laporan pendahuluan febris convulsion

Upload: porbowati

Post on 09-Mar-2016

61 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS CONVULSION

I.DEFINISIKejang deman adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhutubuh (suhu rektal diatas 38C) yang disebabkan oleh suatu prosesekstrakranium.(Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, 1985. Jilid 2. Hal : 827)Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanyaterjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapitidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu.(Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta :Media Aesculapius. Hal : 434)Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling seringdijumpai pada anak, terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun.(Ngastiyah, 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC. Hal 229)

II.ETIOLOGIHingga kini belum diketahui dengan pasti, demam sering disebabkaninfeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis, daninfeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.Kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang.(Mansjoer, Arif. 2kk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta :Media Aesculapius. Hal : 434)

III.PATOFISIOLOGIUntuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otakdiperlukan suatu energi yang di dapat dari metabolisme. Bahan baku untukmetabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalahoksidasi di mana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi paru-paru danditeruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler. Jadi, sumber energi otakadalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dalam permukaan dalamadalah lipoid dan permukaan luas adalah ionik. Dalam keadaan normal membransel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulitdilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (cl-)akibatnya konsentrasi K+dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+rendah,sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaanjenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaanpotensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk menjagakeseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzimNa K ATP ase yang terdapat pada permukaan sel.Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya :1.Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstravaskuler2.Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawiatau aliran listrik dari sekitarnya3.Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atauketurunan.Pada keadaan demam kenaikan suhu 10 C akan mengakibatkan kenaikanmetabolisme basal 10% - 15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20% padaseorang anak berumur 3 tahun. Sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh,dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhutubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neurondan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natriummelalui membran. Jadi, dengan akibat terjadinya lepas maupun listri, lepasmuatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh selmaupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebutneurotrasmiter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yangberbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seorang anak padakenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejangtelah terjadi pada suhu 38C sedangkan pada anak dengan ambang kejang yangtinggi kejang baru terjadi pada suhu 40C atau lebih dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambangkejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan padatingkat suhu berapa penderita kejang. Kejang demam yang berlangsung singkatpada umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi padakejang yang berlawanan lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea,meningkatnya kbutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yangakhirnya terjadi hipoksemia, hiperkania, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi aterial disertai denyut jantung yang tidakteratur dan suhu tubuh makin meningkat disebabkan oleh meningkatnya aktifitasotot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkaiankejadian diatas merupakan faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuronotak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguanperedaran daerah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikanpermeabilitas kapiler dan timbul edema otak. Kerusakan pada daerah mesiallobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapatmenjadi matang dikemudian hari, sehingga terjadi serangan epilepsi yangspontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkankelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsi (Ngastiyah, 1997. PerawatanAnak Sakit. Jakarta : EGC. Hal 229 230)

IV.MANIFESTASI KLINISUmumnya kejang demam berlangsung singkat berupa serangan kejangklonik atau tonik klonik bilateral. Bentuk kejang yang lain dapat juga terjadiseperti mata terbalik ke atas dengan disertai kekakuan atau kelemahan. Gerakansentakan berulang tanpa di dahului kekakuan atau hanya sentakan atau kekakuanvokal.Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari80C berlangsung lebih dari 15 menit. Seringkali kejang berhenti sendiri. Setelahkejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelahbeberapa detik atau menit, anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisitneurologis. Kejang dapat diikuti hemiporesis sementara (hemiparesis todd) yangberlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Kejang unilateral yang lamadapat diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yangberlangsung lama lebih sering terjadi pada kejang demam yang pertama.

V.PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan cairan serebropinal dilakukan untuk menyingkirkankemungkinan meningitis, terutama untuk pasien kejang demam yang pertama.Pada bayi-bayi kecil seringkali gejala meningitis tidak jelas sehingga fungsilumbal harus dilakukan pada bayi berumur kurang dari 6 bulan. Dan dianjurkanuntuk yang berumur kurang dari 18 bulan. Elektroensefalografi (EEG) ternyaakurang mempunyai nilai pragnostik. EEG abnormal tidak dapat digunakan untukmenduga kemungkinan terjadinya epilepsi atau kejang demam berulang dikemudian hari. Saat ini pemeriksaan EEG tidak diajurkan untuk pasien kejang demam sederhana. Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan dandikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi.

VI.DIAGNOSA BANDINGPenyebab lain kejang yang disertai demam harus disingkirkan,khususnya meningitis atau ensefalitis. Pungsi lumbal terindikasi bila adakecurigaan klinis meningitis. Adanya sumber infeksi seperti otitis media tidakmenyingkirkan meningitis dan jika pasien telah mendapatkan antibiotika makaperlu dipertimbangkan pungsi lumbal.

VII.PENATALAKSANAAN.1Pengobatan Fase AktifSeringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang, pasiendimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah dan muntah. Jalan nafas harusbebas agar oksigenasi terjamin. Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran,tekanan darah, suhu, pernafasan, dan fungsi jantung. Suhu tubuh yang tinggiditurunkan dengan kompres air dingin dan pemberian antiporetik.Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam yangdiberikan intravena atau intrarectal. Dosis diazepam intravena 0,3 0,5 mg /kg BB / kali dengan kecepatan 1 2 mg / menit dengan dosis maksimal 20mg. Bila kejang sebelum diazepam habis, hentikan penyuntikan. Tunggusebentar dan bila tidak timbul kejang lagi cabut jarum. Bila diazepamintrarectal 5 mg (BB < 10 kg) atau 10 mg (BB > 10 kg). bila kejang tidakberhenti juga, berikan fenitoin dengan dosis awal 10 20 mg / kg BB secaraintravena perlahan-lahan 1 mg / kg BB / menit. Setelah pemberian fenitoinharus dilakukan pembilasan dengan NaCl fisiologis karena fenitoin bersifatbasa an menyebabkan iritasi vena.Bila kejang berhenti dengan diazepam. Lanjutnya denganfenobarbotal diberikan langsung setelah kejang berhenti. Dosis awal untukbayi 1 tahun 50 mg dan 1 tahun ke atas 75 mg. secara intramuskular empatjam kemudian berikan fenobarbital dosis rumat. Untuk 2 hari pertamadengan dosis 8 10 mg / kg BB / hari. Dibagi dalam 2 dosis untuk hari-hariberikutnya dengan dosis 4 5 mg / kg BB . hari dibagi 2 dosis selamakeadaan belum membaik. Obat diberikan secara sintukan dan setelahmembaik per oral. Perhatikan bahwa dosis total tidak melebihi 200 mg / hari.Efek sampingnya adalah hipotensi penurunan kesadaran dan depresipernafasan. 2.Mencari dan Mengobati PenyebabPemeriksaan serebrosponal dilakukan untuk menyingkirkankemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama.Walaupun demikian, kebanyakan dokter melakukan fungsi lumbal padakasus yang dicurigai sebagai meningitis, misalnya apabila ada gejalameningitis / bila kejang demam berlangsung lama.3.Pengobatan ProfilaksisUntuk profilaksis intermiten diberikan diazepam secara oral dengandosis 0,3 0,5 mg / kg BB / hari dalam 3 dosis. Saat pasien demamdiazepam dapat juga diberikan intrarectal, tiap 8 jam sebanyak 5 mg (BB 10 kg) setiap pasien menunjukkan suhu lebih dari38C. Efek samping diazepam adalah ataksia, mengantuk, hipotoniaProfilaksis terus menerus berguna untuk mencegah berulangnyakejang demam berat yang dapat menyebabkan kerusakan otak tetapi tidakdapat mencegah terjadinya epilepsi dikemudian hari. Profilaksis terusmenerus setiap hari dengan fenobarbital 4 5 mg / kg BB / hari dibagi dalam2 dosis. Obat lain yang dapat digunakan adalah asam valproaf dengan dosis15 40 mg / kg BB / hari.Profilaksis terus-menerus dapat dipertimbangkan bila ada 2 kriteriayaitu :1.Sebelum kejang demam yang pertama sudah adakelainan neurologis. Misal : serebral palsi atau mikrosefali2.Kejang demam lebih lama dari 15 menit3.Ada riwayat kejang tanpa demam pada orang tua /Saudara kandung4.Bila kejang terjadi bayi berumur kurang dari 12 bulan.Bila hanya memenuhi satu kriteria saja dan ingin memberikanpengobatan jangka panjang, maka diberikan profilaksis intermiten yaitupada waktu anak demam dengan diazepam orang / rectal tiap 8 jamdisamping antipiretik.

VIII.PROGNOSISDengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik dantidak menyebakan kematian. Frekuensi berulangnya kejang berkisar antara 25 50%, umumnya terjadi pada 6 bulan pertama. Resiko untuk mendapatkan epilepsi rendah. (Mansjoer, Arif. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2Edisi Ketiga. Jakarta : Media Aesculapius. Hal : 435 437) DAFTAR PUSTAKA

Ilmu Kesehatan Anak. 2000. FKUIMansjoer, Arif, dkk. 2000.Kapita Selecta Kedokteran.Jilid 2. Jakarta : MediaAesculapius.Ngastiyah, 1997.Perawatan Anak Sakit.Jakarta : EGC.