laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk...
TRANSCRIPT
i
HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
TERHADAP PERKEMBANGAN BAYI USIA 6-24
BULAN MENURUT METODE SKRINING KPSP
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
Umy May Sarotin
11151030000108
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440H / 2018M
LEMBAR PE,RNYATAAN KEASI,IAN h.{R\'A
,Dengan ini saya rnenyatakan bahwa:
.1. Laporail penelittan iui merupakan hasii karyit as1i. saya.vang cliajrilian ultqliuremenuhi salah satu psrsyaratan urcmperoleh geiar strata 1 di ulN S),,.inf
lIid ayatu ll ah Jakm:ta.
2. Senlua stnnber yattg saya gurakmr clalarl penulisan ini telali saya caltur-mkan
sesuai dengan keterhran vang berlaku di \lIN S-varrf ltlda.vatullali Jakarla.
3 Jika di kenrtrdian hari tertlul:h balirva ka.rya nri bukan kar1.a asli ,sava a[au
nterup;rkatl h.asil jipiakan dan kaya orang ku-n, ruaka saya ber.seciia ruener.ima
sanksi vang berlaku cli UIN Syarif Htdayanrlta.h Jakarta
Urny May Sarotin
fiKRINING
EKSKLUSIF TERHADAP
BULAN MENTIRLTT METODE
HPSP
Laporan Penelitian
Dralttkan kepada Program Studi Kedoitteran. t akultas Kedokteran untirk
JVfenrenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar SaryaraKedokterarr (S Ked)
Oieh
Umv NIav Sarotin
Nllvt 1II51030000108
Pernbirnbing I Pernbimbing II
}\IIP. 1 97 90 t 3$20A60 420A I NrP 19761217200812015
PROGRAM STTIDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEI}OKTERAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2018 M
HUBI.]NGAN PEMBERIAN ASI
PERKEMBANGAN BAYI TISIA G24
ilt
LEMBAR PBNGESAHAN
Lapot'an Fenelitian betjudul "Hubungan Pemberinn ASI Eksklusif ter.ha4ap
Perkemhangan Ilayi tlsin 6-24 bulan Dlenurut ll{etodc skrining Hps[r,, y;urg
dialukan oleh [Jrny Mav Sarotin (NLM: 1U51030000101J), relah clrujikan dalarn
sidang cli Firkultas Kedokterar pada Oktober 2018, l-apclran penelitial jni telah
cliterima sebagai salnh safu syalat rnernperoleh gelar Sar-iana Kedoktelar (S,Kecl)
pada Proglanr Stucli Kerloktclan.
Ciputat. 8 Oktober 2(]l IDEWAN PENGUJI
An*frt Sirlnng
*r'elr. Fii.a I'r,av{Lti, I-)KK M Mi:iiltrl
NrP. 1 97 90 r 3{20#60 4200 1
binnhing I
vdr. FikaEkay ti, DKK, M.Mod.Ed
NIF.19790 3G2006042001
Pemfiimbing I t
\-r.\
dr. Riva Audq, Sp.,\ M Kes
NIP" I 976 I2 I 72008 I 2u1 -5
Penguji I. it
/ 1n' j-l"\,\dr. Yanti Susianti, Sp,A(K)
NrP I 9720530200501 2007
PIIVIPINAN FAKTTLTAS
ji .1r
itriTlrdini, sp.GK
NIP" 1971 I023201 I0 r2003
Kaprodi P$Ked FK
dr. Achrnad Zaki, Sp.OT. M.Epid.
NrP. I 978050720050 I o05
ft. Hari Hendarto, Sp.PD, PhD, FINASIM
NIP.t955r t232fiffit2fi03
IV
Dekan FK trIN
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan ridho-Nya serta shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dan laporan penelitian
dengan judul “Hubungan Pemberian ASI Eksklusif terhadap Perkembangan Bayi
Usia 6-24 bulan Menurut Metode Skrining KPSP”, Penyusunan laporan penelitian ini
dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. dr. Hari Hendarto, SpPD, PhD, FINASIM, KEMD selaku Dekan FK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Achmad Zaki, M.Epid, SpOT selaku Ketua Program Studi Kedokteran FK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, serta seluruh dosen Program Studi Kedokteran yang
membimbing serta memberikan ilmu kepada saya selama menjalani masa pendidikan
di Program Studi Kedokteran FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Fika Ekayanti, DKK, M.Med.Ed selaku pembimbing pertama saya walaupun
dengan kesibukan yang padat tetap selalu memberikan bimbingan, arahan, saran, dan
semangat kepada saya agar penelitian ini berjalan dengan sebaik-baiknya.
4. dr. Riva Auda, SpA, MKes selaku pembimbing kedua saya walaupun dengan
kesibukan yang padat tetap selalu memberikan bimbingan, arahan, saran dan semangat
kepada saya agar penelitian ini berjalan dengan sebaik-baiknya.
5. drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD selaku Penanggung Jawab Modul Riset Program
Studi Kedokteran 2015.
6. Kedua orang tua saya tercinta, Moch. Anwar dan Susiati dan kedua saudara saya,
Ahmad Nurizzahidin dan M. Sal Azkal Azkiya, serta seluruh keluarga besar saya yang
selalu memberikan kasih sayang, doa, inspirasi, dan semangat sehingga memotivasi
dan menguatkan saya dalam penelitian ini.
7. Kementerian Agama RI yang telah memberikan saya kesempatan untuk berkuliah di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Untuk teman seperjuangan saya dalam penelitian ini yaitu Rezdwyanto Sabiri,
Aminah Oktavia, Lahzatin Atiqah, dan Risa Azzahra yang telah menyemangati,
membantu, dan berjuang bersama dalam menyelesaikan penelitian ini.
9. M. Thoriq Al Ayyubi Assegaf, Abd Rahman, Isna Khumairotin Akrimah, dan Dwi
Puspita Ayuningrum yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada saya
dalam menyelesaikan penelitian ini.
10. CSSMoRA UIN Jakarta 2015, SEGA 2017/2018, Razveda Jabodetabek, dan PSKPD
2015 untuk waktu yang telah dilalui bersama selama masa pendidikan saya di FK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
11. Semua pihak yang telah memberi dukungan dan doa kepada saya yang tidak dapat
saya sebutkan satu persatu.
vi
Saya menyadari laporan ini jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak akan saya terima demi terwujudnya laporan penelitian yang
lebih baik. Saya berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Akhir kata,
semoga segala bentuk dukungan dan bantuan yang diberikan dalam penelitian ini akan
mendapat balasan, barokah dan ridho dari Allah SWT, amin.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ciputat, 8 Oktober 2018
Penulis
vii
ABSTRAK
Umy May Sarotin. Program Studi Kedokteran. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif
terhadap Perkembangan Bayi Usia 6-24 bulan Menurut Metode Skrining KPSP.
Latar Belakang: Bayi usia dibawah tiga tahun merupakan kelompok usia dengan
tahapan perkembangan yang rentan terhadap penyakit, karena belum mampu
membentuk sistem imun yang efektif. World Health Organization (WHO)
merekomendasikan bahwa bayi usia 0-6 bulan hanya membutuhkan Air Susu Ibu
(ASI) tanpa cairan dan makanan padat apapun. Berdasarkan pusat data dan
informasi Kementerian Kesehatan RI tahun 2013 angka pemberian ASI Eksklusif
di Provinsi Banten sebesar 47,9%. Tujuan: Mengetahui hubungan pemberian ASI
dengan perkembangan bayi di Posyandu Ciputat Timur 2018 . Metode: penelitian
ini menggunakan desain Cross sectional, populasi yang diambil adalah bayi usia
6-24 bulan dan sampel diambil dengan teknik Consecutive Sampling. Analisis
statistik menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan program SPSS. Hasil:
Hasil skrining perkembangan didapatkan 79,5% perkembangan bayi sesuai dengan
usia, 18,2% perkembangan meragukan dan 2,3% delay perkembangan. Hasil uji
Kolmogorov-Smirnov nilai p= 0,987 tidak menunjukan hubungan antara pemberian
ASI terhadap perkembangan. Simpulan: Penelitian ini memperlihatkan bahwa
tidak terdapat hubungan antara pemberian ASI dengan perkembangan bayi umur 6-
24 bulan di Posyandu Ciputat Timur.
Kata Kunci : tumbuh kembang, air susu ibu, pencegahan
ABSTRACT
Umy May Sarotin. Major of Medicine. The Relation between Breastfeeding and
Development of Toddlers aged 6-24 months according to KPSP Screening Method
Background: Toddler under 3 years old are groups who have developmental
stages that are quite susceptible to various diseases because they have not been
able to form an effective immune system. World Health Organization (WHO)
recommends that infants aged 0-6 months only need breast milk without any liquid
and solid food. The rate of exclusive breastfeeding in Banten Province was 47.9%
based on the Ministry of Health's Data and Information Center Republic of
Indonesia 2013. Objective: To study the relation between breastfeeding and
development of toddlers in East Ciputat Posyandu 2018. Methods: Sample of this
research was toddler aged 6-24 months with Cross sectional methods and sampling
techniques Consecutive sampling. Statistical analysis used Kolmogorov-Smirnov
test with SPSS program. Results: The result of developmental screening is 79,5%
age-appropriate development, 18,2% dubious development, and 2,3% delay of
development. Kolmogorov-Smirnov analysis showed no relation between
breastfeeding and infant development (p = 0,987). Conclusion: This study showed
that there is no relation between breastfeeding and the development of toddlers
aged 6-24 months in East Ciputat Posyandu 2018.
Keywords : growth and development, breast milk, prevention
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL .................................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4
2.1 Landasan Teori ............................................................................................. 4
2.1.1 Perkembangan ....................................................................................... 4
2.1.1.1 Ciri-Ciri Perkembangan ............................................................... 4
2.1.1.2 Aspek Perkembangan .................................................................. 7
2.1.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan .................. 15
2.1.2 ASI ..................................................................................................... 17
2.1.2.1 Anatomi Payudara ..................................................................... 17
2.1.2.2 Fisiologi Laktasi ........................................................................ 18
2.1.2.3 Kandungan ASI ......................................................................... 20
2.1.2.4 Keuntungan Menyusui ............................................................... 22
2.1.3 Skrining Perkembangan ...................................................................... 24
2.1.3.1 Macam-Macam Skrining Perkembangan .................................. 25
ix
2.1.3.2 KPSP .......................................................................................... 26
2.1.3.3 Keuntungan KPSP ..................................................................... 27
2.1.3.4 Interpretasi Hasil KPSP ............................................................. 28
2.1.3.5 Intervensi ................................................................................... 28
2.2 Kerangka Teori ........................................................................................... 30
2.3 Kerangka Konsep ....................................................................................... 31
2.4 Definisi Operasional ................................................................................... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 35
3.1 Desain Penelitian ........................................................................................ 35
3.2 Lokasi dan Waktu penelitian ...................................................................... 35
3.3 Populasi dan Sampel .................................................................................. 35
3.3.1 Populasi ............................................................................................... 35
3.3.2 Sampel ................................................................................................. 35
3.3.2.1 Jumlah Sampel ........................................................................... 36
3.3.2.2 Kriteria Sampel .......................................................................... 37
3.4 Cara Kerja Penelitian ................................................................................. 37
3.5 Variabel yang Diteliti ................................................................................. 37
3.5.1 Variabel terikat .................................................................................... 37
3.5.2 Variabel bebas ..................................................................................... 38
3.6 Managemen Data ........................................................................................ 38
3.6.1 Instrumen Penelitian ............................................................................ 38
3.6.2 Pengumpulan Data .............................................................................. 38
3.6.3 Pengolahan, Analisa, dan Penyajian Data ........................................... 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 40
4.1 Hasil Penelitian .................................................................................... 40
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................... 40
4.2 Karakteristik Responden ...................................................................... 40
4.2.1 Sebaran Responden Berdasarkan Usia Bayi .............................. 40
4.2.2 Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Bayi ............... 40
4.2.3 Sebaran Responden Berdasarkan Pemberian ASI ...................... 41
4.2.4 Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu ........................ 41
x
4.2.5 Sebaran Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu ...................... 41
4.2.6 Sebaran Responden Berdasarkan Riwayat Persalinan ............... 42
4.2.7 Sebaran Responden Berdasarkan Status Gizi Bayi ................... 42
4.3 Hasil Skrining Perkembangan .............................................................. 42
4.4 Hubungan Antara Status ASI dengan Skor KPSP ............................... 44
4.5 Pembahasan .......................................................................................... 44
4.6 Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 49
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 50
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 50
5.2 Saran ..................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 51
LAMPIRAN .......................................................................................................... 54
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Milestone Perkembangan Kognitif Sesuai Kelompok Usia ………... 8
Tabel 2.2 Milestone Perkembangan Motorik Kasar dan Red Flag ……………. 10
Tabel 2.3 Milestone Perkembangan Motorik Halus dan Red Flag ……………. 11
Tabel 2.4 Milestone Perkembangan Personal-Sosial ………………….............. 12
Tabel 2.5 Milestone & Red Flag Perkembangan Bahasa ……………………… 14
Tabel 2.6 Komposisi Kolostrum, Susu Manusia, dan Susu Sapi ……………… 21
Tabel 2.7 Definisi Operasional …………………………………………...….... 32
Tabel 4.1 Sebaran Responden Berdasarkan Usia Bayi ………………………... 40
Tabel 4.2 Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Bayi……………… 40
Tabel 4.3 Sebaran Responden Berdasarkan Pemberian ASI ………………….. 41
Tabel 4.4 Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu ………………….... 41
Tabel 4.5 Sebaran Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu ………………….. 41
Tabel 4.6 Sebaran Responden Berdasarkan Riwayat Persalinan…………….... 42
Tabel 4.7 Sebaran Responden Berdasarkan Status Gizi Bayi ……………...…. 42
Tabel 4.8 Hasil Skrining Perkembangan …………………………………...…. 42
Tabel 4.9 Mean dan Median Hasil Skor KPSP………………………….…….. 44
Tabel 4.10Aspek Gangguan Perkembangan pada Sampel ………………....... 44
Tabel 4.11 Hubungan Antara Status ASI dengan Skor KPSP ……………..…. 44
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi Payudara ……………………………………………… 17
Gambar 2.2 Alveolus dalam Glandula Mammaria ………………………….. 19
Gambar 2.3 Refleks Pengisapan ……………………………………………. 20
Gambar 4.1 Nurturing Hypothesis, (a) proxy process ………………………. 47
Gambar 4.2 Nurturing Hypothesis, (b) medians process ……………………. 48
xiii
DAFTAR SINGKATAN
WHO World Health Organization
ASI Air Susu Ibu
KPSP Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
DHA Docosaheanoic Acid
AA Arachidonic Acid
PDQ Prescreening Developmental Questionnare
LH Luteinizing Hormone
FSH Folicle Stimulating Hormone
PIH Prolactin Inhibiting Hormone
PRH Prolactin Releasing Hormone
IMD Inisiasi Menyusui Dini
LCPUFA Long-Chain Polyunsaturated Fatty Acid
CLAMS Clinical Linguistic & Auditory Milestone Scale
CAT Cognitive Adaptive Test
PEDS Parents’ Evaluation of Developmental Status
DDST Denver Developmental Screening Test
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner KPSP …………………………………………………. 54
Lampiran 2 Hasil SPSS …………………………………………………......... 61
Lampiran 3 Dokumentasi …………………………………………………....... 62
Lampiran 4 Lembar Riwayat Penulis …………………………………………. 63
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Tahapan terpenting pada perkembangan anak adalah pada usia 3 tahun
pertama, karena perkembangan berlangsung dengan pesat. Perkembangan anak
dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Salah satu faktor eksternal adalah
faktor gizi. Unsur gizi memiliki pengaruh yang besar untuk tumbuh kembang
anak terutama dari awal kehidupannya sampai usia 12 bulan. 1
World Health Organization (WHO) merekomendasikan bahwa bayi usia 0-
6 bulan hanya membutuhkan ASI saja tanpa cairan dan makanan padat apapun
kecuali vitamin, mineral, dan obat. Hal inilah yang disebut dengan ASI
eksklusif. Dicatat bahwa pemberian ASI eksklusif pada bayi usia < 6 bulan
adalah sebanyak 40 %.2
Menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI tahun 2013,
angka pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan sebesar 54,3%. Pada
tahun 2013, rentang cakupan pemberian ASI eksklusif antar provinsi adalah
25,2-79,7% . Untuk di Provinsi Banten angka pemberian ASI eksklusif masih
cukup rendah yaitu sebesar 47,9%. 3
Untuk mengurangi masalah perkembangan, perlu dilakukan upaya
pencegahan sedini mungkin yaitu dengan melakukan deteksi dini. Salah satu
cara deteksi dini perkembangan yang sistematik dan komprehensif adalah
metode skrining. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) dikeluarkan
dengan tujuan untuk identifikasi dini perkembangan anak di tingkat terbawah
yaitu di tingkat kecamatan. KPSP dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan atau
tenaga non-kesehatan yang terlatih.4
2
Sebelumnya sudah pernah dilakukan penelitian mengenai hubungan
perkembangan bayi usia 6-12 bulan yang diberikan ASI eksklusif dan non
eksklusif di Depok tahun 2013. Dari hasil penelitian penelitian ini menunjukkan
bahwa 44,5% bayi yang diberikan ASI eksklusif mengalami perkembangan
yang sesuai. Sedangkan 27,1% yang tidak diberikan ASI eksklusif mengalami
penyimpangan perkembangan. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara pemberian ASI eksklusif dan perkembangan.
Bayi usia 6-12 bulan yang tidak diberikan ASI eksklusif berpeluang mengalami
penyimpangan perkembangan dibandingkan bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif.5
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Petryk (2007) bahwa ASI
merupakan makanan terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan karena ASI merupakan
sumber terbaik bagi Docosaheanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA).
DHA adalah komponen pembentuk otak yang penting dalam mengoptimalkan
perkembangan otak , jaringan saraf, dan jaringan penglihatan pada bayi.
Sehingga ASI akan berdampak positif terhadap perkembangan bayi. 6
Melihat dari hasil penelitian sebelumnya, rendahnya angka pemberian ASI
di Provinsi Banten, dan dirasa pentingnya ASI untuk perkembangan balita,
maka saya tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan
Pemberian ASI eksklusif dengan Perkembangan Bayi Usia 6-24 bulan menurut
Metode Skrining KPSP.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana hasil skrining perkembangan pada bayi usia 6-24 bulan
di Posyandu Ciputat Timur, Tangerang Selatan pada tahun 2018 ?
b. Bagaimana riwayat pemberian ASI pada bayi usia 6-24 bulan di
Posyandu Ciputat Timur, Tangerang Selatan pada tahun 2018 ?
c. Bagaimana hubungan pemberian ASI terhadap perkembangan bayi?
3
1.3 Tujuan dan Signifikansi Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi perbedaan perkembangan pada bayi usia 6-24
bulan yang mendapatkan ASI eksklusif dan Non ASI eksklusif
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hasil skrining perkembangan bayi usia 6-24 bulan di
Ciputat Timur.
b. Untuk mengetahui riwayat bayi usia 6-24 terhadap pemberian ASI
eksklusif bulan di Posyandu Ciputat Timur, Tangerang Selatan pada
tahun 2018
c. Untuk mengetahui faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap
perkembangan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
a. Untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang sudah dipelajari di preklinik
dan meningkatkan kemampuan diri terutama dalam bidang penelitian.
b. Untuk menyelesaikan tugas skripsi sebagai salah satu syarat dalam
memperoleh gelar sarjana kedokteran.
1.4.2 Bagi Instansi Terkait
a. Memberikan informasi mengenai angka gangguan perkembangan
terkait tidak terlaksananya pemberian ASI Eksklusif di Posyandu
Ciputat Timur , Tangerang Selatan pada tahun 2018.
b. Mengenalkan KPSP sebagai alat yang bisa digunakan untuk melakukan
skrining perkembangan pada bayi yang berkunjung ke posyandu.
1.4.2 Bagi Masyarakat Umum
a. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
melakukan deteksi dini perkembangan balita
b. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pemberian ASI
Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan
c. Untuk menurunkan angka gangguan perkembangan pada bayi akibat
tidak mendapatkan ASI Eksklusif.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Perkembangan
Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu
bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun individu.
Anak tidak hanya bertambah besar secara fisik, melainkan juga ukuran dan struktur
organ-organ tubuh dan otak.7
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan / maturasi. Perkembangan
menyangkut proses diferensiasi sel tubuh, jaringan tubuh, organ, dan sistem organ
yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi
fungsinya.7 8
2.1.1.1 Ciri-Ciri Perkembangan
Menurut Hurlock EB (1984), perkembangan anak mempunyai ciri-ciri tertentu,
yaitu :7
a. Perkembangan melibatkan perubahan
d. Terdapat perubahan pada perkembangan mental, yaitu bertambahnya fungsi
dan keterampilan.
e. Terjadi perubahan pada memori, penalaran, persepsi, dan imaginasi kreatif.
f. Kemampuan imaginasi menjadi lebih baik daripada kemampuan
penalarannya, sedangkan pada orang dewas justru sebaliknya.
g. Ciri khas perilaku bayi juga akan mengalami perubahan, seperti cara
berjalan, cara berbicara.
h. Ciri mental bertambah dewasa, sebagai hasil maturasi, proses belajar, dan
pengalaman.
5
b. Perkembangan awal lebih kritis daripada perkembangan selanjutnya
Tumbuh kembang pada awal kehidupan sangat penting, karena menentukan
perkembangan selanjutnya. Pada awal kehidupan, anak sangat rentan terhadap
faktor lingkungan.
c. Perkembangan adalah hasil dari maturasi dan proses belajar
i. Maturasi
Terbagi menjadi dua fungsi, yaitu fungsi filogenik dan fungsi ontogenik.
Fungsi filogenik adalah fungsi yang biasa terjadi pada seseorang,
sedangkan fungsi ontogenik adalah fungsi spesifik pada seseorang.
j. Belajar
Adalah perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui
pelatihan, anak akan memperoleh kompetensi dalam mengoptimalkan
potensi genetiknya.
d. Pola perkembangan dapat diramalkan
Arah perkembangan dapat diramalkan yaitu sefalokaudal dan proksimodistal.
Perkembangan motorik kasar berlangsung sefalokaudal, yaitu mulai dari daerah
kepala kemudian ke arah kaki. Contohnya adalah perkembangan pertama
dimulai dari menegakkan kepala. Perkembangan motorik halus mengikuti pola
proksimodistal. Contohnya, secara fungsional bayi dapat menggunakan
tangannya sebagai satu unit sebelum mereka dapat mengendalikan gerakan jari-
jarinya.
e. Pola perkembangan memiliki karakteristik yang dapat diramalkan
f. Terdapat perbedaan individu dalam perkembangan
Penyebab perbedaan tersebut adalah kondisi biologis dan genetik setiap anak
berbeda, tidak seorangpun anak mempunyai lingkungan yang sama, bahkan pada
kembar identik, dan perbedaan individual ini disebabkan oleh faktor internal dan
eksternal. 7
g. Terdapat periode/tahapan dalam pola perkembangan
k. Masa pranatal ( prenatal period )
Masa zigot/mudigah : konsepsi – 2 minggu
Masa embrio : 2 minggu – 8/12 minggu
Masa janin / fetus : 9/12 minggu – lahir
6
l. Masa bayi ( infancy )
Masa neonatal : 0-28 hari
Masa pascaneonatal : 29 hari – 12/15 bulan
m. Masa anak dini ( toddlerhood ) : 1-3 tahun
n. Masa prasekolah ( preschool/early childhood ) : 3-6 tahun
o. Masa sekolah
Masa praremaja : 6-11 tahun
Masa remaja :
o Masa remaja dini : 11-13 tahun
o Masa remaja pertengahan : 14-17 tahun
o Masa remaja lanjut : 17-20 tahun 8,9
h. Terdapat harapan sosial dalam setiap periode perkembangan
Harapan sosial ini dikenal juga sebagai tugas perkembangan.
- Faktor yang meningkatkan tugas perkembangan adalah
Nutrisi yang memadai
Pertumbuhan fisik yang pesat
Kekuatan dan energi diatas rata-rata
Kecerdasan diatas rata-rata
Terdapat lingkungan yang memberi kesempatan untuk belajar
Tuntunan dari orang tua dan guru dalam proses belajar
Motivasi yang kuat untuk belajar
Kreativitas disertai dengan kemauan anak untuk menjadi berbeda
- Faktor yang menghambat tugas perkembangan
Gangguan tumbuh kembang fisik dan mental
Sering sakit
Kecacatan
Tidak ada kesempatan untuk belajar
Tidak mendapatkan tuntunan belajar
Tidak ada motivasi belajar
Takut untuk menjadi berbeda
i. Setiap area perkembangan mempunyai potensi risiko.7
7
2.1.1.2 Aspek Perkembangan
a. Perkembangan Kognitif
Pertumbuhan otak tercepat terjadi pada trimester ketiga kehamilan sampai 2
tahun pertama setelah lahir. Pada masa ini, terjadi pembelahan sel-sel otak yang
pesat. Setelah itu pembelahan melambat dan terjadi pembesaran sel otak saja. Pada
usia 2 tahun, ukuran otak anak mencapai 80% dari ukuran otak dewasa.
Selanjutnya, otak akan terus berkembang setelah umur 2 tahun dengan
perkembangan yang lebih lambat.7
Masa pesat pertumbuhan jaringan otak adalah masa yang rawan. Setiap
gangguan pada masa itu akan mengakibatkan gangguan jumlah sel otak dan
mielinisasi yang tidak bisa dikejar lagi pada masa pertumbuhan berikutnya.7
Diperlukan asupan nutrisi yang baik pada masa pertumbuhan dan perkembangan
otak, agar otak dapat berkembang secara optimal. Long-Chain Polyunsaturated
Fatty Acid (LCPUFA), yang merupakan salah satu nutrisi otak yang penting,
membentuk sekitar setengah dari total lemak yang terdapat di jaringan otak. Taurin
merupakan asam amino esensial yang dibutuhkan untuk perkembangan mata dan
otak serta untuk konjugasi bilirubin. Zat Besi merupakan mikronutrien penting yang
berfungsi mencegah anemia defisiensi besi. Zat besi merupakan zat penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan kognitif anak.10
Teori perkembangan kognitif yang banyak dianut pada saat ini adalah teori
perkembangan kognitif dari Piaget. Jean Piaget membagi perkembangan kognitif
menjadi empat tahap yaitu : 11
- tahap sensorimotorik (0-24 bulan)
Anak memahami dunianya melalui gerak dan inderanya, serta mempelajari
permanensi objek. Selama tahap sensorimotor, bayi memperoleh pengetahuan
tentang benda dengan cara melakukan manipulasi. Melalui akuisisi informasi
tentang diri serta orang-orang di dalamnya, maka bayi mulai memahami
bagaimana satu hal dapat menyebabkan atau memengaruhi yang lain. Bayi juga
mengembangkan ide-ide sederhana tentang waktu dan ruang.
Lahir – 1 bulan : reaksi refleks
1-4 bulan : gerakan aktif tubuh untuk menciptakan situasi baru
8
4-10 bulan : tubuh bereaksi terhadap objek tertentu dan anak mulai
mengerti konsep bahwa tubuh merupakan bagian yang terpisah dari
lingkungan
10-12 bulan : menggunakan strategi tubuh untuk menciptakan situasi baru
12-18 bulan : menciptakan strategi baru dan dapat melakukan manipulasi
lingkungan luar objek.
18-24 bulan : menggunakan ide seperti kata-kata dan tindakan sebagai
strategi untuk menciptakan hasil yang diinginkan.
- tahap pra-operasional (2-7 tahun)
Anak mulai memiliki kecakapan motorik serta proses berpikir anak
berkembang meskipun masih dianggap jauh dari logis. Proses berpikir menjadi
internalisasi, tidak sistematis dan mengandalkan intuisi. Kemampuan
simbolisasi meningkat. Kosakata anak juga diperluas dan dikembangkan selama
tahap ini, karena mereka berubah dari bayi dan balita menjadi ‘orang kecil’.
- tahap operasional konkret (7-11 tahun)
Anak mulai berpikir secara logis tentang kejadian-kejadian konkret, proses
berpikir menjadi rasional, matang dan ‘seperti dewasa’, atau lebih ‘operasional’.
Anak dapat memusatkan berbagai aspek dari situasi secara simultan. Sudah
mengerti sebab akibat secara rasional dan sistematis.
- tahap operasional formal (11 tahun ke atas)
Kemampuan penalaran abstrak dan imajinasi pada anak telah berkembang.
Pengertian terhadap ilmu pengetahuan dan teori mendalam.11
Tabel 2.1 Milestone Perkembangan Kognitif Sesuai Kelompok Umur 12
Usia Perkembangan
0-3 bulan Mulai mengembangkan konsep, misalnya menjadi sadar akan sensasi
fisik seperti rasa lapar
Melakukan kontak mata dan menangis untuk menunjukkan kebutuhan
Senang bermain
Memasukkan mainan ke dalam mulut
9
Tabel 2.1 Milestone Perkembangan Kognitif Sesuai Kelompok Umur (Lanjutan) 12
Usia Perkembangan
3-6 bulan Meningkatnya minat terhadap lingkungannya
Menunjukkan minat terhadap mainan
Memahami sebab akibat
Berusaha meraih benda-benda yang jangkauannya agak jauh
Mengeksplorasi benda dengan menggunakan tangan dan mulut
6-9 bulan Tertarik pada bagian dari tubuhnya
Memahami objek dan tahu apa yang diharapkan dari mereka
Memahami ‘naik’ dan ‘turun’ dan membuat gerakan yang sesuai
Mencari mainan/benda yang dijatuhkan
Bergembira dengan melempar benda
Makan kue sendiri
9-12 bulan Menemukan benda yang disembunyikan
Menirukan gerakan tubuh yang mudah
Menyukai minum dengan cangkir
Bermain dengan permainan bola simpel
Perhatian pada objek permanen
12-18 bulan Membedakan bentuk dan warna
Memberi respons terhadap instruksi sederhana
Menggunakan trial and error untuk mempelajari tentang objek
18-24 bulan Menggelindingkan bola ke arah sasaran
Membantu/menirukan pekerjaan rumah tangga
Memegang cangkir sendiri
Mengetahui bagian-bagian dari tubuhnya
(Sumber : Skrining Pertumbuhan dan Perkembangan Anak,2006)
d. Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik merupakan perkembangan kontrol pergerakan badan
melalui koordinasi aktivitas saraf pusat, saraf tepi, dan otot. Perkembangan motorik
mencerminkan mielinisasi pada traktus kortikospinal, traktus piramidal dan traktus
kortikobulbar. Traktus piramidal berawal dari korteks motorik dan premotorik,
selanjutnya terhubung ke basal ganglia, melewati medula oblongata dan turun ke
bagian lateral medula spinalis. Mielin sangat penting untuk kecepatan penghantaran
rangsangan melalui sel saraf. Mielinisasi terjadi kira-kira pada umur kehamilan 32
minggu dengan kemajuan yang cepat sampai umur 2 tahun, selanjutnya proses ini
10
akan melambat sampai umur 12 tahun. Proses tersebut menyebabkan
penghambatan sistem subkortikal, termasuk reflek primitif dan meningkatkan
perkembangan respons postural dan postur berdiri, berjalan dan kontrol motorik
halus.13
Perkembangan motorik terjadi secara sefalokaudal dan proksimodistal yaitu
dimulai dari kepala kemudian bahu, badan dan pinggul. Perkembangan motorik
secara garis besar terbagi menjadi dua aspek yaitu motorik kasar (gross motor) dan
motorik halus (fine motor). Perkembangan motorik kasar merupakan aspek
perkembangan lokomasi (gerakan) dan postur (posisi tubuh). Keterampilan motorik
halus merupakan koordinasi halus pada otot-otot kecil yang memainkan suatu peran
utama untuk koordinasi halus.13
Keterampilan spesifik atau milestone perkembangan digunakan untuk menandai
kemajuan perkembangan anak. Umur saat milestone perkembangan itu terjadi bisa
juga membantu mendiagnosis perkembangan anak, apakah anak mengalami
keterlambatan perkembangan pada umur tersebut. Milestone dan red flag
perkembangan perlu dipahami agar kita mengetahui tahap-tahap perkembangan dan
mengetahui secara dini adanya gangguan perkembangan.7
Tabel 2.2 Milestone Perkembangan Motorik Kasar dan Red Flag 13
Kemampuan motorik kasar Umur rata-rata
(bulan)
Red Flag (bulan)
Berguling dari telungkup ke terlentang 3,6 6-8
Berguling dari terlentang ke telungkup 4,8 9
Duduk disokong 5,3 6
Duduk tanpa disokong 6,3 8-10
Merayap 6,7
Duduk dari posisi berbaring 7,5
Merangkak 7,8 12
Berdiri berpegangan dari posisi duduk 8,1 12
Berjalan pegangan (merambat) 8,8
Jalan tanpa pegangan 11,7 15-18
Jalan ke belakang 14,3
Berlari 14,8 21-24
(Sumber : Motor Development and Disfunction,2009)
11
Tabel 2.3 Milestone Perkembangan Motorik Halus dan Red Flag 13
Keterampilan Motorik Halus Umur Rata-
Rata (bulan)
Red Flag
(bulan)
Tidak mengepal 2,7 4
Memainkan jari ke arah garis pertengahan tubuh 3
Memindahkan benda melewati garis pertengahan tubuh 4,1 6-8
Menggenggam dengan seluruh tangan 4,7
Overhand raking grasp 5,7
Menjumput dengan 3 jari 7,8
Memilah-milah dengan jari 9,4
Menjumput dengan 2 jari 9,9 12
Melepaskan objek sesuai keinginan 11 15
Membuat titik-titik dengan krayon 11,5
Memasukkan 10 kubus dalam gelas 16
Mencorat-coret 17,5
Menumpuk 3 kubus ke atas 21,3 24
Membangun rangkaian balok secara horizontal 22,3
(Sumber : Motor Development and Disfunction, 2009)
e. Perkembangan Personal Sosial
Personal sosial adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya. Gessel (1954) menjelaskan
bahwa salah satu dari empat tugas perkembangan anak adalah personal-sosial,
sebuah istilah yang sering digunakan karena perkembangan ini menyangkut tingkah
laku individu dan sosial. Perkembangan keduanya tidak selalu seiring,
perkembangan kepribadian individu bisa tidak sejalan dengan perilaku sosial,
begitu pula sebaliknya.14
Perkembangan personal meliputi berbagai kemampuan yang dikelompokkan
sebagai kebiasaan (habit), kepribadian (personality), watak (temperament), dan
emosi (emotions). Semuanya mengalami perubahan dan perkembangan. 14
Perkembangan sosial adalah perkembangan kemampuan anak untuk berinteraksi
dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Terdapat dua teori primer yang
menjelaskan perkembangan sosial, yaitu model epigenetic dan model jejaring
12
sosial. Kedekatan atau ikatan bayi pada orang dewasa adalah subjek menuju tahap-
tahap perkembangan sosial.14
Tabel 2.4 Milestone Perkembangan Personal-Sosial 14
Umur Tahap Perkembangan Red Flags
1-3 bulan Ikatan orang tua – bayi
Mulai tersenyum dan membalas senyum
Melihat dan menatap wajah
Mendengarkan suara dan senang mendengarkan
musik
Berteriak bila senang
Bereaksi terkejut terhadap suara keras
Peka terhadap rangsangan
(irritable)
Gangguan tidur / makan
3-6 bulan Lebih menyukai ibu
Tersenyum spontan
Suka tertawa keras
Gembira saat melihat makanan
Berceloteh
Tidak adanya senyuman
menunjukkan kehilangan
visual, masalah kedekatan
atau depresi maternal
6-9 bulan Menunjukkan rasa malu dan cemas pada orang
yang tidak dikenal
Menangis bila ayah-ibu pergi
Bermain tepuk tangan / cilukba
Makan kue sendiri
10-12 bulan Berespons bila namanya dipanggil
Melambaikan tangan “da-da”
Memahami perintah sederhana
Menunjukkan kasih sayang
12-18 bulan Bermain sendiri di samping orang dewasa yang
sudah dikenal
Menunjukkan apa yang diinginkan tanpa
menangis / merengek
Memeluk orang tua
Memperlihatkan rasa cemburu
Hubungan sosial kurang,
kemungkinan mengalami
autis
13
Tabel 2.4. Milestone Perkembangan Personal-Sosial (Lanjutan) 14
Umur Tahap Perkembangan Red Flags
18-24 bulan Minum dari cangkir dengan kedua tangan
Belajar makan sendiri
Belajar bernyanyi
Menirukan aktivitas di rumah
Dapat mengeluh
Munculnya kontrol BAK
Mulai berbagi mainan dan bekerja bersama-sama
dengan anak lain
Mencium orang tua
Transisi buruk yang menetap
kemungkinan mengalami
suatu kelainan perkembangan
pervasif
(Sumber : Infancy and Toddler Years,2009)
d. Perkembangan Bahasa
Tahun pertama kehidupan sangat penting dalam perkembangan bicara anak.
Bicara merupakan kemampuan mental-motorik. Berbicara tidak hanya merupakan
koordinasi kumpulan otot-otot yang membentuk suara, melainkan juga mempunyai
aspek mental intelektual, yaitu kemampuan mengaitkan arti dengan bunyi yang
dihasilkan.19
Hemisfer kiri merupakan pusat kemampuan berbahasa pada 94% orang kinan
dan lebih dari 75% pada orang kidal. Terdapat 3 area utama pada hemisfer kiri anak
yang khusus untuk berbahasa, yaitu area Broca, kortek motorik di bagian anterior,
dan are Wernicke di bagian posterior. Informasi, yang berasal dari kortek
pendengaran primer dan sekunder diteruskan ke bagian kortek temporoparietal
posterior (area Wernicke). Informasi ini kemudian dicocokkan dengan ingatan yang
sudah disimpan sebelumnya. Jawaban ini diformulasikan dan disalurkan oleh
fasciculus arquatus ke bagian anterior otak, untuk koordinasi jawaban motorik (area
Broca). Kerusakan pada bagian posterior akan mengakibatkan kelainan bahasa
reseptif, sedangkan kerusakan di bagian anterior akan mengakibatkan kelainan
bahasa ekspresif. 15
Terdapat 5 tahapan perkembangan bahasa pada anak, yaitu
14
a. Reflective vocalization
Tangisan bayi dan vokalisasi selama 2-3 minggu pertama dalam hidupnya
bersifat reflektif dan tidak memiliki arti sama sekali.
b. Babbling
Pada umur 6-7 minggu, bayi menunjukkan reaksi terhadap suara yang
dibuatnya. Suara yang ditimbulkan bermacam-macam, mulai dari huruf
vokal, huruf konsonan dan kombinasi keduanya.
c. Lalling
Mulai dari tahap ini akan terjadi perbedaan pengembangan bahasa antara
anak tuli dan tidak tuli. Lalling adalah pengulangan suara atau kombinasi
suara yang didengar seperti “ba-ba”, “ma-ma”. Lalling biasanya mulai pada
umur sekitar 6 bulan.
d. Echolalia
Sekitar 9-10 bulan, anak bisa sudah bisa meniru (imitation) suara yang
dibuat oleh orang lain dan suara yang sering didengarnya.
e. True Speech
Sekitar umur 12-13 bulan, rata-rata anak sudah mulai berbicara.
Hal-hal yang penting dalam proses belajar bicara adalah persiapan fisik untuk
berbicara, kesiapan mental untuk berbicara, model yang baik untuk ditiru,
kesempatan untuk berpraktik, motivasi, dan bimbingan.15
Tabel 2.5 Milestone dan Red Flag Perkembangan Bahasa 15
Umur
perolehan
Keterampilan bahasa Umur
dikatakan
terlambat
Temuan abnormal atau red flag
yang perlu dilakukan assessment
Baru lahir Respons terhadap suara Segera setelah
lahir
Tidak ada respons terhadap
suara
Baru lahir Ketertarikan sosial terhadap
wajah dan orang
Segera setelah
lahir
Tidak tertarik untuk
berinteraksi dengan orang
2-4 bulan Cooing, menoleh ke arah
pembicaraan
4 bulan Tidak ada respons terhadap
setiap usaha untuk
berkomunikasi setelah umur 4
bulan
4-9 bulan Babbling (mengulang
konsonan / kombinasi vokal)
9 bulan Kehilangan kemampuan
babbling
15
Tabel 2.5. Milestone dan Red Flag Perkembangan Bahasa (Lanjutan) 15
Umur
perolehan
Keterampilan bahasa Umur
dikatakan
terlambat
Temuan abnormal atau red
flag yang perlu dilakukan
assessment
6 bulan Respons terhadap suara 9 bulan Lokalisasi terhadap arah suara
lemah atau tidak responsif
9-12 bulan Memahami perintah verbal 15 bulan Pemahaman yang lemah
terhadap perintah verbal rutin
seperti ‘da-da’
9-12 bulan Menunjuk 15 bulan Sekali-kali bisa menunjuk
untuk menyatakan
keinginannya, tetapi tidak bisa
menunjuk benda yang menarik
perhatiannya
10-16
bulan
Memproduksi kata-kata
tunggal
18 bulan Gagal menggunakan kata-kata,
gagal menambah kata-kata
baru, kehilangan kata-kata
yang sebelumnya didapat
10-16
bulan
Menunjuk bagian-bagian
tubuh, atau memahami kata-
kata tunggal
18 bulan Tidak bisa menunjuk bagian-
bagian tubuh atau tidak bisa
mengikut perintah sederhana
18-24
bulan
Memahami kalimat sederhana 24 bulan Pemahaman minimal dan
bermain simbol yang terbatas,
misalnya main boneka atau
truk
18-24
bulan
Perbendaharaan kata
meningkat pesat
30 bulan Kurang dari 30 kata-kata pada
umur 24 bulan atau kurang
dari 50 kata-kata pada umur 30
bulan
18-24
bulan
Mengucapkan kalimat yang
terdiri dari 2 kata-kata / lebih
30 bulan Gagal membuat kalimat yang
terdiri dari 2 kata-kata, ketika
perbendaharaan kata >50 kata
(Sumber : Language Disorder, 2003)
2.1.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang
Secara umum terdapat 2 faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh
kembang anak yaitu:
16
a. Faktor genetik (intrinsik)
Merupakan modal dasar dan mempunyai peran utama dalam mencapai hasil
akhir proses tumbuh kembang anak. Pertumbuhan ditandai oleh intensitas
dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap
rangsangan, umur pubertas, dan berhentinya pertumbuhan tulang. Yang
termasuk faktor genetik adalah berbagai faktor bawaan normal dan
patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Potensi genetik yang baik
bila berinteraksi dengan lingkungan yang positif akan membuahkan hasil
yang optimal.7
b. Faktor lingkungan (ekstrinsik)
Lingkungan biofisikopsikososial pada masa pascanatal yang mempengaruhi
tumbuh kembang anak secara umum dapat digolongkan menjadi :
f. Faktor biologis
Meliputi ras, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan,
kerentanan terhadap penyakit, kondisi kesehatan kronis, fungsi
metabolisme dan hormon. Dari faktor biologis ini, yang akan lebih
banyak dibahas di sini adalah tentang faktor gizi.
Makanan memegang peran penting dalam tumbuh kembang anak.
Kebutuhan anak berbeda dari orang dewasa, karena makanan bagi
anak selain untuk aktivitas sehari-hari, juga untuk pertumbuhan dan
perkembangan. ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik
pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan
pertama. ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama
bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang optimal.
g. Faktor Lingkungan fisik
Meliputi cuaca serta keadaan geografis suatu daerah, sanitasi, keadaan
rumah, dan radiasi.
h. Faktor psikososial
Meliputi stimulasi, motivasi belajar, ganjaran atau hukuman yang
wajar, kelompok sebaya, stress, sekolah, cinta dan kasih sayang, dan
kualitas interaksi anak-orang tua.
17
i. Faktor keluarga dan adat istiadat
Meliputi pekerjaan / pendapatan keluarga, pendidikan orang tua,
jumlah saudara, jenis kelamin dalam keluarga, stabilitas rumah
tangga, kepribadian orang tua, pola pengasuhan, adat istiadat / norma,
agama, urbanisasi, dan kehidupan politik.7
2.1.2 ASI
2.1.2.1 Anatomi Payudara
Payudara berada di regio pectoralis. Meskipun ukuran payudara bervariasi,
normalnya payudara wanita terletak di kosta 2-6 diatas musculi pectoralis mayor
dan seratus anterior. Selapis jaringan ikat kendor (spatium retromammaria)
memisahkan payudara dari fascia profundus dan memungkinkan sedikit pergerakan
terhadap struktur-struktur dibawahnya. Tiap glandula mammaria terletak di
superolateral. Bagian glandula membentuk ekor di regio axillaris. Posisi puting
(nipel) dan aerola mammae bervariasi tergantung ukuran payudara.16
Payudara terdiri dari glandula mammaria, kulit ,dan jaringan ikat. Glandula
mammaria adalah modifikasi dari glandula sebasea yang terletak di dalam fascia
superficialis, anterior dari musculi pectoralis dan dinding anterior thoraks. Glandula
mammaria terdiri dari duktus dan lobuli sekretorius yang mengumpul berisi 15-20
ductus lactiferi yang masing masing alirannya menuju puting payudara.16
Duktus dan lobuli glandula mammaria dikelilingi oleh suatu stroma jaringan
ikat yang berkembang dengan baik. Pada region tertentu, stroma ini memadat
membentuk suatu ligament yang jelas yaitu ligament suspensoria mammaria yang
bersinambung dengan kulit dan menyangga payudara.16
Gambar 2.1 Anatomi Payudara 17
(Sumber : Tortora ,2012 )
18
Pada wanita yang tidak menyusui, komponen predominan payudara adalah
jaringan lemak, sedangkan pada wanita menyusui jaringan glandula lebih dominan
dibanding jaringan lemaknya.16
2.1.2.2 Fisiologi Laktasi
Banyak hormon yang diperlukan untuk perkembangan payudara yang
sempurna. Secara umum, estrogen berperan untuk proliferasi duktus, progesteron
untuk perkembangan lobules dan oksitosin menyebabkan kontraksi sel mioepitel
yang melapisi dinding duktus yang berfungsi untuk mengeluarkan susu melalui
putting payudara.18
Selama kehamilan, estrogen kadar tinggi mendorong perkembangan ekstensif
duktus, sementara progesteron kadar tinggi merangsang pembentukan alveolus-
lobulus. Peningkatan konsentrasi prolaktin (suatu hormon hipofisis anterior yang
dirangsang oleh kadar estrogen) dan human chorionic somatomammotropin (hCS,
suatu hormon plasenta yang memiliki struktur serupa dengan hormone
pertumbuhan dan prolaktin) juga ikut berperan dalam perkembangan kelenjar
mammaria dengan menginduksi sintesis enzim-enzim yang dibutuhkan untuk
memproduksi susu.19
Sebagian besar perubahan di payudara terjadi pada paruh pertama kehamilan
sehingga pada pertengahan kehamilan kelenjar mammaria telah mampu
menghasilkan susu. Namun sekresi susu tidak terjadi sampai hingga persalinan.
Konsentrasi estrogen dan progesteron yang tinggi selama paruh terakhir kehamilan
mencegah laktasi dengan menghambat efek stimulatorik prolaktin. Prolaktin adalah
perangsang utama sekresi susu.19
Setelah plasenta dikeluarkan pada saat persalinan, kadar estrogen dan
progesterone dalam darah turun mendadak. Turunnya estrogen dalam darah
mencetuskan laktasi. Prolaktin dan estrogen sinergis dalam menyebabkan
pertumbuhan payudara, tetapi estrogen melawan efek pembentukan susu pada
payudara yang ditimbulkan oleh prolaktin.18
Produksi susu dimulai sesudah persalinan, dua hormon yang berperan penting
dalam mempertahankan laktasi yaitu prolaktin (meningkatkan sekresi susu) dan
oksitosin (menyebabkan ejeksi susu). Bayi tidak dapat langsung mengisap susu
keluar dari lumen alveolus. Susu harus secara aktif diperas keluar alveolus dan
19
masuk ke duktus, dan menuju ke arah puting payudara oleh kontraksi sel-sel
mioepitel.19
Pengisapan payudara oleh bayi merangsang ujung saraf sensorik di puting,
menimbulkan potensial aksi yang merambat naik melalui korda spinalis ke
hipotalamus. Hipotalamus setelah diaktifkan memicu pengeluaran oksitosin dari
hipofisis posterior.Oksitosin kemudian merangsang kontraksi sel mioepitel di
payudara untuk menyebabkan ejeksi susu. Ejeksi susu ini hanya berlanjut selama
bayi menyusu. Dengan cara ini, refleks ejeksi susu menjamin bahwa payudara
hanya mengeluarkan susu saat dibutuhkan dan dalam jumlah yang dibutuhkan
bayi.19
Pengisapan tidak saja memicu pelepasan oksitosin, tetapi juga merangsang
produksi prolaktin. Pengeluaran prolaktin oleh hipofisis anterior dipengaruhi oleh
dua sekresi hipotalamus yaitu prolactin-inhibiting hormone (PIH) dan prolactin-
releasing hormone (PRH). PIH sekarang diketahui merupakan dopamine yang juga
berfungsi sebagai neurotransmitter di otak. Sifat kimiawi PRH belum diketahui
dengan pasti, tetapi para ilmuwan mencurigai PRH sebagai oksitosin yang
dikeluarkan oleh hipotalamus ke dalam system porta hipotalamus-hipofisis untuk
merangsang sekresi prolaktin oleh hipofisis anterior. Peran oksitosin ini berbeda
dengan oksitosin yang dihasilkan oleh hipotalamus dan disimpan di hipofisis
posterior.19
Gambar 2.2 Alveolus dalam Glandula Mammaria 19
(Sumber : Sherwood, 2016)
20
Gambar 2.3 Refleks pengisapan 19
(Sumber : Sherwood, 2016)
2.1.2.3 Kandungan ASI
ASI mengandung komponen makro dan mikro nutrien. Yang termasuk makro
nutrien adalah karbohidrat, protein, dan lemak, sedangkan mikro nutrien adalah
vitamin dan mineral. Air susu ibu hampir 90% nya terdiri dari air. Volume dan
komposisi nutrien ASI berbeda untuk setiap ibu bergantung dari kebutuhan bayi.
21
Perbedaan volume dan komposisi di atas juga terlihat pada masa menyusui
(kolostrum, ASI transisi, ASI matang, dan ASI pada saat penyapihan). Kandungan
zat gizi ASI awal dan akhir pada setiap ibu yang menyusui juga berbeda.20
Kolostrum yang diproduksi hari 1-5 menyusui kaya akan zat gizi terutama
protein. ASI transisi mengandung banyak lemak dan gula susu (laktosa). ASI yang
berasal dari ibu yang melahirkan bayi kurang bulan (prematur) mengandung tinggi
lemak dan protein, serta rendah laktosa dibanding ASI yang berasal dari ibu yang
melahirkan bayi cukup bulan. Pada saat penyapihan kadar lemak dan protein
meningkat seiring bertambah banyaknya kelenjar payudara. Walaupun kadar
protein, laktosa, dan nutrien yang larut dalam air sama pada setiap kali periode
menyusui, tetapi kadar lemak meningkat.20
Jumlah total produksi ASI dan asupan ke bayi bervariasi untuk setiap waktu
menyusui dengan jumlah berkisar antara 450-1200 ml dengan rerata antara 750-850
ml per hari. Banyaknya ASI yang berasal dari ibu yang mempunyai status gizi buruk
dapat menurun sampai jumlah hanya 100-200 ml per hari.20
ASI mengandung air sebanyak 87,5%, oleh karena itu bayi yang mendapat
cukup ASI tidak perlu lagi mendapat tambahan air walaupun berada di tempat yang
mempunyai suhu udara panas. Kekentalan ASI sesuai dengan saluran cerna bayi,
sedangkan susu formula lebih kental dibandingkan ASI. Hal tersebut yang dapat
menyebabkan terjadinya diare pada bayi yang mendapat susu formula.20 21
Tabel 2.6 Komposisi Kolostrum, Susu Manusia, dan Susu Sapi 18
(satuan adalah berat per desiliter) Komponen Kolostrum Susu Manusia Susu Sapi
Air, g … 88 88
Laktosa, g 5.3 6,8 5,0
Protein, g 2,7 1,2 3,3
Kasein : Laktabumin … 1:2 3:1
Lemak, g 2,9 3,8 3,7
Asam linoleat … 8,3% lemak 1,6% lemak
Natrium, mg 92 15 58
Kalium, mg 55 55 138
Klorida, mg 117 43 103
Kalsium, mg 31 33 125
Magnesium, mg 4 4 12
22
Tabel 2.6. Komposisi Kolostrum, Susu Manusia, dan Susu Sapi (Lanjutan) 18
Komponen Kolostrum Susu Manusia Susu Sapi
Fosfor, mg 14 15 100
Besi, mg 0,09 0,15 0,10
Vit A, µg 89 53 34
Vit D, µg … 0,03 0,06
Tiamin, µg 15 16 42
Riboflavin, µg 30 43 157
Asam Nikotinat, µg 75 172 85
Asam Askorbat, mg 4,4 4,3 1,6
(Sumber : Ganong. 2012)
2.1.2.4 Keuntungan Menyusui
Secara teori, manfaat menyusui tak hanya tentang kandungan ASI tapi juga
meningkatkan kedekatan hubungan antara ibu dan anak. Menyusui dapat
meningkatkan hubungan antara ibu dan anaknya. Saat menyusui terjadi kontak
langsung (skin to skin) yang menunjukkan peningkatan nilai tanda vital terutama
kontak langsung setelah melahirkan yaitu proses IMD (Inisiasi Menyusui Dini).
Menyusui juga mengontrol berapa banyak makanan yang dikonsumsi oleh bayi,
yang mana dapat menurunkan angka obesitas pada bayi.22
2.1.2.4.1 Keuntungan menyusui bagi bayi
Anak yang mendapatkan ASI jauh lebih matang, lebih asertif, dan
memperlihatkan progresifitas yang lebih baik pada skala perkembangan dibanding
mereka yang tidak mendapatkan ASI.23 Kandungan ASI yang dapat mempengaruhi
perkembangan adalah :
a. Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah
satu sumber energi untuk otak.
b. ASI mempunyai jenis asam amino yang lebih lengkap dibandingkan susu
sapi. Salah satu contohnya adalah asam amino taurin. Taurin diperkirakan
mempunyai peran pada perkembangan otak karena asam amino ini banyak
ditemukan pada jaringan otak yang sedang berkembang.
c. Kadar lemak yang tinggi pada ASI dibutuhkan untuk mendukung
pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. Lemak omega 3 dan
23
omega 6 yang berperan pada perkembangan otak bayi banyak ditemukan
pada ASI. Di samping itu ASI juga mengandung banyak asam lemak rantai
panjang diantaranya asam dokosaheksanoik (DHA) dan asam arakidonat
(AA) yang berperan terhadap perkembangan jaringan saraf dan retina
mata.20
Selain nutrien, susu mengandung sejumlah sel imun, antibodi, dan bahan kimia
lain yang melindungi bayi dari infeksi hingga ia mampu membentuk sendiri respon
imun yang efektif. Semua bayi manusia mendapat imunitas pasif selama gestasi
oleh antibodi yang menembus plasenta dari ibu kepada janinnya. Namun antibodi-
antibodi ini berumur pendek dan tidak dapat menetap hingga bayi dapat membentuk
sendiri pertahanan imunologis. Bayi yang mendapat ASI memperoleh perlindungan
tambahan melalui berbagai mekanisme :
a. ASI mengandung banyak sel imun-limfosit T dan B, makrofag, serta
neutrofil yang menghasilkan antibodi dan langsung menghancurkan
mikroorganisme patogenik. Sel-sel ini sangat banyak terdapat dalam
kolostrum.
b. IgA sekretorik, suatu jenis khusus antibiotik, terdapat dalam jumlah besar
di ASI. IgA sekretorik terdiri dari dua molekul antibodi IgA yang
disatukan oleh komponen sekretorik yang membantu melindungi antibodi
dari destruksi oleh getah lambung bayi yang asam dan enzim-enzim
pencernaan. Koleksi antibodi IgA yang diterima oleh bayi yang mendapat
ASI ditujukan secara spesfik terhadap patogen tertentu di lingkungan ibu
dan karenanya merupakan lingkungan bayi itu juga.
c. Sebagian komponen dalam susu ibu, misalnya mucus melekat ke
mikroorganisme berbahaya, mencegah mereka melekat dan menembus
mukosa usus.
d. Laktoferin adalah konsituen susu ibu yang menghambat pertumbuhan
bakteri dengan mengurangi ketersediaan zat besi.
e. Faktor bifidus pada susu ibu mendorong multiplikasi mikroorganisme
non-patogen Lactobacillus bifidus di saluran cerna bayi. Pertumbuhan
bakteri ini membantu mendesak pertumbuhan bakteri patogen.
24
f. Komponen-komponen lain dalam air susu ibu mendorong pematangan
sistem pencernaan bayi.19
2.1.2.4.2 Keuntungan menyusui bagi ibu
Menyusui juga menguntungkan bagi ibu. Pelepasan oksitosin yang dipicu
oleh menyusui mempercepat involusi uterus. Selain itu, pengisapan oleh bayi
menekan daur menstruasi karena prolactin menghambat konsentrasi GnRH,
sehingga sekresi LH dan FSH juga tertekan. Karena itu, laktasi cenderung
mencegah ovulasi, menurunkan kemungkinan kehamilan berikutnya.19
2.1.3 Skrining Perkembangan
Lima tahun pertama kehidupan seorang anak merupakan masa kritis
perkembangan karena pada masa ini terbentuknya dasar-dasar kepribadian
manusia, kemampuan pengindraan, berpikir, keterampilan bahasa, dan bertingkah
laku sosial. Untuk mengurangi masalah perkembangan, perlu dilakukan upaya
pencegahan sedini mungkin yaitu dengan melakukan deteksi dini. Salah satu cara
deteksi dini perkembangan yang mudah dan cepat tetapi sistematik dan
komprehensif adalah dengan metode skrining. Skrining terhadap perkembangan
anak dapat dilakukan secara informal dan formal.24
Skrining bisa dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya saat
pemeriksaan rutin ataupun saat berobat. Namun pada praktiknya hanya sebagian
dokter atau tenaga kesehatan yang rutin melakukan skrining perkembangan. Hal ini
bisa disebabkan oleh keterbatasan waktu, pengetahuan, dan keterampilan dalam
melakukan skrining. Untuk mengurangi pengeluaran waktu dan biaya yang tidak
perlu, tahap awal skrining dapat dilakukan oleh perawat atau tenaga medis yang
terlatih dengan menggunakan kuesioner pra skrining kemudian ditentukan anak
mana yang memerlukan evaluasi secara formal.25
Ada beberapa kuesioner yang telah di standarisasi seperti Kuesioner Pra
Skrining Perkembangan (KPSP), DENVER, Clinical Linguistic & Auditory
Milestone Scale (CLAMS), Cognitive Adaptive Test (CAT), Parents’ Evaluation of
Developmental Status (PEDS), dsb.25 Penelitian ini menggunakan KPSP, sehingga
KPSP akan dibahas dalam bagian tersendiri.
25
2.1.3.1 Macam-Macam Kuesioner Perkembangan
2.1.3.1.1 DENVER II
Salah satu skrining formal yang telah banyak digunakan oleh profesi
kesehatan di dunia termasuk Indonesia adalah Denver II yang merupakan revisi dari
Denver Development Screening Test (DDST).29 Untuk dokter anak, minimal harus
menguasai skrining perkembangan Denver II. Skrining perkembangan Denver II
dilakukan pada anak umur <6 tahun, berisi 125 gugus tugas yang disusun dalam
formulir menjadi 4 sektor yaitu sosial personal (penyesuaian diri dengan
masyarakat dan perhatian terhadap kebutuhan perorangan), motor halus adaptif
(koordinasi mata tangan, memainkan, dan menggunakan benda-benda kecil),
bahasa (mendengar, mengerti dan menggunakan bahasa), dan motorik kasar
(duduk, jalan, melompat dan gerakan umum otot besar).25
Hasil interpretasi Denver II dinyatakan normal apabila tidak ada
keterlambatan dan atau paling banyak satu peringatan. Lakukan ulangan pada
kontrol berikutnya. Hasil interpretasi dinyatakan suspek apabila didapatkan ≥2
peringatan dan/atau ≥1 keterlambatan. Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu untuk
menghilangkan faktor sesaat seperti rasa takut, keadaan sakit atau kelelahan.28
Dinyatakan hasil tidak dapat diuji apabila ada skor menolak pada ≥ 1 uji
coba terletak disebelah kiri garis umur atau menolak pada > 1 uji coba yang
ditembus garis umur pada daerah 75-90%. Dinyatakan hasil uji ulang dalam 1-2
minggu apabila ulangan hasil pemeriksaan didapatkan suspek atau tidak dapat diuji,
maka dipikirkan untuk dirujuk (referral consideration).25
2.1.3.1.2 Clinical Linguistic & Auditory Milestone Scale (CLAMS) dan
Cognitive Adaptive Test (CAT)
Salah satu metode yang dapat menilai kemampuan bahasa dan kemampuan
kognitif untuk anak sampai umur 3 tahun adalah dengan the Capute Scale, yang
terdiri dari Clinical Linguistic & Auditory Milestone Scale (CLAMS) dan Cognitive
Adaptive Test (CAT). Kedua metode ini dikembangkan oleh dr Arnold J Capute
sejak tahun 1960 di John Hopkins Hospital kemudian dilanjutkan oleh John F
Kennedy Institute. Pertama kali dipublikasikan pada tahun 1973. Uji CAT dan
26
CLAMS dilakukan pada usia 1-12 bulan (interval 1 bulan), 14, 16, 18, 21, 24, 30,
dan 36 bulan.26
CLAMS digunakan untuk menilai kemampuan bahasa ekspresif dan
reseptif. Kemampuan bahasa ekspresif ditanyakan kepada orang tua atau pengasuh.
Kemampuan bahasa reseptif dinilai dari keterangan orang tua dan kemampuan yang
ditunjukkan oleh anak di depan pemeriksa. CAT digunakan untuk menilai
kemampuan visual motor yang merupakan salah satu indikator kemampuan kognitif
anak.27
2.1.3.1.3 Parents’ Evaluation of Developmental Status (PEDS)
Glascoe mengembangkan metode Parents’ Evaluation of Developmental
Status (PEDS) yaitu kuesioner yang dapat diselesaikan dalam 5 menit, membantu
dokter menggali keluhan orang tua mengenai gangguan perkembangan perilaku
putra putrinya. PEDS dapat mendeteksi anak yang memiliki risiko maupun anak
yang tidak memiliki risiko terhadap gangguan perkembangan dan tingkah laku serta
dapat membantu mengetahui kebutuhan psikososial anak dan keluarganya.25
Praskrining perkembangan dengan metode PEDS dapat digunakan pada
anak dari sejak lahir sampai pada umur 8 tahun. Sensitivitas tinggi dan
mengidentifikasi 74-80% anak-anak yang menderita kelainan dengan pemeriksaan
skrining perkembangan standar. Spesifisitas 70-80% anak-anak tanpa gangguan
diidentifikasi mempunyai perkembangan yang normal.25
Mempunyai lembar catatan longitudinal yang dapat digunakan untuk
kegiatan promosi dan pemantauan. PEDS telah distandarisai pada 971 keluarga
dari berbagai latar belakang termasuk ekonomi dan ras. PEDS mudah dikerjakan
oleh oleh tenaga profesional atau petugas administrasi dan hanya memerlukan
latihan minimal.25
2.1.3.2 Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
Frankenburg dkk mengembangkan prescreening developmental
questionnaire (PDQ) yang dikembangkan dari skrining Denver developmental
screening test (DDST). Formulir PDQ ini telah diterjemahkan dan dimodifikasi
oleh tim Depkes RI pada tahun 1996, dikenal sebagai Kuesioner Praskrining
Perkembangan (KPSP). Kuesioner ini direkomendasikan oleh Depkes RI untuk
27
digunakan di tingkat pelayanan kesehatan primer sebagai salah satu upaya deteksi
dini tumbuh kembang anak. Depkes RI pada tahun 2005 mengeluarkan revisi buku
deteksi dini tumbuh kembang yang bertujuan identifikasi dini perkembangan anak
ditingkat terbawah, yaitu tingkat kecamatan, berupa kuesioner praskrining
perkembangan (KPSP). Metode KPSP ini bertujuan untuk mengetahui
perkembangan seorang anak apakah sesuai dengan usianya ataukah ditemukan
kecurigaan penyimpangan, KPSP dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan ataupun
tenaga non kesehatan yang terlatih.26
Jadwal skrining / pemeriksaan KPSP adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18,
21, 24, 27, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan. Jika anak belum mencapai umur
skrining tersebut, maka diminta untuk datang kembali pada umur skrining yang
terdekat untuk pemeriksaan rutin. Misalnya bayi umur 7 bulan, maka diminta
datang kembali untuk skrining pada umur 9 bulan. Apabila orang tua datang dengan
keluhan ada masalah pada tumbuh kembang anak, maka pemeriksaan
menggunakan KPSP untuk umur skrining terdekat yang lebih muda. 28
Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun anak
lahir. Bila umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh bayi
umur 3 bulan 16 hari, maka dibulatkan menjadi 4 bulan. Apabila umur bayi 3 bulan
15 hari maka dibulatkan menjadi 3 bulan.28
Kuesioner KPSP berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan
perkembangan yang telah dicapai oleh anak. KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan
yaitu pertanyaan yang bisa dijawab oleh ibu / pengasuh anak dan pertanyaan yang
memerintahkan melakukan intervensi terhadap anak. Setiap pertanyaan hanya ada
1 jawaban yaitu ya atau tidak.28
2.1.3.3 Keuntungan KPSP
Kuesioner PraSkrining Perkembangan (KPSP) adalah alat yang dikeluarkan
oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia bekerja sama dengan Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2005. Kuesioner praskrining perkembangan
itu berisi pertanyaan mengenai perkembangan yang sudah dicapai anak sesuai
dengan usianya.26
28
Kuesioner ini dipilih karena penggunaannya mudah, dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan atau tenaga non kesehatan yang terlatih. Selain itu pengisian
kuesioner ini cepat, karena hanya terdiri dari 10 pertanyaan dan jawabannya hanya
ya atau tidak. Sehingga KPSP sangat cocok digunakan dan diterapkan pada
pelayanan kesehatan dasar.26
2.1.3.4 Hasil Interpretasi KPSP
a. Hitunglah berapa jawaban YA
o Jawaban YA : apabila ibu / pengasuh anak menjawab anak bisa atau
pernah atau sering atau kadang-kadang melakukannya.
o Jawaban TIDAK: apabila ibu / pengasuh anak menjawab anak belum
pernah melakukan atau tidak pernah atau tidak tahu.
b. Jumlah jawaban YA
o 9 atau 10 maka perkembangan anak sesuai dengan tahap
perkembangannya (S)
o 7 atau 8 maka perkembangan anak meragukan (M)
o 6 atau kurang maka kemungkinan ada penyimpangan (P)
c. Untuk jawaban TIDAK, perlu dirinci jumlah jawaban tidak menurut jenis
keterlambatannya (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi
dan kemandirian).29
2.1.3.5 Intervensi
a. Bila jawaban KPSP : Ya 9-10
Artinya perkembangan anak sesuai dengan umurnya (S)
o Beri pujian untuk ibu
o Teruskan pola asuh
o Teruskan stimulasi sesuai dengan tahap perkembangan berikut
o Ikutkan anak di Posyandu, BKB, PADU
b. Bila jawaban KPSP : Ya 7-8
Artinya perkembangan meragukan (M)
o beri dukungan ibu
o ajarkan ibu cara stimulasi sesuai kelompok umur
29
o cari kemungkinan penyakit yang menyebabkan penyimpangan
perkembangan
o ulangi setelah 2 minggu kemudian dengan KPSP sesuai umur anak
Jika hasil ulangan “YA” tetap 7-8 , maka kemungkinan ada penyimpangan
Rujuk ke RS terdekat
c. Bila jawaban YA : 6 atau kurang
Kemungkinan ada penyimpangan (P)
o Segera rujuk ke Rumah Sakit
o Tulis jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan (misalnya : gerak
kasar, gerak halus, bicara & bahasa, sosial dan kemandirian).29
30
2.2 Kerangka Teori
Faktor internal Faktor eksternal
Genetik gizi Lingkungan fisik Psikososial keluarga ASI
Sering melatih
perkembangan
bayi
DHA AA
Asam lemak utama
pada otak dan retina
Mengoptimalkan
perkembangan otak
Mengoptimalkan
jaringan saraf
Mengoptimalkan
penglihatan bayi
Pola
asuh
Motivasi
belajar
stimulasi Aman dan
nyaman untuk
bayi dapat
mengoptimalkan
perkembangan
nya
Perkembangan
sesuai dengan usia
Menentukan
intensitas
dan
kecepatan
pembelahan
sel serta
derajat
sensitivitas
jaringan
terhadap
rangsangan Motorik kasar
Motorik halus
Personal Sosial
Bahasa
Dipengaruhi oleh
Tingkat pendidikan
ibu
Pekerjaan ibu
Pertumbuhan
optimal
KH Protein Lemak
31
2.3 Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Perkembangan
sesuai usia
Skrining
perkembangan
menggunakan
KPSP
ASI Eksklusif
ASI Non Eksklusif
Perkembangan
meragukan
Perkembangan
terhambat
Riwayat Pemberian ASI
Usia Bayi
Jenis Kelamin Bayi
Pendidikan Ibu
Pekerjaan Ibu
Riwayat Persalinan
Status Gizi
Variabel yang tidak diteliti
Variabel yang diteliti
32
2.4 Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Jenis
Data
1 Perkembangan
( dependen )
bertambahnya
kemampuan
(skill) struktur
dan fungsi tubuh
yang lebih
kompleks, dalam
pola yang teratur
dan dapat
diramalkan,
sebagai hasil dari
proses
pematangan /
maturasi
Kuesioner skor didapat
dari 10
pertanyaan
yang menilai
dari 4 aspek
yaitu : motorik
kasar, motorik
halus, bahasa,
dan personal
sosial
Sesuai : Skor 9-
10
Meragukan :
Skor 7-8
Penyimpangan
: Skor 6 atau
kurang 29
Ordinal
2 ASI
( independen )
Air Susu Ibu Kuesioner Dengan cara
menanyakan
riwayat
pemberian
ASI pada bayi
selama usia 0-
6 bulan
ASI Eksklusif :
selama usia 0-6
bulan, bayi
hanya diberi
makan ASI
ASI Non
Eksklusif :
selama usia 0-6
bulan, bayi
diberi makanan
lain selain ASI
Nominal
3 Usia Bayi Usia responden
saat dilakukan
wawancara
Kuesioner Dengan cara
menanyakan
usia bayi ke
ibu atau
pengasuh
Sesuai data
pada kuesioner
1. 6-12 bulan
2. 13-24 bulan
Ordinal
33
Tabel 2.4 Definisi Operasional (lanjutan)
No Variabel Definisi
Operasional
Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Jenis Data
3 Jenis Kelamin Jenis Kelamin
responden yang
ditentukan pada
saat kelahiran
Kuesioner Dengan cara
menanyakan
jenis kelamin
bayi kepada
ibu atau
pengasuh
Sesuai pada
data kuesioner
1. Laki-laki
2. Perempuan
Nominal
4 Pekerjaan Ibu Pekerjaan Ibu Kuesioner Dengan cara
menanyakan
kepada ibu
atau pengasuh
tentang
pekerjaan ibu
bayi
Sesuai pada
data kuesioner
1. Ibu Rumah
Tangga
2. Swasta
3. PNS
Nominal
5 Pendidikan Ibu Riwayat
pendidikan
terakhir ibu
Kuesioner Dengan cara
menanyakan
kepada ibu
atau pengasuh
tentang
riwayat
pendidikan
terakhir ibu
Sesuai pada
data kuesioner
1. SD
2. SMP
3. SMA
4. Diploma
5. S1
Nominal
6 Riwayat
Persalinan
Riwayat
persalinan atau
proses kelahiran
bayi
Kuesioner Dengan cara
menanyakan
kepada ibu
atau pengasuh
tentang
riwayat
persalinan atau
kelahiran bayi
Sesuai data
pada kuesioner
1. Caesar
2. pervaginam
Nominal
34
Tabel 2.4 Definisi Operasional (lanjutan)
No Variabel Definisi
Operasional
Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Jenis Data
7 Status Gizi Ukuran
keberhasilan
dalam
pemenuhan
nutrisi untuk anak
yang di
indikasikan oleh
berat badan dan
tinggi badan
-Kuesioner
-Infantometri
-Timbangan
dacin
-Alat
pengukur
panjang
badan
-Kurva
WHO
Dengan cara
menimbang
bayi pada alat
infantometri
atau
timbangan
dacin
kemudian
mengukur
panjang badan
bayi. Hasil
berat badan
dan panjang
badan bayi di
masukkan
dalam kurva
WHO
Sangat Kurus :
Z skor <-3
Kurus : Z skor -
3 sampai -2
Normal : Z skor
-2 sampai +2
Overweight : Z
skor >+2
Obesitas : Z
skor > +3 30
Ordinal
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian menggunakan jenis penelitian analitik kategorik dengan desain
penelitian potong lintang untuk mengetahui hubungan pemberian ASI dengan
perkembangan bayi di Posyandu Ciputat Timur.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Posyandu yang bernaung di bawah Puskesmas Ciputat
Timur yaitu Posyandu di Kelurahan Cempaka Putih dan Rempoa, Kecamatan
Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten , Jawa Barat.
3.2.2 Waktu
Pengambilan data dimulai dari bulan Januari-April 2018 dengan menggunakan data
primer berupa kuesioner yang ditanyakan langsung kepada subjek penelitian.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi penelitian adalah bayi usia 6-24 bulan yang mendapatkan ASI di
kelurahan Cempaka Putih dan Rempoa, Ciputat Timur. Peneliti memilih
usia 6-24 bulan karena ingin melihat hasil dari pemberian ASI saat usia 0-6
bulan dan diketahui bahwa 2 tahun pertama setelah lahir terjadi pembelahan
sel-sel otak yang pesat dan setelah usia 2 tahun pembelahan melambat dan
terjadi pembesaran sel otak saja.
3.3.2. Sampel
Cara pemilihan sampel dengan menggunakan non probability sampling
yaitu consecutive sampling. Consecutive Sampling merupakan cara
pemilihan sampel yang semua responden yang datang dan memenuhi
36
kriteria pemilihan dimasukan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang
diperlukan terpenuhi.
3.3.2.1 Jumlah Sampel
Perkiraan besar sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus besar sampel penelitian analisa kategorik tidak berpasangan31 32 yaitu
sebagai berikut :
𝑁1 = 𝑁2 =(𝑍𝛼√2𝑃𝑄 + 𝑍𝛽√𝑃1𝑄1 + 𝑃2𝑄2)2
(𝑃1 − 𝑃2)2
N : jumlah sampel penelitian
Zα : derivate baku alfa
Zβ : derivate baku beta
P1 : proporsi pada berisiko
Q1 : 1-P1
P2 : Proporsi pada kelompok tidak terpajan/ control 50%
Q2 : 1-P2
P : Proporsi total 𝑃1+𝑃2
2
Q : 1-P
P1-P2 : perbedaan proporsi minimal yg dianggap bermakna
Jadi,
Zα = 1,96 (kesalahan 5%)
Zβ = 0,84 (kekuatan 20%)
P1 = 0,46 32
P2 = 0,13 32
Q1 = 1-P1 = 1-0,46 = 0,54
Q2 = 1-P2 = 1-0,13 = 0,87
P = 𝑃1+𝑃2
2=
0,46+0,13
2=
0,59
2= 0,295
Q = 1-P = 1-0,295 = 0,705
Berdasarkan persamaan tersebut, maka total untuk sample penelitian didapatkan
hasil sebagai berikut:
37
𝑁 ={ √1,96 (0,295)(0,705) + √0,84(0,46)(0,54)+(0.13)(0,87)}2
(0,46 − 0,13)2= 23
N = 23 di masing masing kelompok
Sehingga total sampel adalah 46 bayi.
3.3.2.2 Kriteria Sampel
3.3.2.2.1 Kriteria Inklusi
o Bayi dengan kriteria berumur 6-24 bulan saat pengambilan data
o Bayi mendapatkan ASI
o Ibu bayi bersedia
3.3.2.2.2 Kriteria eksklusi
o Bayi dengan cacat fisik bawaan
o Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
o Sakit berat
o Prematur
3.4 Cara Kerja Penelitian
Persiapan Penelitian
Menentukan tempat melakukan penelitian
Pemilihan subjek penelitian berdasarkan kriteria
inklusi dan kriteria eksklusi
Pengisian kuesioner
Analisa data dan penyusunan laporan
Kesimpulan
38
3.5 Variabel yang Diteliti
3.5.1 Variabel terikat
Perkembangan bayi
3.5.2 Variabel bebas
Jenis pemberian ASI kepada bayi (ASI eksklusif dan non eksklusif)
3.6 Manajemen Data
3.6.1 Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan KPSP, yang terdiri dari 10 pertanyaan
mengenai 4 aspek perkembangan (motorik kasar, motorik halus, bahasa dan
personal sosial) dan dijawab dengan jawaban “ya” dan “tidak”.
3.6.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat hasil kuesioner yang di
tanyakan kepada ibu atau pengasuh bayi di Posyandu Ciputat Timur.
Penelitian ini dilakukan dengan cara pengambilan data primer di posyandu
Ciputat Timur sejak bulan Januari sampai April 2018. Penelitian ini
dilakukan dengan metode consecutive sampling.
3.6.3 Pengolahan, Analisa, dan Penyajian Data
Cara pengolahan data yang dilakukan yaitu memastikan data yang telah
diperoleh adalah benar dan lengkap, memberikan kode untuk pengelompokan
pada setiap data variabel yang telah terkumpul, dilakukan pemindahan data ke
dalam master tabel dan diolah dengan komputerisasi menggunakan program
Statistical Program for Social Science (SPSS) 23. Analisis data terdiri dari
analisis univariat dan bivariat. Selanjutnya akan dilakukan analisis univariat
untuk melihat frekuensi dan proporsi dari karakteristik responden, kemudian
dilakukan analisis bivariat untuk menganalisis hubungan antara dua variabel.
Penelitian ini menggunakan analisis univariat dan bivariate dalam
mengolah data yang ada.
a. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui sebaran atau frekuensi
dari setiap karakteristik masing-masing responden. Meliputi jenis
39
kelamin, riwayat pemberian ASI, perkembangan bayi, pekerjaan ibu,
pendidikan ibu, riwayat persalinan ibu, status gizi.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat pada penelitian ini adalah analisa hubungan kategorik
dengan kategorik yaitu pemberian ASI dengan perkembangan bayi.
Jenis tabel pada penelitian ini adalah 2x3. Uji yang digunakan adalah
uji Chi-square bila memenuhi syarat. Bila tidak memenuhi syarat uji
Chi-square digunakan uji alternatifnya yaitu uji Kolmogorov-Smirnov.
40
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran umum lokasi penelitian
Lokasi pengambilan data di Posyandu dibawah naungan Puskesmas Ciputat
Timur. Puskesmas ini menaungi 2 kelurahan yaitu : Kelurahan Cempaka Putih dan
Rempoa. Pengambilan data terbanyak di kelurahan Cempaka Putih. Pengambilan
data dilakukan di Posyandu di kelurahan tersebut.
4.2 Karakteristik Responden
4.2.1 Sebaran Responden Berdasarkan Usia Bayi
Tabel 4.1 Sebaran Responden Berdasarkan Usia Bayi
Usia Bayi N Persentase
6-12 bulan 21 47,7
13-24 bulan 23 52,3
Total 44 100,0
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa responden yang berusia 6-12
bulan sebesar 47,7% dan usia 13-24 bulan sebesar 52,3%.
4.2.2 Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Bayi
Tabel 4.2 Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Bayi
Jenis Kelamin N Persentase
Laki-laki 22 50,0
Perempuan 22 50,0
Total 44 100,0
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa responden yang berjenis
kelamin perempuan sebesar 50,0% dan laki-laki sebesar 50,0%.
41
4.2.3 Sebaran Responden Berdasarkan Pemberian ASI
Tabel 4.3 Sebaran Responden Berdasarkan Pemberian ASI
Status ASI N Persentase
Eksklusif 22 50,0
Non Eksklusif 22 50,0
Total 44 100,0
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa responden/bayi yang
mendapatkan ASI Eksklusif sebesar 50,0% dan ASI Non Eksklusif sebesar 50,0%.
4.2.4 Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu
Tabel 4.4 Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu
Pekerjaan Ibu N Persentase
IRT 29 65,9
Swasta 12 27,3
PNS 3 6,8
Total 44 100,0
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa pekerjaan ibu bayi yang paling
banyak adalah Ibu Rumah Tangga (IRT) dengan presentase sebesar 65,9%.
4.2.5 Sebaran Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu
Tabel 4.5 Sebaran Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu
Pendidikan Ibu N Persentase
SD 3 6,8
SMP 7 15,9
SMA 23 52,3
Diploma 2 4,5
S1 9 20,5
Total 44 100,0
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa pendidikan ibu yang paling
banyak adalah SMA yaitu sebesar 52,3%.
42
4.2.6 Sebaran Responden Berdasarkan Riwayat Persalinan
Tabel 4.6 Sebaran Responden Berdasarkan Riwayat Persalinan
Riwayat Persalinan N Persentase
Pervaginam 27 61,4
Caesar 17 38,6
Total 44 100,0
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa riwayat persalinan pervaginam
sebesar 61,4% dan caesar sebesar 38,6%.
4.2.7 Sebaran Responden Berdasarkan Status Gizi Bayi
Tabel 4.7 Sebaran Responden Berdasarkan Status Gizi Bayi
Status Gizi (BB/PB) N Persentase
Sangat Kurus 1 2,3
Kurus 4 9,1
Normal 37 84,1
Overweight 2 4,5
Obesitas 0 0,0
Total 44 100,0
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa mayoritas status gizi bayi adalah
normal yaitu sebesar 84,1%, .
4.3 Hasil Skrining Perkembangan
Tabel 4.8 Hasil Skrining Perkembangan
Perkembangan N Persentase
Sesuai 35 79,5
Meragukan 8 18,2
Delay 1 2,3
Total 44 100,0
Dari tabel diatas diketahui bahwa dari 44 bayi terdapat 35 anak
perkembangan sesuai dengan usianya, 8 anak meragukan, dan 1 anak mengalami
43
delay perkembangan. Bayi dengan perkembangan meragukan atau delay bisa
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti nutrisi, pola asuh, pendidikan ibu, dan
pekerjaan ibu.
Dari 8 bayi yang mengalami perkembangan meragukan, diketahui bahwa 5
bayi berada pada rentang usia 13-24 bulan dan 3 bayi pada rentang usia 6-12 bulan.
4 bayi berjenis kelamin laki-laki dan 4 bayi perempuan. Semua bayi dengan
perkembangan meragukan, status gizinya normal. 6 dari 8 bayi mendapatkan ASI
non eksklusif. 4 ibu bayi merupakan lulusan S1, 3 orang lulusan SMA, dan 1 orang
lulusan SMP. Dari pekerjaan ibu, didapatkan bahwa ibu dari 5 bayi tidak bekerja
atau ibu rumah tangga dan sisanya bekerja. Dari riwayat persalinan didapatkan
bahwa 4 bayi lahir pervaginam dan 4 bayi lainnya dengan caesar.
Bayi yang mengalami delay perkembangan diketahui bahwa berada pada
rentang usia 13-24 bulan (22 bulan). Dari status gizi didapatkan hasil normal.
Pendidikan ibu adalah SMP. Bayi ini mendapatkan ASI eksklusif. Diketahui bahwa
ibunya bekerja sehingga dititipkan ke neneknya. Dari riwayat persalinan, bayi ini
dilahirkan secara bedah kaesar.
Diketahui pula dari 9 bayi yang mengalami perkembangan meragukan dan
delay bahwa mayoritas mengalami gangguan perkembangan pada motorik kasar,
kemudian sosial & kemandirian, dan yang terakhir adalah bicara bahasa dan
motorik halus.
Tabel 4.9 Mean dan Median Hasil Skor KPSP
Variabel Mean Median
Skor KPSP 9 9
Tabel 4.10 Aspek Gangguan Perkembangan pada Sampel
No Skor
KPSP Interpretasi
Aspek yang Terganggu
Motorik
kasar
Motorik
halus
Bicara &
Bahasa
Sosial &
Kemandirian
1 8 Meragukan √ √
2 8 Meragukan √ √
3 8 Meragukan √ √
4 8 Meragukan √√
44
Tabel 4.10. Aspek Gangguan Perkembangan pada Sampel (Lanjutan)
No Skor
KPSP Interpretasi
Aspek yang terganggu
Motorik
kasar
Motorik
halus
Bicara &
bahasa
Sosial &
Kemandirian
5 8 Meragukan √ √
6 8 Meragukan √ √
7 8 Meragukan √ √
8 8 Meragukan √√
9 6 Delay √√√ √
4.4 Hubungan antara Status ASI dengan Skor KPSP
Tabel 4.11 Hubungan Status ASI dan Skor KPSP
Status ASI Skor KPSP Total P value
Sesuai Meragukan Delay
N % N % N % N %
Eksklusif 19 86,36 2 9,09 1 4,55 22 100 0,987
Non
Eksklusif
16 72,73 6 27,27 0 0 22 100
Total 35 79,55 8 18,18 1 2,27 44 100
Berdasarkan tabel diatas bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif mendapat
hasil skor KPSP sesuai perkembangan sebesar 86,36%, hasil skor KPSP
meragukan sebesar 9,09% dan hasil skor KPSP delay perkembangan sebesar
4,55%. Hasil uji statistik dengan uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh nilai p= 0,987
(p>0,05). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hubungan ASI tidak
signifikan dengan perkembangan bayi.
4.4 Pembahasan
ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan. Long-Chain
Polyunsaturated Fatty Acid (LCPUFA) merupakan salah satu nutrisi otak yang
penting. DHA dan AA adalah bentuk jadi LCPUFA, yang membentuk 20% dari
total asam lemak. DHA dan AA secara alami terdapat dalam ASI, dan ASI
merupakan sumber terbaik bagi DHA dan AA. Dari penelitian dikatakan bahwa
45
perkembangan kognitif dan VEP (visual evoked potensial) pada bayi yang minum
ASI lebih baik daripada bayi yang minum susu formula yang tidak difortifikasi
dengan LCPUFA. DHA adalah komponen pembentuk otak yang penting dalam
mengoptimalkan perkembangan otak , jaringan saraf, dan jaringan penglihatan pada
bayi.6
Fitri, DI dkk (2014) dalam penelitiannya tentang hubungan pemberian ASI
dengan tumbuh kembang bayi umur 6 bulan pada tahun 2013 menggunakan KPSP
di Puskesmas Nanggolo Kecamatan Nanggolo, Kota Padang, Sumatera Barat.
Diketahui bahwa dari hasil penelitian ini, hubungan pemberian ASI tidak signifikan
dengan perkembangan bayi. Namun diketahui pula dari penelitian ini bahwa bayi
yang mendapatkan ASI eksklusif berpeluang mengalami perkembangan sesuai
umur 5,474 kali lebih besar jika dibandingkan dengan bayi non eksklusif.32
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Pratama, AM dkk (2013) pada bayi usia
6-12 bulan menggunakan KPSP memiliki hasil yang berbeda. Pada penelitian ini
menunjukkan bahwa 44,45% bayi yang diberikan ASI eksklusif mengalami
perkembangan yang sesuai. Sedangkan 27,1% yang tidak diberikan ASI eksklusif
mengalami penyimpangan perkembangan. Hasil penelitian menyatakan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian ASI eksklusif dan
perkembangan. Bayi usia 6-12 bulan yang tidak diberikan ASI eksklusif berpeluang
mengalami penyimpangan perkembangan dibandingkan bayi yang mendapatkan
ASI eksklusif.5
Hasil penelitian ini sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Ni
Made di Puskesmas Karanganyar tahun 2010 bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara pemberian ASI dengan perkembangan bayi dengan menggunakan
KPSP.33
Pada penelitian lainnya yang dilakukan oleh Wieslaw dkk (2012) di Eropa
dengan desain kohort tentang hubungan pemberian ASI dengan perkembangan
kognitif, didapatkan data bahwa anak yang mendapatkan ASI eksklusif hingga 3
bulan penuh, memiliki rata-rata angka kecerdasan Intelektual (IQ) 2,1 poin lebih
tinggi dibandingkan dengan anak lainnya. Sedangkan anak yang mendapatkan ASI
hingga 4-6 bulan memiliki rata-rata IQ 2,6 poin lebih tinggi dibandingkan dengan
anak lainnya.34
46
Penelitian yang dilakukan oleh Borra dkk (2012) dan Fitzsimon (2012)
dengan pendekatan yang lebih teliti mencoba mengidentifikasi hubungan antara
pemberian ASI dengan outcome perkembangan anak didapatkan hasil bahwa
terdapat efek positif dari pemberian ASI terhadap perkembangan kognitif.35 36
Perbedaan hasil dari beberapa penelitian diatas mungkin bisa disebabkan oleh
terdapatnya multi faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan bayi. Tak hanya
nutrisi, namun genetik, lingkungan fisik, lingkungan psikososial, keluarga dan pola
asuh bayi juga mempengaruhi perkembangan bayi. Namun dari beberapa penelitian
diatas didapatkan bahwa pemberian ASI eksklusif berpeluang lebih besar untuk
mengalami perkembangan sesuai dengan usia nya dibandingkan dengan bayi yang
mendapatkan ASI non eksklusif.
Pada penelitian ini, diketahui bahwa 6 dari 8 bayi dengan perkembangan
meragukan mendapatkan ASI non eksklusif. Makanan memegang peranan penting
dalam tumbuh kembang anak. ASI merupakan makanan yang sempurna untuk bayi
karena ASI mampu memenuhi semua unsur kebutuhan bayi. Kandungan dalam ASI
mencakup nutrisi, faktor kekebalan dan pertumbuhan, hormon, anti alergi, dan anti
inflamasi.37
Dari bayi yang mengalami perkembangan meragukan, pendidikan ibu SMP-
S1. Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting untuk tumbuh
kembang anak. Karena dengan pendidikan yang baik, orang tua dapat menerima
segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik.
Diketahui pula rata-rata dari bayi dengan perkembangan meragukan bahwa mereka
merupakan anak pertama. Kurangnya pengalaman juga bisa menjadi salah satu
faktor yang mempengaruhi pola asuh anak.7
Bayi yang mengalami delay perkembangan mendapatkan ASI eksklusif.
Hubungan pemberian ASI tidak signifikan dengan perkembangan juga bisa
disebabkan oleh kualitas dan kuantitas ASI yang belum tercapai dengan baik
sehingga mempengaruhi pertumbuhan otak bayi dan berdampak pada terlambatnya
perkembangan bayi. Kualitas ASI dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibu
yang sedang dalam masa menyusui. Apabila makanan ibu terus menerus tidak
mengandung gizi yang cukup pada akhirnya akan mempengaruhi produksi ASI.38
47
Kuantitas ASI dipengaruhi oleh durasi dan frekuensi pemberian ASI. Durasi
pemberian ASI yang baik yaitu 15-25 menit. Frekuensi pemberian ASI yang baik
adalah 10-12 kali pada bulan pertama dan 8 kali untuk umur sampai 6 bulan.39
Selain itu, diketahui bahwa pendidikan ibu dari bayi yang engalami delay
perkembangan adalah SMP. Pendidikan orang tua bisa menjadi salah satu faktor
yang mempengaruhi perkembangan bayi, seperti yang sudah dijelaskan diatas.
Diketahui pula bahwa ibu dari bayi ini bekerja sehingga dititipkan kepada
neneknya. Kedua hal tersebut dapat mempengaruhi pola pengasuhan bayi. Pola
pengasuhan juga menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan.
Hal ini juga didukung oleh penelitian Gibbs & Forte (2014) yang menyatakan
bahwa pemberian ASI bisa berpengaruh maksimal untuk keluarga yang mempunyai
karakteristik sosio-ekonomi dan perilaku pengasuhan yang bagus karena kedua hal
ini mempunyai efek yang penting terhadap perkembangan anak. Probabilitas yang
lebih tinggi dari pemberian ASI pada dasarnya terkait dengan pola pengasuhan yang
supportive. Berdasarkan hipotesis nurturing (pengasuhan), hubungan antara
pemberian ASI dengan perkembangan kognitif mungkin hanya cerminan dari
dampak karakteristik sosio-ekonomi dan pola pengasuhan.40
Gambar 4.1 Nurturing Hypothesis, (a) proxy process 41
(Sumber : Huang J, 2016)
48
Gambar 4.2 Nurturing Hypothesis, (b) mediation process 41
(Sumber : Huang J, 2016)
Beberapa studi juga sudah membuktikan hipotesis ini. Salah satunya adalah
oleh Der dkk (2006) menggunakan data dari U.S. National Longitudinal Survey of
Youth dan ditemukan bahwa hubungan pemberian ASI dengan perkembangan
kognitif pada anak usia 5-14 tahun menjadi kecil dan tidak signifikan setelah
mendapat income seperti kontroling dari keluarga, IQ dan pengetahuan ibu, dan
perilaku pengasuhan (support emosional dan stimulasi kognitif).42
Penelitian yang dilakukan di Posyandu Ciputat Timur mendapatkan jumlah
responden sebanyak 63 bayi. Dilihat dari jenis kelamin jumlah bayi laki-laki
sebesar 49,21% dan bayi perempuan sebesar 50,79%. Hasil ini menunjukkan tidak
terdapat perbedaan yang signifikan karena hasilnya relatif sebanding antara bayi
laki-laki dan perempuan.
Dari 63 bayi, diketahui bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif sebanyak
69,84%. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan dari 63 bayi, terdapat 51 bayi
yang sesuai dengan tahap perkembangan umur nya, 10 bayi meragukan dan 2 bayi
mengalami penyimpangan perkembangan.
Sebagian besar ibu yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah
lulusan dari SMA yaitu sebanyak 34 orang. Namun pendidikan ibu tidak
mempengaruhi kuantitas dan kualitas pemberian ASI Eksklusif. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmadhanny (2012) di Puskesmas Rumbai
Kecamatan Rumbai Pesisir tahun 2011 yang menyatakan bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan perilaku pemberian
ASI eksklusif pada bayi.43
49
Namun pendidikan orang tua dapat mempengaruhi pola asuh. Karena
pendidikan yang baik, orang tua dapat menerima segala informasi dengan baik
terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan,
mendidiknya, dan sebagainya.7
Mayoritas ibu yang diteliti tidak bekerja diluar rumah dan lebih memilih
untuk menjadi ibu rumah tangga. Hanya sedikit ibu yang bekerja yaitu sebanyak 19
orang. Namun hal ini tidak mempengaruhi kuantitas dan kualitas pemberian ASI
eksklusif kepada bayinya.
Dari 63 bayi, diketahui bahwa mayoritas bayi memiliki status gizi normal
yaitu sebanyak 51 bayi. Menurut penelitian Solechah M (2017) di Puskesmas Jetis,
Yogyakarta terdapat hubungan antara status gizi dengan perkembangan bayi usia
1-3 tahun. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bayi yang memiliki status gizi
yang baik perkembangannya juga cenderung baik.44
Hal ini sangat dimungkinkan oleh karena status gizi yang baik menunjukkan
zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh / jaringan supaya bisa berfungsi, tumbuh,
dan berkembang. Dan seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa salah satu
faktor yang mempengaruhi perkembangan bayi adalah faktor nutrisi atau gizi.44
4.6 Keterbatasan Penelitian
1. Jumlah sampel kurang mencukupi pada tiap kelompok sampel karena
adanya keterbatasan waktu dan persebaran kelompok tidak merata pada
populasi (mayoritas bayi dengan riwayat ASI eksklusif).
2. Penelitian ini hanya dilakukan di Posyandu 2 kelurahan yaitu Cempaka
Putih dan Rempoa di Kecamatan Ciputat Timur. Sehingga belum bisa
mempresentasikan keseluruhan gambaran riwayat pemberian ASI dan
perkembangan bayi di Tangerang Selatan.
3. Pada saat wawancara dengan responden, faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan bayi tidak ditanyakan secara spesifik.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan yang dimaksud
adalah kualitas (asupan gizi ibu) dan kuantitas (durasi dan frekuensi) ASI,
pola asuh, dan faktor lingkungan sosial.
50
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Distribusi hasil skrining perkembangan bayi usia 6-24 bulan di Ciputat
Timur yaitu perkembangan sesuai dengan usia sebanyak 35 bayi (79,5%),
perkembangan meragukan sebanyak 8 bayi (18,2%), dan perkembangan
delay sebanyak 1 bayi (2,3%).
2. Pemberian ASI eksklusif kepada bayi tidak signifikan dalam mempengaruhi
perkembangan bayi usia 6-24 bulan di Kelurahan Cempaka Putih dan
Rempoa, Ciputat Timur. Hasil ini bisa disebabkan oleh terdapatnya multi
faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan bayi. Tak hanya nutrisi,
namun genetik, lingkungan fisik, lingkungan psikososial, keluarga dan pola
asuh bayi (nurturing hypothesis) juga mempengaruhi perkembangan bayi.
5.2 Saran
1. Diharapkan penelitian selanjutnya bisa memperbesar jumlah sampel dan
cakupan wilayah yang diteliti, sehingga dapat lebih akurat dalam
mempresentasikan gambaran riwayat pemberian ASI dan perkembangan
bayi di Tangerang Selatan.
2. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat menanyakan semua faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi perkembangan bayi (genetik, lingkungan fisik,
lingkungan psikososial, keluarga, dan pola asuh)
3. Penelitian ini juga mendapatkan data mengenai status gizi bayi, usia ibu,
pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan riwayat persalinan. Harapan peneliti
untuk penelitian selanjutnya dapat meneruskan untuk melihat apakah ada
hubungan yang bermakna antara variabel diatas dengan perkembangan bayi.
51
DAFTAR PUSTAKA
1. Narendra M. Penilaian pertumbuhan dan perkembangan anak. Dalam:
Narendra M, Sularyo, Soetjiningsih, penyunting. Tumbuh kembang anak
dan remaja. Jakarta: Sagung Seto; 2002. h. 95-7.
2. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Situasi kesehatan
balita di Indonesia. Jakarta : Kemenkes RI; 2015.
3. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. ASI . Jakarta :
Kemenkes RI; 2014.
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Kuesioner pra skrining
perkembangan. Dalam: Pedoman pelaksanaan stimulasi , deteksi dini dan
intervensi dini tumbuh kembang anak ditingkat pelayanan kesehatan dasar.
Jakarta : Depkes RI; 2005.
5. Pratama AM, Budiati T. Perkembangan bayi yang diberikan ASI eksklusif
dan tidak eksklusif [skripsi]. Jakarta : Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia; 2013. (diakses tanggal 10 Agustus 2018) tersedia
dari : http://lib.ui.ac.id/file/S45852-Anes-Mella-Pratama/
6. Petryk A, Harris SR, Jongbloed L. Breastfeeding and
neurodevelopment. Infants & young children; 2007. h.120–134.
7. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak ed.2 . Jakarta : EGC; 2013. h. 2-71.
8. Karen JM, Robert MK, Hal BJ, Richard EB. Nelson ilmu kesehatan anak
esensial. Jakarta : Elsevier; 2014. h. 14-19.
9. Suryawan A dkk. UKK pediatrik sosial. Jakarta : IDAI; 2015.
10. Neffleton J. LCPUFAs In visual and cognitive development of toddlers and
children. (diakses tanggal 19 September 2018) tersedia dari
www.mjn.com/newsletterimages/pdf/v7s2LB2267NEW-12-07-PBP.pdf
11. Myers. Stages of intelectual development in children and teenagers. (diakses
tanggal 19 September 2018) tersedia dari
http://www.childdevelopmentinfo.com/development/piaget.shtml.
12. Sekartini R. Skrining pertumbuhan dan perkembangan anak. Dalam :
Continuing professional development IDAI Jaya 2006 nutrition growth and
development. Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta; 2006.
h.79-92.
13. Lipkin PH. Motor development and disfunction. Dalam: Carey WB Crocker
AC, Coleman WL, dkk. Developmental-behavioral pediatrics 4th ed.
Philadelphia: Saunders; 2009. h. 643-652.
14. Augustyn M, Frank DA, Zuckerman BS. Infancy and toddler years. Dalam:
Carey WB Crocker AC, Coleman WL, dkk. Developmental-behavioral
pediatrics 4th ed. Philadelphia: Saunders; 2009. h. 24-38.
15. Feldman HM. Language disorders. Dalam: Berman S, Pediatric decision
making 4th Ed. Philadelphia : Mosby; 2003. h. 94-97.
16. Richard L Drake, Wayne V, Adam W. Gray’s anatomy: anatomy of the
human body. Elsevier; 2014. h. 60-63.
17. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy & physiology 13th ed.
USA: John Wiley & Sons, Inc; 2012. h. 1159.
18. Ganong WF. Fisiologi kedokteran. Jakarta : EGC; 2012. h. 425-427.
19. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem edisi 9. Jakarta : EGC;
2016. h. 792-797.
52
20. Hendarto A, Pringgadini K. Nilai nutrisi ASI. Dalam: Buku bedah ASI.
Jakarta : IDAI; [serial online] 2013. (diakses tanggal 25 Juli 2018) tersedia
dari : http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/nilai-nutrisi-air-susu-ibu
21. Syarif, DR dkk. Buku ajar nutrisi pediatric & penyakit metabolisme jilid 1.
Jakarta : IDAI; 2014.
22. Moore, E.R., Anderson, G.C., Bergman, N., & Dowswell, T. Early skin-to-
skin contact for mothers and healthy new-born infants. Cochrane Database
of Systemic Reviews. [serial online] 2012. (diakses tanggal 12 Agustus
2018) tersedia dari : http://www.cochrane.org/Cd003519/PREG_early-
skin-to-skin-contact-mothers-and-their-healthy-newborn-infants
23. Tikoalu JR dan Sekartini R. Air susu ibu dan tumbuh kembang anak. Dalam:
Buku bedah ASI. Jakarta : IDAI; [serial online] 2013. (diakses tanggal 28
September 2018) tersedia dari : http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/air-
susu-ibu-dan-tumbuh-kembang-anak
24. Dhamayanti M. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) anak.
Bandung : Sari Pediatri Vol 8;[serial online] 2006. (diakses tanggal 4 Maret
2017) tersedia dari : http://saripediatri.org/index.php/sari-
pediatri/article/view/815
25. Pudjiadi AH dkk. Pedoman pelayanan medis ikatan dokter anak Indonesia.
Jakarta : IDAI; 2010. h. 256-293.
26. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Kuesioner praskrining
perkembangan dalam: Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dini dan
intervensi dini tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar.
Jakarta: Depkes RI; 2005.
27. Accardo PJ, Capute AJ. The Capute Scales. Cognitive adaptive test / clinical
linguistic & auditory milestone scale. Baltimore : Paul H. Brookes
Publishing Co; 2005.
28. Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang balita.
Jakarta : Depkes RI; 2010.
29. Sofyani S. Deteksi dini gangguan perkembangan. Medan : Ilmu Kesehatan
Anak FKUSU; [serial online] 2010. (diakses tanggal 18 September 2018)
tersedia dari : http://ocw.usu.ac.id
30. Kurva pertumbuhan WHO. 2006. (diakses tanggal 26 September 2018)
tersedia dari : http://www.idai.or.id/professional-resources/growth-
chart/kurva-pertumbuhan-who
31. Dahlan MS. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian
kedokteran dan kesehatan Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika; 2009. h. 43-
56.
32. Fitri DI, Eva C, dan Rima S. Hubungan pemberian ASI dengan tumbuh
kembang bayi umur 6 bulan di Puskesmas Nanggalo [Skripsi]. Padang :
Universitas Andalas; 2014. (diakses tanggal 4 Maret 2017) tersedia dari :
http://jurnal.fk.unand.ac.id
33. Lidya, Ni Made, dan Rodiah. Hubungan pemberian ASI dengan tumbuh
kembang pada anak usia 3 sampai 6 bulan di Puskesmas Karanganyar.
[serial online] 2012. (diakses tanggal 18 September 2018) tersedia dari :
http://eprints.uns.ac.id/1861/1/225-421-1-SM.pdf
53
34. Wieslaw J, Frederica P, Jeffrey J, et al. Effect of exclusive breastfeeding on
the development of children’s cognitive function in The Krakow
Prospective Birth Cohort Study. Europan Journal of Pediatrics; [serial
online] 2012. (diakses tanggal 18 September 2018) tersedia dari :
http://www.ncbi.nlim.nih.gov/pmc/articles/PMC3747316/
35. Borra C, Lacovou M, Sevilla A. The effect of breastfeeding on children’s
cognitive and noncognitive development. Germany: The Institute for the
Study of Labor; [serial online] 2012. (diakses tanggal 14 September 2018)
tersedia dari https://ideas.repec.org/p/iza/izadps/dp6697.html
36. Fitzsimons E, Vera-Hernández M. The causal effects of breastfeeding on
children’s development. London: Institute for Fiscal Studies;[serial online]
2012. (diakses tanggal 14 September 2018) tersedia dari :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5087141/
37. Suradi R. Manfaat ASI dan kerugian susu formula. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI; 2008.
38. Siregar MA. Pemberian ASI eksklusif dan faktor-faktor yang
mempengaruhi. [serial online] 2004. (diakses tanggal 18 september 2018)
tersedia dari : http://www.library.usu.ac.id
39. Almatsier S. Gizi bayi dalam: Gizi seimbang dalam daur ulang kehidupan.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama; 2011.
40. Gibbs B, Forste R. Breastfeeding, parenting, and early cognitive
development. The Journal of Pediatrics;[serial online] 2014;164:487–493. (diakses tanggal 16 September 2018) tersedia dari :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/24268637/
41. Huang J, Vaughn MG, Kremer KP. Breastfeeding and child development
outcomes : an investigation of nurturing hypothesis. [serial online] 2016.
(diakses tanggal 16 September 2018) tersedia dari :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/26194444/
42. Der G, Batty GD, Deary IJ. Effect of breast feeding on intelligence in
children: prospective study, sibling pairs analysis, and meta-
analysis. British Medical Journal; [serial online] 2006;333:945–950.
(diakses tanggal 16 September 2018) tersedia dari :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/17020911
43. Rahmadhanny R. Faktor Penyebab Putusnya ASI Eksklusif pada Ibu
Menyusui di Puskesmas Rumbai Pesisir Tahun 2011. [skripsi] Jakarta :
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; 2012. (diakses
tanggal 16 September 2018) tersedia dari :
htttp://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294666-SRatih%20Rahmadhanny.pdf
44. Solechah M. Hubungan status gizi dengan perkembangan bayi usia 1-3
tahun di wilayah kerja puskesmas jetis Kota Yogyakarta. [skripsi]
Yogyakarta : FIK UNISA; 2017. (diakses tanggal 22 September 2018)
tersedia dari : http://digilib.unisayogya.ac.id
61
Lampiran 2
Hasil SPSS
skor_kpsp * status_asi Crosstabulation
status_asi
Total Non Eksklusif Eksklusif
skor_kpsp Delay Count 0 1 1
% within skor_kpsp 0.0% 100.0% 100.0%
Meragukan Count 6 2 8
% within skor_kpsp 75.0% 25.0% 100.0%
Sesuai Count 16 19 35
% within skor_kpsp 45.7% 54.3% 100.0%
Total Count 22 22 44
% within skor_kpsp 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 3.257a 2 .196
Likelihood Ratio 3.737 2 .154
Linear-by-Linear Association .402 1 .526
N of Valid Cases 44
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,50.
Two-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Test Statisticsa
skor_kpsp
Most Extreme Differences Absolute .136
Positive .136
Negative -.045
Kolmogorov-Smirnov Z .452
Asymp. Sig. (2-tailed) .987
a. Grouping Variable: status_asi
63
Lampiran 4
Lembar Riwayat Penulis
1. Identitas
Nama : Umy May Sarotin
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Bojonegoro, 27 Mei 1997
Agama : Islam
Alamat : Jl Haryo Mentahun gg. Merto Radji No 50 ds.
Mojoranu, kec. Dander, kab. Bojonegoro, Jawa
Timur
e-mail : [email protected]
2. Riwayat Pendidikan
2001-2003 : TK Dharma Wanita I Mojoranu, Bojonegoro
2003-2009 : SDN 1 Mojoranu, Bojonegoro
2009-2012 : SMPN 1 Bojonegoro
2012-2015 : MBI Amanatu Ummah, Mojokerto
2015-sekarang : Program Studi Kedokteran, Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta