laporan pendahuluan halusinasi

18
LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI A. Pengertian - Persepsi sensori dari suatu obyek tanpa adanya rangsangan, dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh panca indera. - Halusinasi dapat terjadi oleh karena berbagai factor, diantaranya gangguan mental organic, harga diri rendah, menarik diri, syndrome putus obat, keracunan obat, gangguan afektif dan gangguan tidur. B. Rentang Respon Halusinasi Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada dalam rentang respon neurobiology. Ini merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika klien sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra ( pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, dan perabaan ), klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indra walaupun sebenarnya stimulus itu tidak ada. Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena sesuatu hal mengalami kelainan persepsi yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya yang disebut sebagai ilusi. Klien mengalami ilusi jika interpretasi yang dilakukannya terhadap stimulus panca indra tidak akurat sesuai stimulus yang diterima.

Upload: muhamad-miftahudin

Post on 18-Jul-2016

934 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

halusinasi

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan Halusinasi

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

A. Pengertian

- Persepsi sensori dari suatu obyek tanpa adanya rangsangan, dari luar, gangguan

persepsi sensori ini meliputi seluruh panca indera.

- Halusinasi dapat terjadi oleh karena berbagai factor, diantaranya gangguan

mental organic, harga diri rendah, menarik diri, syndrome putus obat, keracunan

obat, gangguan afektif dan gangguan tidur.

B. Rentang Respon Halusinasi

Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada

dalam rentang respon neurobiology. Ini merupakan respon persepsi paling

maladaptif. Jika klien sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan

menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca

indra ( pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, dan perabaan ), klien

dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indra walaupun sebenarnya

stimulus itu tidak ada. Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang

karena sesuatu hal mengalami kelainan persepsi yaitu salah mempersepsikan

stimulus yang diterimanya yang disebut sebagai ilusi. Klien mengalami ilusi jika

interpretasi yang dilakukannya terhadap stimulus panca indra tidak akurat sesuai

stimulus yang diterima.

Rentang respon  :

Respon  Adaptif                                                                    Respon  Maladptif

Pikiran logis                            Distorsi pikiran                        gangguan pikir/delusi

Persepsi akurat                        ilusi                                          Halusinasi

Emosi konsisten dengan         Reaksi emosi berlebihan           Sulit berespon emosi

Pengalaman                             atau kurang                             perilaku disorganisasi

Perilaku sesuai              Perilaku aneh/tidak biasa         

Berhubungan sosial              

Page 2: Laporan Pendahuluan Halusinasi

C. Faktor Penyebab Halusinasi

1. Predisposisi :

a. Factor Perkembangan

b. Factor Sosialkultural

c. Faktor Biokomia

d. Factor Psikologis

e. Factor Genetik dan Pola Asuh

2. Factor Presipitasi

a. Perilaku

1) Dimensi Fisik

2) Dimensi Emosional

3) Dimensi Intelektual

4) Dimensi Social

5) Dimensi Spiritual

D. Karakteristik Halusinasi

1) Kognitif

- Sulit berkonsentrasi

- Tidak mampu mengambil keputusan

- Sukar membedakan nyata dan tidak nyata

- Gangguan asosiasi (pikiran yang tidak mempunyai hubungan yang logis satu

sama lain

2) Afektif

- Afek tidak sesuai dengan isi pembicaraan

- Kurangnya respon yang emosional terhadap pikiran orang dan pengalaman

3) Perilaku dan Hubungan Sosial

- Cenderung menarik diri

- Duduk terpaku dengan pandangan mata satu arah, tersenyum atau berbicara

sendiri

- Aktivitas kurang terkontrol, tiba-tiba marah dan menyerang orang lain

- Gelisah

- Inkoheren

Page 3: Laporan Pendahuluan Halusinasi

4) Fisik

- Muka pucat

- Sulit tidur

- Berat badan menurun

- Nafsu makan menurun

- Individu sering menguap

- Hygiene kurang

- Penampilan kurang rapi

E. Fase – Fase Halusinasi

1. Fase I Conforting Ansietas sedang halusinasi menyenangkan

- Karakteristik

Klien mengalami perasaan yang mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa

bersalah, takut dan mencoba untuk berfokus pada pikiran menyenangkan

untuk meredakan ansietas, individu mengenali bahwa pikiran-pikiran dan

pengalman sensori berada dalam kendali kesadaran jika ansietas dapat di

tangani NON PSIKOTIK.

- Perilaku Klien

Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai

Menggerakkan bibir tanpa suara

Pergerakan mata yang cepat

Respon verbal yang lambat jika sedang asyik

Diam dan asyik sendiri

2. Fase II Condemning ansietas berat halusinasi menjadi menjijikkan

- Karakteristik

Pengalaman sensori yang menjijikkan dan menakutkan

Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil

jarak dirinya dengan sumber yang di persepsikan

Klien mungkin mengalami di permalukan oleh pengalaman sensori dan

motorik diri dari orang lain

PSIKOTIK RINGAN

Page 4: Laporan Pendahuluan Halusinasi

- Perilaku Klien

Meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas, seperti

peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah

Rentang perhatian menyempit

Asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan

membedakan halusinasi dan realita.

3. Fase III: Controlling (Ansietas Berat) pengalaman sensori jadi berkuasa

- Karakteristik

Klien berhenti melakukan pelawanan terhadap halusinasi dan menyerah

pada halusinasi tersebut

Isi halusinasi menjadi menarik

Klien mungkin mengalami pengalaman kesepian jika sensori halusinasi

berhenti

(PSIKOTIK)

- Perilaku Klien

Kemauan yang di kendalikan halusinasi akan lebih di ikuti

Kesukaran berhubungan dengan orang lain

Rentang perhatian hanya beberapa detik atau menit

Adanya tanda-tanda fisik ansietas berat berkeringat, tremor, dan tidak

mampu mematuhi perintah

4. Fase IV: Conquering (Panic) umumnya menjadi melebur dalam halusinasi

- Karakteristik

Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah

halusinasinya

Halusinasi berakhir dari beberapa jam atau hari jika tidak ada intervensi

terapeutik

PSIKOTIK BERAT

- Perilaku Klien

Perilaku teror akibat panik

Potensi kuat suicide atau homicide

Page 5: Laporan Pendahuluan Halusinasi

Aktivitas fisik merefleksikan isi halusinasi seperti perilaku kekerasan,

agitasi, menarik diri, atau katatonik

Tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks

Tidak mampu berespon lebih dari satu orang.

F. Jenis Halusinasi

a. Pendengaran (Auditory)

Mendengar suara-suara atau kebisingan, paling sering suara orang.

Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas

berbicara tentang klien, bahkan sampai percakapan lengkap antara dua orang

atau lebih tentang orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar di

mana klien mendengar perkataan bahwa pasien di suruh untuk melakukan

sesuatu yang kadang-kadang membahayakan

b. Penglihatan (Visual)

Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambaran geometris,

gambaran karton, bayangan yang rumit dan kompleks, bayangan bisa

menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster

c. Pembauan (Olfaktory)

Membai bau-bauan tertentu seperti bau darah, urine atau feces,

umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidung sering

akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia

d. Pengecapan (Gustatory)

Merasa mengecap seperti darah, urine, atau feces.

e. Perabaan (Tectile)

Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas, rasa

tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati, atau orang lain

f. Cenesthetic

Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,

pencernaan makanan atau pembentukan urine

g. Kinestetik

Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

Page 6: Laporan Pendahuluan Halusinasi

G. POHON MASALAH

Timbulnya persepsi sensori halusinasi biasanya diawali dengan seseorang yang

menarik diri dari lingkungannya karena orang tersebut menilai dirinya rendah. Bila

klien mengalami halusinasi yang mengarah kejelekan maka akan mengalami resiko

perilaku kekerasan.

(Pohon masalah halusinasi)

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko tinggi perilaku kekerasan

2. Perubahan persepsi sensori

3. Isolasi sosial

4. Harga diri rendah kronis

I. DATA YANG PERLU DIKAJI

1. Data Subjektif

a) Klien menyatakan mendengar sesuatu.

klien menyatakan melihat bayangan putuih.

b) Kien menyatakan dirinya seperti disengat listrik.

Resiko tinggi perilaku kekerasan

Perubahan persepsi sensori: halusinasi

Isolasi sosial

Harga diri rendah kronis

effec

Core

Causa

Page 7: Laporan Pendahuluan Halusinasi

c) Klien mencium bau-bauan tidak sedap.

d) Klien menyatakan kepalanya melayang di udara.

e) Klien menyatakan ada sesuatu yang berbeda di dalam dirinya.

2. Data Objektif

a) Klien terliahat bicara atau tertawa sendiri saat di kaji.

b) Bersikap seperti mendengarkan sesuatu.

c) Berhenti bicara di tengah tengah kalimat untuk mendengar sesuatu.

d) Disorientasi.

e) Konsentrasi rendah.

f) Pikiran cepat berubah-ubah.

g) Kekacauan alur pikiran

.

J. Rencana Tindakan Keperawatan

1. Tindakan keperawatan untuk klien.

Tujuan tindakan untuk klien adalah sebagai berikut:

a. Klien mengenali halusinasi yang dialaminya.

b. Kllien dapat mengontrol halusinasinya.

c. Klien mengikuti progam pengobatan secara optimal.

Tindakan keperawatan

a. Membantu klien mengenali halusinasi

Diskusi adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk klien

mengenali halusinasinya. Perawat dapat berdiskusi dengan klien terkait

isi halusinasinya (apa yang di dengar atau yang di lihat), waktu terjadi

halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul, dan perasaan

klien saat halusinasi muncul.

b. Melatih klien mengontrol halusinasi

Perawat dapat melatih empat cara untuk menangani halusinasi pada

klien. Keempat cara tersebut adalah menghardik halusinasi, bercakap-

cakap dengan orang lain, melakukan aktifitas yang terjadwal, dan

mengkonsumsi obat secara teratur.

2. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga klien.

Tujuan tindakan untuk keluarga.

Page 8: Laporan Pendahuluan Halusinasi

Keluarga dapat merawat klien di rumah dan menjadi sistem pendukung yang

efektif untuk klien.

Tindakan keperawatan

a. Keluarga merupakan faktor vital dalam penanganan klien gangguan jiwa

di rumah, hal ini di sebabkan keluarga merupakan sistem pendukung

yang terdekat dengan klien selama 24 jam.keluarga sangat menentukan

apakah klien akan kambuh atau tetap sehat.keluarga yang mendukung

klien secara konsisten akan mampu membuat klien mempertahankan

progam penobatan secara optimal. Oleh karena itu perawat harus mampu

mengajarkan dan melatih keluarga klien agar mampu merawat klien.

b. Pendidikan kesehatan meliputi:

- Menjelaskan masalah yang di alami oleh klien dan pentingnya

dukungan keluarga.

- Melatih keluarga merawat klien.

- Melatih keluarga untuk mendemontrasikan merawat klien langsung.

c. Dan menginformasiakan semua pengetahuan tentang halusinasi yang

dialami klien agar keluarga mengerti.

K. Diagnosa keperawatan

1. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan

perubahan sensori perseptual : halusinasi

Tujuan umum :

Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Tujuan khusus :

Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan :

o Salam terapeutik – perkenalan diri – jelaskan tujuan – ciptakan

lingkungan yang tenag – buat kontrak yang jelas (waktu, tempat, topik)

o Beri kesempatan mengungkapkan perasaan

o Empati

o Ajak membicarakan hal-hal yang ada di lingkungan

Klien dapat mengenal halusinasinya Tindakan :

o Kontak sering dan singkat

Page 9: Laporan Pendahuluan Halusinasi

o Observasi tingkah laku yang terkait dengan halusinasi (verbal dan non

verbal)

o Bantu mengenal halusinasinya dengan menanyakan apakah ada suara

yang didengar dan apa yang dikatakan oleh suara itu

o Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, tetapi

perawat tidak mendengarnya. Katakan bahwa perawat akan membantu

o Diskusi tentang situasi yang menimbulkan halusinasi, waktu, frekuensi

terjadinya halusinasi serta apa yang dirasakan saat terjadi halusinasi

o Dorong untuk mengungkapkan perasaan saat terjadi halusinasi

Klien dapat mengontrol halusinasinya Tindakan :

o Identifikasi bersama tentang cara tindakan jika terjadi halusinasi

o Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien dan cara baru untuk

mengontrol halusinasinya

o Bantu memilih dan melatih cara memutus halusinasi : bicara dengan

orang lain bila muncul halusinasi, melakukan kegiatan, mengatakan pada

suara tersebut “saya tidak mau dengar”

o Tanyakan hasil upaya yang telah dipilih/dilakukan

o Beri kesempatan melakukan cara yang telah dipilih dan beri pujian jika

berhasil

o Libatkan klien dalam TAK : stimulasi persepsi

Klien dapat dukungan dari keluarga Tindakan :

o Beri pendidikan kesehatan pada pertemuan keluarga tentang gejala, cara,

memutus halusinasi, cara merawat, informasi waktu follow up atau

kapan perlu mendapat bantuan

o Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

Klien dapat menggunakan obat dengan benar Tindakan :

o Diskusikan tentang dosis, nama, frekuensi, efek dan efek samping

minum obat

o Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien, obat,

dosis, cara, waktu)

o Anjurkan membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan

o Beri reinforcement positif klien minum obat yang benar

Page 10: Laporan Pendahuluan Halusinasi

2. Diagnosa keperawatan 2 : Perubahan sensori perseptual : halusinasi

berhubungan dengan menarik diri.

Tujuan Umum :

Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi

Tujuan Khusus :

Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan:

o Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi

terapeutik dengan cara : sapa klien dengan ramah baik verbal maupun

non verbal, perkenalkan diri dengan sopan, tanyakan nama lengkap klien

dan nama panggilan yang disukai, jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan

menepati janji, tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya,

berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien

Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri

Tindakan:

o Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya

o Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab

menarik diri atau mau bergaul

o Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda

serta penyebab yang muncul

o Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan

kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

Tindakan :

o Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan

dengan orang lain

o Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang

keuntungan berhubungan dengan prang lain

o Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang

lain

Page 11: Laporan Pendahuluan Halusinasi

o Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan

perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain

Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang

lain

Tindakan: 

o Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan

orang lain

o Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan

orang lain

o Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan

perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

Klien dapat melaksanakan hubungan sosial

Tindakan:

o aji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain

o Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui

tahap :

K – P

K – P – P lain

K – P – P lain – K lain

K – Kel/Klp/Masy

o Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai

o Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan

o Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi

waktu

o Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan

o Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan

Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang

lain

Tindakan:

o Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan

dengan orang lain

Page 12: Laporan Pendahuluan Halusinasi

o Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan

orang lain

o Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan

perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain

Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga

Tindakan:

o Bina hubungan saling percaya dengan keluarga : salam, perkenalan diri,

jelaskan tujuan, buat kontrak, eksplorasi perasaan klien

o Diskusikan dengan anggota keluarga tentang : perilaku menarik diri,

penyebab perilaku menarik diri, akibat yang terjadi jika perilaku menarik

diri tidak ditanggapi, cara keluarga menghadapi klien menarik diri

o Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien

untuk berkomunikasi dengan orang lain

o Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien

minimal satu kali seminggu

o Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh

keluarga

L. EVALUASI

Asuhan keperawatan klien dengan halusinasi berhasil jika :

1. Klien menunjukkan kemampuan mandiri untuk mengontrol halusinasi

2. Mampu melaksanakan program pengobatan berkelanjutan

3. Keluarga mampu menjadi sebuah sistem pendukung yang efektif dalam

membantu klien mengatasi masalahnya.

Page 13: Laporan Pendahuluan Halusinasi

DAFTAR PUSTAKA

Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 1995

Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999

Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino

Gonohutomo, 2003

Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP

Bandung, 2000