laporan pendahuluan halusinasi
DESCRIPTION
by Ni Kadek Ayu SuarningsihTRANSCRIPT
1Oleh Ni Kadek Ayu Suarningsih/ 0702105064
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN SENSORI PERSEPSI (HALUSINASI)
1. MASALAH UTAMA
Gangguan persepsi sensori (Halusinasi)
2. PROSES TERJADINYA MASALAH
a. Pengertian
Persepsi mengacu pada indentifikasi dan interpretasi awal dari suatu stimulus
berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra, termasuk dalam gangguan
orientasi realita yaitu ketidakmampuan klien menilai dan berespon pada realita. Klien tidak
mampu membedakan rangsang internal dan eksternal, tidak dapat membedakan lamunan
dan kenyataan. Klien tidak mampu memberi respon secara tepat sehingga tampak prilaku
yang sukar dimengerti dan mungkin menakutkan ( Keliat, 1998 ).
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulasi yang nyata
(FKUI, 1998). Sedangkan menurut Wilson (1987), halusinasi adalah gangguan
penyerapan/persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang terjadi pada
sistem pengindraan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh atau tidak.
Maksudnya rangsangan terjadi pada klien dalam keadaan dapat menerima rangsangan dari
luar tapi tidak dapat membedakan antara rangsangan dari luar dan dari dalam individu.
Dengan kata lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, hanya dirasakan
oleh klien dan tidak dapat dibuktikan oleh orang lain.
Dapat disimpulkan perubahan persepsi sensori : halusinasi yaitu gangguan persepsi
dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan
indra tanpa adanya rangsangan dari luar.
b. Psikopatologi
1) Etiologi
a) Faktor Predisposisi
(1) Faktor perkembangan terhambat
(a) Usia sekolah (6 – 12 tahun) mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan
selama sosialisasi dan kegiatan sekolah.
2Oleh Ni Kadek Ayu Suarningsih/ 0702105064
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
(b) Usia remaja (12 – 21 tahun) mengalami krisis identitas yang tidak
terselesaikan.
(2) Faktor komunikasi dalam keluarga
Komunikasi tertutup, tidak ada komunikasi, tidak ada kehangatan, orang tua yang
membandingkan anak-anaknya.
(3) Faktor psikologis
Menutup diri, harga diri rendah, mudah kecewa dan putus asa.
(4) Faktor genetik
Adanya keluarga yang menderita skizofrenia
b) Faktor pencetus
(1) Faktor sosial budaya
Kehilangan orang-orang yang dicintai dan lingkungan (permusuhan, perceraian,
dirawat di RS dan kematian)
(2) Faktor biokimia
Stress yang mengakibatkan lepasnya dopamin atau zat halusinogenik yang
menyebabkan terjadinya halusinasi.
(3) faktor psikologis
Kecemasan tinggi dan memanjang, tidak mampu mengatasi masalah atau kegagalan
dalam hidup
c. Rentang Respon Halusinasi
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif indivisu yang berada dalam
rentang neurobiologis (Stuart dan Lararia, dalam Akemat 2002). Ini merupakan respon
persepsi paling maldaptif. Jika klien yang sehat persepsinya akurat, mampu
mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima
melalui panca indera (pendengaran, penglihatan, pengidu, pengecap, dan perabaan), klien
dengan halusinasi mempersepsikan stimulus panca indera walaupun sebenarnya stimulus
tersebut tidak ada. Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena
suatu hal mengalami kelainana persepsi yaitu salah mempersepsikan stimulus yang
diterimanya yang disebut sebagai ilusi. Klien mengalami ilusi jika interpretasi yang
dilalkukannya terhadap stimulus panca indera tidak akurat sesuai stimulus yang diterima.
Rentang respon tersebut digambarkan seperti pada gambar berikut:
3Oleh Ni Kadek Ayu Suarningsih/ 0702105064
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
Respon adaptif Respon maladaptif
Pikiran logis
Persepsi akurat
Emosi konsisten dengan
pengalaman
Perilaku sesuai
Berhubungan sosial
Distorsi pikiran
Ilusi
Reaksi emosi berlebihan
atau kurang
Perilaku aneh/tidak biasa
Menarik diri
Gangguan pikir/delusi
Halusinasi
Sulit berespon emosi
Perilaku disorganisasi
Isolasi sosial
Gambar 1. Rentang respon neurobiologis (Stuart dan Laria, 2001).
d. Proses Terjadinya Halusinasi
Halusinasi yang dialami oleh klien bisa berbeda intensitasnya dan keparahannya.
Stuart (2001) membagi fase halusinasi dalam 4 (empat) fase berdasarkan tingkat ansietas
yang dialami dan kemampuan klien mengendalikan dirinya, semakin berat fase halusinasi
klien, semakin berat mengalami ansietas dan makin dikendalikan oleh halusinasinya.
Fase-fase Halusinasi (Stuart dan Laraia. 2001: 421).
a) Fase I : Comforting (ansietas sedang : halusinasi menyenangkan)
(1) Karakteristik
Klien mengalami perasan mendalam seperti ansietas kesepian, rasa bersalah, takut dan
mencoba untuk berfokus pada pikiran menyenangkan untuk meredakan ansietas.
(2) Perilaku klien
Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai., menggerakkan bibir tanpa suara,
pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik sendiri,
diam dan asyik sendiri
b) Fase II : Condeming (ansietas berat : halusinasi menjadi menjijikkan)
(1) Karakteristik
Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. klien mulai lepas kendali dan
mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan.
4Oleh Ni Kadek Ayu Suarningsih/ 0702105064
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
klien mungkin mengalami dipermalukan oleh pengalaman sensori dan menarik diri
dari orang lain.
(2) Perilaku klien
Meningkatkan tanda-tanda sistem syarat otonom akibat ansietas seperti peningkatan
denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah, rentang perhatian menyempit, asyik
dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi
dengan realita.
c) Fase III : Controlling (ansietas berat : pengalaman sensori menjadi
berkuasa)
(1) Karakteristik
Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada
halusinasi tersebut. Isi halusinasi menjadi menarik, klien mungkin mengalami
kesepian jika sensori halusinasi berhenti.
(2) Perilaku klien
Kemauan yang dikendalikan halusinasi akan lebih diikuti, kesukaran berhubungan
dengan orang lain, rentang perhatian hanya beberapa detik atau menit, adanya tanda-
tanda fisik ansietas berat seperti : berkeringat, tremor, tidak mampu mengikuti
perintah.
d) Fase IV : Conquering (panik : umumnya menjadi melebur dengan
halusinasinya)
(1) Karakteristik
Pengalaman sensori menjadi mengancam, jika klien mengikuti perintah halusinasinya.
Halusinasi berakhir dalam beberapa jam atau hari jika tidak ada intervensi therapiutik.
(2) Perilaku klien
Prilaku teror akibat panik, potensi kuat suicide, aktifitas fisik merefleksikan isi
halusinasi seperti prilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon
terhadap perintah komplek.
e. Jenis Halusinasi
Jenis halusinasi dibagi menjadi:
1) Halusinasi dengar (Akustik, Audotorik)
5Oleh Ni Kadek Ayu Suarningsih/ 0702105064
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
Individu mendengar suara yang membicarakan, mengejek, mentertawakan atau
mengancam dirinya pada hal tidak ada suara disekitarnya.
2) Halusinasi lihat (Visual)
Individu melihat pemandangan orang, binatang atau sesuatu yang tidak ada.
Halusinasi lihat sering terjadi pada gangguan mental organic (Acut organic brain
syndrome).
3) Halusinasi bau atau hirup (Olfaktorik)
Halusinasi ini jarang ditemukan, individu yang mengalami halusinasi bau mengatakan
mencium bau – bauan seperti : bau bunga, bau kemenyan, bau mayat yang tidak ada
sumbernya.
4) Halusinasi kecap (Gustatorik)
Individu merasa mengecap suatu rasa di mulutnya.
5) Halusinasi raba /singgungan (Taktil)
Individu yang bersangkutan merasa binatang merayap pada kulitnya. Bila rabaan ini
merupakan rangsangan seksual maka halusinasi ini disebut Halusinasi Haptik.
6) Halusinasi Chenes Thetik
Individu merasakan fungsi tubuhnya seperti aliran darah di vena atau arteri.
7) Halusinasi Kinestetik
Individu merasakan pergarakan sementara individu berdiri tanpa bergerak.
8) Halusinasi Hipnogogik
Persepsi sensori keliru yang terjadi ketika mulai jatuh tidur
9) Halusinasi Hipnopompik
Persepsi sensori keliru yang terjadi ketika mulai terbangun dari tidur
10) Halusinasi Histerik
Timbul pada nerosa histerik karena konflik emosional
f. Tanda dan gejala
Tanda atau gejala yang muncul pada klien halusinasi adalah bicara kacau, senyum dan
tertawa sendiri, mengatakan mendengar suara-suara yang tidak jelas dari mana
sumbernya, menarik diri, mudah tersinggung, jengkel, marah, ekspresi wajah tegang
tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata.
6Oleh Ni Kadek Ayu Suarningsih/ 0702105064
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
3. A. POHON MASALAH
Menurut Budi Anna Keliat (1998), pohon masalah pada perubahan persepsi sensori
sebagai berikut :
Masalah utama
Gangguan sensori persepsi
Penyebab
Kerusakan interaksi sosial
Harga diri rendah kronis
Akibat
Resiko kekerasan terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan
7Oleh Ni Kadek Ayu Suarningsih/ 0702105064
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
NO MASALAH
KEPERAWATAN
DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF
1. Gangguan Persepsi
Sensori: Halusinasi
- Tidak mau, kata klien
pada saat diajak
berkenalan.
- Klien tidak mau
mengungkapkan
perasaannya.
- Pasien mengatakan
mendengar suara untuk
menyuruhnya pergi.
- Pembicaraan kacau
kadang tidak masuk akal.
- Sering menyangkal
dirinya sakit atau kurang
menyadari adanya
masalah.
- Tidak dapat
membedakan hal yang
nyata dan tidak nyata.
- Sering duduk sendiri
- Sulit membuat
keputusan.
- Tidak perhatian
terhadap perawatan
dirinya.
- Ekpresi wajah sedih,
ketakutan atau gembira,
klien tampak gelisah,
tidak ada minat untuk
makan.
2 Kerusakan interaksi
sosial
- Mengungkapkan tidak
berdaya dan tidak ingin
hidup lagi
- Mengungkapkan enggan
berbicara dengan orang lain\
Klien malu bertemu dan
berhadapan dengan orang
lain
- Ekspresi wajah kosong
- Tidak ada kontak mata
ketika diajak bicara
- Suara pelan dan tidak jelas
3 Risiko Perilaku
kekerasan
- Klien mengatakan benci
atau kesal pada seseorang
- Mata merah, wajah agak
merah.
8Oleh Ni Kadek Ayu Suarningsih/ 0702105064
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
- Klien suka membentak dan
menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang
kesal atau marah.
- Riwayat perilaku kekerasan
atau gangguan jiwa lainnya.
- Nada suara tinggi dan
keras, bicara menguasai.
- Ekspresi marah saat
membicarakan orang,
pandangan tajam.
- Merusak dan melempar
barang-barang.
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul dari pohon masalah di atas adalah :
1) Gangguan persepsi sensori: halusinasi
2) Kerusakan Interaksi Sosial
3) Risiko perlaku kekerasan: mencederai diri sendiri dan orang lain
5. RENCANA TINDAKAN
Terlampir
DAFTAR PUSTAKA
9Oleh Ni Kadek Ayu Suarningsih/ 0702105064
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012
Hawari, D. (2001). Pendekatan Holistic pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta :
EGC.
Keliat, B.A. (2005). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa (Edisi 2). Jakarta: EGC
Mansjoer, A. (1999) . Kapita selekta kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Stuart, G.W., dan Sundeen, S.J. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa (Edisi 3).
Jakarta : EGC.