laporan pendahuluan saponifikasi

21
LAPORAN PENDAHULUAN LABORATORIUM UNIT PROSES II SAPONIFIKASI DISUSUN OLEH: PUTRI UTAMI 03121003013 SATRIYA DWI PERMANA 03121003029 ADAMAS CARLOS 03121003059 EKA PERTIWI 03121003081 TEGUH NOVRIYANSYAH 03121003090 ASISTEN :

Upload: teguh-novri-yansyah

Post on 16-Nov-2015

23 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

m

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN

LABORATORIUM UNIT PROSES IISAPONIFIKASI

DISUSUN OLEH:

PUTRI UTAMI

03121003013

SATRIYA DWI PERMANA03121003029

ADAMAS CARLOS

03121003059

EKA PERTIWI

03121003081

TEGUH NOVRIYANSYAH03121003090

ASISTEN:JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2015BAB I

PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang

Dalam kemajuan zaman yang sangat pesat ini, kita sebagai masyarakat yang terlibat di dalamnya harus peka dan mengerti akan fenomena-fenomena kimia sederhana yang terjadi di sekitar kita karena hal tersebut dapat menjadi batu loncatan untuk menciptakan kreasi dan inovasi di masa mendatang. Banyak orang awam kurang memiliki rasa ingin tahu terhadap hal-hal kecil atau bahkan tidak peduli akan fenomena yang sering terjadi dalam keseharian mereka. Salah satu contoh sederhana yang dapat kita tinjau ialah mencuci tangan. Banyak di antara kita yang tidak mengerti bagaimana sabun dalam media air dapat membersihkan tangan kita dari minyak yang menempel di tangan.Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun sendiri tidak pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan campuran antara senyawa alkali dan lemak atau minyak. Trigliserida terdiri dari tiga gugus asam lemak yang terikat pada gugus gliserol. Asam lemak terdiri dari rantai karbon panjang yang berakhir dengan gugus asam karboksilat pada ujungnya. Gugus asam karboksilat terdiri dari sebuah atom karbon yang berikatan dengan dua buah atom oksigen. Satu ikatannya terdiri dari ikatan rangkap dua dan satunya merupakan ikatan tunggal. Setiap atom karbon memiliki gugus asam karboksilat yang melekat, maka dinamakan tri-gliserida.

Sabun merupakan merupakan suatu bentuk senyawa yang dihasilkan dari reaksi saponifikasi. Istilah saponifikasi dalam literatur berarti soap making. Akar kata sapo dalam bahasa Latin yang artinya soap atau sabun. Pengertian Saponifikasi (saponification) adalah reaksi yang terjadi ketika minyak atau lemak dicampur dengan larutan alkali. Ada dua produk yang dihasilkan dalam proses ini, yaitu sabun dan gliserin. Sabun disebut sodium stearat dengan rumus kimia C17H35COO Na + dan merupakan hydrocarbon rantai panjang dengan 10 sampai 20 atom karbon. Dapat digunakan untuk membersihkan karena bersifat polar, merupakan komponen ionik yang larut dalam air dan tidak larut dalam larutan organik, yaitu minyak. Hidrolisa gliserida dengan larutan KOH atau NaOH akan menyebabkan terbentuknya gliserol serta garam Na atau K dari asam lemak yang bersangkutan. Garam ini dikenal dengan nama sabun dan reaksi hidrolisis ini disebut dengan reaksi penyabunan (saponifikasi). Menurut Julius Caesar, suku bangsa Jerman pada waktu itu membuat sabun dengan menggunakan lemak babi atau sapi dan abu kayu yang banyak mengandung garam alkali. Sekarang ini sabun dibuat dengan cara praktis dan dilakukan dengan teknik yang sederhana. Lelehan lemak sapi atau lemak lain dipanaskan dengan NaOH atau KOH. Sabun adalah garam alkali (biasanya garam natrium) dari asam-asam lemak. Dimana asam lemak diartikan sebagai asam karboksilat yang diperoleh dari hidrolisis dari suatu lemak atau minyak, yang umumnya mempunyai rantai hidrokarbon panjang dan tak bercabang. Sabun mengandung garam, terutama garam C16 dan C18, namun dapat juga mengandung beberapa karboksilat dengan bobot atom rendah.

Pada pembuatan sabun dipergunakan bahanbahan antara lain minyak sayur, garam, pewarna dan NaOH. Minyak termasuk ke dalam lemak biasa dimana lemak dan minyak adalah trigliserida. Perbedaan antara minyak dan lemak adalah lemak pada suhu kamar berbentuk padat, sedangkan minyak berwujud cair. Lemak umunya bersumber dari hewan, sedangkan minyak terbuat dari tumbuh-tumbuhan. Beberapa contoh lemak dan minyak adalah lemak sapi, minyak kelapa, minyak jagung dan minyak ikan. Sedangkan pada percobaan kali ini, dicoba untuk membuat sabun dengan menggunakan minyak kelapa.Lemak dan minyak yang digunakan untuk membuat sabun terdiri dari 7 asam lemak yang berbeda. Apabila semua ikatan karbon dalam asam lemak terdiri dari ikatan tunggal disebut asam lemak jenuh, sedangkan bila semua atom karbon berikatan dengan ikatan rangkap disebut asam lemak tak jenuh. Asam lemak tak jenuh dapat dikonversikan menjadi asam lemak jenuh dengan menambahkan atom hydrogen pada lokasi ikatan rangkap. Jumlah asam lemak yang tak jenuh dalam pembuatan sabun akan memberikan pengaruh kelembutan pada sabun yang dibuat.1.2. Tujuan

1) Mengetahui prinsip dan proses saponifikasi.2) Mengetahui cara menghitung konversi dan yield saponifikasi.3) Mengetahui cara menghitung neraca massa dan neraca panas saponifikasi.1.3.Permasalahan

Permasalahan dari percobaan ini adalah apakah massa sebelum reaksi dan massa sesudah reaksi sama dengan menghitung persen yield dari pembuatan sabun.1.4. Manfaat

Manfaat yang dapat diambil dari percobaan ini adalah kita dapat mengetahui proses pembuatan sabun dari minyak kelapa dengan teknik yang mudah.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1. SaponifikasiKata saponifikasi atau saponify berarti membuat sabun (Latin sapon, = sabun dan fy adalah akhiran yang berarti membuat). Bangsa Romawi kuno mulai membuat sabun sejak 2300 tahun yang lalu dengan memanaskan campuran lemak hewan dengan abu kayu. Pada abad 16 dan 17 di Eropa sabun hanya digunakan dalam bidang pengobatan. Barulah menjelang abad 19 penggunaan sabun meluas. Sabun merupakan suatu bentuk senyawa yang dihasilkan dari reaksi saponifikasi. Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah (misalnya NaOH). Hasil lain dari reaksi saponifikasi ialah gliserol. Selain C12 dan C16, sabun juga disusun oleh gugus asam karboksilat. Hidrolisis ester dalam suasana basa bisa disebut juga saponifikasi. Ada dua metode yang digunakan dalam esterifikasi yaitu proses batch dan proses kontinyu. Proses esterifikasi berlangsung dibawah tekanan pada suhu 200- 250C. Pada reaksi kesetimbangan, air dipindahkan secara kontinyu untuk menghasilkan ester. Henkel telah mengembangkan esterifikasi countercurrent kontinyu menggunakan kolom reaksi dodel plate. Teknologi ini didasarkan pada prinsip reaksi esterifikasi dengan absorpsi simultan superheated metanol vapor dan desorpsi metanolwater mixture. Reaksi ini menggunakan tekanan sekitar 1000 Kpa dan suhu 240 C. Keuntungan dari proses ini adalah kelebihan metanol dapat dijaga secara nyata pada rasio yang rendah yaitu 1,5 : 1 molar metanol : asam lemak dibandingkan proses batch dimana rasionya 3-4 : 1 molar. Metil ester yang melalui proses distilasi tidak memerlukan proses pemurnian. Kelebihan metanol di rectified dan digunakan kembali. Esterifikasi proses kontinyu lebih baik daripada proses batch. Dengan hasil yang sama, proses kontinyu membutuhkan waktu yang lebih singkat dengan kelebihan metanol yang lebih rendah. Proses esterifikasi merupakan proses yang cenderung digunakan dalam produksi ester dari asam lemak spesifiK. Laju reaksi esterifikasi sangat dipengaruhi oleh struktur molekul reaktan dan radikal yang terbentuk dalam senyawa antara. Data tentang laju reaksi serta mekanismenya disusun berdasarkan karakter kinetiknya, sedangkan data tentang perkembangan reaksi dinyatakan sebagai konstanta kesetimbangan. Secara umum laju reaksi esterifikasi mempunyai sifat sebagai berikut:

1) Alkohol primer bereaksi paling cepat, disusul alkohol sekunder, dan paling lambat alkohol tersier2) Ikatan rangkap memperlambat reaksi3) Asam aromatik (benzoat dan p-toluat) bereaksi lambat, tetapi mempunyai batas konversi yang tinggi4) Makin panjang rantai alkohol, cenderung mempercepat reaksi atau tidak terlalu berpengaruh terhadap laju reaksi.

Pada umumnya, alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun pada umumnya hanya NaOH dan KOH, namun kadang juga menggunakan NH4OH. Sabun yang dibuat dengan NaOH lebih lambat larut dalam air dibandingkan dengan sabun yang dibuat dengan KOH. Sabun yang terbuat dari alkali kuat (NaOH, KOH) mempunyai nilai pH antara 9,0 sampai 10,8 sedangkan sabun yang terbuat dari alkali lemah (NH4OH) akan mempunyai nilai pH yang lebih rendah yaitu 8,0 sampai 9,5.2.2. Soap (Sabun) dan DetergenIstilah agen permukaaan aktif adalah meliputi soap (sabun) dan detergen, wetting agent (agen basa) dan penetrans. Masing masing mempunyai aktivitas dan sifat khusus yang berbeda pada kontak dua fase. Surface active agent merupakan gabungan antara water attracting atau hidrofilik group terhadap suatu molekul lainya. Detergen secara umum dapat diartikan sebagai pembersih. Untuk memulai pengertian tentang detergen, dapat dimulai dari sabun. Dimana sabun merupakan produk kaustik. Lemak merupakan campuran dari gliserida dimana komposisinya berbeda-beda sesuai dengan sumbernya. Trigliserilasetat adalah ester-ester yang terjadi bila glycerol alcohol terhidrat digabungkan dengan asam lemak yang mempunyai sifat khusus tetapi natural fat (lemak alami). Angka penyabunan adalah suatu bilangan yang menunjukan jumlah dari potassium hidroksida yang diperlukan untuk menyabun 1 gram dari berat lemak/minyak. Minyak atau lemak terdiri dari asam asam lemak yang mempunyai berat molekul reandah melalui proses safonifikasi menjadi berat molekul tinggi dari asam lemak pada gliserida. Disamping pentingnya angka penyabunan dalam proses pembuatan sabun, masih ada beberapa bilangan lainya yang serta sekali hubunganya dengan proses pembuatan sabun. Bilangan tersebut adalah Acid Value, yaitu jumlah milligram KOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas didalam 1 gram minyak atau lemak. Dan Hanner Value, yaitu bilangan yang menyatakan persentase asam 0- asam lemak yang tidak larut dalam lemak atau minyak.2.3. Bahan Pembuatan Sabun

Secara teknik, sabun adalah hasil reaksi kimia antara fatty acid dan alkali. Fatty acid adalah lemak yang diperoleh dari lemak hewani atau nabati. Ada beberapa jenis minyak yang dipakai dalam pembuatan sabun, antara lain : Minyak zaitun (olive oil), minyak kelapa (coconut oil), minyak sawit (palm oil), minyak kedelai (soy bean oil) dan lain lain. Masing masing mempunyai karakter dan fungsi yang berlainan. Secara sederhana dapat dirumuskan sebagai berikut : Fatty Acid ( oils) + Base ( Natrium Hydroxide / Lye) = A Salt (soap). Bahan baku yang digunakan didasarkan pada beberapa kriteria, antara lain faktor manusia dan keamanan lingkungan, biaya, kecocokan dengan bahan-bahan additive yang lain, serta wujud dan spesifikasi khusus dari produk jadinya. Sedangkan proses produksi aktual dilapangan bisa saja bervariasi dari satu pabrik dengan pabrik yang lain, namun tahap-tahap utama pembuatan semua produk tersebut adalah tetap sama. 2.4. Jenis Jenis Minyak atau Lemak

Minyak atau lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur berupa ester dari gliserol. Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang digunakan adalah minyak nabati atau lemak hewan. Perbedaan antara minyak dan lemak adalah wujud keduanya dalam keadaan ruang. Minyak akan berwujud cair pada temperatur ruang ( 28C), sedangkan lemak akan berwujud padat. Minyak tumbuhan maupun lemak hewan merupakan senyawa trigliserida. Trigliserida yang umum digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun memiliki asam lemak dengan panjang rantai karbon antara 12 sampai 18. Asam lemak dengan panjang rantai karbon kurang dari 12 akan menimbulkan iritasi pada kulit, sedangkan rantai karbon lebih dari 18 akan membuat sabun menjadi keras dan sulit terlarut dalam air. Kandungan asam lemak tak jenuh, seperti oleat, linoleat, dan linolenat yang terlalu banyak akan menyebabkan sabun mudah teroksidasi pada keadaan atmosferik sehingga sabun menjadi tengik. Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap sehingga titik lelehnya lebih rendah daripada asam lemak jenuh yang tak memiliki ikatan rangkap, sehingga sabun yang dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah meleleh pada temperatur tinggi.Minyak dan lemak merupakan campuran ester-ester gliseril dari asam lemak (fatty acid) atau trigliserda. Ada bermacam macam sumber aslinya yang berbeda dan tergantung dari sifat sifat fisis dan kimia dari campuran ester. Ester-ester tersebut dapat berbentuk solid (padatan), liquid (cairan), volatile saturated (uap jenuh yang mudah menguap) dan sebagian senyawa yang unsaturated (tidak jenuh). Komposisi trigliserida terdiri dari ester 5% gliserida dan 95% fatty acid (asam lemak) yang merupakan gabungan dari ester-ester.

Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses pembuatan sabun harus dibatasi karena berbagai alasan, seperti : kelayakan ekonomi, spesifikasi produk (sabun tidak mudah teroksidasi, mudah berbusa, dan mudah larut), dan lain-lain. Beberapa jenis minyak atau lemak yang biasa dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya :

2.4.1. TallowTallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri pengolahan daging sebagai hasil samping. Kualitas dari tallow ditentukan dari warna, titer (temperatur solidifikasi dari asam lemak), kandungan FFA, bilangan saponifikasi, dan bilangan iodin. Tallow dengan kualitas baik biasanya digunakan dalam pembuatan sabun mandi dan tallow dengan kualitas rendah digunakan dalam pembuatan sabun cuci. Oleat dan stearat adalah asam lemak yang paling banyak terdapat dalam tallow. Jumlah FFA dari tallow berkisar antara 0,75-7,0 %. Titer pada tallow umumnya di atas 40C.

2.4.2. Lard

Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asam lemak tak jenuh seperti oleat (60 ~ 65%) dan asam lemak jenuh seperti stearat (35 ~ 40%). Jika digunakan sebagai pengganti tallow, lard harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu untuk mengurangi ketidakjenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari lard berwarna putih dan mudah berbusa.

2.4.3. Palm Oil (minyak kelapa sawit)Minyak kelapa sawit umumnya digunakan sebagai pengganti tallow. Minyak kelapa sawit dapat diperoleh dari pemasakan buah kelapa sawit. Minyak kelapa sawit berwarna jingga kemerahan karena adanya kandungan zat warna karotenoid sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun harus dipucatkan terlebih dahulu.

2.4.4. Coconut Oil (minyak kelapa)Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering digunakan dalam industri pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan diperoleh melalui ekstraksi daging buah yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat, sehingga minyak kelapa tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik.

2.4.5. Palm Kernel Oil (minyak inti kelapa sawit)Minyak inti kelapa sawit diperoleh dari biji kelapa sawit. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak yang mirip dengan minyak kelapa sehingga dapat digunakan sebagai pengganti minyak kelapa.

2.4.6. Palm Oil Stearine (minyak sawit stearin)Minyak sawit stearin adalah minyak yang dihasilkan dari ekstraksi asam-asam lemak dari minyak sawit dengan pelarut aseton dan heksana. Kandungan asam lemak terbesar dalam minyak ini adalah stearin.

2.4.7. Marine Oil

Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut. Marine oil memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang cukup tinggi, sehingga harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan baku.2.4.8. Olive oil (minyak zaitun)Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun dengan kualitas tinggi memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal dari minyak zaitun memiliki sifat yang keras tapi lembut bagi kulit.2.4.9. Campuran minyak dan lemakIndustri pembuat sabun umumnya membuat sabun yang berasal dari campuran minyak dan lemak yang berbeda. Minyak kelapa sering dicampur dengan tallow karena memiliki sifat yang saling melengkapi. Minyak kelapa memiliki kandungan asam laurat dan miristat yang tinggi dan dapat membuat sabun mudah larut dan berbusa. Kandungan stearat dan palmitat yang tinggi dari tallow akan memperkeras struktur sabun.2.5. Alkali

Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH, KOH, Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2CO3 (abu soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak).

Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa tersebut dapat digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang dihasilkan sangat mudah larut dalam air, mudah berbusa, dan mampu menurunkan kesadahan air. Sabun yang terbuat dari ethanolamines dan minyak kelapa menunjukkan sifat mudah berbusa tetapi sabun tersebut lebih umum digunakan sebagai sabun industri dan deterjen, bukan sebagai sabun rumah tangga. Pencampuran alkali yang berbeda sering dilakukan oleh industri sabun dengan tujuan untuk mendapatkan sabun dengan keunggulan tertentu.

Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan sabun hasil saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai sabun menjadi produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-bahan aditif. NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi di dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya berbentuk air garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin. Gliserin tidak mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang tinggi, sedangkan sabun akan mengendap. NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan magnesium agar diperoleh sabun yang berkualitas. Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik konsumen. Bahan-bahan aditif tersebut antara lain : builders, fillers inert, anti oksidan, pewarna,dan parfum.

Sabun dapat dibuat melalui proses batch atau kontinu Pada proses batch, lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali (NaOH atau KOH) berlebih dalam sebuah ketel. Jika penyabunan telah selesai, garam garam ditambahkan untuk mengendapkan sabun. Lapisan air yang mengaundung garam, gliserol dan kelebihan alkali dikeluarkan dan gliserol diperoleh lagi dari proses penyulingan. Endapan sabun gubal yang bercampur dengan garam, alkali dan gliserol kemudian dimurnikan dengan air dan diendapkan dengan garam berkali-kali. Akhirnya endapan direbus dengan air secukupnya untuk mendapatkan campuran halus yang lama-kelamaan membentuk lapisan yang homogen dan mengapung. Sabun ini dapat dijual langsung tanpa pengolahan lebih lanjut, yaitu sebagai sabun industri yang murah. Beberapa bahan pengisi ditambahkan, seperti pasir atau batu apung dalam pembuatan sabun gosok. Beberapa perlakuan diperlukan untuk mengubah sabun gubal menjadi sabun mandi, sabun bubuk, sabun obat, sabun wangi, sabun cuci, sabun cair dan sabun apung (dengan melarutkan udara di dalamnya).

Pada proses kontinu, yaitu yang biasa dilakukan sekarang, lemak atau minyak hidrolisis dengan air pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu dengan katalis seperti sabun seng. Lemak atau minyak dimasukkan secara kontinu dari salah satu ujung reaktor besar. Asam lemak dan gliserol yang terbentuk dikeluarkan dari ujung yang berlawanan dengan cara penyulingan. Asam-asam ini kemudian dinetralkan dengan alkali untuk menjadi sabun.2.6. Mekanisme Kerja Sabun

Kotoran yang melekat pada kulit atau pakaian ataupun benda-benda lainnya, pada umunya berasal dari lemak, minyak dan keringat, butirbutir tanah dan sebagainya. Zat- zat tersebut sangant sukar larut dalam air karena bersifat non polar. Untuk itu diperlukan sabun untuk membersihkanya. Suatu gugus sabun terdiri dari bagian muka berupa gugus COONa yang polar serta bagian ekor berupa rantai alkyl yang bersifat non polar. Ketika sabun dimasukkan ke dalam air maka sabun akan mengalami ionisasi. Gugusgugus ini akan membentuk buih , dimana akan mengarah kepada air (karena sama- sama polar), sedangkan bagian yang lain akan mengarah kepada kotoran (karena sama-sama non polar). Karena itu kotorankotoran terikat pada sabun dan terikat pada air, maka dengan adanya gerakan tangan atau mesin cuci, kotoran tersebut akan tertarik atau terlepas. Jika berupa minyak atau lemak, maka akan membentuk emulsi minyak dalanm air dan sabun sebagi emulgator.

Jika sabun bertemu dengan kotoran tanah, maka akan diabsorbsi oleh sabun dan membentuk suspensi butiran tanah, air dimana sabun sebagai zat pembentuk suspensi. Kegunan sabun adalah kemampuannya mengemulsi kotoran berminyak sehingga dapat dibuang dengan pembilasan. Kemampuan ini disebabkan oleh 2 sifat sabun, yaitu Rantai hidrokarbon sebuah molekul sabun larut dalam molekul nonpolar seperti tetesan-tetesan minyak. Dan ujung anion molekul sabun yang tertarik pada air ditolak oleh ujung anion molekul-molekul sabun yang menyembul dari tetesan minyak lain. Karena tolak menolak antara tetes-tetes sabun-minyak, maka minyak itu tidak dapat bergabung tetapi tetap tersuspensi.BAB IIIMETODOLOGI PERCOBAAN3.1. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan, yaitu:

1) Beaker glass 1000 ml2 buah2) Beaker glass 100 ml1 buah

3) Termometer

1 buah

4) Gelas ukur 100 ml 1 buah

5) Pengaduk Kayu

6) Pemanas (water bath)7) Neraca Analitis

8) MortarBahan yang digunakan, yaitu:

1) Garam

15 gram

2) Aquadest

50 gram3) Minyak sayur 225 gram4) NaOH

75 gram5) Pewarna dan Parfum secukupnya3.2. Prosedur Percobaan

1) Haluskan garam.2) Panaskan air di waterbath, kemudian larutkan garam di dalamnya.

3) Campur minyak dan NaOH dan dipanaskan dalam waterbath pada temperatur 800 oC sampai mendidih sambil diaduk terus.

4) Tambahkan larutan garam (dalam keadaan panas) dan pewarna ke dalam campuran minyak dan NaOH sambil diaduk terus sampai kental dan timbul minyak.

5) Pisahkan minyak dari campuran bahan dan timbang berat minyak tersebut.

6) Campuran yang telah dipisahkan dimasukkan ke dalam wadah plasitik (yang ditimbang terlebih dahulu) dan timbang berat campuran dengan wadah plastik.

7) Tunggu sampai 2 hari. Kemudian ditimbang.DAFTAR PUSTAKA

Gagah, Alwi. 2014. Reaksi Kimia Pembuuatan Sabun. (online) http://alwidaneli- blogspot.com/2014/01/reaksi-kimia-pembuatan-sabun.html. Diakses pada 25 februari 2014.Johannes, Zakaria. 2013. Pembuatan Sabun. (online) https://www.blogger.com/ static/ v1/ widgets/ 634884679-widgets.jsscript. Diakses pada 25 februari 2014.

Matoa. 2014. Sabun dan Detergen. (online) http://matoa.org/cermati-sabun-dan-deterjen-yang-anda-gunakan/. Diakses pada 25 februari 2014.Prawira. 2008. Reaksi Saponifikasi pada Proses Pembuatan Sabun. (online) https://yprawira.wordpress.com/reaksi-saponifikasi-pada-proses-pembuatan-sabun/. Diakses pada 25 februari 2014.Tauqit, Imam. 2013. Pengertian Sabun Beserta Proses dan Jenis-jenisnya. (online) http://www.pojokpedia.com/pengertian-sabun-beserta-proses-dan-jenis-jenisnya.html. Diakses pada 25 februari 2014.