laporan pengabdian kepada masyarakat …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/... · laporan...
TRANSCRIPT
i
LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
PEMBERDAYAAN IBU MELALUI METODE COACHING UNTUK
MENINGKATKAN KETRAMPILAN SOSIAL
ANAK USIA PRA SEKOLAH
IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN TAHUN 2019
Ketua :
Heru Sulistijono, S.Kep.Ns, M.Kes /19711001 199303 1 004
Anggota :
1 Asnani, S.Kep,Ns, M.Ked./19711011 199403 1 003
2 Bambang H, S.Kep.Ns, M.Kes /19740811 199803 1 001
3 Dyah Wijayanti, S.Kep.Ns. M.Kep/ 19800507 200212 2 001
4 Hasyim Asari, S.Kep Ns, M.Ked/ 19710331 199803 1 004
5 Baiq Dewi HR, SST, M.Kes./19741025200212 2 002
6 Minarti, M.Kep, Sp.Kom /19670730 199303 2 004
7 Nikmah F, S.Kep.Ns. M.Kep / 19770301 200212 2 003
8 Siti Nurkholifah, M.Kep, Sp. Kom / 19730310 199703 2 002
9 Tumini, M.M.Kes/ 19560723 198003 2 003
10 Dr. Hilmi Yumni, M.Kep. Sp. Mat / 196808231997032001
11 Y.K. Windi, S.Pd., M.Kes., MPH., P.hD/196707071995101002
12 Intim Cahyono, S.Kep.Ns. M.Kes /19650308 199103 1 002
13 Suriana, S.Kep.Ns. M.Kep/19701010 1993032002
14 Dinar W, M.Kep, Sp.Kep.J/197401142002121002
15 Eko Rustamaji, SST, M.Tr.Kep/197704202002121003
16 Ferri Kumala, SST, M.Tr.Kep/198108012006042014
17 Muhamad. Ilham Abadi (Mahasiswa)
18 Amelia septi R (Mahasiswa)
19 Gadis Ayu Yustika (Mahasiswa)
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA JURUSAN
KEPERAWATAN PRODI D III KEPERAWATAN KAMPUS
SUTOPO SURABAYA TAHUN 2019
iii
iii
DAFTAR NAMA DOSEN DAN MAHASISWA PADA KEGIATAN
PENGABDIAN MASYARAKAT SEMESTER GENAP TAHUN
2019
1. Daftar Nama Dosen dan Tim Tehnis
No Nama / NIP Pangkat / Golongan
1 Heru Sulistijono, S.Kep.Ns, M.Kes 197110011993031004
Penata /IIIc
2 Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep, Sp.Kom 197303101997032002
Pembina / IVa
3 Minarti, S.Kep.,Ns. M.Kep, Sp.Kom 196707301993032004
Pembina / IVa
4 Bambang Heryanto, S.Kep.Ns, M.Kes 197408111998031001
Penata Tk I/IIId
5 Dr. Hilmi Yumni, M.Kep.Sp.Mat 196808231997032001
Pembina / IVa
6 Y.K Windi, S.Pd., M.Kes., MPH., P.hD 196707071995101002
Pembina Tk I/ IVa
7 Asnani, S.Kep.Ns., M.Ked 197110111994031003
Penata Tk I/IIId
8 Intim Cahyono, S.Kep.Ns, M.Kes 196503081991031002
Pembina / IVa
9 Hasyim As’ari, S.Kep.Ns., M.Ked 197103311998031004
Penata Tk I/IIId
10 Tumini, SKM, M.M.Kes 195607231980032005
Pembina / IVa
11 Nikmatul Fadilah, S.Kep.Ns, M.Kep 197703012002122003
Penata /IIIc
12 Dyah Wijayanti, S.Kep.Ns., M.Kep 198005072002122001
Penata Muda Tk I/IIIb
13 Suriana, S.Kep.Ns, M.Kep 197010101993032002
Penata Tk I/IIId
14 Baiq Dewi Harnani, SST, M.Kes 197410252002122002
Penata /IIIc
15 Dinarwiyata, Ns, M.Kep, Sp. Kep.J 197401142002121002
Penata Muda Tk I/IIIb
16 Eko Rustamaji W, SST.,M.Tr.Kep 197704202002121003
Penata Muda Tk I/IIIb
17 Ferry Kumala, SST.,M.Tr.Kep 198108012006042014
Penata Muda Tk I/IIIb
2. Daftar Nama Mahasiswa
No Nama NIM
1 Muhamad Ilham Abadi P27820317052
2 Amelia Septi R P27820317064
3 Gadis Ayu Yustika P27820317072
iv
5
RINGKASAN
Kegiatan yang berkaitan peningkatan kemampuan ketrampilan sosial anak
melalui kegiatan pemberdayaan ibu dalam pengasuhan anak sehari-hari dengan
menggunakan pendekatan metode coaching. Didukung hasil penelitian yang
dilakukan di PAUD menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara pre dan post
pada kelompok yang mendapatkan perlakuan bimbingan atau konseling terhadap
kebahagiaan lansia dengan nilai signifikan. Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk
peningkatan pemberdayaan ibu melalui metode coaching untuk meningkatkan
ketrampilan sosial anak usia pra sekolah. Jumlah peserta adalah 50 orang. Metode
yang digunakan adalah. Diskusi, demonstrasi , latihan keterampilan dan evaluasi
keterampilan. Hasil pelatihan pada metode coching terjadi peningkatan
keterampilan yang dilihat dari karakteristik pengasuhan ibu dan Ketrampilan
sosial anak. Disarankan bahwa pengabdian masyarakat di institusi khusus seperti
Panti Werdha dapat dilaksanakan secara periodik, dan dosen dapat meningkatkan
inovasinya agar dapat berkontibusi terhadap kesehatan lansia.
Kata kunci: Pemberdayaan Ibu, metode Coaching, ketrampilan sosial, anak usia
pra sekolah
6
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis haturkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta sholawat dan salam kepada Nabi
Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan
Pengabdian Masyarakat yang berjudul Pemberdayaan Ibu melalui metode
Coaching untuk meningkatkan ketrampilan sosial anak usia pra sekolah.Tujuan
kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah sebagai bentuk aplikasi dari hasil
penelitian pada tahun 2018.
Selama proses proses kegiatan sampai penyelesaian laporan ini, penulis banyak
memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
tanpa bantuan dan dorongan yang tiada henti itu rasanya sulit bagi penulis untuk
menyelesaikannya. Untuk itu dalam sebuah karya yang sederhana ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Direktur Poltekkes Kemenkes Surabaya yang telah memberikan dukungan
finansial sehingga kegiatan pengabdian masyarakat dapat terlaksana
2. Ketua atau pimpinan PAUD RW VI Krembangan Masigit Kelurahan
Kemayoran Kecamatan Krembangan Surabaya
3. Pengurus PAUD RW VI Krembangan Masigit Kelurahan Kemayoran
Kecamatan Krembangan Surabaya
4. Bapak/Ibu Dosen Prodi D III Keperawatan Sutopo Surabaya yang telah
memberikan bekal ilmu pengetahuan.
5. Para mahasiswa yang telah terlibat dalam kegiatan pengabdian masyarakat
serta berbagai pihak yang ikut mensupport kegiatan ini
Semoga amal, bantuan bimbingan dan doa yang telah diberikan, mendapat balasan
dari Allah SWT. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh
dari kesempurnaah. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan ini. Akhirnya penulis berharap
semoga apa yang telah penulis selesaikan ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Surabaya, 14 Nopember 2019
Tim Pelaksana
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………… i
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………… ii
DAFTAR NAMA PELAKSANA ……………………………………… iii
RINGKASAN ……………………………………… iv
KATA PENGANTAR ……………………………………… v
DAFTAR ISI ……………………………………… vi
BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………… 1
1.1.Judul Pengabdian kepada masyarakat ……………………………………… 1
1.2 Analisis Situasi ……………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………… 7
1.3 Tujuan Kegiatan ……………………………………… 7
1.4 Manfaat Kegiatan ……………………………………… 7
1.5 Kerangka Pemecahan Masalah ……………………………………… 8
BAB 2 PELAKSANAAN KEGIATAN ……………………………………… 9
2.1 Masyarakat sasaran ……………………………………… 9
2.2 Metode dan Media Kegiatan ……………………………………… 9
2.3 Rencana Evaluasi ……………………………………… 10
2.4 Jadual Kerja ……………………………………… 10
2.5 Susunan Panitia ……………………………………… 13
2.6 Anggaran ……………………………………… 14
BAB 3 HASIL KEGIATAN ……………………………………… 15
3.1 Hasil Kegiatan ……………………………………… 15
3.2 Data Umum ……………………………………… 15 3.3 Data Khusus ……………………………………… 16
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
……………………………………… 32
8
LAMPIRAN
Lampiran 1: Justifikasi anggaran penelitian
Lampiran 2: Sarana dan prasarana penelitian
Lampiran 3: susunan organisasi tim peneliti dan pembagian tugas
Lampiran 4 : biodata ketua dan anggota
Lampiran 5 : surat pernyataan ketua peneliti
9
Lampiran 6. Biodata Ketua Pengabmas
1. Peneliti Utama
A. Identitas diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Heru Sulistijono, M.Kes
2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Jabatan fungsional Lektor
4 NIP 197110011993031004
5 NIDN 4001107101
6 Tempat/Tanggal Lahir: Surabaya, 1-10-1971
7 E-mail [email protected]
8 Nomor HP 081330516009
9 Alamat kantor Jl. Parangkusumo No 1 Surabaya
10 No telepon/Faks 031-3550163, Fax: 031-3554043
11 Mata Kuliah yang diampu Keperawatan Komunitas
Keperawatan Keluarga
Keperawatan Gerontik
B.Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan
Tinggi
Univ. Airlangga
Surabaya
Pasca Sarjana Fakultas
Ilmu Kesehatan
Masyarakat UNAIR
-
Bidang ilmu Ilmu Keperawatan Biostatistika -
Tahun masuk-lulus Tahun 2000-2002. Tahun 2009-2012. -
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 tahun terakhir
No Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber Jumlah
1. 2012 Aplikasi Model simulasi antrianmulti
channel multi phase di Puskesmas
Pesapen Surabaya email :
mandiri -
2. 2013 Kecerdasan emosional dengan prestasi
belajar mahasiswa D3 keperawatan
Poltekkes
Kemenkes
Surabaya
4.5 jt
10
3. 2014 Perbedaan Kemampuan
Perawatan Lansia Pada Etnis
Jawa dan Madiura di Wilayah
Kelurahan Kemayoran Surabaya
Poltekkes
Kemenkes
Surabaya
4.5 jt
4.
D.Publikasi Artikel Ilmiah 5 tahun terakhir
Tahun Judul Penerbit/Jurnal
E. Pemakalah seminar ilmiah (oral presentation) dalam 5 tahun terakhir
No Nama pertemuan
ilmiah/seminar
Judul artikel Waktu dan tempat
Belum ada
A. Karya buku dalam 5 tahun terakhir
No Judul buku Tahun Jumlah
halaman
Penerbit
1 Belum ada
B. Perolehan HKI dalam 5-10 tahun terakhir
No Judul/tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID
Belum ada
11
Lampiran. Surat Pernyataan Ketua Pengabdian Kepada Masyarakat
SURAT PERNYATAAN KETUA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Heru Sulistijono, M.Kes
NIP/NIDN : 197110011993031004 / 4001107101
Pangkat/Golongan : Penata muda / III c
Jabatan Fungsional : Dosen / Lektor
Dengan ini menyatakan bahwa proposal pengabdian kepada masyarakat saya dengan
judul: Pemberdayaan ibu melalui metode coaching untuk meningkatkan
ketrampilan sosial anak Usia Pra Sekolah yang diusulkan untuk tahun anggaran 2019
bersifat original dan belum pernah dibiayai oleh lembaga/sumber dana lain.
Bilamana dikemudian hari ditemukan ketidak sesuaian dengan pernyataan ini, maka saya
bersedia mengembalikan seluruh biaya penelitian yang sudah diterima ke kas negara.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-benarnya.
Surabaya, 14 Juni 2019
Mengetahui Yang menyatakan
Kepala Unit Penelitian Poltekes,
Setiawan, SKM, M.Psi
NIP : 196304211985031005
Heru Sulistijono, M.Kes
NIP: 197110011993031004
1
Mengesahkan, Direktur
Poltekes Surabaya
Drg. Bambang Sugito,
M.Kes
NIP:1962042919930310
02
BAB 1
PENDAHULUAN
1. JUDUL :
PEMBERDAYAAN IBU MELALUI METODE COACHING UNTUK
MENINGKATKAN KETRAMPILAN SOSIAL ANAK USIA PRA
SEKOLAH
2. ANALISIS SITUASI
Masa kanak-kanak akhir (late childhood) merupakan masa yang terjadi
pada usia 6-12 tahun (Monks & Haditono, 2014). Periode tersebut sesuai masa
“usia sekolah” dengan tugas perkembangan utamanya adalah “sosialisasi”. Pada
masa ini anak mulai berhubungan dengan dunia luar dan melihat lingkungan lain
seperti sekolah, sikap egosentris anak sudah mulai berkurang, mempunyai jiwa
kompetitif, mulai berkomunikasi dengan teman-temannya sehingga mereka bisa
membentuk kelompok dan bekerja sama.
Seorang anak untuk dapat diterima oleh lingkungan sosial, maka anak harus
mempunyai kemampuan sosialisasi, kemampuan untuk menghayati tugas-tugas
yang harus diselesaikan sebagai anggota masyarakat. Latihan untuk menyesuaikan
sosial tersebut harus dimulai pada masa balita, karena pengalaman sosial yang
dini mempunyai peranan penting dalam menentukan hubungan sosial anak dimasa
depan dan pola perilaku terhadap orang lain disekitarnya (Gerungan, 2012).
2
Keterampilan sosial bagi seorang anak merupakan faktor penting untuk
memulai dan memiliki hubungan sosial yang positif. Lemahnya keterampilan
sosial pada seorang anak dapat menyebabkan kesulitan dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungan sekitar, sehingga menjadi rendah diri, dikucilkan dari
pergaulan, cenderung berperilaku kurang normatif (antisosial) bahkan bisa lebih
ekstrim misalnya: gangguan jiwa, kenakalan remaja, kriminal dan kekerasan
(Dishion et al., 1984; Eron, 1987; Mu’tadin, 2010)
Keterampilan sosial merupakan perilaku yang dipelajari, diterima dan dapat
membuat seseorang berinteraksi dengan orang lain dengan cara-cara yang dapat
3
memunculkan reaksi positif dari orang lain serta dapat menghindari respon-respon
negatif dari orang lain (Cartledge & Milburn, 2005). Seorang anak yang
mempunyai keterampilan sosial yang baik akan memunculkan perilaku-perilaku
sehingga mendapatkan tanggapan dan reaksi positif dari orang lain, pencapaian
akademik yang tinggi, aktif dan lebih disukai oleh para guru.
Penelitian yang dilakukan oleh Kazdin (dalam Carr, 2011) menyatakan
bahwa lebih dari 50% anak usia 4-5 tahun yang tidak mengalami gangguan
perkembangan telah menunjukkan beberapa gejala gangguan perilaku eksternal
yang dapat berkembang menjadi gangguan perilaku yang menetap.
Gangguan perilaku merupakan gangguan yang bersifat kompleks dan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berinteraksi, misalnya faktor
individu (temperamen dan pengaruh hormonal), faktor keluarga (pola asuh dan
stabilitas keluarga), dan faktor lingkungan (kualitas hubungan dengan sebaya).
Salah satu penyebab interaksi beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya
gangguan perilaku adalah rendahnya keterampilan sosial anak, yaitu kemampuan
untuk mengatur emosi dan perilakunya untuk menjalin interaksi yang efektif
dengan orang lain atau lingkungan.
Bor et al. (2012) menyatakan bahwa penyebab terjadinya perilaku
antisosial adalah karakteristik anak terutama anak yang mengalami masalah
perilaku sebelumnya dan anak-anak yang orang tuanya mengalami konflik atau
berganti pasangan. Di Indonesia meskipun belum ada angka yang pasti, namun
dari jumlah anak yang terlibat kejahatan hukum dan kenakalan dapat
diprediksikan bahwa cukup banyak anak mengalami gangguan perilaku yang
kemungkinan disebabkan karena rendahnya keterampilan sosial.
Menurut data Direktorat Jendral Pemasyarakatan–Departemen Kehakiman
dan Hak Asasi Manusia (HAM), jumlah anak di lembaga pemasyarakatan
mencapai 3.722 orang yang tersebar pada 14 lembaga pemasyarakatan (Budi,
2012). Di Jawa Timur hingga 23 Juli 2015 pada lembaga pemasyarakatan anak
Blitar tercatat sebanyak 107 penghuni (Dinas Informasi & Komunikasi Pemprov
Jatim, 2015). Keadaan tersebut seperti fenomena gunung es, dan diduga angka
kenakalan dan permasalahan sosial lainnya sebenarnya berjumlah 10 kali lipat
(Tambunan, 2015).
4
Ketrampilan sosial yang baik pada anak dapat dicapai ketika ibu memiliki
kemampuan dalam melaqkukan stimulasi untuk meningkatkan ketrampilan sosial
tersebut. Kemampuan ibu dapat dicapai dengan menggunakan metode coaching
dalam meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya. Metode coacing efektif
karena metode ini dapat menciptakan persamaan persepsi dan tujuan antara
perawat dan ibu yang akan memberikan stimulasi pada anak usia pra sekolah.
Metode ini tepat digunakan pada wilayah kota karena tingkat pendidikan ibu
memiliki strata yang hampir sama yaitu menengah keatas. Metode coaching tidak
sama dengan pendidikan kesehatan secara umum karena metode coaching
mengajak ibu secara aktif untuk memahami materi yang disampaikan dengan
inovasi yang dimiliki oleh ibu.
Pada masa ini peranan orang tua sangat penting, dan mempunyai pengaruh
kuat khususnya pada perkembangan sosial anak (Djiwandono, 2016). Tingkah
laku, cara dan sikap orang tua dalam keluarga akan mempengaruhi interaksi
keluarga dan dapat mengakibatkan ciri-ciri tertentu pada perkembangan
kepribadian seorang anak.
Peran pola asuh terhadap kecerdasaan sosial bisa didefinisikan dengan
pola interaksi antara orang tua dengan anak. Metode yang digunakan dalam
mengajarkan nilai dan norma dan gaya orang tua dalam memberikan perhatian
dan kasih sayang. Tetapi kebanyakan para orang tua tidak memahami tentang
dirinya bagaimana peran pola asuh terhadap kecerdasaan sosial anak yang ia
terapkan dalam keluarganya, apakah termasuk pola asuh otoriter, permisif dan
otoritatif yang ia gunakan. Ini sangat penting untuk diperhatikan agar keinginan
untuk menjadikan anak sebagai investasi yang terbaik bisa dimaksimalkan dengan
memberikan pola asuh yang benar.
Menurut teori pengembangan orang tua (Parent Development Theory) yang
dikembangkan oleh Mowder & Sanders (2012) karakteristik pengasuhan orang
tua terdiri dari: ikatan kasih sayang (bonding), disiplin (discipline), perilaku
mendidik (education), kesejahteraan dan perlindungan umum (general welfare
and protection), responsivitas (responsivity) dan sensitivitas (sensitivity).
5
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua,
diantaranya adalah struktur sosial, gaya hidup ibu, lingkungan sosial anak dan
faktor-faktor biologis atau psikologis (Najman et al. 2010).
Zevalkink & Walraven (2016) yang meneliti ibu-anak sebanyak 80 orang di
daerah Bandung Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua
karakteristik pengasuhan, yaitu: pertama, orang tua Indonesia jarang
menggunakan hukuman fisik seperti menampar atau memukul dan biasanya orang
tua serba membolehkan. Ketika penerapan disiplin tidak dapat dilakukan, mereka
lebih senang membujuk atau merayu anak dengan janji, menakuti anak,
memarahinya secara berlebihan, mempermalukan anak di depan orang lain.
Kedua, orang tua cenderung memenuhi harapan dan kemauan anak sebelum usia 3
tahun dan membiarkan tanpa mengabaikan permintaan anak pada usia setelah 3
tahun.
Diperkirakan lebih dari 200 juta anak di Negara berkembang gagal
mencapai potensi perkembangan optimalnya karena lingkungan yang tidak
mendukung sehingga mempengaruhi perkembangan kognitif, motorik, emosi
dan sosial anak (Sambuari, dkk. 2013).
Anak kurang sosialisasi dapat disebabkan oleh perubahan fisik yang
juga berpengaruh terhadap tingkah laku anak. Di samping itu juga dapat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan berupa perubahan perlakuan orang dewasa
terhadap anak. (Somantri, 2005).
Profil PAUD diwilayah Kecamatan Krembangan Surabaya, fenomena
lapangan pada anak usia 6 tahun yang sekolah di PAUD, bahwa dari 30 anak
didapatkan 13 anak (40%) mempunyai keterampilan sosial yang rendah, misalnya:
sulit untuk mengawali percakapan dan bergaul, kurangnya empati dan simpati,
tidak bisa diajak kompromi, tidak percaya diri dan lain-lain. Pada studi
pendahuluan didapatkan anak dengan keterampilan sosial rendah mayoritas
mempunyai nilai akademik yang kurang dan memerlukan bimbingan serta
perhatian lebih dari orang tua dibandingkan dengan anak yang keterampilan
sosialnya tidak rendah.
Keadaan tersebut sangat ironis karena keterampilan sosial pada dasarnya
membuat seorang anak dapat berinteraksi dengan anak lain maupun orang
6
dewasa, serta berperilaku yang layak dalam berbagai situasi. Oleh karena itu
keterampilan sosial harus dikembangkan sedini mungkin agar dapat memudahkan
anak dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan berikutnya sehingga anak dapat
berkembang secara normal dan sehat (Mu’tadin, 2013).
Pada fase ini peran orang tua (ibu) sangat penting dalam membangun
keterampilan sosial anak agar kemampuan bersosialisasi anak bisa lebih terasah
(Gerungan, 2014). Anak yang mempunyai keterampilan sosial tinggi akan
mengembangkan pertemanan, belajar bahasa alami, mengurangi mencari
perhatian yang tidak perlu, mengurangi ketergantungan, persetujuan atau
penerimaan teman sebaya, mengurangi kesendirian dan meningkatkan kualitas
hidup. Perkembangan sosial anak akan terbentuk bila diberi stimulasi oleh orang
tua sejak dini, yaitu dengan cara bermain, dan mengajarkan anak untuk
memperkenalkan diri bila ada orang baru. Jangan memberikan permainan yang
tidak sesuai dengan usia anak, tapi berikan permainan yang sesuai untuk
perkembangan sosial anak. Dari ulasan di atas, peneliti ingin memperdalam
masalah tentang pengaruh ketrampilan sosial terhadap perkembangan sosial anak
usia 2-3 tahun.
Promosi kesehatan melalui pelatihan pengasuhan ibu untuk meningkatkan
ketrampilan social anak, merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar
mereka dapat mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai
sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan. upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu
kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka
jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan
(advocacy), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat
(empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan
mengetahui masalahnya sendiri, dalam tatanan rumah tangga, agar dapat
menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan
meningkatkan kesehatannya.
7
Prodi Keperawatan Kampus Sutopo Surabaya mempunyai misi untuk
melakukan tridarma perguruan tinggi berupa pengabdian masyarakat. Pelaksanaan
pengabdian masyarakat yang terkait dengan upaya promotif sangat dibutuhkan
oleh masyarakat. Oleh karena itu dosen di Prodi Keperawatan Kampus Sutopo
Surabaya akan melaksanakan pengabdian masyarakat di Wilayah Keluarahan
Kemayoran Kecamatan Krembangan Kota Surabaya dengan judul “Pelatihan
teknik pengasuhan ibu untuk meningkatkan ketrampilan sosial anak usia pra
sekolah”.
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama dan utama bagi anak,
dimana terjadi proses interaksi antara orang tua dan anak sehingga terbentuklah
sikap dan perilaku sesuai pengasuhan yang telah diberikan oleh orang tua anak
tersebut ketika berada dalam lingkungan keluarganya. Berdasarkan hasil
penelitian di PAUD Surabaya menunjukkan dari pengasuhan orang tua pada anak
mayoritas kurang baik 57.1 %. Pola asuh orang tua memberikan kontribusi yang
tinggi dalam mewarnai perkembangan bentuk-bentuk perilaku sosial anak. Pola
asuh yang diberikan orang tua pada anak berbeda-beda, dipengaruhi oleh faktor
internal antara lain latar belakang keluarga, usia orang tua dan anak, wawasan
orang tua, serta konsep peran orang tua. Sedangkan faktor eksternal yang
mempengaruhi pola asuh orang tua meliputi tradisi yang berlaku dalam
lingkungan keluarga, sosial-ekonomi, dan semua hal yang berasal dari luar
keluarga tersebut dalam menerapkan pola asuh sangat dominan berperan dan
mempengaruhi perkembangan anak. Penerapan pola asuh oleh orang tua terhadap
anak dapat mempengaruhi proses pendidikan anak terutama dalam pembentukan
kepribadiannya. Karena disiplin yang dinilai efektif oleh orang tua belum tentu
serasi dengan perkembangan anak. Permasalahan diatas jika tidak diatasi akan
berdampak pada status kesehatan keluarga.
Berdasarkan berbagai pertimbangan tersebut, maka pemilihan lokasi untuk
pengabdian masyarakat dilakukan di PAUD Angrrek Bulan yang memungkinkan
untuk keberlangsungan kegiatan dan meningkatkan kemampuan ibu dalam
memberikan stimulasi pada anak untuk meningkatkan ketrampilan sosial melalui
metode coaching.
8
3. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimanakah karakteristik teknik pengasuhan ibu (Ikatan kasih sayang,
Disiplin, Perilaku mendidik, Kesejahteraan dan perlindungan,
Responsivitas, Sensitivitas) antara sebelum dan sesudah dilakukan
pelatihan melalui metode coaching ?
b. Bagaimanakah perkembangan ketrampilan sosial anak antara sebelum dan
sesudah dilakukan pelatihan melalui metode coaching?
4. TUJUAN KEGIATAN
a. Tujuan Umum
Melalui metode Coaching memberdayakan ketrampilan ibu dalam
meningkatkan ketrampilan sosial anak usia pra sekolah
b. Tujuan Khusus
1) Melalui metode coaching memberikan pelatihan ketrampilan
pemberdayaan ibu untuk meningkatkan ketrampilan sosial anak usia
pra sekolah
2) Menggunakan metode coaching memberdayakan ibu untuk melakukan
identifikasi indikator ketrampilan sosial yang perlu diketahui
karakteristik (Ikatan kasih sayang, Disiplin, Perilaku mendidik,
Kesejahteraan dan perlindungan, Responsivitas, Sensitivitas).
5. MANFAAT KEGIATAN
a. Manfaat kegiatan bagi masyarakat adalah:
1) Meningkatkan pengetahuan ibu-ibu di masyarakat tentang ketampilan
sosial anak
2) Meningkatnya kemampuan ketrampilan ibu-ibu masyarakat dalam
memberikan pengasuhan kepada anak.
b. Manfaat bagi dosen:
1) Sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat
2) Upaya kerjasama lintas sektor dengan pihak Lapangan
3) Meningkatkan partisipasi institusi pemerintahan dengan PAUD
diwilayah Surabaya
8
4) Sebagai upaya promosi institusi pada masyarakat luas.
6. KERANGKA PEMECAHAN MASALAH
Berdasarakan paparan pada analisis situasi di atas, maka dapat diketahui
bahwa kurangnya pengetahuan masyarakat tentang masalah ketampilan
pengasuhan yang dimiliki dan kemampuan mengidentifikasi ketrampilan social
anak dapat diatasi melalui metoide coaching promosi kesehatan (penyuluhan dan
pelatihan) memberdayakan ibu. Untuk mengetahui kerangka pemecahan masalah
dapat dilihat pada skema berikut :
Masalah Pemecahan masalah
Pengetahuan yang
kurang tentang teknik
pengasuhan anak
Metode coaching memberdayakan teknik
pengasuhan ibu :
a. Ikatan kasih sayang (bonding), b. Disiplin (discipline),
c. Perilaku mendidik (education),
d. Kesejahteraan dan perlindungan umum
(general welfare and protection),
e. Responsivitas (responsivity)
f. Sensitivitas (sensitivity).
g. Mengatur jarak kelahiran.
Ketidakmampuan
masyarakat (ibu) dalam
memberikan
pengasuhan untuk
meningkatkan
ketrampilan sosial anak
Mengidentifikasi teknik pengasuhan ibu dengan metode coaching :
a. ikatan kasih sayang (bonding), b. disiplin (discipline), c. perilaku mendidik (education), d. kesejahteraan dan perlindungan umum
(general welfare and protection),
e. responsivitas (responsivity)
f. sensitivitas (sensitivity).
g. Mengatur jarak kelahiran.
masalah kesehatan teratasi
Metode coaching memberikan pelatihan
ibu tentang : Indikator Keterampilan Sosial
Anak
Komunikasi
Berhubungan dengan teman sebaya
Pencapaian akademik
Memenuhi permintaan orang lain
Interpersonal
9
BAB 2
PELAKSANAAN KEGIATAN
1. MASYARAKAT SASARAN
a. Khalayak sasaran yang strategis adalah ibu-ibu yang mempunyai anak usia
pra sekolah di PAUD dan mempunyai kemauan dan kemampuan untuk
penerapan Metode coaching melalui pemberian pelatihan kepada ibu tentang :
Indikator Keterampilan Sosial anak yang berjumlah sekitar 54 orang.
b. Menerapkan keahlian dari pengabdi yang merupakan dosen yang memiliki
kompetensi di bidang keperawatan pada umumnya dan khususnya
keperawatan komunitas, baik ditinjau dari bidang keilmuan Medikal Bedah,
Komunitas, dan Jiwa serta memiliki pendidikan minimal S2 dengan masa
kerja lebih dari 15 tahun
2. METODE DAN MEDIA KEGIATAN
Pendidikan dan pelatihan kesehatan ibu-ibu dengan menggunakan metode
COACHING :
1. Konseling
2. Konsultasi
3. Mentoring
4. Ceramah Tanya Jawab
5. Demonstrasi
6. Pelatihan
Media yang digunakan adalah:
1. Modul materi penyuluhan dan modul pelatihan
2. poster dan leafleat
3. Komputer
4. LCD
10
3. RENCANA EVALUASI
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan tahap sebagai berikut :
a. Evaluasi struktur, yang terdiri dari
1) Persiapan media
2) Persiapan modul
3) Materi kegiatan
4) Persiapan sarana dan prasarana
5) Koordinasi dengan pihak terkait
b. Evaluasi Proses:
1) Pemberian materi
2) Fasilitator
3) Pembagian tugas dan tanggungjawab
4) Kehadiran peserta
5) Waktu pelaksanaan
6) Pre tes dan pos tes
7) Proses pendampingan
c. Evaluasi Hasil:
1) Menggunakan checklist mengukur hasil pengetahuan tentang indikator
ketrampilan sosial
2) Hasil pre tes dan pos tes
4. RENCANA DAN JADUAL KERJA
a. Rencana:
1) Kegiatan dilaksanakan selama 3 bulan Juni s.d Oktober 2019
2) Rencana kegiatan tentatif dapat dilihat pada tabel berikut:
11
No Waktu Kegiatan Penanggungjawab
1 09.00- 12.30 Materi 3: Melatih cara mengukur Indikator Keterampilan Sosial
Anak
1. Komunikasi
2. Berhubungan dengan
1. Heru S, S.Kep.Ns, M.kes
2. Bambang H,
S.Kep.Ns, Mkes
3. Asnani, S.Kep,Ns,
M.Ked
Kegiatan 1 : Mg ke 2 dan ke 4 Bulan Juni 2019
No Waktu Kegiatan Penanggungjawab
1 07.30-8.30 Perjalanan Surabaya - Meuju Lokasi
Seksi Akomodasi
2 08.30 - 09.00 Persiapan Di Lokasi Pengabdian Koordinasi dengan kader
kesehatan dan ibu-ibu masyrakat
desa
Seksi Acara, perlengkapan dan
Humas
3. 08.00-09.00 Pembukaan 1. Kepala Desa/Ka Puskesmas
desa
2. Ka Unit UPPM Poltekkes
Poltekes Kemenkes Surabaya
Seksi Acara
4. 09.00-11.30 Materi 1: Melatih teknik pengasuhan ibu tentang :
a. ikatan kasih sayang (bonding),
b. disiplin (discipline),
c. perilaku mendidik (education),
1. Hasyim Asari, S.Kep Ns, M.Ked
2. Hilmi Yumni,
M.Kep,Sp.Mat
3. Baiq Dewi HR,
SST, M.Kes
4. Ferry K
Kegiatan 2 : Mg 1 dan ke 2 Bulan Juli 2019
No Waktu Kegiatan Penanggungjawab
1 09.00-12.30 Materi 2: Melatih teknik pengasuhan ibu tentang :
a. kesejahteraan dan perlindungan
umum (general welfare and
protection),
b. responsivitas (responsivity)
c. sensitivitas (sensitivity).
d. Memberikan psndidikan
kesehatan tentang cara
mengatur jarak kelahiran.
1. Dyah W, M.Kep 2. Minarti,
M.Kep,Sp.Kom
3. Siti Nurkholifah,
SKM,M.Kep, Sp.
Kom
4. Tumini, M.M.Kes
5. Nikmah F, M.Kep
6. Eko R
Kegiatan 3 : Mg ke 2 dan ke 4 Bulan Oktober 2019
12
teman sebaya 3. Pencapaian akademik
4. Memenuhi permintaan
orang lain
5. Interpersonal
4. Intim C. S.Kep.Ns. MKes
5. Dinar W
2 Penyusunan laporan Tim
b. Jadwal Kegiatan
Jadual kegiatan untuk Pengabdian masyarakat dapat dilihat sebagai berikut:
NO KEGIATAN BULAN
Juni Juli Oktober
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penjajagan
2 Penyusunan modul dan
bahan
3 Persiapan dan Pengurusan
pelaksanaan
4 Pelaksanaan kegiatan
5 Penyusunan laporan
13
SUSUNAN PANITIA PENGABDIAN MASYARAKAT PRODI D
III KEPERAWATAN KAMPUS SUTOPO SURABAYA DI PAUD
ANGGREK BULAN
TAHUN 2019
Pengarah
Penasehat
Penanggung Jawab
Ketua
Sekretaris
Bendahara
Anggota
Seksi Acara
Seksi Humas
Seksi Dokumentasi
dan Perlengkapan
Seksi Konsumsi dan
Akomodasi
: Direktur Politekhnik Kesehatan Kemenkes Surabaya drg. Bambang Hadi Sugito, M.Kes
: Pudir I Bidang Akademik
Winarko, SKM, M. Psi
: 1. Ka Unit UPPM Poltekkes Surabaya
Setiawan, SKM, M. Psi
2. Kaprodi D III Keperawatan Kampus
Sutopo Surabaya
Siti Nurkholifah, M.Kep,Sp.Kom
: Heru Sulistijono, Skep.Ns.MKes
: Baiq Dewi Harnani R, SST.,M.Kes
: Bambang Heriyanto, S.Kep.Ns, M.Kes
: Tumini, M.M. Kes Nikmatul Fadilah, Skep.Ns.M.Kep. Hasyim A, S.Kep.Ns,M.Ked
Minarti, M.Kep,Sp.Kom
Asnani,S.Kep.Ns.M.Ked
: Hilmi Yumni, M.Kep,Sp.Mat
Suriana, S.Kep.Ns.M.Kep.
Dyah W, M.Kep
: Intim C,S.Kep.Ns,M.Kes
Dinar W Eko R
: Ferry K
Muhamad. Ilham Abadi (Mahasiswa) Amelia septi R (Mahasiswa)
Gadis Ayu Yustika (Mahasiswa)
5. ANGGARAN PELAKSANAAAN kEGIATAN
KODE
PROG
MAK SUB KEG./JENIS
BELANJA/RINCIAN KEG.
RINCIAN
JUMLAH
024.12.10 PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN (PPSDMK)
524111 Belanja Perjalanan Biasa
Uang Transport dalam kota :
a. Pelaksanaan pemberian materi 5 org x 100,000 x 1 kl 500.000
b. Proses Pendampingan 6 org x 100,000 x 1 kl 600.000
c. Evaluasi 6 org x 100,000 x 1 kl 600.000
Jumlah 1.700.000
521211 Belanja Barang
Konsumsi 54 org x 35,000 x 3 kl 5.670.000
a. Souvenir (Tas) 54 x 148.000 7.992.000
b. Buku catatan 54 buku x 9,000 486.000
c. Bolpoint 54 buah x 4,000 216.000
d. Buku Panduan 54 buah x 67.000 3.618.000
e. Spanduk 2 buah x 175,000 350.000
Jumlah 18.332.000
Biaya penggandaan dan fotocopy
Proposal 25 exp x 51.000 1.275.000
Kertas A4 80 gram 2 rim x 76.500 153.000
Laporan 30 exp x 80.000 2.400.000
Quesioner Pre Post Tes 7 lbr x 50 eks x 200 x 2 140.000
Jumlah 3.968.000
JUMLAH TOTAL 24.000.000
14
15
BAB 3
HASIL KEGIATAN
1. Hasil Kegiatan
a. Gambaran Lokasi
Pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan di PAUD Anggrek
Bulan Surabaya, yang merupakan salah satu PAUD di wilayah RW VI
Krembangan Masigit Kelurahan Kemayoran Kecamatan Krembangan
Surabaya. jumlah siswa PAUD sebanyak 54 orang berdasarkan pendataan,
dan yang memenuhi syarat untuk dilakukan kegiatan pengabdian
masyarakat dan latihan.
b. Pelaksanaan Pengabdian Masyarakat
Kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan diawali dengan kegiatan
pemberian materi Pola pengasuhan ibu dan ketarmpilan sosial anak pada
minggu I Oktober 2019, kemudian dilakukan praktek ketrampilan social
pada minggu ke II, dan selanjutnya pada Minggu ke III dilaksanakan
evaluasi hasil kegiatan. Adapun hasil yang didapatkan disajikan dalam
bentuk data umum dan data khusus.
2. Data Umum
Data umum yang dilaporkan adalah pendidiksan ibu .
a) Data Karakteristik Ibu peserta pengabdian masyarakat berdasarkan
Umur
Berdasarkan tabel 1 di bawah dapat diketahui sebaran pendidikan ibu
adalah mayoritas SMA.
Tabel 1 Distribusi karateristik peserta pengabdian masyrakat di PAUD
RW VI berdasarkan tingkat pendidikan
Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase
SD 2 3.7 SMP 4 7.4
SMA 45 83
PT 3 5.5
16
Total 54 100
b) Data karekateristik ibu peserta pengabdian masyarakat berdasarkan
jumlah anak.
Pada tabel 2 dibawah didapatkan mayoritas ibu mempunyai 2 anak
Tabel 2 Distribusi karateristik peserta pengabdian masyrakat di PAUD
RW VI berdasarkan jumlah anak
Jumlah anak Frekuensi Persentase
1 2 3.7 2 52 96.3
Total 54 100
3. Data Khusus
a) Deskripsi Karakteristik Pengasuhan Ibu
Data karakteristik pengasuhan ibu setelah diberikan materi dan
dilakukan praktek pengasuhan ketrampilan sosial pada anak,
selanjutnya dieavaluasi pada minggu ke 3 didapatkan pada tabel 3
dibawah ini
Tabel 3 Distribusi karakteristik ketrampilan pengasuhan orang tua pada
anak di PAUD wilayah kecamatan Krembangan Surabaya
Oktober 2019
keterampilan pengasuhan
orang tua
Frekuensi Persentase
Kurang 2 3.7
Baik 52 96.3
Total 54 100
Pada tabel 3. diatas didapatkan bahwa mayoritas karakteristik
pengasuhan orang tua pada anak mayoritas baik 96.3 %
b) Deskripsi Karakteristik Ketrampilan sosial anak
Karakteristik ketrampilan sosial anak di PAUD RW VI didapatkan
sebagai berikut
17
Tabel 4. Distribusi keterampilan sosial anak di PAUD wilayah
kecamatan Krembangan Surabaya Oktober 2019
keterampilan sosial Frekuensi Persentase
Kurang 3 5.5
Baik 51 94.4
Total 54 100
Pada tabel 4.8. diatas didapatkan bahwa mayoritas karakteristik ketrampilan
sosial anak mayoritas baik 94.4 %
4. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pola Asuh
1. Definisi
Pola asuh menurut menurut Yusuf (2006), pola asuh merupakan model atau
sikap perlakuan yang diterapkan oleh orang tua dalam pengasuhan atau
melakukan interaksi dengan anak sejak dalam kandungan sampai dewasa. Shochib
(2000) berpendapat bahwa pola asuh orang tua merupakan upaya orang tua yang
diaktualisasikan dalam lingkungan fisik, lingkungan sosial internal dan eksternal,
pendidikan internal dan eksternal, dialog dengan anak-anak, suasana psikologis,
sosial budaya, perilaku dengan anak, memberikan contoh perilaku pada anak dan
menentukan nilai-nilai moral sebagai dasar perilaku.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pola asuh
merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan
pengasuhan. Orang tua berperan dalam mendidik, membimbing, mendisiplinkan
dan melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma
yang ada pada masyarakat.
18
n kepad
2. Macam-macam Pola Asuh
a. Pola asuh menurut Baumrind
Terdapat tiga jenis pola asuh orang tua menurut Baumrind (2006),
yaitu: pola asuh otoriter, serba membolehkan dan demokratif. Pola asuh
otoriter merupakan bentuk pola asuh yang menekankan pada pengawasan
orang tua atau kontrol yang ditujukan kepada anak untuk mendapatkan
ketaatan dan kepatuhan. Orang tua menilai bahwa ketaatan merupakan suatu
kebaikan.
Pola asuh serba membolehkan merupakan bentuk pengasuhan orang tua
yang memberikan kebebasan sebanyak mungkin kepada anak untuk mengatur
dirinya, anak tidak dituntut untuk bertanggung jawab dan banyak dikontrol
oleh orang tua. Sedangkan pola asuh demokratif merupakan pola asuh yang 7
banyak memberikan kesempata a anak untuk membuat keputusan
secara bebas, berkomunikasi dengan lebih baik, mendukung anak untuk
memiliki kebebasan sehingga anak mempunyai kepuasan dan sedikit
memberikan hukuman fisik untuk mengembangkan disiplin.
Banyak penelitian dengan menggunakan teori Baumrind diantaranya
adalah penelitian yang dilakukan oleh (Taamu 2004; Chen et al. 1997; Nelson
et al. 2006) bahwa pengasuhan orang tua yang demokratif maka perilaku
penyesuaian sosial serta prestasi akademik anak juga akan semakin baik.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Neal & Horbury (2001) menyatakan
bahwa dari ke tiga jenis pola asuh yang diterapkan oleh orang tua tidak
berpengaruh terhadap kemampuan dan persepsi anak untuk menjalin
hubungan dengan orang lain (masyarakat).
b. Pola asuh menurut Mowder
Teori pengembangan peran orang tua merupakan suatu panduan yang
dapat digunakan untuk memahami bagaimana mengembangkan kepercayaan
tentang peran mereka sebagai orang tua dan memahami persepsi peran orang
tua. Persepsi tersebut berkembang dari waktu ke waktu, berubah dan bergeser
sebagai jawaban atas langkah-langkah pengembangan anak yang berbeda dari
kelahiran menuju ke kedewasaan (Mowder et al. dalam Liebling, 2004).
19
Menurut Mowder & Sanders (2008) teori pengembangan peran orang
tua merupakan pengembangan dari teori pengembangan orang tua dan tidak
hanya merupakan definisi orang tua (individu, mengenali, menerima dan
melaksanakan peran orang tua), akan tetapi merupakan suatu uraian ketika
orang tua menemani dan berperilaku. Teori pengembangan orang tua
memandang orang tua ketika menyelesaikan suatu peranan sosial dan pada
akhirnya bagaimana konsep individu dari peran orang tua karena orang tua
adalah unik. Karakteristik pengasuhan orang tua terdiri dari 6 karakteristik,
yaitu:
1). Ikatan kasih sayang didefinisikan oleh Mowder (dalam Harari, 2005)
merupakan perilaku yang menunjukkan kasih sayang dan perasaan cinta
kepada anak. Bowlby (dalam Crain, 2007) mendefinisikan ikatan kasih
sayang sama dengan jatuh cinta, serta mempertahankan ikatan tersebut
untuk mencintai seseorang. Secara khusus ikatan kasih sayang merupakan
gambaran proses pencarian kasih sayang antara anak dengan orang tua.
Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa kasih sayang
merupakan suatu proses yang bisa menggambarkan perasaan orang tua ke
anak dan perasaan anak ke orang tua. Asuhan kasih sayang orang tua
dimulai dari pengalaman ikatan orang tua terhadap anak-anaknya (Harari,
2005).
2). Disiplin merupakan perilaku orang tua yang menetapkan aturan dan
batasan-batasan untuk anak (Sochib, 2000). Penerapan disiplin yang
berbeda oleh orang tua akan memberikan hasil yang berbeda pada anak
(Baumrind, 1996). Orang tua yang bersikap otoriter dan yang memberikan
kebebasan penuh akan menyebabkan anak untuk berperilaku agresif, hal
tersebut berbeda dengan orang tua yang demokrasi (Sochib, 2000).
Disiplin yang bersifat hukuman, menekan dan tidak empati akan
menyebabkan anak menarik diri dari tekanan, bersifat mengintimidasi,
bergantung pada orang lain, pencemas dan menurunnya nilai akademik
(Zevalkink & Walraven, 2001). Skema disiplin mengarah pada orang tua
yang menentukan batasan dan aturan bersama dengan anak.
20
3). Perilaku mendidik merupakan perilaku orang tua dalam mendidik dan
membimbing anak. Seorang anak akan mengalami pertumbuhan menuju
dewasa, oleh karena itu orang tua harus menyesuaikan perilaku
mendidiknya dengan karakteristik anak (Baharuddin, 2007). Karakteristik
pendidikan orang tua berfungsi sebagai transmisi informasi antara orang
tua dan anak, termasuk menasehati dan sebagai role model. Menurut teori
belajar sosial, ketika orang tua menyampaikan pentingnya pendidikan dan
model perilaku yang sesuai, maka anak akan memperagakan dan
melakukan penguatan (Crain, 2007). Teori belajar sosial juga meliputi
konsep bahwa harapan anak akan meningkat ketika mereka dewasa yaitu
harapan tentang pencapaian akademik (Harari, 2005).
4). Kesejahteraan dan perlindungan umum berorientasi pada pemeliharaan
anak dari kejahatan dan kekerasan serta memenuhi kebutuhan anak. Pada
masyarakat kota, mayoritas orang tua dalam memelihara kebutuhan dan
melindungi anak mereka dalam waktu tertentu dengan menggantikan
orang dewasa lain untuk mempedulikan anak mereka. Kesejahteraan dan
perlindungan umum difokuskan pada semua aspek orang tua untuk
mengawasi kebutuhan dan keselamatan fisik anak, hal tersebut dapat
dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung (Mowder dalam
Harari, 2005).
5). Responsivitas merupakan periode dimana orang tua bersedia
mendengarkan dan bertindak sesuai dengan kebutuhan anak. Menurut
Baumrind (1991), responsivitas merupakan reaksi orang tua untuk
membantu perkembangan anak yang disesuaikan dengan kebutuhan anak.
Peran orang tua yang paling utama dalam pengasuhan ini adalah pada saat
menjalin interaksi untuk memenuhi kebutuhan anak, orang tua bersedia
mendengarkan ketika mereka bereaksi kepada kebutuhan anak dengan
mencoba untuk membantu kebutuhan anak.
6). Sensitivitas menggambarkan ketika mempertemukan tanggapan orang tua
dengan kebutuhan anak. Aspek perilaku ibu yang paling utama adalah
penyesuaian respon orang tua dengan isyarat dari anak. Ibu diharapkan
untuk lebih sensitif pada isyarat anak ketika memenuhi dan menyesuaikan
21
kebutuhan anak (Harari, 2005). Sensitivitas memfokuskan orang tua untuk
memelihara ketelitian sesuai dengan kebutuhan anak.
Teori pengembangan orang tua yang dikembangkan oleh Mowder telah
diaplikasikan dalam suatu penelitian, diantaranya adalah penelitian yang
dilakukan oleh Liebling (2004), menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara persepsi dan perilaku orang tua. Ikatan kasih sayang,
disiplin, kesejahteraan dan perlindungan umum, responsivitas dan sensitivitas
berhubungan dengan tingkat keterampilan sosial anak dan remaja.
Hasil tersebut didukung dengan penelitian lain yang dilakukan oleh
Harari (2005), bahwa dari enam karakteristis pengasuhan orang tua, lima
diantaranya berhubungan dengan keterampilan sosial anak. Kesejahteraan dan
perlindungan umum tidak signifikan dengan keterampilan sosial anak remaja.
Aunola & Nurmi (2005) menyatakan bahwa orang tua dengan kendali
psikososial tinggi berhubungan dengan tingginya masalah anak baik masalah
internal maupun masalah eksternal. Perilaku sosial anak rendah banyak
ditemukan pada orang tua yang mengendalikan, membatasi dan tidak ada
kasih sayang (Flory, 1999).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh.
Banyak faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua, diantaranya
adalah: 1) Struktur sosial (sosial ekonomi), status sosial ekonomi yang rendah
terkait dengan awal kehamilan ibu, komplikasi-komplikasi perinatal, besarnya
keluarga, konflik dalam rumah tangga. 2) Gaya hidup ibu (merokok dan minum
alkohol selama kehamilan). 3) Lingkungan sosial anak (keadaan mental ibu dan
praktik pengasuhan). 4) Faktor-faktor biologis atau psikologis ibu dan anak
(Najman et al., 2000).
Pendapat tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Zevalkink
& Walraven (2001) bahwa praktik pengasuhan orang tua dipengaruhi oleh: 1)
Struktur keluarga, orang tua Sunda-Indonesia dikenal menikah pada usia muda
(menjadi orang tua pada usia muda) dan memilih untuk memiliki banyak anak. 2)
Pendidikan. 3) Sosial ekonomi. 4) Kesehatan (status gizi, jumlah vaksinasi dan
kebersihan rumah tangga). 5) Mobilitas hunian (perpindahan rumah).
22
Menurut Gerungan (2004), status dan nilai anak dalam keluarga akan
menyebabkan pola pengasuhan yang berbeda. Begitu juga dengan jenis kelamin
anak tertentu, sebagian masyarakat masih ada yang menginginkan jenis kelamin
anak tertentu. Kelahiran anak laki-laki lebih diharapkan oleh banyak keluarga,
karena kehadiran anak laki-laki lebih terasa menggembirakan dibandingkan
dengan kehadiran anak perempuan.
Sebuah studi lintas budaya (cross cultural) yang dilakukan oleh Freedman
et al. (dalam Wirawan, 2007), menemukan hal-hal sebagai berikut: 1) Masyarakat
yang memilih anak laki-laki dari pada anak perempuan terdapat di Korea Selatan,
Taiwan, India, Turki (Ankara), Mexico City dan di antara penduduk Tionghoa di
Thailand. 2) Pola campuran, dimana pemilihan tergantung pada ukuran yang
dipakai, tidak mutlak memilih anak laki-laki, terdapat pada masyarakat suku
Betawi di Jakarta, Jawa Timur, Philipina dan bangsa Thai di Thailand serta orang-
orang Melayu di Malaysia Barat. 3) Adanya keinginan yang tegas, paling sedikit
seorang anak dari masing-masing jenis kelamin, ditemukan pada masyarakat-
masyarakat Eropa dan Amerika Utara.
B. Keterampilan Sosial
1. Pengertian Keterampilan Sosial
Terdapat berbagai macam definisi mengenai keterampilan sosial. Salah satu
definisi keterampilan sosial yang diungkapkan oleh Libet & Lewinston (dalam
Cartledge & Milburn, 1995) bahwa keterampilan sosial merupakan kemampuan
untuk berperilaku seperti yang diharapkan orang lain dan tidak melakukan apa
yang tidak dikehendaki oleh orang lain. Menurut Combs & Slaby (dalam
Cartledge & Milburn, 1995), menjelaskan bahwa keterampilan sosial merupakan
kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dalam lingkungan sosial dengan
cara-cara khusus yang dapat diterima oleh lingkungan dan pada saat bersamaan
dapat menguntungkan individu, atau bersifat saling menguntungkan atau
menguntungkan orang lain.
Eisler & Frederikson (dalam Cartledge & Milburn, 1995) mendiskripsikan
keterampilan sosial sebagai aspek-aspek yang dapat diamati (observable aspect)
dan elemen-elemen kognitif yang tidak dapat diamati (non observable cognitive
23
element). Elemen tersebut meliputi harapan, pemikiran dan keputusan mengenai
apa yang seharusnya dikatakan atau dilakukan dalam interaksi, persepsi yang
tepat mengenai apa yang diharapkan oleh orang lain atau respon apa yang paling
disukai orang lain mengenai pendapatnya. Cartledge & Milburn (1995)
mengemukakan keterampilan sosial merupakan perilaku yang dipelajari, diterima
dan dapat membuat seseorang berinteraksi dengan orang lain dengan cara yang
dapat memunculkan reaksi positif dari orang lain serta dapat menghindari reaksi
negatif dari orang lain.
Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan
sosial adalah suatu kemampuan yang dipelajari dan dimiliki oleh individu untuk
dapat memunculkan perilaku yang spesifik dalam situasi tertentu dengan tujuan
agar dapat mencapai dan melakukan tujuan interaksi sosial dengan baik sehingga
dapat menjadi kompeten secara sosial.
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial bagi sebagian besar anak-anak berkembang secara
alami sesuai dengan pertumbuhan mereka. Pada umumnya anak-anak
mempelajari keterampilan sosial tersebut dari interaksi sehari-hari mereka dengan
orang lain. Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan
sosial, yaitu:
a. Usia
Anak pada usia pra sekolah memiliki sifat egosentris yang tinggi dan
masih sulit untuk memahami orang lain. Akan tetapi ketika anak mulai
memasuki usia akhir kanak-kanak dan mulai bersekolah maka sikap egosentris
anak sudah mulai berkurang, anak mulai berpusat pada kebutuhan orang lain
serta mulai mempertimbangkan orang lain (Graha, 2007). Pada usia sekolah
anak semakin sering berinteraksi dengan anak-anak lain, yang dapat
meningkatkan kemampuan serta pemahaman anak akan pentingnya untuk
memiliki keterampilan yang dapat membantu dalam menjalin hubungan
dengan orang lain serta teman sebayanya.
24
Perkembangan kognisi anak juga berpengaruh terhadap keterampilan
sosial. Perkembangan kognisi anak akan berkembang seiring dengan
pertambahan usia seseorang. Menurut Hurlock (1993), kognisi sosial anak
tentang teman sebaya sangat penting untuk dapat memahami bagaimana
hubungan teman sebaya. Anak-anak yang tidak dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan sosialnya, dianggap tidak memiliki keterampilan sosial
yang memadai untuk berinteraksi secara efektif dengan orang lain.
b. Jenis kelamin
Pada masa kanak-kanak, anak laki-laki lebih menyukai permainan yang
banyak melibatkan aktivitas fisik dalam berinteraksi dengan sosial, sedangkan
anak perempuan lebih menyukai permainan yang lebih bersifat pasif dan
menetap. Perbedaan gender tersebut dipengaruhi oleh dampak biologis, namun
berdasarkan beberapa bukti yang diperoleh, belajar sosial mempunyai
pengaruh yang lebih tinggi. Anak perempuan mempunyai risiko lebih tinggi
untuk terjadinya penarikan sosial (menarik diri) dibandingkan dengan anak
laki-laki pada ibu yang otoriter (Nelson et al., 2006).
c. Lingkungan
Lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan
keterampilan sosial adalah lingkungan keluarga dan lingkungan diluar
keluarga, misalnya lingkungan sekolah. Keluarga merupakan lingkungan
sosial pertama dalam kehidupan seorang anak untuk tumbuh dan berkembang
baik secara fisik maupun mental (Gerungan, 2004). Lingkungan keluarga yang
tidak harmonis (perselisihan dan perceraian) dapat memberikan dampak yang
besar pada perilaku anak secara tidak langsung (Belsky, 1984; Hetherington et
al., 1989; Snyder, 1991 dalam Najman, 2000).
Interaksi anak dengan lingkungan akan membantu anak belajar
mengenai perilaku yang sesuai dan perilaku yang tidak boleh agar dapat
menjalin hubungan yang baik dengan lingkungan sekitarnya. Selain itu
interaksi dengan lingkungan akan menguji anak, apakah anak dapat diterima
oleh teman-temannya. Umpan balik yang diberikan oleh lingkungan dapat
25
semakin memberikan kesempatan pada anak untuk dapat mengasah dan
meningkatkan keterampilan sosial anak.
3. Elemen-elemen Keterampilan Sosial
Menurut Caldarella & Merrel (1997), terdapat 5 (lima) elemen
keterampilan sosial, yaitu:
a. Keterampilan yang berhubungan dengan teman sebaya (Peer Relationships
Skills).
Keterampilan atau perilaku seorang anak yang dianggap positif oleh
teman sebaya serta memiliki interaksi yang positif dengan teman sebaya.
Dimensi ini ditunjukkan dengan beberapa ciri sebagai berikut: 1) Memberikan
pujian terhadap teman sebaya. 2) Menawarkan bantuan atau pertolongan
ketika dibutuhkan. 3) Mengundang atau mengajak teman untuk bermain atau
berinteraksi. 4) Berpartisipasi dalam diskusi, berbicara dengan teman dalam
waktu yang lama. 5) Membela hak teman dan membela teman yang dalam
kesulitan. 6) Dicari oleh teman untuk bergabung bersama dalam aktivitas,
menjadi seseorang yang disenangi oleh semua orang. 7) Memiliki kemampuan
dan keterampilan yang disukai oleh teman sebaya, berpartisipasi penuh
dengan teman sebaya. 8) Mampu mengawali atau bergabung dalam
percakapan dengan teman sebaya. 9) Peka terhadap perasaan teman (empati
dan simpati). 10) Memiliki keterampilan kepemimpinan yang baik,
melaksanakan peran kepemimpinan dalam aktivitas bersama teman-teman
sebaya. 11) Mudah untuk berteman dan memiliki banyak teman. 12) Memiliki
selera humor yang baik dan dapat bercanda atau bergurau dengan teman.
b. Keterampilan yang berhubungan dengan diri sendiri (Self Management Skills).
Keterampilan atau perilaku yang merefleksikan seorang anak untuk
dapat mengatur dirinya sendiri dalam lingkungan sosial. Seorang anak yang
mempunyai kemampuan ini akan mampu memperkirakan dampak perilakunya
pada suatu situasi. Beberapa bentuk perilaku ini adalah: 1) Tetap bersikap
tenang ketika ada masalah dan dapat mengontrol emosi ketika marah. 2)
Mengikuti peraturan-peraturan, menerima batasan-batasan yang diberikan. 3)
Melakukan kompromi secara tepat dengan orang lain ketika menghadapi
26
konflik. 4) Menerima kritikan dari orang lain dengan baik. 5) Merespon
gangguan dari teman dengan cara mengabaikan,memberikan respon yang
tepat terhadap gangguan. 6) Bekerjasama dengan orang lain dalam berbagai
situasi.
c. Keterampilan yang berhubungan dengan kesuksesan akademik (Academic
Skills).
Beberapa peneliti mengindikasikan bahwa keterampilan sosial
berhubungan dengan perilaku yang mendukung prestasi belajar di sekolah.
Bentuk-bentuk perilaku tersebut misalnya: 1) Mengerjakan tugas secara
mandiri, menunjukkan keterampilan untuk belajar secara mandiri. 2) Mampu
menyelesaikan tugas individual. 3) Mendengarkan dan melaksanakan petunjuk
dari guru. 4) Dapat bekerja sesuai dengan kapasitas yang dimiliki. 5)
Memanfaatkan waktu luang dengan baik. 6) Mengatur diri pribadi dengan
baik. 7) Bertanya atau meminta bantuan secara tepat. 8) Mengabaikan
gangguan dari teman ketika sedang bekerja atau belajar.
d. Keterampilan yang berhubungan dengan kemampuan anak dalam memenuhi
permintaan orang lain (Compliance Skills).
Dimensi yang merefleksikan seorang anak atau remaja yang dapat
memenuhi permintaan dari orang lain dengan sesuai. Dimensi ini ditunjukkan
dengan karakteristik sebagai berikut: 1) Mengikuti petunjuk atau instruksi. 2)
Mematuhi atau mentaati aturan. 3) Memanfaatkan waktu luang dengan baik.
4) Menggunakan mainan bersama. 5) Memberikan respon yang tepat terhadap
kritik. 6) Menyelesaikan tugas. 7) Menempatkan mainan atau tugas pada
tempat yang sesuai.
e. Keterampilan interpersonal (Asertion Skills).
Dimensi yang dapat merefleksikan seorang anak atau remaja dapat
dikatakan memiliki sikap mudah bergaul dan extrovet oleh orang lain.
Perilaku-perilaku yang termasuk di dalamnya adalah: 1) Mengawali
percakapan. 2) Memperkenalkan diri. 3) Menerima atau memberikan pujian.
4) Mengundang teman untuk bermain. 5) Percaya diri. 6) Mempertanyakan
27
peraturan yang tidak adil. 7) Bergabung dengan suatu aktivitas kelompok yang
sedang berlangsung. 8) Tampil percaya diri dengan lawan jenis.
Kelima dimensi tersebut saling tumpang tindih (overlap), akan tetapi
masing-masing dimensi keterampilan sosial tersebut saling terkait antara satu
dengan yang lainnya sehingga tidak bisa dipisahkan.
Menurut hasil studi dari Davis & Forsythe (dalam Mu’tadin, 2008),
terdapat 8 bidang yang menuntut adanya keterampilan sosial, yaitu: keluarga,
lingkungan, kepribadian, rekreasi, pergaulan dengan lawan jenis, pendidikan,
solidaritas kelompok dan persahabatan serta pekerjaan atau lapangan kerja.
4. Pengukuran Keterampilan Sosial
Menurut Cartledge & Milburn (1995), terdapat beberapa bentuk
pengukuran keterampilan sosial, yaitu: pengukuran oleh orang dewasa, teman
sebaya dan anak sendiri (self assessment). Pengukuran oleh orang dewasa dapat
menggunakan ceklis, instrumen yang terstandarisasi dan observasi secara
langsung. Umumnya dilakukan oleh orang-orang yang dianggap paling mengenal
dan mengetahui perilaku anak, misalnya oleh orang tua dan guru. Pengukuran
dengan teknik observasi dapat dilakukan pada situasi (lingkungan) alami, ataupun
pada kondisi yang sudah terkondisi.
Pengukuran oleh teman sebaya bertujuan untuk mengungkap perasaan atau
sikap seseorang terhadap teman. Teman sebaya diminta untuk
mengidentifikasikan teman yang mereka sukai dan mendiskripsikan secara
singkat. Sedangkan pengukuran yang dilakukan oleh anak sendiri adalah dengan
melibatkan anak untuk mengukur kompetensi sendiri. Teknik yang sering
digunakan, antara lain: skala, ceklis, teknik monitoring diri dan lain-lain.
C. Masa Kanak-kanak Akhir
1. Pengertian masa kanak-kanak akhir
Masa kanak-kanak akhir (late childhood) adalah masa anak-anak yang
berada pada periode perkembangan antara usia kira-kira 6 sampai 11 tahun
(Santrock, 1998). Hurlock (1993) menyebutkan bahwa masa kanak-kanak akhir
antara laki-laki dan perempuan berbeda yaitu usia 6 sampai 13 tahun pada anak
28
perempuan dan sampai usia 14 tahun pada anak laki-laki. Monks & Haditono
(2004) masa kanak-kanak akhir terjadi pada usia antara 6 sampai 12 tahun, masa
tersebut merupakan tahap ke IV (empat) atau disebut dengan fase latensi.
Menurut Hurlock (1993) usia tersebut sesuai dengan periode “usia sekolah”
dan perkembangan utama pada masa ini adalah sosialisasi sehingga disebut
dengan “usia kelompok”. Pada masa ini prestasi sekolah lebih diutamakan dan
pengendalian diri mereka lebih meningkat.
2. Ciri-ciri masa kanak-kanak akhir
Masa kanak-kanak akhir disebut juga dengan masa sekolah dasar, karena
pada masa ini anak diharapkan banyak memperoleh pengetahuan dasar yang
penting untuk keberhasilan masa dewasa. Selain itu masa kanak-kanak akhir juga
dianggap sebagai masa yang menyulitkan bagi orang tua, karena pada masa ini
anak semakin sulit untuk menuruti perintah orang tuanya, anak lebih banyak
mendapatkan pengaruh dari teman sebayanya dibandingkan dari orang tua dan
gurunya (Hurlock, 1993). Selain ciri-ciri tersebut, juga terdapat karakteristik lain
yang menjadi ciri khas dari masa kanak-kanak akhir yaitu pada perkembanan
fisik, perkembangan kognitif dan perkembangan sosio-emosional.
3. Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak akhir
Seorang anak dilahirkan belum mempunyai kemampuan untuk bergaul
dengan orang lain. Untuk mencapai kematangan sosial, anak harus belajar
menyesuaikan diri dengan orang lain. Kemampuan tersebut diperoleh anak
melalui berbagai kesempatan dalam bergaul dengan orang-orang dilingkungannya
(orang tua, saudara, teman sebaya atau orang dewasa lainnya). Menurut Yusuf
(2006) perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan
sosial atau suatu proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma
kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri menjadi suatu kesatuan dan saling
berkomunikasi serta bekerja sama.
Perkembangan sosial dan kepribadian mulai dari usia pra sekolah sampai
akhir masa sekolah ditandai oleh meluasnya lingkungan sosial. Anak melepaskan
diri dari keluarga dan semakin mendekatkan diri pada orang-orang lain disamping
29
anggota keluarga (Monks & Haditono, 2004). Perkembangan sosial anak
dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya (orang tua, sanak keluarga, teman sebaya
dan orang dewasa lainnya), apabila lingkungan sosial tersebut memfasilitasi atau
memberikan peluang terhadap perkembangan anak secara positif, maka anak akan
dapat mencapai perkembangan sosialnya secara matang. Sebaliknya, apabila
lingkungan sosial itu kurang kondusif maka anak akan menampilkan perilaku
yang maladjustment, seperti: bersifat menarik diri, senang mendominasi orang
lain, egois, senang menyendiri, kurang memiliki perasaan tenggang rasa dan
kurang mempedulikan norma dalam berperilaku (Yusuf, 2006).
Menurut Erikson dalam Graha (2007), krisis psikososial yang terjadi pada
masa ini adalah “rajin vs rasa rendah diri”, pada masa ini sikap egosentris anak
mulai berkurang, mempunyai jiwa kompetitif, mulai berkomunikasi dengan
teman-temannya. Pada usia ini anak tertarik untuk belajar dan mengetahui
sesuatu, sehingga anak tidak bisa berdiam diri. Disisi lain banyak orang tua yang
menginginkan anaknya bisa duduk diam, sopan dan juga tenang. Keadaan tersebut
jika terjadi dalam waktu lama dapat mengakibatkan anak menjadi malas
bersosialisasi, kehilangan kesempatan untuk mengembangkan rasa kompetensinya
di lingkungan teman-temannya.
Sekolah merupakan sistem sosial kecil tempat anak mempelajari aturan
moral, sosial, sikap dan cara bergaul dengan orang lain. Sekolah memberikan
jaringan kelompok teman sebaya kepada anak. Pengaruh sosialisasi sekolah
dihasilkan dari teman sebaya disamping guru dan program sekolah. Menurut
penelitian Barker & Wright (dalam Santrock, 1998), menyatakan bahwa anak
menghabiskan (10%) waktunya dengan teman sebaya pada usia 2 tahun, (20%)
pada usia 4 tahun dan lebih dari (40%) pada usia 7 tahun sampai 11 tahun.
Melakukan aktivitas olahraga beregu, (45%) pada anak laki-laki dan (26%) pada
anak perempuan. Permainan umum, melakukan perjalanan dan bersosialisasi
banyak dilakukan oleh anak laki-laki maupun perempuan. Interaksi dgn teman
sebaya lebih banyak dilakukan diluar rumah dengan kelompok teman yang
mempunyai kesamaan jenis kelamin.
30
D. Metode Coaching
definisi coaching sebagai “Sebuah metode untuk membantu orang-orang,
agar mereka bisa menolong diri mereka sendiri dalam menemukan agenda
dan potensi pemberian Tuhan, lalu mewujud-nyatakannya – melalui
pendampingan, pemberdayaan dan kemitraan yang berkesinambungan”.
Definisi ini merupakan integrasi antara definisi coaching pada umumnya
dengan nilai-nilai spiritualitas.
Coaching adalah “Melatih, mengajar, menginstruksikan, memberikan saran
kepada tim atau seseorang untuk mencapai tujuan tertentu.”
Kata “Coaching”, sebagaimana yang sudah diuraikan sebelumnya di Sejarah
dan Perkembangan Coaching, memberi penekanan pada suatu pergerakan.
Diumpamakan seperti seorang pengemudi kendaraan A di kota B, yang
membawa seorang penumpang C. A melayani C, yang meminta diantarkan ke
kota tujuan D. B dan D merupakan 2 tempat yang berbeda dengan jarak
tertentu. Untuk sampai ke kota D dibutuhkan tindakan (action), dan terjadi
perubahan (change) tempat. Gambaran ini dapat dikaitkan dengan aktivitas
kehidupan sehari-hari. Jika A adalah seorang coach dan C adalah coachee,
maka A menolong dengan cara-cara tertentu, supaya C sampai ke sasaran
yang dia ingini. Dalam konteks ini, coaching adalah salah satu alat untuk
menolong C.
Ketika zaman terus berubah di dalam rentang sejarah, pengertian coaching
juga secara dinamis berubah. Banyak definisi yang sudah coba ditulis dari
berbagai literatur yang membahas tentang coaching, di antaranya adalah
sebagai berikut:
1. Coaching adalah sebuah sarana (means) untuk mencapai tujuan,
membantu (help) orang-orang menjalankan kehidupan yang utuh dan
memuaskan.
2. Coaching dipahami sebagai sebuah kendaraan yang penuh tenaga
(powerful vehicle) untuk menaikkan kinerja, mencapai hasil-hasil (results)
dan mengoptimalkan (optimize) efektivitas pribadi seseorang.
3. Coaching terfokus demi kemajuan akan penemuan (discovery).
31
4. Coaching didefinisikan sebagai kemitraan (partnership) dengan klien-
klien, dalam sebuah proses pembangkitan pemikiran dan kreativitas
berpikir, yang mengilhami untuk memaksimalkan (maximize) potensi
pribadi dan profesionalisme mereka.
5. Coaching adalah upaya membantu (help) seseorang berubah sejalan
dengan yang dia rindukan, menolong (help) dia berjalan ke arah yang
diingininya.
6. Coaching adalah percakapan (conversation) yang disengaja, secara
berkesinambungan, untuk memberdayakan (empower) seseorang atau
kelompok, supaya mereka sepenuhnya menjalankan panggilan Allah
(God’s calling).
7. Coaching adalah proses mendampingi (coming alongside) seseorang atau
tim untuk menolong mereka menemukan (discover) agenda Allah (God’s
agenda) bagi kehidupan dan pelayanan mereka, lalu bekerjasama dengan
Roh Kudus untuk melihat agenda itu menjadi kenyataan.
32
DAFTAR PUSTAKA
Bahiyatun. 2011. Psikologi Ibu & Anak: Buku Ajar Bidan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Hurlock, Elizabeth. 1999. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Kahri, Maruful. 2010. Pengaruh Lingkungan Bermain Taman Kanak-kanak.
Diakses pada tanggal 25 Februari 2014 pukul 19.05
Kartono, Kartini. 2007. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung: CV.
Mandar Maju
Knoers,dkk. 2006. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Patmonodewo, S. 2003. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta
Purnomo, Windhu & Bramantoro, Taufan. 2013. 36 Langkah Praktis Sukses
Menulis Karya Tulis Ilmiah. Surabaya : PT Revka Petra Media
Saam, Zulfan & Wahyuni, Sri. 2012. Psikologi Keperawatan. Jakarta: Rajawali
Pers
Sekartini, Rini. 2011. Kumpulan Tips Pediatri. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan
Dokter Anak Indonesia
Soetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Suyadi. 2010. Psikologi Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: PEDAGOGIA
(PT Pustaka Insan Madani)
Tedjasaputra, Mayke. 2005. Bermain, Mainan, dan Permainan. Jakarta: PT
Grasindo
Warner, Laverne & Lynch. S.A. 2006. Mengelola Kelas Prasekolah (150 Teknik
yang Sudah Teruji oleh Para Guru). Jakarta: Penerbit Erlangga
33
Wiyani, A. N & Barnawi. 2012. Format Paud (Konsep, Karateristik, &
Implementasi Pendidikan Anak Usia Dini). Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Yamin, Martinis dkk. 2010. Panduan Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Gaung
Persada Press
https://www.darmawanaji.com/apa-itu-coaching-definisi/ 12/06/2019 09.55
http://cherish.id/definisi-coaching/12/06/2019 09.55
https://www.bernas.id/17864-implementasi-metode-coaching-yang-efektif-dalam-
/pemberdayaan-sdm-rumah-sakit-dan-fasilitas-kesehatan-seri-hospital-
coaching. html 12/06/2019 09.55
34
Lampiran 1 : Permohonan menjadi responden
SURAT PERMOHONAN
Kepada
Yth : Bpk/Ibu…………………..
Di Tempat
Dengan Hormat,
Bersama ini kami bermaksud akan mengadakan pengabdian masyarakat untuk
mengetahui manfaat pelatihan pemberdayaan Ibu melalui metode Coaching untuk
meningkatkan ketrampilan sosial anak usia pra sekolah.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, kami mohon kesediaan bpk/ibu
untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini dengan memberikan jawaban atas
pertanyaan didalam kuesioner dan menandatangani lembar persetujuan menjadi
responden.
Atas kesediaan serta bantuannya, kami menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya dan kiranya Allah sendiri yang akan melimpahkan berkahnya.
Surabaya, September 2019
Hormat kami,
Tim Pengabmas
35
Lampiran 2 : Persetujuan menjadi responden
LEMBAR PERSETUJUAN
BERSEDIA MENJADI RESPONDEN
Yang bertanda tangan di bawah ini saya :
Nama (Inisial) :
Umur :
Alamat :
Menyatakan bersedia menjadi responden dalam pengabdian masyarakat
dengan tema “Pemberdayaan Ibu melalui metode Coaching untuk meningkatkan
ketrampilan sosial anak usia pra sekolah”.
Lembar persetujuan ini saya buat dengan sadar dan tanpa ada unsur
paksaan dari pihak manapun.
Surabaya, September 2019
Responden
36
1. Tidak tamat SD
6. SMA
2. SD
7. D3/D4
3. Tidak tamat SMP
8. S1/Sarjana
4. SMP
9. S2
5. Tidak tamat SMA
10. S3
Lampiran 3 : Kuesioner
PEMBERDAYAAN PENGASUHAN IBU MELALUI METODE
COACHING UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN SOSIAL
ANAK DI PAUD RW VI KEC. KREMBANGAN SURABAYA
I. IDENTITAS RESPONDEN ANAK
1. No Responden
2. Perempuan
2. Nama
3. Jenis kelamin
1. Laki-laki
4. Umur
.............. tahun
5. Jumlah saudara
Anak I
Anak I
Anak III
Anak IV
Usia sekarang :
Usia sekarang :
Usia sekarang :
Usia sekarang :
tahun,
tahun,
tahun,
tahun,
1. Laki-laki 2. Perempuan 1. Laki-laki 2. Perempuan 1. Laki-laki 2. Perempuan
1. Laki-laki
Anak V
Usia sekarang :
tahun,
2. Perempuan 1. Laki-laki 2. Perempuan
Dst
II. IDENTITAS ORANG TUA
1. Nama ibu
2. Umur .............. tahun 3. Pendidikan terakhir
4. Alamat
III. STATUS EKONOMI 1. Pengeluaran rata-rata perbulan untuk
bahan makanan
a. Beras Rp ........................................................
37
NO
PERNYATAAN Tidak
pernah Kadang- kadang
Sering
1. Memastikan anak bermain ditempat yang aman
2. Memberikan contoh perilaku yang baik bagi anak
3. Selalu ada disamping anak ketika dibutuhkan
4. Konsisten untuk membuat dan mematuhi peraturan
5. Sensitif dengan hal-hal yang menarik perhatian dan yang ditakuti anak
6. Berkomunikasi dengan baik kepada anak
7.
Menetapkan batasan untuk anak
8. Mengembangkan dan membantu perkembangan penerimaan terhadap diri sendiri, kepercayaan diri, dan menghargai diri sendiri pada anak
b. Lauk pauk Rp ........................................................
c. Obat-obatan Rp ........................................................
d. Rokok/tembakau Rp ........................................................
e. Lain-lain Rp ........................................................
Total Rp ............................................... 2. Pengeluaran rata-rata perbulan untuk diluar bahan makanan
a. Perumahan Rp ........................................................
b. Pendidikan Rp ........................................................
c. Pakaian Rp ........................................................
d. Transport Rp ........................................................
e. Pesta/sosial Rp ........................................................
f. Lain-lain Rp ........................................................
Total Rp ............................................... 3. Jumlah anggota keluarga yang
ditanggung ................ Orang
4. Pengeluaran rata-rata rumah tangga
sebulan(dalam ribuan rupiah) Rp ........................................................
Karakteristik Pengasuhan Ibu
9. Memotivasi anak dalam bidang akademik
10. Menegakkan nilai moral tentang hal-hal yang benar atau salah
11. Memberikan makan, pakaian dan tempat tinggal bagi anak
12.
Mengajak anak berbicara
13. Memberikan penjelasan mengenai peraturan dan perilaku
14.
Memeluk dan mencium anak
15. Menjaga anak agar dekat dengan orang tua
16. Memberikan informasi mengenai Seks(pendidikan seks)
17.
Mengajak anak bermain bersama
18.
Menjawab pertanyaan anak
19. Mempelajari dan merespon kebutuhan individu anak
20. Memastikan bahwa anak tidak merasa diabaikan
21. Memberikan tekanan yang baik pada pelajaran sekolah anak
22. Memberikan kehangatan, merawat dengan lingkungan yang mendukung
23.
Mengamati perilaku anak
24. Benar-benar mendengarkan apa yang dikatakan anak
25.
Menghargai pendapat anak
26. Merespon sesuai dengan kebutuhan anak
27. Merespon dengan cepat panggilan anak jika anak minta ditemani atau minta pertolongan
28. Merespon anak dengan cara yang positif
29. Menunjukkan perilaku yang konsisten, namun tidak mengontrol terhadap perilaku anak
30. Memberikan senyuman hangat kepada anak
38
31.
Menyediakan kebutuhan anak
32. Membawa anak ke dokter bila dibutuhkan
33. Berbicara dengan anak tentang peraturan yang telah disepakati
34. Menyentuh dan memeluk anak dengan lembut
35.
Memahami perkembangan anak
36. Memahami karakteristik dan kebutuhan khusus anak
KETERAMPILAN SOSIAL ANAK (diisi oleh guru) 1. Bacalah masing-masing pernyataan dengan teliti. 2. Beri tanda (√) pada kolom yang paling sesuai. NO PERNYATAAN Tidak
pernah Kadang- kadang
Sering
1. Berinisiatif untuk mengajak temannya bermain bersama
2. Anak tampak disenangi oleh teman- temannya
3. Anak menanyakan keadaan temannya (jika ada temannya yang sedih / menangis)
4. Anak menerima kritika yang diberikan oleh teman atau gurunya
5. Anak berusaha untuk dapat mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh gurunya
6. Anak dengan segera melaksanakan apa yang diinstruksikan oleh gurunya
7. Ketika bekerjasama dalam suatu kelompok, anak bersedia mengikuti petunjuk dari teman-temannya
8. Ketika ada waktu luang, anak akan menganggu anak lain atau temannya
9. Anak tidak berani untuk memperkenalkan diri pada teman yang belum dikenalnya
10. Anak tidak menunjukkan perhatian pada temannya(memberikan pujian, menghampiri dll)
11. Jika diminta, anak akan menolong temannya yang sedang kesulitan
39
12. Anak tidak memiliki prestasi atau kemampuan yang berarti sehingga ia tidak dikagumi oleh teman-temannya
13. Ketika sedang bertengkar dengan temannya, anak mau berkompromi (negosiasi) agar masalah dengan temannya cepat selesai
14. Ketika anak merasa kesal, anak akan menunjukkan perbuatan-perbuatan yang tidak terkontrol
15. Anak tiba disekolah tepat waktu
16. Anak meminta bantuan untuk menyelesaikan tugasnya karena malas mengerjakan sendiri
17. Anak tidak keberatan bila harus meminjamkan perlengakapan sekolahnya kepada temannya
18. Anak lebih suka menunggu hingga temannya mengajak ngobrol terlebih dahulu
19. Anak tidak berani untuk bergabung dengan teman-temannya yang sedang bermain
20. Anak lebih suka bila temannya lebih dulu mengajak bermain
21. Membantu teman lain yang sedang kesulitan tanpa diminta oleh guru
22. Anak tampak bermain sendiri
23. Teman-teman memuji prestasi yang dimiliki oleh anak
24. Anak bersikap acuh tak acuh (cuek) ketika temannya sedang merasa sedih
25. Anak akan tetap mempertahankan keinginannya meskipun akan membuatnya bertengkar dengan temannya
26. Anak terlihat marah atau kesal bila dikritik oleh orang lain
27. Ketika merasa marah, anak bisa mengungkapkan kemarahannya kepada orang lain
28. Anak tidak terlalu berusaha untuk memahami pelajaran meskipun
40
sebenarnya ia bisa
29. Anak datang terlambat ke sekolah / kegiatan
30. Anak kesulitan mengerjakan tugas sekolahnya, karena ia tidak mendengarkan instruksi dari gurunya
31. Ketika ada tugas yang belum dimengerti, anak akan bertanya pada gurunya
32. Ketika bermain, anak melanggar aturan yang sudah disepakati bersama dengan teman-temannya
33. Anak tampak tidak suka bila mainannya digunakan temannya
34. Jika ada waktu luang, anak tampak menyibukkan diri bermain dengan teman-temannya
35. Anak tidak malu untuk menyapa terlebih dahulu teman yang baru dikenalnya
36. Anak tampka berani untuk tampil memperkenalkan diri didepan kelas
37. Anak dapat dengan mudah bergabung menjadi anggota suatu kelompok
38. Anak mengakui dan memberikan pujian pada temannya
41