laporan pendahuluan bronkhitis akut

15
Laporan Pendahuluan Bronkhitis Akut Bronkhitis akut adalah radang pada bronkhus yang biasanya mengenai trakhea dan laring, sehingga sering dinamai juga dengan laringotracheobronchitis. Radang ini dapat timbul sebagai kelainan jalan napas tersendiri atau sebagai bagian dari penyakit sistemik misalnya pada morbili, pertusis, ditteri, dan tipus abdominalis. Istilah teori bronkhitis kronis menunjukkan kelainan pada bronkhus yang sifatnya menahun (berlangsung lama) dan disebabkan oleh berbagai faktor, meliputi faktor yang berasal dari luar bronkhus maupun dari bronkhus itu sendiri. Bronkhitis kronis merupakan keadaan yang berkaitan dengan produksi mukus trakheobronkhial yang berlebihan, sehingga menimbulkan batuk yang terjadi paling sedikit selama tiga bulan dalam waktu satu tahun untuk lebih dari dua tahun secara berturut-turut. Bronkhitis kronis bukanlah merupakan bentuk menahun dari bronkhitis akut. Walaupun demikian, seiring dengan waktu, dapat ditemukan periode akut pada penyakit bronkhitis kronis. Hal tersebut menunjukkan adanya serangan bakteri pada dinding bronkhus yang tidak normal, infeksi sekunder oleh bakteri dapat menimbulkan kerusakan yang lebih banyak sehingga akan memperburuk keadaan. 2.Etiologi Terdapat tiga jenis penyebab bronkhitis akut, yaitu: a. Infeksi: Staphylococcus (stafilokokus), Streptococcus

Upload: galang-eka-pratama

Post on 08-Apr-2016

28 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan Bronkhitis Akut

Laporan Pendahuluan Bronkhitis Akut

Bronkhitis akut adalah radang pada bronkhus yang biasanya mengenai trakhea dan

laring, sehingga sering dinamai juga dengan laringotracheobronchitis. Radang ini dapat

timbul sebagai kelainan jalan napas tersendiri atau sebagai bagian dari penyakit sistemik

misalnya pada morbili, pertusis, ditteri, dan tipus abdominalis.

Istilah teori bronkhitis kronis menunjukkan kelainan pada bronkhus yang sifatnya

menahun (berlangsung lama) dan disebabkan oleh berbagai faktor, meliputi faktor yang

berasal dari luar bronkhus maupun dari bronkhus itu sendiri. Bronkhitis kronis merupakan

keadaan yang berkaitan dengan produksi mukus trakheobronkhial yang berlebihan, sehingga

menimbulkan batuk yang terjadi paling sedikit selama tiga bulan dalam waktu satu tahun

untuk lebih dari dua tahun secara berturut-turut.

Bronkhitis kronis bukanlah merupakan bentuk menahun dari bronkhitis akut.

Walaupun demikian, seiring dengan waktu, dapat ditemukan periode akut pada penyakit

bronkhitis kronis. Hal tersebut menunjukkan adanya serangan bakteri pada dinding bronkhus

yang tidak normal, infeksi sekunder oleh bakteri dapat menimbulkan kerusakan yang lebih

banyak sehingga akan memperburuk keadaan.

2.Etiologi

Terdapat tiga jenis penyebab bronkhitis akut, yaitu:

a. Infeksi: Staphylococcus (stafilokokus), Streptococcus (streptokokus), Pneumococcus 

(pneumokokus), Haemophilus influenzae.

b. Alergi

c. Rangsangan lingkungan, misal: asap pabrik, asap mobil, asap rokok, dll.

Bronkhitis kronis dapat merupakan komplikasi kelainan patologik pada beberapa alat tubuh,

yaitu:

a. Penyakit jantung menahun, yang disebabkan oleh kelainan patologik pada katup maupun

miokardia. Kongesti menahun pada dinding bronkhus melemahkan daya tahan sehingga

infeksi bakteri mudah terjadi.

b. Infeksi sinus paranasalis dan rongga mulut, area infeksi merupakan cumber bakteri yang

dapat menyerang dinding bronkhus.

c. Dilatasi bronkhus (bronkInektasi), menyebabkan gangguan susunan dan fungsi dinding

Page 2: Laporan Pendahuluan Bronkhitis Akut

bronkhus sehingga infeksi bakteri mudah terjadi.

d. Rokok dapat menimbulkan kelumpuhan bulu getar selaput lendir bronkhus sehingga

drainase lendir terganggu. Kumpulan lendir tersebut merupakan media yang baik untuk

pertumbuhan bakteri.

3. Patofisiologi

Serangan bronkhitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal atau dapat timbul kembali

sebagai eksaserbasi akut dari bronkhitis kronis. Pada umumnya, virus merupakan awal dari

serangan bronkhitis akut pada infeksi saluran napas bagian atas. Dokter akan mendiagnosis

bronkhitis kronis jika pasien mengalami batuk atau mengalami produksi sputum selama

kurang lebih tiga bulan dalam satu tahun atau paling sedikit dalam dua tahun berturut-turut.

Serangan bronkitis disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi maupun non infeksi

(terutama rokok). Iritan (zat yang menyebabkan iritasi) akan menyebabkan timbulnya respons

inflamasi yang akan menyebabkan vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, dan bronkospasme.

Tidak seperti emfisema, bronkhitis lebih memengaruhi jalan napas kecil dan besar

dibandingkan alveoli. Dalam keadaan bronkhitis, aliran udara masih memungkinkan tidak

mengalami hambatan.

Pasien dengan bronkhitis kronis akan mengalami:

a. Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronkhus besar sehingga

meningkatkan produksi mukus.

b. Mukus lebih kental

c. Kerusakan fungsi siliari yang dapat menunjukkan mekanisme pembersihan mukus.

Pada keadaan normal, paru-paru memiliki kemampuan yang disebut mucocilliary defence,

yaitu sistem penjagaan paru-paru yang dilakukan oleh mukus dan siliari. Pada pasien dengan

bronkhitis akut, sistem mucocilliary defence paru-paru mengalami kerusakan sehingga lebih

mudah terserang infeksi. Ketika infeksi timbul, kelenjar mukus akan menjadi hipertropi dan

hiperplasia (ukuran membesar dan jumlah bertambah) sehingga produksi mukus akan

meningkat. infeksi juga menyebabkan dinding bronkhial meradang, menebal (sering kali

sampai dua kali ketebalan normal), dan mengeluarkan mukus kental. Adanya mukus kental

dari dinding bronkhial dan mukus yang dihasilkan kelenjar mukus dalam jumlah banyak akan

menghambat beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara besar. Bronkhitis

kronis mula-mula hanya memengaruhi bronkhus besar, namun lambat laun akan

memengaruhi seluruh saluran napas.

Mukus yang kental dan pembesaran bronkhus akan mengobstruksi jalan napas terutama

selama ekspirasi. Jalan napas selanjutnya mengalami kolaps dan udara terperangkap pada

Page 3: Laporan Pendahuluan Bronkhitis Akut

bagian distal dari paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolus,

hipoksia, dan acidosis. Pasien mengalami kekurangan 02, iaringan dan ratio ventilasi perfusi

abnormal timbul, di mana terjadi penurunan PO2 Kerusakan ventilasi juga dapat

meningkatkan nilai PCO,sehingga pasien terlihat sianosis. Sebagai kompensasi dari

hipoksemia, maka terjadi polisitemia (produksi eritrosit berlebihan).

Pada saat penyakit bertambah parah, sering ditemukan produksi sejumlah sputum yang hitam,

biasanya karena infeksi pulmonari. Selama infeksi, pasien mengalami reduksi pada FEV

dengan peningkatan pada RV dan FRC. Jika masalah tersebut tidak ditanggulangi,

hipoksemia akan timbul yang akhirnya menuiu penyakit cor pulmonal dan CHF (Congestive

Heart Failure).

4. Manifestasi Klinik

a. Penampilan umum: cenderung overweight, sianosis akibat pengaruh sekunder polisitemia,

edema (akibat CHF kan an), dan barrel chest.

b. Usia: 45-65 tahun.

c. Pengkajian:

- Batuk persisten, produksi sputum seperti kopi, dispnca dalam beberapa keadaan, variabel

wheezing pada saat ekspirasi, serta seringnya infeksi pada sistem respirasi.

- Gejala biasanya timbul pada waktu yang lama.

d. Jantung: pembesaran jantung, cor pulmonal, dan Hematokrit > 60%.

e. Riwayat merokok positif (+).

5. Manajemen Medis

Pengobatan utama ditujukan untuk mencegah, mengontrol infeksi, dan meningkatkan

drainase bronkhial menjadi jernih. Pengobatan yang diberikan adalah sebagai berikut:

a. Antimicrobial

b. Postural drainase

c. Bronchodilator

d. Aerosolized Nebulizer

e. Surgical Intervention

Asuhan Keperawatan Bronkhitis Akut

 1. PENGKAJIAN

Keluhan utama pada klien dengan bronkitis meliputi batuk kering dan produktif dengan

sputum purulen, demam dengan suhu tubuh dapat mencapai >40°C dan sesak nafas.

Page 4: Laporan Pendahuluan Bronkhitis Akut

1.Riwayat penyakit masa lalu

Pada pengkajian ini sering kali klien mengeluh pernah mengalami infeksi saluran nafas

bagian atas dan adanya riwayat alergi pada pernafasan atas. Perawat harus memperhatikan

dan mencatatnya baik-baik.

2.Riwayat Penyakit saat ini

Riwayat penyakit saat ini pada klien dengan bronkitis bervariasi tingkat keparahan dan

lamanya. Bermula dari gejala batuk-batuk saja, hingga penyakit akut dengan manifestasi

klinis yang berat. Sebagai tanda terjadinya toksemia klien dengan bronkitissering mengeluh

malaise, demam, badan terasa lemah, banyak berkeringat, takikardiadan takipnea. Sebagai

tanda terjadinya iritasi, keluhan yang didapatkan terdiri atasbatuk, ekspektorasi dan rasa sakit

dibawah sternum. Penting ditanyakan oleh perawat tentang obat-obatan yang telah atau biasa

diminum oleh klien untuk mengurangi keluhannya dan mengkaji kembali apakah obat-obatan

tersebut masih relevan untukdipakai.

3. Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual

Pada pengkajian klien dengan bronkitis didapatkan klien sering mengalami kecemasan sesuai

dengan keluhan yang dialaminya dimana adanya keluhan batuk, sesak nafas, dan demam

merupakan stresor untuk terjadinya cemas. Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang

pengobatan yang diberikan. Pengobatan nonfarmakologi seperti olahraga secara teratur serta

mencegah kontak dengan alergen dan iritan.

4. Pemeriksaan fisik

–Keadaan umum dan TTV

Hasil pemeriksaan TTV pada klien biasanya didapatkan adanya peningkatan suhulebih dari

40°C, frekuensi nafas meningkat, nadi meningkat. Biasanya tidak ada peninmgkatan tekanan

darah.

– Pernafasan

Klien biasanya mengalami peningkatan usaha dan frekuensi bernafas ditemukan penggunaan

otot bantu pernafasan. Pada bronkitis kronis sering didapatkan bentuk dada barrel/tong.

Gerakan masih simetris, didapatkan batuk produktif dengan sputum purulen berwarna kuning

kehijauan sampai hitam kecoklatan karena bercampur darah. Taktil fremitus biasanya normal,

didapatkan bunyi resonan pada lapang paru. Jika abses terisi penuh dengan cairan pus akibat

drainase yang buruk,maka suara nafas melemah. Jika bronkus paten dan drainasenya baik

ditambah dengan adanya konsolidasi disekitar abses maka akan terdengar suara nafas

bronkial dan ronki basah.

– Sirkulasi

Page 5: Laporan Pendahuluan Bronkhitis Akut

Sering didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum. Denyut nadi takikardi.Tekanan

darah normal. Bunyi jantung tambahan biasanya tidak didapatkan. Batasjantung tidak

mengalami pergeseran.

– Neurosensori

Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis apabila tidak ada komplikasi penyakit

serius.

– Eliminasi

Pengukuran intake dan output, monitor adanya oligouria yang merupakan salah satu tanda

awal syok.

– Makanan, cairan

Klien biasanya mengalami muntah dan mual, penurunan nafsu makan dan  penurunan berat

badan.

– Aktivitas,istirahat.

Kelemahan dan kelelahan fisik, secara umum sering menyebabkan klien memerlukan bantuan

orang lain untuk memenuhi ADL.

dengan adanya konsolidasi disekitar abses maka akan terdengar suara nafas

bronkial dan ronki basah.

– Sirkulasi

Sering didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum. Denyut nadi takikardi.Tekanan

darah normal. Bunyi jantung tambahan biasanya tidak didapatkan. Batasjantung tidak

mengalami pergeseran.

– Neurosensori

Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis apabila tidak ada komplikasi penyakit

serius.

– Eliminasi

Pengukuran intake dan output, monitor adanya oligouria yang merupakan salah satu tanda

awal syok.

– Makanan, cairan

Klien biasanya mengalami muntah dan mual, penurunan nafsu makan dan penurunan berat

badan.

– Aktivitas,istirahat.

Kelemahan dan kelelahan fisik, secara umum sering menyebabkan klien memerlukan bantuan

orang lain untuk memenuhi ADL.

Page 6: Laporan Pendahuluan Bronkhitis Akut

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI

A. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas berhubungan dengan pengumpulan sekresi,

mukus berlebihan, bronchospasme

Tujuan :

–Menunjukkan pembersihan jalan nafas yang efektif dan dibuktikan dengan

statuspernafasan : Pertukaran gas dan ventilasi tidak berbahaya, perilaku mengontrolgejala-

gejala secara konsisten.

– Klien mempunyai Jalan nafas yang paten

–Mempunyai irama dan frekuensi pernafasan dalam rentang normal.

Intervensi

–Kaji dan dokumentasikan : Keefektifan pemberian oksigen dan pengobatan, kecenderungan

pada gas darah arteri.

–Auskultasi dada bagian anterior dan posterior untuk mengetahui adanya penurunan atau

tidaknya ventilasi dan bunyi tambahan.

–Lakukan pengisapan Jalan nafas bila diperlukan.

–Anjurkan aktivitas fisik untuk meningkatkan pergerakan eksresi.

–Pindahkan posisi pasien setiap 2 jam sekali apabila pasien tidak bisa ambulasi.

–Pertahankan kaedekuatan hidrasi untuk menurunkan viskositas sekresi.

–Instruksikan kepada pasien tentang batuk efektif dan teknis nafas dalam untuk memudahkan

keluarnya sekresi

–Jelaskan kepada pasien sebelum memulai prosedur untuk turunkan kecemasan.

Aktivitas kolaborasi :

–Berikan udara/oksigen yang telah dihumidifikasi sesuai dengan kebutuhan.

–Bantu dalam pemberian aerosol, nebulizer.

–Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan untuk perkusi dan alat pendukung.

B. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan status hipermetabolik, demam

Tujuan :

Page 7: Laporan Pendahuluan Bronkhitis Akut

–Kekurangan volume cairan akan teratasi

–Keseimbangan Elektrolit asam-basa akan dicapai

–Dibuktikan dengan indikator : Frekuensi nadi dan irama dalam rentang yangdiharapkan,

Elektrolit serum dalam batas normal, serum dan pH urine dalam batasnormal

Intervensi :

–Pantau warna, jumlah dan frekuensi kehilangan cairan

- Observasi terhadap kehilangan cairan dan elektrolit yang tinggi.

–Identifikasi faktor yang dapat memperburuk status dehidrasi klien.

–Pemberian dan pemantauan cairan dan obat intravena

– Tinjau ulang elektrolit, terutama natrium, kalium, klorida dan kreatinin

C.  Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penyempitan jalan nafas, kelelahan

Tujuan :

–Pasien akan menunjukkan pola pernafasan yang optimal

–Mempunyai kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal

Intervensi :

–Pantau adanya pucat dan sianois

–Kaji kebutuhan inserse jalan naas

–Observasi dan dokumentasi pola pernafasan klien.

–Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan usaha respirasi

–Perhatikanpergerakan dada amati kesimetrisan, penggunaan otot bantu serta retraksi otot

supraklavikular dan interkostal

–Pantau peningkatan kegelisahan klien, ansietas dan tersengal-sengal

–Catat perubahan pada SaO2, SvO2, CO2, GDA dengan tepat.

–Ajarkan klien teknik relaksasi untuk meningkatkan pola pernafasan

–Ajarkan cara batuk efektif

Page 8: Laporan Pendahuluan Bronkhitis Akut

D. Gangguan rasa nyaman : nyeri akut berhubungan dengan kejadian batuk produktif,

penggunaan otot bantu pernafasan.

Tujuan :

–Pasien akan menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai

kenyamanan.

–Mempertahankan atau mengurangi tingkat nyeri

–Pasien melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis

–Mengenali faktor penyebab nyeri dan tindakan untuk menguranginya

Intervensi :

–Minta pasien untuk menilai nyeri pada skala 0-10

–Gunakan lembar alur nyeri untuk memantau pengurangan nyeri

–Kaji dampak agaam, budaya dan lingkungan terhadap nyeri dan respon klien

– Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, luas, awtian/durasi,

frekuensi, kualitas.

–Instruksikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat mengurangi nyeri dan tawarkan

saran koping

–Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab dan antisipasi ketidaknyamanan.

–Gunakan tindakan pengendalian nyeri.

–Kolaborasikan pemberian analgesic

D. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

Tujuan :

–Pasien akan mengidentifikasi aktivitas yang menimbulkan kelemahan

–Berpartisipasi dalam aktivitas yang dibutuhkan dengan TTv dalam rentang normal

–Menungkapkan secara verbal pemahaman tentang kebutuhan oksigen, pengobatan dan atau

peralatan yang dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.

Page 9: Laporan Pendahuluan Bronkhitis Akut

Intervensi ;

–Kaji respon emosi, sosial dan spiritual terhadap aktivitas.

–Tentukan penyebab keletihan klien

–Pantau respon kardiovaskuler pasien terhadap aktivitas

–Instruksikan kepada pasien untuk menggunakan teknik relaksasi (distraksi, visualisasi)

–Hindari menjadwalkan aktivitas perawatan selama periode istirahat pasien.

–Bantu pasien untuk mengubah posisi secara berkala.

–Rencanakan kegiatan aktivitas dengan pasien dan keluarga yang meningkatkan kemandirian

dan daya tahan.

–Batasi rangsangan lingkungan seperti cahaya dan kebisingan

–Berikan istirahat yang adekuat

–Kolaborasi dalam pengobatan nyeri sebelum aktivitas.

–Kolaborasi dengan ahli terapi okupasi.

E. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hilangnya nafsu

makan

Tujuan :

–Pasian akan mempertahankan berat badannya.

–Pasien akan menjelaskan keadekuatan diet bergizi dan keinginan untuk berdiet.

–Mempertahankan massa tubuh dalam batas normal.

Intervensi

–Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan

–Ketahui makanan kesukaan pasien

–Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

–Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.

–Tinjau selalu berat badan pasien

–Ajarkan metode untuk perencanaan makanan dan makanan yang bergizi.

Page 10: Laporan Pendahuluan Bronkhitis Akut

                                 

PERTANYAAN TENTANG BRONKHITIS AKUT1.      Apabila seseorang mengalami Bronkhitis pada usia bayi tetapi sedah menyelesaikan Therapy

selama 6 bulan sesuai anjuran dokter, setelah usia dewasa apakah bisa terserang kembali

Bronkhitis ?

2.      Apakah benar, apabila penderita Bronkhitis dianjurkan untuk berobat sesuai jadwal yang

ditentukan? Dan apabila telat dengan jadwal yang sudah ditentukan pengobatan harus diawali

dari awal kembali?

3.      Apa yang membedakan bronchitis Akut dengan Bronkhitis Kronik?

4.      Apakah dari Bronkhitis dapat menimbulkan TB Paru?

5.      Bagaimana pencegahan agar tidak terserang Bronkhitis?