laporan pendahuluan ca mammae

33
BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Carsinoma adalah massa jaringan abnormal dengan pertumbuhan berlebihan dan tidak ada koordinasi dengan sel normal (Wills, 1995). Ca mammae adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya onkogen yang menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada jaringan payudara (Karsono, 2006). Ca mammae merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara (Wijaya, 2005). Ca mammae (carcinoma mammae) adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara. Ca mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara. (Medicastore, 2011)

Upload: rizma-dwijayanti

Post on 25-Nov-2015

98 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN A. Pengertian

Carsinoma adalah massa jaringan abnormal dengan pertumbuhan berlebihan dan tidak ada koordinasi dengan sel normal (Wills, 1995).

Ca mammae adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya onkogen yang menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada jaringan payudara (Karsono, 2006).

Ca mammae merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara (Wijaya, 2005).

Ca mammae (carcinoma mammae) adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara. Ca mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara. (Medicastore, 2011)

B. Anatomi fisiologi

1. Anatomi payudara

Secara fisiologi anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus, sinus laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari payudara kurang lebih 75% ke aksila. Sebagian lagi ke kelenjar parasternal terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula pengaliran yang ke kelenjar interpektoralis.

2. Fisiologi payudara

Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.

Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang.

Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru.

Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu. (Samsuhidajat, 1997, hal : 534-535)

C. Etiologi

Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu :

1. Tinggi melebihi 170 cm

Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah ke arah sel ganas.

2. Masa reproduksi yang relatif panjang.

a. Menarche pada usia muda dan kurang dari usia 10 tahun.

b. Wanita terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60 tahun)

3. Wanita yang belum mempunyai anak

Lebih lama terpapar dengan hormon estrogen relatif lebih lama dibandingkan wanita yang sudah punya anak.

4. Kehamilan dan menyusui

Berkaitan erat dengan perubahan sel kelenjar payudara saat menyusui.

5. Wanita gemuk

Dengan menurunkan berat badan, level estrogen tubuh akan turun pula.

6. Preparat hormon estrogen

Penggunaan preparat selama atau lebih dari 5 tahun.

7. Faktor genetik

Kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2 3 x lebih besar pada wanita yang ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara. (Erik T, 2005, hal : 43-46)

D. Manifestasi klinis

Menurut William Godson III. M. D

1. Tanda carsinoma

Kanker payudara kini mempunyai ciri fisik yang khas, mirip pada tumor jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan elips2. Gejala carsinoma

Kadang tak nyeri, kadang nyeri, adanya keluaran dari puting susu, puting eritema, mengeras, asimetik, inversi, gejala lain nyeri tulang, berat badan turun dapat sebagai petunjuk adanya metastase.

E. Patofisiologi

Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem duktal, mula mula terjadi hiperplasia sel sel dengan perkembangan sel sel atipik. Sel - sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma insitu dan menginvasi stroma. Carsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba ( kira kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira kira seperempat dari carsinoma mammae telah bermetastasis. Carsinoma mammae bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah ( Price, Sylvia, Wilson Lorrairee M, 1995 )F. Pathways

G. Komplikasi

Komplikasi potensial dari Ca payudara adalah limfederma. Hal ini terjadi jika saluran limfe untuk menjamin aliran balik limfe ke sirkulasi umum tidak berfungsi dengan adekuat. Jika nodus eksilaris dan sistem limfe diangkat, maka sistem kolateral dan aksilaris harus mengambil alih fungsi mereka.

Metastasis di parenkhim paru pada rontgenologis memperlihatkan gambaran coin lesionyang multiple dengan ukuran yang bermacam-macam. Metastatis ini seperti pula mengenai pleura yang dapat mengakibatkan pleural effusion.

Metastatis ketulang vertebra akan terlihat pada gambaran rontgenologis sebagai gambaran obteolitik/destruk, yang dapat pula menimbulkan fraktur patologis berupa fraktur kompresi.

1. Metastatis melalui sistem vena

Metastatis tumor ganas payudara melalui sistem vena, akan menyebabkan terjadinya metastatis ke paru-paru dan organ-organ lain. Akan tetapi dapat pula terjadi metastasis ke vertebra secara langsung, melalui vena-vena kecil yang bermura ke v. interkostalis, dimana v. interkostalis ini akan bermuara ke dalam vertebralis. V. Mammaria interna merupakan jalan utama metastatis tumor ganas payudara ke paru-paru melalui sistem vena.

2. Metastatis tumor ganas payudara melalui sistem limfe

Metastatis melalui sistem limfe ini pertama kali akan mengenai kelenjar getah bening regional.

a. Metastatis utama karsinoma mamma melalui limfe adalah ke kelenjar getah bening aksila. Pada stadium tertentu, biasanya kelenjar aksila inilah yang terkena.b. Metastatis ke kelenjar getah bening sentral (Central nodes) kelenjar getah bening sentral ini merupakan kelenjar getah bening yang tersering terkena metastatis. Menurut beberapa penyelidikan, hampir 90% metastatis kekelenjar aksila adalah kekelenjar getah bening sentral.c. Metastasis kekelenjar getah bening interpektoral (Rotters nodes)d. Metastasis ke kelenjar getah bening sub klavikulae. Metastatsis kekelenjar getah bening mammaria eksterna. Metastasis ke kelenjar getah bening ini adalah paling jarang terjadi dibanding dengan kelenjar-kelenjar getah bening aksila lainnya.f. Metastatsis kekelenjar getah bening aksila kontralateral. Jalan metastatsis ke kelenjar getah bening kontralateral sampai saat ini belum jelas. Bila metastatasis tersebut melalui saluran limfe kulit, sebelum sampai ke aksila akan mengenai payudara kontralateral lebih dulu.Padahal pernah ditemukan kasus dengan Metastasis ke kelenjar aksila kontra lateral tanpa Metastasis ke payudara kontralateral. Diduga jalan metastasis tersebut melalui deep lymphatic fascial plexus dibawah payudara kontralateral, melalui kolateral limfatik.g. Metastatsis kekelenjar getah bening supraklavikulaBila Metastasis karsinoma mamma telah sampai kekelenjar getah bening subklavikula, ini berarti bahwa metastasis tinggal 3-4 cm dari grand central limfatik terminus yang terletak dekat pertemuan v. subklavikula dan v. jugularis interna. Bila sentinel nodes yang terletak disekitar grand central limftik terminus telah terkena metastasis, dapat terjadi statis aliran limfe, sehingga bisa terjadi aliran membalik, menuju kekelenjar getah bening supraklavikula, dan terjadi metastasis kekelenjar tersebut. Penyebaran ini disebut sebagai penyebaran tidak langsung. Dapat pula terjadi penyebaran ke kelenjar subklavikula secara langsung ke kelenjar subklavikula tanpa melalui sentinel nodes.h. Metastasis ke kelenjar getah bening mammaria internaMetastasis ke kelenjar getah bening mammaria interna ternyata lebih sering dari yang di duga. Biasanya terjadi pada karsinoma mamma di sentral dan kwadran medial. Dan biasanya terjadi setelah Metastasis ke aksila.i. Metastasis ke heparSelain melalui sistem vena, ternyata dapat terjadi karsinoma mamma ke hepar melalui sistem limfe. Keadaan ini terjadi bila tumor terletak ditepi bagian bawah payudara. Metastasis melalui sistem limfe yang jalan bersama-sama vasa epigastrika superior. Bila terjadi Metastasis ke kelenjar preperikardial, akan terjadi stasis aliran limfe, dan terjadi aliran balik limfe ke hepar, dan terjadi metastasis ke hepar.

H. Klasifikasi TNM ca mammae

1. Tumor primer (T)a. Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan

b. To : Tidak terbukti adanya tumor primer

c. Tis : - Kanker in situpaget dis pada papila tanpa teraba tumor

kanker intraduktal atau lobuler insitu

penyakit raget pada papila tanpa teraba tumor

d. T1 : Tumor < 2 cm

T1a : Tumor < 0,5 cm

T1b : Tumor 0,5 1 cm

T1c : Tumor 1 2 cm

e. T2 : Tumor 2 5 cm

f. T3 : Tumor diatas 5 cm

g. T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding thorax atau kulit.Dinding dada termasuk kosta, otot interkosta, otot seratus anterior, tidak termasuk otot pektoralis

- T4a : Melekat pada dinding dada

- T4b : Edema kulit, ulkus, peau dorange, nodul satelit pada daerah payudara yang sama

- T4c : T4a dan T4b

- T4d : karsinoma inflamatoris mastitis karsinomatosis

2. Nodus limfe regional (N)

a. Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan

b. N0 : Tidak teraba kelenjar aksila

c. N1 : Teraba pembesaran kelenjar aksila homolateral yang tidak melekat.

d. N2 : Teraba pembesaran kelenjar aksila homolateral yang melekat satu sama lain atau melekat pada jaringan sekitarnya.

e. N3 : Terdapat pembesaran kelenjar mamaria interna homolateral

3. Metastas jauh (M)

a. Mx : Metastase jauh tidak dapat ditentukan

b. M0 : Tidak ada metastase jauh

c. M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikulaI. Stadium

1. Stadium 0 : kanker insitu dimana sel-sel kanker berada pada tempatnya didalam payudara yang normal.

2. Stadium I : tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan belum menyebar keluar payudara.

3. Stadium IIa : tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.

4. Stadium IIb : tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.

5. Stadium IIIa : tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan menyebar ke kelenjar getah bening ketiak disertai perlekatan satu sama lain.

6. Stadium IIIb : tumor telah menyusup keluar payudara, yaitu ke dalam kulit payudara atau dinding dada.

7. Stadium IV : tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding dada.

J. Pemeriksaan penunjang

1. Laboratorium :

a. Morfologi sel darah

b. Laju endap darah

c. Tes faal hati

d. Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum atau plasma

e. Pemeriksaan sitologik

Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan yang keluar spontan dari putting payudara, cairan kista atau cairan yang keluar dari ekskoriasi

2. Mammagrafi

Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi secara dini. Memperlihatkan struktur internal mammae untuk mendeteksi kanker yang tidak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal. Mammografi pada masa menopause kurang bermanfaat karean gambaran kanker diantara jaringan kelenjar kurang tampak.

3. Ultrasonografi

Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada daerah padat pada mammae ultrasonography berguna untuk membedakan tumor sulit dengan kista. kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.

4. Thermography

Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari mammae atau mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas karena peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.

5. Xerodiography

Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara pembuluh-pembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.

6. Biopsi

Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau ganas, dengan cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif terhadap massa dan berguna klasifikasi histogi, pentahapan dan seleksi terapi.

7. CT. Scan

Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ lain

8. Pemeriksaan hematologi

Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada peredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.K. Penatalaksanaan

1. Pembedahan

a. Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran)Mulai dari lumpektomi sampai pengangkatan segmental (pengangkatan jaringan yang luas dengan kulit yang terkena) sampai kuadranektomi (pengangkatan seperempat payudara), pengangkatan atau pengambilan contoh jaringan dari kelenjar limfe aksila untuk penentuan stadium; radiasi dosis tinggi mutlak perlu (5000-6000 rad).

b. Mastektomi total

Dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua kelenjar limfe dilateral otocpectoralis minor.

c. Mastektomi radikal yang dimodifikasi

Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksila

d. Mastektomi radikal

Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya, seluruh isi aksila.e. Mastektomi radikal yang diperluas

Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe mamaria interna.

2. Non pembedahan

a. PenyinaranPada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada kanker lanjut; pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe ,aksila, kekambuhan tumor local atau regional setelah mastektomi.b. Kemoterapi

Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut.

c. Terapi hormon dan endokrin

Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen, coferektomi adrenalektomi hipofisektomi. (Smeltzer, dkk, 2002, hal:15961600)Rencana Asuhan Keperawatan

Ca Mammae

Pengkajian

1. Aktivitas/istirahat

Gejala : Kelemahan dan atau keletihan, perubahan pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari: adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur mis, nyeri, ansietas, berkeringat malam, pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stres tinggi.

2. Sirkulasi

Gejala : palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja

Kebiasaan : perubahan pada tekanan darah

3. Integritas ego

Gejala : faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi sters (mis, merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religius/spritual), menyangkal diagnosis , perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.

Tanda : menyangkal, menarik diri dan marah

4. Eliminasi

Gejala : perubahan pola eliminasi mis : diare

Tanda : perubahan pada bisisng usus, distensi abdomen

5. Makanan/cairan

Gejala : kebiasaan diet buruk (mis: rendah serat, tinggi lemak, adiktif, bahan pengawet) anoreksia, mual/ muntah. Intoleransi makanan. Perubahan pada berat badan hebat, kakesia, berkurangnya masa otot

Tanda : perubahan pada kelembaban/turgor kulit: edema

6. Neurosensori

Gejala : pusing, sinkope

7. Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala : nyeri dengan derajat bervariasi misalnya dengan ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat (tidak dihubungkan dengan proses penyakit).

8. Pernafasan

Gejala : merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan sseseorang merokok). Pemajanan abses.

9. Keamanan

Gejala : pemajanan pada kimia, toksik, karsinogen. Pemajanan matahari lama/berlebihan

Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi

10. Seksualitas

Gejala : masalah seksual misalnya : dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan, nuli gravida, pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini. Herpes genital.

11. Interaksi sosial

Gejala : ketidak adekuatan/ kelemahan sistem pendukung. Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasaan dirumah, dukungan atau bantuan). Masalah tentang fungsi/tanggung jawab peranDiagnosa Keperawatan1. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu.

3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.

4. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah

5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.

6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.

7. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat.Perencanaan1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor ditandai dengan ;

DS : Klien mengeluh nyeri pada sekitar payudara sebelah kiri menjalar ke kanan.

DO :

- Klien nampak meringis,

- Klien nampak sesak,

- Nampak luka di verban pada payudara sebelah kiri.

Tujuan : Nyeri teratasi.

Kriteria :

- Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang

- Nyeri tekan tidak ada

- Ekspresi wajah tenang

- Luka sembuh dengan baikIntervensi :

a. Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan penyebaran.

Rasional : Untuk mengetahui sejauhmana perkembangan rasa nyeri yang dirasakan oleh klien sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk intervensi selanjutnya.

b. Beri posisi yang menyenangkan.

Rasional : Dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk rileks/istirahat secara efektif dan dapat mengurangi nyeri.

c. Anjurkan teknik relaksasi napas dalam.

Rasional : Relaksasi napas dalam dapat mengurangi rasa nyeri dan memperlancar sirkulasi O2 ke seluruh jaringan.

d. Ukur tanda-tanda vital

Rasional : Peningkatan tanda-tanda vital dapat menjadi acuan adanya peningkatan nyeri.

e. Penatalaksanaan pemberian analgetik

Rasional : Analgetik dapat memblok rangsangan nyeri sehingga dapat nyeri tidak dipersepsikan.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu ditandai dengan :

DS :

- Klien mengeluh sakit jika lengan digerakkan.

- Klien mengeluh badan terasa lemah.

- Klien tidak mau banyak bergerak.

DO : klien tampak takut bergerak.Tujuan : Klien dapat beraktivitas

Kriteria :

- Klien dapat beraktivitas sehari hari.

- Peningkatan kekuatan bagi tubuh yang sakit.

Intervensi :

a. Latihan rentang gerak pasif sesegera mungkin.

Rasional : Untuk mencegah kekakuan sendi yang dapat berlanjut pada keterbatasan gerak.

b. Bantu dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan

Rasional : Menghemat energi pasien dan mencegah kelelahan.

c. Bantu ambulasi dan dorong memperbaiki postur.

Rasional : Untuk menghindari ketidakseimbangan dan keterbatasan dalam gerakan dan postur.3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh ditandai dengan DS :

- Klien mengatakan takut ditolak oleh orang lain.

- Ekspresi wajah tampak murung.

- Tidak mau melihat tubuhnya.

DO : klien tampak takut melihat anggota tubuhnya

Tujuan : Kecemasan dapat berkurang

Kriteria :

- Klien tampak tenang

- Mau berpartisipasi dalam program terapiIntervensi :

a. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaannya

Rasional : Proses kehilangan bagian tubuh membutuhkan penerimaan, sehingga pasien dapat membuat rencana untuk masa depannya.

b. Diskusikan tanda dan gejala depresi.

Rasional : Reaksi umum terhadap tipe prosedur dan kebutuhan dapat dikenali dan diukur.

b. Diskusikan tanda dan gejala depresi

Rasional : Kehilangan payudara dapat menyebabkan perubahan gambaran diri, takut jaringan parut, dan takut reaksi pasangan terhadap perubahan tubuh.

c. Diskusikan kemungkinan untuk bedah rekonstruksi atau pemakaian prostetik.

Rasional : Rekonstruksi memberikan sedikit penampilan yang lengkap, mendekati normal.

4. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah ditandai dengan :

DS : klien mengatakan malu dengan keadaan dirinya

DO :

- Klien jarang bicara dengan pasien lain

- Klien nampak murungTujuan : klien dapat menerima keadaan dirinya

Kriteria :

- Klien tidak malu dengan keadaan dirinya.

- Klien dapat menerima efek pembedahanIntervensi :

a. Diskusikan dengan klien atau orang terdekat respon klien terhadap penyakitnya

Rasional : membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah

b. Tinjau ulang efek pembedahan

Rasional : bimbingan antisipasi dapat membantu pasien memulai proses adaptasi.

c. Berikan dukungan emosi klien.

Rasional : klien bisa menerima keadaan dirinya.

d. Anjurkan keluarga klien untuk selalu mendampingi klien.

Rasional : klien dapat merasa masih ada orang yang memperhatikannya.

5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi ditandai dengan :

DS : Klien mengeluh nyeri pada daerah sekitar operasi.

DO :

Adanya balutan pada luka operasi.

Terpasang drainase

Warna drainase merah muda

Tujuan : Tidak terjadi infeksi.

Kriteria Hasil :

Tidak ada tanda tanda infeksi.

Luka dapat sembuh dengan sempurna.Intervensi :

a. Kaji adanya tanda tanda infeksi.

Rasional : Untuk mengetahui secara dini adanya tanda tanda infeksi sehingga dapat segera diberikan tindakan yang tepat.

b. Lakukan pencucian tangan sebelum dan sesudah prosedur tindakan.

Rasional : Menghindari resiko penyebaran kuman penyebab infeksi.

c. Lakukan prosedur invasif secara aseptik dan antiseptik.

Rasional : Untuk menghindari kontaminasi dengan kuman penyebab infeksi.

d. Penatalaksanaan pemberian antibiotik.

Rasional : Menghambat perkembangan kuman sehingga tidak terjadi proses infeksi.

6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.ditandai dengan :

DS : Klien sering menanyakan tentang penyakitnya.

DO : Ekspresi wajah murung/bingung.

Tujuan : Klien mengerti tentang penyakitnya.

Kriteria Hasil :

Klien tidak menanyakan tentang penyakitnya.

Klien dapat memahami tentang proses penyakitnya dan pengobatannya.Intervensi :

a. Jelaskan tentang proses penyakit, prosedur pembedahan dan harapan yang akan datang.

Rasional : Memberikan pengetahuan dasar, dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi, dan dapat berpartisipasi dalam program terapi.

b. Diskusikan perlunya keseimbangan kesehatan, nutrisi, makanan dan pemasukan cairan yang adekuat.

Rasional : Memberikan nutrisi yang optimal dan mempertahankan volume sirkulasi untuk mengingatkan regenerasi jaringan atau proses penyembuhan.

c. Anjurkan untuk banyak beristirahat dan membatasi aktifitas yang berat.

Rasional : Mencegah membatasi kelelahan, meningkatkan penyembuhan, dan meningkatkan perasaan sehat.d. Anjurkan untuk pijatan lembut pada insisi/luka yang sembuh dengan minyak.

Rasional : Merangsang sirkulasi, meningkatkan elastisitas kulit, dan menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan rasa pantom payudara.e. Dorong pemeriksaan diri sendiri secara teratur pada payudara yang masih ada. Anjurkan untuk Mammografi.

Rasional : Mengidentifikasi perubahan jaringan payudara yang mengindikasikan terjadinya / berulangnya tumor baru.

7. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat ditandai dengan :

DS :

Klien mengeluh nafsu makan menurun

Klien mengeluh lemah.

DO :

Setengah porsi makan tidak dihabiskan

Klien nampak lemah.Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhiKriteria Hasil :

Nafsu makan meningkat

Klien tidak lemahIntervensi :

a. Kaji pola makan klien

Rasional : Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi klien dan merupakan asupan dalam tindakan selanjutnya.b. Anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil tapi sering

Rasional : dapat mengurangi rasa kebosanan dan memenuhi kebutuhan nutrisi sedikit demi sedikit.c. Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi.

Rasional : agar menambah nafsu makan pada waktu makan.d. Anjurkan untuk banyak makan sayuran yang berwarna hijau.

Rasional : sayuran yang berwarna hijau banyak mengandung zat besi penambah tenaga.e. Libatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi klien

Rasional : partisipasi keluarga dpat meningkatkan asupan nutrisi untuk kebutuhan energi.DAFTAR PUSTAKABrunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 2. Jakarta : EGCMansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media AesculapiusCarpenito Lynda Juall.2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. jakarta : EGCMarilyan, Doenges E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatyan px) Jakarta : EGC