laporan pendahuluan k3
DESCRIPTION
keperawatanTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
1. KONSEP TEORI
A. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata ‘safety’ dan biasanya
selalu dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka
(accident) atau nyaris celaka (near-miss). Kesehatan berasal dari bahasa Inggris
‘health’ berarti terbebasnya seseorang dari penyakit, tetapi pengertian sehat
mempunyai makna sehat secara fisik, mental dan sosial.
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani
tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian
secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Unsur-
unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja
b. Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja.
c. Teliti dalam bekerja
d. Melaksanakan prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan
kesehatan kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses
produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah
Indonesia merdeka menimbulkan konsekuensi meningkatkan intensitas kerja yang
mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja.
Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi
dalam mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis
kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang
dilaksanakan tersebut maka disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang pokok-
pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU
No.12 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan.
Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja
atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan
kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat
dan martabat serta nilai-nilai agama.
Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah
peraturan perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja
sebagai pengganti peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl
No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan
perkembangan yang ada.
Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik
di darat, didalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada
di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Undang-undang tersebut
juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari perencanaan,
pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian,
penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk teknis dan
aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada
pelaksaannya masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya
personil pengawasan, sumber daya manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh
karena itu, masih diperlukan upaya untuk memberdayakan lembaga-lembaga K3
yang ada di masyarakat, meningkatkan sosialisasi dan kerjasama dengan mitra
sosial guna membantu pelaksanaan pengawasan norma K3 agar berjalan dengan
baik.
B. Tujuan
a. Melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja
b. Menjamin agar setiap sumber produksi dapat dipakai secara aman dan
efisien
c. Menjamin proses produksi berjalan lancar
C. Fungsi dari Keselamatan kerja
a. Antisipasi, identifikasi dan evaluasi kondisi dan praktek berbahaya
b. Buat desain pengendalian bahaya, metode, prosedur dan program
c. Terapkan, dokumentasikan dan informasikan rekan lainnya dalam hal
pengendalian bahaya dan program pengendalian bahaya
d. Ukur, periksa kembali keefektifitas pengendaliahn bahaya dan program
pengendalian bahaya
D. Dasar Hukum Keselamatan & Kesehatan Kerja
a. Undang-undang No. 1 Tahun 1951 tentang Kerja
Di dalam UU No.1 tahun 1951 tentang Kerja, mengatur tentang jam kerja,
cuti tahunan, cuti hamil, cuti haid bagi pekerja wanita, peraturan tentang kerja
anak-anak, orang muda, dan wanita, persyaratan tempat kerja, dan lain-lain.
Dalam Pasal 16 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1951 yang menetapkan, bahwa “Majikan
harus mengadakan tempat kerja dan perumahan yang memenuhi syarat-syarat
kebersihan dan Kesehatan”.
b. Undang-undang No. 2 Tahun 1952 tentang Kecelakaan Kerja
Undang-undang No. 2 tahun 1952 tentang Kecelakaan Kerja, Undang-
Undang Konpensasi Pekerja (Workmen Compensation Law) Undang-undang ini
menentukan penggantian kerugian kepada buruh yang mendapat kecelakaan atau
penyakit akibat kerja.
c. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Undang-undang Keselamatan Kerja diundangkan pada tahun 1970 dan
menggantikan Veilligheids Reglementpada Tahun 1910 (Stb. No. 406). Mengatur
tentang syarat-syarat keselamatan kerja, kewajiban dari pengurus, sanksi terhadap
pelanggaran terhadap undang-undang ini dan juga mengatur tentang Panitia
Pembina Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Perlindungan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) yang merupakan jenis perlindungan prevensif yang
diterapkan untuk mencegah timbulnya Kecelakaan Kerja (K2) dan Penyakit
Akibat Kerja (PAK).
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja menegaskan
bahwa perlindungan terhadap Pekerja/buruh di tempat kerja merupakan hak yang
harus dipenuhi oleh setiap perusahaan yang mempekerjakan pekerja/buruh.
d. Undang-undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek
Undang-undang No 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja,
dalam Pasal 1 butir (1) memberi perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk
santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dan penghasilan yang hilang
atau berkurang akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja
berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.
Empat program pokok Jamsostek antara lain:
1) Jaminan Kecelakaan Kerja
2) Jaminan Kematian
3) Jaminan Hari Tua
4) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
e. Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Undang-
undang ini merupakan payung bagi peraturan lainnya yang menyangkut masalah
ketenagakerjaan dalam penjelasan umumnya memuat aturan tentang:
1) Pekerja Anak
2) Pekerja Orang Muda
3) Pekerja Wanita/Perempuan
4) Tentang Penyandang Cacat
5) Waktu Kerja, Istirahat dan Megaso
6) Tempat kerja dan perumahan buruh; untuk semua pekerjaan tidak
membeda-bedakan tempatnya, misalnya : di bengkel, di pabrik, di rumah
sakit, di perusahaan pertanian, perhubungan, pertambangan, dan lain-lain.
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Tenaga Kerja
a. Beban Kerja : fisik, mental
b. Lingkungan kerja
1) Faktor fisika
- Kebisingan (noise)
- Iklim kerja
- Ventilasi
- Penerangan (illumination)
- Getaran
2) Faktor kimia
- Bahan Kimia: semua bahan baku yg digunakan dlm proses
produksi dan atau proses kerja, serta sisa-sisa proses produksi dan
atau proses kerja
- Dapat berbentuk padatan, gas/uap, cairan
- Padat: debu, serat, atau partikel yang dapat berasal dari debu rokok,
debu logam, debu mineral (silika, asbes).
- Cair: misalnya semprotan pembasmi seranggga.
- Gas dan uap seperti O2, N2, CO2, Pb, NO2, H2S, dsb.
3) Faktor biologi
- Virus
- Bakteri
- Jamur
- Cacing
4) Faktor psikologi
- Stress kerja, karena hubungan dengan orang (Relationship),
hubungan dengan pekerjaan, dan hubungan dengan lingkungan
kerja
5) Faktor ergonomik
- Posisi kerja
- Cara kerja
- Tata letak
- Beban kerja
Tabel 1. Tempat kerja dalam ruang sempit terbatas
Bahaya Penyebab Dampak Rincian
Defisiensi oksigen
- Api (pengelasan) - O2 digunakan bakteria - Akumulasi berbagai gas
Pekerja dapat lemas mendadak
Udara normal kadar O2 >18%
<18% berbahaya
Gas beracun - Carbon monoksida, - Hydrogen sulfida, - Sulfur dioksida
Iritasi mata, hidung, tenggorok Menyebabkan sakit dan mati Pekerja lemas
Sementara gas beracun tidak berbau
Tidak dapat dideteksi
Gas mudah terbakar
- Termasuk bahan bakar - Solven
Dapat menyebabkan kebakaran dan ledakan
Beberapa gas mudah terbakar uapnya juga beracun
Bahan kimia - Solven cat Iritasi kulit, ritasi mata Toksisitas sistemik
-
Panas - Suhu tinggi Penyebaran panas
Pusing
Efek dapat dipercepat bila ventilasi burukPelindung panas thd muka dan tubuh tidak sesuai
Noise - Suara berisik (>85dB) Mengganggu komunikasi Hearing loss
Efek tergantung intensitas, frekuensi dan durasi
Tabel 2. Resiko bahan kimia terhadap kulit
Bahaya Penyebab Effect A.P.D.
BAHAN KIMIA
- solvent - kulit menjadi merah
- nyeri - Melepuh
sarung tangan karet, vinyl atau neoprene untuk
- asam (mis: air keras aki =H2SO4, - air keras patri =HCl
cacat, melepuh, luka kerusakan paru (untuk asam yang menguap seperti HCl)
gunakan sarung tangan tahan asam
gunakan pelindung pernapasan
- caustics (soda api)
Cacat melepuh luka gunakan cream pelindung
sarung tangan
c. Kapasitas kerja : ketrampilan, kesegaran jasmani, status kesehatan, usia.
F. Ruang Lingkup
a. Bagi pekerja/buruh, adanya jaminan perlindungan keselamatan kerja akan
menimbulkan suasana kerja yang tenteram sehingga pekerja/buruh akan
dapat memusatkan perhatiannya pada pekerjaannya semaksimal mungkin
tanpa khawatir sewaktu-waktu akan tertimpa kecelakaan kerja.
b. Bagi pengusaha, adanya pengaturan keselamatan kerja di perusahaannya
akan dpat mengurangi terjadinya kecelakaan yang dapat mengakibatkan
pengusaha harus memberikan jaminan social.
c. Bagi pemerintah (dan masyarakat), dengan adanya dan ditaatinya peraturan
keselamatan kerja, maka apa yang direncanakan pemerintah untuk
menyejahterakan masyarakat akan tercapai dengan meningkatnya produksi
perusahaan baik kualitas maupun kuantitasnya.
G. Kecelakaan
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: 03 /MEN/1998 tentang
Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan bahwa yang dimaksud dengan
kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula
yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda. Kecelakaan kerja
merupakan peristiwa yang tidak direncanakan yang disebabkan oleh suatu
tindakan yang tidak berhati-hati atau suatu keadaan yang tidak aman atau kedua-
duanya.
Salah satu teori tentang penyebab kecelakaan kerja diuraikan oleh
Thompkin (1982) yang disebut dengan teori Domino (domino sequence theory)
memberikan gambaran di dalam teori domino Heniric.
Gambar 1. Penyebab Kecelakaan berdasarkan Teori Domino
a) Penyebab Kecelakaan
a. Tindakan atau perbuatan tidak aman (berbahaya)
Adalah suatu pelanggaran terhadap prosedur keselamatan yang memberikan
peluang terhadap terjadinya kecelakaan.
Tidak memakai APD (Alat Pelindung Diri)
Tidak mengikuti prosedur kerja
Tidak mengikuti peraturan keselamatan kerja
Menjalankan Mesin/ Peralatan tanpa wewenang
Menjalankan Mesin/ Peralatan dgn kecepatan yg tidak semestinya
Membuat Alat Pengaman tidak berfungsi
Mengangkat barang dengan cara yg salah
Mengambil posisi pada tempat yang berbahaya
Membetulkan mesin dalam keadaan jalan
Lalai memberikan peringatan atau lupa mengamankan tempat kerja
Bersenda gurau tidak pada tempatnya
Memaksakan diri untuk bekerja walaupun sakit
Merancang /memasang peralatan tanpa pengaman
b. Kondisi yang tidak aman (berbahaya)
Adalah suatu kondisi fisik atau keadaan yang berbahaya yang mungkin dapat
langsung mengakibatkan terjadinya kecelakaan
Pelindung atau pembatas/pengaman yang tidak memadai
Peralatan/ perkakas dan bahan yang rusak tetap digunakan
Penempatan barang yang salah
Sistem peringatan yang tidak memadai
Pengabaian terhadap perkiraan bahaya kebakaran/peledakan
Kebersihan lingkungan kerja yang jelek
Polusi udara di ruangan kerja (gas, uap, asap, debu, dsb.)
Kebisingan yang berlebihan
Pemaparan Radiasi
Ventilasi yang tidak memadai
Penerangan yang tidak memadai
b) Jenis Kecelakaan
Menurut Purnama (2010) jenis- jenis kecelakaan yang sering terjadi pada
proyek konstruksi adalah sebagai berikut:
a. Jatuh
b. Tertimpa benda jatuh
c. Menginjak, terantuk
d. Terjepit,
e. Gerakan berlebihan
f. Kontak suhu tinggi
g. Kontak aliran listrik
h. Kontak dengan bahan berbahaya/radias
Faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan:
a. Tidak dilibatkannya tenaga ahli K3 konstruksi dan penggunaan metode
pelaksanaan yang kurang tepat.
a. Lemahnya pengawasan K3
b. Kurang memadainya kualitas dan kuantitas ketersediaan peralatanpelindung
diri
c. Kurang disiplinnya para tenaga kerja dalam mematuhi ketentuan mengenai
K3.
c) Pencegahan
a. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai
kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, kontruksi, perwatan &
pemeliharaan, pengwasan, pengujian, & cara kerja peralatan industri, tugas-
tugas pengusaha & buruh, latihan, supervisi medis, PPPK, & pemeriksaan
kesehatan.
b. Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah mati atau tak
resmi mengenai misalnya kontruksi yang memnuhi syarat-syarat keselamatan
jenis-jenis peralatan industri tertentu, praktek-praktek keselamatan & hygiene
umum, atau alat-alat perlindungan diri.
c. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan
perundang-undangan yang diwajibkan.
d. Penelitian bersifat teknik, yang meliputi sifat & ciri-ciri bahan-bahan yang
berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat
perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas & debu, atau
penelaahan tentang bahan-bahan & desain paling tepat untuk tambang-
tambang pengangkat & peralatan pengangkat lainnya.
e. Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis &
patologis faktor-faktor lingkungan & teknologis, & keadaan-keadaan fisik
yang mengakibatkan kecelakaan.
f. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang
menyebabkan terjadinya kecelakaan.
Pelayanan kesehatan kerja yang dapat diberikan berdasarkan Per
Menakertrans No. 03/1982, antara lain:
a. Pemeriksaaan kesehatan tenaga kerja
b. Penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga kerja
c. Pembinaan dan pengawasan lingkungan kerja
d. Pembinaan dan pengawasan sanitair
e. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan kesehatan tenaga kerja
f. Pencegahan terhadap penyakit umum dan PAK
g. P3K
h. Pelatihan petugas P3K
i. Perencanaaan tempat kerja, APD, gizi
j. Rehabilitasi akibat kecelakaan atau PAK
k. Pembinaan terhadap tenaga kerja yang punya kelainan
l. Laporan berkala
H. Fungsi dan Tugas Perawat dalam K3
Fungsi dan tugas perawat dalam usaha K3 di Industri adalah sebagai
berikut (Effendy, Nasrul, 1998):
a. Fungsi
- Mengkaji masalah kesehatan
- Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja
- Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan terhadap pekerja
- Penilaian
b. Tugas
- Pengawasan terhadap lingkungan pekerja
- Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan
- Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja
- Membantu dalam penilaian keadaan kesehatan pekerja
- Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan perawatan di
rumah kepada pekerja dan keluarga pekerja yang mempunyai masalah
- Ikut menyelenggarakan pendidikan K3 terhadap pekerja
- Turut ambil bagian dalam usaha keselamatan kerja
- Pendidikan kesehatan mengenai keluarga berencana terhadap pekerja dan
keluarga pekerja
- Membantu usaha penyelidikan kesehatan pekerja
- Mengkordinasi dan mengawasi pelaksanaan K3
2. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELOMPOK KERJA
a. Pengkajian
1) Data Inti
a) Sejarah
Kapan mulai bekerja
Usia mulai bekerja
Alasan bekerja
Pengalaman pekerja
b) Demografi
Distribusi pekerja berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, jenis
pendidikan, kecelakaan kerja, keamitian akibat kerja jumlah tanggungan,
pekerjaan sampingan pekerja, kebiasaan pekerja, jenis olahraga
2) Data Subsistem
a) Lingkungan Fisik
Iklim/cuaca
Suhu ruangan
Tingkata kebisingan, paparan zat kimia
Penataan ruangan kerja
Penataan eksterior perusahaan
Pengaruh penataan terhadap pekerja
Dampak lingkungan fisik terhadap pekerja
b) Pendidikan
Program pendidikan bagi pekerja dan keluarga
Jenjang karir dan pendidikan
Penghargaan terhadap pendidikan pekerja dan keluarga
Fasilitas pendidikan di perusahaan
Jenis pendidikan yang diberikan
c) Keamanan dan Transportasi
Jenis fasilitas keamanan dan transportasi pekerja dan keluarga
Pemanfaatan fasilitas keamanan dan transportasi bagi pekerja dan
keluarga
Dampak fasilitas keamanan dan transportasi bagi pekerja dan keluarga
d) Politik dan Pemerintahan
Jenis aturan perusahaan bagi pekerja dan keluarga
Efektifitas aturan perusahaan bagi pekerja dan keluarga
Perlindungan pemerintah terhadap pekerja dan keluarga
Situasi politik dan pengaruh terhadap pekerja dan keluarga
e) Pelayanan Umum dan Kesehatan
Jenis pelayanan umum dan kesehatan bagi pekerja dan keluarga (sarana
olahraga, klinik, RS, sarana penyaluran hobi/bakat)
Kondisi sarana umum dan kesehatan
Pemanfaatan fasilitas umum dan kesehatan bagi pekerja dan keluarga
Dampak pelayanan umum dan kesehatan terhadap pekerja dan keluarga
f) Komunikasi
Jenis sarana komunikasi yang diberikan perusahaan
Cara pemanfaatan sarana komunikasi
Acara yang berhubungan dengan pertemuan direksi, pekerja dan keluarga
(formal/informal)
Dampak sarana komunikasi bagi pekerja dan keluarga
g) Ekonomi
Penghasilan pekerja (berdasarkan UMR/kelayakan hidup)
Efektifitas penghasilan dalam mengatasi keuangan keluarga pekerja
Bentuk bonus, atau tambahan penghasilan yang diberikan perusahaan
Tingkat kesejahteraan pekerja dan keluarga
h) Rekreasi
Jenis rekreasi yang diberikan perusahaan
Pemanfaatan rekreasi perusahaan bagi pekerja dan keluarga
Jenis rekreasi yang dilakukan oleh pekerja dan keluarga selain dari
perusahaan
Jadwal rekreasi/frekuensi rekreasi
Dampak rekreasi terhadap motivasi bekerja
b. Analisa Data
Analisa masalah berdasarkan prioritas:
1) Masalah (actual, resiko, potensial)
2) Ketersediaan sarana
3) Kemauan pekerja dan keluarga
4) Kemauan perusahaan
Analisa masalah berdasarkan data fokus:
1) Kecelakaan kerja yg sering terjadi
2) Perilaku yg tidak sehat
3) Lingkungan yg tidak sehat
4) Penyakit akibat kerja
5) Pengetahuan yg kurang
6) Kurangnya fasilitas pendukung
Perumusan Diagnosa:
Contoh diagnosa:
Resiko peningkatan penyakit akibat kerja berhubungan dengan kurang
pengetahuan pekerja dan perusahaan tentang standar keselamatan dan kesehatan
kerja penggunaan APD dan posisi kerja yang benar.
c. Rencana keperawatan
Prioritas masalah menggunakan scoring
1) Kesadaran masyarakat terhadap masalah
2) Motivasi masyarakat untuk memecahkan masalah
3) Kemampuan perawat untuk menyelesaikan masalah
4) Keberadaan ahli dalam menyelesaikan masalah
5) Adanya hambatan dalam menyelesaikan masalah
6) Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah
Intervensi berdasarkan contoh diagnosa di atas:
1) Pendidikan kesehatan berupa pemaparan materi pada pemilik usaha dan
pekerja mengenai berbagai kecelakaan kerja dan bahaya tidak
menggunakan APD
2) Skrining
3) Pembekalan kader P3K
Daftar Pustaka
Adithya. 2012. Mengenal Dasar Hukum K3 Indonesia. http://trainingsinergi.blogspot.com/2012/07/dasar-hukum-k3.html. Diakses pada tanggal 6 November 2013.
Anonym. Dasar K3. http:// fkm.unair.ac.id/s2k3/files/mk/dasar.../Dasar%20- %20dasar%20K3. pdf . Diakses pada tanggal 6 November 2013.
Evin. 2012. Undang-Undang dan Dasar Hukum K3. http://k3corner.blogspot.com/2012/03/undang-undang-dan-dasar-hukum-k3.html. Diakses pada tanggal 5 November 2013.
Husni L. 2004. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta: Rajawali Press.
Indrawati R. 2011. http://ners.unair.ac.id/materikuliah/Asuhan%20Keperawatan%20 Kesehatan%20Kerja.pdf. Diakses pada tanggal 5 November 2013.
Unimed. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. http:// digilib.unimed.ac.id/.../UNIMED-NonDegree-22832-BAB %20II_fero. pd f . Diakses pada tanggal 6 November 2013.