laporan pendahuluan dads

Upload: dimasgloyor

Post on 07-Jul-2018

225 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 Laporan Pendahuluan Dads

    1/22

     

    LAPORAN PENDAHULUAN

    DIARE AKUT DEHIDRASI SEDANG (DADS)

    Stase Keperawatan Anak

    Oleh :

    Dimas Kurniawan

    NIM : G3A 015 024

    PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

    FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

    2016

  • 8/19/2019 Laporan Pendahuluan Dads

    2/22

    LAPORAN PENDAHULUAN

    DIARE AKUT DEHIDRASI SEDANG

    A.  Pengertian

    Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari.

    Menurut Suradi & Rita (2010), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana

    terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi

    karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau

    cair.

    Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan

    lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna

    hijau atau dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 2005).

    Diare cair akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya

    kurang dari 7 hari) dengan pengeluaran tinja yang lunak atau cair yang sering

    dan tanpa darah, mungkin disertai muntah dan panas. Akibat diare akut adalah

    dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi

     penderita diare. 

    B.  Klasifikasi Diare

    Gejala/tanda

    KLASIFIKASI

    Ringan (9% BB turun)

    Keadaan umum Baik, compos mentis Anxietas Letargi/tidak sadar

    Denyut jantung Normal Sedikit meningkat

    Takikardi atau

     bradikardi

    Kualitas denyut Normal Sedikit lemahLemah

    hinggaimpalpable 

     Napas Normal Agak meningkat Takipnea-hiperpnea

    Mata Normal Cekung Cekung

    Fontanella Normal Agak cekung Cekung

    Air mata Normal Sedikit menurun Tidak ada

    Mukosa Lembab Agak keringKering hingga pecah-

     pecah

  • 8/19/2019 Laporan Pendahuluan Dads

    3/22

    Gejala/tanda

    KLASIFIKASI

    Ringan (9% BB turun)

    Rasa hausMinum biasa, tidak

    hausSangat haus Tidak minum

    Turgor kulit Kembali cepatKembali lambat

    (2”) 

    Capillary Refill

    Time < 2”  Agak memanjang

    Memanjang dan kurang

    merah

    Extremitas Hangat Dingin Sianosis

    Tabel Tingkatan dehidrasi ( King et al., 2003)

    C.  Etiologi

    Menurut Ngastiyah (2005), penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa

    faktor yaitu :

    1.  Faktor infeksi

    Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan

     penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut :

    a. 

    Infeksi bakteri : Vibrio, E.colli, Salomnella, Shigella, Campylobacter ,

    Yersinia , Aeromonas , dan sebagainya.

     b.  Infeksi virus :  Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie , Poliomyelitis),

     Adeno-virus , Rotavirus , Astrovirus , dan lain-lain.

    c.  Infeksi parasit : cacing (Ascari, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides);

    Protozoa (Entamoeba Histolytica, Giardia Lamblia, Trichomonas

     Hominis); Jamur ( Candida Albicans ) 

    2.  Infeksi Parenteral

    Adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut (

    OMA ) , Tonsilitis atau tonsilofaringitis , bronkopneumonia , ensefalitis ,

    dsb. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak yang berumur 2

    tahun.

  • 8/19/2019 Laporan Pendahuluan Dads

    4/22

  • 8/19/2019 Laporan Pendahuluan Dads

    5/22

    1. 

    Kehilangan air (dehidrasi) 

    Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari

     pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.

    2. 

    Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis) 

    Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.

    Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam

    tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia

     jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak

    dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya

     pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.

    3.  Hipoglikemia 

    Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering

     pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena

    adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan

    adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika

    kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada

    anak-anak.

    4.  Gangguan gizi 

    Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan

    oleh :

    a.  Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau

    muntah yang bertambah hebat. 

     b.  Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan

    susu yang encer ini diberikan terlalu lama. 

    c.  Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi

    dengan baik karena adanya hiperperistaltik. 

    5.  Gangguan sirkulasi 

    Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya

     perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat,

    dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak

    segera diatasi klien akan meninggal

  • 8/19/2019 Laporan Pendahuluan Dads

    6/22

    E.  Pathways

    DIARE

    Ketidakseimbangan

    nutrisi

    Faktor Infeksi Faktor MalabsorbsiKH, Lemak, Protein

    Faktor Makanan Faktor Psikologi

    Masuk &

     berkembang

    dalam usus

    Tekanan osmotic

    meningkat

    Toksin tidak

    dapat diserap

    CEMAS

    Hipersekresi air danelektrolit

    Pergeseran air dan

    elektrolit ke rongga

    usus

    Hiperperistaltik

    Menurunnya kesempatan usus

    menyerap makanan

    Frekuensi BAB

    meningkatDistensi abdomen

    Kehilangan cairan &elektrolit berlebihan

    Gangguan keseimbangan

    cairan dan elektrolit

    Resiko hipovolemik (syok)

    Asidosis

    metabolik

    Sesak

    Gangguan oksigenasi

    Integritas kulit

     perianalMual dan muntah

     Nafsu makan

    menurun

    BB menurun

  • 8/19/2019 Laporan Pendahuluan Dads

    7/22

    F.  Manifestasi Klinis

    1.  Pasien cengeng, gelisah, Suhu tubuh meningkat, nafsu makan tidak ada 

    2.  Timbul diare, tinja cair, kadang-kadang disertai lendir dan darah. 

    3. 

    Anus dan sekitarnya lecet karena sering defekasi 

    4.  Timbul muntah 

    5.  Bila pasien kehilangan cairan dan elektrolit yang banyak, akan nampak : 

    a. 

    BB menurun 

     b.  Turgor berkurang 

    c.  Pada bayi ubun-ubun besar dan mata cekung 

    d. 

    Selaput lendir bibir dan mulut kering 

    e.  Kulit tampak kering 

    G.  Komplikasi

    1.  Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik) 

    Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari

     pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare

    2. 

    Renjatan hipovolemik  

    Pada dehidrasi berat menyebabkan volume darah berkurang sehingga

    terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala nadi cepat dan lemah, pasien

    sangat lemah dan kesadaran menurun.

    3.  Hipokalemia 

    Hipokalemia ditandai dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah,

     bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram.

    4. 

    Hipoglikemia 

    Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering

     pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena

    adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan

    adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika

    kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada

    anak-anak.

  • 8/19/2019 Laporan Pendahuluan Dads

    8/22

    5. 

    Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase

    karena kerusakan vili mukosa, usus halus. 

    6.  Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik. 

    7. 

    Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga

    mengalami kelaparan. 

    H.  Pemeriksaan Penunjang

    1.  Pemeriksaan Tinja

    Adanya lendir berarti rangsangan atau radang dinding usus, adanya darah

    dapat menjadi petunjuk lokasi perdarahan

    2.  Laboratorium

    a.  Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida

     b. 

    Serum elektrolit : Hiponatremi, Hipernatremi, hipokalemi

    c.  AGD : asidosis metabolic (Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2

    meningkat, HCO3 menurun)

    d.  Faal ginjal : Peningkatan Ureum dan Kreatinin

    3. 

    Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemonia

    I.  Penatalaksanaan Diare

    Dasar pengobatan diare adalah :

    1.  Pemberian cairan : jenis cara pemberian, dan jumlah pemberian dengan

    memperhatikan derajat dehidrasi dan keadaan umum

    a.  Cairan Peroral :

    1) 

    Dehidrasi ringan dan sedang : Naol, NaHCO3, Kcl, Glukosa, biasa

     berupa Oralit.

    2)  Untuk pengobatan sementara sebelum ke rumah sakit dan

    mencegah dehidrasi lebih jauh

     b.  Cairan Parenteral :

    1)  Jumlah cairan

    Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan

    cara/rumus:

  • 8/19/2019 Laporan Pendahuluan Dads

    9/22

    a) 

    Metode Pierce:

    Berdasarkan keadaan klinis, yakni:

      Diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB

      Diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB

      Diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB

     b)  Metode Perbandingan BB dan Umur

    BB

    (kg)Umur PWL NWL CWL

    Total

    Kehilangan

    Cairan

    < 3

    3-10

    10-

    15

    15-25

    < 1 bln1 bln-2

    thn

    2-5 thn

    5-10 thn

    150

    125

    100

    080

    125

    100

    080

    025

    25

    25

    25

    25

    300

    250

    205

    130

    Keterangan:

      PWL : Previus Water Lose (ml/kgBB) = cairan muntah

       NWL : Normal Water Lose (ml/kgBB) = cairan diuresis,

     penguapan, pernapasan

      CWL : Concomitant Water Lose (ml/KgBB) = cairan

    diare dan muntah yang terus menerus

    2)  Jadwal pemberian cairan

    a) 

    Belum ada dehidrasi

      Oral: 1 gelas setiap kali anak buang air besar

      Parenteral dibagi rata dalam 24 jam

     b) 

    Dehidrasi ringan  Satu jam pertama: 25-50 ml/kgBB peroral atau intragastrik

      Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari

    c)  Dehidrasi sedang

      Satu jam pertama: 50-100ml/kgBB peroral atau intragastrik

      Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari

  • 8/19/2019 Laporan Pendahuluan Dads

    10/22

    d) 

    Dehidrasi berat

      Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg

      1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt

    (infus set berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit

    (set infus 1 ml=20 tetes).

      7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt

    (infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit

    (set infus 1 ml=20 tetes).

      16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit atau

    intragastrik.

      Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15

    kg

      1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1

    ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

      7 jam berikutnya: 10 ml/kg BB/jam atau 3 tetes/kg

    BB/menit (1 ml=15 tetes) atau 4 tetes/kg BB/menit (1

    ml=20 tetes)

      16 jam berikutnya: 125 ml/kg BB oralit per oral atau

    intragastrik.

      Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25

    kg

      1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1

    ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

     

    7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt

    (1 ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

      16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral atau anak

    tidak mau minum dapat diberikan DG aa intravena 1

    tetes/kg BB/ menit (1 m= 15 tetes) atau 1 ½ tetes/kg

    BB/ menit (set 1 ml= 20 tetes)

  • 8/19/2019 Laporan Pendahuluan Dads

    11/22

      Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg

      Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250

    ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa

    5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.

      Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6

    tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20

    tts).

      Untuk bayi berat badan lahir rendah, dengan berat badan

    kurang dari 2kg

      Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan

    4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).

      Kecepatan cairan: sama dengan pada bayi baru lahir.

    2. 

    Pengobatan Dietetik (Makanan)

    a.  Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat

     badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:

    1)  Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan

    lemak tak jenuh, misalnya LLM, Almiron atau sejenisnya)

    2)  Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim),

     bila anak tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa

    3)  Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan

    misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak

    yang berantai sedang atau tak jenuh.

    Cara memberikannya:

    1) 

    Hari 1, setelah rehidrasi segera diberikan makanan peroral. Bila

    diberi ASI/ susu formula tetap diare masih sering, supaya diberikan

    oralit selang seling dengan ASI, misalnya 2x ASI/ susu khusus.

    2)  Hari ke-2 sampai ke-4, ASI/ susu formula rendah laktosa penuh.

    3)  Hari ke 5, bila tidak ada kelainan pasien dipulangkan. Kembali

    susu atau makanan biasa, disesuaikan dengan umur bayi dan berat

     badannya.

  • 8/19/2019 Laporan Pendahuluan Dads

    12/22

    3. 

    Obat-obatan

    Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang

    mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, ait tajin,

    tepung beras dan sebagainya)

    Obat-obatan yang diberikan pada anak diare adalah:

    a.  Obat anti sekresi

    1) 

    Asetosal dosis 25 mg/tahun dengan dosis minimum 30 mg.

    2)  Klorpromazin, dosis 0,5-1 mg/kg BB/hari.

    a)  Obat spasmolitik (papaverin, ekstrakbelladone)

     b) 

    Antibiotik (diberikan bila penyebab infeksi telah diidentifikasi)

    J.  Pencegahan

    1.  Mencegah berkembang baiknya lalat dengan menghilangkan sarang-

    sarang, dengan cara : 

    a.  Membuang sampah pada tempat tertutup 

     b.  Membakar sampah 

    c. 

    Mencegah lalat hinggap/mengotori makanan/minuman. 

    2.  BAB pada tempat tertentu (WC), Tinja harus dibuang di tempat yang

    aman 

    3.  Memelihara kebersihan rumah dan pekarangan 

    4.  Cuci tangan setelah buang air besar atau membersihkan tinja, sebelum

    makan, menyuapi anak atau menyiapkan makanan 

    5.  Menjaga kebersihan alat-alat makan/minum. 

    6. 

    Menghindari makanan yang menyebabkan diare. 

    7.  Menjaga agar air minum terbebas dari kontaminasi bahan bahan tinja, baik

    di rumah maupun di sumbernya. 

    8.  Pengolahan dan penyajian makanan harus sesuai dengan syarat kesehatan. 

  • 8/19/2019 Laporan Pendahuluan Dads

    13/22

  • 8/19/2019 Laporan Pendahuluan Dads

    14/22

    8. 

    Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan 

    a.  Pertumbuhan 

    1)  Kenaikan BB karena umur 1  – 3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg

    (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun. 

    2)  Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun

    kedua dan seterusnya. 

    3) 

    Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan

    gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 –  16 buah 

    4)  Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring. 

     b.  Perkembangan 

    1)  Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.

     Fase anal  

    Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai

    menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal

    dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan,

     perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata

    sederhana, hubungna interpersonal, bermain).

    2)  Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson 

     Autonomy vs Shame and doundt  

    Perkembangn keterampilan motorik dan bahasa dipelajari anak

    toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh dari

    kemampuannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan

    orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua

    terlalu over protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka

    anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan

    tidak mampu yang dapat berkembang pada diri anak.

    3)  Gerakan kasar dan halus, bicara, bahasa dan kecerdasan, bergaul

    dan mandiri

    Umur 2-3 tahun

    a) 

    Berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2

    hitungan (GK)

  • 8/19/2019 Laporan Pendahuluan Dads

    15/22

  • 8/19/2019 Laporan Pendahuluan Dads

    16/22

    B.  Diagnosa Keperawatan

    1.  Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan skunder

    terhadap diare 

    2. 

     Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik, iritasi

    3.  Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

    dengan mual, muntah, anoreksia 

    4. 

    Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi

    skunder terhadap diare 

    5.  Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan

    frekuensi diare 

    C.  Intervensi Keperawatan

    1. 

    Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan skunder

    terhadap diare 

    Tujuan : keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan secara

    maksimal

    NOC : Fluid Status 

     Kriteria hasil :

    a. 

    Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR :

    40-60 x/mnt ) 

     b.  Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong,

    UUB tidak cekung 

    c.  Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari 

    NIC : Fluid Balance

     Intervensi : 

    a.  Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit 

     Rasional   : Penurunan sirkulasi volume cairan menyebabkan

    kekeringan mukosa dan pemekatan urin. Deteksi dini memungkinkan

    terapi pergantian cairan segera

  • 8/19/2019 Laporan Pendahuluan Dads

    17/22

     b. 

    Pantau intake dan output 

     Rasional   : Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus

    membuat keluaran tak adekuat untuk membersihkan sisa metabolisme. 

    c. 

    Timbang berat badan setiap hari 

     Rasional : Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama

    dengan kehilangan cairan 1 lt

    d. 

    Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr

     Rasional  : Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral 

    e.  Kolaborasi : 

    1) 

    Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN) 

     Rasional   : koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk

    mengetahui faal ginjal (kompensasi). 

    2) 

    Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur  

     Rasional : Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan

    cepat.

    3)  Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik) 

     Rasional : anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan

    elektrolit agar simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi

    normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk

    menghambat endotoksin.

    2.   Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik, iritasi

    Tujuan : nyeri berkurang

    NOC : Pain Control

     Kriteria Hasil :

    a.  Melaporkan nyeri berkurang 

     b.  Ekspresi wajah rileks, tidak rewel

    c.  TTV dalam rentang normal

  • 8/19/2019 Laporan Pendahuluan Dads

    18/22

    NIC : Pain Management

    a.  Kaji keluhan nyeri (skala 1-10),perubahan karakteristik nyeri,

     petunjuk verbal dan non verbal 

    Rasional : Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan

    intervensi selanjutnya

     b.  Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi. 

    Rasional : Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan

    mengurangi nyeri.

    c.  Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti

    masase punggung dan kompres hangat abdomen 

    Rasional : Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian

    kliendan meningkatkan kemampuan koping.

    d. 

    Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai

    indikasi 

    Rasional : Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk

    menurunkan spasme traktus GI dapat diberikan sesuai indikasi klinis.

    3.  Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

    dengan mual, muntah, anoreksia 

    Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi

    NOC : Nutritional Status : food and Fluid Intake

     Kriteria Hasil:

    a.  Mual muntah berkurang 

     b. 

     Nafsu makan meningkat 

    c.  BB meningkat atau normal sesuai umur  

    d.  Asupan nutrisi terpenuhi 

    NIC : Nutrition Management 

     Intervensi : 

    a.  Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut. 

    Rasional : Menurunkan kebutuhan metabolik.

  • 8/19/2019 Laporan Pendahuluan Dads

    19/22

     b. 

    Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau

    sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat 

    Rasional : Situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan

    c. 

    Bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet 

    Rasional : Memenuhi kebutuhan nutrisi klien

    d.  Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi. 

    Rasional : Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan mengatasi/

    mencegah kekurangan nutrisi lebih lanjut.

    4. 

    Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi

    dampak sekunder dari diare 

    Tujuan : tidak terjadi peningkatan suhu tubuh

    NOC : Risk control

     Kriteria hasil :

    a.  Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)

     b.  Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)

    NIC: Temperature Regulation

     Intervensi :

    a. 

    Monitor suhu tubuh setiap 2 jam 

    Rasional : Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh (

    adanya infeksi)

     b.  Berikan kompres hangat 

    Rasional : merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan

     produksi panas tubuh

    c.  Kolaborasi pemberian antipirektik  

    Rasional : Merangsang pusat pengatur panas di otak

  • 8/19/2019 Laporan Pendahuluan Dads

    20/22

    5. 

    Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan

     peningkatan frekuensi BAB

    Tujuan : integritas kulit tidak terganggu

    NOC : Tissue integrity : skin and mucous membrans

     Kriteria hasil :

    a.  Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga 

     b. 

    Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik

    dan benar  

    NIC: Pressure Management 

     Intervensi :

    a.  Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur  

    Rasional : Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman

     b. 

    Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila

     basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)

    Rasional : Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh

    karena kelebaban dan keasaman feces

    c. 

    Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam

    Rasional : Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang

    lama sehingga tak terjadi iskemi dan irirtasi

    D.  Evaluasi

    Evaluasi yang diharapkan

    1.  Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan skunder

    terhadap diare

    a.  Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR :

    40-60 x/mnt 

     b.  Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong,

    UUB tidak cekung. 

    c.  Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari 

  • 8/19/2019 Laporan Pendahuluan Dads

    21/22

    2. 

     Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik, iritasi 

    a.  Melaporkan nyeri berkurang 

     b.  Ekspresi wajah rileks, tidak rewel 

    c. 

    TTV dalam rentang normal 

    3.  Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

    dengan mual, muntah, anoreksia 

    a. 

    Mual muntah berkurang 

     b.   Nafsu makan meningkat 

    c.  BB meningkat atau normal sesuai umur  

    d. 

    Asupan nutrisi terpenuhi 

    4.  Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi

    dampak sekunder dari diare 

    a. 

    Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)

     b.  Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)

    5.  Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan

     peningkatan frekuensi BAB

    a. 

    Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga

     b.  Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik

    dan benar  

  • 8/19/2019 Laporan Pendahuluan Dads

    22/22

    DAFTAR PUSTAKA

    Corwin, E. J. 2008. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

    Doengos, M. E. 2005. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

    Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. 2015.  Diagnosa Keperawatan, Definisi dan

     Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.

     Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit . Jakarta : EGC

     Nurarif, A. H., & Kusuma, H. 2013.  Aplikasi NANDA & NIC NOC. Yogyakarta:

    Mediaction.

    Suriadi, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta : Sagung Seto

    Suryanah. 2000. Keperawatan Anak . Jakarta : EGC

    Wilkinson, Judith M dan Nancy R Ahern. 2011.  Buku Saku Diagnosis

     Keperawatan Edisi 9. Jakarta : EGC