laporan pkp bahasa indonesia
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan
emosionalpeserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua
bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu pesrta didik mengenal dirinya,
budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam
masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan
kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya (KTSP SD/MI 2007).
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta
didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan
maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia
(KTSP SD/MI 2007).
Dalam kurikulum KTSP mata pelajaran bahasa Indonesia terdapat ruang lingkup yang
mencakup kemampuan berbahasa dan bersastra di sekolah dasar, meliputi prosa, puisi dan
drama.
Untuk menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya sastra siswa sekolah dasar
diperlukan bimbingan dan pemberian motivasi dari guru-guru pengajar atau guru kelas yang
bersangkutan. Bimbingan dalam menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan dapat
dilakukan dengan berbagai cara dan metode.
Dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia khususnya siswa kurang mampu
mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki dan terlibat langsung dalam pembelajaran.
Pembelajaran akan lebih menarik bila siswa gembira belajar dan senang karena mereka merasa
tertarik dan mengerti aopa yang dipelajarinya (Moh. Uzer Ustman 2002: 31).
Mengingat akan pentingnya pemahaman dan penguasaan bidang studi bahasa Indonesia
sebagai modal utama dalam komunikasi dan kegiatan pembelajaran, maka dirasa sangat penting
untuk segera menuntaskan kendala dan hambatan yang muncul dalam proses pembelajaran
bahasa guna memenuhi target kurikulum dan harapan semua pihak yang berkompeten dengan
dunia pendidikan, khusunya dalam pendidikan berbahasa yang baik dan benar pada siswa.
Berbagai permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran bidang studi bahasa
Indonesia perlu segera diupayakanpemecahannya. Seperti yang dialami penulis di kelas IV SDN
Ngampumgan I dalam pelajaran bahasa Indonesia, khususnya materi ”Membuat Pantun Anak”
siswa mengalami kesulitan. Untuk mengetahui penyebab kegagalan pembelajaran penulis
sebagai guru kelas IV dibantu oleh teman sejawat.
Rendahnya tingkat keterampilan dan penguasaan ini pada umumnya dilatar belakangi :
1. Rendahnya motivasi siswa dalam menyerap informasi dari berbagai sumber termasuk di
dalamnya guru dan media
2.Metode pembelajaran yang kurang diminati siswa
3.Rendahnya perhatian guru dalam proses pembelajaran yang mengkondisiskan penggunaaan
bahasa Indonesia dengan baik dan benar
4.Rendahnya perhatian guru dalam pembelajaran karya sastra anak.
Salah satu upaya guna meningkatkan pemahaman dan penguasaan serta prestasi belajar
siswa pada materi “Membuat Pantun Anak” dengan menggunakan permainan kartu kata.
Kegiatan pembelajaran ini terangkum dalam sebuah kegiatan penelitian tindakan kelas dengan
judul :
“ Peningkatan Kemampuan Membuat Pantun Anak Melalui Permainan Kartu Kata Siswa Kelas
IVSemester II SDN Ngampungan I Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang “.
Dalam laporan perbaikan pembelajaran ini difokuskan pada kegiatan permainan kartu
kata.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana meningkatkan kemampuan membuat pantun anak dalam pembelajaran bahasa
Indonesia melalui permainan kartu kata siswa kelas IV Semester II SDN Ngampungan
Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membuat pantun anak siswa kelas IV
Semester II SDN Ngampungan Kecamatan Kabupaten Bareng.
D. Manfaat Penelitian
Penulis berharap penelitian tindakan kelas ini dapat dirasakan manfaatnya bagi :
1. Siswa : Dapat memahami pelajaran yang disampaikan gurunya sehingga pembelajara menjadi
aktif, kreatif, dan menyenangkan.
2. Guru : Lebih bijaksana dalam melihat kesulitan siswa dan dapat membantu meningkatkan
aktifitas siswa dalam proses diskusi kelas.
3. Kepala Sekolah : Memperoleh informasi lebih jelas tentang pentingnya pembelajaran karya
sastra. Dengan demikian dapat dijadikan acuan dalam menetapkan kebijakan-kebijakan sekolah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A PEMBELAJARAN KARYA SASTRA ANAK DI SD
I. Hakekat Sastra Anak
1. Pengertian, Sifat dan Hakekat Saatra Anak
Kata sastra berarti karya seni imajinatif dengan unsur estetisnya dominan yang
bermediumkan bahasa (Rene Wellek, 1989 : 31). Kata anak diartikan sebagai manusia yang
masih kecil (KBBI, 1988 : 31) atau bocah (KBBI , 1988 :123). Jadi secara sederhanaistilah sastra
anak dapat diartikan sebagai karya seni yang imaginatif dengan unsur estetisnya dominan yang
bermediumkan bahasa, bik lisan atau tertulis, yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak
dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak.
Menurut Riris K. Toha Sarumpaet (1976 :21) menyatakan bahwa sastra anak adalah
karya sastra tang dikonsumsi anak dan diurus serta dikerjakan oleh orang tua.
2. Ciri Sastra Anak
Menurut Riris K. Toha Sarumpaet (1976 : 29-32) mengemukakan bahwa menandai
sastra anak berbeda dengan sastra orang dewasa yaitu :
1) Unsur pantangan merupakan unsur yang secara khusus berkenaan dengan tema dan amanat.
2) Penyajian dengan gaya secara langsung adalah bahwa sajian cerita merupakan deskripsi secara
singkat dan langsung menuju sasarannya.
3) Fungsi terapan adalah sajian cerita yang harus bersifat informatif dan mengandung unsur-unsur
yang bermanfaat, baik untuk pengetahuan umum, keterampila khusus maupun untuk
pertumbuhan anak.
3. Jenis Sastra Anak
Jenis sastra anak terdiri dari : cerita anak, drama, puisi dan pantun.
a. Drama
Kata drama memepunyai arti yang luas. Dalam Dictionary of World Literature, kata
drama berarti segala pertunjukan yang memakai mimik. Sedangkan yang timbul dari kata drama
itu sendiri adalah pertunjukan lakon yang dibawakan dalam pertunjukan itu. Jadi drama adalah
karangan yang isinya memaparkan percakapan dan perilaku. Dari percakapan dan percakapan
perilaku itu tersususn suatu cerita dan perwayakan.
Drama sebagai salah satu bentuk sastra harus pula dipelajari seperti halnya bentuk
sastra lainnya. Mempelajari drama itu berjalinan erat dengan tujuan memperoleh pengalaman
serta yang hendaknya sudah diberikan sewaktu masihdi sekolah dasar. Oleh sebab itu sebagai
guru sekolah dasar haruslah tahu cara mengapresiasi drama anak.
Seseorang akan dapat memperoleh pengalaman sastra apabila kita berhadapan langsung
dengan hasil sastra. Itulah sebabnya apabila kita ingin dapat mengapresiasikan drama, maka kiti
harus membaca naskah drama atau menonton pertunjukan drama. Hal tersebut memberikan
kesekmpatan guru untuk membaca naskah drama atau menyimak pertunjukan drama. Dari hasil
menyimak dan membaca maka kita dapat menceritakan kembali dan juga dapat menaggapinya.
b. Cerita Anak
Cerita anak adalah cerita yang akan dikonsumsi oleh anak atau cerita yang dipuntukkan
bagi anak-anak. Cerita anak ada berbagai jenis , yaitu : fabel, mite, sage dan dongeng. Cerita
anak merupakan bagian dari cerita rekaan. Oleh karena itu semua unsur atau ciri cerita yang
harus ada pada cerita rekaan berlaku juga bagi cerita anak. Seperti perwatakan, penokohan,
nsudut pandang, latar, tema, struktur dan bahasa. Walupun demikian ada perbedaan yang
mencolok antara cerita anak dengan cerita remaja atau cerita untuk orang dewasa. Pada cerita
anak sangat diutamakan keterbacaan dalam segi bahasa dan kesesuaian dengan lingkungan sosial
dan psikis anak.
Struktur cerita anak juga sama dengan struktur cerita rekaan yang lain yaitu memiliki
pembukaan, konflik, klimaks dan simpulan atau penutup..
c. Puisi
Dalam puisi terdapat dua unsur, yaitu unsur intrinsik (yang terdapat pada wujud puisi)
dan unsur ekstrinsik (unsur yang berada di luar puisi).
1) Unsur intrinsik puisi dapat dilihat dari dua segi, yaitu :
Dari segi isi puisi yang terdiri atas : tema, rasa, nada dan amanat.
Dari segi struktur yang terdiri atas : diksi, imajinasi,kata-kata konkrit, gaya bahasa, ritma / rima
dan rima / bunyi.
2) Unsur ektrinsik (unsur yang berada di luar puisi)
Cara mengapresiasi puisi anak dapat dilakukuian denga berbagai cara,yaitu :
1) Mendengarkan puisi tersebut
Membuat pertanyaan tentang puisi tersebut
Menjawab pertanyaan
2) Membaca puisi anak
Membuat pertanyaan
Menjawab pertanyaan
3) Menceritakan kembali puisi anak
Membuat pertanyaan
Menjawab pertanyaan
Mengelompokkan jawaban yang telah dibuat
Menyusun jawaban sesuai dengan hasil pengelompokan agar menjadi suatu cerita
Mengkomunikasikan dalam bentuk tulisan dan lisan
Cir-ciri puisi modern / sajak bebas :
Sangat mementingkan isi.
Jumlah kalimat dan jumlah baristidak penting.
Pilihan kata sangat diutamakan, terutama kata yang mengandung kekuatanb imajinasi, gaya
bahasa dan ketepatgunaan kata.
Persajakan bukan suatu keharusan, artinyan boleh bersajak sama boleh tidak
a. Pantun
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat dikenal dalam bahasa-bahasa
nusantara. Dalam bahasa jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan. Lazimnya pantun terdiri atas
empat larik (atau empat baris bila dituliskan), bersajak akhir dengan pola a-b-a-b (tidak boleh a-
a-a-a, a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang
dijumpai juga pantun tertulis.
Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian yaitu sampiran dan isi. Sampiran adalah
dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat
pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan
maksud selain untuk mengantarkan rima / sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang
merupakan tujuan dari pantun tersebut.
Karmina dan talibun merupakan bentuk kembangan pantun, dalam artian memiliki
bagian sampiran dan isi. Karmian merupakan pantun “ versi pendek” (hanya dua baris),
sedangkan talibun adalah “versi panjang” (enam baris atau lebih).
Peran pantun sebagai alat pemelihara bahasa, penjaga fungsi kata dan kemampuan
menjaga alur berfikir. Pantun melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum beruijar. Ia
juga melatih orang berfikir asosiatif, bahwa suatu kata bisa memiliki kaitan dengan kata yang
lain.
Secara sosial pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat, bahkan hingga sekarang. Di
kalangan pemuda sekarang, kemampuan berpantun biasanya dihargai. Pantun menunjukkan
kecepatan seseorang dalam berpikir dan bermain-main dengan kata.
Berdasarkan hakekat dan sifat sastra anak dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yang
dilihat dari kehadiran tokohnya, yaitu :
a. Jenis karya sastra anak yang mengetengahkan okoh utama yang berasal dari alam, benda mati
seperti : batu,sungai,air,dan lain-lain.
b. Jenis karya sastra anak yang mengetengahkan tokoh utama yang berasal dari alam benda hidup
yang bukan manusia seperti : bunga sepatu, buaya, ikan hiu, dan lain-lain.
c. Jenis karya sastra anak yang mengetengahkan tokoh utama yang berasal dari alam manusia itu
sendiri, seperti : cinderela, putri salju,ptri kerudung merah dan lain-lain.
4. Fungsi Sastra Anak
Ditinjau dari segi fungsi pragmatiknya sastra anak berfungsi sebagai :
a. Fungsi pendidikan, pada sastra anak memberi banyak informasi tentang sesuatu hal, memberi
banyak pengetahuan, memberi kreativitas atau keterampilan anak dan juga memberi pendidikan
moral.
b. Fungsi hiburan, memberi kesenangan, kenikmatan dan kepuasan pada diri anak.
Menurut Suwardi Endras Swara (2002) sastra anak juga berfungsi sebagai :
a. Membentuk kepribadian
b.Menuntun kecerdasan emosi anak
II. Apresiasi Sastra Anak
1. Pengertian Apresiasi
Apresiasi berarti :
1) Kesadaran terhadap nilai-nilai seni dan budaya
2) Penilaian (penghargaan) terhadap sesuatu
3) Kenaikan nilai barang karena harga pasarnya naik atau permintaan akan barang itu bertambah.
Sehubungan dengan materi pembelajaran sastra anak ini, pengertian apresiasi yang kita
maksudkan adalah :
1) Kesadaran kita terhadap nilai-nilai seni dan budaya (sastra anak)
2) Penilaian atau penghargaan kita terhadap sesuatu (sastra anak)
2. Pengertian Apresiasi Sastra Anak
Ada tiga batasan tentang apresiasi anak :
1) Panuti Sudjiman
Apresiasi sastra adalah penghargaan (terhadap karya sastra) yany didasarkan pada pemahaman.
2) Abdul Rozak Zaidan et.al
Apresiasi sastra adalah penghargaan atas karya sastra sebagai hasil pengenalan, pemahaman,
penafsiran, penghayatan, dan penikmatan yang didukung oleh kepekaan batin terhadap nolai-
nilai yang terkandung dalam karya sastra itu.
3) S . Effendi
Apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh
pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap
cipta sastra.
3. Kegiatan Apresiasi Sastra Anak
1) Kegiatan Apresiasi langsung
Kegiatan apresiasi langsung adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk memperoleh
nilai kenikmatan dan kekhidmatan dari karya sastra anak yang diapresiasi.
2) Kegiatan Apresiasi Tak Langsung
Kegiatan apresiasi tak langsung adalah kegitan apresiasi yang menunjang pemahaman terhadap
karya sastra anak. Kegiatn ini meliputi :
Mempelajari teori sastra
Mempelajari kritik dan esai sastra
Mempelajari sejarah sastra
3) Pendokumentasian karya sastra
4) Melatih kegiatan kreatif mencipya sastra / rekreatif dengan mengungkapkan kembali karya sasta
yang dibaca, didengar, atau ditontonnya
4. Tingkat – Tingkat Apresiasi Sastra Anak
Ada tiga tingkatan dalam apresiasi sastra :
1) Seseorang mengalami pengalaman yang ada dalam karya sastra, ia terlibat secara emosioal,
intelektual dan imajinatif.
2) Setelah mengalami hal seperti itu, kemudian daya intelektual seseoarng itu bekerja lebih giat
menjelajahi medan makna karya sastra yang diapresiasikannya.
3) Seseorang itu menyadari hubungan sastra dengan dunia luarnya sehingga pemahaman dan
penikmatannya dapat dilakukan lebih luas dan mendalam.
5. Manfaat Apresiasi Sastra Anak
Manfaat apresiasi sastra anak antara lain :
1) Estetis
2) Pendidikan
3) Kepekaan batin atau sosial
4) Menambah wawasan
5) Pengembangan kejiwaan atau kepribadian
III. Pembelajaran Apresiasi Sastra Anak
1. Persiapan Pembelajaran
Agar berhasil melaksanakan pembelajaran apresiasi sastra anak di SD, seorang guru
harus mempersiapkan terlebih dahulu, baik fisik maupun mental. Secara fisik harus sehat jasmani
/ rohani, cerah, bersih, dan rapi. Secara mental seorang guru harus menguasai materi ajar, kelas,
metode dan menyelami jiwa anak. Tahap persiapan pembelajaran apresiasi anak :
a. Memilih bahan ajar
Bahan ajar dapat diperoleh dari buku bacaan sastr anak di perpustakaan, toko buku atau buku
pelajaran sekolah. Pemiliha bahan apresiasi sastr anak, haruis terfokus pada substansi anak yamg
meliputi :
Pengalaman jiwa anak yang masih terbatas. Pada umumnya menyukai fabel, cerita yang
sederhan dengan kosakat ynag masih terbatas.
Perlu diberi karya-karya yang bersangkut paut dengan kekeluargaan.
Tema cerita dapat mengembangkan imajinasi anak dengan gaya bercerita segar dan menarik
serta yokohnya dapat memberi suri tauladan yang baik
b. Menentukan metode pembelajaran
Penentuan metode pembelajaran dipilh sesuai dengan keadaan dan suasana kelas. Beberapa
metode itu anta lain : Metode berkisah, pembacaan, peragaan, tanya jawab, penguasaan.
c. Menulis persipan mengajar harian
Persiapan mengajar harian (PMH) merupakan suatu perencanaan yang dilakukan seorang guru
sebelum melaksanakan praktek pembelajran di kelas. Sistematika penulisan PMH meliputi :
1) Mata pelajaran
2) Pokok bahasan
3) Kelas / semester
4) Alokasi Waktu
5) Tujuan pembelajaran
6) Materi pelajaran
7) Metode pembelajaran
8) Kegiatan pembelajaran
9) Evaluasi belajar
10) Daftar pustaka
2. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran apresiasi sastra anak di sekolah merupakan wujud nyata
mempraktekkan semua teori, pengetahuan dan pengabdian guru. Tugas guru hanya sebagai
pembimbing, fasilitator dan nara sumber dari murid-murid yang sedang belajar. Langklah-
langkahnya :
1) Pra Kegiatan Belajar Mengajar
Satu minggu sebelum KBM dilaksanakan, siswa diberikan salina cipta sastra anak, kemudian
guru memberi tugas membaca atau menghafal di rumah dan mencatat kata-kata sukar serta
mencari artinya
2) Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas
Dapat dilakukan dengan memberi tugas membaca cerita, deklamasi di depan kelas. Kemudian
diadakan tanya jawab, berdiskusi bersama merumuskan isi, tema dan amanat.
3. Evaluasi Pembelajaran
Merupakan indikator keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Evaluasi
hendaknya mengandung tiga komponen, yaitu kognisi, afeksi dan keterampilan. Pada umumnya
dikenal dengan bentuk penilaian :
a. Penilaian prosedur, meliputi penilaian proses belajar dan hasil belajar
b. Alat penilaian, meliputi tanya jawab, penugasan, esai dan pilihan ganda.
B. PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SD MELALUI PERMAINAN
I. Pengertian Bermain
Bermain ( play ) mengacu pada beberapa teori bermainyang dikemukakan oleh para
ahli. Pengertian bermain tak dapat dilepaskan dari sudut pandang teori yang mendasari
fungsinya. Dari sejumlah teori yang ada dapat dikemukakan tujuh pandangan utama, yaitu :
1. Teori surplus energi. Dalam pandangan ini bermain merupakan penyaluran energi yang
berlebihan.
2. Teori Relaksasi. Pandangan ini menyatakan bahwa bermain merupakan cara seseorang untuk
menjadi lebih santai dan segar setelah tersalurnya energi.
3. Teori preparasi atau insting. Di sini dijelaskan sebagai suatu perilaku instingtif. Kegiatan
manusia yang instingtif cenderung berdasarkan atas perkembangan anak dalam kehidupannya.
4. Teori Rekapitulasi. Pandangan ini mencoba menemukan hubungan antara kegiatan bermain
dengan evolusi kebudayaan. Di sini ditekankan bahwa setiap anak kembali melakukan berbagai
perilaku manusia dewasa yang tampil selama masa transisi antara zaman berburu hingga zaman
modern seperti ini.
5. Teori pertumbuhan dan perkembangan. Pandangan ini menyatakan bahwa, bermain merupakan
salah satu cara mengembangkan kemampuan anak.
6. Teori penyaluran emosi. Menurut pandangan ini ada dua penjelasan, yaitu : pertama, bermain
merupakan ekspresi simbolik dari suatu harapan. Kedua, merupakan upaya pengendalian
pengalaman- pengalaman yang menegangkan. Kedua pandangan ini melihat bermain sebagai
sarana menyalurkan emosi.
7. Teori kognitif. Pendapai ini menyatakan bahwa bermain adalah suatu upaya asimilasi.
Sebagaimana diketahui. Piaget (dikutip Seto, 2004 : 57) mengemukakan adanya dua aspek yang
ada dalam kemampuan adaptasi seseorang yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah
proses organisme menerapkan struktur yang sudah ada tanpa modifikasi terhadap aspek-aspek
baru dari lingkungan yang dihadapinya. Sedangkan akomodasi adalah proses organisme
memodifikasi struktur yang sudah ada menjadi struktur baru untuk menyesuaikan diri terhadap
tuntutan lingkungan.
II. Karakteristik Kegiatan Bermain
Perbedaan antara bermain dan bukan bermain tidak terletak pada jenis kegiatn (apa)
yang dilakukan, tetapi lebih pada (bagaimana) sikap individu melakukannya.
Beberapa karakteristik kegiatan bermain sebagai berikut :
1. Bermain dilakukan karena kesukarelaan, bukan paksaan
2. Bermainmerupakan kegiatan untuk dinikmati. Itu sebabnya bermain selalu
menyenangkan, mengasyikkan dan menggairahkan
3. Tanpa iming-iming apa pun, kegiatan bermain itu sendiri sudah menyenangkan.
4. Dlam bermain, aktivitas lebih penting daripada tujuan. Tujuan bermain adalah aktivitas
itu sendiri.
5. Bermain menuntut partisipasi aktif, secara fisik atau pun mental.
6. Bermain itu bebas, bahkan tidak harus selaras dengan kenyataan. Individu bebas
membuat aturan sendiri dan mengoperasikannya.
7. Dalam bermain individu bertingkah laku secara spontan, sesuai dengan yang diinginkan
saat itu.
8. Makna dan kesenangan bermain sepenuhnya ditentukan si pelaku.
III. Fungsi Bermain dalam Pendidikan
Fungsi bermain secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pengembangan kognitif
Penelitian membenarkan adanya hubungan kuat antara bermainperkembangan kognitif,
salah satunya yitu bermain simbolik (Bennett, 2005). Pernyataan tersebut didukung oleh
Vigotsky dan Piaget (dalam Sugianto, 1997) yang menyatakan bahwa, bermain simbolik itu
permainan yang penting sekali dalam pengembangan berpikir abstrak. Bermain simbolik
merupakan gambaran pengembangan pikiran. Bermain juga memerikan kesempatan kepada anak
intuk berpikir divergen dan belajra memecahkan masalah.
Selain itu, bermain juga memberikan kesempatan untuk mengembangkan konsep,
sehingga anak-anak dapat mencoba dan memperbaiki konsep sebelumnya.
Bermain juga merupakan lingkunga yang kaya untuk mengembangkan bahasa siswa.
Waktu siswa berinteraksi dengan siswa lainnya, mereka mengkomunikasikan makna dan
mengembangkan bahasa cerita.
2. Pengembangan sosial
Bermaian adalah model yang baik untuk mengembangkan sosial anak, karena akan
mendorong anak-anak untuk berinteraksi sosial. Anak-anak belajar mengatasi dan menetukan
konflik, memcahkan masalah, bergaul, bergiliran, bekerjasama, negosiasi, dan sharing dengan
teman-temannya.
3. Pengembangan emosional
Bermain dalah media untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan. Anak dapat
mengekspresikan perasaan gembira, sedih,marah, atau khawatir seperti benar-benar pada
kehidupan nyata.perasaan ini dapat dicurahkan dengan bebas karena bukan dunia nyata.
Elkind (Mayarina, 1999) berpendapat bahwa bermain dapat membebaskan anak dari
tekanan stres juga secara psikologi bermain mengurangi kegelisahan (Barnett dan Strom dalam
Mayarina, 1999). Dengan demikian, bermain memberi lahan kepada anak-anak untuk dapat
hiburan dan dapat mengontrol dunia mereka, pikiran mereka dan perasaan mereka.
4. Pengembangan fisik
Bermain memberikan kesempatan untuk mengembangkan gerakan halus dan kasar.
Pada waktu anak-anak bermain aktif, mereka dapat mengetes sistem keseimbangan mereka,
gerakan tubuh, melompat, meloncat, melempar, kekuatan fleksibilitas, keseimbangan koordinasi
baik yang bersifat lokomotor, nonlokomotor, maupun manipulatif.
5. Pengembangan bahasa
Aktivitas bermain ibarat laboratorium bahasa (Mayarina, 1999). Selama anak bermaian,
mereka mengungkapkan berbagai kata, berbagai ragam bahasa.
6. Permainan bahasa
Pada hakekatnya, permainan merupakan suatu aktivitas untuk memperoleh suatu
keterampilan tertentu dengan cara yang menggembirakan. Apabila keterampilan yang diperoleh
dalam permainan itu berupa keterampilan bahasa tertentu, permainan tersebut dinamakan
permainan bahasa (Soeparno, 1998 : 60).
Ada beberapa faktor penentu keberhasilan permainan bahasa. Menurut Soeparno
(1998 : 62) ada empat faktor yang menentukan keberhasilan permainan bahasa di kelas, yaitu :
1. Faktor situasi dan kondisi
2. Faktor peraturan permainan
3. Faktor pemain
4. Faktor pemimpin permainan
Permainan bahasa dalam pelaksanaannya memiliki kelebihan dan kekurangan,
Soeparno (1998 : 64) mengungkapkan kelebihan dan kekurangan permainan bahasa sebagai
berikut :
Kelebihan permainan bahasa ialah :
a. Permainan bahasa sebagai metode pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam
proses belajar mengajar.
b. Aktivitas yang dilakukan siswa bukan saja fisik tetapi juga mental.
c. Dapat membangkitkan motivasi siswa dalam belajar.
d. Dapat memupuk rasa solidaritas dan kerjasama.
e. Dengan permainan materi lebih mengesankan sehingga sukar dilupakan.
Kekurangan permainan bahasa ialah :
a. Bila jumlah siswa SD terlalu banyak akan sulit untuk melibatkan seluruh siswa dalam
permainan.
b. Tidak semua materi dapat dilaksanakan melalui permainan.
c. Permainan banyak mengandung unsur spekulasi sehingga sulit untuk dijadikan ukuran yang
terpercaya.
IV. Macam – macam Permainan bahasa
Ada beberapa macam permainan yang dapat digunakan untuk pembelajaran bahasa
Indonesia. Beberapa contoh diantaranya sebagai berikut :
1. Bisik berantai. Permainan ini dilakukan dengan cara, setiap siswa harus membisikkan
suatu kata (untuk kelas rendah) atau kalimat atau cerita ( untuk kelas tinggi) kepada
pemain berikutnya. Terus berturut sampai pemain terakhir. Pemain yang terakhir harus
mengatakan isi kata atau kalimat atau cerita yang dibisikkan. Betul atau salah ? Bila
salah, di mana atau siapa yang melakukan kesalahan. Permainan ini ,melatih
keterampilan menyimak / mendengarkan.
2. Kim lihat (Lihat Katakan). Sediakan beberapa benda seperti sayuran, atau buah-buahan
dalam suatu kotak tertutup. Siswa berkelompok. Seseorang siswa anggota kelompok
harus melihat satu benda yang ada di dalam kotak. Setelah dilihat jelas, siswa tersebut
harus menjelaskan sejelas-jelasnya kepada kelompoknya baik ciri-cirinya, rasanya,
warnanya atau apa saja yang dilihatnya. Anggita kelompok yang lain harus mengambil
benda yang dijelaskan oleh siswa yang melihat tadi. Kelompok yang paling cepatdan
paling banyak mengambil benda dalam kotak, itulah yang menang. Permainan ini untuk
melatih keterampilan berbicara dan menyimak.
3. Aku seorang detektif. Permainan ini dilakukan berpasangan. Seorang siswa menjadi
detektif, seorang lagi menjadi informan. Informan harus menetukan / memilih salah
seorang dari temannya yang ada di kelas sebagai penjahat yang akan dicari oleh detektif.
Ia harus memberi keterangan secara tertulis yang sejelas-jelasnya tentang penjahat yang
akan dicari detektif. Detektif membaca informasi tertulis dari informan dan menerka
siapa yang menjadi target pencarian di kelas itu. Setelah selesai posisi diubah, yang
tadinya informan menjadi detektif, dan yang tadinya detektif menjadi informan.
Permainan dapat divariasikan dengan sasaran yang dicari dari foto atau gambar dari
koran. Permainan ini untuk melatih keterampilan membaca dan menulis.
4. Bertanya dan menerka. Para siswa dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok satu sebagai
penjawab dan kelompok kedua sebagai penanya. Kelompok penjawab harus
menyembunyikan satu benda yang akan diterka oleh kelompomk penanya dengan cara
memberi pertanyaan yang mengarah pada benda yang harus diterka. Setiap anggota
kelompok penanya diberi kesempatan untuk memberikan satu pertanyaan kepada
kelompok penjawab. Kelompok penjawab hanya boleh menjawab “ ya “ atau “ tidak “.
Setelah seluruh anggota kelompok bertanya, maka kelompok harus berunding dari hasil
jawaban penjawab, benda apa yang disembunyikan itu. Bila dapat diterka, maka
kelompok penanya mendapat nilai. Permainan ini untuk melatih berbicara dan berpikir
analitis.
5. Baca lakukan. Permainan ini untuk kelas rendah yang sudah bisa membaca. Dilakukan
berpasangan. Seorang anak harus membaca suruhan tertulis yang dibuat guru,
pasangannya harus melakukan apa yang diperintahkan dalam bacaan. Misalnya, sayua
harus menunduk, saya memgang lutut kiri, saya menari sambil memegang kepala. Guru
memperhatikan berapa perintah yang dilaksanakan dengan benar dan apakah pembaca
membaca perintah dengan benar. Permainan dilakukan dengan bergantian. Permaian ini
untuk melatih membaca dan menytimak.
6. Bermain telepon. Permainan ini untuk kelas rendah. Siswa secara berpasangan harus
mempersiapkan alat untuk menelpon, baik telepon biasa atau telepon genggam. Siswa
harus menelpon temannya menanyakan pekerjaan rumah, atau buku pelajaran yang harus
dibawa besok. Biarkan siswa mengembangkan percakapannya sendiri, kecuali kalau
berhenti, guru memberi pancingan berupa pertanyaan kepada siswa. Guru memperhatikan
cara siswa mengungkapkan gagasan dan kalau perlu cara palafalan yang benar.
Permainan ini untuk melatih berbicara.
7. Meloncat bulatan katak. Buatlah bulatan-bulatan dari kertas karton, kira-kira sebesar
piting. Tulislah nama-nama susunan keluarga misalnya : ayah, ibu, kakak ,adik.
Pasanglah bulatan itu di lantai. Bentuklah siswa menjadi beberapa kelompok. Suruhlah
siswa setiap kelompok meloncati bulatan kata yang diucapkan kelompok lain atau guru.
Misalnya loncat ke kakak, loncat ke ibu, loncat ke adik. Dengan demikian setiap anak
membaca bulatan untuk diinjak. Lebih meningkat lagi, bulatan kata bisa dalam bentuk
yang lebih sulit, misalnya kata bila digabungkan menjadi kalimat. Kata pada bulatan
disebar di lantai dan memungkinkan dapat menyusun bebrapa kalimat bila diloncati
dengan benarr. Misalnya : ayah pergi ke pasar. Ayah membaca buku. Jadi harus loncat ke
ayah, pergi ke dan pasar. Loncat ke ayah, mebawa , buku. Permainan ini untuk membaca
permulaan.
8. Perjalanan dengan denah. Mengamati denah kota atau daerah tempat tinggal. Siswa
menyalin atau menggambarkan denah bagian tertentu dari kota (kerumitan tergantung
pada tingkatan kelas) pada kertas manila. Menuliskan nama-nama tempat dan jalan, serta
arah lalu lintas dalam denah pada potongan kertas manila. Tempelkan denah pada papan
tulis atau papan planel. Amati denah sebutkan nama-nama tempat jalan, dan arah lalu
lintas. Tentuka tempat tertentu sebagai awal berangkat dan tempat tujuan. Ceritakan arus
perjalanan dari satu tempat ke tempat lain yang sudah ditentukan. Tuliska arus perjalanan
tersebut dalam tulidsan deskripsi. Rancang sebuah permainan perjalanan yang tujuannya
disembunyikan. Satu anak bertyindak sebagi pemain kunci dan kelompok lain sebagai
penanya, pemain tadi tentang nama-nama jalan yang dilewati misalnya, apakah kamu
akan melewati jalan Sudirman ? apakah belok kiri ke jalan Abdurrahman ? dan
seterusnya. Pemain kunci hanya boleh menjawab “ ya “ atau “ tidak “ dan “ bisa “ .
kelompok penanay harus menembak tempat yang akan dituju pemain kunci tadi.
Kelompok yang benar menembak tujuan. Itulah yang menang. Permainan ini untuk
melatih menulis, membaca denah, dan menyimak. Cocck untuk kelas tinggi (kelas
IV,V ,VI ).
9. Mengarang gotong royang. Tempat kan beberapa benda ke dalam tas aqtau kotak.
Buatlah kelpompok. Suruhlah seseorang siswa pertama wakil dari kelompok mengambil
satu benda, dan dia harus membuat kalimat yang berkaitan dengan benda tersebut.
Bantulah bila siswa memerlukan bantuan guru. Misalnya benda itu bola, anjurkan dia
mengatakan “ pada suatu hari aku menemukan bola”. Lalu guru bertanya kepada siswa
lain dari kelompok yang sama. “ Diman bola itu ditemukannya ? “, terus sampai siswa
terakhir. Kalau dirasakan hasil karangan masih bisa diperpanjang, siswa yang pertama
bisa ditanya kembali. Kelompok yang dapat menyusun karangan runtut dan gagasannya
sesuai dengan yang pertama itulah yang menang. Permainan ini melatih keterampilan
menulis (menyusun gagasan) dan membuat kalimat.
10. Stabilo Kalimat. Permainan ini berkelompok. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.
Tujuannya agar siswa dapat menetukan kalimat yang salah dan yang benar dalam suatu
wacana yang dibacanya. Wacana yang harus disediakan berupa kliping wacana yang
kalimat-kalimatnya ada yang benar ada yang salah. Caranya, guru menjelaskan gahwa
setiap kelompok harus mencari kalimat yang salah dan yang benar dari wacana yang
dibacanya dengancara memberi tanda dengan stabilo. Wacana dibagikan. Siswa
membaca. Berdasarkan waktu yang ditentukan guru memberi aba-aba kepada siswa
untuk memulai. Tiap kelompok harus dapat memberi tanda sebanyak-banyaknya kalimat
yang salah dan kalimat yang benar. Kelompok yang berhasi mengumpulkan banyak
sebagai pemenangny. Permainan ini melatih membaca cepat dan cermat serta memahami
kalimat. Untuk kelas IV dan VI.
11. Kata dari wacana. Permainan ini dimainkan secara kelompok. Siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok. Setiap kelompok mendapat fotokopi wacana yang harus dibaca.
Setiap kelompok harus mengajukan satu kata (hasil diskusi) yang harus dikatakan kepada
kelompok lain. Kelompok yang diberi kata harus memberikan kata-kata lain yang
berhubungan dengan kat6a yang diucapkan kelompok yang memberi kata. Misalnya, dari
wacana “ Musim Hujan “, kelompok mengambil kata hujan. Maka kelompok lain harus
mencari kata yang terkait dengan hujan. Contohnya adakelompok yang mengatakan
banjir, dingin, basah, dan seterusnya, kelompok yang paling banyak mengemukakan kata
yang berkaitan dengan kata yang diberikan kelompok penanya, itulah pemenangnya.
Permainan ini melatih keterampilan membaca dan kosakata.
12. Cerita berantai. Permainan ini dilakukan berkelompok dua orang. Setiap kelompok harus
melanjutkan cerita yang diucapkan kelompok lain. Cerita dimulai dari guru. Anggota
kelompok yang satu sebagai pembicara melanjutkan cerita, yang seorang lagi mencatat
kalimat yang diucapka setiap kelompok dan membacakannya setaelah cerita selesai.
Misalnya, guru memberi kalimat pertama : “ Disebuah kampung ada seseorang anak
yatim...”, kelompok pertama harus meneruskan cerita itu. Kalimat dari kelompok pertama
diteruskan oleh kelompok kedua, dan seterusnya. Permainan ini untuk melatih menyimak
dan menyusun cerita yang runtut. Cocok untuk kelas IV, V, dan VI.
13. Siap laksanakan perintah. Permainan ini bermain melalui lagu. Siswa dibagi, beberapa
kelompok. Setioap kelompok harus mengganti lirik lagu “ Suka Hati “ dengan perintah
yang harus dikerjakan oleh kelompok lain. Permainan diawali oleh guru dengan
menyanyikan lagu : Kalau kau suka hati tepuk tangan (semua siswa tepuk tangan). Kalau
kau suka hayi, mari kita lakukan. Setelah guru memulai dengan melagukan lagu tersebut,
selanjutnya giliran kelompok pertama yang sudah berdiskusi mengganti lirik dan perintah
dari lagu tersebut. Misalnya : kalau kau suka hati tarik tangan (kelompok lain menarik
tangan temannya). Dan seterusnya sampai habis kelompoknya.
C. Beberapa Pendapat Ahli Tentang Penggunaan Permainan Sebagai Metode Belajar.
Bermain bagi anak-anak tak ubahnya seperti bekerja bagi orang dewasa. Bermain
merupakan kegiatan yang menimbulakn kenikmatan, yang akan menjadi rangsangan bagi
perilaku lainnya.
Bermain sebenarnya merupakan dorongan dari dalam diri anak atau naluri. Semua
naluri harus diusahakan disalurkan secara baik dan terkontrol. Oleh karena itu, bermain bagi
anak merupakan kebutuhan hidupnya seperti makan, minum, tidur dan lain-lain. Bermain dalam
kehidupan manusia merupakan latihan-latihan yang dilakukan agar mereka menjadi manusia dan
bermain tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia itu sendiri. Dengan demikian, supaya tidak
menyita waktu anak untuk bermain, dapat diupayakan pada waktu belajar , mereka dapat
menikmatinya sambil bermain.
Bermain merupakan pemicu aktivitas. Anak yang banyak bermain akan meningkat
kreativitasnya (Charlotte Buhler , dalam Sugianto :1997 ), bermain merupakan sarana untuk
mengubah potensi-potensi yang dad dalam dirinya.
Menurut Seto (2004 : 53) bermain sangat penting, sehingga meskipun terdapat unsur
kegembiraan, namun tidak dilakukan demi kesenangan saja. Bermain adalah hal serius karena
merupakan cara bagi anak untuk mmeniru dan menguasai perilaku orang dewasa untuk mencapai
kematangan .
Bermain merupakan salah satu fenomena yang paling alamiah dan luas dalam
kehidupan anak. Terdapat insting bermain pada setiap anak serta kebutuhan melakukannya
dalam suatu pola yang khusus guna melibatkannya dalam suatu kegiatan yang membantu prose
kematangan anak.dari berbagai penelitian (Seto, 2004) terungkap bahwa bermain dapat
dikembangkan menjadi semacam alat untuk mengaktualisasikan potensi-potensi kritis pada diri
anak, mempersiapkan fungsi intelektual, dan aspek emosi dan sosialnya. Dengan demikian,
bermain berkembang bukan hanya menjadi sarana yang dapat dinikmati dan menyenangkan saja
tetapi juga bersifat mendidik.
W. R Smith (dalam Soemitro, 1997) seorang psikolog mengatakan bahwa bermain
merupakan dorongan langsung dari setiap individu, yang bagi anak-anak merupakan pekerjaan,
sedangkan bagi orang dewasa lebih dirasakan sebagai kegemaran. Anak usia SD merupakan usia
bermain. Bagi mereka dunia ini hanya bermain. Mereka belum dapat membedakan dunia nyata
bermain. Baru setelah semakin dewasa, mereka paha bahwa ada dua dunia yaitu dunia barmain
dan dunia nyata atau dunia kerja.
Menurut Hetherington dan Parke (dalam Patmonodewo,2000), bermain bagi anak
berfungsi untuk mempermudah perkembangan kognitif anak./ dengan bermain akan
memungkinkan anak meneliti lingkungannya dan mempelajari sesuatu, serta memcahkan
masalah yang dihadapinya. Permainan juga dapat meningktkan perkembangan sosial anak.
Dengan menampilkan bermacam peran orang, anak berusaha menghayatinya untuk diambilnya
setelah ia dewasa.
Fungsi bermain tidak saja meningkatkan perkembangan kognitif dan sosial, tetapi juga
mengembangkan bahasa, emosi, disiplin kreativitas dan perkembangan fisik anak. Para ahli
pendidikan modern berpendapat bahwa permainan merupakan alat pendidikan. Pendidikan yang
baik akan menggunakan bermain sebagai alat pendidikan. Hal ini dilakukan oleh Pesta lozzi
(Patmonodewo, 2000) ahli pendidikan terkenal dari Swiss pada abad ke -18 dan permulaan abad
ke-19, ia sangat menekankan pentingnya permainan dalam pendidikan. Ia percaya bahwa
bermain mempunyai nilai-nilai untuk mengembangkan harmoni antar jiwa dan raga. Bahkan
Bannett (2005 : 67) yang pernah mengadakan penelitian pada sejumlah guru pada waktu siswa
bermain, para guru mengatakan bahwa para siswa mengungkapkan yang mencerminkan
kebutuhan batin mereka serta proses intelektual yang mendalam.
Froebel (dalam sugianto, 1997) seorang pendidik dari jerman, ia percaya bahwa salah
satu alat yang terbaik untuk mendidik anak-anak ialah melalui permainan. Menurut pendapatnya,
anak-anak lebih siap dan berpotensi untuk bermain daripad cara lain.
John Locke seorang filosuf Inggis pada abad ke - 17, ia meyakini bermain dapat
membantu uisaha mencapi tujuan pendidikan, sedangkan Rousseau dan Emile menekankan
bermain yang dapat bermanfaat dalam perkembangan anak(Sugianto, 1997 : 4).
Motessori (dalam Sugianto, 1997) yang kemudian dikenal dengan ahli pendidikan pra
sekolah, sangat menghargai nilai-nilai yang terdapat bdalam permainan pada masa kanak-kanak.
Baik Froebel maupun Montessori, menerapkan suatu pemikiran anak-anak belajar sesuatu
melalui permainan. Jadi mereka menggunakan permainan sebagai alat pendidikan.
Permainan akan meningkatkan partisipasi aktif ank, sehingga pembelajaran labih
efektif. Menurut Brierly (dalam megawangi, 2005 : 48), bermain dan bereksplorasi akan
membantu perkembangan otak anak, yaitu meningkatkan kemampuan berbahasa, berbahasa,
bersosialisasi, dan perkembangan motoriknya. Bermain akan membuat anak lebih mengerti
subjek yang dipelajarinya melalui eksplorasi, berimajinasi, berdiskusi, bernyanyi,
bereksperimen, mengubah bentuk dan bermain peran.
Menurut Vigotsky (dalam Megawangi, 2005 : 28), bermain dan aktivitas konkrit dapat
memberikan momentum alami bagi anak untuk belajar sesuai dengan usianya dan kebutuhan
spesifik anak. Bermain adalah cara yang paling efektif pada usia sekolah dasar, baik di bidang
akademik maupun aspek fisik, sosial, dan emosional.
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Ngampungan I , dengan alamat Dusun
Sumberdadi Desa Ngampungan Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang. Keadaan topografi
wilayah SDN Ngampungan merupakan dataran tinggi dengan saran jalan yang sudah bagus
(Beraspal ). Bila ditempuh dari ibu kota kecamatan Bareng kira – kira 3 Km kearah selatan .
SDN Ngampungan I memiliki 8 ruang kelas , dengan alokasi dua ruang untuk
kantor , 6 ruang untuk kegiatan belajar mengajar , 1 ruang untuk gudang dan ruang
perpustakaan . SDN Ngampungan I memiliki 165 anak dengan 6 rombongan belajar . Adapun
rinciannya adalah : Kelas I 48 anak , Kelas II 18 anak , Kelas III 26 anak , Kelas IV 21 anak ,
Kelas V 23 anak , dan Kelas VI 28 anak.
Sedangkan tenaga guru 11 orang dan penjaga 1 orang yang terdiri dari 1 orang
kepala sekolah , guru kelas 6 orang , 1 orang guru agama islam , 1 orang guru agama Kristen , 1
Orang guru Olah Raga dan 1 orang penjaga .
Pelaksanaan kegiatan penelitian ini ada dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada hari
Kamis tanggal 5 Maret 2009 dari pukul 09.40 – 10.30 WIB . Dan siklus II dilaksanakan pada
hari Kamis tanggal 19 dari pukul 09.40 – 10.30 WIB . Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
Kelas IV Semester II dengan Kompetensi dasar “ Membuat pantun anak yang menarik temntang
berbagai tema (persahabatan, ketekunan, kepatuhan dll ) sesuai dengan ciri-ciri pantun “.
Subjek penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Ngampungan Kelas IV dengan jumlah siswa
21 anak yang terdiri dari 8 siswa laki – laki dan 13 siswa perempuan. Jika dilihat dari segi
perekonomian sebagian besar para siswa berasal dari golongan menengah kebawah dengan latar
belakang pendidikan orang tua lulusan SD atau bahkan sampai tidak lulus . Sebagian besar
pekerjaan orang tua siswa sebagai petani , buruh tani dan pemecah batu .
Siswa SDN Ngampungan I berasal dari 2 desa yaitu desa Ngampungan dan desa
Jemparing . Jarak rumah ke sekolah sekitar 200 sampai 1500 meter yang dapat ditempuh dengan
berjalan kaki atau bersepeda .
B. Prosedur Penelitian
1. Siklus I
a. Perencanaan
Sebelum melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I penulis menyusun
Rencana Perbaikan Pembelajaran dengan merumuskan tujuan meningkatkan ketrampilan
membuat pantun anak berdasarkan cirri – cirri pantun melalui melalui permainan kartu kata .
Kartu kata acak digunakan sebagai media anak untuk menyusun sebuah pantun . Melalui
permainan kartu acak proses pembelajaran akan lebih menarik . Untuk melihat proses perbaikan
pembelajaran berlangsung baik atau tidak , penulis membuat lembar pengamatan diskusi ,
penulis membuat lembar pengamatan berupa checklist , lembar pengamatan diskusi dan tes
evaluasi berupa tes tulis
Perbaikan pembelajaran direncanakan dengan apresepsi berupa tanya jawab tentang
perbedaan pantun dan puisi . Kemudian dalam kegiatan inti siswa berdiskusi
mengidentifikasikan syarat – syarat pantun . Dilanjutkan dengan permainan kartu kata . Untuk
mengetahui pemahaman anak dalam membuat pantun guru memberikan evaluasi berupa tes
tulis .
b. Pelaksanaan
Kegiatan pembelajaran menggunakan waktu kurang lebih 70 menit dengan alokasi
waktu untuk kelas IV adalah 2 jam pelajaran yaitu 2 X 35 menit .
Kegiatan Awal
Kegiatan awal dilaksanakan kurang lebih 10 menit , diawali dengan guru menunjukkan
contoh bacaan 1 dan bacaan 2 ( bacaan 1 adalah pantun dan bacaan 2 adalah puisi ) , kemudian
menunjuk salah satu siswa untuk membacanya . Dilanjutkan siswa diberikan pertanyaan yaitu :
1) Apakah berbeda intonasi lagu bacaan 1 dan 2 ?
2) Bacaan nomor 1 disebut apa ?
3) Bacaan nomor 2 disebut apa ?
Untuk memfokuskan siswa pada materi pelajaran guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai yaitu membuat pantun anak sesuai dengan cirri – cirri pantun .
Dilanjut guru membagi kelas dengan beberapa kelompok.
Kegiatan Inti
Kegiatan inti dilaksanakan kurang lebih 50 menit , dimulai guru menjelaskan
pengertian suku kata , sajak , baris dan bait . Kemudian siswa mendiskusikan cirri – cirri pada
LKS yang disediakan oleh guru . Berdasarkan hasil kerja siswa guru membimbing untuk
mengidentifikasikan syarat – syarat pantun dengan memberikan beberapa pertanyaan yaitu :
1) Dalam satu bait ada berapa baris ?
2) Ada berapa suku kata dalam satu baris ?
3) Bersajak apakah pantun itu ?
Setelah itu guru mengajak siswa untuk melakukan permainan kartu kata dengan aturan
sebagai berikut :
1) Kelompok yang lebih dulu m engerjakan dan benar adalah pemenangnya.
2) Susunlah kartu kata menjadi sebuah pantun
3) Tempelkan ke papan pajangan
Hasil kerja yang telah ditempelkan di papan pajangan , dibetulkan oleh guru bersama
siswa . Bagi kelompok yang hsil kerjanya betul mendapatkan reword berupa tepuk tangan .
Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan akhir waktu yang dibutuhukan kurang lebih 10 menit . Guru bersama
siswa merangkumnya . Untuk melihat pemahaman konsep terhadap materi pelajaran guru
memberikan evaluasi berupa tes tulis.
c. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan oleh guru sebagai peneliti dan teman sejawat sebagai
pengamat . Teman sejawat diberikan lembar penngamatan berupa chek list , alat ini berisikan
serangkaian daftar kejadian penting yang akan diamati yaitu kegiatan pembelajaran dari kegiatan
awal sampai kegiatan akhir . Ketika pengamatan berlangsung pengamat secara objektif memilih
dengan cepat dan memberi tanda chek list pada daftar kejadian . Disediakan pula kolom kosong
untuk menuliskan komentar yang dipandang perlu untuk menambahkan kejadian penting yang
belum ada pada daftar (M. Toha Anggoro ,2007 : 5.20) . Selain chek list penngumpulan data
diperoleh dari hasil pengamatan diskusi siswa dan hasil belajar siswa yang berupa tes tulis dan
tes produk .
d. Refleksi
Pelaksanaan refleksi dilakukan 2 jam setelah kegiatan perbaikan pembelajaran pada
siklus I selesai . Kegiatan ini dilakukan di ruang kelas IV SDN Ngampungan I . Setelah
melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran guru bersama teman sejawat berdiskusi
berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh .
Dapat disimpulkan bahwa kegiatan awal ketika guru memberikan apresepsi dengan
beberapa pertanyaan tentang cirri – cirri pantun , siswa menjawab apabila tidak ditunjuk. Tetapi
dalam kegiatan lanjutan yaitu permainan kartu kata menjadi sebuah pantun siswa sangat aktif
bahkan semua siswa antusias untuk menempelkannya di papan pajangan sehingga menjadi
gaduh . Hal ini disebabkan guru tidak menjelaskan aturan permaianan secara rinci . Berdasarkan
hasil refleksi dengan teman sejawat pada pembelajaran siklus I dinyatakan belum berhasil karena
dari 21 siswa yang mendapat nilai 6 baru mencapai 50 % sehingga perlu diadakan perbaikan
pembelajaran pada siklus II.
2.Siklus II
a. Perencanaan
Perbaikan pembelajaran dilaksanakan diawali dengan membuat RPP siklus II dengan
memperbarui langkah – langkah pembelajaran . Selain itu peneli memperbaiki media
pembelajaran engan membuat kartu kata yang menggunakan kertas warna sehingga siswa
tertari . Untuk mengetahui peningkatan proses pembelajaran peneliti menyiapkan lembar
observasi yang seperti yang dilakukan pada siklus I yaitu berupa lembar pengamatan diskusi ,
lembar chek list dan lembar penilaian siswa . Sedangkan alat ukur yang digunakan peneliti
berupa soal – soal tes tulis tentang pantun .
Pada perbaikan pembelajaran siklus II memfokuskan pada penggunaan bahasa yang
mudah dipahami siswa atau bahasa yang komunikatif dalam menginformasikan tujuan dan pada
kegiatan menjelaskan tata cara melakukan permainan .
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran memerlukan waktu 70 menit sesuai dengan
alokasi waktu 1 kali pertemuan 2 x 35 menit . Kegiatan awal dilaksanakan kurang lebih 10 menit
, kegiatan inti 50 menit dan kegiatan akhir 10 menit .
Kegiatan Awal
Kegiatan awal yang diawali dengan menunjukkan contoh pantun dan puisi , kemudian
memberikan pertanyaan kepada siswa …..
Berdsarkan jawaban anak – anak , guru menyampaikan tujuan dan kegiatan
pembelajaran yaitu siswa dapat membuat pantun anak melalui kegiatan permainan kartu kata .
Setelah itu guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok.
Kegiatan Inti
Kegiatan inti diawali dengan mendiskusikan dengan mendiskusikan cirri pantun pada
LKS yang disediakan oleh guru Berdasarkan hasil kerja siswa guru membimbing
mebgidentifikasikan cirri – cirri pantun dengan memberikan pertanyaan sesuai dengan LKS yang
ada , yaitu :
1. Berapa banyaknya baris pada pantun tersebut ?
2. Berapa banyaknya suku kata pada baris ke – 1?
3. Berapa banyaknya suku kata pada baris ke – 2?
4. Berapa banyaknya suku kata pada baris ke – 3?
5. Berapa banyaknya suku kata pada baris ke – 4?
6. Berapa bunyi huruf pada baris ke – 1?
7. Berapa bunyi huruf pada baris ke – 2?
8. Berapa bunyi huruf pada baris ke – 3?
9. Berapa bunyi huruf pada baris ke – 4?
Setelah itu Guru mengajak siswa melakukan permainan kartu kata dengan aturan
sebagai berikut :
1 . Susunlah kartu kata menjadi sebuah pantun .
2 . Tempelkan ke papan pajangan secara bergantian .
3 . Kelompok yang lebih dulu mengerjakan dan benar adalah pemenangnya .
Hasil kerja kerja yanxg ditempelkan di papan pajangan di betulkan bersama – sama
antara guru dan siswa . Bagi kelompok yang hasil kerjanya betul mendapat reward berupa
permen .
Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir siswa bersama dengan guru menyimpulkan materi pelajaran
kemudian siswa mencatatnya . Untuk melihat pemahaman konsep terhadap materi pelajaran /
guru memberikan evaluasi berupa tes tulis
c. Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan teman sejawat sebagai
pengamat selama kegiatan perbaikan pembelajaran berlangsung . Teman sejawat memberikan
catatan terhadap semua peristiwa dan memberikan komentar serta saran . Catatan , komentar ,
dan saran dicatat dilembar chek list . Selain itu untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa
guru menyiapkan lembar pengamatan diskusi , lembar penilaian produk dan lembar penilaian tes
tulis individu . Lembar pengamatan untuk siswa diamati oleh guru sebagai peneliti
d. Refleksi
Pelaksanaan refleksi dilaksanakan 1 hari setelah kegiatan perbaikan pembelajaran
pebaikan pada siklus II selesai . Kegiatan ini dilakukan di kantor SDN ngampungan I.
Dapat disimpulkan bahwa pada kegiatan awal ketika guru memberikan pertayaan pada
siswa sangat antusias . Pada kegiatan inti siswa sangat aktif . Hal ini tampak pada dalam kegiatan
diskusi kelompok . Demikian juga dalam kegiatan dalam menyusun kartu kata menjadi pantun ,
siswa sangat antusias dan tertib dalam melakukan kegiatan tersebut . Hal ini dikarenkan dalam
menjelaskan perturan permainan , guru menjelaskan dengan bahasa yang mudah untuk dipahami
oleh anak atau bahasa yang komunikatif . Dari hasil tes tulis individu 82% siswa mencapai nilai
rata – rata KKM atau 65. Dengan demikian sudah tidak perlu mengadakan perbaikan
pembelajaran pada siklus III.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Hasil Penelitian
1. Hasil Penelitian Siklus I
a. Perencanaan
Perbaikan pembelajaran diawali dengan membuat rencana perbaikan pembelajaran I
dengan merumuskan tujuan perbaikan pembelajaran “Meningkatkan Kemampuan Membuat
Pantun Anak Berdasarkan Ciri – Ciri Pantun Melalui Permainan Kartu Kata , serta
mempersiapkan media berupa kartu kata , lembar kerja siswa dan soal – soal evaluasi . Hasil
belajar lembar cek list dan lembar pengamatan diskusi.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan pada hari kamis tanggal 5
Maret 2009 , dari pukul 09.40 sampai pukul 10.30 . Kegiatan awal dilaksanakan pada waktu
kurang lebih 10 memnit , kegiatan inti dilakukan kurang lebih 50 menit dan dan kegiatan akhir
dilakukan kurang lebih 10 menit .
Kegiatan awal
Guru memulai pelajaran dengan mengucapkan salam dan menanyakan kehadiran siswa
(G) : ”Assalamualaikum Wr.Wb”
(S) : ”Waalaikumsalam Wr.Wb”
(G) : ”Apakah hari ini ada yang tidak masuk ?”
(S) : ”Tidak ada Bu …!(Siswa menjawab serempak )”
Guru melanjutkan dengan apresepsi menunjukkan contih bacaan 1 dan bacaan 2 ( bacaan 1
adalah sebuah pantun dan bacaaan 2 adalah sebuah puisi) kemudian menyuruh salah satu siswa
untuk membacakannya.
(G):”Bu Tanti punya 2 buah bacaan , coba siapa yang ingin membacakannya?
Siswa tidak ada yang mau membacakannya, kemudian guru menyuruh salah satu siswa untuk
membacanya
(G) : ”Coba Juwita, kamu bacakan bacaan yang kedua ! kemudian siswa yang bernama Juwita
membacakannya?”
(S) : ” Setiap kali kita bertemu
Kau berada di jalan
Dirimu selalu menapaki jalan
Tanpa kenal lelah
kau selalu mencari nafkah
Senyummu membuat hatiku trenyuh
Wahai anak peminta – minta
Seperti itukah kehidupanmu
Ku sedih melihat keseharianmu
Wahai anak peminta – minta
(G) : ”Coba Fiah kamu yang bacakan bacaan yang pertama !”
(S) : ”Nyanyian sendu di kala rindu
Rindu kepada ayah dan bunda
Kalau kamu menuntut ilmu
Kelak berguna saat dewasa
Setelah Siswa membacakan bacaan 1 dan 2 , Kemudian guru memberikan pertanyaan
(G) : ”Apakah berbeda cara pembacaan pada bacaan 1 dan 2 ?
(S) : ”Ya…..( Siswa serempak menjawab )”
(G) : ”Kira – kira apakah nama bacaan yang pertama ?”
(S) : ”Pantun ……..( Siswa serempak menjawab )”
(G) : ”Sedangkan bacaan kedua adalah …..?”
(S) : ”Puisi ….( salah satu siswa menjawab )
(G) : ”Ya Pinter ….”
(S) : “ Tidak tahu ….( Siswa lain menjawab )”
Kegiatan ini dilanjutkan dengan menbyampaikan tujuan pembelajaran
(G) : ”Nah anak – anak kita akan belajar tentang pantun , ibu harapkan nanti diakhir pelajaran anak –
anak dapat membuat pantun berdasarkan cirri – ciri pantun. Kemudian guru membagi kelas
menjadi 6 kelompok
(G) : ”Coba anak – anak sekarang kalian mengelompok menjadi 6 kelompok jadi satu kelompok 3 – 4
orang”( Kemudian siswa langsung membentuk kelompok)
Kegiatan Inti
Guru mengawali kegiatan inti dengan memberikan tugas diskusi tentang Ciri-Ciri Pantun
berdasarkan LKS.
(G) : ”Anak-anak,ibu punya LKS,nanti kalian kerjakan bersama teman-teman kalian dalam waktu 15
menit
Guru sambil membagikan LKS kepada setiap kelompok . Kemudian siswa
mengerjakannya.Setelah 15 menit berlalu,Guru memberitahukan kepada siswa bahwa waktunya
sudah selesai . Guru melanjutkan mengidentifikasi Ciri - Ciri Pantun dengan memberi
pertanyaan kepada siswa .
(G) : ”Berapa banyaknya baris yang terdapat dalam satu bait puisi ?”
(S) : ”4 baris ( beberapa siswa menjawab ).”
(G) : ”Ada berapa suku kata dalam satu baris?”
(S) : ”8 sampai 12 suku kata”(salah satu menjawab).”
(G) : ”Bersajak apakah pantun itu?”
(S) : ”a-b-a-b ( siswa serempak menjawab )”
(S) : ”Ternyata kalian sudah pintar semua , nah sekarang kita bermain kartu kata untuk membuat
pantun . Bu Tanti punya 8 kartu kata , nanti kalian susun menjadi dua buah pantun . Setelah itu
tampilkan di papan pajangan . Permainan ini dikerjakan selama 10 menit . “
Kemudian Guru membagikan kartu kata ke setiap kelompok .
(G) : ”Ibu hitung mulai dari hitungan 1,2,3, mulai”.
Kemudian siswa dengan antusias mengerjaknnya . Ketika menempelkan kartu kata di papan tulis
, ternyata semua siswa ke depan dan berebutan , sehingga menimbulkan kegaduhan . Guru
menyuruh siswa untuk tidak gaduh tetapi anak-anak tetap saja gaduh . Setelah selesai
mengerjakan permainan itu , baru siswa diam dan kembali ke tempat masing-masing .
Dilanjutkan siswa bersama guru membetulkan pantun yang telah disusun siswa .
(G) : ”Bagaimana dengan pantun yang disusun oleh kelompok (Taurus)?”
(S) : ”Betul ( Siswa serempak menjawab )”
(G) : ”Sekarang hasil kerja kelompok ( Pisces )?”
(S) : ”Nomor satu salah Bu……..( salah satu siswa menjawab ) “.
(G) : ”Ya,benar kira-kira yang salah apanya?”
(S) : ”Sampirannya di letakkan di bawah ( salah satu siswa menjawab )
(G) : ”Ya,pinter . Kita lanjutkan dengan hasil kerja kelompok scorpio , bagaimana sudah betul apa
belum ? “
(S) : ”Salah dua-duanya bu.
(G) : ”Ya,benar . Kalau hasil belajar kelompok Gemini , bagaimana ?”
(S) : ”Betul semua bu..”
(G) : ”Ya , kita beri tepuk tangan untuk kelompok Gemini . “
Kemudian serempak seluruh siswa tepuk tangan .
(G) : ”Sekrang , hasil kerja kelompok libra , bagaimana ? “
(S) : ”Salah satu bu..”
(G) : ”Ya,benar hasil kerjanya salah satu karena sajaknya bukan a-b-a-b tapi a-a-b-b .”
Jadi , sekarang yang menang kelompok berapa ? tadi ada dua kelompok yang benar yang
manakah yang paling dulu memnyelesaikan?”
(S) : ”Kelompok Taurus Bu….(siswa serempak menjawab)”
(G) : ”Jadi kelompok yang menag adalah kelompok Taurus , mari kita beri tepuk tangan untuk
kelompok Taurus (Siswa serempak tepuk tangan )”
Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir diawali dengan siswa bersama dengan guru menyimpulkan dan
merangkum hasil belajar tentang ciri – ciri pantun .
(G) : ”Nah , kalian sudah mengidentifikasikan ciri – ciri pantun , coba sekarang sebutkan ciri – ciri
pantun ?”
(S) : ”sajaknya a – b – a – b (beberapa siswa menjawab)”
(S) : ”ada 4 baris dalam 1 bait , ada 8 – 12 suku kata dalam satu baris (salah satu siswa menjawab )”
(G) : ”Coba yang lain sebutkan lagi ?”
(S) : ”Baris 1 dan 2 disebut sampiran dan baris 3 dan 4 disebut isi” .
Ketika siswa menjawab pertanyaan guru menjelaskan ciri – ciri pantun di papan tulis ,kemudian
guru menyuruh siswa untuk menulisnya. Setelah siswa menulis cirri-ciri pantun guru
memberikan lembar evaluasi. 10 menit kemudian guru mengambil hasil kerja siswa dan
memberikan PR kepada siswa untuk membuat pantun.
(G) : ”Nah, nanti di rumah coba kalian buat satu pantun yang bertemakan belajar, saya akhiri pelajaran
hari ini , Wassalamualaikum Wr.Wb “
c. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan oleh guru sebagai peneliti dan teman sejawat sebagai
pengamat . Teman sejawat diberikan lembar penngamatan berupa chek list , alat ini berisikan
serangkaian daftar kejadian penting yang akan diamati yaitu kegiatan pembelajaran dari kegiatan
awal sampai kegiatan akhir . Ketika pengamatan berlangsung pengamat secara objektif memilih
dengan cepat dan memberi tanda chek list pada daftar kejadian . Disediakan pula kolom kosong
untuk menuliskan komentar yang dipandang perlu untuk menambahkan kejadian penting yang
belum ada pada daftar (M. Toha Anggoro ,2007 : 5.20) . Selain chek list penngumpulan data
diperoleh dari hasil pengamatan diskusi siswa dan hasil belajar siswa yang berupa tes tulis dan
tes produk .
Tabel 1
Data Hasil Obsevasi (Chek List) Siklus I
N
O
ASPEK-ASPEK YANG DITELITI YA TIDAK KOMENTAR
1 Apakah guru membuka pelajaran
dengan tanya jawag ?
-
2 Apakah apersepsi yang disampaikan
ada kaitannya dengan materi yang
akan diajarkan ?
-
3 Apakah guru menyampaikan tujuan
pembelajaran ?
-
4 Apakah guru mengarahkan siswa
untuk menentukan konsep ?
-
5 Apakah dilakukan diskusi dalam
KBM ?
-
6 Apakah penggunaan alat peraga siswa
menjadi aktif ?
-
7 Apakah guru melaksanakan penilaian
proses belajar ?
-
8 Apakah guru memberikan penguatan? -
9 Apakah guru memberikan kesempatan
bertanya kepada siswa ?
-
10 Apakah selama proses pembelajaran
berlangsung keadaan siswa aktif ?
-