laporan penentuan kadar protein scr biuret
TRANSCRIPT
LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM BIOKIMIA
I. Nomor Percobaan : 5
II. Nama Percobaan : Penentuan Kadar Protein Secara Biuret
III. Tujuan Percobaan : Untuk menentukan kadar suatu protein
IV. Landasan Teori
Protein merupakan polimer dari sekitar asam amino yang berlainan
disambungkan dengan ikatan peptida. Karena keragaman rantai samping yang
terbentuk jika asam-asam amino tersebut disambung-sambungkan, protein yang
berbeda dapat mempunyai sifat kimia yang berbeda dan struktur sekunder dan
tersier yang sangat berbeda.
Protein terdapat baik dalam produk hewan maupun dalam produk tumbuhan
dalam jumlah yang berarti. Di negara yang maju, orang memperoleh sebagian besar
proteinnya dari produk hewan.
Asam amino dikelompokkan berdasarkan sifat kimia rantai sampingnya
(Krull dan Wall,1969). Rantai samping dapat bersifat polar atau nonpolar.
Kandungan bagian asam amino polar yang tinggi dalam protein meningkatkan
kelarutannya dalam air.
Rantai samping yang paling polar ialah rantai samping amino basa dan
asam amino asam. Asam-asam amino ini terdapat dalam albumin dan globulin yang
larut dalam air dengan aras yang tinggi. Sebaliknya, protein gandum, gliadin, dan
glutenin, aras kandungan rantai samping polarnya rendah dan sangat tidak larut
dalam air. Asam amino asam dapat pula terdapat dalam protein dalam bentuk
amidanya, glutamina dan asparagina. Hal ini meningkatkan kandungan nitrogen dari
protein. Gugus hidroksil dalam rantai samping dapat terlibat dalam pembentukan
ikatan ester dengan asam fosfat dan fosfat. Asam amino belerang dapat membentuk
ikatan sambung silang disulfida antara rantai peptida yang bertetangga atau antara
bagian yang berlainan dalam rantai yang sama. Prolina dan hidroksiprolina
memaksakan pembatasan struktur yang bermakna terhadap geometri rantai peptida.
Penggolongan Protein
Protein merupakan molekul rumit dan penggolongannya kebanyakan
berdasarkan pada kelarutan dalam berbagai pelarut. Akan tetapi, secara meningkat,
setelah pengetahuan mengenai susunan dan struktur molekul bertambah, dipakai
criteria lain untuk penggolongan. Ini termasuk dalam sifat ultrasentrifugasi dan
elektroforesis.
Protein dikelompokkan ke dalam golongan utama berikut :
a. Protein sederhana
b. Protein konyugasi, dan
c. Protein turunan.
a. Protein Sederhana
Protein sederhana hanya menghasilkan asam amino saja jika dihidrolisis dan
termasuk golongan berikut :
Albumin
Albumin larut dalam air netral yang tidak mengandung garam. Biasanya ada
protein yang berbobot molekul nisbi rendah.
Contohnya, albumin telur, laktalbumin, dan albumin serum dalam protein air
dadih susu, leukosin serealia, dan legumelin dalam biji polong.
Globulin
Globulin larut dalam larutan garam netral dan hampir tidak larut dalam air.
Contohnya, globulin serum dan -laktoglobulin dalam susu, myosin dan aktin
dalam daging, dan glisinin dalam kedelai.
Glutelin
Glutelin larut dalam asam atau basa yang sangat encer dan tidak larut dalam
pelarut yang netral. Protein ini terdapat dalam serealia, seperti glutenin dalam
gandum dan orizenin dalam beras.
Prolamin
Prolamin larut dama alcohol 50 samapi 90 persen dan tidak larut dalam air.
Protein ini mengandung sejumlah besar prolina dan asam glutamat dan terdapat
dalam serealia.
Contohnya, zein dalam jagung, gliadin dalam gandum, dan hordein dalam barli.
Skleroprotein
Skleroprotein tidak larut dalam air dan pelarut netral dan tahan terhadap
hidrolisis memakai enzim. Ini merupakan protein serat yang berperan pada
struktur dan pengikatan. Kolagen dari jaringan otot dimasukkan dalam
golongan ini, seperti gelatin, yang diperoleh dari kolagen.Contoh yang lain
termasuk elastin, yaitu komponen tendon, dan keratin, komponen rambut dan
kuku binatang.
Histon
Histon adalah protein yang bersifat basa, karena kandungan lisina dan
arigininanya tinggi. Larut dalam air dan diendapkan oleh ammonia.
Protamin
Protamin adalah protein bersifat basa kuat, berbobot mlekul rendah (4000
sampau 8000). Protein ini kaya akan ariginina.
Contohnya klupein dari ikan hering dan skombrin dari ikan makerel.
b. Protein Konyugasi
Protein konyugasi mengandung bagian asam amino yang terikat pada bahan
nonprotein seperti lipid, asam nukleat, atau karbohidrat. Beberapa protein konyugasi
penting, yaitu :
Fosfoprotein
Fosfoprotein merupakan golongan yang penting yang mencakup protein
makanan yang penting. Gugus fosfs\at terikat pada gugus hidroksil dari serina
dan teronina. Golongan ini mencakup kasein susu dan fosfoprotein kuning telur.
Lipoprotein
Lipoprotei adalah gabungan lipid denanga protein dan mempunyai daya
mengemulsi yang sangat baik. Lipoprotein terdapat dalam susu dan kuning telur.
Nucleoprotein
Nucleoprotein merupakan gabungan asal nukleat dengan protein. Senyawa ini
terdapat dalam inti sel.
Glikoprotein
Glikoprotein adalah gabungan karbohidrat dengan protein. Biasanya jumlah
karbohidrat kecil, tetapi beberapa glikoprotein mengandung karbohidart 8
sampai 20 persen. Satu contoh mukoprotein seperti itu ialah ovomusin putih
telur.
Kromoprotein
Kromoprotein ialah yang gugus prostetiknya berwarna. Terdapat banyak
senyawa jenis ini, termasuk di dalamnya hemoglobin dan myoglobin, klorofil,
dan flavoprotein.
c. Protein Turunan
Protein turunan adalah senyawa yang diperoleh dengan metode kimia atau
dengan metode enzimatik dan dipilah ke dalam turunan primer dan turunan
sekunder, bergantung pada derajat perubahan yang terjadi. Turunan primer sedikit
dimodifikasi dan tidak larut dalam air, kasein yang dikoagulasi dengan rennet (isi
lambung sapi) meruapak contoh protein turunan primer.
Turunan sekunder mengalami perubahan yang lebih besar dan mencakup
protease, pepton, dan peptida. Perbedaan antara hasil urai ini terletak pada ukuran
dan kelarutan. Semua larut dalam air dan dikoagulasi oleh bahang, tetapi protease
dapat diendapkan dengan larutan ammonium sulfat jenuh. Peptida mengandung dua
atau lebih sisa asam amino. Hasil urai ini terbentuk selama pemrosesan banyak
makanan, misalnya selama pematangan keju.
V. Alat dan Bahan
Alat :
- labu takar
- beker gelas
- pipet tetes
- spektrometer
- tabung reaksi
- gelas ukur
Bahan :
- reagen-reagen
reagen biuret : Larutkan 1,5 gr CuSO4.5H2O dan 6,0 gr natrium
kalium tartrat (NaK C4O6.4H2O) kedalam kira-kira 500 ml air di labu
takar 1 liter. Kemudian tambahkan 300 ml 10 % NaOH sambil d ikocok-
kocok. Dan akhirnya tambahkan air sampai garis. Larutan biru ini dapat
disimpan lama sekali. Apabila pembuatannnya kurang baik dapat terjadi
endapan hitam atau merah. Reagen yang demikian tidak boleh dipakai.
Larutan protein : buatlah larutan serum albumin murni atau kasein
dalam air yang berkadar 10 mg per ml. untuk mudah larutannya
tambahkan beberapa tetes 3 % NaOH.
VI. Prosedur Percobaan
Pipet kedalam tabung reaksi 1 ml larutan protein yang mengandung 1 sampai 10 mg
per ml. tambahkan 4 ml reagen biuret. Kocok dan diamkan selama 30 menit pada
suhu kamar. Baca serapannya pada 540 nm. Untuk blanko dipakai campuran 1 ml
air dan 4 ml reagen biuret yang juga didiamkan selama 30 menit pada suhu kamar.
Hokum lambert-beer berlaku untuk larutan-larutan protein antara 1 dan 10 mg per
ml.
VII. Hasil Pengamatan
Larutan standar
(gr/ml)
T
1 -0,6
2 -3,8
3 -4,0
4 -6,2
5 -6,4
6 -7,6
7 -7,8
8 -9,0
9 -9,2
10 -9,4
VIII. Reaksi Kimia
IX. Analisa Data
Sampel : -0,5
A : 2 log.10 - %T
Pada 1 mg/ml
A = 2 log 10 - (-0,6)
= 2,6
Pada 2 mg/ml
A = 2 log 10 - (-3,8)
= 5,8
Pada 3 mg/ml
A = 2 log 10 - (-4,0)
= 6
Pada 4 mg/ml
A = 2 log 10 - (-6,2)
= 8,2
Pada 5 mg/ml
A = 2 log 10 - (-0,6)
= 8,4
Pada 6 mg/ml
A = 2 log 10 - (-0,6)
= 2,6
Pada 6 mg/ml
A = 2 log 10 - (-7,6)
= 9,6
Pada 7 mg/ml
A = 2 log 10 - (-7,8)
= 9,8
Pada 8 mg/ml
A = 2 log 10 (-9,0)
= 11
Pada 9 mg/ml
A = 2 log 10 - (-9,2)
= 11,2
Pada 10 mg/ml
A = 2 log 10 - (-9,4)
= 11,4
Larutan standar
(gr/ml)
T A
1 -0,6 2,6
2 -3,8 5,8
3 -4,0 6
4 -6,2 8,2
5 -6,4 8,4
6 -7,6 9,6
7 -7,8 9,8
8 -9,0 11
9 -9,2 11,2
10 -9,4 11,2
X Y XY X2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
X = 55
2,6
5,8
6
8,2
8,4
9,6
9,8
11
11,2
11,4
Y = 84
2,6
11,6
18
32,8
42
57,6
68,6
88
100,8
114
XY = 534
1
4
9
16
25
36
49
64
81
100
X2 = 385
N . XY - X . Y Slope (A) =
N . X2 – (X)2
10. 534 – 55 . 84 =
10 . 385 – (55)2
= 0,873
Y . X2 - X . XY Intersep =
N . X2 – (X)2
84 . 385 – 55 . 534 =
10 . 385 – (55)2
= 3,6
maka diperoleh persamaan regresi linier :
Y = AX + B
Y = 0,873 X + 3,6
X 0 1 2 3 4 5Y 3,6 4,473 5,346 6,219 7,092 7,965
X. Pembahasan
Pada percobaan penentuan kadar protein secara biuret ini, pada penentuan
ini didasarkan pada pengukuran serapan cahaya oleh ikatan kompleks yang bewarna
ungu.
Ini terjadi apabila protein bereaksi dengan tembaga dalam suasana basa
alkali. Reaksi ini dilakukan pada suasana basa alkali, dalam hal ini digunakan
NaOH, basa kuat memiliki ion OH- yang tinggi dalam larutan sehingga mampu
mengikat ion H+ pada larutan tersebut. Ion H+ yang lebih reaktif tersebut. Ion H+
yang lebih reaktif tersebut dapat diikat dan tak akan bereaksi dengan gugus amino,
sehingga ion Cu+2 dapat bereaksi dengan 4 gugus amino dari ikatan paptida
protein.
Pada percobaan ini terjadi pembentukan warna biru ungu, ini menunjukkan
adanya pembentukan senyawa kompleks dengan Cu +2. Pengukuran nilai
absorbansi larutan menggunakan suatu alat kur yaitu spectrometer UV pada panjang
gelombang 540 nm, dengan alat ukur ini kiata dapat secara sfesifik mengukur
absorbansi atau % T dari senyawa yang mengandung unsure logam, oleh sebab
itulah larutan standar ditambahkan dengan reagen biuret yaitu reagen yang
mengandung ion logam dalam hal ini adalah Cu2+. Dimana Cu2+ akan berikatan
dengan 4 gugus asam amino membentuk kompleks, semakin tinggi kosentrasi
larutan protein semakin banyak ikatan peptide dalam larutan maka pembentukan
kompleks semakin banyak, ini dapat dilihat dari warna biru ungu yang semakin
pekat. Pada percobaan ini, digunakan pengukuran dengan absorbansi. Pengukuran
dengan menggunakan spektofotometer yang baik adalah jika memiliki daya serap
antara 0,2 sampai 0,8. tetapi pada larutan yang dibuat oleh praktikan daya serap
yang dicapai ada yang berada dibawah 0,2. warna yang dihasilkan pada percobaan
ini memiliki warna ungu.