laporan pemantauan kualitas tanah 2013 kabupaten bone
DESCRIPTION
PEMANTAUAN KUALITAS TANAH BONE 2014TRANSCRIPT
-
1
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tanah adalah salah satu sistem bumi, yang bersama dengan sistem
bumi yang lain, yaitu air alami dan atmosfer, menjadi inti fungsi,
perubahan, dan kemantapan ekosistem. Tanah berkedudukan khas
dalam masalah lingkungan hidup, merupakan kimia lingkungan dan
membentuk landasan hakiki bagi kemanusiaan (James, 1995). Fungsi-
fungsi vital yang dikerjakan tanah dalam ekosistem mencakup : (1)
memberlanjutkan kegiatan, keanekaan, dan produktivitas hayati; (2)
mengatur dan membagi-bagi aliran air dan larutan; (3) menyaring,
menyangga, mendegradasi, immobilisasi, dan detoksifikasi bahan-
bahan organik dan anorganik, termasuk hasil samping industri kota
serta endapan atmosfer; (4) menyimpan dan mendaurkan hara dan
unsur-unsur lain di dalam biosfer bumi; dan (5) memberikan topangan
bagi bangunan sosial ekonomi dan perlindungan bagi khasanah
arkeologi yang berhubungan dengan pemukiman manusia (Allan, dkk.,
1995). Tanah merupakan sistem ruang. Karena ada faktor waktu
dalam pembentukan tanah maka sebagai tubuh dinamik tanah juga
bermatra waktu yang terungkapkan
dalam tingkat perkembangan atau umur tanah. Dengan tambahan satu
matra waktu, tanah merupakan ujud bermatra empat atau merupakan
suatu sistem ruang-waktu.
Tanah juga merupakan komponen dari keseluruhan ekosistem yang
mendukung produksi tanaman dan menentukan kualitas ekosistem.
Dalam pertanian, tanah yang sehat merupakan keseimbangan antara
-
2
fisik, kimia dan biologi faktor-faktor yang meningkatkan produksi
tanaman yang optimal, dan berkontribusi untuk melestarikan air dan
kualitas tanah. Dari perspektif ilmu dan lingkungan, tanah adalah
ekosistem yang beraneka pada skala lokal dan sumber daya yang
sangat heterogen dari segi kimia, fisik, dan biologi. Sifat fisik tanah
merujuk pada tabiat dan perilaku mekanik, thermal, optik, koloidal, dan
hidrologi tanah. Tabiat dan
perilaku menghadirkan sejumlah parameter yang dapat diamati dan
atau diukur. Sifat kimia tanah dapat ditakrifkan sebagai keseluruhan
reaksi fisiko-kimia dan kimia yang berlangsung antar penyusun tanah
dan antara penyusun tanah dan bahan yang ditambahkan kepada
tanah in situ (Bolt & Bruggenwert, 1978). Reaksireaksi tanah
dipengaruhi oleh tindakan faktor lingkungan tertentu.
Sifat biologi berhubungan dengan kehidupan hayati yang ada di
permukaan maupun di dalam tanah. Pengetahuan tentang fungsi tanah
diberbagai lahan adalah pokok bagi pemahaman daur unsur dan aliran
energi di dalam ekosistem lokal, regional, dan global. Untuk
keberlanjutan kehidupan dan menjamin kesejahteraannya, manusia
tidak mungkin bisa mengabaikan berbagai fungsi tanah. Tanah
merupakan komponen lingkungan hidup yang secara mutlak harus
dilindungi atau dihindarkan dari dampak yang merugikan sehingga
kualitas tanah tetap terjaga. Konservasi tanah dan pengelolaan yang
tepat menjadi suatu keharusan dalam upaya mempertahankan fungsi
tanah (statis dan dinamis) hubungannya dengan kualitas tanah.
-
3
Dengan meningkatnya fungsi tanah diharapkan tanah mampu
mempertahankan produktivitasnya dan juga
secara bertahap mengurangi dampak kerusakan lingkungan yang juga
akan berdampak terhadap kesehatan manusia.
Penetapan status kerusakan tanah untuk produksi biomassa perlu
dilakukan sebagai salah satu upaya pengendalian kerusakan tanah.
Kerusakan tanah untuk produksi biomassa dapat disebabkan oleh sifat
alami tanah, dapat pula disebabkan oleh kegiatan manusia yang
menyebabkan tanah tersebut terganggu/rusak hingga tidak mampu
lagi berfungsi sebagai media untuk produksi biomassa secara normal.
Tata cara pengukuran kriteria baku kerusakan tanah untuk produksi
biomassa ini hanya berlaku untuk pengukuran kerusakan tanah karena
tindakan manusia di areal produksi biomassa maupun karena adanya
kegiatan lain di luar areal produksi biomassa yang dapat berdampak
terhadap terjadinya kerusakan tanah untuk produksi biomassa. Kriteria
baku yang digunakan untuk menentukan status kerusakan tanah untuk
produksi biomassa didasarkan pada parameter kunci sifat dasar tanah,
yang mencakup sifat fisik, sifat kimiawi dan sifat biologi tanah. Sifat
dasar tanah ini menentukan kemampuan tanah dalam menyediakan
air dan unsur hara yang cukup bagi kehidupan (pertumbuhan dan
perkembangan) tumbuhan. Dengan mengetahui sifat dasar suatu
tanah maka dapat ditentukan status kerusakan tanah untuk produksi
biomassa.
-
4
PENGERTIAN PENCEMARAN TANAH
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan
manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini
biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia
industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air
permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan;
kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air
limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang
langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal
dumping).
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 150 tahun 2000 tentang
Pengendalian kerusakan tanah untuk produksi bio massa: Tanah
adalah salah atu komponen lahan berupa lapisan teratas kerak bumi
yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik serta mempunyai
sifat fisik, kimia, biologi, dan mempunyai kemampuan menunjang
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Tetapi apa yang
terjadi, akibat kegiatan manusia, banyak terjadi kerusakan tanah. Di
dalam PP No. 150 th. 2000 di sebutkan bahwa Kerusakan tanah untuk
produksi biomassa adalah berubahnya sifat dasar tanah yang
melampaui kriteria baku kerusakan tanah. Ketika suatu zat
berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat
menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah.
Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai
zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat
-
5
berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat
mencemari air tanah dan udara di atasnya.
SUMBER PENCEMARAN TANAH
Sumber pencemar tanah, karena pencemaran tanah tidak jauh beda atau bisa
dikatakan mempunyai hubungan erat dengan pencemaran udara dan
pencemaran air, maka sumber pencemar udara dan sumber pencemar air
pada umumnya juga merupakan sumber pencemar tanah.
Sebagai contoh gas-gas oksida karbon, oksida nitrogen, oksida
belerang yang menjadi bahan pencemar udara yang larut dalam air hujan dan
turun ke tanah dapat menyebabkan terjadinya hujan asam sehingga
menimbulkan terjadinya pencemaran pada tanah.
Air permukaan tanah yang mengandung bahan pencemar misalnya
tercemari zat radioaktif, logam berat dalam limbah industri, sampah rumah
tangga, limbah rumah sakit, sisa-sisa pupuk dan pestisida dari daerah
pertanian, limbah deterjen, akhirnya juga dapat menyebabkan terjadinya
pencemaran pada tanah daerah tempat air permukaan ataupun tanah daerah
yang dilalui air permukaan tanah yang tercemar tersebut. Maka sumber
bahan pencemar tanah dapat dikelompokkan juga menjadi sumber pencemar
yang berasal dari, sampah rumah tangga, sampah pasar, sampah rumah
sakit, gunung berapi yang meletus / kendaraan bermotor dan limbah industri.
-
6
KOMPONEN-KOMPONEN BAHAN PENCEMARAN TANAH
1. Limbah domestik
Limbah domestik dapat berasal dari daerah: pemukiman penduduk;
perdagang-an/pasar/tempat usaha hotel dan lain-lain; kelembagaan
misalnya kantor-kantor pemerintahan dan swasta; dan wisata, dapat
berupa limbah padat dan cair.
Limbah padat berupa senyawa anorganik yang tidak dapat
dimusnahkan atau diuraikan oleh mikroorganisme seperti plastik, serat,
keramik, kaleng-kaleng dan bekas bahan bangunan, menyebabkan
tanah menjadi kurang subur. Bahan pencemar itu akan tetap utuh
hingga 300 tahun yang akan datang. Bungkus plastik yang kita buang
ke lingkungan akan tetap ada dan mungkin akan ditemukan oleh anak
cucu kita setelah ratusan tahun kemudian.
Sampah anorganik tidak ter-biodegradasi, yang menyebabkan
lapisan tanah tidak dapat ditembus oleh akar tanaman dan tidak
tembus air sehingga peresapan air dan mineral yang dapat
menyuburkan tanah hilang dan jumlah mikroorganisme di dalam
tanahpun akan berkurang akibatnya tanaman sulit tumbuh bahkan mati
karena tidak memperoleh makanan untuk berkembang.
Limbah cair berupa; tinja, deterjen, oli, cat, jika meresap kedalam tanah
akan merusak kandungan air tanah bahkan dapat membunuh mikro-
organisme di dalam tanah.
-
7
Limbah industri
Limbah Industri berasal dari sisa-sisa produksi industri. .
Limbah industri berupa limbah padat yang merupakan hasil buangan
industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses
pengolahan. Misalnya sisa pengolahan pabrik gula, pulp, kertas, rayon,
plywood, pengawetan buah, ikan daging dll.
Limbah cair yang merupakan hasil pengolahan dalam suatu proses
produksi, misalnya sisa-sisa pengolahan industri pelapisan logam dan
industri kimia lainnya. Tembaga, timbal, perak, khrom, arsen dan boron
adalah zat-zat yang dihasilkan dari proses industri pelapisan logam
seperti Hg, Zn, Pb, Cd dapat mencemari tanah. Merupakan zat yang
sangat beracun terhadap mikroorganisme. Jika meresap ke dalam
tanah akan mengakibatkan kematian bagi mikroorganisme yang
memiliki fungsi sangat penting terhadap kesuburan tanah.
Limbah pertanian
Limbah pertanian dapat berupa sisa-sisa pupuk sintetik untuk
menyuburkan tanah atau tanaman, misalnya pupuk urea dan pestisida
untuk pemberantas hama tanaman. Penggunaan pupuk yang terus
menerus dalam pertanian akan merusak struktur tanah, yang
menyebabkan kesuburan tanah berkurang dan tidak dapat ditanami
jenis tanaman tertentu karena hara tanah semakin berkurang. Dan
penggunaan pestisida bukan saja mematikan hama tanaman tetapi
juga mikroorga-nisme yang berguna di dalam tanah. Padahal
kesuburan tanah tergantung pada jumlah organisme di dalamnya.
-
8
Selain itu penggunaan pestisida yang terus menerus akan
mengakibatkan hama tanaman kebal terhadap pestisida tersebut
Berbagai dampak ditimbulkan akibat pencemaran tanah, diantaranya:
a. Pada kesehatan
Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung
pada tipe polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi
yang terkena. Kromium, berbagai macam pestisida dan herbisida
merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi. Timbal sangat
berbahaya pada anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak,
serta kerusakan ginjal pada seluruh populasi.
Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada
konsentrasi tertentu dapat meningkatkan kemungkinan terkena leukemia.
Merkuri (air raksa) dan siklodiena dikenal dapat menyebabkan kerusakan
ginjal, beberapa bahkan tidak dapat diobati. PCB dan siklodiena terkait
pada keracunan hati. Organofosfat dan karmabat dapat menyebabkan
gangguan pada saraf otot. Berbagai pelarut yang mengandung klorin
merangsang perubahan pada hati dan ginjal serta penurunan sistem saraf
pusat. Terdapat beberapa macam dampak kesehatan yang tampak
seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan ruam kulit untuk
paparan bahan kimia yang disebut di atas. Yang jelas, pada dosis yang
besar, pencemaran tanah dapat menyebabkan Kematian.
-
9
b. Pada Ekosistem
Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem.
Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan
kimia beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun.
Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan metabolisme dari
mikroorganisme endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah
tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa spesies
primer dari rantai makanan, yang dapat memberi akibat yang besar
terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan tersebut.
Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah tersebut rendah,
bagian bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia asing yang
lama-kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni
piramida atas. Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti
konsentrasi DDT pada burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur,
meningkatnya tingkat Kematian anakan dan kemungkinan hilangnya
spesies tersebut.
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme
tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil
pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi
tanaman di mana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari
erosi. Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh yang panjang
dan pada kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan terbentuk dari
bahan pencemar tanah utama.
-
10
2. Tujuan Dasar
Sebagai pedoman bagi untuk menentukan kondisi dan status
kerusakan tanah untuk produksi biomassa Kabupaten Bone
berdasarkan kriteria baku Peraturan Pemerintah No. 150 Tahun 2000
3. Hasil yang diharapkan
Lokasi yang direncanakan untuk dikaji dan selanjutnya ditetapkan
kondisi dan status kerusakan tanah berdasarkan hasil pengukuran
kriteria baku kerusakan tanah untuk produksi biomassa adalah di
Kabupaten Bone, sejumlah 10 titik pada tiga kawasan berdasarkan
Pemanfaatan Lahan Perkebunan rakyat, Areal Pasang surut, lahan
industri dan Areal persawahan.
4. Sasaran
Sasaran pemantauan Kualitas Tanah, meliputi :
1) Areal Tambak Kelurahan Waetuwo, Kec. T.R. Timur
2) Areal Pasang Surut Kecamatan Cenrana Desa Pallime
3) Areal Perkebunan Rakyat Kel. Bulu Tempe Kecamatan Palakka
4) Areal Persawahan di Jalan Mappanyukki Watampone
5) Areal Persawahan Lingk. Benteng Kel. Barebbo, Kec. Sibulue
6) Areal Tambak Desa Pattiro Kec. Sibulue
7) Areal Perkebunan Rakyat Desa Pattiro Riolo Kec. Sibulue
8) Komplek Perkebunan Pabrik Gula ArasoE
9) Komplek Perkebunan Pabrik Gula Camming.
-
11
5. Ruang Lingkup
Kegiatan Pemantauan Kualitas Tanah Kabupaten bone meliputi :
1. Penentuan Tujuan Pemantauan
2. Penentuan lokasi pemantauan
3. Pelaksanaan sampling
4. Pelaksanaan analisis laboratorium
5. Penyusunan Laporan
6. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan sampling kualitas Tanah dilaksanakan pada hari Rabu
tanggal 17 November 19 November 2013, jam 08.00 (Wita) sampai
dengan jam 17.30 (Wita) dan selanjutnya di analisis di Laboratorium
Balai Besar Kesehatan Kementerian Kesehatan di Makassar dan
Laboratorium Kimia dan Kesuburan Jurusan Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar
-
12
II. TINJAUAN AREA PEMANTAUAN
2.1 Kondisi Geografis
a) Kabupaten Bone sebagai
salah satu daerah yang berada
dipesisir Timur Sulawesi Selatan
memiliki posisi strategis dalam di
Kawasan Timur Indonesia, yang
secara administratif terdiri dari 27
Kecamatan, 333 Desa dan 39
Kelurahan, yang letaknya 174 km
kearah timur Kota Makassar,
berada pada posisi 4 13- 506
Lintang Selatan dan antara 119
42-120 30 Bujur Timur.
Gbr. 1. Peta Topografi Kabupaten Bone
b) Luas wilayah Kabupaten Bone 4.559 km2 dengan rincian lahan sebagai
berikut :
- Persawahan : 88.449 Ha
- Tegalan/Ladang : 120.524 Ha
- Tambak/Empang : 11.148 Ha
- Perkebunan Negara/Swasta : 43.052,97 Ha
- Rutan : 145.073 Ha
- Padang rumput dan lainnya : 10.503,48 Ha
-
13
c) Batas Wilayah
- Sebelah Utara berbatasan Kabupaten Wajo, Soppeng
- Sebelah Selatan berbatasan Kabupaten Sinjai,Gowa
- Sebelah Timur berbatasan Teluk Bone
Sebelah Barat berbatasan Kabupaten Maros, Pangkep, Barru
2.2. Kondisi Lahan
Penggunaan lahan yang ada di Kabupaten Bone dapat digolongkan kedalam
beberapa tipe penggunaan seperti hutan, persawahan,padang
rumput/rawa,tambak /kolam /empang dan perkampungan. Penggunaan lahan
yang terbesar yaitu untuk hutan baik hutan Negara maupun hutan rakyat
seluas 114.416 Ha atau 29,02% dari luas lahan dikabupaten Bone pada
tahun 2005. Lahan tanah, kayu-kayuan, hutan Rakyat : 3,69% Lahan
Kering sementara tidak ditanami : 3,10% Tambak, Kolam,Tebat/Empang :
2,32% Ladang/Huma, Padang rumput, Rawa-rawa : 1,08% Tegal/Kebun :
16,66% Pekarangan/Bangunan : 5,40% Hutan Negara : 25,33%
Perkebunan : 15,06% Sawah : 23,10% Lainnya. : 4,24%
2.3. Penggunaan Lahan
Kabupaten Bone memiliki dua jenis musim yakni musim penghujan dan
musim kemarau dengan tipe iklim sedang. Pada priode bulan April-
September, bertiup angin timur yang membawa hujan.Sebaliknya pada priode
Oktober-Maret bertiup angin barat, yang pada waktu itu Kabupaten Bone
akan mengalami musi kemarau, tetapi terdapat juga sektor peralihan dimana
Kecamatan Bontocani dan Libureng yang sebagian wilayahnya mengikuti
-
14
serktor barat dan sebagiannya lagi mengikuti sektor timur. Suhu minimum di
Kabupaten Bone adalah 260 C dan suhu maksimum 430 C. Melihat kondisi
tersebut, maka daerah ini memungkinkan untuk menghasilkan berbagai jenis
komoditi pertanian yang memiliki nilai Ekonomi tinggi
2.3 Kemiringan Lereng
Keadaan permukaan lahan bervariasi mulai dari landai, bergelombang hingga
curam. Daerah landai dijumpai sepanjang pantai dan bagian Utara,
sementara di bagian Barat dan Selatan umumnya bergelombang hingga
curam.
2.4 Iklim
Wilayah Kabupaten Bone termasuk daerah beriklim sedang. Kelembaban
udara berkisar antara 95% 99% dengan temperatur berkisar 260C 430C.
Pada periode April-September, bertiup angin timur yang membawa hujan.
Sebaliknya pada Bulan Oktober-Maret bertiup Angin Barat, saat dimana
mengalami musim kemarau di Kabupaten Bone.
Selain kedua wilayah yang terkait dengan iklim tersebut, terdapat juga wilayah
peralihan, yaitu: Kecamatan Bontocani dan Kecamatan Libureng yang
sebagian mengikuti wilayah barat dan sebagian lagi mengikuti wilayah timur.
Rata-rata curah hujan tahunan diwilayah Bone bervariasi, yaitu: rata-
rata
-
15
III. METODELOGI PENDEKATAN
A. Ruang Lingkup
Ruang lingkup tata cara pengukuran kriteria baku kerusakan tanah meliputi:
1. Identifikasi kondisi awal tanah, dilakukan melalui inventarisasi data
sekunder dan/atau data primer (termasuk data iklim, topografi, tutupan
lahan, potensi sumber kerusakan tanah yang bersifat alami, dan akibat
kegiatan manusia). Identifikasi dilakukan untuk mengetahui areal yang
berpotensi mengalami kerusakan;
2. Analisis sifat-sifat dasar tanah, mencakup pengamatan lapangan
maupun analisis laboratorium terhadap sifat fisik, kimia, dan biologi
tanah sesuai dengan parameter yang terdapat dalam kriteria baku
kerusakan tanah;
3. Evaluasi untuk menentukan status kerusakan tanah, dilakukan dengan
cara membandingkan antara hasil analisis sifat dasar tanah dengan
kriteria baku kerusakan tanah.
B. Pengambilan Sampel Tanah
Contoh Tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari
suatu bagian tubuh tanah (horison/lapisan/solum) dengan cara-cara
tertentu disesuaikan dengan sifat-sifat yang akan diteliti secara lebih
detail di laboratorium. Pengambilan contoh tanah dapat dilakukan
dengan 2 teknik dasar yaitu pengambilan contoh tanah secara utuh
dan pengambilan contoh Laboraturium tanah secara tidak utuh.
Pengambilan contoh tanah disesuaikan dengan sifat-sifat yang akan
-
16
diteliti. Untuk penetapan sifat-sifat fisika tanah ada 3 macam
pengambilan contoh tanah
yaitu :
a. Contoh tanah tidak terganggu (undisturbed soil sample) yang
diperlukan untuk analisis penetapan berat isi atau berat volume
(bulk density), agihan ukuran pori (pore size distribution) dan
untuk permeabilitas (konduktivitas jenuh)
b. Contoh tanah dalam keadaan agregat tak terganggu
(undisturbed soil aggregate) yang diperlukan untuk penetapan
ukuran agregat dan derajad kemantapan agregat (aggregate
stability)
c. Contoh tanah terganggu (disturbed soil sample), yang
diperlukan untuk penetapan kadar lengas, tekstur, tetapan
Atterberg, kenaikan kapiler, sudut singgung, kadar lengas kritik,
Indeks patahan (Modulus of Rupture:MOR), konduktivitas
hidrolik tak jenuh, luas permukaan (specific surface), erodibilitas
(sifat ketererosian) tanah menggunakan hujan tiruan (rainfall
simulator)
Untuk penetapan sifat kimia tanah misalnya kandungan hara (N,
P, K, dll), kapasitas tukar kation (KPK), kejenuhan basa, dll
digunakan pengambilan contoh tanah terusik.
-
17
IV. HASIL PEMANTAUAN
Tata cara pengukuran kriteria baku kerusakan tanah untuk produksi
biomassa disusun agar terdapat kesesuaian pemahaman mengenai
metodologi dan aspek-aspek yang harus ditinjau dalam menetapkan
kondisi dan status kerusakan tanah untuk produksi biomassa. Penetapan
status kerusakan tanah untuk produksi biomassa perlu dilakukan sebagai
salah satu upaya pengendalian kerusakan tanah. Kerusakan tanah untuk
produksi biomassa dapat disebabkan oleh sifat alami tanah, dapat pula
disebabkan oleh kegiatan manusia yang menyebabkan tanah tersebut
terganggu/rusak hingga tidak mampu lagi berfungsi sebagai media untuk
produksi biomassa secara normal. Tata cara pengukuran kriteria baku
kerusakan tanah untuk produksi biomassa ini hanya berlaku untuk
pengukuran kerusakan tanah karena tindakan manusia di areal produksi
biomassa maupun karena adanya kegiatan lain di luar areal produksi
biomassa yang dapat berdampak terhadap terjadinya kerusakan tanah
untuk produksi biomassa.
Kriteria baku yang digunakan untuk menentukan status kerusakan
tanah untuk produksi biomassa didasarkan pada parameter kunci sifat
dasar tanah, yang mencakup sifat fisik, sifat kimiawi dan sifat biologi
tanah. Sifat dasar tanah ini menentukan kemampuan tanah dalam
menyediakan air dan unsur hara yang cukup bagi kehidupan
(pertumbuhan dan perkembangan) tumbuhan. Dengan mengetahui sifat
dasar suatu tanah maka dapat ditentukan status kerusakan tanah untuk
produksi biomassa.
-
18
Adapun hasil pemantauan kualitas tanah pada 10 (sepuluh) titik
yaitu :
Tabel 1. Hasil Pemantauan T1 (Tanah Tambak Waetuo)
No. Parameter Satuan Hasil
Pemeriksaan Ambang
Batas Analisis Laboratorium
1 Berat Isi (BD) g/cm3
1.26 Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah UNHAS
2 Berat Volume g/cm3
1.63 Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah UNHAS
3 Kadar Air % 12.23 Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah UNHAS
4 pH - 5.7 Laboratorium Kesehatan
Makassar
5 N-Organik % 0.02 Laboratorium Kesehatan
Makassar
6 Amonia (NH3-N) Ug/gr 4.07 Laboratorium Kesehatan
Makassar
7 Nitrat (NO3-N) Ug/gr 3.6 Laboratorium Kesehatan
Makassar
8 Nitrit (NO2-N) Ug/gr 0.04 Laboratorium Kesehatan
Makassar
9 P2O5 Ug/gr 10.89 Laboratorium Kesehatan
Makassar
10 Daya Hantar Listrik uS/cm 2700 Laboratorium Kesehatan
Makassar
Tabel 2. Hasil Pemantauan T2 (Areal Pasang Surut Desa Pallime Kec.
Cenrana)
No. Parameter Satuan Hasil
Pemeriksaan Ambang
Batas Analisis Laboratorium
1 Berat Isi (BD) g/cm3
1.35 Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah UNHAS
2 Berat Volume g/cm3
1.53 Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah UNHAS
3 Kadar Air % 5.9 Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah UNHAS
4 pH - 16.32 Laboratorium Kesehatan
Makassar
5 N-Organik % 0.18 Laboratorium Kesehatan
Makassar
6 Amonia (NH3-N) Ug/gr 0.54 Laboratorium Kesehatan
Makassar
7 Nitrat (NO3-N) Ug/gr 4.4 Laboratorium Kesehatan
Makassar
8 Nitrit (NO2-N) Ug/gr 0.14 Laboratorium Kesehatan
Makassar
9 P2O5 Ug/gr 6.71 Laboratorium Kesehatan
Makassar
10 Daya Hantar Listrik uS/cm 6700 Laboratorium Kesehatan
Makassar
-
19
Tabel 3. Hasil Pemantauan T5 (Tanah Perkebunan Palakka)
No. Parameter Satuan Hasil
Pemeriksaan Ambang
Batas Analisis Laboratorium
1 Berat Isi (BD) g/cm3
1.52 Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah UNHAS
2 Berat Volume g/cm3
4.88 Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah UNHAS
3 Kadar Air % 13.52 Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah UNHAS
4 pH - 5.2 Laboratorium Kesehatan
Makassar
5 N-Organik % 0.19 Laboratorium Kesehatan
Makassar
6 Amonia (NH3-N) Ug/gr 6.99 Laboratorium Kesehatan
Makassar
7 Nitrat (NO3-N) Ug/gr 3.5 Laboratorium Kesehatan
Makassar
8 Nitrit (NO2-N) Ug/gr 0.6 Laboratorium Kesehatan
Makassar
9 P2O5 Ug/gr 7.21 Laboratorium Kesehatan
Makassar
10 Daya Hantar Listrik uS/cm 332 Laboratorium Kesehatan
Makassar
Tabel 4. Hasil Pemantauan T6 (Tanah Kec. Ulaweng)
No. Parameter Satuan Hasil
Pemeriksaan Ambang
Batas Analisis Laboratorium
1 Berat Isi (BD) g/cm3
1.42 Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah UNHAS
2 Berat Volume g/cm3
1.92 Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah UNHAS
3 Kadar Air % 14.32 Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah UNHAS
4 pH - 6.5 Laboratorium Kesehatan
Makassar
5 N-Organik % 0.18 Laboratorium Kesehatan
Makassar
6 Amonia (NH3-N) Ug/gr 5.83 Laboratorium Kesehatan
Makassar
7 Nitrat (NO3-N) Ug/gr 1 Laboratorium Kesehatan
Makassar
8 Nitrit (NO2-N) Ug/gr 0.49 Laboratorium Kesehatan
Makassar
9 P2O5 Ug/gr 6.46 Laboratorium Kesehatan
Makassar
10 Daya Hantar Listrik uS/cm 347.4 Laboratorium Kesehatan
Makassar
-
20
Tabel 5. Hasil Pemantauan T9 (Tanah Sawah dalam Kota)
No. Parameter Satuan Hasil
Pemeriksaan Ambang
Batas Analisis Laboratorium
1 Berat Isi (BD) g/cm3
1.63 Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah UNHAS
2 Berat Volume g/cm3
2.08 Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah UNHAS
3 Kadar Air % 15.23 Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah UNHAS
4 pH - 7.2 Laboratorium Kesehatan
Makassar
5 N-Organik % 0.15 Laboratorium Kesehatan
Makassar
6 Amonia (NH3-N) Ug/gr 0.88 Laboratorium Kesehatan
Makassar
7 Nitrat (NO3-N) Ug/gr 1 Laboratorium Kesehatan
Makassar
8 Nitrit (NO2-N) Ug/gr 0.46 Laboratorium Kesehatan
Makassar
9 P2O5 Ug/gr 5.5 Laboratorium Kesehatan
Makassar
10 Daya Hantar Listrik uS/cm 524 Laboratorium Kesehatan
Makassar
Tabel 6. Hasil Pemantauan T12 (Areal Persawahan Kec. Barebbo)
No. Parameter Satuan Hasil
Pemeriksaan Ambang
Batas Analisis Laboratorium
1 Berat Isi (BD) g/cm3
1.26 Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah UNHAS
2 Berat Volume g/cm3
1.87 Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah UNHAS
3 Kadar Air % 14.32 Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah UNHAS
4 pH - 5.8 Laboratorium Kesehatan
Makassar
5 N-Organik % 0.16 Laboratorium Kesehatan
Makassar
6 Amonia (NH3-N) Ug/gr 1.26 Laboratorium Kesehatan
Makassar
7 Nitrat (NO3-N) Ug/gr 4.80 Laboratorium Kesehatan
Makassar
8 Nitrit (NO2-N) Ug/gr 0.08 Laboratorium Kesehatan
Makassar
9 P2O5 Ug/gr 11.2 Laboratorium Kesehatan
Makassar
10 Daya Hantar Listrik uS/cm 550 Laboratorium Kesehatan
Makassar
-
21
Tabel 7. Hasil Pemantauan T13 (Tanah Tambak Pattiro)
No. Parameter Satuan Hasil
Pemeriksaan Ambang
Batas Analisis Laboratorium
1 Berat Isi (BD) g/cm3
1.35 Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah UNHAS
2 Berat Volume g/cm3
1.85 Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah UNHAS
3 Kadar Air % 12.05 Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah UNHAS
4 pH - 5.5 Laboratorium Kesehatan
Makassar
5 N-Organik % 0.17 Laboratorium Kesehatan
Makassar
6 Amonia (NH3-N) Ug/gr 4.02 Laboratorium Kesehatan
Makassar
7 Nitrat (NO3-N) Ug/gr 2.3 Laboratorium Kesehatan
Makassar
8 Nitrit (NO2-N) Ug/gr
-
22
Tabel 9. Hasil Pemantauan T16 (Perkebunan Pabrik Gula Arasoe)
No. Parameter Satuan Hasil
Pemeriksaan Ambang
Batas Analisis Laboratorium
1 Berat Isi (BD) g/cm3
1.52 Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah UNHAS
2 Berat Volume g/cm3
1.98 Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah UNHAS
3 Kadar Air % 12.34 Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah UNHAS
4 pH - 5 Laboratorium Kesehatan
Makassar
5 N-Organik % 0.17 Laboratorium Kesehatan
Makassar
6 Amonia (NH3-N) Ug/gr 1.05 Laboratorium Kesehatan
Makassar
7 Nitrat (NO3-N) Ug/gr 4.5 Laboratorium Kesehatan
Makassar
8 Nitrit (NO2-N) Ug/gr 0.15 Laboratorium Kesehatan
Makassar
9 P2O5 Ug/gr 11.36 Laboratorium Kesehatan
Makassar
10 Daya Hantar Listrik uS/cm 614 Laboratorium Kesehatan
Makassar
Tabel 10. Hasil Pemantauan T19 (Perkebunan Pabrik Gula Camming)
No. Parameter Satuan Hasil
Pemeriksaan Ambang
Batas Analisis Laboratorium
1 Berat Isi (BD) g/cm3
1.63 Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah UNHAS
2 Berat Volume g/cm3
2.18 Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah UNHAS
3 Kadar Air % 12.62 Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah UNHAS
4 pH - 5.5 Laboratorium Kesehatan
Makassar
5 N-Organik % 0.15 Laboratorium Kesehatan
Makassar
6 Amonia (NH3-N) Ug/gr 1.58 Laboratorium Kesehatan
Makassar
7 Nitrat (NO3-N) Ug/gr 4.8 Laboratorium Kesehatan
Makassar
8 Nitrit (NO2-N) Ug/gr 0.34 Laboratorium Kesehatan
Makassar
9 P2O5 Ug/gr 4.92 Laboratorium Kesehatan
Makassar
10 Daya Hantar Listrik uS/cm 512 Laboratorium Kesehatan
Makassar
-
23
V. PEMBAHASAN
1. pH (Potential of Hydrogen)
pH adalah tingkat keasaman tanah yang dicerminkan oleh konsentrasi
H+ dalam tanah. Nilai pH menjadi bermasalah jika pH < 4.5 atau > 8.5
untuk tanah di lahan kering dan pH < 4.0 atau > 7.0 untuk tanah di
lahan basah. Hasil analisis laboratorium menunjukan bahwa nilai pH
tergolong netral karena semua wilayah berada iluar ambang kritis
sehingga masuk tanah tidak rusak.
2. Berat Isi
Bobot isi /berat volume (BI) atau kerapatan bongkah tanah (bulk
density) adalah perbandingan antara berat bongkah tanah dengan
isi/volume total tanah. Semakin tinggi nilainya menunjukan tanah
tersebut mampat. Hasil analisis laboratorium menunjukan bahwa di
beberapa wilayah menunjukan adanya pemadatan tanah, hal ini terlihat
dari nilai BI berada diatas ambang kritis sehingga masuk kategori
tanah rusak.
Berat isi (volume) adalah perbandingan berat masa padatan tanah
dengan volume tanah dengan volume pori-porinya. Berat isi ini dapat
dinyatakan dalam satuan gram.cm-3. Berat volume tanah ini sangat
dibutuhkan untuk konversi air dalam (% berat) ke dalam kandungan
volume (% volume), untuk menghitung porositas, untuk menduga berat
dari tanah yang sangat luas. Berat isi merupakan indicator tingkat
kepadatan tanah dan kemampuan akar tanaman untuk menembus
tanah. Menurut Sutanto (2005) bahwa berat isi tanah sangat
dipengaruhi oleh tekstur dan bahan organik. Tanah mineral mempunyai
-
24
berat isi 1,1 - 1,8 g.cm-3., tanah biasa 1,3 1,5 g.cm-3 dan tanah yang
kaya abu vulkan memiliki berat isi < 0,9 g.cm-3 . Menurut Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 7 Tahun 2006 bahwa faktor
pembatas berat isi adalah > 1,4 g.cm-3 .
3. Porositas
Porositas total tanah adalah persentase ruang pori yang ada dalam
tanah terhadap volume tanah. Hasil analisis laboratorium menunjukan
bahwa sebagian besar kondisi porositas total tanah berada diluar
ambang kritis sehingga masuk kategori tidak rusak.
Porositas total tanah adalah persentase ruang pori yang ada dalam
tanah terhadap volume tanah (PMNLH, 2006). Porositas tanah
mengambarkan nisbah volume ruang pori dengan padatan atau
disebut nisbah ruang pori (pore space ratio (PSR)). Sehingga porositas
sangat tergantung pada berat isi dan berat jenis tanah. PSR akan
sangat menentukan kandungan air, udara, suhu dan unsur hara, ruang
akar tanaman. Porositas akan menentukan kemampuan tanah untuk
meloloskan air serta kemampuan tanah untuk menyimpan air dan hara.
Volume pori mencakup berbagai ukuran ada yang lebar dengan
diameter > 10 um, sedang (berdiameter 10 - 0,2 um), dan halus
(diameter < 0,2 um). Volume pori tanah menurut peranannya dalam
menahan air dapat dibedakan menjadi pori makro dan mikro. Pori
makro tidak dapat menahan air, karena air akan diloloskan ke bawah
oleh gaya gravitasi. Sedangkan pori mikro merupakan pori yang
berukuran kecil dengan membentuk pipa kapiler dan mampu menahan
air, sehingga air tersedia bagi tanaman. Porositas ini sangat
-
25
dipengaruhi oleh agihan ukuran butiran tanah, bahan Organik dan
Bentuk, ukuran da struktur tanah. Menurut Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 7 Tahun 2006 bahwa faktor pembatas
porositas untuk mendukung pertanaman sebesar < 30 % dan > 70 %.
4. Day Hantar Listrik (DHL)
Nilai DHL adalah pendekatan kualitatif dari kadar ion yang ada di
dalam larutan tanah, di luar kompleks serapan tanah. Semakin besar
kadar ionik larutan akan semakin besar DHL-nya. DHL dinilai dengan
satuan mS/cm atau S/cm, pada suhu 25 C. Nilai DHL > 4 mS
mengkibatkan akar membusuk karena terjadi plasmolisis. Hasil analisis
laboratorium menunjukan bahwa kondisi DHL tidak masuk kategori
tanah rusak karena nilainya semua berada dibawah ambang kritis.
Nilai DHL adalah pendekatan kualitatif dari kadar ion yang ada di
dalam larutan tanah, di luar kompleks serapan tanah. Semakin besar
kadar ionik larutan akan semakin besar DHL-nya. DHL dinilai dengan
satuan mS/cm atau S/cm, pada suhu 25 C. Nilai DHL > 4 mS
mengkibatkan akar membusuk karena terjadi plasmolisis. DHL akan
dapat mengalami peningkatan jika terjadi penguapan yang lebih tinggi
dari hujan, sehingga akan terjadi pengendapan natrium. Pengukuran
DHL dilakukan dengan melihat tahanan listrik di dalam larutan tanah,
menggunakan alat ukur Electrical Conductivity meter (EC-meter).
5. N-Organik
Nilai Nitrogen berkisar antara 0,2 , Kadar Nitrogen terendah dilokasi
tanah tambak Kelurahan Waetuwo, sedangkan kadar Nitrogen tertinggi
di 0.19 Unsur Nitrogen merupakan unsur mutlak yang harus ada dan
-
26
dibutuhkan dalam jumlah banyak, maka dari dulu pupuk yang
diciptakan pun diutamakan mengandung Nitrogen, Phospor dan
Kalium. Unsur Nitrogen (N) mempunyai peranan merangsang
pertumbuhan secara keseluruhan dan khususnya batang, cabang dan
daun, hijau daun serta berguna dalam proses fotosintesa. Tanah
dengan kandungan Nitrogen rendah
menyebabkan tanaman tumbuh kerempeng dan tersendat-sendat,
daun kering dan jaringan mati.
Kadar Air
Kadar air yaitu perbandingan antara berat air yang terkandung dalam
tanah dengan berat kering tanah dinyatakann dalam persen (%).
Tanah yang terdiri dari butiran butiran bermacam macam ukuran,
ruang ruang di antara butir butir dikenal dengan pori pori. Pori
pori pada umumnya terdiri dari udara dan air, akan tetapi pada
keadaan keadaan khusus dapat berupa udara seluruhnya atau air
seluruhnya. Pori pori tanah adalah ruang ruang kosong tanah dapat
terisi air atau udara :
Jika terisi oleh udara maka tanah tersebut dalam keadaan
kering.
Jika terisi oleh air maka tanah tersebut dalam keadaan jenuh.
Jika terisi oleh air dan udara maka tanah tersebut dalam
keadaan lembab.
-
27
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
a. Faktor yang mempengaruhi kesuburan tanaman adalah struktur
tanah, derajat keasaman (pH), dan kandungan unsur hara yang
dibutuhkan tanaman
b. Unsur hara yang mutlak harus ada dalam tanah adalah Nitrogen
(N), Phospor (P) dan Kalium (K)
c. Untuk mengetahui unsur hara yang kurang pada tanah perlu
dilakukan
d. analisis/pengujian tanah pertanian agar terungkap bagaimana
kondisi tanah sebenarnya
e. Penggunaan pupuk organik dapat menambah unsur hara makro
maupun mikro di dalam tanah serta memperbaiki struktur tanah
pertanian. Pemakaian pupuk organik diimbangi dengan pupuk
anorganik dapat mencapai hasil yang maksimal
Saran
Disarankan agar pelaksanaan pengujian tanah, dapat dilaksanakan
setiap tahunnya dan mengevaluasi lokasi pengambilan sampel tanah
yang ada sehingga mampu menyusun rekomendasi pengelolaan lahan
yang baik.
Watampone, Desember 2013
KEPALA BADAN,
ANDI SYAIFUL, S.H, M.Si NIP. 19670515 199312 1 001
-
28
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomasa.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 07 th 2006 tentang Tata Cara
Pengukuran Kriteria Baku Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009 tentang
Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup Dalam Penataan Ruang Wilayah. Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
Suripin. 2001. Suripin. 2001. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Andi
Yogyakarta.
-
29