laporan praktek kerja lapng di provinsi bali
DESCRIPTION
Laporan ini membahas tentang manajemen kesehatan ternak ayam pullet di Kabupaten Tabanan, ternak babi di Kabupaten Gianyar, sapi potong di Kabupaten Gianyar dan pelayanan puskeswan di Puskeswan Sidembunut Bangli provinsi BaliTRANSCRIPT
MANAJEMEN KESEHATAN
DI PT. MITRA SINAR JAYA,
SATWA KABUPATEN GIANYAR
KELOMPOK TANI SANTI YOANA KABUPATEN GIANYAR DAN
MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN HEWAN
SIDEMBUNUT KABUPATEN BANGLI PROV
PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
PROGRAM STUDI KESEHATAN HEWAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG
i
MANAJEMEN KESEHATAN TERNAK AYAM PULLET
PT. MITRA SINAR JAYA, TERNAK BABI DI PT. KARYA PROSPEK
SATWA KABUPATEN GIANYAR, TERNAK SAPI POTONG DI
KELOMPOK TANI SANTI YOANA KABUPATEN GIANYAR DAN
PELAYANAN KESEHATAN HEWAN DI PUSKESWAN
SIDEMBUNUT KABUPATEN BANGLI PROVINSI
LAPORAN
PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OLEH
DIONISIUS VENTUS
NIM : 112386009
PROGRAM STUDI KESEHATAN HEWAN
JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG
2014
TERNAK AYAM PULLET
DI PT. KARYA PROSPEK
TERNAK SAPI POTONG DI
KELOMPOK TANI SANTI YOANA KABUPATEN GIANYAR DAN
PUSKESWAN
INSI BALI
PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
PROGRAM STUDI KESEHATAN HEWAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG
MANAJEMEN KESEHATAN
DI PT. MITRA SINAR JAYA,
SATWA KABUPATEN GIANYAR
KELOMPOK TANI SANTI YOANA KABUPATEN GIANYAR DAN
MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN HEWAN
SIDEMBUNUT KABUPATEN BANGLI PROV
PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya
Kesehatan Hewan Di Politeknik Pertanian Negeri Kupang
PROGRAM STUDI KESEHATAN HEWAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG
ii
MANAJEMEN KESEHATAN TERNAK AYAM PULLET
PT. MITRA SINAR JAYA, TERNAK BABI DI PT. KARYA PROSPEK
SATWA KABUPATEN GIANYAR, TERNAK SAPI POTONG DI
KELOMPOK TANI SANTI YOANA KABUPATEN GIANYAR DAN
PELAYANAN KESEHATAN HEWAN DI PUSKESWAN
SIDEMBUNUT KABUPATEN BANGLI PROVINSI
LAPORAN
PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OLEH
DIONISIUS VENTUS
NIM : 112386009
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya
Kesehatan Hewan Di Politeknik Pertanian Negeri Kupang
PROGRAM STUDI KESEHATAN HEWAN
JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG
2014
AYAM PULLET
DI PT. KARYA PROSPEK
TERNAK SAPI POTONG DI
KELOMPOK TANI SANTI YOANA KABUPATEN GIANYAR DAN
PUSKESWAN
INSI BALI
PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya
Kesehatan Hewan Di Politeknik Pertanian Negeri Kupang
PROGRAM STUDI KESEHATAN HEWAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG
iii
HALAMAN PENGESAHAN
NAMA : DIONISIUS VENTUS
NIM : 112386009
JURUSAN : PETERNAKAN
PROGRAM STUDI : KESEHATAN HEWAN
JUDUL : MANAJEMEN KESEHATAN TERNAK PULLET DI PT.
MITRA SINAR JAYA, BABI DI PT. KARYA PROSPEK
SATWA, SAPI POTONG DI KELOMPOK TANI SANTI
YOANA DAN PELAYANAN KESEHATAN HEWAN DI
PUSKESWAN SIDEMBUNUT KABUPATEN BANGLI
PROVINSI BALI
Disahkan pada tanggal, 22 September 2014
Menyetujui,
Pembimbing Utama,
Drh. Gerson Y. I. Sakan, M.Sc
NIP : 19810918 200604 1 003
Pembimbing Anggota,
Max A. J. Supit, S. Pt., GDipSc., MFoodTech
NIP : 19700415 199702 1 001
Penguji I,
Ir. Melkianus Luji Jadi, MP
NIP : 196105 16198601 1 001
Penguji II,
Drh. Yanse Yane Rumlaklak
NIP : 19800117 200812 2 001
Penguji III,
Dr. Bernadete B. Koten, S. Pt, MP
NIP : 19700412 199703 2 002
Mengetahui,
Ketua Program Studi,
Drh. Marlin R. K. Yowi, MP
NIP : 19710212 199903 2 001
Ketua Jurusan Peternakan,
Catootjie L. Nalle, S.Pt, M.Agr.St.,Ph. D
NIP : 19720201 199512 2 001
Mengesahkan,
Direktur,
Ir. Blasius Gharu, M.Si
NIP : 199550220 198703 1 001
i
iv
MOTTO
Kesuksesan Akan Terwujud Jika Setiap
Perjuangan Disertai Do’a Dan Kerja Keras
ii
v
PERSEMBAHAN
Karya Ilmiah ini Saya Persembahkan Kepada;
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan membimbing dalam setiap perjalanan hidup saya.
2. Bapa, mama, adik-adik dan keluarga yang selalu mendampingi hidup saya.
3. Almamater Politeknik Pertanian Negeri Kupang
4. Teman-teman mahasiswa Politani Kupang
iii
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
atas penyertaan dan kasih-Nya sehingga Praktek Kerja Lapangan (PKL) dan
penulisan laporan dengan judul “Manejemen Kesehatan Ternak Ayam Pullet
di PT. Mitra Sinar Jaya, Manejemen Kesehatan Ternak Babi di PT. Karya Prospek
Satwa, Manejemen Kesehatan Ternak Sapi Potong di Kelompok Tani Santi Yoana,
Dan Manajemen Pelayanan Kesehatan Hewan di Pusat Kesehatan Hewan
(PUSKESWAN) Sidembunut Kabupaten Bangli, Provinsi Bali” dapat diselesaikan
dengan baik.
Laporan ini merupakan bukti nyata bahwa penulis telah mengikuti
Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang ditetapkan oleh Program Studi Kesehatan
Hewan sebagai salah satu tugas akhir dalam meraih gelar Ahli Madia (A.Md)
pada Politeknik Pertanian Negeri Kupang. Terselesainya laporan ini tidak terlepas
bantuan dan bimbingan dari semua pihak, oleh karena itu Penulis berterima kasih
kepada:
1. Drh. Gerson Y.I Sakan, M.Sc selaku Pembimbing Utama dan
Max A.J. Supit, S.Pt, M.Food Tech selaku Pembimbing Anggota yang telah
membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
2. Ir Melkianus Luji Jadi, MP selaku Penguji I, drh. Yanne Rumlaklak selaku
penguji II dan Dr. Bernadeta Koten, S, Pt. MP selaku penguji III, yang telah
memberikan masukan demi penyempurnaan laporan ini.
3. Ir. Blasius Gharu, M.Si selaku Direktur Politani Negeri Kupang dan
iv
vii
Catootjie L. Nalle, Ph.D selaku Ketua Jurusan Peternakan, drh. Marlin
R. K. Yowi, MP selaku Ketua Program Studi Kesehatan Hewan.
4. Pembimbing lapangan dan juga peternak pada setiap lokasi peternakan
tempat penulis melakukan praktek yang memberikan informasi demi
memperoleh data lapangan.
5. Bapa, Mama, adik-adik dan keluarga tercinta yang telah mendukung saya
selama kuliah di Politeknik Pertanian Negeri Kupang.
6. Teman-teman dan sahabat kenalan (Fridus, Delon, Engki, Flori, Gonsa,
Kewel dan Tarsi) serta teman-teman mahasiswa semester VI Program Studi
Kesehatan Hewan yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan
laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan yang bersifat membangun dari
pembaca demi penyempurnaan tulisan ini.
Kupang,...September 2014
Penulis
v
viii
DAFTAR ISI
Halaman Judul Halaman Halaman Pengesahan ....................................................................................... i Motto ................................................................................................................ ii Persembahan ................................................................................................... iii Kata Pengantar ............................................................................................... iv Daftar Isi .......................................................................................................... vi Daftar Tabel ......................................................................................................x Daftar Gambar ................................................................................................ xi BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .............................................................................................1 1.2 Tujuan dan Manfaat .....................................................................................2 1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ..................................................................3 1.4 Metode Pelaksanaan .....................................................................................3 BAB II. KEADAAN UMUM LOKASI 2.1 Keadaan Umum Lokasi Peternakan Ayam Pullet ........................................4 2.1.1 Sejarah Peternakan ....................................................................................4 2.1.2 Organisasi Peternakan ...............................................................................4 2.1.2.1 Struktur Organisasi........................................................................4 2.1.2.2 Ketenagakerjaan ............................................................................5 2.1.2.3 Jaminan Sosial ...............................................................................6 2.1.2.4 Fungsi Sosial .................................................................................6 2.1.3 Kondisi Lingkungan ..................................................................................6 2.1.3.1 Kondisi Fisik .................................................................................6 2.1.3.2 Kondisi Non Fisik .........................................................................7 2.2 Keadaan Umum Lokasi Peternakan Babi ....................................................7 2.2.1 Sejarah Peternakan ....................................................................................7 2.2.2 Organisasi Peternakan ...............................................................................8 2.2.2.1 struktur Organisasi ........................................................................8 2.2.2.2 Ketenagakerjaan ............................................................................9 2.2.2.3 Jaminan Sosial ...............................................................................9 2.2.2.4 Fungsi Sosial .................................................................................9 2.2.3 Kondisi Lingkungan .................................................................................10 2.2.3.1 Kondisi Fisik .........................................................................................10 2.2.3.2 Kondisi Non Fisik .................................................................................10 2.3 Keadaan Umum Lokasi Pusat Pelayanan Kesehatan Hewan Sidembunut .10 2.3.1 Sejarah Puskeswan ...................................................................................10 2.3.2 Organisasi Puskeswan ..............................................................................11 2.3.2.1 Struktur Organisasi.......................................................................11
ix
2.3.2.2 Ketenagakerjaan ...........................................................................13 2.3.2.3 Jaminan Sosial ..............................................................................13 2.3.2.4 Fungsi Sosial ................................................................................13 2.3.3 Kondisi Lingkungan .................................................................................14 2.3.3.1 Kondisi Fisik ................................................................................14 2.3.3.2 Kondisi Non Fisik ........................................................................15 2.4 Keadaan Umum Lokasi Peternakan Sapi Potong .......................................15 2.2.1 Sejarah Peternakan ...................................................................................15 2.2.2 Organisasi Peternakan ..............................................................................16 2.4.2.1 Struktur Organisasi.......................................................................16 2.4.2.2 Ketenagakerjaan ...........................................................................18 2.4.2.3 Jaminan Sosial ..............................................................................18 2.4.2.4 Fungsi Sosial ................................................................................18 2.4.3 Kondisi Lingkungan .................................................................................18 2.4.3.1 Kondisi Fisik .................................................................................18 2.4.3.2 Kondisi Non Fisik .........................................................................19 BAB III. MANAJEMEN KESEHATAN TERNAK DAN PUSKESWAN
3.1 Manajemen Kesehatan Ayam Pullet ...........................................................20 3.1.1 Struktur Populasi ......................................................................................20 3.1.2 Sistem Perkandangan ...............................................................................21 3.1.3 Tatalaksana Rutin .....................................................................................23 1. Pembersihan Tempat Pakan dan Minum.................................................23 2. Pemberian Pakan dan Air Minum ...........................................................24
a. Pemberian Pakan dan Air Minum Untuk Fase Starter ....................24 b. Pemberian Pakan dan Air Minum Untuk Fase Grower ..................26 3.1.4 Manajemen Kesehatan .............................................................................27
A. Sanitasi Kandang ..................................................................................27 B. Penanganan DOC .................................................................................29 C. Potong Paruh ........................................................................................31 D. Vaksinasi ..............................................................................................33 E. Penyakit Pada Ayam Pullet ..................................................................36 3.2 Manajemen Kesehatan Ternak Babi ...........................................................38 3.2.1 Struktur Populasi ......................................................................................38 3.2.2 Sistem Perkandangan ...............................................................................39 3.2.3 Tatalaksana Rutin .....................................................................................40 1. Sanitasi Kandang .....................................................................................40 2. Pemberian Pakan dan Air Minum ...........................................................41 3.2.4 Pengamatan Babi Birahi ...........................................................................42 3.2.5 Inseminasi Buatan ....................................................................................43 3.2.6 Perawatan Induk Bunting .........................................................................45 3.2.7 Persiapan Kandang Melahirkan ...............................................................46 3.2.8 Penangana Pasca Partus ...........................................................................48
vii
x
1. Perawatan Induk Setelah Melahirkan.......................................................48 2. Perawatan Neonatal Anak Babi ...............................................................48 a. Pemotongan Ekor ............................................................................49 b. Pemotongan Gigi ............................................................................49 c. Pemberian Zat Besi .........................................................................50 d. Pemberian Tanda Anak Babi ..........................................................51 3. Penyapihan Anak Babi ....................................................................51 3.2.9 Penangan Limbah .....................................................................................52 3.2.10 Penyakit Pada Ternak Babi ....................................................................53 3.3 Manajemen Kesehatan Ternak Sapi Potong ...............................................55 3.3.1 Struktur Populasi ......................................................................................55 3.3.2 Sistem Perkandangan ...............................................................................55 1. Lokasi Kandang ..............................................................................56 2. Konstruksi Kandang........................................................................56 a. Dinding Kandang ........................................................................57 b. Lantai Kandang ...........................................................................57 c. Atap .............................................................................................58 d. Lorong .........................................................................................58 3.3.3 Tatalaksana Rutin .....................................................................................58 1. Sanitasi Kandang ............................................................................59 2. Pemberian Pakan dan Air Minum ...................................................60 a. Hijauan ........................................................................................60 b. Pemberian Konsentrat .................................................................61 c. Pemberian Air Minum.................................................................61 3.3.4 Persiapan Induk Melahirkan ....................................................................61 3.3.5 Sejarah Penyakit .......................................................................................62 3.3.6 Penanganan Limbah .................................................................................63
3.4 Manajemen Pelayanan Pusat Kesehatan Hewan .........................................64 3.4.1 Program Pelayanan Di Puskeswan ...........................................................64 3.4.2 Metode Pelayanan Puskeswan .................................................................65 a. Pelayanan Aktif ...............................................................................65 b. Pelayanan Semi Aktif .....................................................................65 c. Pelayanan Pasif ...............................................................................66 3.4.3 Jenis Tindakan Puskeswan .......................................................................66 a. Promotif...........................................................................................66 b. Preventif ..........................................................................................66 c. Kuratif .............................................................................................68 d. Rehabilitatif.....................................................................................69 e. Pelayanan Medik Reproduksi .........................................................70 3.4.4 Prosedur Pelaporan Penyakit....................................................................70 3.4.5 Kasus Kejadian Penyakit..........................................................................70
viii
xi
BAB IV. PENUTUP 4.1 Kesimpulan .................................................................................................72 4.2 Saran ............................................................................................................73 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................74
ix
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Populasi Ayam Pullet Pada PT. MSJ Tahun 2014 Desa Apuan .........20
Tabel 2. Standar Pemberian Pakan Per Minggu Fase Starter............................25
Tabel 3. Standar Pemberian Pakan Per Minggu Fase Grower ..........................26
Tabel 4. Jenis Desinfektan, Aplikasi dan Indikasi ............................................29
Tabel 5. Program Vaksinasi Pullet Pada PT. MSJ ............................................34
Tabel 6. Kegiatan Vaksinasi Yang Dilakukan Selama PKL .............................35
Tabel 7. Struktur Populasi Ternak Babi Pada PT. KPS Tahun 2014 ................39
Tabel 8. Pemberian Pakan Babi Pada Peternakan Bapak Andika .....................41
Tabel 9. Populasi Sapi Pada Peternakan Santi Yoana ......................................55
Tabel 10. Kegiatan Vaksinasi Rabies Yang Diikuti Penulis .............................67
Tabel 11. Kasus Penyakit di Wilayah Kerja Puskeswan Sidembunut ..............71
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Organisasi PT. Mitra Sinar Jaya.........................................5
Gambar 2. Struktur Organisasi Peternakan ........................................................8
Gambar 3. Struktur Organisasi Puskeswan Sidembunut ..................................11
Gambar 4. Struktur Organisasi Peternakan Santi Yoana ..................................16
Gambar 5. Kandang Tipe Postal .......................................................................22
Gambar 6. Pemberian Pakan dan Air Minum Pada DOC .................................25
Gambar 7. Desinfeksi Kandang ........................................................................28
Gambar 8. Pemanas Gasolek.............................................................................30
Gambar 9. Proses Pemotongan Paruh ...............................................................32
Gambar 10. Kandang Babi Tipe Ganda ............................................................40
Gambar 11. Inseminasi Buatan Pada Babi ........................................................45
Gambar 12. Bahan Desinfeksi Kandang ...........................................................47
Gambar 13. Kotak Pemanas Untuk Anak Babi .................................................47
Gambar 14. Pemotongan Ekor Pada Anak Babi ...............................................49
Gambar 15. Pemotongan Gigi Pada Anak Babi ................................................50
Gambar 16. Kandang Sapi Tampak Dari Depan ...............................................56
Gambar 17. Kandang Sapi Tampak Samping ...................................................57
Gambar 18. Lorong Tengah Kandang ...............................................................58
Gambar 19. Pembersihan Lantai Kandang dan Pengangkutan Feses ...............59
Gambar 20. Pemberian Pakan Hijauan dan Air Minum Pada Sapi...................60
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Politeknik Pertanian Negeri Kupang merupakan salah satu perguruan
tinggi yang menerapkan sistem pendidikan vokasi dimana kurikulumnya 40%
bersifat teori dan 60% praktik. Untuk memenuhi persyaratan tersebut maka
kurikulum di Politeknik Pertanian Negeri Kupang mengharuskan setiap
mahasiswa Diploma (D3) khususnya semester enam Program Studi Kesehatan
Hewan melakukan kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) yang berlangsung
di luar kampus selama tiga bulan. Tujuan dari kegiatan PKL ini agar para
mahasiswa mendapatkan pengalaman kerja yang banyak di lapangan
khususnya pada peternakan yang berkaitan dengan manajemen kesehatan
ternak sapi potong, babi, ayam dan juga untuk mengetahui proses pelayanan
pusat kesehatan hewan dan kedinasan.
Manajemen kesehatan hewan yang dimaksud meliputi upaya
pencegahan penyakit, pengobatan, sanitasi dan desinfeksi kandang. Manajemen
kesehatan yang diterapkan pada ternak ayam, babi dan sapi potong
merupakan hal yang sangat penting. Hal ini dikarenakan ke tiga ternak ini
merupakan penghasil protein hewani yang bersumber dari daging dan telur.
Protein asal hewan yang berkualitas sangat tergantung pada manajemen
peternakan yang baik. Manajemen yang dimaksud meliputi pakan, pembibitan,
perkandangan, pemeliharaan dan manajemen kesehatan.
1
xv
Pada kenyataannya usaha peternakan baik dalam skala besar maupun
kecil mengkategorikan penyakit sebagai masalah yang serius. Alasanya karena
akan berdampak pada menurunnya produktivitas dan kualitas produk yang
dihasilkan seperti telur, daging ataupun susu. Dalam hal ini pengendalian
penyakit menjadi hal tepat yang perlu dilakukan untuk menjaga agar produk
yang dihasilkan tetap berkualitas dan produktivitasnya tidak menurun. Untuk
mencapai hal tersebut maka di setiap peternakan seperti peternakan ayam
pullet, babi dan sapi potong diterapkan manajemen kesehatan yang
seoptimal mungkin.
Berkaitan dengan penerapan manajemen kesehatan hewan yang
optimal serta tujuan dari PKL sebagaimana disebut di awal maka telah
dilakukan kegiatan PKL di Provinsi Bali. Adapun komoditi ternak yang
menjadi fokus pembelajaran adalah ternak ayam pullet, babi dan sapi potong
dan juga pelayanan kesehatan hewan di Puskeswan Sidembunut. Laporan ini
akan membahas tentang pengalaman pembelajaran penulis dalam mengikuti
kegiatan PKL tersebut.
1.2 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah untuk
membandingkan teori dengan kenyataan di lapangan tentang manajemen
pemeliharaan, manajemen pakan, perkandangan dan manajemen kesehatan,
pada ternak ayam petelur, ternak babi, ternak sapi potong dan juga untuk
mengetahui sistem manajemen pelayanan kesehatan hewan di Puskeswan.
2
xvi
Manfaatnya adalah mahasiswa memperoleh ilmu pengetahuan
tambahan secara langsung yang didapat dari lapangan, tentang manajemen
kesehatan ayam pullet, manajemen kesehatan ternak babi, manajemen
kesehatan ternak sapi potong, maupun manajemen pelayanan kesehatan
hewan di Puskeswan.
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan kurang lebih
3 bulan di Provinsi Bali pada 4 lokasi berbeda yaitu: 1) Di PT. Mitra Sinar Jaya
yang berlokasi di Desa Apuan Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan selama
3 minggu yakni dari tanggal 14 Maret 2014 s/d 04 April 2014, 2) Peternakan babi
di PT. Karya Prospek Satwa yang berlokasi di Desa Taro Kecamatan Tegalalang
Kabupaten Gianyar selama 3 minggu yakni dari tanggal 05 April 2014 s/d
26 April 2014, 3) Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) yang berlokasi di Desa
Sidembunut Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli selama 3 minggu yakni dari
tanggal 27 April 2014 s/d 18 Mei 2014, 4) Peternakan sapi potong di Kelompok
Tani Santi Yoana Desa Demulih Kecamatan Susut Kabupaten Bangli yakni
dari tanggal 19 Mei 2014 s/d 13 Juni 2014.
1.4 Metode Pelaksanaan
Metode kegiatan PKL meliputi praktek langsung, observasi, wawancara
dan diskusi langsung dengan peternak.
3
xvii
BAB II
KEADAAN UMUM LOKASI
2.1 Keadaan Umum Lokasi Peternakan Ayam Pullet
2.1.1 Sejarah Peternakan
Peternakan Mitra Sinar Jaya merupakan salah satu perusahan
peternakan yang melakukan kemitraan dengan masyarakat yang ada di Pulau
Bali yang bergerak di peternakan ayam pullet. Salah satu peternak yang bekerja
sama sebagai mitra dengan perusahan Mitra Sinar Jaya (MSJ) adalah Bapak
Wayan Budi. Awalnya Bapak Wayan Budi mulai melakukan usaha beternak
ayam broiler sejak tahun 1995, namun seiring dengan berjalannya waktu
usaha tersebut tidak menguntungkan. Sehingga pada tahun 2008, Bapak
Wayan Budi bekerja sama dengan Perusahan Mitra Sinar Jaya dan memulai
usaha ayam pullet dengan kapasitas pemeliharaan sebanyak 4.000 ekor dan
usaha tersebut berlanjut sampai sekarang.
2.1.2 Organisasi Peternakan
2.1.2.1 Struktur Organisasi
Demi mencapai hasil yang maksimal dalam berusaha maka setiap
bidang pekerjaan perlu ditangani oleh beberapa orang sesuai dengan tugas dan
fungsinya masing-masing sehingga struktur organisasi yang jelas mutlak
dibutuhkan. Dengan adanya struktur organisasi akan memudahkan
pengontrolan dan pengawasan disetiap bidang masing-masing. Struktur
4
xviii
organisasi Peternakan Mitra Sinar Jaya dapat dilihat pada (Gambar 1) berikut
ini.
Gambar 1. Struktur Organisasi Peternakan
Keterangan :
1. Perusahaan MSJ sebagai penyedia sapronak untuk peternak berupa pakan
bibit dan obat-obatan.
2. Pemilik kandang menyediakan kandang untuk memelihara ternak ayam
pullet.
3. Karyawan kandang menjalankan tugasnya sebagai pekerja di kandang
yang bertugas dalam memelihara ayam.
2.1.2.2 Ketenagakerjaan
Jumlah tenaga kerja di Peternakan ayam pullet Bapak Wayan Budi
adalah 1 orang, yaitu Bapak Wayan Budi sendiri yang dibantu oleh istrinya.
PERUSAHAAN PT. MSJ
PEMILIK KANDANG
KARYAWAN KANDANG
5
xix
2.1.2.3 Jaminan Sosial
Upah yang didapat oleh peternak atau karyawan kandang didapat dari
hasil penjualan ayam yang dipeliharanya selama satu kali periode
pemeliharaan. Bentuk upah yang didapat oleh karyawan kandang didapat
setelah semua biaya produksi berupa pakan, obat-obatan, bibit yang diberikan
oleh perusahaan PT. MSJ selama masa pemeliharaan sampai panen
dikembalikan seluruhnya maka sisa hasil tersebut menjadi hak milik dari
peternak tersebut. Sedangkan dari pemilik kandang mendapatkan upah langsung
dari PT. MSJ berupa biaya dari kandang yang dikontrakan oleh perusahaan untuk
pemeliharaan ayam.
2.1.2.4 Fungsi Sosial
Dengan hadirnya Peternakan Mitra Sinar Jaya membawa dampak
positif bagi masyarakat yaitu membuka lapangan pekerjaan baru bagi
masyarakat. Perusahaan MSJ ini menjalankan usaha peternakannya dengan
melakukan mitra bersama masyarakat, selain itu adanya perusahaan ini juga
sebagai tempat untuk menambah ilmu bagi pelajar dan mahasiswa yang ingin
belajar tentang peternakan khususnya beternak ayam pullet.
2.1.3 Kondisi Lingkungan
2.1.3.1 Kondisi Fisik
Secara fisik Peternakan Mitra Sinar Jaya khususnya peternakan ayam
pullet, bertempat di Desa Apuan Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan,
Provinsi Bali. Berdasarkan letak geografis Desa Apuan berbatasan dengan
wilayah sebagai berikut: sebelah Utara Desa Bangli, sebelah Selatan Desa Tua
6
xx
(Kecamatan Marga), sebelah Timur Desa Baturiti (Luwus), dan sebelah Barat
Desa Angseri dan Desa Senganan.
2.1.3.2 Kondisi Non Fisik
Ditinjau dari segi sosial budaya, masyarakat setempat sebagian besar
bermata pencaharian petani dan peternak. selain petani peternak, aspek sosial
yang nampak dari perusahan ini adalah menyerap atau menyediakan lapangan
pekerjaan bagi anggota masyarakat pedesaan. PT. MSJ juga merupakan
perusahaan yang meyediakan ayam pullet bagi peternak layer.
2.2 Keadaan Umum Lokasi Peternakan Babi
2.2.1 Sejarah Peternakan
Usaha peternakan babi milik Bapak Andika Pratama mulai berdiri pada
tahun 2006. Peternakan ini sejak awal usahanya tahun 2006 menjalankan
kerjasama dengan PT. KPS, dimana PT. KPS sebagai penyedia sapronak.
Alasan utama Bapak Andika bermitra dengan PT. KPS karena usaha beternak
babi dinilai sangat menguntungkan dan juga pemasaran hasilnya mudah.
Populasi awal ternak babi yang dipeliharanya adalah 67 ekor, yaitu babi
jantan 2 ekor dan betina 65 ekor. Seiring berjalanya waktu pada tahun 2010
Bapak Andika sempat menarik diri dari PT. KPS dan menjalankan usaha
sendiri dengan tidak bermitra. Usaha ini dijalankan sendiri selama dua tahun
alasan beliau menarik diri dari PT. KPS adalah beliau mau menjalankan usaha
dengan mandiri sehingga segala sesuatu yang berkaitan dengan hasil produksi
diatur sepenuhnya oleh diri sendiri. Pada kenyataannya perjalanan usahanya
selama dua tahun Bapak Andika tidak mampu untuk mengelolah
7
xxi
perusahanya tanpa bermitra. Selama dua tahun tersebut perusahanya tidak
mendapatkan hasil yang maksimal karena sulitnya pemasaran hasil produksi
dan juga harga pakan yang sangat mahal. Pada tahun 2014 beliau bergabung
kembali dengan PT. KPS dan menjalankan usahanya sebagai mitra dari PT. KPS
dan berlanjut sampai sekarang. Bentuk kerja sama peternak dengan PT. KPS yaitu
perusahan menyediakan sapronak dan juga bibit untuk peternak.
2.2.2 Organisasi Peternakan
2.2.2.1 Struktur Organisasi
Demi mempermudah pengontrolan disetiap bidang pekerjaan dalam
suatu perusahan maka diperlukan adanya struktur organisasi yang teratur.
Dengan adanya struktur organisasi yang jelas dapat mempermudah dalam
pembagian tugas dan tanggung jawab serta mempermudah koordinasi kerja dari
tiap-tiap unit. Adapun struktur organisasi peternakan di PT. KPS dapat dilihat
pada (Gambar 2) berikut ini.
Gambar 2. Struktur Organisasi Peternakan
PERUSAHAN
KPS
PEMILIK KANDANG
KARYAWAN
KANDANG
8
xxii
Keterangan :
1. Perusahaan KPS sebagai penyedia sapronak dan menyediakan bibit untuk
peternak.
2. Pemilik kandang menyediakan kandang yang dipakai oleh PT. KPS untuk
memelihara ternak babi.
3. Karyawan menjalankan tugasnya sebagai pekerja di kandang yang
bertanggung jawab dalam hal pemeliharan ternak babi.
2.2.2.2 Ketenagakerjaan
Menjalankan suatu pekerjaan dibutuhkan tenaga serta sumber daya
manusia yang menunjang sehingga dapat memperoleh hasil yang optimal.
Peternakan Bapak Andika mempunyai 1 orang tenaga kerja dengan latar
belakang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
2.2.2.3 Jaminan sosial
Sebagai bentuk jaminan sosial bagi karyawan diberikan gaji atau upah
sebesar Rp. 900.000 per bulan. Selain itu PT. KPS juga mendirikan suatu unit
rumah bagi para pekerja. Rumah yang didirikan berada dalam areal kandang,
yang dilengkapi dengan fasilitas penunjang sehingga mempermudah karyawan
dalam melaksanakan tugas harianya dengan lancar dan efektif.
2.2.2.4 Fungsi sosial
Dengan adanya PT. KPS yang bergerak dibidang usaha peternakan babi
memberikan dampak positif bagi masyarakat yaitu mengurangi pengangguran.
Hadirnya perusahaan ini menyediakan lapangan pekerjaan baru bagi
masyarakat karena sistemnya mitra. Perusahaan ini juga sebagai tempat PKL
9
xxiii
bagi mahasiswa.
2.2.3 Kondisi Lingkungan
2.2.3.1 Kondisi Fisik
Peternakan PT. KPS bertempat di Banjar Patas, Desa Taro, Kecamatan
Tegalalang, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Letak geografis Banjar Patas
berbatasan dengan wilayah sebagai berikut: sebelah Timur : Desa Sebatu,
sebelah Barat : Desa Payangan, sebelah Utara : Desa Kintamani Apuan dan
sebelah Selatan : Desa Payangan
Penduduk di desa ini sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani
peternak.
2.2.3.2 Kondisi Non Fisik
Ditinjau dari segi sosial budaya maka masyarakat setempat bermata
pencaharian sebagai petani peternak. PT. KPS mempunyai banyak pelanggan,
sehingga tidak menyulitkan dalam pemasaran hasil.
2.3 Keadaan Umum Lokasi Pusat Kesehatan Hewan Sidembunut
2.3.1 Sejarah Puskeswan
Puskeswan Sidembunut merupakan salah satu pusat kesehatan hewan yang
berlokasi di Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli. Keberadaan puskeswan ini
sudah cukup lama, dan keberadaannya telah memberikan manfaat yang cukup
besar bagi masyarakat umum dan petani peternak khususnya dalam pelayanan
kesehatan hewan.
Secara yuridis keberadaan Puskeswan ditetapkan berdasarkan surat
keputusan bersama Menteri dalam Negeri dan Menteri Pertanian Nomor
10
xxiv
9690/Kpts/Tn/510/0/93 dan Nomor 88 Tahun 1993. Disini dengan jelas
menyebutkan bahwa fungsi, tugas dan kedudukan Puskeswan berada di bawah
Dinas Peternakan Kabupaten yang secara teknis memberikan bimbingan dan
pembinaan teknis.
2.3.2 Organisasi Puskeswan
2.3.2.1 Struktur Organisasi
Dalam rangka pelaksanaan pelayanan kesehatan hewan yang optimal,
Puskeswan Sidembunut memiliki struktur organisasi (Gambar 3). Secara
organisasi, Puskeswan Sidembunut merupakan unit kerja di bawah pengawasan
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bangli Provinsi Bali.
Gambar 3. Struktur Organisasi Puskeswan Sidembunut
KEPALA PUSKESWAN
Drh. I Nyoman G. Darmawan
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
MEDIK VETERINER DAN PARAMEDIK VETERINER
TATA USAHA
Ir. I Nyoman Sutrisna
URUSAN EPIDEMIOLOGI DAN INFORMASI KESWAN
Drh. I Made Suteja
URUSAN PELAYANAN KESMAVET DAN
REPRODUKSI
Drh. I Dewa Ayu Aryrupini
11
xxv
Keterangan :
1. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Puskeswan menerapkan prinsip
koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dalam memberikan pelayanan
kesehatan hewan wilayah kerjanya.
2. Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan ketata usahaan yang
meliputi perencanaan keuangan, kepegawaian, rumah tangga dan
perlengkapan serta administrasi pelaporan.
3. Penanggung jawab yang membidangi kesehatan hewan, kesehatan
masyarakat veteriner dan reproduksi mempunyai tugas melakukan
urusan meliputi pembinaan, pengembangan dan peningkatan mutu
pelayanan kesehatan hewan, kesehatan masyarakat veteriner dan
reproduksi serta pembuatan rekam medik dan pelaporan kasus penyakit
hewan.
4. Penanggung jawab yang membidangi epidemiologi dan informasi
veteriner mempunyai tugas melakukan urusan meliputi surveilans dan
pemetaan penyakit hewan, pengumpulan dan analisa data yang meliputi
kejadian penyakit, kasus kematian, jumlah korban, wilayah yang tertular,
pengambilan specimen dalam rangka peneguhan diagnosa penyakit
hewan menular (PHM), pengamatan dan pemeriksaan penyakit hewan
menular (PHM) secara klinik, epidemiologik, dan laboratorik serta
melaporkan kejadian wabah penyakit hewan.
5. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari jabatan Fungsional Medik
Veteriner, Paramedik Veteriner dan jabatan fungsional lain sesuai dengan
12
xxvi
peraturan Perundang-Undangan. Kelompok Jabatan Fungsional
mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai jabatan fungsional
masing-masing berdasarkan peraturan perundangan.
2.3.2.2 Ketenagakerjaan
Tenaga kerja pada Puskeswan Sidembunut yaitu 5 orang yang terdiri
dari tenaga medis 3 (orang) dokter hewan pegawai negeri sipil yang
melaksanakan tugas-tugas pembinaan dan pelayanan kesehatan hewan dan
para medik 2 (orang) yang membantu tugas-tugas pembinaan dan pelayanan
kesehatan hewan serta melaksanakan tugas administrasi puskeswan, serta
vaksinator yang membantu pada saat ada program vaksinasi.
2.3.2.3 Jaminan sosial
Sebagai jaminan sosial pegawai serta vaksinator yang bekerja pada
puskeswan ini mendapat upah berupa gaji. Besar gaji tergantung lama dan
jabatan pada Puskeswan. Selain itu puskeswan juga menyediakan sarana
pendukung berupa motor dinas untuk memudahkan petugas dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
2.3.2.4 Fungsi sosial
Puskeswan Sidembunut mengembangkan fungsi sebagai instansi atau
unit teknis yang membantu masyarakat dalam penanganan kesehatan hewan.
Selain itu Puskeswan juga memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang
pentingnya kesehatan hewan melalui sosialisasi-sosialisasi dan pendekatan-
pendekatan persuasif serta pengetahuan masyarakat akan bahaya-bahaya yang
13
xxvii
dapat ditimbulkan oleh penyakit ternak terutama penyakit zoonosis dan
menerima mahasiswa untuk melakukan praktek kerja lapang (PKL).
2.3.3 Kondisi Lingkungan
2.3.3.1 Kondisi Fisik
Pusat Kesehatan Hewan Sidembunut merupakan unit kerja teknis
pelayanan kesehatan hewan di bawah Unit Pelaksanaan Teknis Daerah
(UPTD). Puskeswan Kecamatan Bangli merupakan salah satu Puskeswan
di Kabupaten Bangli yang letaknya dibagian tengah. Wilayahnya terbentang
dari Desa Bunutin sampai Desa Pengotan dengan luas wilayah mencapai
56,3 km2 atau 10,80 dari luas wilayah Kabupaten Bangli. Secara administrasi
wilayah kerja terbagi dalam 8 desa administrasi, lingkungan serta desa adat
dengan batas – batas sebagai berikut : sebelah Utara : Kecamatan Kintamani,
sebelah Selatan : Kabupaten Gianyar, sebelah Timur : Kecamatan Tembuku,
sebelah Barat : Kecamatan Susut.
Topografi wilayah Kecamatan Bangli bervariasi mulai datar landai
sampai curam, terletak pada ketinggian 175 – 250 m dari permukaan laut. Dari
kondisi tersebut, wilayah kerja Puskeswan Sidembunut Kecamatan Bangli
sangat potensial untuk pengembangan usaha peternakan, hal ini didukung oleh
ketersediaan lahan dan hijauan makanan ternak (HMT), iklim yang menunjang
serta kondisi masyarakat sebagian besar pendapatannya dari sektor pertanian
dan petenakan.
14
xxviii
2.3.3.2 Kondisi Non Fisik
Pusat kesehatan hewan Kecamatan Bangli menyediakan jasa pelayanan
kesehatan hewan bagi masyarakat di wilayah kerjanya. Dengan adanya pelayanan
Puskeswan ini kesehatan ternak terpenuhi dengan baik. Selain itu memberikan
kesempatan bagi mahasiwa untuk melakukan kegiatan PKL.
2.4 Keadaan Umum Lokasi Peternakan Sapi Potong
2.4.1 Sejarah Peternakan
Kelompok tani Santi Yoana berdiri pada tanggal 6 November 2008
dengan anggota berjumlah 24 orang. Anggota kelompok ini awalnya
melakukan swadaya berupa mengumpulkan uang sebanyak Rp 25.000 tiap
bulan untuk membeli bibit sapi bali. Dari hasil pengumpulan uang tersebut
akirnya membeli sapi betina sebanyak 4 ekor. Pada tahun 2011 sapi betina
dijual kembali untuk biaya operasional pembuatan kandang. Seiring berjalanya
waktu kelompok tani ini mengusulkan bantuan ternak sapi ke Dinas Provinsi
Bali, sehingga didatangkan bantuan berupa ternak sapi bali yaitu sapi jantan
2 ekor dan sapi betina 48 ekor. Pada tahun 2014 kelompok tani ini mendapatkan
bantuan dari Dinas Peternakan dan Perikanan untuk pengadaan rumah
sekertariat. Pada tahun yang sama juga mereka dilayani pinjaman uang setelah
melakukan permohonan pinjaman ke BANK sebanyak Rp. 480.000.000 untuk
pengadaan bibit sapi.
15
xxix
2.4.2 Organisasi Peternakan
2.4.2.1 Struktur Organisasi
Untuk mempermudah pengawasan disetiap bidang kerja maka sebuah
usaha peternakan perlu memiliki struktur organisasi sehingga dapat
menjalankan usaha peternakan dengan baik dan teratur. Struktrur organisasi
peternakan kelompok tani Santi Yoana dapat dilihat pada (Gambar 4) berikut
ini.
Gambar 4. Struktur Organisasi peternakan Santi Yoana
Ketua
I Nyoman Rencana
Pembina
Dinas P2 Kab. Bangli
Pelindung
Perbekel Desa Demulih
Anggota
Sekretaris
I Wayan Sukrawan
Bendahara
Putu Iis Suriati
Seksi Informasi
I Wayan Suda
Seksi Produksi
I Wayan Jarman
Seksi Sarana Prasarana
I wayan arcana
Seksi Pemasaran
I Wayan Muarta
16
xxx
Keterangan :
1. Ketua berfungsi untuk mengkordinir kegiatan masing-masing seksi dan
dia bertanggung jawab terhadap Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten
Bangli.
2. Sekretaris kelompok berfungsi membantu ketua dalam bidang administrasi
kelompok.
3. Bendahara kelompok berfungsi membantu ketua dalam urusan bidang
keuangan kelompok.
4. Seksi produksi bertugas mengadakan kerjasama dengan pihak luar yang
bergerak dibidang manajemen produksi dan mencari informasi tentang
usaha-usaha peningkatan produksi.
5. Seksi informasi bertugas membantu ketua dalam urusan informasi dan
komunikasi dengan mengadakan hubungan dan kerjasama dengan
lembaga terkait.
6. Seksi sarana dan prasarana bertugas menyusun sarana dan prasarana yang
diperlukan dari kegiatan yang akan dilaksanakan baik sarana produksi
maupun prasarana operasional.
7. Seksi pemasaran bertugas mencari informasi pasar dan menyusun rencana
pemasaran dari produk yang dihasilkan.
8. Pelindung dan Pembina bertugas sebagai penganyom kelompok serta ikut
membantu dalam memecahkan masalah yang dihadapi kelompok selain
itu bertugas melaksanakan kontrol dan pengawasan terhadap
perkembangan kelompok.
17
xxxi
2.4.2.2 Ketenagakerjaan
Jumlah tenaga kerja di peternakan sapi potong sebanyak 24 orang yang
terdiri dari ketua kelompok, sekretaris, bendahara, seksi produksi, seksi informasi,
seksi sarana dan prasarana, seksi pemasaran dan anggota kelompok lainya
berjumlah 17 orang. Semua anggota kelompok ini merupakan warga asli Desa
Demulih.
2.4.2.3 Jaminan sosial
Sebagai jaminan sosial dari peternakan ini adalah anggota kelompok
mendapatkan hasil penjualan ternak dan penjualan feses sapi seharga
Rp. 250.000. Selain itu peternakan ini juga menyediakan koperasi simpan pinjam
bagi anggota kelompok sebagai sumber dana tambahan.
2.4.2.4 Fungsi sosial
Fungsi sosial petenakan sapi potong Santi Yoana adalah menyediakan
lapangan kerja baru bagi petani sehingga meningkatkan pendapatan perkapita
masyarakat khususnya anggota kelompok. Selain itu peternakan sapi pada
kelompok tani ini sebagai tempat PKL bagi mahasiswa magang.
2.4.3 Kondisi Lingkungan
2.4.3.1 Kondisi Fisik
Peternakan ini bertempat di Desa Demulih, Kecamatan Susut,
Kabupaten Bangli, Provinsi Bali yang terletak di sebelah Barat Kabupaten
Bangli dengan jarak 3 km dari kota kabupaten. Letak geografis Desa Demulih
berbatasan dengan wilayah sebagai berikut : sebelah Utara : Desa Susut,
sebelah Selatan : Desa Selat, sebelah Barat : Desa Abuan, sebelah Timur :
18
xxxii
Kelurahan Kawan.
Desa Demulih ini memiliki luas 463 Ha dan secara umum lahan
pertanianya lahan basa dengan rata-rata curah hujan 2.460 mm per tahunya.
2.4.3.2 Kondisi Non Fisik
Ditinjau dari kehidupan sosial, masyarakat setempat bermata
pencaharian sebagai petani sawah dan beternak. Petani yang ada di Desa
Demulih ini selain beternak sapi potong juga membudidayakan tanaman
pangan (jagung, ubi, dan kacang tanah), tanaman hortikultura (tomat dan cabai)
dan tanaman tahunan seperti mahoni, jati dan albesia. Pemasaran hasil
produksi petani ternak khususnya anggota kelompok tani Santi Yoana tidak
terlalu sulit karena didukung oleh fasilitas transportasi yang lancar sehingga
pembeli yang membutuhkan ternak sapi datang langsung di kandang
peternakan.
19
xxxiii
BAB III
MANAJEMEN KESEHATAN TERNAK DAN PUSKESWAN
3.1 Manajemen Kesehatan Ayam Pullet
3.1.1 Struktur Populasi
Struktur populasi merupakan hal-hal yang berkaitan dengan jumlah
populasi ternak dan pengelompokan berdasarkan fase pemeliharaan
masing-masing. Berdasarkan struktur populasi ayam Pullet di PT. Mitra Sinar
Jaya (MSJ) secara keseluruhan berjumlah 162.000 ekor yang tersebar pada
38 kandang kemitraan. Khusus untuk Desa Apuan sebanyak 18.000 ekor
(Tabel 1). Pada saat penulis melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL), kegiatan
rutinitas umumnya hanya dilakukan di kandang mitra milik Bapak Wayan Budi
dengan populasi 4.000 ekor.
Tabel 1. Populasi Ayam Pullet Pada PT. MSJ Tahun 2014 Desa Apuan
Kandang Nama pemilik Periode
Jumlah Starter (ekor) Grower (ekor)
1 Bapak I Made Suindah 2.000 2.000
2 Bapak Ketut Sukaja 4.000 - 4.000
3 Bapak Ketut Sumo 4.000 - 4.000
4 Bapak Santa 4.000 4.000
5 Bapak Wayan Budi 4.000 4.000
Total 12.000 6.000 18.000
Sumber : PT. Mitra Sinar Jaya, Maret 2014
Secara umum pemeliharaan pullet pada peternakan PT. MSJ terdiri
dari 2 (dua) fase yaitu fase starter, dan fase grower. Fase starter yaitu ayam
dipelihara sejak umur 0–5 minggu. Pemeliharaan fase ini yaitu pada kandang
20
xxxiv
tipe postal. Fase grower yaitu ayam berumur 5-16 minggu. Pemeliharaan fase
ini yaitu pada kandang tipe postal. Menurut Tamalluddin (2013) periode starter
berlangsung sejak Day Old Chiken (DOC) datang sampai ayam umur 5 minggu
sedangkan priode grower dimulai pada umur 6 minggu.
3.1.2 Sistem Perkandangan
Kandang merupakan sarana terpenting untuk terselenggaranya usaha
peternakan ayam ras petelur. Menurut Fadilah (2013) kandang mempunyai
fungsi pokok yaitu memberikan rasa nyaman dan aman untuk ayam maupun
pekerja. Secara umum lokasi dan tata letak kandang yang dibuat oleh
peternak PT. MSJ sesuai syarat pembuatan kandang. Kandang didirikan dengan
arah timur barat dengan tujuan agar kandang mendapatkan sinar matahari
yang cukup. Salah satu kandang mitra dilakukan praktek kerja lapang (PKL)
yaitu pada peternakan Bapak Wayan Budi, kandang peternakanya dibangun
dengan arah kandang timur barat dan lantai kandang berupa tanah dengan tipe
kandang postal. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikatakan oleh Tamalluddin
(2013) arah kandang membujur timur barat agar kandang mendapatkan sinar
matahari yang cukup tetapi tidak langsung mengenai ayam.
Menurut Fadilah (2013) kandang postal merupakan kandang dengan
lantai berupa tanah atau semen dan lantai kandang dialasi liter serta dinding
dibatasi oleh pembatas yang terbuat dari kawat atau lainya. Ukuran kandang
pada peternakan Bapak Wayan Budi yaitu 60 × 8 m2 dan tinggi kandang 2,5 m2.
Lantai kandang pada peternakan ini berupa tanah dan liter dari sekam padi.
Sedangkan pembatas dibagian luar kandang terbuat dari kawat (Gambar 5).
21
xxxv
Menurut Setyono (2013) standar kepadatan kandang untuk pemeliharaan
ayam pulet adalah 7 - 8 ekor per m2. Berdasarkan standar kepadatan kandang
tersebut maka luas kandang pada peternakan Bapak Wayan Budi sebenarnya
kurang optimal untuk populasi ayam sebanyak 4.000 ekor. Jumlah ayam yang
dipelihara dalam luasan kandang tersebut sedikit melebihi standar populasi yang
disyaratkan dalam teori. Berdasarkan luas kandang yang ada dan standar
kepadatan kandang jumlah ayam yang dipelihara sebaiknya sebanyak 3.840 ekor
dengan perhitungan 480 (luas kandang) × 8 ekor/m2 (standar kepadatan kandang)
= 3.840 ekor. Dari total ayam sebanyak 4.000 ekor ternak ayam yang mati
sebanyak 98 ekor sehingga tersisa 3.902 ekor.
a b
Gambar 5. Kandang tipe postal tampak dari dalam (a) dan tampak dari samping (b)
22
xxxvi
3.1.3 Tatalaksana Rutin
Tatalaksana rutin yang dilakukan di Peternakan Bapak Wayan Budi
meliputi; pembersihan tempat pakan dan minum dan pemberian pakan beserta
air minum.
1) Pembersihan tempat pakan dan minum
Secara umum peternak yang bermitra dengan PT. MSJ sudah
menerapkan system sanitasi kandang dengan baik. Sanitasi yang dilakukan
pada kandang peternak yaitu membersihkan peralatan kandang seperti tempat
pakan dan tempat minum. Tindakan sanitasi pada peternakan pullet dilakukan
setiap hari pada tempat pakan dan tempat minum. Menurut Nurcholis (2009)
kegiatan pembersihan tempat pakan dan tempat minum yang dilakukan setiap
hari sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit. Lebih lanjut
Fadilah (2013) menyatakan sanitasi yaitu menjaga kebersihan disekitar dan
di dalam kandang beserta peralatan yang digunakan dalam produksi, termasuk
tempat pakan dan tempat minum sanitasi yang dijalankan di suatu kawasan
peternakan untuk menghindari terjadinya perpindahan bibit penyakit menular
sehingga ternak yang dipelihara terbebas dari infeksi penyakit serta selalu dalam
kondisi sehat.
Dalam kegiatan sehari-hari kegiatan sanitasi yang diikuti penulis
dilakukan di kandang Bapak Wayan Budi yang meliputi pembersihan tempat
pakan dan tempat minum. Tempat pakan dibersihkan dengan cara mengeluarkan
sisa-sisa pakan sedangkan pada galon air minum dicuci dengan detergen
kemudian digosok menggunakan kain bersih.
23
xxxvii
Pada akhir masa produksi/panen dilakukan desinfeksi kandang serta
peralatan kandang lainya. Kegiatan desinfeksi kandang yang dilakukan setelah
panen pada kandang peternak sebagai persiapan kandang untuk pemeliharaan
DOC periode berikutnya. Desinfeksi kandang dilakukan dengan tujuan untuk
membunuh organisme pathogen yang dapat menyebabkan penyakit. Sesuai
dengan pendapat Fadilah (2013) desinfeksi bertujuan untuk menekan
perkembangbiakan organisme merugikan yang ada di sekitar kandang atau
di dalam kandang.
2) Pemberian Pakan dan Air Minum
Pemberian pakan yang dilakukan pada peternakan PT. MSJ dibedakan
menjadi dua kelompok yaitu: pemberian pakan untuk fase starter dan fase
grower.
a) Pemberian pakan dan air minum untuk fase starter
Pemberian pakan dan air minum yang dilakukan pada peternakan
PT. MSJ bertujuan untuk mencapai berat badan yang sesuai dengan standar,
memperoleh berat badan 290 gram pada umur 4 minggu dan 390 gram pada
saat umur 5 minggu (Gambar 6). Pemberian pakan untuk fase starter
di kandang Bapak Ketut Sumo menggunakan pakan jenis S-10 yang berbentuk
crumble. Komposisi pada pakan S-10 adalah : kadar air 13,0 %, protein 21-23%,
lemak 5,0 %, serat 5,0 %, abu 7,0 %, calcium 0,90%, phospor 0,60%.
24
xxxviii
a
Pemberian pakan yang dilakukan oleh peternak berdasarkan standar
yang diberikan oleh PT. MSJ (Tabel 2). Sedangkan untuk pemberian air minum
dilakukan secara ad libitum.
Tabel 2. Standar Pemberian Pakan per minggu fase starter
Minggu Hari Jumlah
(gram)/ekor/hari
Standar Kebutuhan (gram)/ekor/hari)
(Setyono, 2013)
1 1-7 11 18
2 8-14 17 42
3 15-21 25 67
4 22-28 31 90
5 29-35 36 110
Sumber : PT. Mitra Sinar Jaya, Maret 2014
Standar pemberian pakan yang dilakukan pada peternakan PT. MSJ
secara umum dirasakan belum memenuhi kebutuhan atau masih kurang
karena jumlah pemberian tidak mencukupi kebutuhan ayam, menurut
Setyono (2013) kebutuhan pakan untuk ayam ras petelur umur 1-7 hari adalah
sebanyak 18 gram/ekor/hari. Umur 2 minggu 42 gram, umur 3 minggu 67 gram,
umur 4 minggu 90 gram dan umur 5 minggu 110 gram.
Gambar 6. Pemberian pakan pada DOC (a)
dan Pemberian air minum pada DOC (b)
a b
25
xxxix
b) Pemberian Pakan dan air minum untuk Fase Grower
Pemberian pakan pada fase ini dilakukan penulis di kandang mitra milik
Bapak Santa dan I made Suindah. Jadwal pemberian pakan untuk fase grower
satu kali per hari yaitu pada pukul 05:30 WITA – selesai. Jumlah pakan yang
diberikan disesuaikan dengan standar yang dibuat oleh tecnical service dari
PT. MSJ (Tabel 3).
Pemberian air minum dilakukan secara ad libitum untuk mencegah
terjadinya stress dan dehidrasi. Sesuai pernyataan Tamalluddin (2013) air
minum diberikan secara ad libitum karena kekurangan air akan berdampak luas
seperti pakan yang diserap tidak mencapai standar, dehidrasi dan tingginya
stress.
Tabel 3. Standar Pemberian Pakan per Minggu Fase Grower
Minggu Hari Jumlah (gram)/ekor/hari
6 36-42 41 7 43-49 45 8 50-56 49 9 57-63 52 10 64-70 55 11 71-77 59 12 78-84 62 13 85-91 65 14 92-98 67 15 99-105 69 16 106-112 72
Sumber : PT. Mitra Sinar Jaya, Maret 2014
Pemberian pakan pada ayam umur 6 minggu untuk fase grower
di Peternakan PT. MSJ dinilai sangat kurang bila dibandingkan dengan pendapat
Setyono (2013) yang menyatakan bahwa jumlah kebutuhan pakan pada ayam
umur 6 minggu adalah 130 gram/ hari/ ekor.
26
xl
3.1.4 Manajemen Kesehatan
Manajemen kesehatan menjadi faktor yang sangat berpengaruh dan
menjadi program yang perlu dijalankan oleh setiap peternakan sebagai kunci
sukses usaha ayam petelur. Manajemen kesehatan merupakan serangkaian
kegiatan yang dilakukan untuk menunjang ayam tetap sehat sehingga ayam
terhindar dari penyakit.
Menurut Tamalluddin (2013) manajemen kesehatan bertujuan untuk
memelihara kesehatan ayam yang mencakup tindakan vaksinasi, pengobatan,
dan biosecurity. Manajemen kesehatan pullet yang dilakukan pada
peternakan PT. MSJ meliputi sanitasi kandang, penanganan DOC,
pemotongan paruh dan vaksinasi
A. Sanitasi kandang
Selama melakukan kegiatan PKL penulis juga mengikuti kegiatan
sanitasi di kandang mitra yang lain yaitu milik Bapak Ketut Sumo dan Bapak
Mani. Kegiatan desinfeksi kandang ini bertujuan untuk persiapan kedatangan
DOC. Sedangkan kandang tempat penulis melakukan praktek tidak dilakukan
desinfeksi karena pemeliharaan ayam masih sementara berlangsung atau belum
panen. (Gambar 7). Dua jenis desinfektan yang digunakan adalah All-cide
(disinfektan biocidal total) dengan komposisi Glutaraldehyde 15% W/V,
Demethyl CocoBenzyl Ammonium Chloridie 10% W/V dan Bromoquad-50
dengan komposisi Methylammonium Bromide 50% (Tabel 4). Bromoquad-50 ini
dapat membunuh bakteri gram positif dan gram negatif virus patogen seperti
Newcastle disease dan Mycoplasma gallinarum.
27
xli
Desinfeksi kandang setelah afkir/panen yang wajib dilakukan oleh
masing-masing mitra Peternakan PT. MSJ sebagai berikut:
- Keluarkan sisa-sisa pakan di tempat pakan dan semua peralatan yang ada
dalam kandang kemudian dibersihkan,
- Keluarkan semua kotoran ayam, sisa liter, bulu, maupun semua bahan
organik yang tersisa dalam kandang,
- Lakukan pencucian kandang menggunakan detergen sampai bersih,
- Masukan bahan desinfektan All-cide sebanyak 0,5 liter dan Bromoquad-50
sebanyak 0,5 liter kedalam 60 liter air, kemudian diaduk sampai homogen.
- Lakukan penyemprotan desinfektan hanya pada kandang yang sudah
benar-benar bersih dari kotoran seperti feses.
Setelah desinfeksi selesai dilakukan maka kandang harus diistirahatkan
sebelum digunakan untuk pemeliharaan DOC periode berikutnya. Secara
umum peternak ayam yang bermitra dengan PT. MSJ melakukan masa
istirahat kandang selama satu miggu. Sesuai dengan pendapat Nastiti (2013)
Gambar 7. Desinfeksi kandang
28
xlii
yang menyatakan bahwa kandang yang telah dilakukan desinfeksi perlu
dilakukan istirahat kandang ± 2 minggu yang bertujuan untuk memutus mata
rantai kehidupan penyakit.
Tabel 4. Jenis Desinfektan, Aplikasi dan Indikasi
Merek
Dagang Bahan Aktif Dosis dan Aplikasi Indikasi
All-Cide Glutaraldehyde
15% W/V, demethyl
coco benzyl
ammonium chloride
10% W/V
(quaternary
ammonium
compound)
Desinfeksi kandang
baru: 5 ml all-cide/4
liter air, desinfeksi
kandang tercemar,
kendaraan dan
peralatan kandang:
5 ml all-cide/ 2 liter
air
Desinfeksi kandang
dansekitarnya,desinfeksi
kendaraan, desinfeksi
peralatan kandang,
desinfeksi hatchery
incubator & telur tetas
Bromoquad-
50
Methylammonium
Bromide 50%
Untuk desinfeksi
kandang ayam, 1 ml
bromoquad-50/ 2
liter air dengan cara
disemprot
Untuk sanitasi dan
disinfeksi bangunan,
kandang ayam, kandang
sapi, mesin tetas dan
peralatan lainya
Sumber : PT. Mitra Sinar Jaya, Maret 2014
B. Penanganan DOC
Pada peternakan Bapak Wayan Budi jumlah DOC yang didatangkan
untuk satu periode pemeliharaan sebanyak 4000 ekor. Pemeliharaan DOC
disediakan kandang indukan yang terbuat dari anyaman bambu dan dilengkapi
dengan plastik penutup border. DOC yang baru datang diberikan perlakuan
seperti pemberin air gula dengan perbandingan 1 kg gula dilarutkan dalam
12 liter air minum. Menurut Setyono (2013) anak ayam diberikan air gula pada
saat datang dengan tujuan agar mendapatkan energi. Setelah air gula habis
terminum kemudian diberikan vitamin Zagro Amylite dengan komposisi
vitamin A 18 g, vitamin D3 4 g, vitamin E 6,5 g, vitamin B2 3,5 g, vitamin
29
xliii
K3 2 g, nicotinic acid 17 g, pantothenic acid 7 g, folic acid 0,4 g, vitamin B1
1,5 g, vitamin B6 2,5 g, biotin 15,0 mg, vitamin B12 10 mg, vitamin C12 g,
threonine 5 g, lysine 20 g, methionine 10 g, magnesium 6 g, potasisium 7,5 g,
sodium 20 g dan citric acid 18 g sampai umur 6 hari.
Ukuran border yang digunakan yaitu 3 × 3,5 m/1000 ekor dengan
jumlah border sebanyak 4 buah. Dua jam sebelum DOC datang pemanas
di dalam border dinyalakan. Sesuai dengan pendapat Tamalluddin (2013)
mengatakan pemanas harus dinyalakan 2−3 jam sebelum DOC datang agar
border mencapai suhu yang ideal (34°C) sehingga ayam tidak kedinginan,
dampak dari kedinginan ini dapat menyebabkan terjadinya stres. Pemanas
yang digunakan yaitu gasolek (Gambar 8) dengan sumber gas elpiji. Gasolek
digantung dengan tinggi 1 m dari lantai kandang/liter. Sumber cahaya
menggunakan lampu pijar dan litter menggunakan sekam padi dengan
ketebalan ± 7 – 10 cm.
Gambar 8. Pemanas gasolek
30
xliv
C. Potong Paruh
Potong paruh yang diikuti penulis dilakukan di kandang Bapak Ketut
Sukaja. Potong paruh dilakukan pada ayam umur 9 hari (Gambar 5) yang
bertujuan untuk mencegah kanibalisme dan menghindari pemborosan pakan.
Sesuai dengan pendapat Fadilah (2013) tujuan utama potong paruh dilakukan
untuk menghindari sifat ayam mematuk sesama serta akan berpengaruh positif
dalam pengambilan pakan (pakan yang terbuang sedikit).
Berdasarkan anjuran dari PT. MSJ hal-hal yang perlu diperhatikan
sebelum potong paruh yaitu :
- Pastikan ayam dalam kondisi sehat,
- Tambahkan vitamin K ke dalam air minum untuk mencegah perdarahan
(dua hari sebelum dan sesudah potong paruh) hal ini sesuai dengan pendapat
Fadilah (2013) yang menyatakan untuk menghindari perdarahan pada saat
pemotongan paruh maka ayam yang bersangkutan diberikan vitamin K
pada 3 hari sebelum dan sesudah pemotongan,
- Pisau potong paruh harus panas (sampai pisau berwarna mera bara) untuk
menghindari perdarahan.
Menurut Fadilah (2013) ayam yang hendak dipotong paruh harus dalam
keadaan sehat dan terbebas dari reaksi pasca vaksinasi. Prosedur pemotongan
paruh yang dilakukan selama kegiatan PKL yaitu, ayam terlebih dahulu
dikumpulkan pada salah satu tempat untuk memudahkan dalam proses
pemotongan. Paruh dipotong dengan cara dimasukan ke dalam lubang
pemotong dan panjang paruh yang dipotong disesuaikan dengan ukuran
31
xlv
lubang pemotong. Pemotongan paruh dilakukan dengan cara ayam dipegang
dalam satu tangan dengan ibu jari di belakang kepala, pilih lubang mata pisau
yang benar, dan potong 1/3 bagian paruh kurang lebih 2 mm dari lubang sinus
(Gambar 9).
a b
Setelah pemotongan paruh biasanya masih ada ayam yang paruhnya
mengalami haemoraghi yaitu keluar darah dari bagian paruh yang dipotong
sehingga perlu dilihat kembali dengan cara memeriksa setiap paruh anak
ayam yang telah dilakukan pemotongan. Apabila ditemukan ayam yang
paruhnya masih berdarah dipanaskan lagi pada alat pemotong sampai
benar-benar kering. Sesuai dengan pendapat Fadilah (2013) yang menyatakan
ayam yang telah dilakukan pemotongan paruh harus diawasi karena
perdarahan pada paruh pasca potong paruh sering terjadi dan jika ditemukan
paruh berdarah harus segera dipanaskan dengan cara ditekan ke pisau
debeaker (pemotong) yang panas.
Gambar 9. Proses potong paruh (a) dan Paruh ayam setelah dipotong (b)
a b
32
xlvi
D. Vaksinasi
Pemberian vaksin bertujuan untuk merangsang terbentuknya antibody
sehingga ayam akan tahan terhadap penyakit. Sesuai dengan pendapat
Sudaryani (1994) vaksinasi adalah mikroorganisme yang dilemahkan dan
apabila diberikan pada hewan tidak menimbulkan penyakit melainkan
merangsang terbentuknya antibodi yang sesuai dengan jenis vaksinnya.
Setyono (2013) menyatakan bahwa vaksin dibagi menjadi dua macam
yaitu : vaksin aktif dan vaksin inaktif. Vaksin aktif adalah: vaksin yang
mengandung virus hidup dan kekebalan yang timbulkan lebih lama. Vaksin
inaktif adalah : vaksin yang mengandung virus yang telah dilemahkan tanpa
merusak struktur antigenic sehingga mampu membentuk zat kebal.
Pemberian vaksin yang dilakukan pada PT. MSJ sudah optimal. Hal
ini dibuktikan setelah dilakukan kegiatan vaksinasi yang rutin ayam lebih
tahan terhadap penyakit dan tidak adanya kejadian wabah penyakit. Kegiatan
vaksinasi yang dilakukan di Peternakan PT. MSJ dilakukan sebanyak enam
(6) kali dalam satu kali masa produksi (Tabel 5). Pemberian berbagai jenis
vaksin yang dilakukan pada peternakan PT. MSJ untuk menjaga agar ternak
ayam tahan terhadap serangan berbagai penyakit.
33
xlvii
Tabel 5 . Program Vaksinasi Pullet Pada PT. MSJ
Umur (hari)
Jenis Vaksin Aplikasi Dosis
7 ND Live Tetes mata 1 tetes ND Killed Injeksi Subcutan 0,25 ml
14 IBD Minum 1 vial /10 liter air/1000 ekor
21 AI Injeksi Subcutan 0,25 ml ND Live Tetes mata 1 tetes Fowl Pox Tusuk sayap 1 dosis
49 ND Killed Injeksi Intramuscular dada 0,5 ml ND Live Tetes mata 1 tetes Coryza 1 Injeksi Intramuscular paha 0,5 ml
70 Fowl Pox Tusuk sayap 1 dosis ILT Tetes hidung 1 tetes
98 ND Killed +IB Tetes mata 1 tetes ND EDS Injeksi intramuscular 0,5 ml Coriza 2 Injeksi Intramuscular paha 1 ml
Sumber : PT. Mitra Sinar Jaya, Maret 2014
Vaksinasi ayam yang pernah diikuti penulis selama PKL yang
dilakukan di 3 kandang mitra adalah (1) Vaksinasi ayam umur 7 hari dengan
jenis vaksin ND killed ND live pemberian dua kali jenis vaksin ini secara
bersamaan bertujuan agar antibodi yang dihasilkan setelah vaksin sempurna.
(2) Vaksin 14 hari dengan jenis vaksin Gumboro (3) Vaksinasi ayam umur
21 hari vaksinasi AI, ND Live dan Fowl Pox, (4) Vaksinasi ayam umur 49 hari
dengan vaksin ND killed ND live dan vaksinasi coryza 1 (Tabel 6). Sebagai
persiapan sebelum melakukan vaksinasi yang dilakukan penulis pada
3 kandang mitra yaitu ayam dikumpulkan terlebih dahulu dalam sekat-sekat
kecil yang dibuat menggunakan jaring. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan
agar mempermudah vaksinator mengambil ayam untuk divaksin dan juga
efisiensi waktu sehingga pemberian vaksin pada ayam cepat selesai. Khusus
untuk ayam yang diberikan vaksin gumboro melalui air minum, maka ayam
dipuasakan terlebih dahulu agar pemberian vaksin efektif.
34
xlviii
Tabel 6. Kegiatan Vaksinasi yang Dilakukan Selama PKL
Umur (hari)
Jenis Vaksin
Aplikasi Dosis Kandang
7 ND Killed Injeksi Subcutan 0,25 ml Bapak Ketut Sukaja
ND live Tetes mata 1 tetes
14 Gumboro Minum 1 vial /10 lite air/1000 ekor
Bapak Ketut Sukaja
21 AI Injeksi Subcutan 0,25 ml Bapak Sugiana
ND Live Tetes mata 1 tetes
Fowl Pox Tusuk sayap 1 dosis
49 ND Killed Injeksi Intramuscular dada
0,5 ml Bapak Wayan Budi
ND live Tetes mata 1 tetes
Coryza 1 Injeksi Intramuscular paha
0,5 ml
Sumber : PT. Mitra Sinar Jaya, Maret 2014
Vaksinasi ayam umur 7 hari yaitu vaksinasi ND killed dengan ukuran
0,25 ml diaplikasikan melalui injeksi subcutan pada bagian belakang kepala
dan ND live, dosis 1 tetes aplikasi tetes mata. Vaksinasi ayam umur 14 hari yaitu
vaksinasi Gumboro dengan dosis (1 vial untuk 1.000 ekor dilarutkan ke dalam
10 liter air minum), dimasukan 4 vial vaksin gumboro ke dalam 40 liter air
minum ditambah dengan susu skim sebanyak 100 gram lalu diberikan pada
ayam yang berjumlah 4.000 ekor.
Susu skim berfungsi untuk memperpanjang umur vaksin supaya
menghasilkan kekebalan yang tinggi, memperbaiki mutu air yang akan
dipakai sebagai pelarut, menetralkan logam, mineral dan zat-zat lain yang bisa
merusak vaksin. Sesuai dengan pendapat Sudaryani (1994) yang menyatakan
untuk memperpanjang umur vaksin ditambahkan 2-3 g susu skim dalam setiap
satu (1) liter air yang digunakan untuk mencampur vaksin.
35
xlix
Vaksinasi ayam umur 21 hari yaitu vaksinasi AI dengan dosis 0,25 ml
dengan aplikasi subcutan, vaksinasi ND Live dosis 1 tetes dengan aplikasi tetes
mata, vaksinasi Fowl Pox dosis 1 dosis (satu tusukan) dengan aplikasi tusuk
sayap. Vaksinasi ayam umur 49 hari pada kandang milik Bapak Wayan Budi
yaitu vaksinasi ND killed dosis 0,5 ml vaksinasi ND live dosis 1 tetes dengan
aplikasi tetes mata dan vaksinasi coryza 1 dengan dosis 0,5 ml diaplikasikan
dengan cara injeksi intramuscular pada paha.
E. Penyakit Pada Ayam Pullet
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak wayan Budi penyakit yang
pernah menyerang ayam di peternakannya adalah penyakit Newcastle disease
(ND). Pertama kali penyakit ND ini menyerang peternakan ayamnya terjadi
pada tahun 2002 dengan tingkat mortalitas mencapai 25 % dari total populasi
4.000 ekor. Penyakit ND ini tidak diberikan pengobatan karena penyakit ini
belum ada obat untuk mengatasi seranganya. Namun obat yang diberikan
untuk pengobatan simtomatisnya diberikan antibiotik Menorox dengan
komposisi Menorox LC 20% dan Norflosaxcin 20 % dosis 12 - 25 gram/liter
air minum. Sebagai Penanganan terhadap ayam yang mati terkena penyakit
dikuburkan untuk menghindari penyebaran lebih luas. Sesuai dengan pendapat
Rukmana (2009) ayam yang mati akibat terkena penyakit ND sebaiknya dibakar
atau dikubur di tempat yang jauh dari kandang.
Menurut Tabbu (2000) penyakit ND disebabkan oleh virus ND yang
tergolong genus Avian Paramyxovirus dan Famili Paramyxoviridae, yang
merupakan virus RNA yang mempunyai genom single stranded (ss) dengan
36
l
polaritas negatif. Lebih lanjut Setyono (2013) mengatakan penyakit ND
dikelompokan menjadi tiga strain yaitu: strain yang sangat berbahaya
(Viscerotropic Velogenic Newcastle Disease) dengan tingkat kematian mencapai
100 %, tipe sedang (Mesogenik) menyebabkan kematian pada anak ayam 10 %,
dan tipe lemah (Lentogenik) tidak dapat menyebabkan kematian tetapi dapat
menurunkan produktifitas dan kualitas telur gejala serangan yang cukup khas
adalah leher ayam terpelintir dengan kepala terangkat. Lebih lanjut Krista
(2013) menyatakan virus ini juga menyerang saraf sehingga ayam sering
terlihat kejang-kejang. Menurut Tabbu (2000) penularan virus ND dapat
terjadi secara langsung dari ayam sakit ke ayam yang peka, tetapi dapat juga
terjadi secara tidak langsung melalui bahan, alat atau pekerja yang tercemar
virus tersebut.
Pencegahan dan penanganan ND yang dilakukan adalah menjalankan
manajemen pemeliharaan yang lebih baik dan vaksinasi yang teratur. Hal ini
sesuai dengan pendapat Setyono (2013) strategi yang efektif untuk mencegah
penyakit ND adalah dengan menjaga biosecurity yang ketat dan vaksinasi
secara teratur. Menurut Tabbu (2000) untuk mencegah masuk dan menyebarnya
virus ND ke dalam suatu peternakan, maka diperlukan pengamanan biologis
yang ketat dan pelaksanaan aspek manajemen lainya secara optimal untuk
menghilangkan faktor pendukung/sumber infeksi.
37
li
3.2 Manajemen Kesehatan Ternak Babi
3.2.1 Struktur Populasi
Populasi ternak babi pada peternakan PT. Karya Prospek Satwa (KPS)
yang bermitra dengan Bapak Andika berjumlah 85 ekor. Babi yang dipelihara
dibagi atas induk bunting, induk menyusui, anak yang menyusui dan penjantan
(Tabel 7). Jenis babi yang dipelihara pada kandang mitra Bapak Andika
adalah: Babi Landrace, Yorkshire dan hasil persilangan Landrace dengan
Yorkshire. Babi Landrace dengan ciri-ciri tubuh panjang, berwarna putih dan
telinga terkulai ke depan. Babi Yorkshire ciri-cirinya badan besar dan
panjang, muka berbentuk seperti mangkuk. Babi hasil persilangan Landrace
dengan Yorkshire, ciri-ciri yaitu; warna kulit putih dan ada beberapa yang
belang hitam putih dengan telinga terkulai ke depan. Sesuai dengan pendapat
Prasetya (2012) mengatakan babi landrace memiliki ciri-ciri telinga terkulai,
berwarna putih dan tubuh panjang sedangkan babi Yorkshire ciri-cirinya badan
besar dan panjang, muka berbentuk cekung. Lebih lanjut Wheindrata (2013)
menyatakan babi Yorkshire bersifat jinak, sifat keibuan tinggi dan air susu yang
dihasilkan banyak.
38
lii
Tabel 7. Struktur Populasi Ternak Babi Pada PT. KPS Tahun 2014
No Periode Kandang Jumlah
(ekor) Pembibitan (ekor) Pejantan (ekor)
1 Induk :
- Bunting tua 9 - 9
- Induk Menyusui 3 - 3
2 Induk kosong 53 - 53
3 Anak yang menyusu 20 - 20
4 Pejantan 2 2
Total 30 2 85 Sumber : PT. Karya Prospek Satwa, Maret 2014 3.2.2 Sistem Perkandangan
Kandang babi pada peternakan Bapak Andika adalah tipe kandang
ganda yaitu bangunan kandang yang terdiri dari dua baris yang letaknya
bertolak belakang. Menurut Prasetya (2012) berbagai macam kandang babi,
masing - masing dibedakan menurut konstruksi dan kegunaannya, tipe kandang
menurut konstruksi dan kegunaannya adalah kandang tunggal yaitu bangunan
kandang yang terdiri dari satu baris saja, kandang ganda yaitu bangunan
kandang yang terdiri dari dua baris yang letaknya saling berhadapan ataupun
bertolak belakang.
Kandang babi yang ada pada peternakan Bapak Andika yaitu kandang
terbuka berbentuk ganda dan atap kandang ini terbuat dari asbes, lantai terbuat
dari semen dan tiangnya beton terbuat dari semen (Gambar 10). Secara
keseluruhan ukuran kandang babi pada peternakan Bapak Andika 8 × 32 m.
Jumlah kandang melahirkan untuk babi pada peternakan Bapak Andika
sebanyak 15 kandang. Khusus kandang melahirkan, setiap kandang disediakan
kotak pemanas dengan ukuran 70 × 70 cm dan tempat pakan masing-masing,
serta dibuat lebih tinggi dari kandang individu lainya sehingga dibagian bawah
39
liii
lantai kandang terdapat kolong sehingga mempermudah urin dan feses jatuh
ke kolong kandang. Sedangkan untuk kandang pejantan dan induk kosong
dinding kandang terbuat dari besi beton dan letaknya lebih rendah dari kandang
induk melahirkan serta alas kandang terbuat dari semen yang sengaja dibuat
lubang untuk memudahkan jatuhnya urin dan kotoran lainya.
3.2.3 Tatalaksana Rutin
Tatalaksana rutin yang dilakukan pada peternakan Bapak Andika
meliputi sanitasi kandang, pengamatan birahi dan pemberian pakan serta air
minum.
1) Sanitasi Kandang
Sanitasi dilakukan sebagai cara untuk menjaga kesehatan ternak
sehingga terhindar dari penyakit. Menurut Luthan (2011) sanitasi adalah suatu
penataan kebersihan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan atau
mempertahankan keadaan yang sehat bagi ternak baik di dalam kandang
maupun di sekitar usaha peternakan.
Gambar 10. Kandang Babi tipe ganda
40
liv
Sanitasi kandang yang dilakukan di Peternakan Bapak Andika
menggunakan penggaruk untuk mengumpulkan feses kemudian dibersihkan
dengan air, serta sisa makanan pada tempat pakan dikeluarkan lalu
dibersihkan. Kotoran yang dihasilkan selanjutnya dikumpulkan pada tempat
pembuangan limbah untuk dijadikan biogas. Jadwal sanitasi dilakukan 2 kali
dalam satu hari yaitu pada pagi hari pukul 07:00 WITA dan sore hari pukul
16:00 WITA sebelum pemberian pakan. Sanitasi sangat perlu dilakukan karena
selain membutuhkan biaya yang relatif murah dan juga sebagai kunci utama
untuk menghindari terjadinya penyakit.
2) Pemberian Pakan dan Air Minum
Pemberian pakan babi yang dilakukan di peternakan Bapak Andika
dilakukan 2 kali sehari. Untuk babi menyusui diberikan pada pukul
07:00 WITA dan pukul 16:00 WITA, jumlah pakan yang diberikan adalah
5 kg/ekor/hari. Pemberian pakan untuk babi dara dan pejantan diberikan satu kali
yaitu pada pukul 10:00 WITA dengan jumlah pakan yang diberikan sebanyak
2 kg/ekor/hari. Pemberian pakan untuk babi bunting dengan umur
kebuntingan 3 bulan dilakukan 2 kali dalam sehari pada 07:00 WITA dan pukul
16:00 WITA dengan jumlah pakan sebanyak 3 kg/ekor/hari (Tabel 8).
Tabel 8. Pemberian pakan babi pada peternakan Bapak Andika
No Priode Jumlah Pemberian (kg) Frekuensi Pemberian/ hari
1 Induk Bunting 3 2 kali 2 Babi Menyusui 5 2 kali 3 Induk kosong 2 1 kali 4 Babi Jantan 2 1 kali
Sumber : Peternakan Bapak Andika, 2014
41
lv
Berdasarkan tabel di atas pemberian pakan pada babi yang dilakukan
pada peternakan Bapak Andika dinilai boros. Hal ini didasarkan pada pendapat
Sihombing (1991) yang menyatakan bahwa konsumsi ransum per hari (kg)
untuk induk bunting 2,0− 2,5, induk menyusui 3,0−4,5, pejantan 2,0 − 2,5,
induk kering 2,5−3,5.
Jenis pakan yang diberikan pada babi di peternakan Bapak Andika
adalah pakan NP56 dengan komposisi terdiri dari kadar air 13 % protein
15,5−17,5 %, lemak 4%, serat 9%, abu 8% calcium 0,9% dan phospor 0,7%. Cara
pemberian pakan yang dilakukan pada peternakan babi milik Bapak Andika
secara sistem kering dengan cara menyimpan makanan pada tempat pakan
yang telah disiapkan.
Air minum yang digunakan pada peternakan Bapak Andika berasal dari
air pegunungan yang dialirkan melalui pipa. Air minum diberikan secara
ad libitum dengan menggunakan nipple. Menurut Sihombing (1991) kebutuhan
air minum/hari/liter sesuai umur atau fase produksi adalah : (1) umur 1 − 4
minggu 0,25− 0,5 liter (2) induk bunting dan induk kosong 7,0 − 9,0 liter
(3) induk menyusui 15 − 20 liter dan pejantan 7 – 9 liter.
3.2.4 Pengamatan Babi Birahi
Pengamatan babi birahi di peternakan Bapak Andika dilakukan setiap
hari yaitu pada pukul 06:30 WITA. Pengamatan babi birahi dilakukan
langsung oleh petugas atau karyawan kandang, dengan cara melihat
tanda-tanda birahi seperti adanya lendir yang keluar dari vulva. Sesuai dengan
pendapat Wheindrata (2013) babi betina yang sedang birahi biasanya terlihat
42
lvi
gelisah dan berteriak-teriak, keluar lendir dari vulva dan selalu ingin menaiki
temanya.
Jika terlihat adanya tanda-tanda babi birahi, maka babi tersebut
sebelum di IB dikawinkan secara alami terlebih dahulu oleh pejantan. Setelah
dikawinkan secara alami tindakan selanjutnya yaitu pemesanan semen untuk
dilakukan kawin suntik (IB). Semen yang digunakan oleh peternak adalah
semen yang diambil dari babi tipe Landrace, Yorkshire dan hasil persilangan
Landrace dengan Yorkshire. Pejantan yang dipakai untuk pengambilan semen
berumur enam (6) tahun. Semen babi yang ditampung di kandang pejantan
dalam satu kali penampungan sebanyak 300 ml.
Volume semen sebanyak 300 ml diencerkan dengan satu sacket BTS
(Beltsville Thawing Solution) sebagai pakan sperma dan 1 liter (1000 ml)
aquades lalu dihomogenkan. Semen yang sudah diencerkan kemudian
dimasukan ke dalam tube masing sebanyak 100 ml. Semen yang akan diantar
ke peternak babi/pemesan selanjutnya disimpan di dalam boks yang berisi es
dengan suhu 18° C untuk menjaga agar spermatozoa tetap hidup. Sesuai
dengan pendapat Ardana (2008) semen encer hendaknya disimpan pada kisaran
suhu 17 – 18° C, karena jika suhu penyimpanan semen bervariasi akan
berdampak buruk pada daya hidup spermatozoa.
3.2 5 Inseminasi Buatan (IB)
Inseminasi buatan merupakan cara mengawinkan ternak dengan bantuan
inseminator. Sesuai dengan pendapat Feradis (2010) inseminasi buatan adalah
memasukan semen ke dalam saluran kelamin betina dengan menggunakan
43
lvii
alat-alat buatan manusia. Volume sperma yang digunakan di PT. KPS dalam satu
kali kawin per ekor induk adalah 100 ml dalam satu tube, dilakukan selama
5–10 menit per induk. Inseminasi buatan yang dilakukan di peternakan Bapak
Andika 2 kali dalam sehari, pagi hari pada pukul 08.00 WITA dan sore hari
pada pukul 17.00 WITA hasil IB yang dilakukan penulis pada saat melakukan
PKL tidak sempat diamati atau diketahui karena sudah berpindah lokasi
praktek ke tempat lain.
Rentang waktu antara inseminasi pertama dan insemiansi kedua yang
dilakukan pada ternak babi milik Bapak Andika adalah sembilan jam dan
dinilai sangat pendek. Menurut Ardana (2008) untuk memperoleh hasil yang
terbaik disarankan agar melakukan pemasukan semen dua kali, berselang
16 sampai 24 jam.
Prosedur inseminasi yang dilakukan penulis pada saat PKL adalah
vulva dibersihkan dengan aquades lalu dikeringkan dengan kapas. Setelah itu
masukan kateter secara perlahan sambil memutar kateternya ke arah kiri, hal
ini sesuai dengan pendapat Ardana (2008) kateter yang ujungnya sebagai
spiral diputar berlawanan dengan arah jarum jam. Ketika kateter mencapai
servix selanjutnya potong mulut botol semen lalu masukan ke dalam kateter.
Kateter yang berisi semen diangkat sampai berada sedikit lebih tinggi dari
induk yang dikawinkan sampai semennya habis. Setelah semen disalurkan
seluruhnya kemudian kateter dikeluarkan dengan cara ditarik perlahan-lahan
(Gambar 11).
44
lviii
Menurut Ardana (2008) pada saat melakukan inseminasi babi betina
diberi kesempatan berkontak kepala dengan pejantan. Lebih lanjut Sihombing
(1991) menyatakan sebaiknya pejantan ditempatkan di dekat betina untuk
memancing betina berdiri dengan tenang.
3.2.6 Perawatan Induk Bunting
Pemeliharaan induk bunting yang dilakukan di peternakan Bapak
Andika adalah menjaga kebersihan kandang sehingga tetap kering dan
pemberian pakan yang teratur. Jumlah pakan yang diberikan untuk induk
bunting sebanyak 3 kg dengan jadwal pemberian dua kali dalam sehari.
Induk babi bunting yang hendak melahirkan dipindahkan ke kandang
beranak yang berbentuk panggung dan letaknya lebih tinggi dari kandang babi
individu lainya. Pemindahan babi bunting ini dua minggu sebelum partus dengan
tujuan agar ternak bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Sesuai dengan
pendapat Ardana (2008) pemindahan ternak secara dini ini dengan tujuan agar
babi terbiasa dengan kandang barunya sebelum babi tersebut beranak. Lebih
Gambar 11. Inseminasi Buatan Pada Babi
45
lix
lanjut Prasetya (2012) menyatakan babi bunting harus dilakukan exercise dengan
tujuan melancarkan peredaran darah sehingga mempermudah dalam proses
kelahiran.
Menurut Sihombing (1991) salah satu faktor yang diperhatikan selama
kebuntingan yaitu mencegah terjadinya stres. Karena babi betina paling peka
terhadap stres selama 30 hari pertama kebuntingan dan 30 hari terakir
kebuntingan. Stres yang disebabkan oleh perkelahian dan perubahan
lingkungan yang drastis dapat mengakibatkan kematian embrio atau abortus.
3.2.7 Persiapan Kandang Melahirkan
Persiapan kandang melahirkan yang dilakukan di Peternakan Bapak
Andika berupa pembersihan kandang dan desinfeksi kandang. Kandang
beranak dibersihkan dengan air dan deterjen dengan cara disiram pada lantai
dan peralatan kandang lainya. Desinfeksi kandang dilakukan setelah pencucian
kandang. Desinfeksi yang digunakan berupa DupontTM longlifeTM 250S
(Gambar 12) dengan kandungan bahan aktif terdiri dari asam organik,
surfaktan dan biosid organik. DuPontTM longlifeTM 250S adalah desinfektan
multiguna sangat efektif terhadap kuman penyebab penyakit. Bahan
desinfektan ini juga bisa dilakukan untuk mendesinfeksi bangunan kandang,
langit-langit serta celup kaki dan roda kendaraan. Dosis yang digunakan dua
tutupan botol (2 ml) dilarutkan dalam 20 liter air dan aplikasinya dengan cara
disiram pada lantai kandang dan peralatan lainya.
46
lx
Kandang melahirkan dilengkapi dengan alas kandang yang ditaburi
dengan serbuk kayu yang halus dan tidak kasar dengan tujuan untuk mengalas
karpet yang licin sehingga mencegah anak babi jatuh yang dapat menyebabkan
cedera, kotak pemanas dengan ukuran panjang 1 meter, lebar 1 meter dan tinggi
0,5 meter. Kotak pemanas berfungsi sebagai penghangat bagi anak babi yang baru
lahir sehingga tidak kedinginan (Gambar 13). Sesuai dengan pendapat Prasetya
(2012) anak babi beberapa hari setelah lahir mudah menggigil kedinginan
sehingga dibutuhkan lampu pemanas di dalam indukan.
Gambar 12. Bahan desinfeksi kandang
Gambar 13. Kotak pemanas untuk anak babi
47
lxi
3.2.8 Penanganan Pasca Partus
Penanganan pasca partus pada babi di peternakan Bapak Andika
meliputi perawatan induk dan perawatan neotal pada anak babi.
1. Perawatan Induk Setelah Melahirkan
Perawatan induk yang dilakukan di Peternakan Bapak Andika selama
penulis melaksanakan praktikum yaitu membersihkan induk dari lendir-lendir
dan mengambil sisa-sisa plasenta yang melekat di lantai kandang kemudian
dikuburkan untuk mencegah plasenta termakan oleh induk. Menurut Prasetya
(2012) plasenta yang termakan oleh induknya dapat berakibat adanya gangguan
di dalam perut dan dapat menyebabkan kanibalisme. Lebih lanjut Wheindrata
(2013) menegaskan plasenta yang termakan oleh induk dapat mengganggu
pencernaan. Tindakan lain pada peternakan ini adalah induk yang melahirkan
dilakukan penyuntikan antibiotik Kolamox LA yang mengandung Amoxylin
15% dan dosis yang diberikan 5 cc dengan aplikasi IM pada otot leher. Tujuan
Penyuntikan antibiotik ini untuk mencegah induk babi terinfeksi oleh bakteri
Clostridium, E. Colli dan Haemophilus setelah melahirkan.
2. Perawatan Neonatal Anak Babi
Setelah induk melahirkan beberapa hal yang harus dilakukan pada anak
babi tersebut adalah mengeluarkan/membersihkan lendir dengan menggunakan
kain lap kering pada seluruh tubuh, terutama pada bagian hidung agar anak babi
bisa bernafas. Sesuai dengan pendapat Wheindrata (2013) anak babi yang baru
lahir segera dibersihkan dari lendir dan selaput lain yang menutup hidung atau
mulutnya untuk menghindari anak babi susah bernafas dan akhirnya bisa mati.
48
lxii
Selain pembersihan lendir pada bagian tubuh anak babi, beberapa tindakan
perawatan Neonatal lainya berupa pemotongan ekor, pemotongan gigi,
pemberian tanda anak babi (krat telinga) dan pemberian zat besi.
a. Pemotongan Ekor
Pemotongan ekor merupakan pemeliharaan anak babi dengan tujuan
agar anak babi yang satu dan yang lain tidak saling menggigit ekornya dan juga
pada saat dewasa mudah dilakukan perkawinkan. Pemotongan ekor dilakukan
pada umur 1 hari (Gambar 14). Sebelum pemotongan ekor disiapkan alat seperti
gunting. Ternak babi dipegang dengan posisi kepala ke bawah setelah itu
dilakukan pemotongan ekor dengan panjang ± 3 cm dari pangkal ekor.
b. Pemotongan Gigi
Pemotongan gigi yang dilakukan pada peternakan Bapak Andika yaitu
pada anak babi yang baru lahir. Pemotongan dilakukan pada gigi caninus
dengan menggunakan tang (Gambar 15). Pemotongan gigi ini bertujuan untuk
menjaga agar anak babi tidak melukai puting susu induknya. Hal ini sesuai
pendapat Prasetya (2012) pemotongan gigi pada anak babi setetah lahir untuk
Gambar 14. Pemotongan ekor pada anak babi
49
lxiii
menjaga agar puting susu induk jangan dilukai anak dan untuk menghindari
luka sesama anak babi karena saling menggigit.
Pemotongan gigi pada anak babi bisa dilakukan alat khusus yang
berbentuk seperti tang. Apabila alat tersebut tidak ada bisa menggunakan
gunting kecil yang tajam. Menurut Sihombing (1991) menyatakan pemotongan
gigi bisa menggunakan tang pemotong kawat kecil dan dilakukan dengan
hati-hati agar tidak melukai graham atau lidah.
c. Pemberian Zat Besi
Pemberian zat besi pada anak babi umur 1-10 hari untuk menghindari
penyakit anemia karena pada umur ini anak babi rentan terhadap penyakit
kekurangan zat besi (Prasetya, 2012). Pemberian zat besi pada anak babi yang
dilakukan di peternakan Bapak Andika yaitu pada umur 1 hari dengan cara
pemberian melalui injeksi intra muscular pada daerah leher, dosis per ekor
adalah 1,5 ml. Zat besi yang diberikan adalah Pig Ironject 20% + B12, 1 ml
mengandung iron in a dextran complex 200 mg dan vitamin B12 200 mg.
Gambar 15. Pemotongan gigi pada anak babi
50
lxiv
Menurut Prasetya (2012) zat besi adalah unsur yang penting di dalam
haemoglobin yang berfungsi untuk mengangkut oxyigen keseluruh tubuh.
Kekurangan zat bezi bisa menyebabkan anemia dan hal ini banyak dialami pada
anak babi yang dipelihara di dalam kandang terus- menerus, sedangkan air susu
induk hanya mengandung zat besi yang jumlahnya sangat rendah. Untuk
mengatasi supaya anak babi terhindar dari anemia makanan diberikan zat besi
d. Pemberian Tanda Anak Babi
Pemberian tanda pada anak babi di Peternakan Bapak Andika
menggunakan sistem kerat telinga. Pemberian kerat telinga ini dilakukan pada
anak babi berumur satu hari dengan tujuan untuk mempermudah mengetahui
identitas anak babi yang berkaitan dengan tanggal lahirnya. Sesuai dengan
pendapat Prasetya (2012) anak babi sebaiknya diberi tanda pada daun telinganya
untuk mempermudah melakukan pencatatan administratif.
3. Penyapihan Anak Babi
Penyapihan anak babi di PT. KPS biasanya dilakukan pada saat anak babi
berumur 3-4 minggu sehingga memungkinan induknya bisa beranak tiga kali
dalam setahun. Sesuai dengan pendapat Ardana (2008) penyapihan dini memiliki
keuntungan yaitu mengurangi jarak waktu antara kelahiran anak berikutnya
sehingga jumlah anak yang dilahirkan dari seekor induk dalam setahun banyak.
Menurut Prasetya (2012) penyapihan anak babi sebaiknya dilakukan pada saat
anak babi berumur 8 minggu karena setelah anak babi berumur 8 minggu
produksi air susu induknya akan berkurang.
51
lxv
Selama masa penyapihan anak babi dipelihara dengan dipisahkan dari
induknya. Pakan diberikan dengan cara disimpan pada tempat pakan khusus
yang ditempatkan di lantai kandang dan air minum menggunakan niplle.
Menurut Wheindrata (2013) anak babi pada saat penyapihan diberikan makan
yang baik dengan kandungan protein 20 − 22%. Berdasarkan kandungan
protein pada pakan NP56 yaitu 15,5−17,5 % maka pakan tersebut tidak layak
diberikan pada anak babi karena kandungan proteinya sedikit.
3.2.9 Penanganan Limbah
Limbah yang ada di Peternakan Bapak Andika secara umum ditangani
dengan baik yaitu memanfaatkan feses babi menjadi sumber bahan bakar
dengan pembuatan biogas. Menurut Sihombing (1991) limbah ternak adalah
suatu sumber daya yang jika tidak dimanfaatkan dengan baik, dapat
menimbulkan masalah bagi peternakan itu sendiri maupun terhadap
lingkungan. Salah satu pengolahan limbah ternak yang dilakukan pada
peternakan Bapak Andika adalah pembuatan biogas.
Menurut Luthan (2011) pada dasarnya biogas merupakan penguraian
bahan organik secara anaerob untuk menghasilkan suatu gas. Pengolahan
limbah ini bermanfaat bagi peternak karena bisa mengurangi pencemaran
lingkungan dari amoniak yang dihasilkan. Biogas juga bisa menghemat
pengeluaran untuk membeli bahan bakar minyak (BBM).
52
lxvi
3.2.10 Penyakit Pada Ternak Babi
Menurut Ardana (2008) salah satu penyakit yang umumnya menyerang
ternak babi yang dipelihara di seluruh dunia adalah Colibacilosis. Penyebab
penyakit ini adalah bakteri dari kelompok Enterobacteriaceae yang merupakan
kelompok bakteri gram negatif, berbentuk batang dan habitat alaminya adalah
sistem pencernaan manusia dan hewan termasuk babi. Salah satu anggota dari
famili Enterobacteriaceae yang patogen dalam saluran pencernaan adalah
Eschericia colli. Di Indonesia penyebab utama diare neonatal pada anak babi
ETEC (Enterotoxigenik E.Coli)
Selama melakukan praktik di lapangan penyakit yang ditemukan adalah
penyakit white scours yaitu mencret putih pada anak babi sebanyak 5 ekor.
Menurut Mangisah (2003) white scours disebabkan oleh bakteri Eschericia colli
yaitu bakteri yang bisa masuk lewat tali pusat yang sakit, dan biasanya babi
kecil mudah menderita mencret putih akibat kedinginan, lantai lembab,
makanan induk jelek, atau anak babi terlampau banyak menyusu. Gejala yang
timbul yaitu feses encer berwarna putih seperti kapur, anak babi nampak
sangat lemah dan kepala ditundukan.
Penanganan yang dilakukan terhadap anak babi yang terkena penyakit
white scours adalah memberikan antibiotik Trimoxal dengan sediaan berbentuk
suspensi dan komposisinya Trimethoprim 10 mg dan Sulfamethoxazole 50 mg.
Dosis yang digunakan sebanyak 2 ml dan aplikasi peroral dengan cara botol
obat Trimoxal dicekokkan pada mulut anak babi kemudian dipencet sebanyak
dua kali.
53
lxvii
Selain pemberian obat hal penting yang dilakukan adalah menjaga
kebersihan kandang sebagai upaya pencegahan terjadinya penyakit. Pencegahan
yang dilakukan pada peternakan babi milik Bapak Andika berupa sanitasi
kandang yang rutin, lantai kandang dibersihkan sehingga tidak adanya
genangan air yang membuat kandang becek, celah kandang disemprot dengan
menggunakan deterjen. Sesuai dengan pendapat Prasetya (2012) pencegahan
yang dilakukan adalah kandang diusahakan selalu kering dan hangat, serta
hindari terjadinya lantai kandang yang kotor dan basah akibat air kencing.
54
lxviii
3.3 Manajemen Kesehatan Ternak Sapi Potong
3.3.1 Struktur Populasi
Populasi ternak sapi potong di Peternakan Santi Yoana secara
keseluruhan berjumlah 56 ekor yang terdiri dari pedet, sapi dara, induk bunting,
induk menyusui dan induk kering kandang (Tabel 9). Jenis sapi yang dipelihara
adalah sapi Bali dengan ciri-cirinya betina berwarna merah bata dan sapi jantan
berwarna hitam, selama melakukan PKL penulis mengamati sapi jantan muda
berwarna merah bata. Menurut Sugeng (1992) warna bulu pada waktu masih
pedet merah bata namun pada saat dewasa, betina akan tetap berwarna merah
bata sedangkan pejantan berwarna kehitam-hitaman.
Tabel 9. Populasi Sapi Pada Peternakan Santi Yoana
No Periode (ekor) Jumlah (ekor)
1 Anak menyusu 3 Anak lepas sapih 7 2 Induk menyusui 3 3 Bunting 6 4 Dara 3 5 Induk kering kandang (tidak berproduksi ) 34
Total 56
Sumber : Peternakan Santi Yoana, 2014
3.3.2 Sistem Perkandangan
Menurut Syaifullah (2013) kandang merupakan tempat untuk
berlindung ternak dari berbagai aspek yang mengganggu seperti cuaca buruk
dan gangguan binatang buas. Perkandangan yang ada di kelompok Tani Santi
Yoana Banjar Tanggahan Tengah adalah tipe kandang koloni dibuat dua baris
yang saling berhadapan. Sekat pembatas antara sapi yang satu dengan yang
55
lxix
lainnya terbuat dari bambu. Sistem perkandangan yang dibuat dengan
meperhatikan aspek lokasi pendirian kandang dan konstruksi kandang.
1) Lokasi kandang
Lokasi kandang yang ada pada Kelompok Tani Santi Yoana terletak
dekat pemukiman masyarakat serta dekat dengan sumber pakan. Secara teknis
lokasi kandang ini sangat cocok untuk pembangunan usaha peternakan
(Gambar16). Menurut Muktiani (2011) lokasi kandang harus dekat rumah
peternak untuk memudahkan pengontrolan dan pengawasan, dekat dengan
sumber air dan pakan dan akses transportasi mudah untuk melakukkan
pemasaran. Lebih lanjut Sugeng (1992) menyatakan kandang harus dibangun
tidak jauh dari rumah peternak untuk keperluan pemantauan kesehatan,
tatalaksana ataupun keamanan diwaktu malam.
2) Konstruksi kandang
Bahan bangunan kandang pada kelompok tani Santi Yoana terbuat
dari beton dan bambu dan dibuat secara permanen dan kuat. Kandang dibuat
dalam bentuk kandang individu dan disekati dengan bambu dengan ukuran
Gambar 16. Kandang Sapi Tampak dari Depan
56
lxx
1,25 m2 × 2,5 m2 dan ukuran kandang seluruhnya 6 × 30 m2. Secara umum
konstruksi kandang terdiri dari : dinding kandang, lantai kandang, atap kandang
dan lorong tengah kandang.
a) Dinding Kandang
Dinding kandang ternak sapi yang dibuat telah memenuhi syarat
dimana dinding kandang dibuat terbuka (Gambar 17). Sesuai dengan pendapat
Fikar dkk (2010) dinding kandang sebagiannya dibuat terbuka agar sirkulasi
udara di dalam kandang lancar.
b) Lantai Kandang
Lantai kandang tebuat dari beton dengan kemiringan 5 derajat yang
pada bagian tepi belakang kandang tersedia selokan pembuangan feses sapi
terbuat dari beton. Menurut Muktiani (2011) lantai kandang dibuat padat, kuat
serta tidak licin, mampu menopang beban di atasnya dan agak miring ke arah
selokan di luar kandang.
Gambar 17. Kandang Sapi Tampak Samping
57
lxxi
c) Atap
Atap kandang yang digunakan berupa asbes dimana asbes cocok
digunakan untuk kandang sapi potong. Sesuai dengan pendapat Fikar dkk
(2010) atap kandang untuk sapi potong bisa digunakan asbes karena sapi
potong lebih tahan terhadap panas.
d) Lorong
Lorong tengah kandang dibuat sebagai area lalulintas peternak untuk
memberi pakan atau air minum sapi. Lorong tengah kandang sapi peternakan
Santi Yoana berukuran 1 m serta dibuat dari bahan semen (Gambar 18). Sesuai
dengan pendapat Fikar dkk (2010) lorong tengah kandang biasanya berukuran
0,5-1 m dan dibuat dari bahan semen. Lantai semen sebaiknya diberi corak
garis-garis agar tidak licin.
3.3.3 Tatalaksana Rutin
Tatalaksana rutin yang dilakukan pada peternakan sapi potong
Kelompok Tani Santi Yoana meliputi sanitasi kandang, pemberian pakan dan
air minum.
Gambar 18. Lorong tengah kandang
58
lxxii
1) Sanitasi Kandang
Sanitasi kandang sapi di peternakan sapi potong Santi Yoana sudah
diterapkan dengan baik ini dibuktikan dengan kondisi kandang sapi yang selalu
bersih. Kegiatan sanitasi kandang dilakukan setiap hari yaitu pada pagi dan sore
hari. Sanitasi kandang dilakukan dengan cara feses sapi digaruk dengan
penggaruk kemudian disiram dengan air. Feses yang sudah dikumpulkan
kemudian diangkut dengan gerobak dan dibuang pada tempat penampungan
feses (Gambar 19). Sesuai dengan pendapat Muktiani (2011) kandang sapi
sebaiknya dibersihkan setiap hari secara rutin agar kandang menjadi bersih
sehingga sapi tidak terkena penyakit.
Gambar 19. Pembersihan Lantai Kandang (a) dan pengangkutan feses (b)
a b
59
lxxiii
2) Pemberian Pakan dan Air Minum
Bahan pakan yang diberikan pada sapi potong di Peternakan Santi
Yoana berupa hijauan dan konsentrat.
a. Hijauan
Menurut Fikar dkk (2010) hijauan segar adalah semua bahan pakan yang
diberikan kepada ternak dalam keadaan segar tanpa melalui proses teknologi,
baik yang dipotong terlebih dahulu atau yang langsung dimakan ternak.
Hijauan yang sering diberikan pada sapi oleh peternak adalah rumput raja
(Gambar 20) sebanyak 40 kg/ekor/hari. Pemotongan hijauan yang dilakukan pada
pagi hari kemudian diberikan pada sapi di sore hari. Rumput raja yang diberikan
pada ternak sapi dipotong terlebih dahulu sepanjang ±7 – 10 cm. Pemberian
pakan dilakukan sebanyak 2 kali sehari yaitu pukul 07:00 WITA dengan jumlah
pakan hijauan sebanyak 40 kg dan pada pukul 16:00 WITA. Selain pemberian
pakan dengan hijauan dari rumput raja, ternak sapi juga diberikan pakan dari
jerami padi sebanyak satu karung per ekor ternak dengan jumlah ± 40 kg.
Gambar 20. Pemberian pakan hijauan segar (a) dan air minum pada sapi (b)
a b
60
lxxiv
b. Pemberian Konsentrat
Konsentrat yang diberikan pada sapi potong di Peternakan Santi Yoana
adalah dedak padi. Menurut Muktiani (2011) proses penggemukan sapi hanya
dengan mengandalkan pakan berupa hijauan kurang memberikan hasil yang
optimal sehingga pemberian pakan harus dikombinasikan dengan konsentrat.
Pemberian konsentrat yang dilakukan di Peternakan Santi Yoana satu kali
dalam sehari dengan cara dicampur pada air minum. Dedak padi yang
diberikan sebanyak 5 kg untuk 7 ekor sapi. Lebih lanjut Muktiani (2011)
menyatakan dedak merupakan makanan tambahan bagi ternak sapi dan
berfungsi sebagai sumber energi bagi pertumbuhan sapi.
c. Pemberian Air Minum
Pemberian air minum pada ternak sapi dilakukan pada pukul
12:00 WITA, yang diambil dari air keran dengan menggunakan ember berukuran
18 liter. Air minum yang diberikan pada masing-masing ternak sapi sebanyak satu
ember. Pemberian air minum pada ternak sapi sebanyak 18 liter/ekor/hari dinilai
masih kurang dari standar kebutuhan air per hari. Hal ini didasarkan pada
pendapat Subronto (2008) yang menyatakan bahwa kebutuhan air minum untuk
ternak sapi adalah 30-50 liter/hari.
3.3.4 Persiapan Induk Melahirkan
Selama penulis melakukan praktek di Peternakan Santi Yoana, persiapan
kandang untuk induk melahirkan hanya dilakukan satu kali yaitu memindahkan
sapi bunting yang akan melahirkan pada kandang khusus yang terpisah dari
kandang sapi lainya. Kandang melahirkan dilengkapi dengan jerami kering yang
61
lxxv
ditebarkan di lantai kandang. Menurut Fikar dkk (2010) kandang beranak harus
diberi alas berupa jerami kering dengan tujuan untuk menyerap cairan yang
keluar bersama pedet. Pemindahan ternak sapi bunting ke kandang melahirkan
dilakukan setelah sapi menunjukan tanda-tanda melahirkan seperti keluar cairan
bening pada vulva. Sesuai dengan pendapat Syaifullah (2013) tanda-tanda yang
terlihat pada sapi bunting saat mendekati proses melahirkan adalah vulva
mengeluarkan lendir.
Anak sapi (pedet) yang baru lahir di Peternakan Santi Yoana tidak
diberikan perlakuan khusus. Menurut fikar dkk (2010) pedet yang baru lahir perlu
diberi bantuan untuk membersihkan lendir atau cairan plasenta terutama pada
bagian mulut dan hidung untuk memperlancar pernafasan. Selama penulis
melakukan praktek di Peternakan Santi Yoana penulis melihat sapi melahirkan
dengan baik atau tidak terjadi distokia.
3.3.5 Sejarah Penyakit
Selama melakukan kegiatan praktek tidak dilakukan penanganan kasus
penyakit namun berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang peternak,
penyakit yang pernah terjadi adalah diare pada pedet. Diare pada anak sapi ini
biasanya terjadi pada saat musim hujan karena hijauan yang dimakan oleh
anak sapi banyak mengandung air, juga terjadi karena anak sapi minum air
kotor yang tergenang di sekitar kandang. Menurut Fikar dkk (2010) diare
disebabkan oleh bakteri Escherichia colli. Bakteri ini bisa masuk melalui
pakan, air minum atau lingkungan kandang yang tidak bersih.
62
lxxvi
Pencegahan penyakit diare ini dengan cara penggantian pakan dengan
pakan yang berkualiatas. Lebih lanjut Subronto (2008) menyatakan diare
merupakan gejala gangguan pencernaan yang ditandai dengan pengeluaran
feses yang jumlahnya melebihi normal dengan konsistensinya berupa cair.
Penanganan dan perlakuan yang dibuat selama anak sapi terkena penyakit
yaitu anak sapi dikandangkan. Tujuan dari perlakuan ini agar anak sapi tidak
makan dan minum sembarangan berupa air kotor yang ada di sekitar
kandang. Pakan yang dimakan oleh anak sapi selama dikandangkan diatur
sepenuhnya oleh pemilik ternak. Menurut Fikar dkk (2010) pencegahan
penyakit diare ini dengan cara penggantian pakan dengan pakan yang
berkualiatas dan mengisolasi pedet yang terserang penyakit.
3.3.6 Penanganan Limbah
Limbah yang dihasilkan pada peternakan Kelompok Tani Santi Yoana
berupa feses tetapi tidak ada penangan khusus. Menurut Yulianto (2010)
limbah yang dihasilkan jika tidak dikelolah dengan baik dapat mencemari
lingkungan, sebaiknya limbah dikelolah sehingga dapat bermanfaat contohnya
pembuatan pupuk organik dan biogas. Penanganan limbah yang dihasilkan
pada kandang peternakan Santi Yoana yaitu dikumpul pada tempat
penampungan feses dan tiap satu minggu sekali dijual kepada petani jeruk
sebagai pupuk. Harga penjualan feses sapi seharga Rp 250.000/truk. Uang
hasil penjualan feses ini diberikan kepada bendahara kelompok dan dijadikan
sebagai uang kas kelompok.
63
lxxvii
3.4 Manajemen Pelayanan Pusat Kesehatan Hewan
3.4.1 Program Pelayanan di Puskeswan
Program pelayanan yang dilakukan di Puskeswan Sidembunut
meliputi program tahunan dan program harian. Program tahunan yang
dilakukan adalah vaksinasi Hog Cholera pada ternak babi, vaksinasi
Septicemia Epizootica (SE) pada ternak sapi dan babi, vaksinasi Newcastle
Disease (ND) pada ternak ayam. Selain itu dilakukan pemberian obat cacing
pada ternak ruminansia besar dan ruminansia kecil serta vaksinasi Rabies pada
anjing. Program vaksinasi dan pemberian obat cacing pada ternak dan
vaksinasi masal rabies pada anjing yang dijalankan oleh Puskeswan
Sidembunut setiap tahun sudah sesuai dengan program kerja yang telah
ditetapkan dan juga didukung dengan adanya distribusi vaksin dari Dinas
Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bangli.
Vaksinasi rabies yang dijalankan saat ini adalah dalam rangka
membebaskan pulau Bali dari kasus rabies. Sementara itu, kegiatan vaksinasi
yang dilakukan pada ternak setiap tahun bertujuan untuk mengurangi
terjadinya kasus penyakit hewan yang sejauh ini masih dijumpai di wilayah
pelayanan Puskeswan Sidembunut. Kegiatan pemberian obat cacing pada
ternak bertujuan untuk mengurangi investasi parasit pada ternak sehingga
ternak yang dipelihara oleh petani produktivitasnya meningkat. Kegiatan
pelayanan tahunan lainya adalah pemeriksaan kesmavet terhadap kualitas
daging yang beredar di pasaran, terutama menjelang hari raya keagamaan
64
lxxviii
untuk menjamin daging yang beredar telah memenuhi kualitas ASUH
(Aman, Sehat, Utuh dan Halal).
Kegiatan program pelayanan harian meliputi: pelayanan kesehatan
hewan secara rutin terhadap masyarakat baik untuk tujuan mencegah ataupun
mengobati berbagai kasus penyakit yang ada pada ternak ataupun hewan
kesayangan. Kegiatan pelayanan lain yang juga diberikan adalah berupa
pemeriksaan kebuntingan pada ternak, pelaksanaan Inseminasi Buatan serta
penanganan distokia apabila ada permintaan dari masyarakat.
3.4.2 Metode Pelayanan Puskeswan
Metode pelayanan kesehatan hewan yang dilaksanakan pada
Puskeswan Sidembunut, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bangli
meliputi pelayanan aktif, pelayanan semi aktif dan pelayanan pasif.
a. Pelayanan Aktif
Pelayanan aktif yang dilakukan pada Puskeswan Bangli yaitu petugas
terjun langsung kepada masyarakat untuk melakukan pelayanan kesehatan
hewan. Kegiatan ini lebih banyak berkaitan dengan program-program tahunan
yang sudah dipersiapkan oleh puskeswan. Jenis pelayanan kesehatan yang
diberikan dapat berupa pengobatan helminthiasis pada ternak dan vaksinasi
ternak atau hewan kesayangan.
b. Pelayanan Semi Aktif
Pelayanan semi aktif adalah bentuk pelayanan dimana petugas turun
ke lapangan menangani kasus penyakit apabila peternak melaporkan kepada
petugas Puskeswan. Pelayanan yang dimaksud dapat berupa pengobatan kasus
65
lxxix
penyakit ataupun pencegahan penyakit berupa vaksinasi serta pelayanan
medik reproduksi.
c. Pelayanan Pasif
Pelayanan pasif adalah bentuk pelayanan dimana pemilik
ternak/hewan datang sendiri ke Puskeswan dengan membawa ternak atau
hewan mereka untuk mendapat pelayanan kesehatan dari petugas Puskeswan
setempat. Pelayanan ini umumnya lebih banyak ditemukan pada hewan
kesayangan seperti anjing dan kucing untuk divaksin ataupun meminta surat
keterangan sehat. Selama melakukan praktek tidak melakukan pelayanan
pasif karena tidak ada pasien yang masuk untuk mendapatkan pelayanan.
3.4.3 Jenis Tindakan Puskeswan
Dalam rangka menjaga dan mempertahankan kesehatan ternak maka
puskeswan melakukan tugas mediknya yang meliputi tindakan promotif,
prefentif, kuratif, rehabilitatif dan pelayanan medik reproduksi.
a. Promotif
Promotif merupakan upaya untuk meningkatkan kesehatan ternak dari
kondisi yang ada. Promotif ini meliputi pemberian vitamin dan bahan aditif
kepada ternak. Selama melakukan kegiatan PKL penulis tidak sempat
melakukan kegiatan promotif.
b. Preventif
Preventif merupakan upaya mencegah hewan terkena penyakit seperti
melakukan vaksinasi. Selama penulis melakukan kegiatan PKL kegiatan
preventif yang dilakukan berupa vaksinasi masal Rabies pada anjing. Kegiatan
66
lxxx
vaksinasi ini merupakan program pelayanan tahunan Puskeswan. Vaksinasi
masal rabies yang diikuti penulis dilakukan disetiap desa-desa pada wilayah
kerja Puskeswan dengan jumlah anjing sebanyak 1.018 ekor namun yang
sempat dikerjakan penulis sebanyak 20 ekor (Tabel 10).
Tabel 10. Kegiatan vaksinasi Rabies yang diikuti penulis
Waktu
Pelaksanaan
Tempat
Vaksinasi
Nama
Vaksin
Dosis/ekor Jenis
HPR
Jumlah HPR
(ekor)
28/04/2014 Banjar pande Rabies 1 ml Anjing 105
29/04/2014 Br. Gonaksa Rabies 1 ml Anjing 151
30/04/2014 Br. Bukit Puri Rabies 1 ml Anjing 10
02/05/2014 Br. Sidembunut Rabies 1 ml Anjing 192
O7/05/2014 Br.Dajan Umah Rabies 1 ml Anjing 275
09/05/2014 Br. Landih Rabies 1 ml Anjing 172
10/05/2014 Br.Langkan Rabies 1 ml Anjing 113
Total 1.018 Sumber: Puskeswan Sidembunut, April 2014
Vaksinasi Rabies merupakan bagian pelayanan dari Puskeswan dan
menjadi program dari Pemerintah Provinsi Bali yang dijalankan setiap tahun,
karena sejauh ini Provinsi Bali merupakan daerah endemis Rabies. Vaksin yang
diberikan yaitu vaksin Biocan®
R dengan dosis yaitu 1 ml/ekor dengan
aplikasi subcutan khusus untuk anjing yang tidak berpemilik dan galak
maka pemberian vaksinya dengan cara disumpit.
Menurut Khairiyah (2011) rabies adalah penyakit anjing gila yang
menyerang susunan syaraf pusat, yang disebabkan oleh virus Lyssa dari
famili Rhabdoviridae. Lebih lanjut Sarosa (2005) menyatakan penyakit rabies
merupakan penyakit zoonosis yang sangat berpengaruh bagi kesehatan
masyarakat karena jika penyakit ini menyerang manusia dan tidak
67
lxxxi
mendapatkan perawatan medis dapat menyebabkan kematian. Penularan
penyakit rabies ini melalui luka gigitan. Pencegahan penyakit rabies ini
dengan melakukan vaksinasi dan melakukan eleminasi terhadap anjing liar
atau status kepemilikannya tidak jelas.
c. Kuratif
Kuratif merupakan upaya melakukan penyembuhan terhadap penyakit
menggunakan obat-obatan maupun secara tindakan medik bedah dan
tindakan lainya. Kegiatan pemberian obat yang diikuti penulis selama
melakukan kegiatan PKL yaitu pemberian analgesic-antipyretic dan
antibiotik serta vitamin pada sapi yang menunjukan gejala berupa cermin
hidung kering dan tidak mau makan serta tubuh terasa panas. Obat yang
digunakan berupa Novaldon dosis 3 cc, Vetoxy-LA dengan dosis 3 cc dan
vitamin B-kompleks dengan dosis 4 cc. Novaldon memiliki komposisi berupa
Methampiron 250 mg, Pyramidon 50 mg, Lidocaine 15 mg dengan indikasi
mengurangi rasa sakit dan menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Sedangkan
Vetoxy-LA kandunganya berupa Oxytetracycline 200 mg dan bahan pendukung
obat lainya, dengan indikasi untuk membunuh bakteri. Vitamin B-kompleks
dengan komposisi vitamin B1 2 mg, vitamin B2 2,74 mg, vitamin B6 2 mg,
vitamin B12 1 mg, Panthotenol 8,6 mg dan Nicotinamide 20 mg dengan
indikasi untuk memulihkan kesehatan dan stamina ternak.
Selain pengobatan pada ternak sapi juga dilakukan kastrasi pada anak
babi berumur 4 minggu sebanyak 4 ekor. Pelayanan kastrasi ini dilakukan
menggunakan metode semi aktif karena atas permintaan dari pemilik ternak.
68
lxxxii
Tindakan kastrasi ini bertujuan agar anak babi memiliki proses pertumbuhan
yang baik serta kualitas karkasnya bagus. Sesuai dengan pendapat
Prasetya (2012) kastrasi dilakukan untuk memperoleh pertumbuhan yang
cepat dan kualitas daging yang baik sehingga babi jantan perlu dilakukan
kastrasi. Kastrasi pada anak babi yang dilakukan penulis pada saat
melakukan PKL adalah kastrasi menggunakan metode tebuka. Prasetya (2012)
menyatakan bahwa kastrasi cara terbuka yaitu dengan cara melakukan
pembedahan untuk mengeluarkan testis yang kemudian dipotong. Prosedur
kastrasi yang dilakukan pada saat praktek adalah : 1) Anak babi diangkat dan
dipegang pada kedua kaki belakangnya. 2) Oleskan alkohol pada scrotum yang
akan disayat. 3) Sayat scrotum menggunakan silet hingga scrotum terbuka
kemudian dipencet hingga testis keluar. 4) Selanjutnya vasdeferens dijepit
menggunakan arteri klem setelah itu diikat menggunakan benang untuk
meligasi pembuluh darah dan selanjutnya dilakukan pemotongan pada kedua
saluran penggantung testis tersebut. 5) Setelah testis dikeluarkan dilakukan
penjahitan dengan metode jahitan terputus. 6) Luka bekas jahitan
selanjutnya diolesi dengan antiseptik betadine.
d. Rehabilitatif
Rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan pasca sakit yaitu
melakukan istirahat kandang, berobat jalan dan melakukan pemberiaan alat
bantu kesembuhan seperti pembalutan, fiksasi dan lain sebagainya. Kegiatan
rehabilitatif ini tidak sempat dilaksanakan karena tidak ada pasien yang masuk
dan dirawat di Puskeswan selama berlangsungnya kegiatan PKL.
69
lxxxiii
e. Pelayanan Medik Reproduksi
Pelayanan medik reproduksi berupa melakukan pemeriksaan kebuntingan,
melakukan inseminasi buatan, menolong kelahiran, serta pengobatan gangguan
reproduksi. Kegiatan pelayanan medik reproduksi ini tidak dilakukan selama
penulis melakukan praktik karena tidak ada permintaan dari masyarakat.
3.4.4 Prosedur Pelaporan Penyakit
Tindakan yang diambil jika terjadi wabah penyakit hewan menular, atas
dasar laporan dari masyarakat ke Puskeswan maka petugas Puskeswan akan
melaporkan ke Dinas Peternakan Kabupaten Bangli untuk diambil tindakan
pengendalian atau pemberantasan. Berdasarkan Peraturan Mentri Pertanian
Nomor : 64/Permentan/OT.140/9/2007 Kepala Puskeswan berdasarkan laporan
kejadian wabah atau penyakit hewan menular selanjutnya dalam waktu
1×24 jam segera menyampaikan laporan kepada Kepala Dinas Kabupaten
dengan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Provinsi dan Direktoral
Jendral Peternakan.
3.4.5 Kasus Kejadian Penyakit
Kejadian kasus penyakit yang sering terjadi di wilayah kerja Puskeswan
Kecamatan Bangli pada 5 desa yang merupakan daerah binaan wilayah
kerjanya dari tahun 2010-2012 adalah penyakit Hog Cholera, Colibacilosis,
Septicemia Epizootica (SE), Newcastle Disease, dan Helmintiasis (Tabel 11)
70
lxxxiv
Tabel 11. Kasus penyakit tahun 2010-2012 di wilayah kerja Puskeswan Sidembunut
No Jenis Penyakit Jumlah kasus
1 Hog cholera 27 2 Colibacilosis 357 3 Septicemia Epizootica 588 4 Newcastle Disease 15 5 Helminthiasis 82 Total 1.069
Berdasarkan tingkat kejadian kasus penyakit yang ada pada wilayah
kerja Puskeswan Sidembunut, ada beberapa penyakit yang endemis dengan
tingkat kejadian kasusnya tinggi seperti Septicemia Epizootica pada sapi dan
babi dan Colibacilosis pada ternak babi dan berbagai penyakit lainya sehingga
diperlukan penanganan yang serius. Dengan adanya program tahunan yang
dijalankan di Puskeswan yaitu melakukan vaksinasi secara rutin diharapkan
dapat mengurangi tingkat kejadian kasus penyakit.
Sumber : Puskeswan Sidembunut Kec. Bangli 2014
71
lxxxv
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapang (PKL) yang dilaksanakan pada
peternakan ayam pullet, babi, sapi potong dan di Puskeswan dapat disimpulkan
bahwa :
1. Secara umum manajemen pemeliharaan ternak ayam pullet di peternakan
mitra Bapak Wayan Budi sudah baik. Hal ini dapat dibuktikan dari kejadian
kasus penyakit yang menyerang peternakan ini tidak ada. Hal ini
disebabkan pada peternakan ini kegiatan vaksinasinya dilakukan secara
teratur selama periode pemeliharaan berlangsung.
2. Pada peternakan babi secara umum manajemen pemeliharaan yang
dilakukan sudah baik hal ini dapat dibuktikan dengan kasus kejadian
wabah penyakit yang menyerang peternakan ini tidak ada sehingga kasus
mortalitas yang disebabkan oleh penyakit tidak terjadi.
3. Pada peternakan sapi potong manajemen kesehatan, pemeliharaan, dan
pemberian pakan secara umum sudah diterapkan dengan baik hal ini
dibuktikan dengan, pada peternakan ini belum pernah terjadi wabah
penyakit yang endemis.
4. Secara umum pelayanan kesehatan hewan di wilayah kerja puskeswan
Sidembunut sudah cukup baik namun sebaiknya dioptimalkan lagi
terutama pencegahan penyakit Septicemia Epizootica pada sapi dan babi
72
lxxxvi
dan Colibacilosis pada ternak babi karena kasus kejadian penyakitnya
masih tinggi.
4.2 Saran
Setelah melaksanakan praktek kerja lapang penulis ingin menyampaikan
saran kepada peternak
1. Untuk peternakan ayam pulet ada beberapa hal yang masih dapat
dioptimalkan lagi seperti jumlah populasi pemeliharaan ternak ayam
sebaiknya disesuaikan dengan ukuran kandang agar ayam yang dipelihara
tidak melebihi kapasitas pemeliharaan yang seharusnya. Selain itu jumlah
pemberian pakan pada ayam fase starter dan grower sebaiknya disesuaikan
dengan standar kebutuhan normalnya.
2. Untuk peternakan babi beberapa hal yang masih dapat dioptimalkan lagi
adalah mengatur jarak waktu yang tepat antara inseminasi pertama dan
kedua pada ternak babi.
3. Untuk peternakan sapi potong sebaiknya limbah berupa feses yang
dihasilkan oleh ternak sapi perlu diolah dengan baik seperti pembuatan
pupuk sehingga memperoleh keuntungan tambahan.
4. Untuk Puskeswan penulis ingin menyarankan, agar lebih dioptimalkan
lagi pelayanannya mengenai pencegahan beberapa penyakit yang
kejadian kasusnya masih endemis.
73
lxxxvii
DAFTAR PUSTAKA
Ardana, I. B. (2008). Ternak Babi Manajemen Produksi, Reproduksi dan Penyakit. Udayana University Press : Denpasar Fadilah, R. (2013). Memaksimalkan Produksi Ayam Ras Petelur. Agromedia Pustaka : Jakarta
Feradis. (2010). Bioteknologi Reproduksi Pada Ternak. Alfabeta : Bandung
Fikar, S. dan Dadi Ruhyani (2010). Beternak dan Bisnis Sapi Potong. PT Agromedia Pustaka : Jakarta
Khairiyah. (2011). Zoonosis Dan Upaya Pencegahanya. Jurnal Litbang Pertanian, 30 (3), Sumatera Utara Krista, B. (2013). Jago Bisnis dan Beternak Ayam Kampung. AgroMedia Pustaka
: Bekasi
Luthan, F. (2011). Pedoman Penataan Usaha Budidaya Babi Ramah Lingkungan Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan
Mangisah, I.(2003). Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. http://eprints.undip.ac.id/21740/1/633-ki-fp-03. Pdf. Diakses 25 juli 2014
Muktiani. (2011). Sapi Potong. Pustaka Baru Press : Yogyakarta
Nastiti, R. (2013). Menjadi Milyader Budidaya Ayam Broiler. Pustaka Baru Pres : Yogyakarta
Nurcholis. (2009). Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Ras Petelur Periode Layer
Di Populer Farm Desa Kuncen. Mediagro VOL. 5 NO 2, 1-12
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 64/Permentan/OT.140/9/2007 Tentang Pedoman Pelayanan Pusat Kesehatan Hewan Prasetya, H. (2012). Beternak Babi. Pustaka Baru Press : Yogyakarta
Rukmana. (2009). Beternak Ayam Petelur Secara Intensif. Titian Ilmu : Bandung Sarosa, A. (2005). Penyakit Rabies di Indonesia dan Pengembangan Teknik
Diagnosisnya. Wartazoa Vol. 15 No 4 , 165-172
74
lxxxviii
Setyono, D. J. (2013). Sukses Meningkatkan Produksi Ayam Petelur. Penebar Swadaya : Bogor
Subronto. (2008). Ilmu penyakit ternak. Mamalia. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta Sudaryani, T. (1994). Teknik Vaksinasi dan Pengendalian Penyakit Ayam. Penebar Swadaya : Tangerang Sugeng, Y. B. (1992). Sapi Potong. PT. Penebar Swadaya : Jakarta
Sihombing. (1991). Ilmu Ternak Babi. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta
Syaifullah, H. (2013). Beternak Sapi Potong. Infra Pustaka : Tangerang Selatan Tabbu, C. R. (2000). Penyakit Ayam dan Penanggulanganya Penyakit Bakterial,
Mikal, dan Viral. Kanisius : Yogyakarta Tamalluddin, F. (2013). Bisnis Pembesaran Pullet. Penebar Swadaya: Tasikmalaya Wheindrata. (2013). Cara Mudah Untung Besar Dari Beternak Babi.
Lily : Surakarta
Yulianto, P. dan Cahyo Saparinto (2010). Pembesaran Sapi Potong Secara Intensif. Penebar Swadaya : Semarang
75