laporan praktikum
DESCRIPTION
Laporan PraktikumTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUMPEMBUATAN ETIL ASETAT DARI ALKOHOL DAN ASAM CUKA
Disusun oleh:
Nama: Amelia Pradita
Nim:1513038
Sekolah Tinggi Manajemen Industri
Jl. Letjen Suprapto No.26 – Cempaka Putih, Jakarta Pusat 10510
Telp : (021)42886064 Ext. 119, 115 dan 107
Fax : (021) 42888206
JUDUL PERCOBAAN
PEMBUATAN ETIL ASETAT DARI ALKOHOL DAN ASAM CUKA
PRINSIP PERCOBAAN
Reaksi Esterifikasi adalah Esterifikasi adalah reaksi pengubahan dari
suatu asam karboksilat dan alkohol menjadi suatu ester dengan menggunakan
katalis asam. Reaksi ini juga sering disebut esterifikasi Fischer. Ester adalah suatu
senyawa yang mengandung gugus -COOR dengan R dapat berbentuk alkil
maupun aril. Suatu ester dapat dibentuk dengan reaksi esterifikasi berkatalis asam.
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi yang bersifat bolak-balik (reversible).
Laju esterifikasi suatu asam karboksilat bergantung terutama pada
halangan sterik dalam alkohol dan asam karboksilatnya. Kuat asam dari asam
karboksilat hanya memainkan peranan kecil dalam pembentukan ester. Untuk
alasan sterik, urutan reaktivitas alkohol untuk reaksi esterifikasi adalah metanol >
alkohol 1º > alkohol 2º > alkohol 3º.
MAKSUD DAN TUJUAN
Untuk mengetahui pembuatan Etil Asetat dari Alkohol dan Asam Cuka.
Untuk memurnikan Etil Asetat dengan cara distilasi.
Untuk mengetahui sifat Fisika dan Kimia dari Etil Asetat.
Untuk mengetahui refreaksi dari Etil Asetat praktis.
REAKSI
CH3CH2OH + CH3COOH CH3COOC2H5 + H2O
Etanol + asam cuka etil asetat + air
LANDASAN TEORI
A. BAHAN BAKU
1. Alkohol
Alkohol merupakan senyawa karbon yang mengandung atom
oksigen berikatan tunggal, kedudukan atom oksigen didalam alkohol
serupa dengan kedudukan atom oksigen yang terikat pada atom hydrogen
dalam molekul air. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa struktur
alkohol sama dengan air, satu atom H pada air merupak gugus alkil pada
alkohol sedangkan struktur eter dikatan sama dengan struktur air. Struktur
kedua atom H pada air sama dengan struktur gugus alkil pada eter.
Gugus alkil pada alkohol dapat berbentuk alifatik atau siklik, akan
tetapi yang umumnya disebut alkohol adalah yang memiliki gugus alifatik.
Oleh karena itu, jika dihubungkan dengan suatu alkohol penamaan diganti
dengan HCl, dan nama umumnya menjadi alkanol.
Beberapa senyawa alkanol yang umumnya dikenal adalah sebagai berikut:
CH 3OH Metanol
CH 3−CH 2−OH Etanol
CH 3−CH 2−CH 2−OH Propana
CH 3 (CH 2 ) n−C Alkohol
Sifat pembuatan dan kegunaan Alkohol
a. Sifat Alkohol
Sifat fisis alcohol dengan massa molekul rendah berbeda dari
karbonnya yang bersesuaian. Alkohol merupakan zat yang relative bertitik
didih tinggi. Alkokol yang memiliki atom karbon kurang dari 5 buah
sekali larut karena gugus hidroksil pada alkohol bersifat polar.
Titik didih etanol (Mr 46) cukup tinggi dari propane (Mr 44). Hal ini
terjadi akibat kecenderungan molekul alkoholuntuk berantara satu sama
lain karena kepolarannya.
Sebagaimana halnya air pada etanol terdapat atom hydrogen dan oksigen
pada gugus hidroksil yang cenderung bermuatan negatif menarik atom
hydrogen yang cenderung bermuatan positif.
b. Sifat fisika Alkohol
Cairan tak berwarna
Mudah terbakar oleh udara
Tititk didih dan titik cairnya makin tinggi jika bobot
molekulnya makin besar
Makin banyak atom karbonnya makin tinggi bobot jenisnya
Pada suhu kamar alkohol suhu rendah berbentuk cairan yang
bersifat mobile suhu sedang berupa cairan kental sedangkan
suhu tinggi berbentuk padatan.
Kelarutan dalam air berkurang seiring dengan bertambahnya
panjang rantai karbon. Kelarutan alkohol berkaitan dengan
gugus OH yang bersifat polar sementara gugus alkil (R) non
polar.
c. Sifat kimia Alkohol
Dapat dioksidasi
Reaksi esterifikasi dengan asam menjadi ester
Mengalami reaksi subtitusi dan eliminasi
d. Oksidasi Alkohol
Jika alkohol primer dioksidasi maka terbentuknya alkana
(Aldehid) dan jika dioksidasi dilanjutkan maka akan terbentuk
asam karboksilat.
Jika alkohol yang kering (tidak mengandung air) direaksikan
dengan logam Na dan K terjadi persenyawaan baru disebut
alkanoat.
2 R−OH +2 Na →2 R−ONa+H 2
Bila alkanoat terkena air
R−ONa+H 2O →R−OH+NaOH
Gugus OH dan alkohol muda diganti dengan halogen, jika
alkohol direaksikan dengan fosforhalogenida.
Esterifikasi alkohol dapat berlangsung dengan berbagai macam
asam membentuk ester.
Contoh : jika alkohol direaksikan dengan asam terjadi ester.
Metanol dalam industri digunakan sebagai bahan baku
formaldehih, sebagai radiator anti beku dan pelarut seperti
vernish. Pada kendaraan bermotor metanol sering digunakan
untuk kendaraan mobil balap (racing), dan saat ini sedang diuji
untuk digunakan sebagai bahan bakar untuk kendaraan umum.
e. Kegunaan Alkohol
Untuk membuat minuman beralkohol (miras)
Bahan dasar untuk pembuatan polimer
Untuk bahan baku industri serat sintetis
Bahan dasar pembuatan zat pewarna dan kosmetik
Pelarut berbagai obat-obatan
Untuk sterilisasi
Untuk obat gosok (isopropil alcohol)
2. Asam Asetat (CH ¿¿3 COOH )¿
Asam asetat atau asam cuka adalah salah satu suku dari golongan
asam karboksilat. Asam cuka merupakan turunan dari asam alkanoat
(asam karboksilat jenuh). Asama alkanoat ini adalah asam-asam
karboksilat yang rantai alkalinya jenuh.
a. Pembuatan
Dengan mengoksidasi etanol atau etana
CH 3CH 2OH +O→ CH 3CHO+H 2 O
Etanol
CH 3CHO+O →CH 3 COOH
Etanol
b. Sifat fisika Asam Cuka
Berbentuk cairan, berbau menyengat, latut dalam air
Jika padatan akan mengkilat
Titik didih 118,5°C
Titik beku 16,7°C
c. Sifat kimia Asam Cuka
Bereaksi dengan basa akan membentuk garam
Garam-garam asetat larut dalam air kecuali Ag asetat
Ada 3 macam asam asetat yaitu asam asetron enceran, anhidrat
dan glacial
Sedikit terionisasi dengan air
Asam cuka termasuk produk antara alifatik yang penting, juga pada
fermentasi anggur menjadi cuka berlangsung suatu oksidasi ini adalah
metode tertua dalam pembuatan asam cuka dan hingga sekarang juga
masih digunakanuntuk mendapatkan cuka makanan. Etilen alkohol
dioksidasi secara enzimatis. Enzim yang juga disebut biokatalisator
didapatkan dari bakteri-bakteri khusus.
d. Kegunaan asam cuka
Sebagai pelarut zat organik
Sebagia pengasaman bahan makanan
Untuk membuat berbagai ester
Untuk membuat zat-zat warna dan propanol
B. BAHAN TAMBAHAN
1. Asam sulfat (H ¿¿2 SO 4)¿
Asam sulfat, H2SO4, merupakan asam mineral (anorganik) yang
kuat. Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat
mempunyai banyak kegunaan dan merupakan salah satu produk
utama industri kimia.
a. Sifat fisik (H ¿¿2 SO 4)¿
Cairan tidak berwarna dan berbau asam
Merusak kulit dan jaringan tubuh luka bakar yang serius
Higroskopis membentuk senyawa H 2 SO4 , H 2O , H2OSO4 .2 H2 O
Memperangsang zat-zat organik (kayu, kertas, gula)
b. Sifat kimia H 2 SO4
(H ¿¿2 SO4)¿ encer
H 2 SO4+Fe → Fe SO4+H 2
H 2 SO4encer tidak bereaksi dengan Bi, Hg, Cu, logam mulia
(H ¿¿2 SO 4)¿ pekat
2 H 2 SO4+Cu→ Cu SO4 + SO2+2 H2O
H 2 SO4pekat dalam keadaan panas akan mengoksidasi logam-
logam, sedangkan asam itu sendiri direduksi menjadi SO4
c. Kegunaan H 2 SO4
Pembuatan bahan peledak
Pembuatan pupuk
Industri zat organik seperti insektisida, selofan dan zat warna
C. PRODUK
1. Etil Asetat
Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus
CH3CH2OC(O)CH3. Senyawa ini merupakan ester dari etanol dan asam
asetat. Senyawa ini berwujud cairan tak berwarna, memiliki aroma
khas. Etil asetat disintesis melalui reaksi esterifikasi Fischer dari asam
asetat dan etanol dan hasilnya beraroma jeruk (perisa sintesis),
biasanya dalam sintesis disertai katalis asam seperti asam sulfat.
CH3CH2OH + CH3COOH → CH3COOCH2CH3 + H2O
a. Sifat fisik
Cairan tak berwarna dan mudah terbakar
Pada suhu tinggi akan berubah bentuk minyak dan lemak
Berbau khas (aroma buah-buahan)
Titik didihnya 77°C
Titik beku -84°C
b. Sifat kimia
Dapat dihidrolisis dengan air menjadi asam dan alkohol
Tidak bereaksi dengan logam dan PCl3
Bereaksi dengan basa membentuk glisentida
c. Kegunaan Etil Asetat
Etil Asetat digunakan sebagai pelarut dalam bahan cita rasa dan
parfume
METODE PROSES
Laju esterifikasi suatu asam karboksilat bergantung pada halangan sterik
dalam alkohol dan asam karboksilatnya. Kuat asam dari asam karboksilat hanya
memainkan peranan kecil dalam laju pembentukkan ester (Fessenden, 1982).
Salah satu metode dalam ilmu kimia untuk men-sintesis suatu senyawa, baik
organik maupun anorganik. Umumnya digunakan untuk mensistesis senyawa-
senyawa yang mudah menguap atau volatile. Pada kondisi ini jika dilakukan
pemanasan biasa maka pelarutakan menguap sebelum reaksi berjalan sampai
selesai. (Anonim, 2011).
Prinsip dari metode refluks adalah pelarut volatil yang digunakan akan
menguap pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga
pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan
turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi
berlangsung. Kondensor yang digunakan adalah pendingin bola, bukan pendingin
Liebig, tujuannya untuk menghalangi uap pelarut tetap ada. Apabila
menggunakan Liebig, kemungkinan senyawa yang akan disintesis tidakada
hasilnya, karena kesemuanya sudah menguap. (Anonim, 2011).
Distilasi (penyulingan) adalah proses pemisahan komponen dari suatu
campuran yang berupa larutan cair-cair berdasarkan perbedaan titik didihnya
dimana karakteristik dari campuran tersebut adalah mampu-campur dan mudah
menguap.
Macam-macam distilasi:
Distilasi Sederhana
Digunakan bila sample hanya mengandung satu komponen yang
mudah menguapkan zat tersebut lalu didinginkan melalui pendingin,
sehingga didapat cairan yang murni.
Distilasi Bertingkat
Digunakan untuk memisahkan senyawa cair yang zat pencampurnya
berupa zat pencampuran berupa zat cair yang titik didihnya rendah
dan tidak jauh dari titik didih seyawa yang dimurnikan.
Distilasi Uap
Digunakan untuk memurnikan senyawa yang tidak larut dalam air dan
memiliki titik didih yang tinggi tapi bersifat stabil dalam uap.
Distilasi Vacum
Digunakan untuk memurnikan zat dari campurannya yang mudah
terurai sebelum mencapai titik didihnya.dilakukan penurunan tekanan
untuk menentukan titik didihnya.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan
Dapat memisahkan zat dengan perbedaab titik didih yang tinggi
Produk yang dihasilkan benar-benar murni
Kekurangan
Hanya dapat memisahkan zat yang memiliki perbedaan titik didih
yang besar
Biaya penggunaan alat ini relatif mahal
DIAGRAM ALIR PROSES
Lapisan atas dimurnikan dengan jalan distilasi
lapisan yang terjadi dipisahkan lagi dengan corong pemisah
Lapisan ester cuka dikocok denganCaCl2exicatusmemisahkan
alkohol yang masih ada.
kedua lapisan cairan dipisahkan dengan corong pemisah
asam cuka dihilangkan dikocok dgn larutan soda 10%, hngga tidak memerahkan lakmus biru
Hasil distilat mengandung ester cuka,alkohol,asam cuka dan air.
Kecepatan tetesan harus sesuai dengan kecepatan hasil distilat
Jika sudah mencapai 140℃ teteskan perlahan campuran 80ml
alkohol dan 67ml asam cuka murni yg diisikan pada corong pemisah
Campuran di panaskan dalam oil bath pada suhu 140℃
Masukan 17ml alkohol dan 17ml asam sulfat kuat.
Lubang pertama masukan corong pemisah dan yg lainnya dimasukkan pipa yg ddihubungkan alat pendingin.
Labu alas bulat volume 0,5L diberi tutup gabus berlubang dua.
Fraksi yang diambil antara
77°C sampai 78°C.
Hitung presentase hasil praktis
dan teoritis.
ALAT DAN BAHAN
Bahan :
H2SO4 pekat
Asam cuka/asetat
CaCl2
Etanol
NaOH
Alat :
Statif
Termometer
Klem
Corong pemisah
Bunsen
Kaki tiga
Kassa
Cooler
Labu erlenmeyer
Alas gabus
Lab jack
Water bath
Tutup gabus
Labu distilasi
Oil bath
PROSEDUR
Suatu labu alas bulat bervolume 0,5 liter diberi tutup gabus yang
berlubang dua.
Dalam lubang pertama dimasukkan corong pemisah, sedang yang lainnya
dimasukkan sebuah pipa yang berhubungan dengan alat pendingin.
Labu diisi campuran 17 ml alkohol dan 17 ml asam sulfat kuat (dicampur
dengan hati-hati).
Kemudian labu dipanaskan dalam pemanass minyak (oil bath) pada
temperatur 140°C (termometer dimasukkan kedalam minyak).
Jika temperatur ini sudah dicapai maka diteteskan perlahan-lahan suatu
campuran 80ml alkohol dan 67 ml asam cuka murni yang sudah diisikan
dalam corong pemisah.
Kecepatan tetesan tersebut harus sesuai dengan kecepatan tetesan hasil
sulingan (distilat).
Hasil sulingan ini mengandung ester cuka alkohol, asam cuka (yang ikut
tersuling) dan air.
Dari hasil sulingan di atas asam cuka harus dihilangkan dahulu dengan
dikocok di dalam labu terbuka memakai larutan soda 10%, sedemikian
sehingga lapisan atas dari cairan tidak lagi memerahkan kertas lakmus
biru.
Kemudian kedua lapisan cairan yang terjadi dipisahkan dengan corong
pemisah.
Lapisan yang atas (yang mengandung ester cuka) dikocok dengan CaCl2
exicarus untuk memisahkan alkohol yang masi ada.
Kedua lapisan yang terjadi dipisahkan lagi dengan corong pemisah.
Lapisan atas dimurnikan dengan jalan distilasi.
Fraksi yang diambil antara 77°C sampai 78°C.
Hitung presentase hasil praktis dan teoritis.
Hasil praktis yang didapat ± 43 gram
RANGKAIAN ALAT
Gambar destilasi awal
Keterangan :
1. Statif
2. Termometer
3. Klem
4. Corong pemisah
5. Tutup gabus
6. Labu destilasi
7. Oil bath
8. Bunsen
9. Kaki tiga
10. Kassa
11. Cooler
12. Labu erlenmeyer
13. Alas gabus
14. Lab jack
Destilasi Akhir
Keterangan :
1. Statif
2. Klem
3. Termometer
4. Tutup gabus
5. Labu destilasi
6. Heater
7. Cooler
8. Erlenmeyer
9. Alas gabus
10. Lab jack
DATA PENGAMATAN
Data Pengamatan
Volume etil asetat = 17 ml
Mr alkohol = 46 gram/mol
Mr asam asetat = 60 gram/mol
Mr etil asetat = 88 gram/mol
Perhitungan
Diketahui : Volume alkohol = 17 ml + 80 ml = 97 ml
Volume H2SO4 = 17 ml
Volume asam asetat = 67 ml
Densitas alkohol = 0,79 gram/ml
Densitas asam asetat = 1,05 gram/ml
Massa alkohol = Densitas alkohol x Volume alkohol
= 0,79 gram/ml x 97 ml
= 76,63 gram
Mol alkohol = gramMr
= 76,63 gram
46 gram/mol = 1,665 mol
Massa asam asetat = Densitas asam asetat x Volume asam asetat
= 1,05 gram/ml x 67 ml
= 70,35 gram
Mol asam asetat = gramMr
= 70,35 gram60 gram /mol
=1,173 mol
CH3COOH + C2H5OH CH3COOC2H5 + H2O
Mula-mula 1,173 1,665 - -
Bereaksi x x x x
Seimbang 1.173–x 1,665 – x x x
K = [CH 3COOC 2 H 5 ] [ H 2O ][C 2 H 5OH ] [CH 3COOH ]
13 =
[ x ] [ x ][1,173−x ] [1,665−x ]
= 13 . [1,173-x].[1,665-x] = x2
= 0,6506 – 0.9467 x + 0,33x2 - x2 = 0
= -0,66x2 - 0,946x + 0,6506 = 0
= 0,66x2 + 0,946x – 0,6506 = 0
X1,2 = −b±√b2−4 ac2a
X1,2 = −0.946 ±√0.9462−4 (0,66)(−0.65 06)2(0.66)
X1 = 0,5076 X2 = -1,940
Secara Teoritis :
Massa Etil Asetat = 0,5076 mol x 88 gr
mol= 44,6688 gram
Secara Praktis :
Massa labu erlenmeyer + etil asetat = 117,27 gram
Massa labu erlenmeyer kosong = 85,36 gram
Massa etil asetat = 31,91 gram
% Rendemen etil asetat :
= Massaetil asetat praktisMassa etil asetat teoritis x100%
= 31,91 gram
44,6688 gram x 100%
= 71,44 %
Volume asam asetat praktis = 35 ml
Densitas asam asetat = 31,91 gram
35 ml = 0,912 gram/ml
PEMBAHASAN
Pada percobaan ini campuran alkohol , asam asetat berlebih dan sejumlah
kecil asam sulfat pekat sebagai katalis, reaksi yakni dengan mendidihkan
campuran, lalu mengkondensasi uap dengan pendingin air dan kembali menguap
ke labu reaksi dengan penambahan katalis asam sulfat untuk mempercepat reaksi,
reaksi dilakukan pada suhu tinggi 140oC yang disesuaikan dengan titik didih
reaksi campuran. Campuran 17 ml alkohol dengan 17 ml H2SO4 di dalam labu
destilasi di destilasi dengan campuran 67 ml asam asetat dengan 80 ml etanol pure
absolute di dalam corong pemisah menghasilkan 100 ml cairan yang mengandung
ester cuka alkohol, asam cuka dan air.Katalis asam sulfat dapat menghambat
hidrolisis.Terjadi perubahan warna pada hasil destilasi dari berwarna bening
menjadi warna bening seharusnya tapi pada kenyataannya kekuning-kuningan,
akibat labu destilasi kotor.
Volume etil asetat yang diperoleh berkuran disebabkan, dimana volume
yang diperoleh lebih kecil dibandingkan volume awal. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu :
- Kemungkinan pada saat proses , ester masih tersisa pada labu didih
yang tercampur pada asam asam.
- Reaksi esterifikasi merupakan reaksi reversibel dan berjalan
lambat.
- Sehingga rendemen yang diperoleh dari percobaan ini adalah
98,07%. Sebenarnya hal ini sudah bagus, hanya saja bila ingin
mendapatkan hasil yang lebih maksimum hal tersebut dapat dicapai
yaitu suhu operasi harus pada suhu optimum dan dijaga konstan
Pada percobaan pembuatan etil etanoat ini, mula-mula gugus karbonil
asam asetat diprotonasi oleh katalis asam (gugus H+).Dimana pada percobaan ini
di gunakan H2SO4 pekat sebagai katalis.Tampak bahwa penambahan katalis
dilakukan secara perlahan-lahan sambil didinginkan dan dikocok.Penambahan
perlahan-lahan asam ini bertujuan agar campuran cepat homogen dan untuk
menghindari terjadinya degradasi campuran beraksi (asam asetat dengan etanol),
kemudian juga bertujuan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan
(misalnya H2SO4 menguap), mengingat bahwa sifat reaksi H2SO4 yang eksoterm.
Proses protonasi sangat dibutuhkan dalam reaksi ini, karena dapat
menaikan muatan positif pada atom karbon karbonil. Karena tanpa adanya H+,
oksigen yang terikat pada C karbonil memiliki keelektornegatifan yang besar
sehingga adanya efek imbas indeks dapat menyebabkan C karbonil berkurang
keelektronegatifannya karena O akan cenderung memberikan elektoronegatifan.
Akan tetapi dengan adanya prtonasi pada oksigen karbonil menyebabkan oksigen
lebih cenderung memberikan elektron pada H+ sehingga muatan positif dari
karbon karbonil meningkat dan menyebabkan keadaan yang baik penyerangan
nukleofilik.Dimana yang bertindak sebagai gugus nukleofilik di sini adalah gugus
OH dari etanol. Gugus OH merupakan gugus masuk yang baik sehingga akan
menyerang karbon karbonil pada asam asetat yang telah terprotonasi.
Pada tahap ini terjadi adisi nukloefilik, yakni gugus OH (pada etanol)
kemudian terjadi ikatan C-O yang baru atau ikatan ester baru.Setelah adisi
nukleofilik maka reaksi dilanjutkan dengan deprotonasi/penghilangan gugus H+
pada ikatan ekster yang baru. Deprotonasi ini dilakukan dengan tujuan untuk
membentuk ikatan C-O yang stabil
Karena digunakan katalis asam dari reaksi akan terbentuk kembali H+. hal
ini memberikan peluang untuk terjadinya protonasi. Protonasi ini sangat di
butuhkan karena melihat bahwa OH pada gugus asam asetat merupakan gugus
pergi yang jelek karna OH memiliki keelektonegatifan sehingga kemampuan
untuk terikat pada C yang parsial (+) sangat besar (karena adanya perbedaan
momen dipol menyebabkan OH enggan pergi).Untuk itu dibutuhkan protonasi
hingga terbentuk +OH2 yang merupakan gugus pergi yang baik.
Pada tahap akhir dari reaksi ini adalah lepasnya air dan putusnya ikatan C-
O.akan tetapi karena reaksi ini merupakan kesetimbangan maka air yang
dilepaskan akan menyerang kembali gugus karbonil yang terprotonasi. Ester yang
dihasilkan (yang berprotonasi) akan melepaskan protonnya dan membentuk etil
asetat/etil etanoat sebagai produk akhir.
Reaksi di atas merupakan reaksi reversibel atau reaksi kesetimbangan.
Sehingga untuk mendapatkan produk yang besar maka kesetimbangan harus
digeser ke kanan, dengan menambahkan alkohol berlebihan. Akan tetapi, ada efek
dari penambahan alkohol berlebih karena reaksi akan mengalami trans-esterifikasi
yakni akan menghasilkan hasil samping selain produk induk.
Hal yang sama juga terjadi pada pembuatan etil etanoat karena kita
menggunakan alkohol berlebih maka kemungkinan untuk bereaksi dengan katalis
asam sangat besar. Akibatnya, etanol akan bereaksi dengan katalis asam sangat
besar. Akibatnya, etanol akan bereaksi dengan H2SO4 (sebagai katalis)
membentuk hasil samping berupa dietil eter.
Pada pembuatan etil asetat ini, campuran (etanol + asam asetat + H2SO4)
terlebih dahulu direfluks. Refluks ini adalah proses penambahan panas pada suatu
larutan sehingga dapat meningkatkan energi aktivitas. Proses refluks ini bertujuan
menghomogenkan larutan. Selain itu refluks juga berfungsi untuk memutuskan
ikatan rangkap dari karbon karbonil dengan oksigen (C–O) sehingga akan
memudahkan gugus OH (sebagai Nu-) untuk menyerang karbon karbonil. Dengan
kata lain produk etil asetat yang diinginkan dapat diperoleh dalam jumlah besar.
Setelah direfluks maka dilanjutkan dengan destilasi hingga diperoleh 2/3 dari
volume sebelumnya. Proses destilasi ini bertujuan memisahkan etil etanoat (etil
asetat) dengan air atau dengan kata lain untuk mendapatkan etil asetat murni.
Karena produk lain dari reaksi esterifikasi adalah H2O yang dapat dipisahkan
dengan destilat karena antara air dan etil asetat memiliki perbedaan titik didih
(air :1000C sedangkan etil asetat : 770C). Sehingga destilat (memiliki titik didih
rendah akan keluar terlebih dahulu) adalah etil etanoat (etil asetat).
Destilat, kemudian ditambahkan natrium karbonat 30%
(Na2CO3).Penambahan ini dimaksudkan untuk mengekstraksi asam sisa dalam
larutan etil asetat karena Na2CO3 memiliki kemampuan untuk mengekstrak asam
sisa menghasilkan garam natrium yang larut dalam air.Dari hasil percobaan
terlihat bahwa garam natrium yang larut dalam air ini berada pada lapisan bawah
sedangkan senyawa-senyawa organik berada pada lapisan atas. Pembentukan 2
lapisan ini disebabkan oleh adanya perbedaan massa jenis, dimana garam natrium
yang larut dalam air memiliki massa jenis yang lebih besar daripada senyawa
organik yang terbentuk. Selain itu, kepolaran juga sangat mempengaruhi
terjadinya pemisahan lapisan ini, dimana garam natrium dalam air ini bersifat
polar sedangkan senyawa-senyawa organik yang dihasilkan (etil asetat dan dietil
eter) bersifat non polar. Berdasarkan sifat kelarutannya, senyawa polar tidak akan
larut dalam pelarut non polar dan begitu pula sebaliknya, pelarut polar tidak dapat
melarutkan senyawa non polar.
Perlakuan selanjutnya adalah penambahan larutan kalsium klorida (CaCl2)
ke dalam larutan yang diperoleh. Penambahan larutan ini bertujuan agar ion Ca2+
dapat menarik ion-ion karbonat yang ditambahkan sebelumnya, sehingga
membentuk garam CaCl2 dan CaCO3, yang juga dapat dengan mudah dipisahkan
dengan produk yang diinginkan karena CaCl2 dan CaCO3 membentuk endapan
yang berada di dasar wadah karena memiliki massa jenis yang lebih besar dari
produk yang diinginkan. Kemudian setelah lapisan atas dipisahkan, maka
ditambahkan kalsium klorida anhidrous.Penambahan ini bertujuan agar ion-ion
karbonat yang masih ada dalam larutan dapat ditarik oleh adanya ion
Ca2+.Sehingga diharapkan dengan penambahan CaCl2 anhidrous dapat diperoleh
larutan yang benar-benar murni.Setelah penambahan kalsium klorida anhidrous
maka dilanjutkan dengan penutupan larutan.Hal ini dilakukan agar larutan yang
kita peroleh tidak banyak menguap, mengingat bahwa sifat dari etil asetat adalah
mudah menguap.Sedangkan untuk perlakuan, dimana larutan didiamkan dengan
tujuan agar mempercepat terbentuknya endapan CaCl2.
Proses destilasi ini menghasilkan etil asetat murni yang ditampung pada
erlenmeyer sedangkan air tetap tertinggal dalam labu alas bulat. Untuk itu, dalam
percobaan ini proses destilasi digunakan untuk memisahkan dietil eter (sebagai
hasil samping) dengan etil asetat yang diinginkan, berdasarkan perbedaan titik
didih kedua senyawa tersebut. Karena titik didih dietil eter lebih kecil yakni 350C
– 400C sedangkan titik didih etil asetat adalah 740C – 770C, sehingga yang keluar
sebagai destilat yang ditampung sebagai produk yang diinginkan ditampung pada
suhu 770C – 780C, yakni destilat etil asetat (etil etanoat).
KESIMPULAN
Etil asetat dapat dihasilkan dengan campuran etanol dan asam asetat
dengan reaksi esterifikasi dan metode distilasi sederhana.
Hasil rendemen yang didapatkan tidak sesuai dengan yang
diharapkan dan hasil rendemennya yaitu 71,44%
TUGAS
1. Analisa kesalahan 5!
Pemasangan corong pemisah yang terlalu tinggi, sehingga
campuran pada corong pemisah sempat tidak bereaksi dengan
larutan yang terdapat pada alas bulat.
Gabus penutup tidak rapat menutup tabung
Labu distilasi kotor
Pada saat distilasi suhu di heat elektrik terlalu panas sehingga
menyebabkan larutan yang didistilasi menyembur ke luar labu
distilasi.
Peralatan yang kotor
2. Mekanisme reaksi pembentukan etil asetat
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, D. Fessenden. 1995. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta : Erlangga
http://www.scribd.com/doc/190234883/LAPORAN-Pembuatan-Etil-
Asetat-Melalui-Reaksi-Esterifikasi. Diakses Mei 2014
http://id,wikipwdia.org/wiki/Alkohol. Diakses Maret 2015
http://id,wikipwdia.org/wiki/Asam_Asetat Diakses Maret 2015
http://id,wikipwdia.org/wiki/asam_sulfat Diakses Maret 2015
http://id.wikipedia.org/wiki/Etil_asetat Diakses Maret 2015
Sunjaya, Achyar . 1983. Ilmu Kimia Jilid 1. Bandung: M25
“Modul Praktikum Kimia Organik”. Jakarta: Universitas Muhamadiyah
Jakarta.