laporan panti jompo cengkareng

8
Kegiatan Selama Kunjungan di Panti Jompo Tresna Werdha Sosial Budi Mulia Cengkareng Pada hari Sabtu 22 Oktober 2011, mahasiswa-mahasiswi Ukrida 2011 melakukan kunjungan dibeberapa tempat panti sosial. Sebelum berangkat ke panti kami berkumpul terlebih dahulu di kelas untuk mendapatkan arahan dari ibu Ester koordinator semester kami. Setelah mendapatkan arahan dari ibu Ester, kami pun pergi bersama menggunakan bis yang telah di tentukan. Saya dan teman satu kelompok saya C-5 pergi bersama menggunakan bis 3 (tiga) juga bersama kelompok yang lain. Kami berangkat dari kampus II Ukrida sekitar jam 07.55 WIB dan didampingi oleh dr Esther dan dr Ade. Tak berapa lama setelah perjalanan, saya dan rombongan bis 3 (tiga) tiba disalah satu Panti Jompo Tresna Werdha Sosial Budi Mulia daerah Cengkareng. Suasana dipanti cukup nyaman,karena udara yang cukup sejuk, dan bersih. Di daerah dalam sekitar panti juga dilaksanakan beberapa pembangunan untuk orangtua berusia lanjut disana. Kesan pertama saya dipanti jompo sosial itu menarik dan tidak sabar untuk berbagi cerita kepada kakek dan nenek disana. Sesampainya dipanti jompo, kami tidak langsung berbagi cerita kepada kakek dan nenek disana, kami mendapatkan suatu arahan dari seorang bapak pengurus panti. Selain itu, kami juga mendapatkan arahan dari dr Steven bahwa kami mendapatkan tugas untuk melakukan suatu wawancara kepada minimal 5 (lima) orang

Upload: elizabethpurba

Post on 02-Sep-2015

42 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

laporan

TRANSCRIPT

Kegiatan Selama Kunjungan di Panti Jompo Tresna Werdha Sosial Budi Mulia Cengkareng

Pada hari Sabtu 22 Oktober 2011, mahasiswa-mahasiswi Ukrida 2011 melakukan kunjungan dibeberapa tempat panti sosial. Sebelum berangkat ke panti kami berkumpul terlebih dahulu di kelas untuk mendapatkan arahan dari ibu Ester koordinator semester kami. Setelah mendapatkan arahan dari ibu Ester, kami pun pergi bersama menggunakan bis yang telah di tentukan. Saya dan teman satu kelompok saya C-5 pergi bersama menggunakan bis 3 (tiga) juga bersama kelompok yang lain. Kami berangkat dari kampus II Ukrida sekitar jam 07.55 WIB dan didampingi oleh dr Esther dan dr Ade. Tak berapa lama setelah perjalanan, saya dan rombongan bis 3 (tiga) tiba disalah satu Panti Jompo Tresna Werdha Sosial Budi Mulia daerah Cengkareng. Suasana dipanti cukup nyaman,karena udara yang cukup sejuk, dan bersih. Di daerah dalam sekitar panti juga dilaksanakan beberapa pembangunan untuk orangtua berusia lanjut disana. Kesan pertama saya dipanti jompo sosial itu menarik dan tidak sabar untuk berbagi cerita kepada kakek dan nenek disana. Sesampainya dipanti jompo, kami tidak langsung berbagi cerita kepada kakek dan nenek disana, kami mendapatkan suatu arahan dari seorang bapak pengurus panti. Selain itu, kami juga mendapatkan arahan dari dr Steven bahwa kami mendapatkan tugas untuk melakukan suatu wawancara kepada minimal 5 (lima) orang kakek dan nenek yang ada dipanti dengan waktu 1 (satu) jam, kami semua pun berpencar disekitar panti jompo. Orang tua yang pertama kali saya wawancarai adalah seorang kakek tua yang sedang duduk sendiri disebuah bangku depan halaman panti jompo. Orang tua itu bernama kakek Tatang yang berusia sekitar 80 tahunan. Ia mengatakan bahwa ia berasal dari Keramat Jati dan datang ke panti jompo tersebut atas inisiatif sendiri. Kakek Tatang merasa senang tinggal dipanti karena ia tidak mempunyai keluarga lagi dan jika ia dipanti ada beberapa orang yang bersedia mengurus hidupnya dengan baik. Selain itu ia mengatakan bahwa orang yang mengurusnya sangat telaten dan sangat baik. Kakek Tatang juga bercerita ia tidak mempunyai teman dipanti dan selalu sendiri, saat ditanya mengenai kegiatan apa yang sering ia lakukan, kakek Tatang berkata hanya bersantai dan kadang kala ada acara kumpul bersama berbagi makanan ringan. Setelah berbagi cerita dengan kakek Tatang,saya pun pergi mengunjungi orangtua yang lain.Orang tua kedua yang saya wawancarai adalah seorang kakek yang bernama Muridin, kakek ini terlihat sangat sehat dan terlihat lebih muda dari usianya yakni 95 tahun. Kakek Muridin ini berasal dari Tegal dan sudah 5 (lima) tahun tinggal dan diurus hidupnya dipanti jompo tersebut. Singkat cerita kakek Muridin dapat tiba di panti karena polisi yang mengantarnya. Kakek Muridin terima saja saat di antar ke panti jompo saat ini ia tinggal, karena ia berpikir lebih baik tinggal dipanti jompo sebab ia tidak mempunyai keluarga lagi dan ia juga sangat betah dipanti jompo itu bukan hanya ia diurus dengan baik tetapi ia mendapatkan banyak teman yang begitu kepadanya. Setelah banyak bercerita dengan kakek Muridin, saya merasa penasaran untuk berjalan mengunjungi nenek-nenek yang tidak jauh dari tempat saya bertemu dengan kakek Muridin. Disana terdapat 3 (tiga) orang nenek yang sedang duduk santai,tetapi dua diantaranya sedang menanggapi pertanyaan dari teman-teman saya. Saya pun memberanikan diri untuk memperkenalkan diri kepada seorang nenek salah satu diantara nenek yang sedang duduk santai. Ternyata nenek ini ramah sekali dan senang bergurau. Nenek yang saya wawancarai ini benama nenek Yati yang ternyata sudah agak pikun, ia mengatakan bahwa ia masih berumur 50 tahun dan sudah tidak menstruasi lagi. Terlihat dari fisik nenek Yati ia seperti sudah berumur 75 tahun ke atas. Tapi, saya berusaha untuk memuji dan menghibur nenek Yati dengan beberapa lelucon juga mengatakan dirinya masih terlihat sangat cantik dan awet muda, tak disangka nenek Yati membalasnya dengan tawa senang. Saya pun memulai untuk mewawancarai nenek Yati. Nenek Yati berasal dari Pekalonga. Ia bisa tinggal dipanti karena dijemput paksa oleh hansip 2 tahun yang lalu. Padahal saat kejadian itu, ia sedang mandi dan mencuci baju, lalu hansip yang datang membuang beberapa pasang baju nenek Yati juga beberapa kain panjang miliknya. Saat saya menanyai mengenai keluarganya ia mengatakan bahwa ia tidak mempunyai keluarga lagi, orangtuanya pergi ke jepang dan tak kembali. Ia sebenarnya mempunyai seorang anak yang ia banggakan yang bernama Sunarto, anaknya adalah seorang polisi yang sering berkunjung dan memberinya uang lima puluh ribu rupiah tetapi tidak pernah mengajaknya untuk pulang. Nenek Yati senang memasak ia terkadang membantu didapur untuk memasak. Biasanya ia memasak pada pukul 06.00-10.00 pagi. Kegiatan nenek Yati selain memasak adalah ia juga rajin mengikuti pengajian dan sholat bersama dipanti jompo tersebut. Selain itu, walaupun ia agak sedih anaknya tidak pernah mengajaknya pulang, ia sangat senang bertemu dengan teman-teman yang baik dipanti. Nenek Yati juga ternyata sedang sakit batuk yang tidak kunjung sembuh selama 6 bulan karena beberapa makanan yang ia makan tidak sehat untuk tubuhnya, saya mengetahuinya dari seorang nenek yang duduk di samping nenek Yati, tetapi nenek Yati tidak mengakuinya. Saya pun memberi saran kepada nenek Yati agar menjaga kesehatannya dengan makan, makanan sehat dari panti. Setelah lama berbagi cerita dengan nenek Yati juga teman-temannya,saya mohon pamit untuk pergi mengunjungi kakek dan nenek yang lain. Sebelum saya pergi, saya dimintai roti oleh nenek Yati, saya teringat saya menitipkan beberapa roti di tas teman lalu mengambilnya untuk nenek Yati. Setelah membagi roti kepada nenek Yati saya pamit mohon pamit dan doa kepada nenek Yati juga temannya. Kepergian saya saat itu di akhiri oleh pelukan hangat dan tangis juga doa dari nenek-nenek itu. Seusai saya berpamitan dengan nenek Yati dan teman-temannya, saya melanjutkan kunjungan saya. Tidak jauh dan hanya beberapa langkah dari tempat nenek Yati, saya bertemu seorang nenek yang sedang sendirian, saya pun mendekat dan menawarkan diri untuk sekedar menemani nenek itu karena saya melihat raut kesepian nenek itu. Mula-mula saya memperkenalkan diri dan melakukan suatu perbincangan. Nenek itu bernama nenek Haji Saadah yang berusia 68 tahun yang berasal dari Jakarta. Singkat cerita, nenek Saadah tinggal dipanti jompo ini sesuai dengan keinginan dirinya sendiri karena ia merasa sendiri dan tidak mempunyai keluarga lagi. Ia merasa daripada ia hidup menyendiri, ia mencari tempat dimana nenek Saadah dapat mendapatkan teman dan tidak hidup sendiri lagi. Akhirnya nenek Saadah melapor kepada RT dan RW setempat untuk mengantarnya ke panti jompo. Nenek Saadah bercerita dengan mengeluarkan airmata karena ia merasa kesedihannya ditinggal oleh suaminya 20 (dua puluh) tahun yang lalu dan nenek Saadah mengingat saat ia pulang setelah menunaikan ibadah haji, ia dimusuhi oleh orang sekitarnya tanpa alasan dan emas 35 gr miliknya hilang begitu saja. Nenek Saadah pun menangis dengan airmata yang terus mengalir, saya yang berada didepan nenek Saadah mengeluarkan selembar tisu untuk menghapus airmata dan lalu memeluknya. Agar nenek tidak terlalu sedih, saya menanyakan kegiatan nenek Saadah selama 6 (enam) bulan berada dipanti ini. Ia mengatakan bahwa selama dipanti ini ia sering mengikuti pengajian, sholat dan ke mesjid bersama. Terkadang juga ada acara kumpul dan bernyanyi bersama. Setelah nenek Saadah merasa lebih baik, saya pun mohon pamit untuk berkunjung ke tempat nenek dan kakek yang lain. Perpisahan kami pun diiringi pelukan hangat dari nenek Saadah dan beberapa nasihat jika saya menjadi dokter kelak. Saya pun melanjutkan perjalanan untuk mengelilingi daerah sekitar panti. Saat saya berkeliling cukup lama, saya menemukan sebuah tenda cukup besar. Saya melihat seorang kakek sedang mendengarkan musik dengan nikmatnya. Saya mencoba menegur kakek itu dari luar, tak berapa lama kakek itu keluar dari tenda dan bersedia untuk saya wawancarai. Kakek ini bernama kakek Abdullah bin Karin yang berusia 68 (enam puluh delapan) tahun dan kakek Abdullah berasal dari Sulawesi Selatan (Makassar). Ia memilih untuk meneruskan hidupnya sementara ini dipanti karena ia sedang ada bentrok dengan keluarganya dan suatu saat nanti, ia akan pulang jika hati dan keadaannya lebih baik. Ia menceritakan bahwa ia merasakan hidupnya lebih nyaman dipanti sebelumnya ia pernah tinggal, walaupun ia merasa sangat diurus hidupnya dipanti jompo sosial dimana ia hidup sekarang. Kegiatan yang pernah ia rasakan selama 6 (bulan) dipanti Tresna Werdha Mulia Cengkareng ini adalah senam yang diadakan seminggu dua kali dan selain itu hanya bersantai saja. Sebelumnya ia pernah tinggal dipanti jompo daerah Cipayung, ia sangat senang berada disana karena ia dapat menyalurkan hobi nya untuk bermain musik juga bernyanyi. Ia menceritakan saat ia berada disana kakek Abdullah sering mengikuti panggung gembira yang dilaksanakan oleh panti di daerah Cipayung tersebut. Kakek Abdullah akhirnya pindah dari panti daerah Cipayung dan di titipkan oleh keluarganya dipanti jompo Tresna Werdha Mulia Cengkareng ini. Keluarga kakek Abdullah juga sering mengunjungi kakek dipanti karena tempat tinggal mereka mungkin tidak jauh dari panti jompo Tresna Werdha Mulia ini. Kakek Abdullah juga menceritakan dahulu ketika ia masih muda. Ternyata kakek Abdullah adalah seorang Pelaut yang andal. Pada tahun 1986 ia mengatakan itu adalah akhir dari pergi melaut bersama kapal besar Krakatau. Sampai pada akhirnya ia kembali melaut pada tahun 1993 dan ketika ia sedang menikmati kembali pekerjaan yang ia cintai, ia mengalami kecelakaan di kapal minyak Thailand yang mengharuskan salah satu kakinya diamputansi. Kakek Abdullah sangat tegar dan semangat untuk menjalani hidupnya dan tetap bersyukur. Saya merasa bersyukur mengenal kakek Abdullah karena saya dapat belajar untuk menerima keadaan dan bersyukur selalu darinya.

Banyak yang saya pelajari ketika bertemu dengan kakek dan nenek disana. Keinginan untuk hidup yang besar ketika tiada teman atau keluarga mereka disamping mereka. Kebersamaan antar teman yang terjalin dengan eratnya juga perhatian antar teman yang diberikan dan yang paling penting adalah saya dapat belajar untuk selalu bersyukur apapun keadaan yang akan saya alami nanti. Nasihat-nasihat yang mereka berikan begitu sangat berarti untuk saya kedepannya. Mendengar kisah mereka yang cukup membuat sedih, dan bahkan mungkin berat untuk mereka sendiri, saya melihat betapa tegar dan kuatnya mereka menghadapi semua yang terjadi pada dirinya. Semangat hidup, ingat akan Tuhan dan selalu bersyukur apapun keadaan yang akan dihadapi dalam hidup, itulah yang dapat saya ambil. Pelajaran yang saya dapat di panti itu sangat berarti dalam hidup bagi saya pribadi semoga saya dapat menjalankannya seumur hidup saya kelak.