laporan petrologi

56
BAB I PRAKTIKUM PETROLOGI 1.1. PENDAHULUAN 1.1.1. Latar Belakang Petrologi berasal dari kata Bahasa Yunani petra, yang berarti "batu" dan kata logos yang berarti ilmu, jadi menurut bahasa Petrologi adalah ilmu yang berfokus pada studi mengenai batuan dan kondisi pembentukannya. Petrologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan geologi yang mempelajari batuan pembentuk kulit bumi, mencakup aspek pemerian (deskripsi) dan aspek genesa-interpretasi. Pengertian luas dari petrologi adalah mempelajari batuan secara mata telanjang, secara optik atau mikroskopis, secara kimia dan radio isotop. Studi petrologi dibatasi secara megaskopis saja. Aspek pemerian antara lain meliputi warna, tekstur, struktur, komposisi, berat jenis, kekerasan, kesarangan (porositas), kelulusan (permebilitas) dan klasifikasi atau penamaan batuan. Aspek genesa – interpretasi mencakup tentang sumber asal (“source”) hingga proses atau cara terbentuknya batuan. Batuan merupakan kumpulan dari mineral-mineral yang sejenis maupun tidak sejenis yang terbentuk secara alami. Batuan memiliki sifat dan karakter yang berbeda satu

Upload: icha-rohi

Post on 29-Dec-2015

273 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

membahas tentang batuan beku

TRANSCRIPT

Page 1: laporan Petrologi

BAB I

PRAKTIKUM PETROLOGI

1.1. PENDAHULUAN

1.1.1. Latar Belakang

Petrologi berasal dari kata Bahasa Yunani petra, yang berarti "batu" dan kata

logos yang berarti ilmu, jadi menurut bahasa Petrologi adalah ilmu yang berfokus

pada studi mengenai batuan dan kondisi pembentukannya.

Petrologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan geologi yang

mempelajari batuan pembentuk kulit bumi, mencakup aspek pemerian (deskripsi)

dan aspek genesa-interpretasi. Pengertian luas dari petrologi adalah mempelajari

batuan secara mata telanjang, secara optik atau mikroskopis, secara kimia dan radio

isotop. Studi petrologi dibatasi secara megaskopis saja. Aspek pemerian antara lain

meliputi warna, tekstur, struktur, komposisi, berat jenis, kekerasan, kesarangan

(porositas), kelulusan (permebilitas) dan klasifikasi atau penamaan batuan. Aspek

genesa – interpretasi mencakup tentang sumber asal (“source”) hingga proses atau

cara terbentuknya batuan.

Batuan merupakan kumpulan dari mineral-mineral yang sejenis maupun tidak

sejenis yang terbentuk secara alami. Batuan memiliki sifat dan karakter yang berbeda

satu dengan yang lain. Batuan penyusun kerak bumi terbagi menjadi tiga, yaitu:

1. Batuan beku (“igneous rocks”), adalah kumpulan mineral silikat sebagai

hasil pembekuan daripada magma yang mendingin (Huang, 1962).

2. Batuan sedimen (“sedimentary rocks”), adalah batuan hasil litifikasi

bahan rombakan batuan yang berasal dari proses denudasi atau hasil

reaksi kimia maupun hasil kegiatan organisme (Pettijohn, 1964).

3. Batuan metamorf atau batuan malihan (“metamorphic rocks”), adalah

batuan yang berasal dari suatu batuan yang sudah ada yang mengalami

perubahan tekstur dan komposisi mineral pada fasa padat sebagai

perubahan kondisi fisika (tekanan dan temperatur) (Winkler, 1967).

Page 2: laporan Petrologi

Dalam sejarah pembentukannya ketiga jenis batuan tersebut dapat mengalami

siklus batuan seperti pada gambar berikut:

Gambar 1.1. Siklus Batuan

1.1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dan Tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk menjelaskan tentang

apa itu Petrologi, disertai dengan deskripsi mineral menurut struktur dan tekstur

batuan tersebut berdasarkan jenis batuan dari Batuan Beku, Batuan Sedimen dan

Batuan Metamorf.

Selain itu untuk memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis batuan di

muka bumi ini, berdasarkan diagenesa batuan tersebut, serta struktur dan tekstur yang

dimiliki oleh batuan tersebut, sehingga kita dengan mudah dapat mengenali jenis

batuan di lapangan nantinya.

1.2. RUANG LINGKUP PRAKTIKUM

Dalam pelaksanaan prektikum petrologi, praktikan akan diarahkan pada

penguasaan jenis dan nama batuan secara megaskopis, melalui pemerian yang

Page 3: laporan Petrologi

mencakup warna, tekstur, dan komposisi batuan serta sifat-sifat lain yang sangat

menonjol baik secara fisk maupun kimiawi. Pemerian megaskopis ini di maksudkan

sebagai pemerian secara mata telanjang.

Alat bantu secarra optik – fisik adalah kaca pembesar (loupe), sedangkan

secara kimiawi adalah larutan HCl 0,1 N. Praktikan disyaratkan telah mengikuti

kuliah dan praktikum kistalografi dan mineralogi sehingga mampu mengenal

berbagai macam mineral atau kristal pembentuk batuan.

1.3. TATA TERTIB PRAKTIKUM

Tata tertib praktikum yang harus diperhatikan oleh praktikan dalam praktikum :

1. Praktikan harus hadir 5 menit sebelm praktikum dimulai.

2. Praktikan yang terlambat lebih dari 10 menit dianggap tidak hadir.

3. Praktikan dilarang makan, minum dan merokok di dalam laboratorium.

4. Praktikan yang mengikuti kegiatan praktikum harus berpakaian rapi (kemeja,

bukan kaos oblong).

5. Praktikan yang tidak mengikuti praktikum 2 kali berturut-turut akan dianggap

gugur dan akan mengulang tahun depan.

6. Pelanggaran terhadap praktikum akan dikenai sanksi berupa pengurangan nilai

atau dianggap gugur.

1.4. ALAT-ALAT PRAKTIKUM

Adapun alat yang digunakan untuk menunjang praktikum petrologi ini yaitu:

1. Larutan HCl 0,1 N

2. Loupe

3. Kertas laporan praktikum

4. Mistar

5. Pensil

6. Ballpoint

7. Penghapus

Page 4: laporan Petrologi

BAB II

BATUAN BEKU

2.1. DASAR TEORI

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah

jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau

tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik)

maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Proses pembekuan

magma tersebut merupakan proses peleburan fase dari fase cair menjadi padat.

Pembekuan magma akan menghasilkan kristal-kristal mineral primer ataupun gelas.

Proses pembekuan magma akan berpengaruh terhadap tekstur dan struktur primer

batuan sedangkan koposisi batuan sangat dipengaruhi oleh sifat magma asal.

2.1.1.Magma Pembentuk Batuan Beku

Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F Groun (1947),

Takeda (1970), magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang pijar

terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.500–2.5000C dan bersifat

mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah. Dalam magma

tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile (air, CO2, chlorine,

fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang merupakan penyebab mobilitas magma,

dan non-volatile (non-gas) yang merupakan pembentuk mineral yang lazim dijumpai

dalam batuan beku.

Magma membeku pada suhu tertentu seiring dengan perjalannya menerobos

ke permukaan bumi. Pada saat masih di tempat yang sangat dalam magma akan

membeku dengan lambat karena proses pendinginanya juga lambat. Semakin dekat

ke permukaan bumi pebekuan magma akan berlangsug semakin cepat, ketika di

permukaan bumi maka tentunya pembekuan berlangsung sangat cepat. Cepat

lambatnya pembekuan magma berpengaruh pada tekstur batuan beku yang terbentuk.

Magma yang membeku dengan sangat lambat akan membentuk batuan dengan

ukuran kristal penyusunya yang besar-besar. Sebaliknya jika magma membeku degan

Page 5: laporan Petrologi

cepat maka kristal yang terbentuk akan berukuran kecil dan sangat kecil sampai tidak

berbentuk jika pembekuanya sangat cepat.

Dalam pembekuan magma, berlangsung reaksi-reaksi kimia di antara unsur-

unsur yang terkandung dalam magma. Komposisi kimia magma sangat kompleks.

Magma tersusun oleh 10 unsur kimia dominan, yaitu Silika (Si), Titanium (Ti),

Aluminium (Al), Besi (Fe), Magmesium (Mg), Kalsium (Ca), Natrium (Na), Kalium

(K), Hidrogen (H), dan Oksigen (O). Unsur-unsur kimia tersebut tidak berdiri

sendiri-sendiri  melainkan berupa oksida yaitu SiO2, TiO2, Al2O3, FeO, MgO, CaO,

Na2O, K2O dan H2O.

Secara umum, SiO2 adalah yang paling dominan, menyusun lebih dari 50 %

berat magma. Kemudian,  Al2O3, FeO, MgO, CaO menyusun 44 % berat magma,

dan sisanya Na2O, K2O, TiO2 dan H2O menyusun 6 % berat magma. Namun

demikian perlu disadari bahwa kelimpahan unsur-unsur tersebut sangat bervariasi.

Beda tempat, beda benua, beda gunung, rasio unsur-unsur penyusun magmapun

berbeda-bedatergantung pada karakter komposisi magma.

Klasifikasi batuan didasarkan pada kandungan SiO2 pada magma pembentuk

batuan beku (C.J. Hughes, 1962) adalah sebagai berikut:

a. Batuan beku asam kandungan SiO2  > 66%

b. Batuan beku intermediet kandungan SiO2  52% – 66%

c. Batuan beku basa kandungan SiO2  45% – 52%

d. Batuan beku ultrabasa kandungan SiO2 < 45%

2.1.2.Mineral Penyusun Batuan Beku

Mineral pembentuk batuan beku hampir selalu mengandung unsur Silisium

(Si) sehingga sering disebut bahan silikat alam. Mineral tersebut ada yang tidak

berbentuk (amorf) dan ada yang berbentuk kristal. Berdasarkan warna dan komposisi

kimia maka mineral/ kristal pembentuk batuan beku secara garis besar dapat dibagi

menjadi dua kelompok, yaitu :

Page 6: laporan Petrologi

1. Kelompok mineral gelap atau mafic minerals, mengandung banyak unsur

magnesium (Mg) dan besi (Fe).

2. Kelompok mineral terang atau felsic minerals, banyak mengandung unsur

aluminium (Al), kalsium (Ca), natrium (sodium; Na), kalium (potassium;

K) dan silisium (Si).

Batuan beku terbentuk dari magma yang tersusun oleh unsur yang beraneka

ragam sehingga magma membeku membentuk kristal yang beraneka macam warna

dan bentuk. Pembekuan magma membentuk kristal-kristal melalui reaksi kimia yang

memiliki pola tertentu terkait dengan sifat kimiawi masing-masing unsur

penyusunnya. Tiap-tiap unsur memiliki kecenderungan membeku pada suhu dan

tekanan tertentu dan bereaksi mengikat unsur tertentu. Kecenderungan-

kecenderungan tersebut telah dipelajari dan dirangkum menjadi sebuah pola

sederhana yang dikenal dengan Deret Reaksi Bowen atau “Bowen’s Reaction Series”

seperti gambar berikut:

Gambar 2.1. Deret Reaksi Bowen

Pada skema di atas terdapat dua seri pembentukan mineral. Olivin, Piroksen,

Hornblenda dan Biotit mewakili mineral-mineral hitam (mafic minerals) terdapat

pada seri discontinue. Ini adalah seri mineral kaya Fe dan Mg (Feromagnesian). Pada

seri ini unsur Fe dan Mg bersama unsur-unsur yang lain dalam magma pada suhu

tinggi akan cenderung membentuk Olivin, selanjutnya seiring dengan penurunan

suhu akan terbentuk mineral-mineral Feromagnesian yang lain. Adapun pada sisi

kanan Deret Reaksi Bowen terdapat rangkaian pembentukan mineral plagioklas

Page 7: laporan Petrologi

mewakili mineral-mineral terang (felsic minerals) yang disebut dengan seri continue.

Seri Continue artinya magma dari suhu tertinggi hingga suhu terendah akan terus

menerus membentuk mineral plagioklas, dan sepanjang pembentukkanya akan terus

terjadi substitusi antara unsur Ca dan Na. Pada suhu yang tinggi cenderung dominan

terbentuk Ca Plagioklas, sebaliknya pada suhu yang semakin lebih redah  akan

semakin dominan Na Plagioklas. Adapun SiO2 pada suhu tinggi masih belum

banyak berpartisipasi membentuk mineral, sehingga semakin rendah suhunya larutan

magma akan semakin di dominasi oleh SiO2. Magma setelah membentuk mineral-

mineral olivin, piroksen akan semakin didominasi SiO2 dan semakin bersifat asam.

Magma asli bersifat basa (Dally, 1933, Winkler vide W.T. Huang, 1962). Maka

semakin dekat dengan sumbernya (mantel atas) magma semakin bersifat basa.

Semakin menjauh ke permukaan magma menjadi intermediet atau bahkan asam.

Batuan beku yang terbentuk pun mengikuti posisi di mana terjadinya pembekuan

magmanya. Batuan yang kaya akan mineral olivin dan piroksen adalah batuan beku

basa, sebaliknya semakin kaya SiO2 batuan masuk kategori intermediet dan asam.

2.2. DESKRIPSI BATUAN

2.2.1.Jenis Batuan Beku

Jenis batuan beku didasarkan pada pembagian batuan beku secara genetik,

yaitu terdiri dari:

1. Batuan beku dalam (plutonic)

Batuan ini terbentuk dibawah permukaan bumi, sering juga disebut

batuan beku dalam atau batuan beku plutonik. Batuan beku intrusif mempunyai

karakteristik diantaranya, pendinginannya sangat lambat (dapat sampai jutaan

tahun), memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan sempurna

bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusif. Tubuh batuan beku intrusif

sendiri mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam, tergantung pada kondisi

magma dan batuan di sekitarnya.

Page 8: laporan Petrologi

2. Batuan beku korok (hypabisal)

Batuan beku korok adalah batuan beku intrusi dekat permukaan,

terbentuk dalam celah-celah atau retak-retak kulit bumi, pada jalan magma

menuju permukaan bumi. Batuan beku korok sering disebut batuan beku gang

atau sub volcanic intrusion.

3. Batuan beku luar (volkanic)

Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya

berlangsung di dekat permukaan bumi. Proses pendinginan sangat cepat

sehingga tidak sempat membentuk kristal. Struktur batuan ini dinamakan amorf.

Gambar 2.2. Contoh Batuan Beku

2.2.2.Warna Batuan Beku

Warna batuan berkaitan erat dengan komposisi mineral

penyusunnya.mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh

komposisi magma asalnya sehingga dari warna dapat diketahui jenis magma

pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai tekstur gelasan.

a. Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam

yang tersusun atas mineral-mineral felsik,misalnya kuarsa, potash feldsfar

dan muskovit.

b. Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya batuan beku

intermediet dimana jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama

banyak.

c. Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah batuan beku

basa dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-mineral mafik.

Page 9: laporan Petrologi

d. Batuan beku yang berwarna hijau kelam dan biasanya monomineralik,

disebut dengan batuan beku ultra basa dengan komposisi hampir

seluruhnya mafik.

2.2.3.Struktur Batuan Beku

Struktur adalah kenampakan batuan yang dapat dilihat dengan mata telanjang

(biasanya hanya terdapat) di lapangan (karena dimensinya sangat besar) berupa

kedudukan lapisan dari suatu batuan.

Berikut beberapa bagian dari Struktur:

a. Massif : bila batuan pejal, tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas atau

apabila pada batuan tidak menunjukan fragmen batuan lain yang tertanam

ditubuhnya.

Gambar 2.3. contoh Struktur batuan massif

b. Pillow Lava atau lava bantal : struktur yang dinyatakan pada batuan intrusi

tertentu, yang dicirikan oleh massa yang berbentuk bantal dimana ukuran dari

bentuk ini berdiameter 30-60 cm dan jaraknya berdekatan. Strutur ini khas

pada batuan volkanik bawah laut.

Gambar 2.4. contoh Struktur Batuan pillow lava

Page 10: laporan Petrologi

c. Jointing : bila batuan tampak seperti mempunyai retakan-retakan. kenapakan

ini akan mudah diamati pada singkapan di lapangan.

Gambar 2.5. contoh Struktur Batuan jointing

d. Vesikular : dicirikandengan adanya lubang-lubang gas,sturktur ini dibagi lagi

menjadi 4 yaitu:

1) Skorian : bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.

Gambar 2.6. contoh Struktur batuan Vesikular Skorian

2) Pumisan : bila lubang-lubang gas saling berhubungan.

3) Aliran : bila ada kenampakan aliran dari kristal-kristal maupun lubang

gas.

4) Amigdaloidal : bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral-mineral

sekunder seperti zeolit, karbonat dan bermacam silika.

Gambar 2.7. contoh Struktur batuan Vesikular Amigdaloidal

Page 11: laporan Petrologi

e. Xenolith : struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan yang

masuk atau tertahan kedalam batuan beku. Struktur ini terbentuk akibat

adanya peleberan tidak sempurna dari suatu batuan samping didalam magma

yang menrobos.

Gambar 2.8. contoh Struktur Batuan xenolith

f. Autobreccia : struktur pada lava yang memperlihatkan fragmen-fragmen dari

lava itu sendiri.

2.2.4.Tekstrur Batuan Beku

Tekstur adalah hubungan antar mineral penyusun batuan. Dengan demikian

tekstur mencakup tingkat visualisasi ukuran butir atau granularitas, tingkat atau

derajat kristalisasi, granularitas dan kemas. Tekstur pada batuan beku umumnya

ditentukan oleh tiga hal tersebut, yaitu:

2.2.4.1. Tingkat atau Derajat Kristalisasi

Derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu terbentuknya batuan

dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa banyak yang berbentuk

kristal dan yang tidak berbentuk kristal, selain itu juga dapat mencerminkan

kecepatan pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung

lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat

maka kristalnya akan halus, akan tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan

cepat sekali maka kristalnya berbentuk amorf.

Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:

Page 12: laporan Petrologi

a. Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal.

Tekstur holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu

mikrokristalin yang telah membeku di dekat permukaan.

b. Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan

sebagian lagi terdiri dari massa kristal.

c. Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas.

Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill,

atau sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan.

2.2.4.2. Granularitas

Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku.

Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:

a. Fanerik/fanerokristalin

Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu sama lain

secara megaskopis dengan mata biasa. Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat

dibedakan menjadi:

1) Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.

2) Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 – 5 mm.

3) Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 – 30 mm.

4) Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30 mm.

b. Afanitik

Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan dengan mata

biasa sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik

dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam analisis mikroskopis dapat

dibedakan:

a. Mikrokristalin, apabila mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati

dengan bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1 – 0,01 mm.

b. Kriptokristalin, apabila mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil untuk

diamati meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butiran berkisar antara

0,01 – 0,002 mm.

Page 13: laporan Petrologi

c. Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.

Jika batuan beku mempunyai tekstur afanitik maka pemerian tekstur lebih

rinci tidak dapat diketahui, sehingga harus dihentikan. Sebaliknya apabila batuan

beku tersebut bertekstur fanerik maka pemerian lebih lanjut dapat diteruskan.

2.2.4.3. Kemas

2.2.4.3.1. Bentuk Butir

Bentuk butir adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan

sifat batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal

tiga bentuk kristal, yaitu:

a. Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.

b. Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.

c. Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.

Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal,

yaitu:

a. Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.

b. Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi

yang lain.

c. Prismitik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua

dimensi yang lain.

d. Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.

2.2.4.3.2. Hubungan antar Butir

Hubungan antar butir atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai

hubungan antara kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu

batuan. Secara garis besar, relasi dapat dibagi menjadi dua,

a. Equigranular

Yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk batuan

berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka

equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:

Page 14: laporan Petrologi

1) Panidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya

terdiri dari mineral-mineral yang euhedral.

2) Hipidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya

terdiri dari mineral-mineral yang subhedral.

3) Allotriomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya

terdiri dari mineral-mineral yang anhedral.

b. Inequigranular

Yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan

tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut

massa dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau gelas. Tekstur ini

dapat dibagi lagi menjadi :

a) Faneroporfiritik, bila kristal mineral yang besar (Fenokris) dikelilingi

kristal mineral yang lebih kecil (massa dasar) dan dapat dikenali dengan

mata telanjang. Contoh : Diorit Porfiri.

b) Porfiroafanitik, bila Fenokris dikelilingi oleh massa dasar yang afanitik.

Contoh : Andesit Porfiri.

Gambar 2.9. Andesit Porfiri (Fenokrisnya Hornblend,

Massa dasarnya mineral intermediet)

Didalam beku bertekstur holokristalin inequigranular dan

hipokristalin terdapat kristal berukuran butir besar, disebut fenokris,

dikelilingi oleh kristal mineral yang lebih kecil (massa dasar/groundmass).

Kenampakan demikian disebut tekstur porfir atau porfiri atau firik. Tekstur

holokristalin porfiritik adalah apabila didalam batuan beku itu terdapat

kristal besar (fenokris) yang tertanam didalam massa dasar kristal yang lebih

Page 15: laporan Petrologi

halus. Tekstur hipokristalin porfiritik diperuntukan bagi batuan beku yang

mempunyai fenokris tertanam didalam massa dasar gelas. Tekstur vitrofirik

adalah tekstur dimana mineral penyusunya secara dominan adalah gelas,

sedangkan kristalnya hanya sedikit (<10%).

a) Gelasan (glassy)

Batuan beku dikatakan memilimki tekstur gelasan apabila

semuanya tersusun atas gelas. Contoh: obsidian

Gambar 2.10. Obsidian

2.2.4.4. Tekstur khusus

Tekstur khusus adalah teksturyang enunjukan pertumbuhan bersama

mineral-mineral yang berbeda. Tekstur ini sangat sulit diamati secara megaskopis.

Tekstur khusus terdiri dari :

1. Tekstur diabasik, tekstur yang menunjukan pertumbuhan bersama antara

plagioklas dan piroksen, piroksen tidak terlihat dengan jelas,piroklas radier

terhadap piroksen.

2. Tekstur trakhitik, tekstur yang menunjukan ruang antara mineral-mineral

plagioklas diisi oleh mineral piroksen, olivine atau bijih besi.

2.2.5.Komposisi Mineral

Berdasarkan mineral penyusunnya batuan beku dapat dibedakan menjadi 4 yaitu:

1) Kelompok Granit – Riolit : Berasal dari magma yang bersifat asam, terutama

tersusun oleh mineral-mineral kuarsa orthoklas, plaglioklas Na, kadang terdapat

hornblende, biotit, muskovit dalam jumlah yang kecil.

Page 16: laporan Petrologi

2) Kelompok Diorit–Andesit : Berasal dari magma yang bersifat

intermediet,terutama tersusun atas mineral-mineral plaglioklas, Hornblende,

piroksen dan kuarsa biotit, orthoklas dalam jumlah kecil

3) Kelompok Gabro – Basalt : Tersusun dari magma yang bersifat basa dan terdiri

dari mineral-mineral olivine,plaglioklas Ca, piroksen dan hornblende.

4) Kelompok Ultra Basa : Tersusun oleh olivin dan piroksen.mineral lain yang

mungkin adalah plagliokals Ca dalam jumlah kecil.

2.2.6. Identifikasi Mineral

Menurut W.T. Huang (1962), komposisi mineral pembentuk batuan

dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok mineral, yaitu :

1. Mineral Utama (Essensial Minerals)

Mineral - mineral ini terbentuk langsung dari kristalisasi magma dan kehadirannya

sangat menentukan dalam penamaan batuan. Berdasarkan warna, dikelompokkan

menjadi 2 (dua), yaitu

a. Mineral Felsik (mineral yang berwarna terang). Contohnya :

1) Kelompok Plagioklas (Anortit, Bitownit, Labradorit, Andesin,

Oligoklas, Albit).

2) Kelompoik Alkali Feldspar (Ortoklas, Mikroklin, Anortoklas, Sanidin).

3) Kelompok Feldspatoid (Leusit, Nefelin, Sodalit).

4) Feldspar dibagi menjadi alkali feldspar dan plagioklas

b. Mineral Mafik (mineral yang berwarna gelap). Contohnya :

1) Olivin (Forsterite dan Fayalite).

2) Piroksen. Dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Orto Piroksen dan Klino

Piroksen. Yang termasuk ke dalam Orto Piroksen antara lain: Enstatite,

Hypersten. Yang termasuk ke dalam Klino Piroksen antara lain:

Diopsit, Augit, Pigeonit, Aigirin, Spodemen, Jadeit.

3) Amfibol (Hornblende, Lamprobolit, Riebeckit, Glukofan).

4) Biotit.

2. Mineral Tambahan (Accessory Minerals)

Adalah mineral - mineral yang terbentuk oleh kristalisasi magma, terdapat dalam

jumlah yang sedikit (kurang dari 5 %). Kehadirannya tidak menentukan nama

Page 17: laporan Petrologi

batuan. Contoh dari mineral tambahan ini antara lain: Zirkon, Rutil, Magnesit,

Apatit, Hematit, Garnet, Kromit, Pyrit, Sphen dan Zeolit.

3. Mineral Sekunder (Secondary Minerals)

Merupakan mineral - mineral ubahan dari mineral utama, dapat dari hasil

pelapukan, reaksi hidrothermal maupun hasil metamorfisme terhadap mineral

utama. Contoh dari mineral sekunder antara lain : Serpentin, Kalsit, Serisit,

Kalkopirit, Kaolin, Klorit, Pirit.

4. Gelas atau Kaca

Adalah mineral primer yang tidak membentuk kristal atau amorf. Mineral ini

sebagai hasil pembekuan magma yang sangat cepat dan hanya terjadi pada batuan

beku luar atau batuan gunung api, sehingga sering disebut kaca gunung api

(volcanic glass). Dalam praktikum petrologi, pengamatan dan deskripsi mineral

dilakukan hanya menggunakan mata telanjang atau dengan bantuan loupe (kaca

pembesar) terhadap contoh setangan (hand speciement), oleh karena itu deskripsi

yang dihasilkan terbatas pada pengamatan megaskopis dan tidak semua kelompok

mineral tersebut diatas dapat dideskripsi secara megaskopis. Contoh: akan sulit

sekali untuk membedakan mineral antara anortit dengan bitownit secara

megaskopis.

Pengamatan dan daya ingat yang kuat dalam mengidintifkasi sifat khas dari

mineral mutlak diperlukan untuk mendapatkan hasil yang optimum. Tabel 2.2.6a

berikut disajikan beberapa contoh ciri-ciri mineral berdasrkan sifat fisik mineral

yang dapat dikenali secara megaskopis.

Page 18: laporan Petrologi

Tabel 2.1. Pengenalan mineral dan sifatnyaNama Mineral

Warna Bentuk dan perawakan mineral

Belahan Keterangan / sifat khusus

Olivine Hijau Tidak teratur, membutir, massif

Tak sempurna,

Kilap kaca

Piroksin Hijau tua Prismatic pendek 2 arah, tegak lurus

Kilap kaca

Ampfibol(hornblende)

Hitam, coklat

Prismatic panjang, menyerat, membutir

2 arah, membentuk sudut arah

Kilap arang

Biotit Hitam, coklat

Tabular, berlembar, memika

2 arah Kilap kaca/ lemak

Alkali feldspar

merah jambu,putih

Prismatic panjang, membutir

2 arah Kilap kaca/ lemak

plagioklas Putih susu, abu-abu

Prismatic panjang, membutir

3 arah Kilap kaca/ lemak

Muskovit Putih, transparan

Tabular, berlembar, memika

1 arah Kilap kaca/ mutiara, sering terdapat dlm granit pegmatit

kuarsa Tidak berwarna, putih abu,

Tidak teratur, massif, membutir

Tidak ada Kilap kaca/ lemak

Kalsit Tidak berwarna, putih

Rhombohedral, massif, membutir

Sempurna Membuih bila ditetesi HCL, kilap kaca

Klorit Hijau Berlembar (memika) Sempurna Kilap kacaserisit Tidak

berwarna, putih

Tabular, berlembar Sempurna Kilap kaca

Asbes Putih Masa fibres asbestos, menyerat

- Terutama tersusun atas antopilit

garnet Coklat merah

Polygonal, membutir Tidak ada Kilap kaca/ mutiara

Halite Tak berwarna, putih, merah

Kubus, massif, membutir

Sempurna Sebagai garam evaporit

gypsum Tak berwarna, putih

Memapan membutir, menyerat

Sempurna Lembr-lembar tipis terjadi dari evaporit

anhidrit Putih, abu-abu, biru pucat

Massif, membutir, Sempurna Karena evaporit (umumnya)

Page 19: laporan Petrologi

2.2.7.Pembagian dan Penamaan Batuan Beku

Penggolongan batuan beku dapat didasarkan pada tiga patokan utama yaitu

berdasarkan genetic batuan, berdasarkan senyawa kimia yang terkadung, dan

berdasarkan susunan mineraloginya.

2.2.7.1. Pembagian Secara Genetik

Batuan beku terdiri atas kristal-kristal mineral dan kadang-kadang

mengandung gelas, berdasarkan tempat kejadiannya (genesa) batuan beku terbagi

menjadi 3 kelompok yaitu:

a. Batuan beku dalam (pluktonik), terbentuk jauh di bawah permukaan

bumi. Proses pendinginan sangat lambat sehingga batuan seluruhnya

terdiri atas kristal-kristal (struktur holohialin).

contoh :Granit, Granodiorit, dan Gabro.

Gambar 2.11. Gabro

b. Batuan beku korok (hypabisal), terbentuk pada celah-celah atau pipa

gunung api. Proses pendinginannya berlangsung relatif cepat sehingga

batuannya terdiri atas kristal-kristal yang tidak sempurna dan bercampur

dengan massa dasar sehingga membentuk struktur porfiritik. Contoh

batuan ini dalah Granit porfiri dan Diorit porfiri.

Gambar 2.12. Granit Porfiri

Page 20: laporan Petrologi

c. Batuan beku luar (efusif) terbentuk di dekat permukaan bumi. Proses

pendinginan sangat cepat sehingga tidak sempat membentuk kristal.

Struktur batuan ini dinamakan amorf. Contohnya Obsidian, Riolit dan

Batuapung.

Gambar 2.13. Batu Apung

2.2.7.2. Pembagian Berdasarkan Komposisi Kimia

Berdasarkan komposisi kimianya batuan beku dapat dibedakan menjadi:

a. Batuan beku ultra basa memiliki kandungan silika kurang dari 45%.

Contohnya Dunit dan Peridotit.

b. Batuan beku basa memiliki kandungan silika antara 45% - 52 %.

Contohnya Gabro, Basalt.

c. Batuan beku intermediet memiliki kandungan silika antara 52%-66 %.

Contohnya Andesit dan Syenit.

d. Batuan beku asam memiliki kandungan silika lebih dari 66%. Contohnya

Granit, Riolit.

Dari segi warna, batuan yang komposisinya semakin basa akan lebih gelap

dibanding yang komposisinya asam.

2.2.7.3. Pembagian Secara Mineralogi

Klasifikasi yang didasarkan atas mineralogi dan tekstur akan dapat

mencrminkan sejarah pembentukan battuan dari pada atas dasar kimia. Tekstur

batuan beku menggambarkan keadaan yang mempengaruhi pembentukan batuan

itu sendiri. Seperti tekstur granular member arti akan keadaan yang serba sama,

sedangkan tekstur porfiritik memberikan arti bahwa terjadi dua generasi

pembentukan mineral. Dan tekstur afanitik menggambarkan pembekuan yang

cepat.

Page 21: laporan Petrologi

Dalam klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russel B. Travis, tekstur

batuan beku yang didasarkan pada ukuran butir mineralnya dapat dibagi menjadi :

a. Batuan dalam Bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang

menyusun batuan tersebut dapat dilihat tanpa bantuan alat pembesar.

b. Batuan gang Bertekstur porfiritik dengan massa dasar faneritik.

c. Batuan gang Bertekstur porfiritik dengan massa dasar afanitik.

d. Batuan lelehan Bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak dapat

dibedakan atau tidak dapat dilihat dengan mata biasa.

Menurut Heinrich (1956) batuan beku dapat diklasifikasikan menjadi

beberapa keluarga atau kelompok yaitu:

1. keluarga granit – riolit: bersifat felsik, mineral utama kuarsa, alkali

felsparnya melebihi plagioklas

2. keluarga granodiorit – qz latit: felsik, mineral utama kuarsa, Na Plagioklas

dalam komposisi yang berimbang atau lebih banyak dari K Felspar

3. keluarga syenit – trakhit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid tidak

dominant tapi hadir, K-Felspar dominant dan melebihi Na-Plagioklas,

kadang plagioklas juga tidak hadir

4. keluarga monzonit – latit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid hadir

dalam jumlah kecil, Na-Plagioklas seimbang atau melebihi K-Felspar

5. keluarga syenit – fonolit foid: felsik, mineral utama felspatoid, K-Felspar

melebihi plagioklas

6. keluarga tonalit – dasit: felsik hingga intermediet, mineral utama kuarsa dan

plagioklas (asam) sedikit/tidak ada K-Felspar

7. keluarga diorite – andesit: intermediet, sedikit kuarsa, sedikit K-Felspar,

plagioklas melimpah

8. keluarga gabbro – basalt: intermediet-mafik, mineral utama plagioklas (Ca),

sedikit Qz dan K-felspar

9. keluarga gabbro – basalt foid: intermediet hingga mafik, mineral utama

felspatoid (nefelin, leusit, dkk), plagioklas (Ca) bisa melimpah ataupun tidak

hadir

Page 22: laporan Petrologi

10. keluarga peridotit: ultramafik, dominan mineral mafik (ol,px,hbl), plagioklas

(Ca) sangat sedikit atau absen.

2.2.7.4. Penamaan dan Klasifikasi Batuan Beku

Berdasarkan letak pembekuannya maka batuan beku dapat dibagi menjadi

batuan beku intrusi dan batuan beku ekstrusi. Batuan beku intrusi selanjutnya

dapat dibagi menjadi batuan beku intrusi dalam dan batuan beku intrusi dekat

permukaan. Berdasarkan komposisi mineral pembentuknya maka batuan beku

dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu batuan beku ultramafik, batuan beku

mafik, batuan beku menengah dan batuan beku felsik. Istilah mafik ini sering

diganti dengan basa, dan istilah felsik diganti dengan asam, sekalipun tidak tepat.

Termasuk batuan beku dalam ultramafik adalah dunit, piroksenit, anortosit,

peridotit dan norit. Dunit tersusun seluruhnya oleh mineral olivin, sedang

piroksenit oleh piroksen dan anortosit oleh plagioklas basa. Peridotit terdiri dari

mineral olivin dan piroksen; norit secara dominan terdiri dari piroksen dan

plagioklas basa. Batuan beku luar ultramafik umumnya bertekstur gelas atau

vitrofirik dan disebut pikrit.

Batuan beku dalam mafik disebut gabro, terdiri dari olivin, piroksen dan

plagioklas basa. Sebagai batuan beku luar kelompok ini adalah basal. Batuan beku

dalam menengah disebut diorit, tersusun oleh piroksen, amfibol dan plagioklas

menengah, sedang batuan beku luarnya dinamakan andesit. Antara andesit dan

basal ada nama batuan transisi yang disebut andesit basal (basaltic andesit).

Batuan beku dalam agak asam dinamakan diorit kuarsa atau granodiorit,

sedangkan batuan beku luarnya disebut dasit. Mineral penyusunnya hampir mirip

dengan diorit atau andesit, tetapi ditambah kuarsa dan alkali felspar, sementara

palgioklasnya secara berangsur berubah ke asam. Apabila alkali felspar dan

kuarsanya semakin bertambah dan palgioklasnya semakin asam maka sebagai

batuan beku dalam asam dinamakan granit, sedang batuan beku luarnya adalah

riolit. Di dalam batuan beku asam ini mineral mafik yang mungkin hadir adalah

biotit, muskovit dan kadang-kadang amfibol. Batuan beku dalam sangat asam,

dimana alkali felspar lebih banyak daripada plagioklas adalah sienit, sedang

Page 23: laporan Petrologi

pegmatit hanyalah tersusun oleh alkali felspar dan kuarsa. Batuan beku yang

tersusun oleh gelas saja disebut obsidian, dan apabila berstruktur perlapisan

disebut perlit.

Nama-nama batuan beku tersebut di atas sering ditambah dengan aspek

tekstur, struktur dan atau komposisi mineral yang sangat menonjol. Sebagai

contoh, andesit porfir, basal vesikuler dan andesit piroksen. Penambahan nama

komposisi mineral tersebut umumnya diberikan apabila persentase kehadirannya

paling sedikit 10 %. Perkiraan persentase kehadiran mineral pembentuk batuan

dan tabel klasifikasi batuan beku dapat membantu memberikan nama terhadap

batuan beku.

Gambar 2.14. Diagram persentase untuk perkiraan komposisi berdasarkan volume.

Page 24: laporan Petrologi

Gambar 2.15. Klasifikasi batuan beku (O’Dunn & Sill, 1986).

2.3. BATUAN PIROKLASTIK

Batuan piroklastik adalah suatu batuan yang berasal dari letusan gunungapi,

sehingga merupakan hasil pembatuan daripada bahan hamburan atau pecahan magma

yang dilontarkan dari dalam bumi ke permukaan. Itulah sebabnya dinamakan sebagai

piroklastik, yang berasal dari kata pyro berarti api (magma yang dihamburkan ke

permukaan hampir selalu membara, berpendar atau berapi), dan clast artinya

fragmen, pecahan atau klastika.

2.3.1.Genesa

Secara genetic batuan beku fragmental dapat dibagi menjadi empat tipe utama, yaitu:

a. Endapan Jatuhan Piroklastik (Piroclastic Fall Deposits)

Endapan piroklastik ini dihasilkan dari erupsi eksploasif yang melemparkan

material – material vulkanik ke atmosfir dan jatuh di sekitar erupsi. Bahan piroklastik

setelah dilempar dari pusat vulkanik langsung jatuh ke darat melalui medium udara.

Ciri yang nampak dari endapan ini adalah berlapis baik, dan pada lapisannya akan

memperlihatan struktur butiran bersusun, dengan beberapa struktur yang pada strata

sedimen, antara lain kenempakan gradasi normal pada pumis maupun lithik

fragments. Contoh endapan ini adalah : Agglomerate, breksi, piroklastik, tuff dan

lapili.

Jika bahan – bahan piroklastik setelah dilempar dari pusat erupsi yang berada

di darat maupun di bawah permukaan laut kemudian diendapakan pada kondisi air

Page 25: laporan Petrologi

yang tenang dan tidak mengalami reworking serta tidak tercampur dengan bahan

yang bukan piroklastik, maka jenis ini tidak didapatkan struktur – struktur sedimen

internal dan komposisi seluruhnya dalam bahan piroklastik. Bila dilihat paleo

environtment, maka jenis ini termasuk batuan sedimen dengan provenance

piroklastik.

b. Endapan Aliran Piroklastik (Proclastic Flow Deposits)

Material hasil langsung dari pusat erupsi, kemudian teronggokan disuatu

tempat. Endapan ini dihasilkan dari hasil gerakan material piroklastik kearah lateral

berupa aliran gas atau material setengah padat berkonsentrasi tinggi diatas

permukaan tanah. Proses pengendapan sepenuhnya dikontrol oleh topografi. Lembah

dan depresi disekitar pusat erupsi akan terisi oleh endapan tersebut. Ciri yang

dijumpai antara lain sortasi yang jelek dan jika ada perlapisan maka pada lithic

fragments di jumpai gradasi normal sedangkan pada pumis dijumpai gradasi yang

berlawanan (reverse granding). Hal ini disebabkan densitas yang lebih rendah

daripada mediannya (aliran gas atau padatan). Endapan ini meliputi : glowing

avalanche, lava collapse, hot ash avalanche. Aliran ini umumnya berlangsung pada

suhu tinggi antara 500o – 600o C.

c. Piroclastic Surge Deposits

Piroclastic Surge Deposits adalah awan campuran dari bahan padat dan gas

(uap air) yang mempunyai rapat massa rendah dan bergerak dengan kecepatan tinggi

secara turbulen diatas permukaan. Endapan ini cenderung menyebar dan

menyelimuti area disekitar pusat erupsi namun umumnya lebih terkonsentrasi di

lembah – lembah dan daerah depresi. Struktur yang mencirikan endapan ini antara

lain : perlapisan silang siur, dune, antiidune, laminasi planar, baji dan bergelombang.

d. Lahar

Pada suhu di atas 100o C material piroklastik cenderung tertransport oleh

media berfase gas. Jika media pembawa berupa air bersuhu rendah maka terbentuk

semacam aliran lumpur yang disebut lahar. Istilah lahar ini berasal dari bahasa

Indonesia yang kini digunakan secara internasional.

Page 26: laporan Petrologi

Sebagaimana halnya piroklastik, aliran lahar ini lebih terkonsentrasi

dilembah, alur dan tempat lain yang bertopografi rendah. Panjang aliran lhar dapat

mencapai 10 – 20 km, bahkan dibeberapa tempat diketahui alirannya mencapai lebih

dari 300 km dari sumbernya. Ciri – ciri umum endapan lahar : tidak ada pemalihan,

graded dan reverse bedding, tidak ada perlapisan, sering di jumpai adanya fragmen

kayu, lebih padat atau kompak dari endapan piroklastik aliran.

Cara terjadinya lahar :

1) Terbentuk langsung dari erupsi melalui danau kepundan atau disebut lahar

panas

2) Berasal dari endapan piroklaaastik aliran panas yang kemudian bercampur

dengan salju atau air menuju lereng gunung api.

2.3.2.Struktur Batuan Piroklastik

struktur batuan piroklastik pada prisipnya sama dengan struktur batuan

sedimen klastik, juga dapat dibagi pula seperti struktur pada batuan beku, contoh:

vesikuler, scoria, dan amigdaloidal.

2.3.3.Lithologi

Aspek litologi dapat dipakai untuk batuan piroklastik. Dasar klasifikasi yang

sering dipakai antara lain:

a. Ukuran Butir

Berdasarkan ukuran butir klastikanya, sebagai bahan lepas (endapan)

dan setelah menjadi batuan piroklastik, penamaannya seperti pada tabel

berikut ini:

Page 27: laporan Petrologi

Tabel 2.2. Klasifikasi batuan piroklastik

Ukuran butir Nama butiran (klastika) Nama batuan

> 64 mm Bom gunungapi

Blok/bongkah gunungapi

Aglomerat

Breksi piroklastik

2 – 64 mm Lapili Batulapili

1 – 2 mm Abu gunungapi kasar (pasir kasar)

Tuf kasar

< 1 mm Abu gunungapi halus Tuf halus

Bom gunung api adalah klastika batuan gunungapi yang mempunyai

struktur-struktur pendinginan yang terjadi pada saat magma dilontarkan dan

membeku secara cepat di udara atau air dan di permukaan bumi. Salah satu

struktur yang sangat khas adalah struktur kerak roti (bread crust structure).

Bom ini pada umumnya mempunyai bentuk membulat, tetapi hal ini

sangat tergantung dari keenceran magma pada saat dilontarkan. Semakin

encer magma yang dilontarkan, maka material itu juga terpengaruh efek

puntiran pada saat dilontarkan, sehingga bentuknya dapat bervariasi. Selain

itu, karena adanya pengeluaran gas dari dalam material magmatik panas

tersebut serta pendinginan yang sangat cepat maka pada bom gunungapi juga

terbentuk struktur vesikuler serta tekstur gelasan dan kasar pada

permukaannya.

Bom gunungapi berstruktur vesikuler di dalamnya berserat kaca dan

sifatnya ringan disebut batuapung (pumice). Batuapung ini umumnya

berwarna putih terang atau kekuningan, tetapi ada juga yang merah daging

dan bahkan coklat sampai hitam. Batuapung umumnya dihasilkan oleh

letusan besar atau kuat suatu gunungapi dengan magma berkomposisi asam

hingga menengah, serta relatif kental.

Bom gunungapi yang juga berstruktur vesikuler tetapi di dalamnya

tidak terdapat serat kaca, bentuk lubang melingkar, elip atau seperti rumah

Page 28: laporan Petrologi

lebah disebut skoria (scoria). Bom gunungapi jenis ini warnanya merah,

coklat sampai hitam, sifatnya lebih berat daripada batuapung dan dihasilkan

oleh letusan gunungapi lemah berkomposisi basa serta relatif encer.

Bom gunungapi berwarna hitam, struktur masif, sangat khas bertekstur

gelasan, kilap kaca, permukaan halus, pecahan konkoidal (seperti botol

pecah) dinamakan obsidian. Blok atau bongkah gunungapi dapat merupakan

bom gunungapi yang bentuknya meruncing, permukaan halus gelasan sampai

hipokristalin dan tidak terlihat adanya struktur-struktur pendinginan.

Dengan demikian blok dapat merupakan pecahan daripada bom

gunungapi, yang hancur pada saat jatuh di permukaan tanah/batu. Bom dan

blok gunungapi yang berasal dari pendinginan magma secara langsung

tersebut disebut bahan magmatik primer, material esensial atau juvenile).

Blok juga dapat berasal dari pecahan batuan dinding (batuan gunungapi yang

telah terbentuk lebih dulu, sering disebut bahan aksesori), atau fragmen non-

gunungapi yang ikut terlontar pada saat letusan (bahan aksidental).

Berdasarkan komposisi penyusunnya, tuf dapat dibagi menjadi tuf

gelas, tuf kristal dan tuf litik, apabila komponen yang dominan masing-

masing berupa gelas/kaca, kristal dan fragmen batuan. Tuf juga dapat dibagi

menjadi tuf basal, tuf andesit, tuf dasit dan tuf riolit, sesuai klasifikasi batuan

beku. Apabila klastikanya tersusun oleh fragmen batuapung atau skoria dapat

juga disebut tuf batuapung atau tuf skoria. Demikian pula untuk aglomerat

batuapung, aglomerat skoria, breksi batuapung, breksi skoria, batulapili

batuapung dan batu lapili skoria.

b. Komposisi Fragmen piroklastik

Komponen – komponen dalam endapan piroklastik lebih mudah

dikenali dari pada endapan muda, tak terlithifikasi atau sedikit terlithifikasi.

Pada material piroklastik berukuran halus dan telah terlithifikasi, identifikasi

komposisi sulit dilakukan.

Page 29: laporan Petrologi

c. Tingkat dan tipe welding

Jika material piroklastik khususnya beerbutir halus, terdeposisiskan

saat masih panas, maka butiran – butiran itu seakan – akan tereleaskan atau

terpateri satu sama lain. Peristiwa ini disebut welding.

Dengan demikian, pada prinsipnya batuan piroklastik adalah batuan

beku luar yang bertekstur klastika. Hanya saja pada proses pengendapa,

batuan piroklastik ini mengikuti hukum – hokum didalam proses

pembentukan batuan sedimen.

Misalnya diangkut oleh angin atau air dan membentuk struktur-

struktur sedimen, sehingga kenampakan fisik secara keseluruhan batuannya

seperti batuan sedimen. Pada kenyataannya, setelah menjadi batuan, tidak

selalu mudah untuk menyatakan apakah batuan itu sebagai hasil kegiatan

langsung dari suatu letusan gunungapi (sebagai endapan primer piroklastik),

atau sudah mengalami pengerjaan kembali (reworking) sehingga secara

genetik dimasukkan sebagai endapan sekunder piroklastik atau endapan

epiklastika.

2.3.4. Istilah-Istilah

1. Ash Flow (Tuff) – Fragmental Flow

a. Breksi aliran piroklastik adalah bahan piroklastik yang tersusun atas

fragmen runcing – runcing hasil endapan piroklastik (Fisher, 1960)

b. Ignimbrit adalah suatu batuan yang terbentuk dari aliran abu panas (Mac

Donald, 1972)

c. Welded tuf adalah endapan aliran abu panas yang terlepaskan akibat

deposisi pada saat masih panas.

2. Ash Fall : yaitu primary piroklastik atau bahan yang belum mengalami

pergerakan dari tempat semula diendapkan oleh proses jatuhan selama

belum mengalami pembatuan atau lithifikasi (Fisher, 1960).

Page 30: laporan Petrologi

a. Agglomerate ; diartikan sebagai batuan yang terbentuk dari hasil

konsolidasi material yang mengandung bom (tuff agglomerate

merupakan batuan yag kandungan bom sebanding atau lebih banyak dari

abu vulkanik)(Widiasmoro, 1970)

b. Aglutinete ; merupakan hasil akumulasi fragmen – fragmen pipih yang

terelaskan, berasal dari erupsi basaltik yang sangat encer (Tyrell, 1931)

c. Breksi piroklastik ; batuan yang mengandung blok lebih dari 50% (Mac

Donald, 1972 dan Fisher, 1958)

d. Tuff pyroclastic brecia ; batuan yang mengandung ssebanding dengan abu

vulkanik atau bisa juga lebih dominan abu vulkanik (Norton, 1917 dan

Mac Donald, 1972)

e. Lapili stone : batuan yang penyusun utamanya berukuranlapili yaitu 2 –

64 mm (Fisher, 1961)

f. Lapili tuff ; batuan yang kandungan lapili da abu vulkanik sebanding atau

lebih dominan abu vulkanik (Fisher, 1961 dan Mac Donald, 1972)

g. Tuff ; batuan yang tersusun dari abu vulkanik

3. Nama batuan yang tidak berkaitan dengan genesanya, misalnya breksi

vulkanik adalah batuan yang terdiri dari penyusun utama fragmen vulkanik

yang runcing – runcing, dengan matriks berukuran 2 mm dengan bermacam

– macam komposisi dan tekstur (biasa berupa endapan piroklastik,

autoklastik dan lain - lain),(Fisher, 1958).

4. Breksi vulkanik autoklastik terbentuk sebagai akibat letusan gas yang

terkandung di lava atau akibat pergerakan lava yang sebelum mengalami

pembatuan.

a. Breksi aliran terbentuk pada bagian tepi lava aliran akibat pemadatan

pada tepi kerak dan gerakan mengalir setelah pendinginan (Fisher, 1960,

Wrigth dan Brown, 1963, Mac Donald, 1972)

b. Breksi letusa akibat letusa gas, yang terkandung di lava seehingga terjadi

fragmentasi pada kerak bagian luar lava yang mulai membeku

Page 31: laporan Petrologi

5. Breksi vulkanik aloklastik adalah breksi yang terbentuk dari hasil

fragmentasi, batuan yang telah ada sebelum mengalami pekerjaan proses

vulkanisme:

a. Breksi intrusi : yaitu breksi yang mengandung fragmen batuan yang

diterobos magama dalam matriks batuan beku (Harker, 1908 dan Bowes,

1960)

b. Explosion brecia : merupakan breksi hancuran batuan karena adanya

ledakan vulkanik yang terjadi di bawah permukaan (Wrigth dan Bowes,

1960)

c. Tuffsite brecia : merupakan breksi yang tersusun atas fragmen batuan

yang intrusi magma dengan tuff sebagai matriks yang mengandung bekas

aliran gas di dalamnya (Wrigth dan bowes, 1960)

6. Breksi vulkanik epiklastik

a. Breksi laharik merupakan breksi yang dihasilkan dari aliran lumpur pekat

berupa pencampuran antara butiran vulkanik berukuran bergam dengan

batuan non vulkanik (Fisher, 1960)

b. Batu pasir tuffan atau konglomerat tuffan merupakan batuan sedimen

epiklastik yang terngkut juga di dalamnya kompone piroklastik misalnya

pumis atau shard.

c. Batu pasir atau konglomerat vulkanikmerupakan batuan epiklastik yang

tersusun dari fragmen – fragmen yang berupa vulkanik yang telah

mengalami erosi dan pengangkutan yang kemudian diendapkan.

2.4. IDENTIFIKASI BATUAN BEKU

Untuk melakukan identifikasi batuan beku ada beberapa perbedaan antara

identifikasio yang dilakukan pada contoh setangan dengan identifikasi singkapan

dilapangan. Pada umumnya pengamatan singkapan dilapangan diikuti pengamatan

contoh setangan.

Page 32: laporan Petrologi

Selain itu ada juga perbedaan antara identifikasi batuan beku dalam dengan

batuan beku luar. Pada batuan beku luar identifikasi dititik beratkan pada struktur dan

hubungan antar komponen pembentuk batuan (bahan – bahan piroklastik) sedangkan

dengan identifikasi batuan beku dalam lebih dititik beratkan pada hubungan unit –

unit pembentuk batuan yaitu kristal – kristal mineral.

2.4.1.Deskripsi Contoh Setangan

Hasil determinasi contoh setangan dapat dihubungkan dengandata

pengamatan singkapan untuk mendapatkan data yang lebih detail. Data-data tersebut

akan saling melengkapi seperti berikut :

a) Pengamatan kenampakan lapuk dan warna segar batuan, kekerasan mineral

relatif baik yang telah mengalami pelapukan ataupun belum. Mengidentifikasi

mineral yang mengalami pelapukan dari warna hasil lapukannya.

b) Untuk contoh yang menyimpan data yang penting dapat dilakukan analisa

petrografi dengan membuat sayatan yang tipis pada bagian yang segar.

c) Mengamati warna pelapukan segar dan apabila mungkin membuat estimasi

mengenai color indeks.

d) Pengamatan butiran pada batuan contoh setangan bilabatuannya afanitik, catat

tekstur lain dan dilakukan pengamatan apakah batuan tersebut felsik atau mafik.

1. Amati hubungan antara mineral dan batuan yang memiliki kristal kasar

sampai medium.

2. Amati dan catat hubungan fenokris dan massa dasar pada batuan yang

bertekstur porfiritik.

3. Amati dan catat derajat homogenitas, layering, laminasi, aliran,

bending,lubang gas, tekstur, dan inklusi.

4. Amati dan catat proporsi mineral – mineral yang berbeda dan deskripsi

mineral seperti warna, kilap, pecahan, belahan, kekerasan, ciri khas, dan

lain – lain.

5. Gunakan hasil pengamatan untuk menentukan nama menggunakan

klsifikasi tertentu, pada praktikum ini menggunakan klasifikasi Huang

(1962).

Page 33: laporan Petrologi

2.4.2.Petrogenesa

Petrogenesa adalah bagian dari petrologi yang menjelaskan seluruh aspek

terbentuknya batuan mulai dari asal-usul atau sumber, proses primer terbentuknya

batuan hingga perubahan-perubahan (proses sekunder) pada batuan tersebut. Untuk

batuan beku, sebagai sumbernya adalah magma.

Proses primer menjelaskan rangkaian atau urutan kejadian dari pembentukan

berbagai jenis magma sampai dengan terbentuknya berbagai macam batuan beku,

termasuk lokasi pembekuannya. Setelah batuan beku itu terbentuk, batuan itu

kemudian terkena proses sekunder, antara lain berupa oksidasi, pelapukan, ubahan

hidrotermal, penggantian mineral (replacement), dan malihan, sehingga sifat fisik

maupun kimiawinya dapat berubah total dari batuan semula atau primernya.

Sejarah terbentuknya batuan beku sebagian besar berlangsung lama (dalam

ukuran waktu geologi), dan umumnya terjadi di bawah permukaan bumi, sehingga

tidak dapat diamati langsung, maka analisis atau penjelasannya bersifat interpretatif.

Pembuktian mungkin dapat ditunjukkan berdasar hasil-hasil eksperimen di

laboratorium, sekalipun hanya pada batas-batas tertentu. Analisis interpretatif

tersebut tetap didasarkan pada data obyektif atau deskriptif hasil pemerian yang

meliputi warna, tekstur, struktur, komposisi mineral dan kenampakan khusus lainnya.

Dengan demikian studi petrogenesa pada prinsipnya untuk mencari jawaban

atau penjelasan terhadap pertanyaan “Mengapa” (Why) dan “Bagaimana” (How)

terhadap data perian batuan. Misalnya, mengapa batuan beku luar bertekstur gelasan

dan berstruktur vesikuler, sedang batuan beku dalam bertekstur kristalin dan

berstruktur masif. Mengapa basal berwarna gelap sedang pegmatit berwarna cerah ?

Bagaimana kejadiannya olivin dapat muncul bersama kuarsa dan biotit di dalam satu

batuan ? Bagaimana terbentuknya andesit dari basal dan riolit?

Berdasarkan pengetahuan teori dari kuliah mineralogi-kristalografi, kuliah

petrologi dan membaca buku literatur, diharapkan praktikan dapat menjelaskan

petrogenesa batuan peraga yang dijadikan bahan praktikum, berdasarkan data

pemeriannya.

Page 34: laporan Petrologi

LABORATORIUM PETROLOGI

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Laporan Resmi Praktikum PetrologiAcara Batuan Beku

No. Urut : 2-07Hari/Tanggal : Selasa, 25 Februari 2014No. Peraga : A06

Jenis Batuan : Batuan Beku Asam

Deskripsi Batuan

Warna : Felsic (cerah)Struktur : MassifTekstur : - Derajat kristalisasi : holokristalin

- Ukuran butir : fanerik sedang (1-5mm)- Bentuk butir : subhedral- Hubungan antar butir : panidiomorfik granular

Komposisi : tersusun dari plagioklas (35%), orthoclase (20%), kuarsa (15%), hornblende (20%), biotit (3%), muscovite (7%)

Komposisi Mineral :

1) Plagioklas : warnu putih susu, kilap kaca/mutiara, prismatic/tabular panjang, massif, penyebaran merata, kelimpahan 35%

2) Orthoclase : warna putih, kilap kaca, kelimpahan 20%3) Kuarsa : tidak berwarna, kilap kaca, tidak teratur, massif, kelimpahan 15%4) Hornblende : warna hitam, kilap arang, massif, kelimpahan 20%5) Biotit : warna hitam, kilap kaca, massif, kelimpahan 3%6) Muscovit : warna putih, klap kaca, berlembar/memika, kelimpahan 7%

Plagioklas orthoclase kuarsa hornblende biotit muscovit

Nama batuan: Granodiorite (Huang, 1962)

Petrogenesa: Berdasarkan warna batuan yaitu felsic, maka batuan ini berasal dari magma yang bersifat asam. Berdasarkan tekstur batuan yaitu fanerik sedang (1-5mm), maka batuan itu termasuk jenis batuan beku dalam (plutonik) yang mendingin secara perlahan jauh di bawah permukaan bumi sebagai sill/dike.

Page 35: laporan Petrologi

LABORATORIUM PETROLOGI

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Laporan Resmi Praktikum PetrologiAcara Batuan Beku

No. Urut : 2-07Hari/Tanggal : Selasa, 25 Februari 2014No. Peraga : I03

Jenis Batuan : Batuan Beku Intermediet

Deskripsi Batuan

Warna : abu-abuStruktur : MassifTekstur : - Derajat kristalisasi : holokristalin

- Ukuran butir : fanerik sedang (1-5mm)- Bentuk butir : subhedral- Hubungan antar butir : inequigranular (feneroporfiritik)

Komposisi : tersusun dari plagioklas (35%), orthoclase (15%), kuarsa (20%), hornblende (10%), muscovite (10%), dan Fenokris yaitu biotit (10%)

Komposisi Mineral :

1) Plagioklas : warnu putih susu, kilap kaca/mutiara, prismatic/tabular panjang, massif, penyebaran merata, kelimpahan 35%

2) Orthoclase : warna putih, klap kaca, kelimpahan 15%3) Kuarsa : tidak berwarna, klap kaca, tidak teratur, massif, kelimpahan 20%4) Hornblende : warna hitam, klap arang, massif, kelimpahan 10%5) Muscovit : warna putih, klap kaca, berlembar/memika, kelimpahan 10%6) Biotit : warna hitam, klap kaca, massif, kelimpahan 10%

Plagioklas orthoclase kuarsa hornblende muscovit biotit

Nama batuan: Diorit Porfiri (Huang, 1962)

Petrogenesa: Berdasarkan warna batuan yaitu abu-abu, maka batuan ini berasal dari magma yang bersifat intermediet. Berdasarkan tekstur batuan yaitu fanerik sedang (1-5mm), maka batuan itu termasuk jenis batuan beku korok (hypabisal) yang mendingin secara perlahan jauh di bawah permukaan bumi sebagai sill/dike. Batuan ini mengalami 2 kali pembentukan yaitu yang pertama pembentukan fenokris yaitu biotit dan yang kedua adalah pembentukan massa dasar batuan tersebut.

Page 36: laporan Petrologi

LABORATORIUM PETROLOGI

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Laporan Resmi Praktikum PetrologiAcara Batuan Beku

No. Urut : 2-07Hari/Tanggal : Selasa, 4 Maret 2014No. Peraga : B08

Jenis Batuan : Batuan Beku Basa

Deskripsi Batuan

Warna : MaficStruktur : Vesikular (amigdaloidal)Tekstur : - Derajat kristalisasi : holokristalin

- Ukuran butir : Batuan: Afanitik mineral pengisi: Fanerik sedang (1- 5mm)

Komposisi : didominasi oleh mineral-mineral yang mafic dan mineral pengisi yaitu kuarsa 20%

Komposisi Mineral :

Kuarsa : tidak berwarna, klap kaca, bentuk tidak teratur, massif, penyebaran merata, kelimpahan 20%

Kuarsa

Nama batuan: Basalt Amigdaloidal (Huang, 1962)

Petrogenesa: Berdasarkan warna batuan yaitu Mafic, maka batuan ini berasal dari magma yang bersifat basa. Berdasarkan tekstur batuan yaitu afanitik, maka batuan itu termasuk jenis batuan beku luar (volcanic) yang mendingin secara cepat di dekat permukaan bumi. Proses pembentukannya terjadi 2 kali. Pembentukan pertama yaitu magma yang mengalami proses pendinginan dan gas-gas terangkat membentuk batuan dengan lubang-lubang gas yang tidak saling berhubungan atau batuan dengan struktur yang vesikular (skorian). Setelah itu yang kedua, lubang-lubang gas tersebut terisi oleh mineral sekunder yaitu kuarsa sehingga struktur batuannya berubah menjadi vesikular (amigdaloidal).

Page 37: laporan Petrologi

LABORATORIUM PETROLOGI

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Laporan Resmi Praktikum PetrologiAcara Batuan Beku

No. Urut : 2-07Hari/Tanggal : Selasa, 25 Februari 2014No. Peraga : U01

Jenis Batuan : Batuan Beku Ultrabasa

Deskripsi Batuan

Warna : ultramaficStruktur : MassifTekstur : - Derajat kristalisasi : holokristalin

- Ukuran butir : fanerik sedang (1-5mm)- Bentuk butir : subhedral- Hubungan antar butir : panidiomorfik granular

Komposisi : tersusun dari Pyroxene (40%), Olivine (50%), Plagioclase (3%), antigorit (7%)

Komposisi Mineral :

1) Pyroxene : warna hijau tua, kilap kaca, bentuk prismatik, penyebaran merata kelimpahan 40%

2) Olivine : warna hijau, bentuk tidak teratur, kilap kaca, penyebaran merata, kelimpahan 50%

3) Plagioklas : warnu putih susu, kilap kaca/mutiara, prismatic/tabular panjang, massif, penyebaran merata, kelimpahan 3%

4) Antigorit : warna putih, berbentuk seperti urat-urat (vein), sebagai mineral penciri batuan beku ultrabasa, kelimpahan 7%

Plagioklas olivine plagioclase antigorit

Nama batuan: Peridotite (Huang, 1962)

Petrogenesa: Berdasarkan warna batuan yaitu ultramafic, maka batuan ini berasal dari magma yang bersifat ultrabasa. Berdasarkan tekstur batuan yaitu fanerik sedang (1-5mm), maka batuan itu termasuk jenis batuan beku dalam (plutonik) yang membeku secara perlahan jauh di bawah permukaan bumi sebagai sill/dike.