laporan praktikum botani 3 (repaired) (repaired) ready
DESCRIPTION
praktikum 3TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Protoplas merupakan sebagai suatu hasil isolasi sel, yang sudah tidak
mempunyai dinding sel lagi, mengandung selulosa dan pektin. Isolasi
protoplas pertama kali dimulai oleh Klecker pada tahun 1892 secara
mekanik menggunakan daun Stratiotes aloides yang terlebih dulu
diplasmolisa, kemudian diiris tipis, dimasukkan dalam media cair, sehingga
protoplas ada yang terlepas ke dalam medium Isolasi protoplas yang rendah,
banyak mengandung vakuola dan sel yang dihasilkan tidak bersifat
meristematik (Hidayat, 1995)
Protoplas dinyatakan, bahwa suatu sel dikatakan mati apabila di dalam
lumen sel itu tidak terkandung lagi protoplas. di dalam protoplas terkandung
protoplasma yaitu zat-zat kehidupan. dengan demikian maka “benda-benda
dalam sel yang non protoplasmik” berarti benda-benda tanpa zat kehidupan,
yang artinya benda mati. Benda-benda mati yang terdapat dalam sel-sel
tumbuhan disebut benda ergastik. komponen non protoplasmik, berdasarkan
sifatnya dapat dibedakan menjadi cair dan padat. Komponen non
protoplasmik (benda ergastik) yang bersifat cair itu terdapat di dalam
vakuola dan komponen non protoplasmik (benda ergastik) yang lazimnya
berbentuk butiran padat kristal Ca-Oksalat, kristal anorganik, butir amilum
dan aleuron (Hidayat, 1995).
Benda-benda non protoplasmik atau benda-benda mati ini dalam sel
ini dibentuk oleh plastida-plastida, diantaranya oleh amiloplas dan
kloroplas. lazimnya menghidupkan tepung-tepung yang dibentuk oleh
kloroplas disebut tepung asimilasi terdapat dalam sel-sel daun, sedangkan
yang dibentuk oleh amiloplas disebut tepung cadangan yang tedapat dalam
alat-alat penyimpanan makanan, seperti halnya pada akar-akar, umbi biji
dan lain-lain. Kadar tepung kadang-kadang mencapai tingkat yang tinggi,
sekitar 20% dari berat keseluruhan bahkan dalam biji-bijian kadang-kadang
dapat mencapai sekitar 70% dari berat biji segar (Sutrian, 2004).
2
Pada tumbuh-tumbuhan biasanya terdapat protein aktif dan protein
pasif. Yang dimaksud dengan protein aktif adalah protein-protein
pembentuk protoplasma, sedangkan protein pasif adalah protein makanan
cadangan. Pada hakikatnya protein pasif ini adalah benda nonprotoplasmik
(ergastic subtance atau benda-benda mati) yang ditemukan dalam vakuola-
vakuola sebagai protein amorf ataupun sebagai kristal. Kedua-duanya lazim
terdapat bersama-sama sebagai butir-butir aleuron yang merupakan benda-
benda mati. Benda-benda mati ini lazimnya terdapat dalam benda padat
endosperm, perisperm, atau embrio dari biji-bijian (Sutrian, 2004).
I.2. Maksud dan Tujuan
I.2.1. Maksud
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan mengidentifikasi benda-benda
ergastik dan membedakan jenis-jenisnya
2. Mahasiswa mampu mengamati dan mengenali jenis-jenis benda
ergastik pada sampel yang diuji cobakan
I.2.2. Tujuan
1. Untuk mengamati struktur benda-benda ergastik.
2. Untuk mengidentifikasi jenis-jenis dari benda ergastik.
I.2.3. Prinsip Percobaan
Prinsip yang digunakan pada percobaan adalah mengemati
benda-benda ergastik pada tanaman tertentu berdasarkan hasil
pengamatan langsung menggunakan mikroskop
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Teori Umum
Benda-benda ergastik merupakan bahan nonprotoplasmic, baik
organik maupun anorganik, sebagai hasil metabolisme yang berfungsi untuk
memelihara, mempertahankan struktur sel, dan juga sebagai penyimpan
cadangan makanan, yang terdapat di bagian dinding sel, sitoplasma, maupun
di vakuola (Priyandoko, 2004)
Di dalam sel-sel makhluk hidup khususnya sel tumbuhan selain
banyak dijumpai adanya benda-benda protoplasmik (hidup) juga terdapat
benda-benda nonprotoplasmik (tak hidup) atau disebut benda ergastik.
Benda-benda ini terdiri dari substansi yang bersifat cair maupun padat dan
merupakan hasil dari metabolism sel. Adapun benda ergastik yang bersifat
padat adalah amilum, aleuron, kristal Ca-oksalat, kristal kersik, sistolit, dll.
Sedang benda ergastik yang bersifat cair atau lendir dari hasil tambahan
metabolisme yang bersifat organik atau anorganik terdapat di dalam cairan
sel berupa zat-zat yang larut di dalamnya, antara lain asam organik,
karbohidrat, protein, lemak, gum, lateks tanin, antosian alkaloid, minyak
eteris atau minyak atsiri dan hars, yang ditemukan dalam sitoplasma atau
dalam vakuola Zat yang terlarut di dalam cairan sel berbeda-beda untuk
setiap sel, bahkan dalam sebuah sel komposisi zat yang terlarut di masing-
masing vakuola mungkin berbeda satu sama lain (Purnobasuki, 2011)
Jenis-jenis Benda Ergastik (Purnobasuki, 2011):
1. Pati
Amilum (pati) merupakan butir-butir tepung yang dapat disimpan
sebagai cadangan makanan. Pada setiap jenis tumbuhan, butir amilum
mempunyai bentuk dan susunan tertentu, namun pada umumnya
berbentuk bundar atau lonjong. Adanya perbedaan bentuk dan susunan
butir amilum ini karena adanya hilus (titik permulaan terbentuknya butir
tepung) di setiap butir tepung. Berdasarkan letak hilus, butir amilum
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (a) amilum yang konsentris (hilus
terletak di tengah); (b) eksentris (hilus terletak di tepi). Sedang
4
berdasarkan jumlah hilus dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: (a)
monoadelph (hilus hanya satu); (b) diadelph atau setengah majemuk
(hilus berjumlah dua yang masing-masing dikelilingi oleh lamela); dan
(c) poliadelph/majemuk (hilus berjumlah banyak dan tiap hilus
dikelilingi oleh lamela). Bila jumlahnya sampai berdesakan dalam sel,
maka sisi-sisinya membentuk sudut. Pada beberapa tumbuhan seperti
jagung dan padi, butir amilum majemuk. Ukuran butir amilum bervariasi.
Pada pati kentang misalnya garis tengahnya antara 70-100 mm, pada
jagung 12-18 mm.
Dalam amilum terdapat lamela-lamela yang mengelilingi hilus.
Adanya lamela-lamela ini disebabkan karena waktu pembentukan
amilum, tiap lapisan berbeda kadar airnya sehingga indeks pembiasannya
berbeda. Lamela-lamela ini akan hilang apabila dibubuhi alkohol keras,
sebab air akan diserap oleh alkohol sehingga indeks pembiasannya
menjadi sama.
Dibagian tengah amilum kadang-kadang tampak seperti terkerat,
peristiwa ini disebut korosi. Hal ini biasa terjadi pada butir-butir amilum
dalam biji yang sedang berkecambah. Sedang peristiwa retak di bagian
tengah butir amilum dikarenakan kepekatan di bagian tengah butir
amilum berkurang.
2. Aleuron
Di tempat penyimpanan makanan cadangan (misalnya biji) selain
amilum terdapat juga protein. Pada waktu biji masih muda, terdapat
vakuola berukuran kecil dan berjumlah banyak. Menjelang biji menjadi
tua, vakuola menjadi dan besar. Setelah biji mengering, air dalam
vakuola menjadi semakin sedikit sehingga konsentrasi zat-zat terlarut di
dalamnya (protein, garam dan lemak) semakin besar. Karena peristiwa
pengeringan ini maka vakuola pecah menjadi beberapa vakuola kecil-
kecil yang berisi protein, garam dan lemak. Kemudian zat-zat tersebut
akan mengkristal. Vakuola yang berisi kristal ini disebut aleuron.
Sebuah aleuron berisi sebuah atau lebih kristaloid putih telur dan
sebuah atau beberapa globoid yaitu bulatan kecil yang tersusun oleh zat
5
fitin (garam Ca- dan Mg- dari asam meseinesit hexafosfor). Butir aleuron
dalam endosperm biji jarak (Ricinus communis) mengandung globoid
yang terdiri atas garam magnesium dan kalsium dari asam inositol fosfat
serta kristaloid. Disamping itu masih terdapat zat putih telur yang amorf
(yang bila ditetesi larutan Jodium berwarna kuning coklat).
Pada biji padi dan jagung, butir-butir aleuron terdapat di dalam sel-
sel jaringan endosperm yang letaknya paling luar. Lapisan ini disebut
lapisan aleuron. Lapisan ini biasanya akan terbuang bila mencuci beras
terlalu bersih sebelum dimasak. Pada biji jarak, butir aleuron letaknya
tersebar dan berukuran besar.
3. Kristal
Kristal merupakan hasil tambahan yang terjadi pada berbagai
proses metabolisme. Yang paling sering ditemukan adalah kristal garam
kalsium, terutama Ca-oksalat (kalsium oksalat). Kristal Ca-oksalat
merupakan hasil akhir atau hasil sekresi dari suatu pertukaran zat yang
terjadi di dalam sitoplasma. Ada yang menduga bahwa asam oksalat
bebas merupakan racun bagi tumbuhan karenanya diendapkan berupa
garam Ca-oksalat. Kristal ini terdapat di dalam plasma atau vakuola sel
dan larut dalam asam kuat (HCl dan H2SO4). Bentuk dari kristal Ca-
oksalat bermacam-macam, ada yang berupa kristal panjang, jika padat
serta ditemukan sendiri-sendiri disebut stiloid; kristal tunggal besar (daun
Citrus sp); kecil berbebntuk prisma kecil seperti pasir (tangkai daun
Amaranthus); jarum/rafida (daun Ananas commosus, daun Mirabilis
jalapa, batang dan akar Alöe sp); bintang/roset (= majemuk)
terdapat pada daun Datura metel, sisik, pyramid; Kristal majemuk dan
terhimpun dalam kelompok bulat disebut drus; dan sebagainya (Gambar
15 dan 17). Kristal dapat ditemukan dalam sel yang sama rupanya
dengan sel sekelilingnya, atau terdapat dalam sel yang khusus, berbeda
dari sel lainnya dan disebut idioblas.
6
4. Minyak Etheris
Minyak dan lemak termasuk lipida serta senyawa lain yang bersifat
lemak seperti malam, suberin dan kutin juga merupakan zat ergastik. Zat-
zat itu langsung dibentuk oleh sitoplasma dan elaioplas. Pada biji, embrio
dan sel meristematik umum terdapat bahan cadangan seperti minyak dan
lemak.
5. Sistolit
Garam silika sering ditemukan pada dinding sel seperti pada
rumput-rumputan, namun dapat ditemukan pula di dalam sel. Sistolit
bentuk lain dari ergastik yang merupakan tonjolan dinding sel kearah
lumen yang mengandung kalsium karbonat. Sel yang berisi sistolit
disebut litosist.
II.2. Uraian Tanaman
II.2.1. Kentang (Solanum tuberosum)
1. Klasifikasi tanaman (Sharma, 2002)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum tuberosum L
2. Morfologi tanaman Kentang (Solanum tuberosum)
Kentang merupakan tanaman sayuran semusim, berumur
pendek kurang lebih hanya 90-180 hari dan berbentuk perdu
atau semak bervariasi sesuai varietasnya. Kentang merupakan
7
tanaman ubi-ubian dan tergolong tanaman setahun. Bentuk
Kentang sesungguhnya menyemak dan bersifat menjalar.
Batangnya berbentuk segi empat, panjangnya mencapai 50-120
cm dan tidak berkayu. Batang dan daunnya berwarna hijau
kemerah-merahan atau bewarna ungu. Selain itu, Kentang juga
memiliki organ umbi. Umbi tersebut berasal dari cabang
samping yang masuk ke dalam tanah. Cabang ini merupakan
tempat penyimpanan karbohidrat sehingga membengkak dan
bisa dimakan. Umbi bisa mengeluarkan tunas dan nantinya akan
membentuk cabang-cabang baru (Samadi, 1997)
3. Kandungan Kimia
Kentang mengandung mineral natrium dengan kadar
alkalin yang cukup tinggi dan dapat berfungsi untuk
meningkatkan pH yang terlalu asam di dalam tubuh. Hal ini
akan membuat aktivitas hati menjadi lebih baik, jaringan
menjadi elastis, dan otot menjadi lentur. Juga menghasilkan
keluwesan tubuh dan berguna untuk proses peremajaan. Selain
itu, baik untuk pengobatan jantung dan dapat pula digunakan
untuk pengobatan catarrhal (penyakit hidung tenggorokan yang
menyebabkan hidung selalu beringus). Kandungan protease
inhibitornya yang tinggi dapat menetralkan virus-virus tertentu
dan menghambat serangan kanker (Hidayah, 2009).
4. Khasiat dan kegunaan Kentang
Khasiat Kentang (Imran, 2011):
1. Kentang masih banyak mengandung vitamin C, niasin, dan
vitamin B1
2. Kentang sangat baik dikonsumsi orang penderita diabetes
3. Kentang baik dikonsumsi orang yang mengikuti program diet
4. Kentang mengandung mineral natrium dengan kadar alkalin
yang cukup tinggi
5. Ketang bermanfaat menetralisir asam urat dalam darah
8
6. Mengobati penyakit ginjal, jantung, dan dapat mengurangi
lendir pada tenggorokan dan hidung
Kentang salah satu pangan utama dunia setelah padi,
gandum dan jagung yang dapat dijadikan sumber karbohidrat
dan mempunyai potensi dalam program diversifikasi pangan.
Kentang dapat diolah menjadi makanan ringan seperti keripik,
dodol, donat, dan perkedel. Kentang juga berperan sebagai
sumber nutrisi karena mengandung vitamin B, C dan sejumlah
vitamin A (Imran, 2011).
II.2.2. Beras (Oryza sativa)
1. Klasifikasi tanaman (Tjitrosoepomo, 1994)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotil
Ordo : Glumiflorae
Famili : Gramineae
Genus : Oryza
Spesies : Oryza sativa L.
2. Morfologi Beras (Oryza sativa)
Padi termasuk dalam keluarga padi-padian atau Poaceae
(Graminae). Padi termasuk terna semusim, berakar serabut,
batang sangat pendek, struktur serupa batang terbentuk dari
rangkaian pelepah daun yang saling menopang, daun sempurna
dengan pelepah tegak, daun berbentuk lanset, warna hijau muda
hingga hijau tua, berurat daun sejajar, tertutupi oleh rambut
9
yang pendek dan jarang, bunga tersusun majemuk, tipe malai
bercabang, satuan bunga disebut floret, yang terletak pada satu
spikelet yang duduk pada panikula, buah tipe bulir atau
kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah dan bijinya,
bentuk hampir bulat hingga lonjong, ukuran 3 mm hingga 15
mm, tertutup oleh palea dan lemma yang 8 dalam bahasa sehari-
hari disebut sekam, struktur dominan adalah endospermium
yang dimakan orang (Aak, 1995).
3. Kandungan kimia
Komposisi kimia beras berbeda-beda bergantung pada
varietas dan cara pengolahannya. Selain sebagai sumber energi
dan protein, beras juga mengandung berbagai unsur mineral dan
vitamin. Sebagian besar karbohidrat beras adalah pati (85-90 %)
dan sebagian kecil adalah pentosa, selulosa, hemiselulosa, dan
gula. Dengan demikian, sifat fisikokimia beras ditentukan oleh
sifat-sifat fisikokimia patinya (Astawan, 2004)
II.2.3. Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
1. Klasifikasi (Heyne, 1987)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Convolvulales
Famili : Convolvulaceae
Genus : Ipomea
Species : Ipomea batatas
10
2. Morfologi Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
Ubi jalar merupakan tanaman pangan, berupa herba
menahun, menjalar dengan panjang mencapai 5 meter,
menyukai daerah tropis. Daun bulat telur, pangkal seperti
jantung, ujung runcing, tidak berbulu, lubak, hijau sampai ungu,
lebar 5-15 cm, panjang tangkai 5-30 cm, letak spiral. Bunga
ungu muda, bentuk corong. Buah diameternya 8 mm, tidak
berbulu, berbiji empat dengan warna hitam, bersudut, dan
panjang 3 mm. Umbi berwarna putih, ungu, kuning, orange
dengan kulit putih atau ungu. Perbanyakan dengan stek batang,
umbi dan biji (Tim Penyusun Kamus, 2005).
3. Kandungan Kimia
Komposisi ubi jalar sangat tergantung pada varietas dan
tingkat kematangan serta lama penyimpanan. Karbohidrat dalam
ubi jalar terdiri dari monosakarida, oligosakarida, dan
polisakarida. Ubi jalar mengandung sekitar 16-40 % bahan
kering dan sekitar 70-90% dari bahan kering ini adalah
karbohidrat yang terdiri dari pati, gula, selulosa, hemiselulosa,
dan pektin (Meyer, 1982)
4. Khasiat dan kegunaan
Serat makanan pada pepaya berperan penting dalam proses
pencernaan, mempercepat waktu cerna makanan dalam usus
besar, memperbesar volume feses, menurunkan kadar gula
dalam darah, memperlambat rasa lapar, dan melindungi usus
dari gangguan kanker (Marsono, 1995)
11
II.2.4. Jarak (Ricinus communis)
1. Klasifikasi tanaman (Cronquist, 1981)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotiyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Ricinus
Spesies : Ricinus communis L.
2. Morfologi Jarak (Ricinus communis)
Tanaman jarak merupakan perdu atau pohon kecil yang
mempunyai tinggi 1–5 meter. Tanaman ini memiliki batang
yang bulat atau silindris, licin, berongga, berbuku-buku jelas
dengan tanda bekas tangkai daun yang lepas dan keseluruhan
batangnya berwarna hijau kemerah-merahan. Bila batangnya
terluka, maka akan mengeluarkan getah putih yang kental dan
agak keruh. Daun jarak berbentuk jantung atau bulat telur
melebar dengan panjang dan lebar hampir sama yaitu sekitar 5-
15 cm. Helai daun bertoreh, berlekuk bersudut 3 atau 5. Pangkal
daun berlekuk dan ujungnya meruncing. Tulang daun menjari
dengan 7–9 tulang utama. Tangkai daun panjang, sekitar 4-15
cm. Daun jarak merupakan daun tunggal dengan pertumbuhan
daun yang berseling, bangun daun bulat dengan diameter 10-40
cm, menjari 7-9, ujung daunnya runcing dengan tepi yang
bergigi. Daun di permukaan atas berwarna hijau tua sedangkan
di permukaan bawah berwarna hijau muda. Tangkai daunnya
12
panjang, berwarna merah kehijauan dan pertulangan daunnya
menjari (Cronquist, 1981).
3. Kandungan Kimia
Tanaman jarak memiliki kandungan senyawa kimia atau
metabolit sekunder di seluruh bagian tubuhnya mulai dari akar
hingga daun. Akar tanaman tersebut mengandung metiltrans-2-
dekena-4,6,8-trinoat dan 1-tridekena-3,5,7,9,11-pentin-beta-
sitosterol. Daun tanaman jarak juga mengandung senyawa
flavonoida antara lain kaempferol, kaempferol-3-rutinosida,
nikotiflorin, kuersetin, isokuersetin dan rutin. Selain itu, daun
jarak juga mengandung astragalin, reiniutrin dan vitamin C.
Batang tanaman jarak mengandung sponin, flavonoid, tannin
dan senyawa polifenol. Biji tanaman jarak, mengandung 40–
50% minyak jarak (castor oil) yang mengandung bermacam-
macam trigliserida, asam palmitat, asam risinoleat, asam
isorisinoleat, asam oleat, asam linoleat, asam linolenat, asam
stearat, dan asam dihidroksistearat. Selain itu, biji tanaman jarak
juga mengandung alkaloida risinin, beberapa macam
toksalbumin yang dinamakan risin (risin D, risin asam, dan risin
basa) dan beberapa macam enzim diantaranya lipase (Sinaga,
2001)
4. Khasiat dan kegunaan
Khasiat:
Secara umum, hampir semua bagian tanaman jarak dapat
dipergunakan sebagai obat, yaitu sebagai obat kanker rahim,
kanker kulit, sulit buang air besar, sulit melahirkan, bisul,
koreng, infeksi jamur, jerawat, lumpuh otot muka, gatal, batuk,
hernia, bengkak, reumatik, tetanus dan bronkhitis. Daun
tanaman jarak sering digunakan untuk mengobati bengkak
karena terpukul, terkilir, patah tulang, luka berdarah, gatal-gatal,
eksim, jamur di sela-sela jari kaki. Daun jarak juga
dipergunakan untuk mencegah masuk angin bagi bayi,
13
mengobati penyakit lepra, kencing nanah, rematik, obat cacing
dan juga untuk menyuburkan rambut. Selain daun, akar tanaman
jarak juga bisa digunakan sebagai obat rheumatik sendi, tetanus,
epilepsi, bronchitis pada anak-anak, luka terpukul dan TBC
(Heyne, 1987)
Kegunaan:
Sebagian besar dari tanaman jarak yang digunakan sebagai
obat atau kegunaan lain adalah biji. Biji jarak tersebut,
menghasilkan suatu minyak yang disebut dengan minyak jarak
atau minyak ricin. Minyak jarak pada umumnya, sering
dipergunakan untuk keperluan industri, pengobatan dan militer.
Di Indonesia, minyak jarak (castor oil) dipergunakan untuk
industri cat, tekstil, serat sintetis, obat-obatan, hingga bahan
kosmetik serta bahan bakar roket. Di negara yang telah maju,
minyak jarak digunakan oleh militer sebagai pelumas pesawat
terbang dan bahan peledak. Selain itu, minyak jarak digunakan
juga sebagai bahan untuk memproduksi sabun sintetis, nilon,
tinta, pernis dan cat (Oplinger et al., 1990). Hingga saat ini, biji
jarak tetap diperlukan di Indonesia oleh perusahaan farmasi,
produsen minyak cat, dan lem dempul perahu, meski produksi
dalam negeri yang berkisar 12.000 ton setahun belum mampu
memenuhi kebutuhan biji jarak (Sinaga, 2001).
14
II.2.5. Lidah Buaya (Aloe sp)
1. Klasifikasi (Furnawanthi, 2002)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Liliflorae
Famili : Liliacea
Genus : Aloe
Spesies : Aloe vera L.
2. Morfologi Lidah Buaya (Aloe vera L.)
Lidah Buaya (Aloe vera L.) merupakan tanaman asli
Afrika yang memiliki ciri-ciri fisik daun berdaging tebal, sisi
daun berduri, panjang mengecil pada ujungnya, berwarna hijau,
dan daging daun berlendir. Lidah buaya tumbuh subur di daerah
yang berhawa panas dan terbuka dengan kondisi tanah yang
gembur dan kaya bahan organik (Sudarto, 1997)
3. Kandungan kimia lidah buaya
Tanaman lidah buaya, baik daun maupun akarnya
mengandung sapomin dan flanoid di samping itu daunnya
mengandung tanin dan polifenol (Hutapea, 2000)
4. Khasiat dan kegunaan
Dapat membunuh mikroba, meningkatkan microsirkulasi,
menyembuhkan cronic skin, dan gel lidah buaya dapat
mempercepat penghentian darah secara topical (Sudarsono, dkk,
1996)
15
II.2.6. Nanas (Ananas commosus)
1. Klasifikasi tanaman (Evitasari, 2013)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Farinosae
Famili : Bromiliaceae
Genus : Ananas
Species : Ananas comosus (L) Merr.
2. Morfologi Nanas (Ananas comosus)
Nanas merupakan tanaman buah yang selalu tersedia
sepanjang tahun. Nanas merupakan herba tahunan atau dua
tahunan, tinggi 50-150 cm, terdapat tunas menyarap pada bagian
pangkalnya berkumpul dalam roset akar dan pada bagian
pangkalnya melebar menjadi pelepah. Daun nanas merupakan
daun majemuk. Helaian daun berbentuk pedang, tebal, panjang
80-120 cm, lebar 2-6 cm, ujung lancip menyerupai duri, tepi
berduri tempel yang bengkok ke atas, sisi bawah bersisik putih,
berwarna hijau atau hijau kemerahan. Bunga majemuk tersusun
dalam bulir yang sangat rapat, letaknya terminal dan bertangkai
panjang. Buahnya bulat panjang, berdaging berwarna hijau jika
masak warnanya menjadi kuning. Buah nanas rasanya enak,
asam sampai manis. Bijinya kecil, seringkali tidak jadi (Sugeng,
2004).
16
3. Kandungan kimia Nanas
Buah mengandung vitamin (A dan C), kalsium, fosfor,
magnesium, besi, natrium, kalium, dekstrosa, sukrosa (gula
tebu), dan enzim bromelain. Daun, buah dan akar nanas
mengandung saponin, flavonoida dan polifenol (Sugeng, 2004)
4. Khasiat dan Kegunaan
Daun berkhasiat antipiretik, antelmintik, pencahar, anti
radang dan menormalkan siklus haid. Pucuk nanas di
manfaatkan sebagai tanaman yang dapat menyembuhkan
amandel, selain itu juga daunnya dapat di gunakan sebagai obat
kencing batu, pucuk nanas di gunakan tiga kali dalam sehari
diminum tiga kali berturut-turut (Sugeng, 2004).
Didalam buah nanas terkandung vitamin A, C dan
betakaroten, kalsium, fosfor, magnesium, besi, natrium, kalium
dan enzim bromelin. Manfaat dari kandungan bromelin yang
terdapat dalam buah nanas yaitu: membantu memperlancar
pencernaan, mempercepat penyembuhan luka, mengobati luka
bakar, gatal, bisul dan obat pencegah tumor. Kandungan
seratnya dapat mempermudah buang air besar pada penderita
sembelit (Septiatin, 2009).
II.2.7. Pepaya (Carica papaya)
1. Klasifikasi tanaman (Suprapti, 2005)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Violales
17
Famili : Caricaceae
Genus : Carica
Spesies : Carica papaya L.
2. Morfologi Pepaya (Carica papaya)
Pohon berbatang tegak dan basah, tinggi pohon bisa mencapai
8–10 meter. Akar berbentuk serabut. Buah mentah berwarna
hijau gelap dan bila matang berubah warna menjadi kuning
kemerahan. Bentuk buah bulat hingga lonjong, dengan bagian
ujung umumnya runcing. Rongga dalam pada buah pepaya
berbentuk bintang bila dipotong secara melintang. Daun
berbentuk helai yang menyerupai telapak tangan. Bila daun
pepaya di lipat menjadi dua bagian persis ditengah, akan
nampak bahwa daun pepaya simetris (Moehd, 2007)
3. Kandungan kimia papaya (Carica papaya)
Buah pepaya matang mengandung sejumlah zat gizi
penting terutama vitamin A. Dalam setiap 0,5 kg buah pepaya
terkandung nutrisi : protein (2,5 g), karbohidrat (46 g), lemak
(0,5 g), vitamin A (10.000 SI), vitamin C (300 mg), thiamin
(0,30 mg), riboflavin (0,27 mg), niasin (1,75 mg), kalsium (0,15
gram), magnesium (0,25 g), potassium (1,15 g), belerang (0,15
g), fosfor (0,47 g), zat besi (0,02 g), silicon (0,02 g), klorin (0,12
g), sodium (0,2 g), dan air (399 g) (Moehd, 2007).
4. Khasiat dan kegunaan kentang
Manfaat penting buah pepaya yaitu berkaitan dengan
perawatan kulit. Seperti telah diketahui, penduduk di kepulauan
Karibia biasa memanfaatkan buah pepaya matang sebagai sabun
untuk kulit. Demikian juga dengan jus pepaya yang matang
dipakai untuk menghilangkan kulit berkerut karenafaktor usia
dan terpaan sinar matahari. Pepaya dapat mencegah kerut-kerut
pada kulit karena mengandung zat yang dapat meremajakan
kolagen. Selain itu, jus buah pepaya yang matang dan berwarna
merah juga baik untuk kesehatan mata. Sementara untuk buah
18
yangmuda bisa dimanfaatkan air getahnya untuk menghilangkan
kapalan dan menyembuhkan kaki yang pecahpecah (Jealani,
2009)
II.2.8. Bayam Duri (Amaranthus spinnosus)
1. Klasifikasi tanaman (Paranthaman, 2012)
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Hamamelidae
Ordo : Caryophyllales
Famili : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus
Spesies : Amaranthus spinnosus L.
2. Morfologi Bayam Duri (Amaranthus spinnosus)
Bayam duri merupakan tumbuhan liar yang diantara sema-
semak, perkarangan rumah, ladang, tepi jalan atau lahan kosong
yang tidak terpelihara. Lebih menyukai lahan yang kering,
seperti lahan padi gogo atau tumbuh bersama tanaman lain
dilahan yang kering. Bayam duri tumbuh baik di tempat-tempat
yang cukup sinar matahari dengan suhu udara antara 25 – 35
Celcius. Tanaman ini mudah tumbuh didataran rendah sampai
ketinggian 50-100 cm. Bayam duri ini, mudah berkembang
dengan bijinya yang kecil-kecil (Campbell, 2003)
19
3. Kandungan kimia
Bayam duri mengandung spinasterol hentriakontan, tanin,
kalium nitrat, kalsium oksalat, garam fosfat, zat besi, serta
vitamin ( A, C, K) dan piroksin B[1] (Paranthaman, 2012)
4. Khasiat dan kegunaan
Mengkonsumsi bayam dalam jumlah yang cukup
memberikan manfaat yang besar. Ditinjau dari kandungan
gizinya, bayam merupakan jenis sayuran hijau yang banyak
manfaatnya bagi kesehatan dan pertumbuhan badan, terutama
bagi anak-anak dan para ibu yang sedang hamil. Di dalam daun
bayam terdapat cukup banyak kandungan protein, mineral,
kalsium, zat besi dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh
manusia. Sayur bayam memiliki khasiat untuk mencegah
hilangnya penglihatan akibat usia yang menua (macular
degeneration), katarak, penyakit kanker, tekanan darah tinggi
dan bayi lahir cacat. Juga sebagai sumber folat, dapat membantu
mencegah penyakit jantung dan bayi lahir cacat (Sugeng, 2004)
II.2.9. Beringin (Ficus benyamina)
1. Klasifikasi tanaman (Paranthaman, 2012)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Urticales
Famili : Moraceae
Genus : Ficus
Spesies : Ficus benjamina L.
20
2. Morfologi Beringin (Ficus benjamina)
Habitus beringin seperti pohon, 8 – 40 m tingginya. Dalam
keadaan liar mula-mula hidupnya epiphytis, berkecambah pada
pohon lain, banyak akar udara yang menuju ketanah, yang
nantinya masing-masing menjadi batang, kemudian tumbuh
bersatu menjadi satu batang yang besar. Periodisitasnya adalah
pirenial, dengan perakaran yang bersifat tunggang.
Sifat percabangannya adalah monopodial dengan arah
tumbuh batang tegak lurus, batangnya berbentuk bulat dengan
permukaan yang kasar. Bagian yang muda merah, gundul, daun
penumpu tunggal, bentuk lanset, dari luar merah atau kuning,
mengkerut, dari dalam keputih-putihan, 2,5 – 16 cm panjangnya
(Mulyani, 2006)
3. Kandungan kimia Beringin
Daun, buah dan akar mengandung saponin, disamping itu buah
dan akarnya juga mengandung polifenol serta daunnya
mengandung alkaloida dan flavonoida (Hutapea, 2000).
4. Khasiat dan manfaat
Saponin sering digunakan sebagai detergen, meningkatkan
absorbsi diuretika serta merangsang kerja ginjal
(Harbone,1987). Dan juga digunakan sebagai bahan baku untuk
sintesis hormon steroid banyak digunakandalam bidang
kesehatan (Robinson, 1995).
21
III.2.10. Jeruk (Cytrus sp)
1. Klasifikasi tanaman (Aak, 2005)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Cytrus sp
2. Morfologi Jeruk (Cytrus sp)
Pohon jeruk mempunyai akar tunggang dan akar serabut
dan mempunyai akar rambut. Daun tanaman jeruk berwarna
hijau tua mengkilat pada permukaan atas dan hijau muda pada
permukaan bawah tangkai, daun bersayap dan pendek, kecil dan
bentuk ovalis dengan panjang 6 – 8 cm, lebar lebih kurang 4 cm,
dan tangkai daun 1 – 1,5 cm. Jeruk umumnya berbunga tunggal
dan hanya sebagian kecil bunga majemuk, bentuk bunga mekar
seperti bintang dan berwarna putih, terdapat pada ujung cabang
dan ketiak daun (Steenis, 1978).
3. Kandungan kimia
Jeruk mengandung minyak atsiri yang di dalamnya
terdapat beberapa jenis komponen antara lain sitrat, kalsium,
fosfor, besi, vitamin (A, B dan C), Sinerfin, H-methyltyramine,
flavonoid, ponsirin, herperidine, rhoifolin, dan naringin. Juga
mengandung minyak atsiri limonene dan linalool (Aak, 2005)
22
4. Khasiat dan kegunaan
Manfaat tanaman jeruk sebagai makanan buah segar atau
makanan olahan, dimana kandungan vitamin C yang tinggi. Di
Beberapa negara telah diproduksi minyak dari kulit dan biji
jeruk, gula tetes, alkohol dan pektin dari buah jeruk yang
terbuang. Minyak kulit jeruk dipakai untuk membuat minyak
wangi, sabun wangi, esens minuman dan untuk campuran kue.
Beberapa jenis jeruk juga dimanfaatkan sebagai obat tradisional
penurun panas, pereda nyeri saluran napas bagian atas dan
penyembuh radang mata (Ashari, 1995).
III.2.11. Jahe (Zingiber officinalis)
1. Klasifikasi tanaman (Wardana, 2002)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Species : Zingiber officinalis
2. Morfologi Jahe (Zingiber officinalis)
Jahe merupakan tanaman berbatang semu, 30-100 cm
tegak tidak bercabang, tersusun atas lembaran pelepah,
berbentuk bulat, berwarna hijau pucat dan warna pangkal
kemerahan. Akar jahe terbentuk bulat, ramping, berserat,
berwarna putih, sampai coklat terang. Tanaman ini berbunga
23
majemuk muncul dipermukaan tanah berbentuk toongkat atau
bulat telur yang sempit, dan sangat tajam (Wardana, 2002).
Tanaman Jahe berbentuk rimpang yang ukurannya
tergantung pada jenisnya. Bentuk rimpang pada umumnya
gemuk agak pipih dan tampak berbuku-buku. Rimpang Jahe
berkulit tegak tebal yang membungkus daging rimpang yang
kulitnya muda dikelupas (Rismunandar, 1988).
3. Kandungan kimia jahe (zingiber officinalle)
Mengandung pati, minyak atsiri, serat, sejumlah kecil
protein, vitamin, mineral, dan enzim proteolitik yang disebut
zingibain (Denyer et al.1994). Menurut penelitian Hernani dan
Hayani (2001), jahe merahmempunyai kandungan pati (52,9%),
minyak atsiri (3,9%) dan ekstrak yang larut dalam alkohol
(9,93%) lebih tinggi dibandingkan jahe emprit (41,48, 3,5dan
7,29%) dan jahe gajah (44,25, 2,5dan 5,81%). Nilai nutrisi dari
100 g jahe kering dengan kadar air 15% mempunyai komposisi
7,2-8,7g, lemak 5,5- 7,3 g, abu 2,5-5,7 g, abu (4,53 g), besi (9,41
mg), kalsium (104,02 mg) dan fosfor (204,75 mg) (Wardana,
2002).
4. Khasiat dan kegunaan jahe
Mempunyai kegunaan yang cukup beragam, antara lain
sebagai rempah, minyak atsiri, pemberi aroma, ataupun sebagai
obat (Bartley dan Jacobs 2000). Secara tradisional, kegunaannya
antara lain untuk mengobati penyakit rematik, asma, stroke,
sakit gigi, diabetes, sakit otot, tenggorokan, kram, hipertensi,
mual, demam dan infeksi (Wardana, 2002)
24
II.3. Uraian Bahan
II.3.1. Alkohol (FI III, 1979)
Nama Resmi : Aethanolum
Sinonim : Alkohol, Etanol, Etil Alkohol
Rumus Molekul : C2H5OH
Rumus Struktur : H-H
H-C-C-O-H
H-H
Berat Molekul : 46,07 g/mol
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah
menguap, mudah bergerak, bau khas rasa
panas, mudah terbakar, dan memberikan
nyala biru.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam
kloroform P dan dalam eter P
Kegunaan : Sebagai zat tambahan, juga sebagai
desinfektan.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung
dari cahaya ; di tempat sejuk, jauh dari
nyala api.
II.3.2. Aquades (FI III, 1979)
Nama Resmi : Aqua Destilata
Sinonim : Aquadest, air suling
Rumus Struktur : H-O-H
Berat Molekul : 18,02 g/mol
Pemerian : Cairan jenuh, tidak berwarna, tidak
berbau, tidak berasa.
Kelarutan : Melarutkan banyak zat kimia
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
25
II.4. Prosedur Kerja
II.3.1. Membuat preparat Pati
a) Menyiapkan mikroskop sesuai prosedur penggunaannya
b) Kerok bagian dalam umbi kentang (Solanum tuberosum), beras
(Oryza sativa), dan ubi jalar (Ipomoea batatas) dalam air
c) Memindahkan cairan tersebut di atas permukaan objek gelas
dan tetes air dan tutup
d) Mengamati di bawah mikroskop dengan pembesaran objektif
lemah dan pembesaran objektif kuat
II.3.2. Membuat preparat Aleuron
a) Menyiapkan mikroskop sesuai prosedur penggunaannya
b) Mengambil biji Jarak (Ricinus communis) yang belum terlalu
tua lalu lepaskan kulit bijinya dengan pisau dan mengambil
endospermnya
c) Mengiris endosperm tersebut setipis mungkin lalu pindahkan
ke atas objek gelas lalu tetesi dengan air dan tutup
d) Mengamati di bawah mikroskop dengan pembesaran lemah
dan kuat
II.3.3. Membuat preparat Kristal
a) Menyiapkan mikroskop sesuai prosedur pengamatannya
b) Mengiris secara melintang tangkai daun Pepaya (Carica
papaya) dan tangkai daun Bayam Duri (Amaranthus
spinnosus) dan mengiris secara membujur Lidah Buaya (Aloe
sp) dan daun Nanas (Ananas commosus) setipis mungkin lalu
pindahkan ke atas objek gelas dan beri air kemudian ditutup
c) Mengamati di bawah mikroskop dengan pembesaran objektif
lemah dan kuat
II.3.4. Membuat preparat Sistolit
a) Menyiapkan mikroskop sesuai prosedur penggunaannya
b) Mengambil sehelai daun Beringin (Ficus benyamina) yang
tidak terlalu tua lalu iris secara melintang setipis mungkin
kemudian letakkan di atas objek gelas dan tutup
26
c) Mengamati di bawah mikroskop dengan pembesaran objektif
lemah dan kuat
II.3.1. Membuat preparat Minyak Etheris
a) Menyiapkan mikroskop sesuai prosedur penggunaannya
b) Mengambil kulit buah Jeruk (Cytrus sp) dan rhizoma Jahe
(Zingiber officinalis) setipis mungkin secara melintang
c) Memindahkan preparat tersebut di atas permukaan objek gelas
dan tetesi air dan tutup
d) Mengamati di bawah mikroskop dengan pembesaran objektif
lemah dan kuat
27
BAB III
METODE PRAKTIKUM
III.1. Waktu dan Tempat Praktikum
III.1.1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum 3 Botani dilaksanakan pada hari jumat, tanggal 13
November 2015
III.1.2. Tempat Praktikum
Praktikum 3 Botani dilaksanakan di Laboratorium
Farmakognosi dan Fitokimia
III.2. Alat dan Bahan
III.2.1. Alat
No Alat Gambar
1 Gelas kimia
2 Kaca preparat
3 Lumpang dan Alu
28
4 Mikroskop
5 Pinset
6 Pipet
7 Silet
29
III.2.2. Bahan
No Bahan Gambar
1 Aquades
2 Alkohol
3 Bayam duri
(Amaranthus
spinnosus)
4 Beras (Oryza sativa)
30
5 Beringin (Ficus
Benjamina)
6 Biji Jarak (Ricinus
communis)
7 Daun Nenas (Ananas
commosus)
8 Daun Lidah Buaya
(Aloe sp)
31
9 Jahe (Zingiber
officinalis)
10 Kentang (Solanum
tuberosum)
11 Kulit Jeruk (Citrus
sp)
12 Tangkai Daun
Pepaya (Carica
papaya)
32
13 Ubi Jalar (Ipomoea
batata)
14 Tisu
III.3. Cara Kerja
III.3.1. Membuat preparat Pati
a) Disiapkan mikroskop sesuai prosedur penggunaannya
b) Dikerok bagian dalam umbi Kentang (Solanum tuberosum),
Beras (Oryza sativa) dan Ubi Jalar (Ipomoea batatas) dalam air
c) Dipindahkan cairan tersebut di atas permukaan objek gelas dan
tetesi air dan tutup
d) Diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran objektif lemah
dan kuat
III.3.2. Membuat preparat Aleuron
a) Disiapkan mikroskop sesuai prosedur penggunaannya
b) Diambil biji Jarak (Ricinus communis) yang belum terlalu tua
lepaskan kulit bijinya dengan pisau dan ambil endospermnya
c) Diiris endosperm tersebut setipis mungkin lalu pindahkan ke
atas objek gelas lalu tetesi air dan tutup
d) Diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran objektif lemah
dan kuat
33
III.3.3. Membuat preparat Kristal
a) Disiapkan mikroskop sesuai prosedur pengunaanya
b) Diambil empelur dan iris setipis mungkin dan letakkan diatas
objek gelas
c) Diteteskan dengan air lalu tutup
d) Diamati bagian-bagian sel tersebut
II.3.4. Membuat preparat Sistolit
a) Disiapkan mikroskop sesuai prosedur penggunaannya
b) Diambil sehelai daun Beringin (Ficus benyamina) yang tidak
terlalu tua lalu iris secara melintang setipis mungkin kemudian
letakkan di atas objek gelas dan tutup
c) Diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran objektif
lemah dan kuat
II.3.5. Membuat preparat Minyak Etheris
a) Disiapkan mikroskop sesuai prosedur penggunaannya
b) Diambil kulit buah Jeruk (Cytrus sp) dan rhizoma Jahe
(Zingiber officinalis) setipis mungkin secara melintang
c) Dipindahkan preparat tersebut di atas permukaan objek gelas
dan tetesi air dan tutup
d) Diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran objektif
lemah dan kuat
34
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil Pengamatan
NO NAMA SAMPEL HASIL PENGAMATAN KETERANGAN
1
Kentang (Solanum
tuberosum)
Perbesaran 10 x 10
a b
Pati
a. Hilus
b. Lamella
2Beras (Oryza sativa)
Perbesaran 40 x 10
a b
Pati
a. Hilus
b. Lamella
3
Ubi Jalar (Ipomoea
batatas)
Perbesaran 40 x 10
a b
Pati
a. Hilus
b. Lamella
35
4
Jarak (Ricinus
communis)
Perbesaran 40 x 10
a
a. Aleuron
5
Bayam Duri
(Amaranthus
spinnosus)
Perbesaran 10 x 10
a
a. Kristal
6
Pepaya (Carica
papaya)
Perbesaran 10 x 10
a
a. Kristal
36
7
Lidah Buaya
(Aloe vera)
Perbesaran 40 x
10
a
a. Kristal
8
Nanas (Ananas
comosus)
Perbesaran 10 x
10
9
Beringin (Ficus
benjamina)
Perbesaran 40 x
10
10
Jeruk (Cytrus sp)
Perbesaran 40 x
10
37
11
Jahe (Zingiber
officinalis)
Perbesaran 10 x
10
IV.2. Pembahasan
Benda-benda ergastik merupakan produk non-protoplasmik pada
proses metabolisme protoplasma; butir pati, tetes minyak, kristal dan
cairan tertentu; terdapat pada sitoplasma, vakuola, dan dinding sel
(Setjo, S. 2004).
Pada praktikum kali ini, kami mengamati benda-benda ergastik
berupa kristal, pati, aleuron, dan minyak eteris. Untuk percobaan
pengamatan benda-benda ergastik ini, kami menggunakan sampel ubi
jalar (Ipomoea batatas), kentang (Solanum tuberosum), tangkai daun
pepaya (Carica papaya), bayam duri (Amaranthus sp), dan nanas
(Ananas commosus), lidah buaya (Aloe vera), jeruk (Cytrus sp), biji
jarak (Ricinus comunis), jahe (Zingiber officinale), padi (Oryz sativa),
daun beringin (Ficus benjamina).
Pertama-tama disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Diambil sampel, untuk sampel ubi jalar (Ipomoea batatas), kentang
(Solanum tuberosum), dilihat pembentukan amilum atau pati. Pertama
dikerok bagian dalam sampel tersebut, kemudian diletakkan diatas
objek gelas. Pada literatur Rukmana, R. 2007 mengatakan bahwa
sampel ubi jalar dikerok agar didapat sel yang sesungguhnya.
Kemudian ditetesi air, tujuan ditetesi air untuk menjaga lingkungan sel
agar tetap segar (Rukmana, R. 1997).
Setelah itu ditutup dengan kaca penutup, agar udara tidak masuk
ke dalam, agar sel tetap terjaga lingkungannya, kemudian diamati
38
dimikroskop dengan perbesaran dari lemah ke kuat. Untuk sampel daun
pepaya (Carica papaya), bayam duri (Amaranthus sp), dan nanas
(Ananas commosus), dilihat pembentukan kristal. Pertama sampel diiris
setipis mungkin, tujuan sampel diiris tipis agar dapat terlihat jelas sel-
sel yang terdapat dalam tumbuhan tersebut (Setjo, S. 2004). Setelah
sampel diiris tipis, kemudian diletakkan diatas kaca objek dan ditetesi
dengan air menggunakan pipet. Tujuan ditetesi air untuk menjaga
lingkungan sel agar tetap segar (Setjo, S. 2004). Kemudian ditutup
dengan menggunakan kaca penutup agar sel yang diamati mudah
terlihat jelas karena bentuk kaca penutup yang tipis dan transparan.
Kemudian diamati di mikroskop dengan perbesaran dri lemah ke kuat.
Hasil yang didapat untuk sampel daun pepaya (Carica papaya), bayam
duri (Amaranthus sp), dan nanas (Ananas commosus), yang dilihat
adanya kristal didapat hasil bahwa pada sampel tersebut mengandung
benda-benda ergastik berbentuk kristal. Dimana terdapat kristal butir-
butir halus, kristal bentuk prisma dan kristal bentuk jarum. Kristal
bentuk prisma yaitu kristal tunggal besar atau poliedris dan berbentuk
seperti bintang. Sedangkan kristal bentuk jarum yaitu kristal berbentuk
jarum atau berbentuk seperti sapu lidi (Warisno, 2003).
Dalam pengamatan pada benda ergastik aleuron digunakan
sampel biji Jarak (Ricinus communis) digunakan endospermnya dengan
diiris tipis bagiannya. Pada perbesaran 100 kali terlihat butir-butir
aleuron pada endosperm biji Jarak.
Pada sistolit digunakan sampel daun Beringin (Ficus benjamina),
yang diiris setipis mungkin dengan irisan melintang dan pada
pengamatan di mikroskop menggunakan perbesaran 100 kali. Pada
daun Beringin terlihat penampakan daun dan terlihat lingkaran-
lingkaran pada sampel yang disebut sistolit.
Pada pengamatan selanjutnya yaitu benda ergastik Minyak
Etheris yang menggunakan sampel kulit Jeruk (Cytrus sp) dan rimpang
Jahe (Zingiber officinalis) digunakan irisan melintang setipis mungkin
pada kedua sampel tersebut. Dan menggunakan perbesaran 100 kali
39
agar terlihat dengan jelas sel yang diamati. Kedua sampel menunjukan
bahwa minyak etheris pada kedua sampel sama. Hal itu digambarkan,
terlihat lingkaran-lingkaran tertentu pada sampel.
Dari percobaan yang dilakukan untuk sampel ubi jalar (Ipomoea
batatas), kentang (Solanum tuberosum), yang dilihat pembentukan
amilum atau pati. Didapat hasil bahwa pada sampel tersebut terdapat
pati yang didalamnya mengandung hilus dan lamella. Dimana hilus
adalah titik awal terbentuknya amilum dan lamella adalah garis-garis
halus yang mengelilingi hilus (Sinta, S. 2004).
Jika dibandingkan dengan literatur yang terdapat pada penuntun
praktikum botani, 2014, Setjo, S. 2004, dan Sinta, S. 2004, hasil yang
didapat sesuai dengan literatur yang ada. Dimana terdapat benda-benda
ergastik dalam bentuk pati, kristal, aleuron, sistolit dan minyak etheris.
40
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Struktur benda ergastik dapat dilihat menggunakan mikroskop dengan
perbesaran tertentu. Struktur benda ergastik setiap jenisnya berbeda-
beda. Seperti Pati, Kristal, Aleuron dan Sistolit yang merupakan benda
ergastik padat berbeda dengan struktur Minyak Etheris yang merupakan
benda ergastik cair.
2. Terdapat beberapa jenis-jenis benda ergastik yaitu Pati, Aleuron,
Kristal, Sistolit, dam Minyak Etheris. Pati merupakan butir-butir tepung
yang dapat disimpan sebagai cadangan makanan. Aleuron merupakan
vakuola yang berisi protein, garam, dan lemak yang membentuk
Kristal. Kristal merupakan hasil tambahan yang terjadi pada berbagai
proses metabolisme. Yang paling sering ditemukan adalah kristal garam
kalsium, terutama Ca-oksalat (kalsium oksalat). Kristal Ca-oksalat
merupakan hasil akhir atau hasil sekresi dari suatu pertukaran zat yang
terjadi di dalam sitoplasma. Sistolit bentuk lain dari ergastik yang
merupakan tonjolan dinding sel kearah lumen yang mengandung
kalsium karbonat. Dan Minyak etheris merupakan benda ergastik cair
yang langsung dibentuk oleh sitoplasma dan elaioplas.
V.2. Saran
1. Jurusan
Diharapakan kepada staf jurusan agar dapat meningkatkan lagi
mutu,
tujuan dan manfaat dari kegiatan-kegiatan praktikum Botani oleh
Mahasiswa farmasi Universitas Negeri Gorontalo.
2. Laboratorium
Diharapkan kepada Laboratorium farmakognosi dan fitokimia agar
lebih melengkapi alat-alat maupun bahan-bahan yang sering digunakan
untuk praktikum supaya praktikum berjalan lancar, sukses dan waktu
41
praktikum yang terpakai cukup karena tidak mengantri alat bahan dari
kelompok lain.
3. Praktikan
Diharapkan praktikan agar lebih siap lagi dalam hal materi ketika
akan menjalani praktikum baru dengan tema baru. Dan juga agar lebih
serius selama praktikum, sehingga praktikum dapat menghasilkan hasil
praktikum yang memuaskan.
42
DAFTAR PUSTAKA
Aak. 1995. Budidaya tanaman padi. Yogyakarta: Kanisius
Aak. 2005. Budidaya Tanaman Jeruk. Yogyakarta: Kanisius
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta: UI-Press
Astawan, M. 2004. Sehat Bersama Aneka Serat Pangan Alami. Solo: Serangkai
Campbell, Neil A,dkk. 2003. Biologi Jilid 2 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
Cronquist, A. (1981). An Integrated System of Classification of Flowering Plants.
New York: Columbia University Press.
Evitasari, L.D. 2013.Vitamin C pada Nanas dapat Meningkatkan Kekebalan
Tubuh Terhadap Serangan Flu. Karya Tulis Ilmiah.
Furnawanthi, I. 2002. Khasiat dan Manfaat Lidah Buaya. Jakarta: Agro Media
Pustaka.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia.Edisi 1. Jakarta:Badan Litbang
Departemen Kehutanan.
Hidayah, 2009. Manfaat Kentang Bagi Kesehatan. Yogyakarta: Kanisius
Hidayat, 1995. Bilogi Sel. Bandung: Ganesa Exact
Hutapea, J. R. 2000. Inventaris Tanaman Obat Indonesia JILID 1. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI
Imran, L., 2011. Pengolahan Hasil Kentang. Jakarta: Penebar Swadaya
Janson, P.C. 1981. Spices, Condiments and Medicinal Plants in Ethopia.
Wagenurgan : Centre for Agricultural Publishing & Documentation.
Marsono dan Sigit, P. 2005. Karet Strategi Pemasaran Budidaya Dan
Pengolahan. Jakarta: Penebar Swadaya
Meyer, Laughlin, Ferrigini. 1982. “Brine Shrimp: Convenient General Bioassay
for Active Constituent”. Planta Medica 45
Moehd. Baga Kalie. 2007. Pepaya. Jakarta: Penebar swadaya
Mulyani E.S, Sri. 2006. Anantomi Tumbuhan. Yogyakarta: Penebar Swadaya.
Paranthaman R, Praveen kumar P, & Kumaravel S. 2012. GC-MS Analysis of
Phytochemicals and Simultaneous Determination of Flavonoids in
43
Amaranthus caudatus (Sirukeerai) by RP-HPLC. Analytical & Bioanalytical
Techniques. 3:5
Priyandoko. 2004. Sitologi. Yogyakarta: UGM-Press
Purnobasuki, Hery. 2011. Inklusi Sel. Yogyakarta: Kanisius
Rismunandar. 1988. Rempah-Rempah Komoditi Ekspor Indonesia. Bandung:
Penerbit Sinar Baru
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB Press
Samadi, B. 1997. Usaha tani kentang. Yogyakarta: Kanisius
Septiatin, E (2009). Apotek Hidup dari Tanaman Buah. Bandung: CV. Yrama
Widya
Setjo, Susetyoadi. 2004. Anatomi Tumbuhan. Malang: JICA.
Sharma , O.P., 2002. Plant Taxonomy. Tata Mc GRaw Hill Publishing Company
Limited, New Delhi.
Sinaga, E. 2001. Ricinus communis Linn Jarak. Tersedia:
http://iptek.apjii.or.id/artikel/ttg_tanaman_obat/unas/Jarak.pdf
Steenis, C . 1978. Flora . Jakarata: Paradnya Paramita ,
Sudarsono., 1996. Daftar Tanaman Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Penebar
Swadaya
Sudarto, Y. 1997. Lidah buaya. Yogyakarta: kanisius
Sugeng H.S., B. Sinaga, B. Winarso, E. Handayani, I. Karim, Purwanto, Suparno,
Suprapti, M.L. 2005. Aneka Olahan Pepaya Mentah dan Mengkal. Yogyakarta:
Kanisius
Sutrian, Yayan. 2004. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan Tentang Sel Dan
Jaringan. Jakarta : RINEKA CIPTA.
Tim Penyusun Kamus PS. 2005. Kamus Pertanian Umum. Penebar swadaya.
Triyanto, 2008. Pembibitan dan penanaman. Dalam S.A. Yomo, S. Benny,
Zulfahmi, W. Putut, Suharyono, dan W. Bambang (Penyunting). Pedoman
praktis budidaya nanas di PT Geat Giant Pineapple Terbangi Besar
Lampung Tengah. hal 120–136.
Wardana. 2002. Budidaya secara Organik Tanaman Obat Rimpang. Jakarta:
Penebar Swadaya