laporan pendahuluan post partum blues

23
Laporan Pendahuluan Post Partum Blues Created by : Dini Kurniawati Yogyakarta, 3 Desember 2012 LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM BLUES DOSEN PENGAMPU : MAULIDA RAHMAWATI EMHA, S.Kep., Ns DISUSUN OLEH : DINI KURNIAWATI (M10.01.0031) PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI YOGYAKARTA 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah Subhaanahuwata’alaa Yang Maha Mendengar Lagi Maha Melihat dan

Upload: ria-puput

Post on 06-Feb-2016

291 views

Category:

Documents


37 download

DESCRIPTION

no describtion

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan Post Partum Blues

Laporan Pendahuluan Post Partum BluesCreated by : Dini KurniawatiYogyakarta, 3 Desember 2012

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM BLUES

DOSEN PENGAMPU :MAULIDA RAHMAWATI EMHA, S.Kep., Ns

DISUSUN OLEH :DINI KURNIAWATI

(M10.01.0031)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI

YOGYAKARTA2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah Subhaanahuwata’alaa Yang Maha

Mendengar Lagi Maha Melihat dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah masalah pada postpartum dengan

masalah post partum blues dengan waktu yang telah direncanakan.

Page 2: Laporan Pendahuluan Post Partum Blues

Dalam proses menyelesaikan tugas ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan

bantuan berupa ilmu, saran, serta kritik yang menunjang, yang berarah positive pada

tugaspenulis.

Penulis menyadari bahwa tugas makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,

makapenulis harapkan saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan

demi penyempurnaan selanjutnya.

            Akhirnya hanya kepada Allah Subhaanahuwata’alaa kita kembalikan semua urusan

dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi kami

mahasiswa ilmu keperawatan.

Yogyakarta , November 2012

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................... 

Daftar Isi          ................................................................................... 

BAB I     PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang..............................................................

B.     Rumusan Masalah..........................................................

C.     Tujuan............................................................................

D.    Manfaat.........................................................................

BAB II    TINJAUAN TEORI

A.    Definisi..........................................................................

B.     Insiden...........................................................................

C.     Individu yang berisiko...................................................

D.    Etiologi .........................................................................

E.     Manifestasi klinis...........................................................

F.      Patofisiologi...................................................................

G.    Pemeriksaan penunjang.................................................

H.    Penatalaksanaan ............................................................

I.       Pengkajian.....................................................................

J.       Diagnose........................................................................

Page 3: Laporan Pendahuluan Post Partum Blues

K.    Perencanaan...................................................................

BAB III   PENUTUP

A.    Kesimpulan ....................................................................

B.     Saran ..............................................................................

Daftar Pustaka  ................................................................................... 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis

dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita

menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian

wanita mengganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan

selanjutnya. Perubahan fisik dan emisional yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap

penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan

prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosial cultural dan persoalan

dalam kehamilan itu sendiri dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari

reaksi emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat.

Masa nifas adalah suatu masa dimana tubuh menyesuaikan baik fisik maupun psikologis

terhadap proses melahirkan yang lamanya kurang lebih 6 minggu. Selain itu pengertian masa

nifas adalah masa mulainya persalinan sampai pulihnya alat-alat dan anggota badan yang

berhubungan dengan kehamilan/persalinan (Ahmad Ramli. 1989). Dari dua pengertian di atas

kelompok meyimpulkan bahwa masa nifas adalah masa sejak selesainya persalinan hingga

pulihnya alat-alat kandungan dan anggota badan serta psikososial yang berhubungan dengan

kehamilan/persalinan selama 6 minggu. Dalam proses adaptasi pada masa postpartum

terdapat tiga metode yang meliputi ”immediate puerperineum” yaitu 24 jam pertama setelah

melahirkan, ”early puerperineum” yaitu setelah 24 jam hingga 1 minggu, dan ”late

puerperineum” yaitu setelah satu minggu sampai 6 minggu postpartum.

Perubahan psikologi pascapartum pada seorang ibu yang baru melahirkan terbagi dalam

tiga fase:

1.      Taking in dimana pada fase ini ibu ingin merawat dirinya sendiri, banyak bertanya dan

bercerita tentang pengalamannya selama persalinan yang berlangsung 1 sampai 2 hari.

Page 4: Laporan Pendahuluan Post Partum Blues

2.      Taking hold dimana pada fase ini ibu mulai fokus dengan bayinya yang berlangsung 4

sampai 5 minggu.

3.      Letting-go dimana ibu mempunyai persepsi bahwa bayinya adalah perluasan dari dirinya,

mulai fokus kembali pada pasangannya dan kembali bekerja mengurus hal-hal lain.

Perubahan tersebut merupakan perubahan psikologi yang normal terjadi pada seorang ibu

yang baru melahirkan. Namun, kadang-kadang terjadi perubahan psikologi yang abnormal.

Gangguan psikologi pascapartum dibagi menjadi tiga kategori yaitu postpartum blues atau

kesedihan pascapartum, depresi pascapartum nonpsikosis, dan psikosis pascapartum. Pada

makalah ini kami akan membahas secara khusus mengenai post partum blues. Beberapa

penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai

ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan, baik dari segi fisik

maupun segi psikologis. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi

sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan

psikologis dengan berbagai gejala atau sindroma yang oleh para peneliti dan klinisi disebut

post-partum blues.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa definisi dari demam postpartum blues

2.      Apa saja penyebab dari postpartum blues

3.      Apa tanda dan gejala dari postpartum blues

4.      Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan postpartum blues

C.    Tujuan

1.      Untuk mengetahui definisi dari postpartum blues

2.      Untuk mengetahui apa saja penyebab dari postpartum blues

3.      Untuk mengetahui apa tanda dan gejala dari postpartum blues

4.      Untuk mengetahui Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan

D.    Manfaat

1.      Bagi Penulis

                                   Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa dapat

meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai masalah postpartum blues

2.      Bagi Pembaca

Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang postpartum blueslebih dalam,

terutama bagi para ibu, sehingga dapat mencegah serta mengantisipasi diri dari masalah

tersebut.

3.      Bagi Petugas Kesehatan

Page 5: Laporan Pendahuluan Post Partum Blues

Diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi dalam penanganan pada ibu

dengan postpartum blues sehingga dapat meningkatkan pelayanan keperawatan yang baik.

4.      Bagi Institusi Pendidikan

Dapat menambah informasi tentang masalah postpartum blues pada ibu.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Post-partum blues sendiri sudah dikenal sejak lama. Savage pada tahun 1875 telah

menulis referensi di literature kedokteran mengenai suatu keadaan disforia ringan pasca-salin

yang disebut sebagai ‘milk fever ‘ karena gejala disforia tersebut muncul bersamaan dengan

laktasi. Dewasa ini, post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau

baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak

dalam minggu pertama setelah persalinan atau pada saat fase taking in, cenderung akan

memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam rentang waktu 14 hari atau

dua minggu pasca persalinan. Post-partum blues ini dikategorikan sebagai sindroma

gangguan mental yang ringan oleh sebab itu sering tidak dipedulikan sehingga tidak

terdiagnosis dan tidak ditatalaksanai sebagaimana seharusnya, akhirnya dapat menjadi

masalah yang menyulitkan, tidak menyenangkan dan dapat membuat perasaan-perasaan tidak

nyaman bagi wanita yang mengalaminya, dan bahkan kadang-kadang gangguan ini dapat

berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis pasca-salin, yang

mempunyai dampak lebih buruk, terutama dalam masalah hubungan perkawinan dengan

suami dan perkembangan anak, karena stres dan sikap ibu yang tidak tulus terus-menerus bisa

membuat bayi tumbuh menjadi anak yang mudah menangis, cenderung rewel, pencemas,

pemurung dan mudah sakit. Keadaan ini sering disebut puerperium atau trimester keempat

kehamilan. Baby blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak

nyaman (kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati setelah persalinan, yang

berkaitan dengan hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri. Ketika

plasenta dikeluarkan pada saat persalinan, terjadi perubahan hormon yang melibatkan

endorphin, progesteron, dan estrogen dalam tubuh Ibu, yang dapat mempengaruhi kondisi

fisik, mental dan emosional Ibu.

   

   B.     Insiden

Page 6: Laporan Pendahuluan Post Partum Blues

Dalam dekade terakhir ini, banyak peneliti dan klinisi yang memberi perhatian khusus

pada gejala psikologis yang menyertai seorang wanita pasca salin, dan telah melaporkan

beberapa angka kejadian dan berbagai faktor yang diduga mempunyai kaitan dengan gejala-

gejala tersebut. Berbagai studi mengenai post-partum blues di luar negeri melaporkan angka

kejadian yang cukup tinggi dan sangat bervariasi antara 26-85%, yang kemungkinan

disebabkan karena adanya perbedaan populasi dan kriteria diagnosis yang digunakan.

   C.    Individu yang Berisiko

Secara global diperkirakan terdapat 20% wanita melahirkan menderita

post partum blues, di Belanda diperkirakan sekitar 2-10% ibu melahirkan

mengidap gangguan ini. Beberapa kondisi yang dapat memunculkan

depresi post partum blues;

1.         Ibu yang pernah mengalami gangguan kecemasaan termasuk depresi sebelum hamil

2.         Kejadian-kejadian sebagai stressor yang terjadi pada ibu hamil, seperti kehilangan suaminya.

3.         Kondisi bayi yang cacat, atau memerlukan perawatan khusus pasca melahirkan yang tidak

pernah dibayangkan oleh sang ibu sebelumnya.

4.         Melahirkan di bawah usia 20 tahun.

5.         Tidak adanya perencanaan kehamilan atau kehamilan yang tidak diharapkan

6.         Ketergantungan pada alkohol atau narkoba

7.         Kurangnya dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga, suami, dan teman

8.         Kurangnya komunikasi, perhatian, dan kasih sayang dari suami, atau pacar, atau orang yang

bersangkutan dengan sang ibu.

9.         Mempunyai permasalahan keuangan menyangkut biaya, dan perawatan bayi.

10.     Kurangnya kasih sayang dimasa kanak-kanak

11.     Adanya keinginan untuk bunuh diri pada masa sebelum kehamilan.

   D.    Etiologi

Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini belum diketahui.

Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya postpartum blues, antara

lain:

1.         Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin

dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh pada

gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim

monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi noradrenalin dan

serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi.

2.         Faktor demografi yaitu umur dan paritas.

3.         Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.

Page 7: Laporan Pendahuluan Post Partum Blues

4.         Latar belakang psikososial ibu, seperti; tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan

yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi serta

keadekuatan dukungan sosial dari lingkungannya (suami, keluarga dan teman). Apakah suami

menginginkan juga kehamilan ini, apakah suami, keluarga, dan teman memberi dukungan

moril (misalnya dengan membantu pekerjaan rumah tangga, atau berperan sebagai tempat ibu

mengadu/berkeluh-kesah) selama ibu menjalani masa kehamilannya atau timbul

permasalahan, misalnya suami yang tidak membantu, tidak mau mengerti perasaan istri

maupun persoalan lainnya dengan suami, problem dengan orang tua dan mertua, problem

dengan si sulung.

5.         Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.

6.         Namun ada beberapa pendapat yang menyebutkan bahwa Post partum blues tidak

berhubungan dengan perubahan hormonal, biokimia atau kekurangan gizi. Antara 8% sampai

12% wanita tidak dapat menyesuaikan peran sebagai orang tua dan menjadi sangat tertekan

sehingga mencari bantuan dokter. Dengan kata lain para wanita lebih mungkin

mengembangkan depresi post partum jika mereka terisolasi secara sosial dan emosional serta

baru saja mengalami peristiwa kehidupan yang menakan.

7.         Ada juga yang berpendapat bahwa kemunculan dari postpartum blues ini disebabkan oleh

beberapa factor dari dalam dan luar individu. Penelitian dari Dirksen dan De Jonge

Andriaansen (1985) menunjukkan bahwa depresi tersebut membawa kondisi yang berbahaya

bagi perkembangan anak di kemudian hari. De Jonge Andriaansen juga meneliti beberapa

teknologi medis (penggunaan alat-alat obstetrical) dalam pertolongan melahirkan dapat

memicu depresi postpartum blues ini. Misalnya saja pada pembedahan caesar, penggunaan

tang, tusuk punggung, episiotomi dan sebagainya. Perubahan hormon dan perubahan hidup

ibu pasca melahirkan juga dapat dianggap pemicu.

   E.     Manifestasi Klinis

Gejala-gejala postpartum blues ini bisa terlihat dari perubahan sikap seorang ibu. Gejala

tersebut biasanya muncul pada hari ke-3 atau ke-6 hari setelah melahirkan. Beberapa

perubahan sikap tersebut diantaranya Ibu sering tiba-tiba menangis karena merasa tidak

bahagia, penakut, tidak mau makan, tidak mau bicara, sakit kepala sering berganti mood,

mudah tersinggung (iritabilitas), merasa terlalu sensitif dan cemas berlebihan, tidak

bergairah, khususnya terhadap hal yang semula sangat diminati, tidak mampu berkonsentrasi

dan sangat sulit membuat keputusan, merasa tidak mempunyai ikatan batin dengan si kecil

yang baru saja di lahirkan , insomnia yang berlebihan. Gejala-gejala itu mulai muncul setelah

persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai

beberapa hari. Namun jika masih berlangsung beberapa minggu atau beberapa bulan itu dapat

disebut postpartum depression.

Page 8: Laporan Pendahuluan Post Partum Blues

   F.     Patofisiologi

Sejarah kehamilan adalah factor utama yang bisa menimbulkan terjadinya baby blues ini

atau biasa dikenal dengan post partum blues. Riwayat seperti kehamilan yang tidak di

inginkan, adanya problem dengan orang tua atau mertua, kurangnya biaya untuk persalinan,

kurangnya perhatin yang diberikan pada si ibu dan factor  ari etiologi serta factor psikolog

lainnya merupakan penyebab utama. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat

berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi

aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi

nonadrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian

depresi.  Karena proses ini pula seorang ibu setelah melahirkan mengalami perubahan pada

tingkat emosional. Biasanya ibu akan mengalami kenaikan dalam resons psikologisnya,

sensitive dan lebih membutuhkan perhatian, kasih sayang dari orang di sekitarnya yang di

anggap penting baginya. Keabnormalitasan pada post partum blues ini mengakibatkan rasa

tidak nyaman, kecemasan yang mendalam pada diri ibu, tek jarang terkadang seorang ibu

menangis tanpa sebab yang pasti. Khawatir pada bayinya dengan kekhawatiran yang

berlebihan

    G.    Pemeriksaan Penunjang

Sampai saat ini belum ada alat test khusus yang dapat mendiagnosa secara langsung post

partum blues. Secara medis, dokter menyimpulkan beberapa simtom yang tampak dapat

disimpulkan sebagai gangguan depresi post partum blues bila memenuhi kriteria gejala yang

ada. Kekurangan hormon tyroid yang ditemukan pada individu yang mengalami kelelahan

luar biasa (fatigue) ditemukan juga pada ibu yang mengalami post partum blues mempunyai

jumlah kadar tyroid yang sangat rendah.

Skrining untuk mendeteksi gangguan mood/depresi sudah merupakan acuan pelayanan

pasca salin yang rutin dilakukan. Untuk skrining ini dapat dipergunakan beberapa kuesioner

dengan sebagai alat bantu. Endinburgh Posnatal Depression Scale (EPDS) merupakan

kuesioner dengan validitas yang teruji yang dapat mengukur intensitas perubahan perasaan

depresi selama 7 hari pasca salin. Pertanyaan-pertanyaannya berhubungan dengan labilitas

perasaan, kecemasan, perasaan bersalah serta mencakup hal-hal lain yang terdapat pada post-

partum blues . Kuesioner ini terdiri dari 10 (sepuluh) pertanyaan, di mana setiap pertanyaan

memiliki 4 (empat) pilihan jawaban yang mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu sesuai

dengan gradasi perasaan yang dirasakan ibu pasca salin saat itu. Pertanyaan harus dijawab

sendiri oleh ibu dan rata-rata dapat diselesaikan dalam waktu 5 menit. Cox et. Al., mendapati

bahwa nilai skoring lebih besar dari 12 (dua belas) memiliki sensitifitas 86% dan nilai

prediksi positif 73% untuk mendiagnosis kejadian post-partum blues . EPDS juga telah teruji

validitasnya di beberapa negara seperti Belanda, Swedia, Australia, Italia, dan Indonesia.

Page 9: Laporan Pendahuluan Post Partum Blues

EPDS dapat dipergunakan dalam minggu pertama pasca salin dan bila hasilnya meragukan

dapat diulangi pengisiannya 2 (dua) minggu kemudian.

    H.    Penatalaksanaan

Post-partum blues atau gangguan mental pasca-salin seringkali terabaikan dan tidak

ditangani dengan baik. Banyak ibu yang ‘berjuang’ sendiri dalam beberapa saat setelah

melahirkan. Mereka merasakan ada suatu hal yang salah namun mereka sendiri tidak benar-

benar mengetahui apa yang sedang terjadi. Apabila mereka pergi mengunjungi dokter atau

sumber-sumber lainnya Untuk minta pertolongan, seringkali hanya mendapatkan saran untuk

beristirahat atau tidur lebih banyak, tidak gelisah, minum obat atau berhenti mengasihani diri

sendiri dan mulai merasa gembira menyambut kedatangan bayi yang mereka cintai.

Penanganan gangguan mental pasca-salin pada prinsipnya tidak berbeda dengan

penanganan gangguan mental pada momen-momen lainya. Para ibu yang mengalami post-

partum blues membutuhkan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan

dukungan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis

seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan

kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang

menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan dan/atau istirahat, dan

seringkali akan merasa gembira mendapat pertolongan yang praktis. Dengan bantuan dari

teman dan keluarga, mereka mungkin perlu untuk mengatur atau menata kembali kegiatan

rutin sehari-hari, atau mungkin menghilangkan beberapa kegiatan, disesuaikan dengan

konsep mereka tentang keibuan dan perawatan bayi. Bila memang diperlukan, dapat

diberikan pertolongan dari para ahli, misalnya dari seorang psikolog atau konselor yang

berpengalaman dalam bidang tersebut.

Para ahli obstetri memegang peranan penting untuk mempersiapkan para wanita untuk

kemungkinan terjadinya gangguan mental pasca-salin dan segera memberikan penanganan

yang tepat bila terjadi gangguan tersebut, bahkan merujuk para ahli psikologi/konseling bila

memang diperlukan. Dukungan yang memadai dari para petugas obstetri, yaitu: dokter dan

bidan/perawat sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang

memadai/adekuat tentang proses kehamilan dan persalinan, termasuk penyulit-penyulit yang

mungkin timbul dalam masa-masa tersebut serta penanganannya.

Post-partum blues juga dapat dikurangi dengan cara belajar tenang dengan menarik nafas

panjang dan meditasi, tidur ketika bayi tidur, berolahraga ringan, ikhlas dan tulus dengan

peran baru sebagai ibu, tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi, membicarakan rasa

cemas dan mengkomunikasikannya, bersikap fleksibel, bergabung dengan kelompok ibu-ibu

baru. Dalam penanganan para ibu yang mengalami post-partum blues dibutuhkan pendekatan

menyeluruh/holistik. Pengobatan medis, konseling emosional, bantuan-bantuan praktis dan

pemahaman secara intelektual tentang pengalaman dan harapan-harapan mereka mungkin

Page 10: Laporan Pendahuluan Post Partum Blues

pada saat-saat tertentu. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di

tingkat perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis secara bersama-sama, dengan

melibatkan lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman dekatnya.

     I.       Pengkajian

Pengenalan gejala mood merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh perawat

perinatal. Rencana keperawatan harus merefleksikan respons perilaku yang diharapkan dari

gangguan tertentu. Rencan individu didasarkan pada karakteristik wanita dan keadaannya

yang spesifik. Suami atau pasangan wanita tersebut juga dapat mengalami gangguan

emosional akibat perilaku wanita tersebut.

Pengkajian pada pasien post partum blues menurut Bobak ( 2004 ) dapat dilakukan pada

pasien dalam beradaptasi menjadi orang tua baru. Pengkajiannya meliputi ;

  1.      Identitas klien

Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record dan

lain-lain.

   2.      Dampak pengalaman melahirkan

Banyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk memeriksa proses kelahiran itu sendiri

dan melihat kembali perilaku mereka saat hamil dalam upaya retrospeksi diri (Konrad, 1987).

Selama hamil, ibu dan pasangannya mungkin telah membuat suatu rencana tertentu tentang

kelahiran anak mereka, hal-hal yang mencakup kelahiran pervagina dan beberapa intervensi

medis. Apabila pengalaman mereka dalam persalinan sangat berbeda dari yang diharapkan

(misalnya ; induksi, anestesi epidural, kelahiran sesar), orang tua bisa merasa kecewa karena

tidak bisa mencapai yang telah direncanakan sebelumnya. Apa yang dirasakan orang tua

tentang pengalaman melahirkan sudah pasti akan mempengaruhi adaptasi mereka untuk

menjadi orang tua.

   3.      Citra diri ibu

Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra tubuh, dan seksualitas ibu. Bagaimana

perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya selama masa nifas dapat mempengaruhi perilaku

dan adaptasinya dalam menjadi orang tua. Konsep diri dan citra tubuh ibu juga dapat

mempengaruhi seksualitasnya. Perasaan-perasaan yang berkaitan dengan penyesuaian

perilaku seksual setelah melahirkan seringkali menimbulkan kekhawatiran pada orang tua

baru. Ibu yang baru melahirkan bisa merasa enggan untuk memulai hubungan seksual karena

takut merasa nyeri atau takut bahwa hubungan seksual akan mengganggu penyembuhan

jaringan perineum.

   4.      Interaksi Orang tua – Bayi

Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi interaksi orang tua

dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran anak meliputi perilaku adaptif dan

perilaku maladatif. Baik ibu maupun ayah menunjukkan kedua jenis perilaku maupun saat ini

Page 11: Laporan Pendahuluan Post Partum Blues

kebanyakan riset hanya berfokus pada ibu. Banyak orang tua baru mengalami kesulitan untuk

menjadi orang tua sampai akhirnya keterampilan mereka membaik. Kualitas keibuan atau

kebapaan pada perilaku orang tua membantu perawatan dan perlindungan anak. Tanda-tanda

yang menunjukkan ada atau tidaknya kualitas ini, terlihat segera setelah ibu melahirkan, saat

orang tua bereaksi terhadap bayi baru lahir dan melanjutkan proses untuk menegakkan

hubungan mereka.

   5.      Perilaku Adaptif dan Perilaku Maladaptif

Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis orang tua terhadap kebutuhan

bayinya yang baru lahir dan keterbatasan kemampuan mereka, respon social yang tidak

matur, dan ketidakberdayaannya. Orang tua menunjukkan perilaku yang adaptif ketika

mereka merasakan suka cita karena kehadiran bayinya dan karena tugas-tugas yang

diselesaikan untuk dan bersama anaknya, saat mereka memahami yang dikatakan bayinya

melalui ekspresi emosi yang diperlihatkan bayi dan yang kemudian menenangkan bayinya,

dan ketika mereka dapat membaca gerakan bayi dan dapat merasa tingkat kelelahan bayi.

Perilaku maladaptif terlihat ketika respon orang tua tidak sesuai dengan kebutuhan bayinya.

Mereka tidak dapat merasakan kesenangan dari kontak fisik dengan anak mereka. Bayi – bayi

ini cenderung akan dapat diperlakukan kasar. Orang tua tidak merasa tertarik untuk melihat

anaknya. Tugas merawat anak seperti memandikan atau mengganti pakaian, dipandang

sebagai sesuatu yang menyebalkan. Orang tua tidak mampu membedakan cara berespon

terhadap tanda yang disampaikan oleh bayi, seperti rasa lapar, lelah keinginan untuk

berbicara dan kebutuhan untuk dipeluk dan melakukan kontak mata. Tampaknya sukar bagi

mereka untuk menerima anaknya sebagai anak yang sehat dan gembira.

   6.      Struktur dan fungsi keluarga

Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post partum blues ialah melihat

komposisi dan fungsi keluarga. Penyesuaian seorang wanita terhadap perannya sebagai ibu

sangat dipengaruhi oleh hubungannya dengan pasangannya, ibunya dengan keluarga lain, dan

anak-anak lain. Perawat dapat membantu meringankan tugas ibu baru yang akan pulang

dengan mengkaji kemungkinan konflik yang bisa terjadi diantara anggota keluarga dan

membantu ibu merencanakan strategi untuk mengatasi masalah tersebut sebelum keluar dari

rumah sakit.

Sedangkan Pengkajian Dasar data klien menurut Marilynn E. Doenges ( 2001 ) Adalah :

   a.       Aktivitas / istirahat Insomnia mungkin teramati.

   b.       Sirkulasi

Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.

    c.       Integritas Ego

Peka rangsang, takut/menangis (" Post partum blues " sering terlihat kira-kira 3 hari setelah

kelahiran).

Page 12: Laporan Pendahuluan Post Partum Blues

d.   Eliminasi

Diuresis diantara hari ke-2 dan ke-5.

e.   Makanan/cairan

Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan mungkin hari – hari ke-3.

f.       Nyeri/ketidaknyamanan

Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari ke-3 sampai ke-5 pascapartum.

g.      Seksualitas

Uterus 1 cm diatas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran, menurun kira-kira 1 lebar jari

setiap harinya. Lokhia rubra berlanjut sampai hari ke-2- 3, berlanjut menjadi lokhia serosa

dengan aliran tergantung pada posisi (misalnya ; rekumben versus ambulasi berdiri) dan

aktivitas (misalnya ; menyusui). Payudara : Produksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut

pada susu matur, biasanya pada hari ke-3; mungkin lebih dini, tergantung kapan menyusui

dimulai.

   J.      Diagnosa Keperawatan

Menurut NANDA 2009-2011 :

1.         Ketidakefektifan koping individu

2.         Ansietas

3.         Risiko ketidakmampuan menjadi orang tua

4.         Ketiakmampuan menjadi orang tua

5.         Defisiensi pengetahuan

6.         Risiko cedera pada bayi

7.         Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan

8.         Risiko keterlambatan perkembangan

Diagnosa keperawatan pada pasien postpartum blues menurut Marilynn E.Doenges

( 2001 ) Adalah :

1.      Nyeri akut / ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis edema

/ pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.

2.      Resiko gangguan proses menyusui berhubungan dengan tingkat

pengetahuan, pengalaman sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan,

struktur / karakteristik fisik payudara ibu.

3.      Resiko terhadap perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan

pengaruh komplikasi fisik dan emosional.

4.      Resiko perubahan emosional yang tidak stabil pada ibu berhubungan

dengan ketidakefektifan koping individu

5.      Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal dan psikologis (

sangat gembira, ansietas, kegirangan ), nyeri / ketidaknyamanan, proses

persalinan dan kelahiran melelahkan.

Page 13: Laporan Pendahuluan Post Partum Blues

6.      Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi

berhubungan dengan kurang paparan informasi, kesalahan interprestasi,

tidak mengenal sumber-sumber.

7.      Potensial terhadap pertumbuhan koping keluarga berhubungan dengan

kecukupan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu dan tugas-tugas

adaptif memungkinkan tujuan aktualisasi diri muncul ke permukaan.

   K.    Perencanaan

1.      Nyeri akut / ketidaknyamanan berhubungan dengan teruma mekanis,

edema / pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.

Tujuan : Mengidentifikasi kebutuhan dan mengunakan intervensi untuk

mengatasi ketidaknyamanan.

Intervensi Keperawatan :

1.   Tentukan adanya, lokasi dan sifat ketidaknyamanan.

2.   Inspeksi perbaikan perineum dan epiostomi.

3.   Berikan kompres es pada perineum, khususnya selama 24 jam pertama

setelah melahirkan.

4.   Berikan kompres panas lembab ( misalnya : rendam duduk / bak mandi ).

5.   Anjurkan duduk dengan otot gluteal terkontraksi diatas perbaikan

episiotomy.

6.   Kolaborasi dalam pemberian obat analgesic 30-60 menit sebelum menyusui.

2.      Resiko gangguan proses menyusui berhubungan dengan tingkat

pengetahuan, pengalaman sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan,

struktur / karakteristik fisik payudara ibu.

Tujuan : Mengungkapkan pemahaman tentang proses / situasi menyusui

mendemonstrasikan teknik efektif dari menyusui, menunjukan kepuasan

regimen menyusui satu sama lain.

Intervensi Keperawatan :

1.      Kaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui sebelumnya.

2.      Tentukan system pendukung yang tersedia pada klien, dan sikap pasangan /

keluarga.

3.      Berikan informasi, verbal dan tertulis, mengenai fisiologi dan keuntungan

menyusui, perawatan putting dan payudara, kebutuhan diet khusus, dan

factor-faktor yang memudahkan atau menganggu keberhasilan menyusui.

4.      Demonstrasikan dan tinjau ulang teknik-teknik menyusui .

5.      Identifikasi sumber-sumber yang tersedia di masyarakat sesuai indikasi

misalnya ; program kesehatan ibu dan anak ( KIA ).

Page 14: Laporan Pendahuluan Post Partum Blues

3.   Resiko terhadap perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan

pengaruh kompliksi fisik dan emosional.

Tujuan : Mengungkapkan masalah dan pertanyaan tentang menjadi orang

tua, mendiskusikan peran menjadi orang tua secara realistis, dan secara

aktif mulai melakukan tugas perawatan bayi baru lahir dengan tepat.

Intervensi Keperawatan :

1.      Kaji kekuatan, kelemahan, usia , status perkawianan, ketersediaan sumber

pendukung dan latar belakang budaya.

2.      Perhatikan respon klien/pasangan terhadap kelahiran dan peran menjadi

orang tua.

3.      Evaluasi sifat dari menjadi orang tua secara emosi dan fisik yang pernah

dialami klien/pengalaman selama kanak-kanak.

4.      Tinjau ulang catatan intrapartum terhadap lamanya persalionan, adanya

komplikasi dan peran pasangan pada persalinan.

5.      Ecaluasi status fisik masa lalu dan saat ini dan kejadian komplikasi

prenatal, intranatal dan pascapartal.

6.      Evaluasi kondisi bayi ; komunikasikan dengan staf perawatan sesuai dengan

indikasi.

7.      Pantau dan dokiumentasikan interaksi klien/pasangan dengan bayi.

8.      Anjurkan pasangan untuk mengunjungi dan mengendong bayi dan

berpartisipasi terhadap aktifitas perawatan bayi sesuai izin.

9.      Kolaborasi dalam merujuk untuk konseling bila keluarga beresiko tinggi

terhadap masalah menjadi orang tua atau bila ikatan positif diantara

klien/pasanngan dan bayi tidak terjadi.

4.   Resiko perubahan emosional yang tidak stabil pada ibu berhubungan

dengan ketidakefektifan koping individu

Tujuan : Mengungkapkan ansietas dan respon emosional, mengidentifikasi

kekuatan individu dan kemampuan koping pribadi, mencari sumber-sumber

yang tepat sesuai kebutuhan.

Intervensi Keperawatan :

1.      Kaji respon emosional klien selama prenatal dan periode inpartum dan

persepsi klien tentang penampilannya selama persalinan.

2.      Anjurkan diskusi oleh klien / pasangan tentang persepsi pengalaman

kelahiran.

3.      Kaji terhadap gejala depresi yang fana ( perasaan sedih pascapartum ),

pada hari ke-2 sampai ke-3 pasca partum ( misalnya, ansietas, menangis,

kesedihan, konsentrasi yang buruk, dan depresi ringan atau berat ).

Page 15: Laporan Pendahuluan Post Partum Blues

4.      Evaluasi kemampuan koping masa lalu klien, latar belakang budaya, system

pendukung, dan rencana untuk bantuan domestic pada saat pulang.

5.      Berikan dukungan emosional dan bimbingan antisipasi untuk membantu

klien mempelajari peran baru dan strategi untuk koping terhadap bayi baru

lahir.

6.      Anjurkan pengungkapan raa bersalah, kegagalan pribadi, atau keragu-

raguan tentang kemampuan menjadi orang tua.

7.      Kolaborasi dalam merujuk klien/pasangan pada kelompok pendukungan

menjadi orang tua, pelayanan social, kelompok komunitas, atau pelayanan

perawat berkunjung.

5.   Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal dan psikologis

( sangat gembira, ansietas dan kegirangan ), nyeri/ketidaknyamanan, proses

persalinan dan kelahiran melelahkan.

Tujuan : Menidentifikasi penilaian untuk mengakomodasi perubahan yang

diperlukan dengan kebutuhan terhadap anggota keluarga baru, melaporkan

peningkatan rasa sejaterah dan istirahat.

Intervensi Keperawatan :

1.      Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat.

2.      Kaji faktor-faktor, bila ada yang mempengaruhi istirahat.

3.      Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur/istirahat setelah kembali

ke rumah.

4.      Berikan informasi tentang efek-efek kelelahan dan ansietas pada suplai ASI.

5.      Kaji lingkungan rumah, dan bantuan di rumah.

6.   Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi

berhubungan dengan kurang pemanjanan/mengingat, kesalahan

interprestasi, tidak mengenal sumber-sumber.

Tujuan : Mengungkapkan berhubungan dengan pemahaman perubahan

fisiologis, kebutuhan individu, ahasil yang diharapkan, melakukan aktivitas /

prosedur yang perlu menjelaskan alas an-alasan untuk tindakan.

Intervensi Keperawatan :

1.      Pastikan persepsi klien tentang persalinan dan kelahiran, lama persalinan,

dan tingkat kelelahan klien.

2.      Kaji persiapan klien dan motivasi untuk belajar.

3.      Berikan informasi tentang perawatan diri, termasuk perawatan perineal

dan hygiene, perubahan fisiologis.

4.      Diskusikan kebutuhan seksualitas dan rencana untuk kontrasepsi.

Page 16: Laporan Pendahuluan Post Partum Blues

7.   Potensial terhadap pertumbuhan koping keluarga berhubungan dengan

kecakupan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu dan tugas-tugas

adaptif.

Tujuan : Mengungkapkan keinginan untuk melaksanakan tugas-tugas yang

mengarah pada kerjasama dari anggota keluarga baru, mengekspresikan

perasaan percaya diri dan kepuasan dengan terbentuknya kemajuan dan

adaptasi.

Intervensi Keperawatan :

1.      Kaji hubungan anggota keluarga satu sama lain.

2.      Anjurkan partisipasi seimbang dari orang tua pada perawatan bayi.

3.      Berikan bimbingan antisipasi mengenai perubahan emosi normal berkenaan

dengan periode pasca partum.

4.      Berikan informasi tertulis mengenai buku-buku yang dianjurkan untuk

anak-anak (sibling ) tntang bayi baru.

5.      Kolaborasi dalam merujuk klien/pasangan pada kelompok orang tua pasca

partum dikomunitas.

BAB IV

PENUTUP

A.          Kesimpulan

Post partum blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak

nyaman (kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati setelah persalinan, yang

berkaitan dengan hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri. Ketika

plasenta dikeluarkan pada saat persalinan, terjadi perubahan hormon yang melibatkan

endorphin, progesteron, dan estrogen dalam tubuh Ibu, yang dapat mempengaruhi kondisi

fisik, mental dan emosional Ibu.

B.              Saran

Post partum blues dapat dicegah dengan cara :

1.         Anjurkan ibu untuk merawat dirinya, yakinkan pada suami atau keluarga untuk selalu

memperhatikan si ibu

2.         Menu makanan yang seimbang

3.         Olah raga secara teratur

4.         Mintalah bantuan pada keluarga atau suami untuk merawat ibu dan bayinya.

5.         Rencanakan acara keluar bersama bayi berdua dengan suami

6.         Rekreasi

Page 17: Laporan Pendahuluan Post Partum Blues

Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan postpartum blues ada dua cara

yaitu :

1.      Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik

Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan

dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :

a.          Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi

b.         Dapat memahami dirinya

c.          Dapat mendukung tindakan konstruktif.

d.         Dengan cara peningkatan support mental

Beberapa cara peningkatan support mental yang dapat dilakukan keluarga diantaranya :

a.          Sekali-kali ibu meminta suami untuk membantu dalam mengerjakan pekerjaan

        rumah seperti : membantu mengurus bayinya, memasak, menyiapkan susu dll.

b.         Memanggil orangtua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam menghadapi kesibukan

        merawat bayi

c.          Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih perhatian

        terhadap istrinya

d.         Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertama yang akan lahir

e.          Memperbanyak dukungan dari suami

f.          Suami menggantikan peran isteri ketika isteri kelelahan

g.         Ibu dianjurkan sering sharing dengan teman-temannya yang baru saja melahirkan

h.         Bayi menggunakan pampers untuk meringankan kerja ibu

i.           mengganti suasana, dengan bersosialisasi

j.           Suami sering menemani isteri dalam mengurus bayinya

2.      Selain hal diatas, penanganan pada klien postpartum blues pun dapat dilakukan pada diri

klien sendiri, diantaranya dengan cara :

a.          Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi

b.         Tidurlah ketika bayi tidur

c.          Berolahraga ringan

d.         Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu

e.          Tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi

f.          Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan

g.         Bersikap fleksibel

h.         Kesempatan merawat bayi hanya datang 1 x

i.           Bergabung dengan kelompok ibu

DAFTAR PUSTAKA

Page 18: Laporan Pendahuluan Post Partum Blues

Herdman, Heather.2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

Morhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). America : Mosby

Mc Closkey Dochterman, Joanne. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC).

America : Mosby

Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C.Geissler ( 2000 ), Rencana Asuhan

Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3.

Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

 Bobak, Lowdermilk, Jensen. ( 2004 ). Buku Ajar : Keperawatan maternitas edisi - 4. Jakarta:

EGC.

 www.http//post-partum-blues.html, www.http//askep-post-partum-blues.html,www.http//

askep-pada-post-partum-dengan_8492.html