perhatian secara khusus

    dari pemerintah dalam hal untuk memperoleh modal untuk

    pengembangan peternakan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara

    membuka kerja sama antara petani dengan lembaga perbankan

    pemerintah, memberikan kesempatan kepada investor untuk bekerja

    sama dalam menanamkan modal untuk mengelola peternakan. Selain

    itu diharapkan juga bantuan pemerintah terkait dengan pembuatan

    sertifikat bagi tanah/rumah petani sehingga dapat digunanakan sebagai

    jaminan untuk mendapatkan sumber modal alternatif dari lembaga

    perbankan.

    D. KabupatenMaros

    Deskripsi dan Kinerja

    Realisasi kegiatan FEATI pada Kabupaten Maros telah dilaksanakan

    sejak akhir tahun 2007. Realisasi penyerapan dana FEATI Kabupaten

    Maros termasuk dalam kategori yang baik dimana secara umum

    realisasi penyerapan dana telah melampaui project appraisal document

    (PAD).

  • 7/25/2019 Laporan Onsite FEATI

    17/37

    Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit)Kegiatan FEATI

    Halaman16

    Kinerja penyerapan dana

    Disbursement PlanKegiatan FEATI Kabupaten MarosTahun 2007-2011

    (dalam jutaan)

    NO TAHUN TW I TW II TW III TW IV JUMLAH

    1 2007 - - 1.367.97 2.051.96 3,419.93

    2 2008 449.27 599.02 898.53 1.048.29 2,995.11

    3 2009 570.17 760.23 1.140.34 1.330.40 3,801.13

    4 2010 274.89 366.53 549.79 641.42 1,832.63

    5 2011 30.61 40.81 61.22 71.42 204.06

    TOTAL 12,252.87

    Kendala dan Permasalahan

    Kegiatan efektif pada bulan Oktober 2007 yang sebagian besar kegiatan

    didominasi sosialisasi ataupun diseminasi kepada kelompok masyarakat

    yang menjadi sasaran kegiatan. Beberapa permasalahan yang muncul

    adalah:

    1. Pada awal kegiatan berjalan, proposal yang diajukan kelompok

    petani tidak memenuhi kelayakan yang diminta. Hal ini berujung

    pada tertundanya pelaksanaan kegiatan dan juga penyerapan

    dananya

    2. Terdapat kesalahan pencantuman nomor identitas NPPLN dalam

    Perdirjen Perbendaharaan sehingga mengakibatkan terhambatnya

    proses pencairan

    3. Adanya kesulitan dalam penyampaian pemahaman perhitungan

    bruto (porsi PPN terhadap dana pinjaman) kepada pihak KPPN,

    rekanan maupun auditor

    4. Penggantian satker, mutasi pegawai termasuk tenaga penyuluh

    lapangan sehingga mengganggu jadwal kegiatan yang sudah dibuat

  • 7/25/2019 Laporan Onsite FEATI

    18/37

    Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit)Kegiatan FEATI

    Halaman17

    5. Penyuluh swadaya belum diberdayakan secara optimal sehingga

    SDM-nya tidak mengalami peningkatan yang signifikan

    6. Adanya situasi iklim setempat yang tidak menentu sehingga

    memberikan pengaruh berupa meningginya volatilitas terhadap

    usaha petani

    7. Kesibukan pengurus dengan adanya beberapa kegiatan lain yang

    ditangani mengakibatkan konsentrasi pada kegiatan tertentu

    terganggu

    8. Keterampilan dari segi teknis bagi Tim Penyuluh Lapangan terutama

    petugas pendamping masih terbatas akibat perbedaan disiplin ilmu

    yang dikuasai

    9. Pergantian kepala daerah mengakibatkan terhambatnya

    pengalokasian dan pencairan dana pendamping

    Tindak lanjut

    1. Koordinasi dengan instansi terkait secara periodik atau konsultasi

    jika menemukan suatu permasalahan

    2. Mempertahankan pegawai pengelola FEATI melalui komitmen

    jajaran pimpinan di daerah

    3. Refocusing pada aktifitas yang terlambat seperti pembelajaran

    petani, revenue-driven activities, pemasaran

    E. Kabupaten

    Malang

    Deskripsi dan Kinerja:

    Kinerja penyerapan anggaran FEATI Kabupaten malang pada tahun

    2007 hanya mencapai 13.3% hal ini disebabkan karena kegiatan baru

    dimulai pada akhir tahun yang bersangkutan. Sedangkan kinerja

    penyerapan anggaran tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar

    88,08%. Untuk tahun 2011 kinerja yang digambarkan dalam grafik

    merupakan kondisi pada triwulan I tahun 2011. Gambaran secara

    lengkap dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

  • 7/25/2019 Laporan Onsite FEATI

    19/37

    Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit)Kegiatan FEATI

    Halaman18

    Kendala dan Permasalahan

    1. Perpindahan SKPD dari Dinas ke Badan yang terjadi di awal

    pelaksanaan kegiatan memberikan hambatan tersendiri

    2. Kegiatan dimulai di akhir tahun 2007 sehingga hanya efektif untuk

    sosialisasi dan diseminasi informasi

    3. Proposal yang diajukan petani tidak lolos verifikasi akibat tidak

    memenuhi kualifikasi untuk diberikan pendanaan

    4. Terdapat Peraturan Menteri Keuangan yang mengurangi porsi

    perjalanan dinas memberikan hambatan bagi upaya konsolidasi dan

    sosialisasi kegiatan terutama pada tahapan awal pelakanaannya

    5. Adanya sedikit ketidakjelasan penggunaan supporting fund yang

    menjadi APBD mengingat dana APBD tidak boleh mendanai

    kegiatan yang serupa dengan FEATI (duplikasi)

    6. Isu kesinambungan: masalah permodalan untuk perluasan usaha

    kelompok tani termasuk upaya untuk merubah status badan hukum

    FMA menjadi koperasi sehingga layak untuk mendapatkan

    pendanaan usaha mikro dari Kementerian UKM.

    F. KabupatenPontianak

    Deskripsi dan Kinerja:

    Pelaksanaan FEATI di Kabupaten Pontianak telah dimulai sejak tahun

    2007 bahkan pada tahun tersebut telah berhasil menyerap anggaran

    sebesar 48% dari total anggaran pada DIPA. Penyerapan anggaran per

    tahun mencapai 66% dari total DIPA. Sedangkan penyerapan tertinggi

    terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 99% dari total DIPA.

  • 7/25/2019 Laporan Onsite FEATI

    20/37

    Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit)Kegiatan FEATI

    Halaman19

    Realisasi Anggaran Kabupaten PontianakTahun 2007-2010

    (dalam juta rupiah)

    No Tahun Pagu DIPA Realisasi Persentase

    1 2007 206,74 98,23 48%

    2 2008 194,50 84,40 43%3 2009 738,52 567,52 77%

    4 2010 402,06 397,82 99%

    Kendala dan Permasalahan

    1. Tahun 2008, realisasi kegiatan di bawah 50% karena ada kegiatan

    yang alokasi anggaran tidak sesuai dengan pedoman sehingga

    tidak dilaksanakannya salah satu komponen kegiatan yaitu

    kampanye penyuluhan strategis dan pelatihan manajemen

    agribisnis bagi penyuluh pertanian karena belum adanya pedoman

    dari pusat.

    2. Tahun 2009, kegiatan baru bisa terlaksana karena adanya revisi

    DIPA dan SATKER dari Dinas Provinsi Kalimantan Barat dan revisi

    baru dapat selesai pada bulan Oktober 2009 dan anggaran baru

    bisa dicairkan pada akhir bulan Oktober tahun 2009.

    3. Dalam penyusunan perencanaan kegiatan secara umum

    terkadang anggaran yang tersedia belum mengacu pada pedoman

    teknis sehingga menyulitkan dalam pelaksanaannya.

    4. Tahun 2011, adanya revisi Petunjuk Operasi Kegiatan baru selesai

    April 2011. Selain itu, terdapat revisi DIPA karena nilai RK dan

    RMP tertukar.

    5. Sering terjadi pergantian pegawai/pejabat dan perubahan

    nomenklatur yang menghambat kelancaran kegiatan FEATI

    Tindak Lanjut

    1. Melakukan koordinasi secara efektif dengan CPMU FEATI pusat

    sebagai bagian pelaksanaan tata kelola kegiatan yang baik

    2. Atas permasalahan yang berkenaan dengan perubahan

    kelembagaan kegiatan, terus dilakukan konsultasi dan koordinasi

    dengan Badan SDM Kementerian Pertanian dan Kanwil

    Perbendaharaan Kalimantan Barat berkenaan dengan revisi DIPA.

  • 7/25/2019 Laporan Onsite FEATI

    21/37

    Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit)Kegiatan FEATI

    Halaman20

    Saran dan Rekomendasi

    1. Diharapkan dalam penyusunan perencanaan kegiatan selalu

    terjalin koordinasi antara Tim pengelola kegiatan sehingga lebih

    memperlancar pelaksanaannya baik di tingkat pusat, provinsi dan

    kabupaten.

    2. Sesuai dengan tujuan FEATI yaitu meningkatkan produktivitas,

    pendapatan dan kesejahteraan keluarga tani melalui

    pemberdayaan pemberdayaan keluarga petani dan organisasi

    untuk mengakses informasi, teknologi, modal, sarana prasarana

    produksi untuk mengembangkan usaha agribisnis dan

    mengembangkan kemitraan dengan sektor swasta maka

    diharapakan program ini dapat dijamin proses kesinambungannya.

    3. Diharapkan untuk kegiatan yang tidak bisa terlaksana dapat

    dilaksanakan atau dialihkan pada tahun selanjutnya agar keluaran

    kegiatan tetap terwujud.

    G. DaerahIstimewaYogyakarta

    Deskripsi dan Kinerja

    Pada Provinsi DI Yogyakarta dilakukan kunjungan ke Provinsi Daerah

    Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Gunung Kidul, dan Kabupaten Bantul.

    Secara keseluruhan pada ketiga kabupaten tersebut terdapat 179 UP

    FMA dengan jumlah peserta pembejaran sebanyak 14.403 orang. Jenis

    kegiatan pembelajaran FMA terdiri dari peternakan, hortikultura,

    olahan, dan pertanian organik.

    Kegiatan utama FMA lebih berorientasi pada penyuluhan dan

    penyebaran infomasi yang secara aplikasi ditujukan untuk a)

    penguatan kemitraan antara Peneliti-Penyuluh-Organisasi Petani dan

    b) penguatan kelembagaan penelitian-pelatihan-lokakarya.

    Fokus/ Sasaran Pembinaan FMA tahun 2011 :

    1. Bimbingan kepada UP.FMA dan Penyuluh pendamping agar

    menguasai analisi pasar.

    2. Peningkatan pencermatan oleh tim verifikasi terhadap proposal

    pembelajaran FMA tentang metode, topik dan pelaksanaan

    pembelajaran.

  • 7/25/2019 Laporan Onsite FEATI

    22/37

    Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit)Kegiatan FEATI

    Halaman21

    3. Penguatan kelembagaan FMA menuju pada kelembagaan koperasi

    agar dapat mengakses permodalan.

    4. Membuka akses kepada kelembagaan permodalan dan

    mengupayakan penguatan modal baik sebagai tindak lanjut

    pembelajaran.

    5. Pendampingan Forum Bisnis FMA yang sudah terbentuk agar

    dapat berfungsi sebagai wadah koordinasi dan konsultasi bisnis

    FMA dan chanelling activitiesantara FMA dengan pasar, lembaga

    permodalan, penjamin produk FMA, dan pihak luar lainnya.

    Disbursement plan:

    Disbursement Plan FEATI untuk Provinsi Yogyakarta, Kabupaten

    Bantul dan Kabupaten Gunung Kidul menunjukkan angka realisasi

    tertinggi pada tahun 2009. Hal ini mengindikasikan bahwa pada tahun

    tersebut terdapat kegiatan yang paling banyak menyerap dana.

    Informasi secara lengkap dapat ditunjukkan pada grafik di bawah

    ini:

    Kendala dan Permasalahan

    Kendala dan permaslahan DI Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan

    Gunung Kidul secara umum sebagai berikut:

    1. Penyerapan dana pada tahun 2007 mengalami hambatan karena

    DIPA baru diterima bulan Oktober 2007.

    2. Standar biaya yang digunakan oleh kegiatan FEATI tidak sesuai

    harga di lapangan sehingga menjadi salah satu faktor penghambat

    pelaksanaan kegiatan.

  • 7/25/2019 Laporan Onsite FEATI

    23/37

    Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit)Kegiatan FEATI

    Halaman22

    3. Prosedur untuk kepastian status tanah pembangunan BPP

    memerlukan waktu yang cukup lama

    4. Seringnya pergantian SKPD dan Pejabat.

    5. Kajian agribisnis pedesaan yang kurang optimal, belum

    sepenuhnya pembelajaran didasarkan atas identifikasi pasar,

    pendampingan swadaya belum melakukan pendampingan pasar,

    dan metode pembelajaran yang masih klasikal.

    6. Keterbatasan permodalan menyebabkan anggota FMA yang

    menindaklanjuti pembelajaran terbatas.

    Tindak Lanjut

    Dalam upaya untuk mengatasi kendala dan permasalahan tersebut diatas pengelola FEATI telah melakukan hal-hal sebagai berikut:

    1. Pemantapan kegiatan pada awal anggaran sehingga tidak terjadi

    perubahan kegiatan di pertengahan jalan.

    2. Peningkatan kapasitas SDM penyuluh dan melalui pelatihan,

    magang, studi banding, bimbingan teknis dan kewiusahaan.

    3. Melakukankoordinasi dalam penyusunan anggaran.

    4. Menindaklanjuti pembelajaran UP FMA melalui pengalokasian dana

    APBD.

    5. Memberikan bantuan modal kepada UP FMA untuk menindaklanjuti

    pembelajaran.

    6. Melibatkan stake holder terkait untuk mewujudkan agribisnis yang

    kompetitif.

    Saran dan Rekomendasi

    Terhadap kendala dan permasalah, pelaksana kegiatan di Propinsi

    Yogyakarta menyampaikan rekomendasi sebagai berikut:

    1. Perlu adanya pemikiran dan komitmen dari pemerintah untuk

    penguatan modal UP FMA

    2. Perlu mencari referensi model pemberdayaan masyarakat petani,

    bahkan jika perlu melalui studi banding

    3. Perlu peningkatan sarana dan prasarana penunjang kegiatan.

    4. Pembiayaan FEATI masih diperlukan sampai dengan 2012 untuk

    meningkatkan kualitas sasaran dan outcome khususnya untuk:

    rencana kaji tindak di BPP, pelatihan kewirausahaan untuk

  • 7/25/2019 Laporan Onsite FEATI

    24/37

    Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit)Kegiatan FEATI

    Halaman23

    penyuluh PNS dan penyuluh swadaya dan pembiayaan kegiatan

    pembelajaran di UP FMA.

    H. KabuapatenSerang

    Deskripsi dan Kinerja

    Farmer Empowerment through Agricultural Technology and Information

    pada Kabupaten Serang dimulai sejak tahun 2007. Kabupaten Serang

    merupakan satu-satunya Kabupaten di Provinsi Banten yang

    melaksanakan kegiatan FEATI.

    Disbursement PlanKegiatan FEATI Kabupaten Serang

    (dalam jutaan)

    NO TAHUN TW I TW II TW III TW IV JUMLAH

    1 2007 - - 451,43 677,14 1.128,57

    2 2008 354,23 472,30 708,45 826,63 2.361,51

    3 2009 536,32 715,10 1.072,64 1.251,41 3.575,46

    4 2010 193,87 258,26 387,80 452,42 1.292,63

    5 2011 71,17 94,89 142,34 166,06 474,46

    Seperti halnya dengan penyerapan anggaran FEATI di kabupaten-

    kabupaten yang lain, realisasi anggaran kegiatan FEATI per tahun di

    Kabupaten Serang relatif menunjukkan pola yang sama. Persentase

    penyerapan anggaran terhadap DIPA ratarata per tahun sebesar 56%dan penyerapan anggaran mencapai titik optimal pada tahun 2009 dan

    2010. Informasi secara lengkap disajikan pada grafik sebagai berikut:

  • 7/25/2019 Laporan Onsite FEATI

    25/37

    Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit)Kegiatan FEATI

    Halaman24

    Kendala dan Permasalahan

    Berdasarkan hasil pemantauan melalui kunjungan ke lokasi kegiatan

    dapat disimpulkan kendala dan permasalahan sebagai berikut:

    1. Pergantian Satker, mutasi pegawai menyebabkan pergantian

    pelaksana/pengelola kegiatan FEATI yang secara langsung juga

    menghambat pelaksanaan kegiatan FEATI.

    2. Adanya keterlambatan revisi DIPA.

    3. Kesulitan pemahaman porsi RK dan RMP terutama dalam

    penjelasan ke KPPN dan pihak rekanan.

    4. Lambatnya diseminasi informasi terkait dengan perubahan atau

    informasi di seputar kegiatan FEATI.

    Saran dan Masukan

    1. Kegiatan FEATI perlu diperpanjang, mengingat UP FMA masih

    memerlukan pendampingan lebih lanjut.

    2. Agar difasilitasi bagi UP FMA untuk mengembangkan agribisnisnya

    dalam hal pemasaran permodalan dan manajemen usaha.

    I. Kabupaten

    Cirebon

    Deskripsi dan kinerja

    Kegiatan FEATI pada Kabupaten Cirebon telah dimulai sejak tahun

    2007. Namun demikian realisasi anggaran baru dapat dilaksanakan

    pada tahun 2008. Kegiatan FEATI pada Kabupaten Cirebon

    dilaksanakan di 15 Kecamatan yang tersebar di 40 Desa.

    Kegiatan tersebut berupa penguatan sistem penyuluhan yang

    berorientasi pada kebutuhan petani, penguatan kelembagaan dan

    kapasitas penyuluhan, peningkatan dan penyebaran teknologi,peningkatan informasi pertanian, dan dukungan kebijakan penyuluhan

    dan manajemen proyek.

    Disbursement PlanFEATI Kabupaten Cirebon

    (dalam juta rupiah)

    Tahun TW I TW II TW III TW IV Jumlah

    2008 129.69 216.15 1,010.21 432.30 1,788.34

    2009 416.36 1,897.14 545.37 230.55 3,089.43

    2010 50.29 335.76 1,585.88 1,748.20 3,720.13

    2011 50.00 1,301.53 1,153.34 177.49 2,682.36

  • 7/25/2019 Laporan Onsite FEATI

    26/37

    Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit)Kegiatan FEATI

    Halaman25

    Persentase realisasi anggaran Kabupaten Cirebon untuk kegiatan

    FEATI ini secara rata sebesar 84%. Hal yang sama seperti yang

    ditunjukkan oleh Kabupaten yang lain, penyerapan anggaran untuk

    kegiatan FEATI terjadi pada tahun 2009. Sedangkan alokasi DIPA

    tertinggi terdapat pada alokasi DIPA tahun 2010. Informasi secara

    lengkap dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut:

    Realiasi Anggaran FEATI Kabupaten CirebonKeadaan Per 30 Juni 2011

    (dalam juta rupiah)

    Tahun DIPA Realisasi Persen

    2008 1,482,028,000 1,257,341,600 84.84

    2009 2,775,740,000 2,686,128,820 96.77

    2010 3,314,480,000 2,949,572,000 88.99

    2011 2,279,990,000 1,478,952,440 64.87

    Kendala dan Permasalahan

    Kendala dan permasalahan yang dijumpai terkait dengan pelaksanaan

    kegiatan antara lain sebagai berikut:

    1. DIPA terbit pada akhir tahun 2007.

    2. Perubahan nomenklatur satker sehingga menyebabkan DIPA harus

    direvisi.

    3. Terdapat kesalahan pada kode pinjaman pada DIPA sehingga

    anggaran belum dapat direalisasikan sesuai rencana.

  • 7/25/2019 Laporan Onsite FEATI

    27/37

    Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit)Kegiatan FEATI

    Halaman26

    Saran dan Rekomendasi

    Kegiatan FEATI disambut positif oleh masyarakat Kabupaten Cirebon.

    Sumber dana semacam FEATI masih sangat dibutuhkan oleh petani

    sehingga agar diupayakan agar kegiatan FEATI dapat dilanjutkan.

    J. KabupatenGorontalo

    Deskripsi dan Kinerja

    Kabupaten Gorontalo merupakan salah satu kabupaten yang

    melaksanakan kegiatan FEATI selain Kabupaten Bualemo, Pahuwato,

    dan Bone Bolango. Keberadaan pemberdayaan semacam ini dirasakan

    oleh para petani sebagai kegiatan yang sangat bermanfaat.

    Masyarakat petani lebih maju dalam pengembangan pertanian melalui

    informasi dan teknologi. Terlebih komoditas pertanian memang menjadi

    andalan utama bagi masyarakat Kabupaten Gorontalo. Dengan adanya

    kegiatan FEATI telah berhasil menjadikan Kabupaten Gorontalo

    sebagai salah satu pusat unggulan agribisnis tingkat nasional.

    Kinerja FEATI Kabupaten Gorontalo menunjukkan capaian yang relatif

    rendah, di mana penyerapan anggaran pada DIPA rata-rata pertahun

    hanya mencapai 54%. Namun demikian kegiatan fisik di lapangan telah

    mencapai 80%. Penyerapan anggaran secara lengkap dapat

    ditunjukkan pada tabel dan grafik sebagai berikut:

    Tahun Anggaran Pagu DIPA Realisasi % Realisasi

    2007 1.036,07 189,38 18,29

    2008 2.537,73 1.492,86 58,83

    2009 4.732,92 4.280,47 90,44

    2010 2.459,81 1.150,49 46,77

    2011* 3.146,88 529,57 16.83

    Kendala dan Permasalahan

    Secara umum tidak terdapat kendala dan permasalahan yang berarti

    terkait dengan pelaksaaan penyerapan dana FEATI di Kabupaten

    Gorontalo. Sedikit hal yang menjadi kendala yaitu :

    1. Terlambatnya pembentukan SK Pengelola dan revisi DIPA

    2. Adanya koordinator petani yang merangkap kepengurusan di luar

    kegiatan FEATI, yang mana hal ini tidak dapat dihindarkan karena

  • 7/25/2019 Laporan Onsite FEATI

    28/37

    Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit)Kegiatan FEATI

    Halaman27

    hal ini diusulkan oleh kelompok petani dan koordinator tersebut

    menjadi figure masyarakat setempat.

    3. Sering terjadi pergantian pegawai/pejabat dan perubahan

    nomenklatur yang menghambat kelancaran kegiatan FEATI

    4. Kapasitas penyuluh pertanian yang masih harus ditingkatkan,

    banyak kejadian di lapangan di mana petani memiliki pengetahuan

    yang melebihi petugas penyuluh pertanian sehingga menyebabkan

    adanya hambatan psikologis tersendiri bagi penyuluh pertanian.

    5. Terkait dengan pemahaman administrasi mengenai mekanisme

    pencairan dana di tingkat satker yang menimbulkan perbedaan

    persepsi terhadap aturan pemotongan porsi pajak.

    6. Permasalahan terkait dengan aplikasi SPM.

    K. KabupatenBanyuasin

    Secara umum pelaksanaan kegiatan FEATI di Kabupaten Banyuasin

    telah mencapai sekitar 43.75% dan progress keuangan telah mencapai

    sekitar 70.95%.

    Realisasi Anggaran FEATI Kabupaten BanyuasinPer 30 Juni 2011

    (jutaan rupiah)

    Tahun Pagu DIPA Realisasi Persentase

    2008 1.567,88 1.463,49 93.34%

    2009 2.936,99 2.744,30 93.44%

    2010 2.090,05 2.024,25 96.85%

    2011 3.478,24 915,02 26.31%

    Total 10.073,16 7.147,06 70.95%

    Adapun beberapa permasalahan/kendala yang dihadapi oleh

    pelaksana kegiatan di Kabuapten Banyuasin antara lain:

    1. Pergantian pejabat mengakibatkan kebijakan yang diambil kurang

    seiring dengan perencanaan yang telah dicanangkan dikarenakan

    pejabat yang baru belum begitu memahami dengan program

    FEATI;

    2. Penggantian Penyuluh Pendamping dan Kepala BPP

    menyebabkan pembinaan terhadap UP-FMA dilakukan oleh

    petugas baru yang belum mengerti/paham dengan program FEATI;

    3. Pemilihan Pengurus UP-FMA ataupun Penyuluh Swadaya dipilih

    dari pelaku utama, bukan pelaku usaha sehingga kegiatannya

  • 7/25/2019 Laporan Onsite FEATI

    29/37

    Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit)Kegiatan FEATI

    Halaman28

    kurang aktif (monoton) karena pada umumnya pelaku utama

    kurang sanggup menanggung resiko seperti pelaku usaha;

    4. Penentuan lokasi pada desa-desa miskin yang secara umum

    warganya mempunyai sifat konsumtif menjadikan upaya untuk

    menuju ke arah agribisnis masih lamban.

    Tindak Lanjut

    Atas kendala-kendala tersebut, telah dilakukan upaya-upaya sebagai

    berikut:

    1. Pejabat yang baru diikutkan pada kegiatan pertemuan tingkat pusat

    sehingga mengetahui secara jelas kebijakan yang harus diambil

    untuk menyukseskan program FEATI.

    2. Mengadakan tambahan materi pada saat pertemuan Kepala BPP

    maupun pertemuan Penyuluh Pertanian dua kali sebulan di BPP;

    3. Melakukan pendekatan seara individual, sehingga bagi yang

    merasa dirinya kurang mampu dapat mengundurkan diri dan diganti

    dengan orang yang lebih berkompeten dalam kegiatan UP-FMA;

    4. Melakukan seleksi peserta yang mempunyai kemampuan dalam

    percepatan pencapaian indicator program FEATI sehingga tercipta

    Kemitraan Agribisnis.

    Saran dan Masukan

    Adapun saran dan masukan yang perlu diperhatikan antara lain:

    1. Perlu diadakan pertemuan khusus bagi para Kepala Badan untuk

    menjelaskan tentang kewajiban Pemerintah Daerah atas

    kesepakatan-kesepakatan sebelumnya;

    2. Perlu diadakan pelatihan bagi Kepala BPP dan Kelompok Jabatan

    Fungsional Kabupaten tentang Program FEATI, hal ini sangat

    diperlukan karena kegiatan di tingkat UP-FMA sudah berjalan akan

    tetapi pembinaannya masih tertinggal

    L. KabupatenLombokBarat

    Deskripsi dan Kinerja

    Keberadaan proyek FEATI di Kabupaten Lombok Barat sangat

    dirasakan manfaatnya oleh para petani penerima/pelaksana proyek.

  • 7/25/2019 Laporan Onsite FEATI

    30/37

    Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit)Kegiatan FEATI

    Halaman29

    Banyaknya pengetahuan dan penerapan teknologi baru yang mereka

    dapatkan secara signifikan telah menaikkan hasil panen yang

    didapatkan yang secara langsung juga membawa kenaikan

    pendapatan para petani. Pemanfaatan tekhnologi yang didapatkan

    dapat membantu para petani dalam mempermudah perawatan,

    mengatasi hama dan penyakit tanaman yang akhirnya dapat

    meningkatkan produksi dan kesejahteraan petani. Kunci dari

    perubahan perilaku petani dari bertani secara tradisional menjadi

    bertani dengan memanfaatkan tekhnologi adalah karena teknologi yang

    ditawarkan adalah teknologi yang murah, mudah diterapkan dan secara

    langsung memberikan dampak yang dapat dirasakan petani terhadap

    peningkatan pendapatan. Adapun realisasi anggaran proyek di

    Kabupaten Lombok Barat adalah sebagai berikut:

    (dalam juta rupiah)

    NO TAHUN PAGU DIPA REALISASI CAPAIAN

    1 2007 Rp.2.141,84 Rp.852,21 39.79%

    2 2008 Rp.2.465,61 Rp.2.129,81 86.38%

    3 2009 Rp.4.407,30 Rp.4.113,21 93.33%

    4 2010 Rp.3.425,24 Rp.3.301,60 96.39%

    5 2011 Rp.3.190,47 Rp.2.001,10 62.72%

    Permasalahan:

    Dalam pelaksanaannya proyek FEATI di Kabupaten Lombok Barat

    menghadapi berberapa permasalahan yang menghambat jalannya

    proyek antara lain:

    1. Harus dilakukan revisi reksus, anggaran dan perubahan kantor

    bayar pada tahun 2007 sehingga pada tahun 2007 kinerja dan

    penyerapan dana proyek tidak maksimal.

    2. Musim penghujan yang panjang pada tahun 2010 sehingga

    penerapan teknologi pertanian tidak dapat dilaksanakan secara

    maksimal. Hal ini menimbulkan keraguan bagi petani dalam

    mempraktekkan teknologi tersebut.

    3. Kesulitan permodalan bagi petani yang berminat untuk

    mengembangkan usahanya.

  • 7/25/2019 Laporan Onsite FEATI

    31/37

    Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit)Kegiatan FEATI

    Halaman30

    Langkah Tindak Lanjut

    Guna mengatasi permasalahan yang dihadapi maka pelaksana proyek

    telah melakukan langkah-langkah maupun rencana tindak antara lain:

    1. Mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan setelah tahun 2007

    sehingga kekurangan capaian pada tahun 2007 dapat teratasi.

    2. Mempertemukan para petani dengan pihak perbankan maupun

    pengusaha bidang pertanian sehingga dapat mengatasi masalah

    permodalan.

    Saran Masukan

    1. Memperpanjang jangka waktu pelaksanaan proyek sehingga

    transfer teknologi dapat dilaksanakan secara maksimal.

    2. Membuat exit strategy yang jelas sehingga para petani binaan bisa

    tetap melanjutkan usahanya.

    M. KabuapatenSimalungun

    Deskripsi dan Kinerja

    Program FEATI di Kabupaten Simalungun baru efektif dilaksanakan

    pada tahun 2008. Hal ini mengingat banyaknya dokumen dan

    kelengkapan proyek yang harus disiapkan di tahun 2007. Program

    FEATI ini telah dirasakan manfaatnya oleh para petani di Kabupaten

    Simalungun yang terkenal sebagai penghasil jeruk dan sayuran.

    Penerapan teknologi secara signifikan telah berhasil mengingkatkan

    produksi dan ketahanan produk pertanian yang secara langsung juga

    berdampak pada peningakatan kesejahteraan petani.

    Kendala dan Permasalahan

    1. Pada tahun 2007 dan 2008 dokumen DIPA diterima terlambat

    sehingga pelaksanaan program tidak maksimal.

    2. Beberapa kali dijumpai kesulitan dalam proses pengajuan e-KPPN

    dikarenakan adanya permasalahan pada aplikasi.

    3. Adanya pandangan yang berbeda pada KPPN dan satker tentang

    suatu aturan. Hal ini mengakibatkan pencairan tertunda

    dikarenakan satker harus memenuhi persyaratan/dokumen

    tambahan yang dimintakan oleh KPPN.

  • 7/25/2019 Laporan Onsite FEATI

    32/37

    Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit)Kegiatan FEATI

    Halaman31

    Tindak Lanjut

    1. Melakukan koordinasi dan berkonsultasi dengan pelaksana

    kegiatan di kantor pusat Kementerian Pertanian.

    2. Melakukan koordinasi dengan instansi vertikal DitjenPerbendaharaan

    Saran dan Masukan

    1. Meningkatkan pemberian informasi dan penerapan teknologi di

    kalangan petani dalam rangka peningkatan skala usaha petani

    2. Mengusahakan fasilitas terhadap pengembangan skala usaha

    dalam bidang agrobisnis

  • 7/25/2019 Laporan Onsite FEATI

    33/37

    Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit)Kegiatan FEATI

    Halaman32

    BAB IVKESIMPULAN DAN REKOMENDASI

    A. Kesimpulan Dari kegiatan monitoring dan evaluasi melalui pemantauan ke

    lokasi kegiatan yang telah dilaksanakan sebelumnya dapat diperoleh

    informasi permasalahan secara umum penyebab relatif rendahnya

    penarikan dana pinjaman sebagai berikut:

    1. Pada awal pelaksanaan kegiatan di tahun 2007, DIPA baru terbit

    pada akhir tahun sehingga hanya terdapat beberapa komponen

    kegiatan saja yang dapat dilaksanakan di sebagian besar daerah

    pelaksanaan kegiatan sehingga hal ini berdampak pada adanya

    revisi-revisi rencana kegiatan yang tertuang di dokumen anggaran;

    2. Proses pengurusan status/sertifikat lahan yang digunakan untuk

    pembangunan gedung Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) yang

    relatif lama serta masalah berkenaan dengan spesifikasi lahan

    (lokasi terpencil, akses sulit dsb) yang dihibahkan oleh masyarakat

    untuk gedung BPP sehingga kurang mendukung tujuan utama

    kegiatan;

    3. Peralihan kelembagaan pelaksana kegiatan dari dinas kepada

    badan membutuhkan waktu penyesuaian termasuk perubahan tata

    kerja dan koordinasi yang kemudian mempengaruhi kinerja;

    4. Permasalahan yang berhubungan dengan pergantian pejabat;

    5. Lambatnya proposal Farmer Managed Activities (FMA) yang masuk

    ke Kabupaten akibat proposal yang diajukan kurang memenuhi

    standar yang ditentukan. Implikasi dari hal ini adalah lambatnya

    kegiatan dan juga penyerapan dana;

    6. Keterbatasan sumber daya manusia yang handal sehingga banyakkoordinator FMA yang merangkap lebih dari satu kegiatan di luar

    kegiatan FEATI;

    7. Terkait dengan pemahaman administrasi mengenai mekanisme

    pencairan dana di tingkat satker yang menimbulkan perbedaan

    persepsi terhadap aturan pemotongan porsi pajak;

    8. Permasalahan sehubungan dengan komitmen penyediaan dana

    pendamping yang seringkali berubah seiring dengan pergantian

    kepala daerah.

  • 7/25/2019 Laporan Onsite FEATI

    34/37

    Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit)Kegiatan FEATI

    Halaman33

    B. Saran/

    RekomendasiAtas temuan permasalahan dimaksud, Tim Monitoring dan

    Evaluasi merekomendasikan hal-hal sebagai berikut:

    1. Perlunya upaya secara terstruktur untuk mengatasi permasalahan

    yang berkenaan dengan keterlambatan DIPA dengan melibatkan

    pihak-pihak terkait. Secara internal pelaksana kegiatan perlu pulauntuk menyusun prosedur standar operasi berkenaan dengan

    perencanaan kegiatan dan pencamtumannya ke dalam DIPA

    termasuk mekanisme revisinya;

    2. Komitmen yang kuat untuk menjaga keberlangsungan kegiatan dari

    para kepala daerah maupun kementerian teknis mutlak perlu

    termasuk melalui penempatan sumber daya manusia pengelola

    kegiatan secara tepat dan juga adanya kesinambungan untuk

    menjaga optimalisasi antara rotasi pegawai dengan upaya

    pencapaian tujuan kegiatan;

    3. Perlunya upaya peningkatan akurasi perencanaan kegiatan

    sehingga dapat dihindarkan potensi revisi DIPA yang seringkali

    terkesan membutuhkan waktu yang lama;

    4. Perlunya koordinasi dan komunikasi secara efektif untuk

    mencarikan solusi terhadap permasalahan seperti pembebasan

    lahan untuk gedung BPP, permasalahan permodalan farmer

    managed activities (FMA) dalam perluasan akses terhadap

    permodalan kepada perbankan ataupun sumber pembiayaan

    lainnya, atau permasalahan di seputar administrasi pencairan dana;

    5. Isu kesinambungan memerlukan solusi berupa exit strategy yang

    komprehensif yang harus sejak awal disiapkan oleh masing-masing

    pengambil kebijakan di daerah pelaksana FEATI mengingat dampak

    positif sudah dirasakan oleh para petani dan adanya ekspaktasi

    untuk terus mengembangkan usaha;

    6. Potensi permasalahan berkenaan dengan operasionalisasi kegiatan

    rutin dapat dihindari salah satunya melalui updating buku panduankegiatan secara berkala termasuk di dalamnya perlu adanya

    mekanisme diseminasi yang baik dengan mengoptimalkan peran

    elemen organisasi yang ada;

    7. Perpanjangan masa laku pinjaman dan juga masa pelaksanaan

    kegiatan selayaknya didasarkan pada hitungan cermat tentang porsi

    kegiatan yang belum bisa dilaksanakan serta alokasi waktu untuk

    pencapaian target mengingat adanya biaya tambahan yang harus

    ditanggung negara.

  • 7/25/2019 Laporan Onsite FEATI

    35/37

    RINGKASAN EKSEKUTIF

    1. Pemantuan dan evaluasi dilakukan terhadap kegiatan Farmer

    Empowerment through Agricultural Technology and Information (FEATI).

    Pendanaan kegiatan tersebut bersumber dari Bank Dunia yang secara

    umum diarahkan untuk mendukung kegiatan pemberdayaan masyarakat

    petani melalui peningkatan sarana informasi dan teknologi pertanian yang

    antara lain meliputi kegiatan pengembangan kelembagaan penyuluhan,

    pengembangan kelembagaan petani, penguatan tenaga penyuluhan,

    perbaikan sistem dan metode penyuluhan, perbaikan penyelenggaraan

    penyuluhan, penguatan dukungan teknologi pada usaha tani, dan

    perbaikan pelayanan informasi pertanian.

    2. Pendanaan untuk kegiatan Farmer Empowerment through Agricultural

    Technology and Information berasal dari dua skema pinjaman yang

    ditandatangani pada tanggal 28 Maret 2007, berlaku efektif tanggal 28 Juni

    2007, dan akan berakhir pada tanggal 30 Juni 2012 kedua pinjaman

    tersebut yaitu: a) IDA Nomor 4260-IND dengan nilai komitmen senilai SDR

    39.900.000 maturity periodselama 34,5 tahun dan masa tenggang (grace

    period) 10 tahun, dan b) IBRD 7427-IND) maturity period selama 19,5

    tahun dan masa tenggang 5 tahun.

    3. Kendala dan dan permasalahan yang dapat diketemukan antara lain

    sebagai berikut: a) pada awal pelaksanaan kegiatan di tahun 2007, DIPA

    baru terbit pada akhir tahun sehingga hanya beberapa komponen kegiatan

    saja yang dapat dilaksanakan sehingga berdampak pada adanya revisi-

    revisi rencana kegiatan, b) proses pengurusan status/sertifikat lahan yang

    digunakan untuk pembangunan gedung Balai Penyuluhan Pertanian (BPP)

    yang relatif lama serta masalah berkenaan dengan spesifikasi lahan yang

    dihibahkan oleh masyarakat untuk gedung BPP, c) peralihan kelembagaanpelaksana kegiatan dari dinas kepada badan membutuhkan waktu

    penyesuaian termasuk perubahan tata koordinasi yang kemudia

    mempengaruhi kinerja, d) permasalahan yang berhubungan dengan

    pergantian pejabat, e) lambatnya proposal Farmer Managed Activities

    (FMA) yang masuk ke Kabupaten, f) keterbatasan sumber daya manusia

    yang handal sehingga banyak koordinator FMA yang merangkap lebih dari

    satu kegiatan di luar kegiatan FEATI, g) terkait dengan pemahaman

    administrasi mengenai mekanisme pencairan dana di tingkat satker yangmenimbulkan perbedaan persepsi terhadap aturan pemotongan porsi

  • 7/25/2019 Laporan Onsite FEATI

    36/37

    ii

    pajak, serta h) permasalahan sehubungan dengan komitmen penyediaan

    dana pendamping yang seringkali berubah seiring dengan pergantian

    kepala daerah.

    4. Terhadap berbagai permasalahan tersebut, beberapa rekomendasi yang

    dapat diusulkan adalah: a) perlunya upaya secara terstruktur untuk

    mengatasi permasalahan yang berkenaan dengan keterlambatan DIPA

    dengan melibatkan pihak-pihak terkait, b) adanya komitmen yang kuat

    untuk menjaga keberlangsungan kegiatan dari para kepala daerah maupun

    kementerian teknis termasuk dengan menempatkan sumber daya manusia

    yang tepat serta menjaga optimalisasi antara rotasi pegawai dengan upaya

    pencapaian tujuan kegiatan, c) perlunya upaya peningkatan akurasi

    perencanaan kegiatan sehingga dapat dihindarkan potensi revisi DIPA

    yang seringkali terkesan membutuhkan waktu yang lama, d) perlunya

    koordinasi dan komunikasi secara efektif untuk mencarikan solusi terhadap

    permasalahan seperti pembebasan lahan untuk gedung BPP,

    permasalahan permodalan farmer managed activities (FMA) dalam

    perluasan akses terhadap permodalan kepada perbankan ataupun sumber

    pembiayaan lainnya, atau permasalahan di seputar administrasi pencairan

    dana, e) isu kesinambungan memerlukan solusi berupa exit strategy yang

    komprehensif yang harus sejak awal disiapkan oleh masing-masing

    pengambil kebijakan di daerah pelaksana FEATI mengingat dampak positifsudah dirasakan oleh para petani dan adanya ekspaktasi untuk terus

    mengembangkan usaha, f) potensi permasalahan berkenaan dengan

    operasionalisasi kegiatan rutin dapat dihindari salah satunya melalui

    updating buku panduan kegiatan secara berkala termasuk di dalamnya

    perlu adanya mekanisme diseminasi yang baik dengan mengoptimalkan

    peran elemen organisasi yang ada, dan g) perpanjangan masa laku

    pinjaman dan juga kegiatan selayaknya didasarkan pada hitungan cermat

    tentang porsi kegiatan yang belum bisa dilaksanakan serta alokasi waktuuntuk pencapaian target mengingat adanya biaya tambahan yang harus

    ditanggung negara.

  • 7/25/2019 Laporan Onsite FEATI

    37/37

    DAFTAR ISI

    RANGKUMAN EKSEKUTIF .................................................................................................. i

    DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii i

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

    A. Latar Belakang ............................................................................................... 2

    B. Maksud dan Tujuan ........................................................................................ 3

    BAB II GAMBARAN UMUM ............................................................................................ 4

    A. Deskripsi Proyek ............................................................................................ 4

    B. Tujuan dan Sasaran Kegiatan ........................................................................ 4

    C. Ruang Lingkup Pekerjaan ............................................................................ 5

    D. Rencana Investasi Proyek ............................................................................ 9

    E. Capaian Kegiatan dan Penarikan Dana Pinjaman .......................................... 9

    BAB III LAPORAN HASIL MONITORING MELALUI KUNJUNGAN

    KE LOKASI KEGIATAN ...................................................................................... 8

    BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ................................................................. 32