laporan organik

Upload: mayarfi

Post on 19-Oct-2015

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Pada percobaan ini menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT). Kromatografi lapis tipis merupakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif yang melibatkan dua perubahan yaitu sifat fase diam atau penyerap dan sifat fase gerak pada campuran pelarut.Dalam percobaan kromatografi lapis tipis digunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Gel silika atau alumina merupakan fase diam, sedangkan eluen adalah fasa gerak. Eluen ini berperan pada proses elusi bagi larutan untuk melewati fasa diam (adsorben). Interaksi antara adsorben dengan eluen akan menentukan terjadinya pemisahan komponen.

A. Persiapan sampel Pertama sampel A yang berupa padatan putih dilarutkan dengan 2 mL metanol yang tidak berwarna. Larutan ini di aduk hingga homogen. Kemudian pelat KLT yang berukuran 4 cm x 20 cm diukur batas bawah dan batas atasnya. Pada batas bawah KLT di tandai dengan pensil dengan jarak 0.5 cm. Sebelum diberi garis tepi, plat KLT dimasukkan ke dalam oven terlebih dahulu sekitar 10 menit. Tujuan pemanasan agar molekul-molekul air yang terikat pada pelat hilang, karena jika dalam pelat masih mengandung molekul air, maka pelat tidak bisa aktif dan mempengarui hasil.Pemberian garis tepi atas dan tepi bawah pada plat KLT bertujuan untuk menunjukkan posisi awal dari naiknya eluen dan posisi akhir bergeraknya eluen. KLT yang di beri tanda garis batas bawah dan batas atas menggunakan pensil(grafit), karena grafit tidak mempengarui pelarut. Apabila menggunakan tinta maka pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya kromatogram dibentuk. Sehingga akan terjadi penumpukan noda, yang menyebabkan noda sampel tidak terdeteksi. Larutan sampel A ditotolkan pada titik-titik yang telah dibuat sampai larutan sampel A habis. Ketika larutan sampel ditotolkan pada setiap titik pada KLT, larutan sampel A segera menguap menjadi tidak berwarna karena larutan sampel mengandung metanol yang mudah menguap.

B. Persiapan EluenEluen yang digunakan berasal dari campuran dari n-heksan, kloroform dan metanol dengan perbandingan:Heksan : 28 mLKloroform : 8 mLMetanol : 4 mLEluen ini menghasilkan larutan yang tidak berwarna dan dimasukkan ke dalam chamber. Eluen ditutup dalam chamber dan ditunggu agar larutan dalam chamber jenuh. Kondisi jenuh dalam chamber dengan uap dapat mencegah penguapan pelarut. Karena pelarut bergerak lambat pada plat KLT, komponen-komponen yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan bercak warna. Plat KLT yang telah disiapkan dimasukkan ke dalam chamber yang telah berisi eluen dengan hati-hati dan tegak lurus. Elusi dibiarkan berjalan hingga eluen mencapai garis batas atas dan plat KLT segera diangkat dari chamber. Pada plat KLT yang telah ditotoli dengan larutan sampel A ternyata memberikan warna noda yang hampir mirip dengan warna plat KLT, sehingga untuk melihat noda dari larutan sampel A harus dilakukan dibawah sinar UV.Noda yang terlihat dalam UV menunjukan migrasi pada sampel masih sedikit dan tidak maksimal sehingga harus dilakukan pengulangan ke dalam chamber dan di lihat kembali dalam sinar UV sebanyak 3 kali. Setelah diletakkan dibawah sinar UV laju pergerakan noda terlihat jelas, noda yang terlihat kemudian diberi tanda dengan pensil. Daerah yang telah ditandai kemudian dikerok menggunakan spatula besi dengan hati-hati.Dalam hal pemisahan zat atau pembuatan zat dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah kristalisasi, yaitu pemisahan suatu campuran zat padat dari zat cair. Kemudian untuk memurnikannya dapat dilakukan dengan cara rekristalisasi. Rekristalisasi ini berfungsi adalah untuk memisahkan zat padat dari larutannya dengan jalan menguapkan pelarutnya agar diperoleh larutan yang lebih murni. Kerukan putih pada pita noda pada plat KLT ditampung pada kertas saring yang dan dilarutkan menggunakan 2 mL metanol dan 1 mL heksan hingga dibiarkan terjadi proses filtrasi. Metanol di gunakan sebagai pelarut, agar sampel dapat bereaksi dengan metaanol menghasilkan filtrat. Filtrat ini ditampung dalam vial kaca untuk direkristalisasi.Filtrat sampel ini dipanaskan dan diuapkan pelarutnya menggunakan hot plate hingga terbentuk kristal padat yang berupa sampel A. Larutan yang diuapkan dan didinginkan berkali-kali bertujuan untuk mendapatkan endapan yang maksimal..Kristal yang dihasilkan berwarna putih dan di uji menggunakan instrument spektrofotometer Infra Red untuk mengidentifikasi senyawa dari sampel A melalui interpretasi gugus fungsi.

C. Identifikasi Gugus Fungsi dengan Spektrofotometer Infra Red (IR) Spektroskopi inframerah merupakan suatu metode yang mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang 0.75-1.000m atau pada bilangan gelombang 13.000-10cm. Metode spektroskopi inframerah merupakan suatu metode yang meliputi teknik serapan (absorption), teknik emisi (emission), teknik fluoresensi (fluorescence). Komponen medan listrik yang banyak berperan dalam spektroskopi umumnya hanya komponen medan listrik seperti dalam fenomena transmisi, pemantulan, pembiasan, dan penyerapan. Pada daerah dibawah 1000 cm hasil serapan gugus-gugus fungsi tersebut dapat dibaca, namun karena terletak pada daerah sidik jari spectrum inframerah pita dalam daerah ini tak dapat digunakan untuk memeriksa adanya suatu gugus fungsi dalam suatu senyawa organik tanpa adanya informasi tambahan, hadirnya atau tidak hadirnya sesuatu pita dalam daerah tersebut.Pada Ikatan C=C pada senyawa aromatis menyerap sinar pada jangkauan sekitar 1500-1600 cm -1. Pita yang terbentuk bukan merupakan pita kuat tetapi pita bahu, yaitu suatu pita lemah yang bertumpang tindih dengan satu pita kuat. Pada daerah antara 1735-1750 cm-1 terdapat satu pita kuat, daerah ini menunjukkan pita ikatan C=O dari ester karena terlihat pick (pita) yang tajam. Sedangkan C=O pada keton merupakan pick yang tumpul.

Ikatan lainnya yang terbaca dari hasil spectrum inframerah adalah ikatan O- H(alcohol Ikatan O-H gugus alkohol akan sangat mudah dikenali karena akan menghasilkan lembah yang sangat luas pada daerah sekitar 3000-3700 cm -1. Karena ikatan hydrogen yang terbentuk kurang ekstensif sehingga nampak pita OH yang runcing dan kurang intensif. Dari hasil pembacaan spektrum IR dapat dilakukan identifikasi senyawa melalui interpretasi gugus fungsi pada sampel A yang mengandung ikatan O-H dari gugus alkohol, COOH dari gugus karboksilat, S-H dari gugus tiol, C=O dari gugus keton, C=N, dan aromatis. Senyawa dari sampel A tidak dapat ditentukan hanya dengan menggunakan instrument spektrofotometer IR, karena IR hanya dapat digunakan untuk mengetahui gugus-gugus yang terkandung dalam suatu senyawa. Untuk mengetahui secara pasti senyawa yang terdapat pada sampel A perlu dilakukan uji lebih lanjut menggunakan spektrofotometer yang lain.

Kesimpulan 1. Pada percobaan Teknik Ekastraksi, Pemisahan dan Pemurnian Senyawa kali ini teknik pemisahan yang digunakan adalah menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT). 2. Eluen yang digunakan sebagai pelarut dibuat dari n-heksan, kloroform dan metanol dengan perbandingan n-heksan; kloroform; metanol sebesar 14:2:1.3. Pemisahan zat dilakukan dengan kristalisasi, yaitu pemisahan suatu campuran zat padat dari zat cair. Kemudian untuk memurnikannya dapat dilakukan dengan cara rekristalisasi yang bertujuan untuk memisahkan zat padat dari larutannya dengan jalan menguapkan pelarutnya agar diperoleh larutan yang lebih murni. 4. Dari hasil spektrum IR yang didapatkan dilakukan pembacaan dan diperoleh hasil gugus-gugus fungsi yang terkandung dalam sampel A adalah Pada grafik IR terdapat gugus O-H, COOH, S-H, C=O, C=N, dan aromatis.