laporan pep

34
LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR EKONOMI PERIKANAN STUDI EKONOMI PERIKANAN PESISIR PANTAI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DISUSUN OLEH Nama : Carissa Paresky Arisagy NIM : 12 / 334991 / PN / 12981 Lokasi : Kabupaten Gunungkidul Asisten : Bima Prasetyo Supratman LABORATORIUM SOSIAL EKONOMI PERIKANAN JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA 1

Upload: carissa-paresky-arisagy

Post on 18-Jul-2016

78 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Laporan Praktikum Pengantar Ekonomi Perikanan, Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pep

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR EKONOMI PERIKANAN

STUDI EKONOMI PERIKANAN PESISIR PANTAI

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

DISUSUN OLEH

Nama : Carissa Paresky Arisagy

NIM : 12 / 334991 / PN / 12981

Lokasi : Kabupaten Gunungkidul

Asisten : Bima Prasetyo Supratman

LABORATORIUM SOSIAL EKONOMI PERIKANAN

JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2014

1

Page 2: Laporan Pep

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang ke-4 di dunia. Panjang

garis pantai Indonesia mencapai 104.000 km dengan luas laut terdiri dari luas laut territorial

284.210,90 km2, luas Zone Ekonomi Ekslusif 2.981.211,00 km2 dan luas laut 12 mil sebesar

279.322 km2. Potensi Sumber Daya Ikannya pun mencapai 6,52 juta ton per tahun dengan

jumlah tangkapan yang diperbolehkan 5,2 juta ton per tahun yang terbagi dalam 11 wilayah

pengelolaan perikanan (WPP) mulai dari WPP 571 di Selat Malaka hingga WPP 718 di Laut

Arafura-Laut Timor (Kelautan dan Perikanan dalam Angka, 2011).

Dengan potensi yang sedemikian hebat seharusnya manfaat yang diperoleh juga besar.

Akan tetapi sebagian besar rakyat miskin justru mereka yang tinggal di pesisir dan pantai.

Berdasarkan data Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) terdapat

38.258 desa miskin dari total 73.067 desa di Indonesia. Dari jumlah desa miskin tersebut

lebih dari 25 % atau tepatnya 10.640 desa berlokasi di daerah pesisir. Menurut Nikijuluw

(2001) populasi masyarakat pesisir didefinisikan sebagai kelompok orang yang tinggal di

daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara langsung pada

pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir. Dalam bidang perikanan mereka adalah kelompok

nelayan dan pembudidaya ikan serta pedagang dan pengolah ikan. Kelompok ini secara

langsung mengusahakan dan memanfaatkan sumberdaya ikan melalui kegiatan penangkapan

dan budidaya. Kelompok ini pula yang mendominasi pemukiman di wilayah pesisir di

seluruh Indonesia, di pantai pulau-pulau besar dan kecil.

Gambar 1.1 Peta Potensi Ikan Perairan Indonesia(Sumber http://www.kkp.go.id/)

2

Page 3: Laporan Pep

Propinsi DIY mempunyai pantai sepanjang kurang lebih 110 km yang mempunyai

potensi sumberdaya perikanan sangat besar. Potensi lestari sumberdaya ikan di Samudra

Indonesia masih sangat besar seperti yang tampak pada (Gambar 1.1). Namun potensi

tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Usaha penangkapan ikan masih menggunakan

kapal-kapal kecil dengan motor tempel, yang hanya beroperasi di wilayah pantai, belum

mencapai daerah lepas pantai dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Untuk dapat

meningkatkan hasil tangkapan diperlukan kapal besar yang dapat beroperasi di lepas pantai

dan ZEE. Akan tetapi, penggunaan kapal-kapal besar tersebut memerlukan adanya

pelabuhan besar.

Oleh karena itu kegiatan Praktikum Pengantar Ekonomi Perikanan tahun 2014 ini

diadakan dengan tujuan untuk mengkaji aspek sosial ekonomi perikanan tangkap khususnya

di pantai Baron. Praktikum dilakukan di Pesisir Selatan D.I.Y tepatnya di Desa Kemadang,

Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :

1. Untuk mengetahui sekaligus mengkaji aspek-aspek sosial ekonomi perikanan tangkap di

Desa Kemadang, Tanjungsari, Gunung Kidul.

2. Untuk mengembangkan wawasan mahasiswa dalam bidang sosial ekonomi perikanan.

C. Manfaat

Adapun manfaat dari praktikum ini adalah :

1. Dapat mengetahui sekaligus mengkaji aspek-aspek sosial ekonomi perikanan tangkap di

Desa Kemadang, Tanjungsari, Gunungkidul.

2. Dapat menambah wawasan mahasiswa dalam bidang sosial ekonomi perikanan.

3

Page 4: Laporan Pep

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten yang ada di Daerah Istimewa

Yogyakarta, dengan Ibukotanya Wonosari. Secara geografis Kabupaten Gunung Kidul terletak di

antara 07o16’30’’ LS dan 110o19’30” - 110o25’30” BT, dengan luas wilayah mencapai 1.485,36

km2 atau sekitar 46,63 % dari luas wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Kab.

Gunungkidul, 2012). Wilayah Kabupaten Gunungkidul dibagi menjadi 18 Kecamatan dan 144

desa. Kecamatan yang ada di Gunungkidul antara lain : Kecamatan Panggang, Purwosari,

Paliyan, Saptosari, Tepus, Tanjungsari, Rongkop, Girisubo, Semanu, Ponjong, Karangmojo,

Wonosari, Playen, Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, dan Semin. Kecamatan Tanjungsaari,

kecamatan ini memiliki 5 desa, yaitu Desa Hargosari, Kemiri, Kemadang, Banjarejo, Ngestirejo.

Secara geografis Desa Kemadang Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul

terletak di antara 8°7’54” LS - 110°32’52” BT. Berdasarkan letak geografisnya tersebut, Desa

Kemadang berada di daerah lembah dengan kemiringan yang landai. Desa yang berjarak 13 km

dari pusat kota Wonosari ini memiliki luas wilayah mencapai 19,29 km2 (BPS, 2013). Wilayah

tersebut meliputi 3 pantai besar yang telah banyak dikenal masyarakat yakni pantai Baron,

Kukup, dan Sepanjang.. Desa ini mempunyai beragam potensi perekonomian mulai dari

pertanian, peternakan, pariwisata serta potensi perikanan. Mayoritas penduduk Desa Kemadang

bermata pencaharian sebagai nelayan, petani dan pedagang ikan. Hasil tangkapan nelayan

umumnya bervariasi mulai dari ikan kakap, ikan tongkol, cumi-cumi, udang, lobster, bahkan

ikan hiu dan ikan pari.

Ekosistem paparan benua pantai Laut Selatan Gunungkidul merupakan perairan utama

penangkapan ikan secara tradisional. Nelayan di Baron, Gunungkidul menangkap ikan di

berbagai jeluk dengan menggunakan berbagai jenis jaring. Hasil tangkapan setiap bulan

bervariasi. Populasi tongkol (Auxis sp.) banyak ditangkap pada bulan Maret, populasi bawal

(Pampus sp.) pada bulan Mei, dan populasi layur (Trichiurussp) pada bulan Januari. Ikan hasil

tangkapan nelayan Baron tahun 2008-2010 berkurang, dari 152.487 kg/tahun menjadi 37.102

kg/tahun (DKP Gunungkidul, 2010). Masyarakat nelayan menyebutnya sebagai masa paceklik.

Kegiatan penangkapan ikan dilaut dapat diklasifikasikan menurut besarnya usaha, yaitu

perahu tanpa motor, perahu motor tempel dan kapal motor. Perahu tanpa motor meliputi jukung

dan perahu papan, dimana jukung merupakan sampan atau perahu dengan bentuk yang

sederhana sementara perahu papan merupakan perahu yang terbuat dari papan dengan ukuran 7-

10 m atau lebih. Perahu motor tempel merupakan perahu dengan motor tempel (motor yang

4

Page 5: Laporan Pep

biasanya diletakkan di bagian belakang perahu) sebagai penggeraknya. Kemudian kapal motor

dapat diklasifikasikan menjadi kapal < 5 GT, 5-10 GT, 10-20 GT, 20-30 GT, 20-50 GT, 50 100

GT, 100-200 GT, dan 200 GT ke atas (Badan Pusat Statistik DIY, 2007).

Menurut Widodo dan Suadi (2006), nelayan dapat didefinisikan sebagai orang atau

komunitas yang secara keseluruhan atau sebagian hidupnya tergantung dari kegiatan menangkap

ikan. Partosuwiryo (2002) mengelompokkan nelayan menjadi: nelayan penuh untuk orang yang

menggantungkan seluruh hidupnya dari hasil menangkap ikan, nelayan sambilan untuk orang

yang hanya sebagian dari hidupnya tergantung dari menangkap ikan (lainnya dari buruh, tukang,

atau pertanian), juragan untuk mereka yang memiliki sumberdaya ekonomi untuk usaha

perikanan (kapal, alat tangkap), dan Anak Buah Kapal (ABK/Pandega) untuk mereka yang

mengalokasikan waktunya dan memperoleh pendapatan dari hasil mengoperasikan alat tangkap

ikan, seperti kapal milik juragan.

Daerah operasi penangkapan (fishing ground) di laut berkembang dari perairan dekat

pantai hingga laut lepas. Terdapat zona penangkapan sesuai dengan kondisi armada

penangkapan. Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian Tahun 1999, yakni jalur I hingga

jalur III (Effendi dan Oktariza, 2006).

Gambar 2.1 Zona Penangkapan Berdasarkan Klasifikasi Kapal

5

Page 6: Laporan Pep

III. METODE

A. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum lapangan dilaksanakan pada hari Sabtu-Minggu, 23-24 Mei 2014 di Desa

Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Lokasi ini dipilih karena :

1. Sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai nelayan.

2. Usaha yang dikembangkan dilokasi tersebut melibatkan kelompok perempuan maupun

laki-laki.

3. Usaha terintegrasi dari produksi hingga pemasaran hasil perikanan.

B. Metode Dasar

Metode kajian adalah metode survey dan observasi lapangan. Menurut Singarimbun

dan Effendi (1995) penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu

populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Proses

pengumpulan dilakukan melalui interaksi secara langsung dengan responden. Penelitian

survey dapat digunakan untuk eksplorasi, deskriptif, maupun penjelasan dan prediksi atau

meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan datang.

C. Metode Penentuan Responden

Populasi yang menjadi pusat kajian praktikum ini adalah nelayan. Pemilihan sampel

menggunakan metode snowball sampling. Menurut Somekh dan Lewin (2005) metode

snowball sampling merupakan metode pemilihan responden dengan pemilihan sejumlah

kecil dari populasi dengan karakteristik tertentu, yang selanjutnya dijadikan responden yang

diminta untuk memberikan rekomendasi untuk responden berikutnya. Teknik ini

menggunakan satu orang utama sebagai informan kunci yang akan terus bergulir menuju

informan berikutnya hingga kualitas data yang diharapkan dapat terpenuhi. Dalam hal ini

praktikan dapat mendatangi tetua atau ketua kelompok atau petugas pemerintahan yang

menjadi tokoh kunci di desa pada masing-masing kegiatan, yang dapat dianggap sebagai

informan pertama (responden pertama) untuk mengawali teknik snowball. Informan pertama

6

Page 7: Laporan Pep

diharapkan member rekomendasi calon informan selanjutnya, sampai jumlah responden

yang ditentukan diketahui.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuisioner

Metode ini biasa digunakan untuk menyelidiki pendapat orang dan sikap. Metode

angket adalah suatu metode penelitian yang berupa daftar pertanyaan untuk memperoleh

data berupa jawaban-jawaban dari responden. Kuesioner pada praktikum ini digunakan

untuk memperoleh informasi dari sejumlah pelaku usaha perikanan yaitu untuk bidang

penangkapan, budidaya, dan pengolahan.

2. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara melihat dan memperhatikan

serta mengolah dokumen-dokumen yakni melalui arsip-arsip surat serta catatan-catatan

dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan atas kebenarannya. Metode

dokumentasi pada praktikum ini sebagai sumber untuk mendapatkan informasi atau data

administrasi dari kegiatan usaha perikanan yang dilakukan oleh responden.

3. Metode Wawancara

Metode wawancara adalah dialog yang dilaksanakan oleh pewawancara (praktikan)

untuk memperoleh informasi dari responden yang fungsinya untuk meneliti atau menilai

keberadaan seseorang, misalnya untuk memperoleh data tentang latar belakang

pendidikan orang tua, serta sikapnya terhadap sesuatu.

4. Metode Observasi

Metode observasi adalah pencatatan dan pengamatan fenomena-fenomena yang

diselidiki secara sistematik. Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan

jalan mengamati, meneliti, dan mengukur kejadian atau peristiwa yang sedang

berlangsung (Kusmayadi, 2000).

7

Page 8: Laporan Pep

E. Tabulasi dan Analisis Data

Tabulasi data dilakukan dengan menggunakan program MS. Excel. Data yang telah

didapatkan akan ditabulasikan untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi sosial

ekonomi dari para pelaku usaha perikanan (responden) yang telah diwawancarai

sebelumnya. Berdasarkan hasi tabulasi data selanjutnya dianalisis secara deskriptif.

8

Page 9: Laporan Pep

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum

Secara geografis Desa Kemadang Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul

terletak di antara 8°7’54” LS - 110°32’52” BT. Berdasarkan letak geografisnya tersebut,

Desa Kemadang berada di daerah lembah dengan kemiringan yang landai. Desa yang

berjarak 13 km dari pusat kota Wonosari ini memiliki luas wilayah mencapai 19,29 km2

(BPS, 2013). Wilayah tersebut meliputi 3 pantai besar yang telah banyak dikenal masyarakat

yakni pantai Baron, Kukup, dan Sepanjang. Desa ini mempunyai beragam potensi

perekonomian mulai dari pertanian, peternakan, pariwisata serta potensi perikanan.

Mayoritas penduduk Desa Kemadang bermata pencaharian sebagai nelayan, petani dan

pedagang ikan. Nelayan Kemadang tersebut melabuhkan perahunya di pantai Baron. Pantai

Baron merupakan salah satu pantai yang paling produktif di Gunungkidul, dimana pada

pantai ini usaha perikanan tangkap, usaha perdagangan serta pariwisata menjadi sektor

utama pendapatan daerah. Adapun hasil tangkapan nelayan pantai Baron setiap bulan

bervariasi, dengan komoditas utamanya adalah ikan tongkol. Populasi tongkol (Auxis sp.)

banyak ditangkap pada bulan Maret, populasi bawal (Pampus sp.) pada bulan Mei, dan

populasi layur (Trichiurus sp.) pada bulan Januari. Menurut Husna dan Sarpono (2013),

Desa Kemadang dahulunya termasuk dalam desa miskin, namun dalam kurun waktu 4 tahun

Desa Kemadang dapat menanggulangi problem pengangguran secara tuntas. Hampir tidak

ada penduduk yang tunakarya di desa ini, bahkan banyak warga dari desa lain mencari

pekerjaan di desa Kemadang.

Di pantai Baron terdapat suatu kelompok usaha perikanan yang tergabung dalam

Kelompok Usaha Bersama, yang pertama adalah Kelompok Nelayan Tangkap Mina

Samudera. Kelompok ini berdiri sejak tahun 1983 dan hingga kini telah berkembang

memiliki 70 unit kapal PMT (perahu motor tempel). Hingga saat ini KUB Nelayan Tangkap

Mina Samudera tercatat memiliki 266 anggota yang terdiri dari nelayan tetap, nelayan

sambilan utama serta nelayan sambilan tambahan. Selain Kelompok Nelayan Tangkap Mina

Samudera juga terdapat KUB Lain yaitu Kelompok Pengolah dan Pedagang Ikan Mina

Boga. Berdiri pada tahun 2006 KUB ini beranggotakan 60 orang dan komoditas yang

dihasilkan antara lain seperti ikan goreng, ikan goreng asam manis dan ikan asin. Usaha lain

yang dilakukan KUB ini antara lain adalah pemasaran, baku/pedagang, dan pembuat jaring

oleh kelompok pembuat jaring Sido Rukun.

9

Page 10: Laporan Pep

B. Sarana dan Prasarana

Kegiatan perikanan yang dominan di Desa Kemadang adalah penangkapan. Hal ini

didukung dengan lokasinya yang langsung bersinggungan dengan Laut Selatan. Terlebih

lagi dengan adanya pantai Baron yang sejak zaman Belanda telah digunakan sebagai

pelabuhan penangkap ikan. Meskipun demikian, sektor penangkapan di Pantai Baron ini

dinilai belum berkembang karena terkendala oleh lokasi geografisnya yang belum dapat

digunankan untuk melabuh kapal-kapal bermotor besar. Oleh karena itu seluruh nelayan di

desa Kemadang ini masih menggunakan perahu motor tempel maupun perahu jukung yang

didatangkan dari Cilacap. Akan tetapi, sarana pendukungnya seperti jaring, pancing, dan

alat tangkap lainnya sudah cukup mendukung usaha penangkapan di wilayah tersebut.

Terlebih lagi dengan adanya Kelompok Nelayan sangat membantu ketersediaan sarana dan

prasarana penangkapan. Bahkan prasarana perbaikan kapal serta stasiun pengisian bahan

bakar kapal pun telah tersedia meskipun masih terhitung tradisional atau skala kecil.

C. Profil Responden

Pendidikan Jumlah %

TS 1 1,27

SD 42 53,16

SMP 28 35,44

SMA 8 10,13

PT 0 0

Total 79 100

Tabel 4.1. Sebaran Pendidikan Nelayan

Grafik 4.1. Sebaran Pendidikan Nelayan

10

TS SD SMP SMA PT0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

Grafik Tingkat Pendidikan Nelayan Pantai Baron

Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan

Pers

enta

se Ti

ngka

t Pen

didi

kan

(%)

Page 11: Laporan Pep

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap nelayan Gunungkidul diperoleh

fakta bahwa 1,27 % dari nelayan Gunungkidul tidak sekolah, 53,16% nelayan di Desa

Kemadang bersekolah hingga Sekolah Dasar, 35,44% nelayan bersekolah hingga Sekolah

Menengah Pertama (SMP) dan 10,13% dari nelayan di Desa Kemadang memiliki riwayat

pendidikan hingga Sekolah Menengah Atas (SMA), namun tidak dijumpai nelayan yang

menempuh jenjang perguruan tinggi. Mayoritas dari nelayan di Desa Kemadang tingkat

pendidikannya hanya sampai Sekolah Dasar (SD). Jumlah nelayan yang menempuh

pendidikan sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat pun kurang dari

setengahnya. Bahkan di Desa Kemadang ini tidak dijumpai nelayan yang menempuh jenjang

pendidikan hingga Perguruan Tinggi (PT). Hal Ini menandakan bahwa masih rendahnya

tingkat kesadaran masyarakat Desa Kemadang terhadap pendidikan. Rendahnya tingkat

pendidikan masyarakat desa Kemadang tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor

mulai dari infrastuktur, sumberdaya manusia dan kepedulian nelayan akan pentingnya

pendidikan. Ketiga faktor itu sangat terkait, sehingga diperlukan adanya penanganan yang

intensif dan keberlanjutan untuk mengentaskan permasalahan ini. Oleh sebab itu, untuk

menunjang sumberdaya manusia yang berkualitas khususnya dalam kegiatan perikanan

tangkap di daerah Selatan Pulau Jawa ini perlu adanya suatu penyuluhan dan kebijakan-

kebijakan dari pemerintah untuk meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia di Desa

Kemadang.

Range Umur Jumlah %

20-25 5 6%

26-30 14 18%

31-35 10 13%

36-40 13 16%

41-45 16 20%

46-50 12 15%

51-55 5 6%

56-60 0 0%

61-65 2 3%

66-70 1 1%

71-75 1 1%

Total 79 100%

Tabel 4.2. Sebaran Umur Nelayan

11

Page 12: Laporan Pep

Grafik 4.2. Sebaran Umur Nelayan

Sebaran umur nelayan di desa Kemadang didominasi oleh kelompok usia 26-50 tahun.

Pada kisaran umur tersebut tergolong dalam usia produktif, seperti yang disampaikan Van

den ban dan Hakwiks (1999), usia tenaga kerja yang produktif berumur 16-64 tahun,

sedangkan pada usia 65 keatas sudah dikatakan usia lanjut. Kelompok usia nelayan yang

paling banyak di daerah Kemadang adalah antara 41-45 tahun, sedangkan kelompok usia 61-

75 tahun sangat sedikit yang terlibat dalam kegiatan penangkapan sebab sudah dikatakan

usia lanjut. Sementara untuk regenerasi tampak belum optimal, terlihat dari grafik pada

kisaran umur 20-25 tahun saja jumlah nelayan masih sedikit. Hal ini dikarenakan para

nelayan tidak ingin anak-anaknya meneruskan usaha penangkapan, sebab para orang tua

ingin anaknya mempunyai pekerjaan yang lebih baik.

Range Tahun Jumlah %

0-5 13 16%

6-10 12 15%

11-15 21 27%

16-20 9 11%

21-25 8 10%

26-30 11 14%

31-35 3 4%

36-40 2 3%

Total 79 100%

Tabel 4.3. Sebaran Pengalaman Petambak

12

20-25

26-30

31-35

36-40

41-45

46-50

51-55

56-60

61-65

66-70

71-75

0%

5%

10%

15%

20%

25%

Sebaran Umur Nelayan

Sebaran Umur Nelayan

Range Umur

Pers

enta

se S

ebar

an U

mur

(%)

0-5 6-10 11-15 16-20 21-25 26-30 31-35 36-400%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

Sebaran Pengalaman Nelayan

Sebaran Pengalaman Nelayan

Range Umur

Pers

enta

se S

ebar

an P

enga

lam

an (%

)

Page 13: Laporan Pep

Grafik 4.3. Sebaran Pengalaman Nelayan

Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara dan observasi dapat disimpulkan bahwa

mayoritas nelayan telah melaut selama kurang lebih 11-15 tahun, sedangkan pengalaman

melaut terlama adalah selama 40 tahun. Berasarkan data tersebut pula, tercatat nelayan

dengan pengalaman melaut selama 0-5 tahun adalah sebesar 16 %, nelayan yang telah

menggeluti usaha penangkapan ikan selama 6-10 tahun adalah sebesar 15 %, nelayan yang

telah menggeluti usaha penangkapan ikan selama 11-15 tahun sebesar 27 %, nelayan yang

telah melaut sejak 16-20 tahun yang lalu adalah sebesar 11 %, rentang pengalaman nelayan

melaut selama 21-25 tahun sebesar 10 %, rentang lama pengalaman nelayan melaut 26-30

tahun sebesar 14 %, rentang lama pengalaman 31-35 tahun sebesar 4 %, dan rentang lama

pengalaman 36-40 tahun sebesar 3 %. Ditinjau dari lamanya nelayan menggeluti usaha

perikanan tangkap ini menandakan bahwa aktivitas penangkapan di Pantai Baron telah lama

dilakukan.

DaftarPekerjaan Jumlah % Sampingan %

Petani 4 5% 38 57%

Nelayan 59 76% 10 15%

Pedagang 5 6% 2 3%

Pemilik 2 3%

ABK 2 3%

Pemilik/ABK 1 1%

Nelayan/Pedagang 1 1%

Nelayan/ABK 4 5%

Pengrajin 1 1%

CariJingking 1 1%

13

0-5 6-10 11-15 16-20 21-25 26-30 31-35 36-400%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

Sebaran Pengalaman Nelayan

Sebaran Pengalaman Nelayan

Range Umur

Pers

enta

se S

ebar

an P

enga

lam

an (%

)

Page 14: Laporan Pep

Buruh 6 9%

Bengkel 1 1%

JasaSoundsystem 1 1%

KuliBangunan 1 1%

Penyewaan gamelan 1 1%

Pengepul 1 1%

Petani, Kebun, Pedagang 1 1%

Petani/ternak 2 3%

Padagang/Petani 1 1%

Tabel 4.4. Sebaran Pekerjaan Nelayan

Grafik 4.4. Sebaran Pekerjaan

Berdasarkan data hasil pengamatan, sebaran pekerjaan baik pokok maupun sampingan

petambak di Kemadang dominan adalah nelayan dan mayoritas memiliki pekerjaan

sampingan sebagai petani, jika sedang tidak musim. Dari data, hanya sedikit warga Bakaran

Kulon yang berprofesi sebagai buruh, peternak dan sebagainya. Pekerjaan sampingan yang

paling dominan di Kemadang adalah menjadi petani singkong dan kacang. Hal ini

menandakan bahwa penduduk Desa Kemadang mayotitas berprofesi sebagai nelayan dan

petani. Nelayan pemilik dan nelayan-petani mempunyai tingkat kesejahteraan paling tinggi,

14

Petani

Nelaya

n

Pedag

ang

Pemilik ABK

Pemilik

/ABK

Nelaya

n/Ped

agan

g

Nelaya

n/ABK

Pengra

jin

Cari Jin

gking

Buruh

Bengk

el

Jasa S

oundsystem

Kuli Ban

gunan

Penye

waan ga

melan

Penge

pul

Petani, K

ebun, P

edag

ang

Petani/t

ernak

Padag

ang/P

etani

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

Sebaran Pekerjaan

Sebaran Pekerjaan PokokSebaran Pekerjaan Sampingan

Jenis Pekerjaan

Pers

enta

se S

ebar

an P

eker

jaan

(%)

Page 15: Laporan Pep

kemudian nelayan pendega, dan diikuti petani serta petani pengrendet. Usaha penangkapan

di Gunungkidul masih memungkinkan dikembangkan di perairan pantai > 4 mil dan perairan

lepas pantai. Keberadaan kelembagaan nelayan yang ada dapat mendorong pergerakan roda

perekonomian nelayan.

D. Kegiatan Perikanan Tangkap

Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil pengamatan, jenis alat tangkap yang

digunakan oleh nelayan Kemadang adalah alat tangkap jaring, krendet, seser, dan pancing.

Alat tangkap tersebut merupakan alat tangkap yang dominan digunakan oleh nelayan desa

Kemadang. Selain mudah di dapat, alat tangkap tersebut juga tergolong murah dan efisien

untuk digunakan. Hasil tangkapan yang biasanya diperoleh nelayan Kemadang biasanya

beragam dan terdapat berbagai jenis ikan, diantaranya ikan hiu, ikan pari, ikan kakap, ikan

tongkol, udang, lobster dan lain-lain. Akan tetapi hasil tangkapan utamanya adalah ikan

tongkol dan lobster. Ikan tongkol biasanya ditangkap dengan menggunakan mata jaring

berukuran 2 inch sementara lobster ditangkap dengan menggunakan krendet. Hasil

tangkapan nelayan pantai Baron setiap bulan bervariasi. Populasi tongkol (Auxis sp.) banyak

ditangkap pada bulan Maret, populasi bawal (Pampus sp.) pada bulan Mei, dan populasi

layur (Trichiurus sp.) pada bulan Januari.

Pada umumnya nelayan di desa Kemadang melaut ketika musim ikan saja sementara

ketika tidak musim mereka beralih profesi menjadi petani. Rata-rata nelayan Kemadang

melaut dengan 1 hari trip penangkapan. Dengan daerah penangkapan (fishing ground) antara

pantai Baron hingga Parangtritis. Hampir seluruh nelayan Kemadangn mengaku daerah

tangkapan mereka semakin jauh karena ikan yang ditangkap semakin sedikit. Biasanya

nelayan Kemadang pergi melaut ketika subuh dan kembali ke darat sekitar pukul 02.00-

03.00 WIB.

Nelayan Kemadang hanya melaut pada bulan-bulan tertentu saja. Rata-rata nelayan

aktif melaut pada bulan Juli hingga Desember, dan hanya beberapa nelayan saja yang

melaut. Aktivitas nelayan yang melaut di luar bulan-bulan tersebut pun biasanya berbeda,

nelayan tidak menangkap ikan dengan jaring melainkan dengan pancing. Hal tersebut

dikarenakan jumlah ikan yang sedikit. Kondisi perairan pantai selatan Jawa tersebut

dipengaruhi oleh sistem angin monsoon. Angin monsoon berpengaruh pada suhu dan arus

permukaan laut. Pantai laut selatan Jawa memiliki suhu permukaan sangat bervariasi setiap

bulan. Suhu permukaan laut pada bulan Juni berkisar 27-30 oC. Kondisi ini mengindikasikan

awal terbentuknya daerah upwelling. Upwelling ini disebabkan oleh angin monsoon

15

Page 16: Laporan Pep

tenggara dari Australia. Suhu permukaan laut bulan September berkisar 25-30o C dan

menunjukkan upwelling terluas. Akhir Oktober terjadi transisi angin monsoon yaitu mulai

berganti angin barat. Hal ini menyebabkan upwelling lemah. Upwelling di selatan Jawa

karena angin monsoon ini, terhenti pada bulan November (Susanto et al. 2001; Dipo dkk.

2011).

Di pantai Baron terdapat suatu kelompok usaha perikanan yang tergabung dalam

Kelompok Usaha Bersama, yang pertama adalah Kelompok Nelayan Tangkap Mina

Samudera. Kelompok ini berdiri sejak tahun 1983 dan hingga kini telah berkembang

memiliki 70 unit kapal PMT (perahu motor tempel). Hingga saat ini KUB Nelayan Tangkap

Mina Samudera tercatat memiliki 266 anggota yang terdiri dari nelayan tetap, nelayan

sambilan utama serta nelayan sambilan tambahan. Selain Kelompok Nelayan Tangkap Mina

Samudera juga terdapat KUB Lain yaitu Kelompok Pengolah dan Pedagang Ikan Mina

Boga. Berdiri pada tahun 2006 KUB ini beranggotakan 60 orang dan komoditas yang

dihasilkan antara lain seperti ikan goreng, ikan goreng asam manis dan ikan asin. Usaha lain

yang dilakukan KUB ini antara lain adalah pemasaran, baku/pedagang, dan pembuat jaring

oleh kelompok pembuat jaring Sido Rukun.

E. Permasalahan

Kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh nelayan Kemadang tidak berarti selalu

berjalan mulus. Banyak permasalahan yang terjadi pada nelayan Kemadang khususnya

permasalahan dari alam seperti musim dan cuaca, terlebih lagi saat ini di dunia telah terjadi

global warming, dimana musim dan cuaca menjadi tidak menentu. Di samping itu terkadang

target tangkapan terkadang sulit ditemukan sehingga cenderung lebih banyak ikan non target

yang tertangkap. Kemudian permasalahan lainnya adalah tumpang tindih jaring yang

disebabkan semakin banyaknya nelayan yang melaut di area penangkapan nelayan

Kemadang. Akan tetapi, nelayan Kemadang cenderung menyikapi dengan santai keadaan

tersebut dan memilih untuk tidak perlu dibuatkan pengaturan penangkapan di daerah

tersebut. Sebab beberapa nelayan beranggapan bahwa adanya pengaturan justru membatasi

ruang gerak mereka dalam mencari ikian. Pada dasarnya di desa Kemadang ini telah berlaku

suatu aturan yang didasarkan pada kearifan lokal setempat dimana pada hari-hari tertentu

nelayan dilarang untuk melaut, yakni hari Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon, serta saat ada

hari-hari besar keagamaan seperti Idul Fitri dan Idul Adha.

F. Analisis Biaya

16

Page 17: Laporan Pep

RerataBiayaKepemilikanAlatTangkap Rp 29.505.628,21

RerataBiayaOperasional Rp 311.284,83

RerataBiayaPerawatan Rp 786.935,06

Tabel 4.5. Analisis Biaya

Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil wawancara, pengamatan dan observasi

diperoleh analisis rerata biaya usaha penangkapan yang biasa dikeluarkan oleh nelayan

yakni untuk rerata biaya kepemilikan alat tangkap adalah sebesar Rp 29.505.628,

kemudian untuk biaya operasional adalah sebesar Rp. 311.284, sementara untuk biaya

perawatan adalah sebesar Rp. 786.935. Jumlah tersebut ternilai sangat besar, namun masih

terhitung rasional mengingat hasil pendapatan yang diperoleh dari hasil tangkapan yang

diterima oleh nelayan tidak kalah besarnya. Dimana hasil rata-rata tangkapan ikan neyalan

Kemadang ketika musim ikan adalah sebanyak kurang lebih 3 kwintal. Hasil sebanyak itu

menurut salah satu responden sudah dapat mencapai nominal sebesar +/- Rp 3000.000,00

dalam sekali trip.

G. Peran Kelompok

Grafik 4.5. Peran Kelompok

Di pantai Baron terdapat suatu kelompok usaha perikanan yang tergabung dalam

Kelompok Usaha Bersama, yang pertama adalah Kelompok Nelayan Tangkap Mina

Samudera. Kelompok ini berdiri sejak tahun 1983 dan hingga kini telah berkembang

memiliki 70 unit kapal PMT (perahu motor tempel). Hingga saat ini KUB Nelayan Tangkap

Mina Samudera tercatat memiliki 266 anggota yang terdiri dari nelayan tetap, nelayan

sambilan utama serta nelayan sambilan tambahan. Selain Kelompok Nelayan Tangkap Mina

17

a. Kepuasan pskilogis

b. Mem-bantu men-capai tujuan

c. Penge-tahuan

d. Per-lindun-

gan

e. Identitas0

1

2

3

4

5

Peran Kelompok

Modus

Pernyataan Peranan Kelompok

Seb

aran

Pen

dapa

t Ter

bany

ak

Page 18: Laporan Pep

Samudera juga terdapat KUB Lain yaitu Kelompok Pengolah dan Pedagang Ikan Mina

Boga. Berdiri pada tahun 2006 KUB ini beranggotakan 60 orang dan komoditas yang

dihasilkan antara lain seperti ikan goreng, ikan goreng asam manis dan ikan asin. Usaha lain

yang dilakukan KUB ini antara lain adalah pemasaran, baku/pedagang, dan pembuat jaring

oleh kelompok pembuat jaring Sido Rukun.

Berdasarkan grafik tersebut tampak bahwa hasil pengamatan tersebut terlihat adanya

kelompok nelayan di Desa Kemadang sangat membantu mereka dalam mejalankan dan

mengembangkan usaha perikanan tangkap. Terlihat dari keseluruhan aspek tersebut bahwa

manfaat kelompok itu sangat besar, rata-rata nelayan menyatakan bahwa adanya kelompok

mina di desa tersebut sangat membantu. Hal ini dikarenakan asas kekeluargaan yang kental

dalam kelompok Mina Sumudera tersebut yang membuat semua kebijakannya menjadi

transparan. Bahkan mayoritas nelayan merasa terbantu terlebih lagi, adanya bantuan dari

pemerintah yang dikelola oleh kelompok dibagi secara merata dan adil, sehingga tidak ada

nelayan yang merasa dirugikan. Diharapkan dengan adanya kelembagaan / kelompok

nelayan yang ada dapat mendorong pergerakan roda perekonomian nelayan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

18

Page 19: Laporan Pep

A. Kesimpulan

Nelayan yang menjadi responden dalam praktikum ini memilki sebaran pendidikan

yang bermacam-macam dan didominasi pada jenjang Sekolah Dasar dengan sebagian

nelayan berada pada usia produktif. Rata-rata penduduk desa Kemadang berprofesi sebagai

nelayan dengan bercocok tanam sebagai profesi sampingannya. Alat tangkap yang dominan

dipakai oleh nelayan Kemadang adalah perahu motor tempel dan perahu jukung dengan alat

tangkap pendukung jaring, krendet, pancing dan seser.

B. Saran

Dalam praktikum lapangan, praktikan cukup kesulitan mencari responden karena

waktu yang kurang tepat. Sebaiknya pada praktikum selanjutnya dilakukan survey terlebih

dahulu mengenai waktu yang tepat agar diperoleh responden yang cukup.

VI. DAFTAR PUSTAKA

19

Page 20: Laporan Pep

Badan Pusat Statistik. 2011. Kelautan dan Perikanan dalam Angka 2011. BPS. Sulawesi.

Badan Pusat Statistik. 2007. Indikator Kesejahteraan Rakyat di Indonesia. Daerah Istimewa

Yogyakarta. BPS. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2013. Gunung Kidul dalam Angka 2013. BPS. Yogyakarta.

DKP Gunungkidul. 2010. Dinas Kelautan dan Perikanan. Kabupaten Gunungkidul. Yogyakarta

Effendi dan W. Oktariza. 2006. Manajemen Agribisnis Perikanan. Jakarta.

Kusnadi. 2000. Akuntansi Keuangan Menengah. Penerbit Universitas. Malang.

Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya, edisi 5. Aditya Media. Yogyakarta.

Partosuwiryo, Suwarman. 2002. Dasar-Dasar Penangkapan Ikan. Jurusan Perikanan Fakultas

Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Singarimbun dan Effendi .1995. Metode Venelitian Survei. LP3ES. Jakarta.

Somekh dan Lewin. 2005. Research Methods in The Sosial Sciences. Sage Publications. London.

Kusmayadi. 2000. Metodologi Penelitian dalam Bidang Kepariwisataan. PT. Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta

Widodo, J. dan Suadi. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Gadjah Mada University

Press. Yogyakarta.

Susanto, R. D., A. L. Gordon and Q. Zheng, 2001. Upwelling along the coast of Java and

Sumatra and its relation to ENSO.Geophys. Res. Lett., 28 (8): 1599 – 1602.

.Nikijuluw. 2001. Populasi dan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir serta Strategi Pemberdayaan

Mereka dalam Konteks Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Secara Terpadu. KKP, Jakarta.

.Kab. Gunung Kidul. 2012. Profil Gunung Kidul. <http://www.gunungkidulkab.go.id/>. Diakses

tanggal 2 Mei 2014.

Van Den Ban. A.W. dan H.S Hawkins., 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.

Husna, B. Dan Sarpono. 2013. Aktivitas Nelayan Gunung Kidul. Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta

20

Page 21: Laporan Pep

=]NJNBH

21

Page 22: Laporan Pep

Sebagian besar warga Desa Kemadang bermata pencaharian sebagai nelayan dan

berjualan di Pantai Kukup Gunung Kidul. Pantai Kukup memiliki banyak potensi selain

untuk pariwisata, diantaranya hasil perikanan dan kemalimpahan Alga. Salah satu potensi

yang sudah dikembangkan oleh Universitas Gadjah Mada adalah Ulva lactuca (alga

hijau) untuk dibuat kripik Ulva (karang hijau).

TPI Pantai Baron terletak di Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten

Gunungkidul, Yogyakarta. Letak pantai ini adalah sekitar 65 km dari arah Yogyakarta

atau 20 km ke arah selatan dari Wonosari

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pantai Baron terletak di Desa Kemadang, Kecamatan

Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Letak pantai ini adalah sekitar 65 km

dari arah Yogyakarta atau 20 km ke arah selatan dari kota Wonosari.

22

Page 23: Laporan Pep

Wilayah Kabupaten Gunungkidul termasuk daerah beriklim tropis, dengan topografi

wilayah yang didominasi dengan daerah kawasan perbukitan karst. Wilayah selatan

didominasi oleh kawasan perbukitan karst yang banyak terdapat goa-goa alam dan juga

sungai bawah tanah yang mengalir. Dengan kondisi tersebut menyebabkan kondisi lahan

di kawasan selatan kurang subur yang berakibat budidaya pertanian di kawasan ini

kurang optimal.

Kabupaten Gunungkidul mempunyai beragam potensi perekonomian mulai dari

pertanian, perikanan dan peternakan, hutan, flora dan fauna, industri, tambang serta

potensi pariwisata. Pertanian yang dimiliki Kabupaten Gunungkidul sebagian besar

adalah lahan kering tadah hujan (± 90 %) yang tergantung pada daur iklim khususnya

curah hujan. Lahan sawah beririgasi relatif sempit dan sebagian besar sawah tadah hujan.

Sumberdaya alam tambang yang termasuk golongan C berupa : batu kapur, batu apung,

kalsit, zeolit, bentonit, tras, kaolin dan pasir kuarsa. Kabupaten Gunungkidul juga

mempunyai panjang pantai yang cukup luas terletak di sebelah selatan berbatasan dengan

Samudera Hindia, membentang sepanjang sekitar 65 Km dari Kecamatan Purwosari

sampai Kecamatan Girisubo. Potensi hasil laut dan wisata sangat besar dan terbuka untuk

dikembangkan.Potensi lainnya adalah industri kerajinan, makanan, pengolahan hasil

pertanian yang semuanya sangat potensial untuk dikembangkan.

Baron - Merupkan pantai pintu gerbang masuk kawasan obyek wisata pantai yang

lainnya Di pantai ini banyak terdapat aneka ikan laut segar maupun dalam bentuk siap

saji. Dan salah satu menu yang terkenal adalah Soup Kakap Baron. Pantai ini terletak di

Desa Kemadang Kecamatan Tanjungsari sekitar 23 km ke arah selatan Wonosari

Kukup - Pantai ini terletak di Desa Kemadang Kecamatan Tanjungsari sekitar 1 km dari

Pantai Baron. Pantai ini berpasir putih dan terkenal dengan berbagai aneka ikan hias yang

dijual di pinggir-pinggir pantai

Pantai ini terletak di Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari sekitar 2 km dari Pantai

Kukup. Pantai ini terkenal akan sebagai tempat pendaratan penyu laut untuk bertelur.

23

Page 24: Laporan Pep

Pantai Baron terletak di desa Kemadang, kecamatan Tanjungsari sekitar ±23 km selatan

kota Wonosari, merupakan pintu gerbang masuk kawasan obyek Wisata Pantai yang

lainnya. Pantai Baron dikelilingi bukit-bukit kapur yang di atasnya terdapat jalan setapak

dengan gardu pandang di mana wisatawan dapat beristirahat dan menikmati keindahan

laut yang luas. Di sebelah barat Pantai Baron, terdapat muara air sungai bawah tanah

sehingga ada suatu tempat pertemuan antara air laut dan air tawar. Pantai ini juga sebagai

penghasil ikan yang banyak, dan ditepi-tepi pantai banyak terdapat perahuperahu yang

biasa digunakan nelayan untuk mencari ikan. Di Pantai Baron juga di lengkapi tempat

pelelangan ikan yang biasa digunakan nelayan untuk menjual hasil tangkapan ikan

setelah pergi melaut. Adapun ciri khas Pantai Baron adalah banyaknya aneka ikan laut

dalam bentuk segar maupun siap saji (dimasak, dibakar, digoreng, dikukus) termasuk

menu spesial Baron yaitu Soup Kakap, ( Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten

Gunungkidul, 2007).

Secara geografis, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terletak pada posisi

7o30'8o15' LS dan 110o 03’ BT – 110o50' BT. Sebelah selatan berbatasan dengan

Samudera Hindia. Panjang garis pantai Provinsi DIY sebesar 113 km atau 61,02 mil yang

secara administratif masuk ke dalam 3 wilayah kabupaten, yaitu Gunung Kidul, Bantul

dan Kulon Progo. Produksi penangkapan ikan DIY pada tahun 2007 mengalami

peningkatan sebesar 51,90% (2.629 ton), dibandingkan produksi tahun 2006 (1.730 ton).

Dilihat dari jenis ikan, tangkapan terbanyak adalah jenis-jenis seperti bawal putih, bawal

hitam, manyung, lemadang, kuwe, peperek, tuna, cakalang, dan tongkol (Partosuwiryo,

2011).

Hasil produksi (tangkapan) terbesar adalah jenis udang Barong dengan nilai produksi

sebesar 23,99% , tuna (10,3%) dan layur (10,08%) dari total nilai produksi sebesar Rp

21,2 M. Produksi hasil tangkapan ikan laut pada tahun 2008 (2.151,8 ton) mengalami

penurunan sebesar 18,15 % dibandingkan tahun 2007 (2.629 ton). Ikan tongkol akan

muncul ke permukaan untuk mencari makan dan biasanya akan muncul

24