laporan praktikum dekomposisi kain sarung
DESCRIPTION
dekomposisi kain sarungTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
DESAIN TEKSTIL 2
“ MENDEKOMPOSISI DAN MENYUSUN RENCANA
PEMBUATAN KAIN SARUNG”
Disusun oleh
Dosen
Giarto A.T., M.Si.
POLITEKNIK STT TEKSTIL
BANDUNG
2015
Laporan Desain Tekstil 2 | 0
Nama : NUR INDAH WAHYUNI
NPM : 13050009
Grup : 2B1
Jurusan : DIII Teknologi Produksi Tekstil
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. MAKSUD dan TUJUAN
Maksud dilakukannya kegiatan praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu
mendekomposisi dan menyusun rencana pembuatan selembar kain sarung
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah
- Mampu mendekomposisi kain sarung
- Mampu menentukan suusnan warna benang dan pengulangannya
- Mampu menghitung kebutuhan benang tiap warna
- Mampu menginput susunan corak warna ke dalam aplikasi DB WEAVE
1.2. TEORI DASAR
1. Sejarah kain sarung Indonesia
Pada zaman Belanda, sarung
identik dengan perjuangan
melawan budaya barat yang dibawa
para penjajah. Oleh karena itu,
sarung menjadi satu diantara
symbol dan nilai –nilai kebudayaan
Indonesia. Sarung biasanya dipakai
untuk acara keagamaan, adat, dan pernikahan. Baik pria maupun wanita
memadukan busana tradisional terbaik mereka dengan sarung yang penuh warna
dan kemewahan.
2. Definisi kain sarung
Secara umum, kain sarung merupakan sepotong kain lebar yang dijahit pada kedua
ujungnya sehingga berbentuk seperti pipa. Dalam tata busana Internasional, sarung
berarti sepotong kain lebar yang pemakaiannya dibebatkan pada pinggang untuk
menutup bagian bawah tubuh. Sedangkan didalam pertekstilan, kain sarung
merupakan kain tenun bercorak dengan ukuran tertentu, berbentuk silinder,
mempunyai corak badan, tumpal, tepi dan pinggir.
Laporan Desain Tekstil 2 | 1
3. Bagian – bagian kain sarung
a. Pinggir
Pinggir adalah corak ke arah lusi, terletak paling luar dari kedua belah sisi kain
sarung, dan mempunyai lebar tertentu serta biasanya memakai warna muda atau
putih
b. T e p i
Tepi adalah corak ke arah lusi, terletak diantara pinggir dan corak badan, dan
mempunyai lebar tertentu serta biasanya memakai warna tua
c. Corak badan
Laporan Desain Tekstil 2 | 2
Pakan
Corak badan adalah corak pokok pada kain sarung yang terdiri atas corak dasar dan
corak kembang, untuk arah lusi terletak diantara kedua tepi sarung
- Corak dasar
Corak dasar adalah bagian dari corak badan yang biasanya terdiri dari satu warna,
letaknya untuk sarung model pelekat terletak sesudah tepi dan untuk kain sarung
model poleng terletak sesudah kembang
- Corak kembang
Corak kembang adalah bagian dari corak badan, terdiri dari beberapa strip warna
lusi atau pakan. Pada arah lusi letaknya untuk sarung pelekat terletak sesudah dasar
dan untuk kain sarung poleng letaknya sesudah tepi
d. Tumpal
Tumpal adalah bagian kain sarung yang coraknya berbeda dengan corak badan kain
sarung tersebut, terletak ditengah-tengah badan sarung dan merupakan tanda
pengenal kain sarung; tumpal terletak setelah dasar pada kain sarung model pelekat
dan pada kain sarung model poleng terletak setelah kembang
e. J a h i t
Jahit adalah bagian dari kain sarung, terletak pada kedua ujung kain sarung,
dimaksudkan untuk menggabungkan kedua ujung dari kain sarung sehingga
diperoleh bentuk silinder, warnanya sama dengan warna dasar atau kembang
4. Jenis – jenis kain sarung
a. Sarung poleng bali
Kain tenun poleng sudah menjadi bagian dari kehidupan religious umat Hindu di
Bali. Kain ini biasa digunakan untuk keperluan sacral, profane, tedung, umbul –
umbul. Berdasarkan warnanya ada kain poleng yang disebut rwabhineda (hitam dan
putih), sudhamala (putih, abu abu, hitam), dan tridatu (putih, hitam, merah).
Laporan Desain Tekstil 2 | 3
b. Sarung Poleng
Sarung jenis ini banyak dibuat di Jawa
Barat. Corak lusi dan pakan sama
dengan sarung plekat. Perbedaannya
terletak pada warna pinggir kain yang
selalu berwrna putih. Penggunaan
warna dasar pada sarung poleng lebih
tua daripada sarung plekat. Bahan
sarung poleng adalah benang kapas dan rayon dengan corak tepi – pinggir- dasar.
c. Sarung plekat
Sarung plekat bermotif kotak – kotak yang dibentuk oleh warna – warna benang
lusi dan benang pakan. Pada umumnya kain sarung plekat berwarna muda dan
pucat. Susunan corak lusi terdiri dari dasar dan kembang sebagai satu repeat warna.
Biasanya dasar terdiri dari satu warna lusi. Kembang terdiri sari beberapa strip
warna. Warna pada pinggir kain sama dengan warna dasar, sedangkan warna tepi
sama dengan warna kembang yang stripnya dominan.
Susunan corak pakan terdiri dari : dasar dan kembang sebagai corak utama.
Terdapat juga corak tumpal dan kempala. Corak ini terdiri dari warna dasar tumpal
dan strip tumpal. Warna dasar tumal sama dengan warna tepi, sedangkan warna
strip tumpal sama dengan warna pinggir, ukuran lebar tunpal berkisar 25 – 30 cm.
Apabila sarung plekat ditenun menggunakan alat tenun yang berukuran 1 x lebar,
maka 1 helai sarung ditenung sepanjang 404 cm dengan lebar + 68 cm. Untuk
menjadi sarung, panjang kain dipotong menjadi dua bagian, kemudian disatukan
dengan jahitan ke arah lusi.
Laporan Desain Tekstil 2 | 4
Sarung poleng Bali
Syarat kualitas sarung Poleng dan sarung Plekat
No Jenis Uji SatuanKlasifikasi
KeteranganHalus Sedang Kasar
1 Panjang sarung jadi Cm 205 205 205 minimum
2Lebar tinggi sarung jadi
Cm 120 120 120 minimum
3 Berat per m2 g 95 105 125 minimum
4 Anyaman dasar - polos polos polos -
5 Nomor benang lusi Tex <13 21-13 33-22 -
6Nomor benang pakan
Tex <13 21-13 33-22 -
7Kekuatan tarik 2,5 cm 1) N (kg)
157.0 (16)
176.6 (18)
245,3(25)
minimum
8
Cacat kain per sarungNilai cacat- Cacat sobek
--
20tidak ada
20tidak ada
20tidak ada
maksimum-
9 Kekuatan sobek N (kg)8.8
(0.9)11.8 (1.2)
14.7 (1.6) minimum
10Ketahanan luntur warna terhadap:
10.1
Pencucian 400CPerubahan warna 2)
- Penodaan 3)
--
43-4
43-4
43-4
minimumminimum
10.2
GosokanKering 2)
--
43-4
43-4
43-4
minimumminimum
Laporan Desain Tekstil 2 | 5
- Basah 2)
10.3
Keringat asam dan basaPerubahan warna 2)
- Penodaan 3)
--
43-4
43-4
43-4
minimumminimum
10.4
Sinar 4) - 4 4 4 minimum
11 Perubahan dimensi % 4 4 4 maksimum
12 Kadar kanji % 5 5 5 maksimum
13Kandungan formaldehida bebas
ppm 75 75 75 maksimum
d. Sarung Bugis
Sarung ini dibuat di daerah Bugis, Ujung Pandang, Sulawesi Selatan. Sarung ini
terbuat dari benang sutera. Kain sarung di daerah Bugis sendiri memiliki 2 jenis
kain sarung, yaitu kain sutera dan kain mandar. Dalam bahasa bugis sarung sutera
berarti “lipa’sa’be” dan sarung mandar “lipa’mentre”. Proses penenunannya
menggunakan alat tenun gedogan. Adapun perbedaan antara kain sutera dan kain
mandar sebagai berikut.
• Sarung sutera menggunakan bermacam-macam warna kuat (menyala)
• Sarung mandar hanya menggunakan dua macam warna (merah tua dan hitam atau
coklat dengan corak kotak-kotak kecil.
• Sarung mandar jarang dipakai oleh wanita.
Laporan Desain Tekstil 2 | 6
Sarung sutera Sarung mandar
e. Sarung Samarinda
Sarung ini berasal dari daerah Samarinda, Kalimantan Timur. Bahan baku
pembuatan Sarung ini adalah benang sutera araupun rayon viskosa. Pengerjaannya
menggunakan mesin tenun gedogan. Sarung ini didominasi warna merah tua, biru,
violet, hijau, dan
lainnya.
f. Sarung Ulos Batak
Ulos secara turun temurun dikembangkan oleh masyarakat Batak, Sumatera utara.
Dari bahasa asalnya, ulos berarti kain. Cara membuat ulos serupa dengan cara
membuat songket khas Palembang, yaitu menggunakan alat tenun bukan mesin.
Warna dominan pada ulos adalah merah, hitam,dan putih yang dihiasi oleh ragam
tenunan dari benang emas atau perak. Mulanya ulos dikenakan di dalam
bentuk selendang atau sarung saja, kerap digunakan pada perhelatan resmi atau
upacara adat Batak, namun kini banyak dijumpai di dalam bentuk produk sovenir,
sarung bantal, ikat pinggang, tas, pakaian, alas meja, dasi, dompet, dan gorden.
Sebagian besar ulos telah punah karena tidak diproduksi lagi, seperti Ulos Raja,
Ulos Ragi Botik, Ulos Gobar, Ulos Saput (ulos yang digunakan sebagai
pembungkus jenazah), dan Ulos Sibolang.
Laporan Desain Tekstil 2 | 7
Sarung Samarinda
g. Sarung YS lilin
Sarung Ys Lilin banyak digunakan oleh penduduk kawasan Sumatera dan
Malaysia. Sarung ini terbuat dari benang stapel rayon dengan mesin ATBM.
Konstruksi dan corak kain Ys Lilin sama seperti sarung plekat, akan tetapi corak
warna dari sarung Ys Lilin berupa ban garis memanjang/selebar sarung dengan
warna-warna yang menyala seperti biru, merah, hijau, kuning dan lainnya.
5. Pembuatan kain sarung samarinda
1. Pemintalan benang
2. Proses susun benang. Bagian inilah yang menentukan motif dari sarung dan bagian
ini harus dikerjakan oleh dua orang. Nama alat ini adalah arat. Biasanya dapat
diselesaikan dalam waktu seminggu. Proses ini biasa disebut maperisi.
Laporan Desain Tekstil 2 | 8
Sarung Ulos Batak
Sarung YS lilin
3. Proses penenunan
4. Penjahitan, merupakan proses penyambungan kain agar bisa melingkat seperti
sarung. Penjahitan sendiri dilakukan tidak hanya secara vertical tetapi juga
horizontal karena sarung yang dihasilakn dari tenun ini tidak cukup panjang
(tinggi). Dua jahitan inilah yang menjadi cirri khas sarung Samarinda.
Laporan Desain Tekstil 2 | 9
BAB 2
PRAKTIKUM
2.1. DEKOMPOSISI KAIN SARUNG
2.1.1. ALAT dan BAHAN
Alat Bahan
Jarum layar
Loupe
Timbangan digital
Neraca microgram
Gunting
Kain sarung
2.1.2 DIAGRAM ALIR PROSES
Laporan Desain Tekstil 2 | 10
2.1.3 LANGKAH KERJA
a. Timbang kain sarung yang akan dianalisis
b. Gunting kain sarung pada bagian benang gunting
c. Analisis susunan corak warna dan badan benang lusi
d. Analisis susunan corak warna dan badan benang pakan
e. Analisis susunan corak warna tumpal pada pakan
f. Dekomposisi kain sarung tersebut
g. Hitung data hasil pengamatan sebagaimana mendekomposisi kain lain, yaitu
menghitung :
- % mengkeret benang lusi dan pakan
- Tetal lusi dan pakan (“)
- Nomor benang lusi dan pakan
- Fabric cover factor
- Jumlah benang tiap warna lusi dan pakan
- Kebutuhan benang lusi dan pakan setiap warna
- % Selisih penimbangan antara hasil dekomposisi dengan penimbangan real
2.1.4 DATA PENGAMATAN dan PERHITUNGAN
Sample kain
Laporan Desain Tekstil 2 | 11
Siapkan alat dan bahan
Timbang kain sarung
Dekomposisi kain sarung
Hitung data yang telah diperoleh
Benang lusi Benang pakan
Lebar kain : 125,5 cm
Panjang kain : 209 cm
Berat kain : 249,9 g
Berat kain sarung 10 x 10 : 0,99 g
Berat 10 hl lusi : 20 mg
Berat 10 hl pakan : 21,5 mg
a. Panjang benang lusi dan pakan yang diluruskan (cm)
Lusi 10,3 10,3 10,3 10,3 10,3 10,3 10,3 10,3 10,3 10,4103/10 = 10,3 cm
Pakan
10,4 10,4 10,4 10,2 10,1 10,4 10,4 10,4 10,3 10,3103,3/10 = 10,33 cm
b. Tetal lusi dan pakan
Tetal lusi (“) Tetal pakan (“)
69 hl 58 hl
Laporan Desain Tekstil 2 | 12
69 hl
69 hl
58 hl
58 hl
Rata – rata = 69 hl/” Rata – rata = 58 hl/”
c. Mengkeret benang
Mengkeret benang lusi Mengkeret benang pakan
ML= P 1−P 2
P1X 100 %
= 10,3−10
10,3X 100 %
= 2,91%
ML= P 1−P 2
P1X 100 %
= 10,33−10
10,33X 100 %
= 3,91%
d. Nomor benang
- Benang lusi
Nm Ne.1 Tex Td
= panjang (m)
berat (g)
= 1,03(m)0,02(g)
= 51,5
= 0,59 x Nm
= 0,59 x 51,5
= 30,38
= 1000Nm
= 100051,5
= 19,4
= 9000Nm
= 900051,5
= 174,7
- Benang pakan
Nm Ne.1 Tex Td
= panjang (m)
berat (g)
= 1,033 (m)0,0215(g)
= 48,04
= 0,59 x Nm
= 0,59 x 48,04
= 28,34
= 1000Nm
= 100048,04
= 20,81
= 9000Nm
= 900048,04
= 187,34
e. Susunan corak lusi
1. Pinggir : 17 putih
2. Tepi : 58 hitam
Laporan Desain Tekstil 2 | 13
5. Dasar : 4 merah
8 biru
2 merah
8 biru
2 merah
8 biru
3. Dasar : 4 merah
8 biru
2 merah
8 biru
2 merah
8 biru
2 merah
50 putih
2 merah
8 biru
2 merah
8 biru
2 merah
8 biru
4 merah
4. Kembang : 44 hijau
12 ungu
44 hijau
f. Susunan corak pakan
1. Gunting : 2 krem
2. Jahit : 2 biru
24 krem
3. ½ dasar : 24 krem
2 biru
8 krem
2 biru
8 krem
2 biru
8 krem
Laporan Desain Tekstil 2 | 14
13 kali
5. Dasar : 4 merah
8 biru
2 merah
8 biru
2 merah
8 biru
- Variasi tumpal : 22 hitam
4 krem
22 hitam
2 krem
- Kepala tumpal : 83 hitam
- Variasi tumpal : 2 krem
22 hitam
4 krem
22 hitam
- Dasar tumpal : 2 krem
22 hitam
4 krem
22 hitam
8. Variasi : 2 krem
2 biru
4 biru
4. Kembang : 42 hijau
14 hitam
42 hijau
5. ½ dasar : 4 biru
8 krem
2 biru
8 krem
2 biru
8 krem
2 biru
24 krem
6. Variasi : 24 krem
2 biru
2 krem
7. Tumpal :
- Dasar tumpal : 22 hitam
4 krem
22 hitam
2 krem
12. Gunting : 2 krem
13. Jahit : 24 krem
2 biru
g. Kebutuhan benangn lusi dan pakan tiap warna
Warna Benang lusi (hl) Beang pakan {hl}
Putih 723 -
Hitam 298 735
Merah 280 -
Biru 672 368
Laporan Desain Tekstil 2 | 15
9 kali
4 kali
- Variasi tumpal : 22 hitam
4 krem
22 hitam
2 krem
- Kepala tumpal : 83 hitam
- Variasi tumpal : 2 krem
22 hitam
4 krem
22 hitam
- Dasar tumpal : 2 krem
22 hitam
4 krem
22 hitam
8. Variasi : 2 krem
2 biru
4 kali
9 kali
Hijau 1144 1512
Krem - 1892
h. Menghitung kebutuhan benang tiap warna
Benang lusi = jumlahhelai warna x panjangkain
Nm x100x
100100−Ml
Benang pakan = jumlahhelai warna x lebar kain
Nm x100x
100100−Mp
Warna Benang lusi (g) Benang pakan (g)
Putih734 x20951,5 x 100
x100
100−2,91 = 30,68 -
Hitam298 x 20951,5 x 100
x100
100−2,91 = 12,45
735 x125,548,04 x 100
x100
100−3,19 = 19,83
Merah280 x 20951,5 x 100
x100
100−2,91 = 11,7 -
Biru672 x 20951,5 x 100
x100
100−2,91 = 26,83
368 x125,548,04 x 100
x100
100−3,19 = 9,93
Hijau1144 x 20951,5 x 100
x100
100−2,91 = 47,81
1512 x 125,548,04 x100
x100
100−3,19 = 40,79
Krem -1892 x 125,548,04 x100
x100
100−3,19 = 51,05
Total 129,47 g 132,83
Total kebutuhan benang 1 kain sarung = 251, 07 g
i. Selisih penimbangan
% Selisih penimbangan = Berat besar –berat kecil
Berat besarx100 %
= 251,07 – 249,9
251,07x 100 %
= 0,46%
j. Fabric Cover Factor
CW/CF = = Tetal/” x 1
28√Ne 1
Laporan Desain Tekstil 2 | 16
CW CF
= 69 x 1
28√30,38 = 0,45 = 58 x
1
28√28,34 = 0,38
Cover factor = {(CW + CF) – (CW x CF)} x 100%
= {(0,45 + 0,38) – (0,45 x 0,38)} 100%
= (0,83 – 0,17) 100%
= 66%
2.1.5. DISKUSI
Pada kegiatan praktikum dekomposisi kain sarung yang praktikan lakukan, ada
beberapa hal yang praktikan dapatkan. Dengan kain sarung uji yang termasuk ke
dalam jenis sarung plekat, praktikan mendapati hasil bahwa sarung ini tersusun dari
berbagai variasi benang warna baik itu ke arah lusi maupun pakan dengan anyaman
polos membentuk motif kotak persegi..
Laporan Desain Tekstil 2 | 17
Berdasarkan perhitungan, kebutuhan benang kain sarung uji sebesar 251,07
termasuk dalam kategori cukup ringan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti tetal benang nya yang sedikit, yaitu untuk benang lusi 69/” dan pakan 58/” ,
Nm benang yang tergolong cukup , dan pengulangan corak warna yang tidak terlalu
banyak. Semakin banyak jumlah pengulangan corak warnanya, maka akan semakin
banyak jumlah helai benang per warna yang dibutuhkan .
Untuk % selisih penimbangan didapatkan hasil sebesar 0,46% hal ini menunjukkan
praktikan sudah cukup akurat dalam melakukan pengamatan saat mengumpulkan
data. Toleransi untuk % selisih penimbangan maksimal 5%.
Cover Factor dari kain uji sendiri sebesar 66%. % ini menunjukkan kerapatan kain
yang kurang baik. Hal ini dipengaruhi dari tetal benang baik itu lusi dan pakan yang
kurang rapat. Untuk tetal lusi hanya sebesar 69 hl/” dan pakan hanya 58 hl/”.
Semakin banyak jumlah helai benang lusi dan pakan, maka akan semakin rapat hasil
kainnya.
2.2. RENCANA PEMBUATAN KAIN SARUNG
2.2.1. DIAGRAM ALIR PROSES
Laporan Desain Tekstil 2 | 18
2.2.2. LANGKAH KERJA
a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Tentukan lebar dan panjang kain sarung yang akan dibuat
c. Susun corak warna lusi dan pakan beserta pengulangannya
d. Hitung kebutuhan benang lusi dan pakan tiap warna
e. Kalkulasi kebutuhan benang lusi dan pakan untuk mendapatkan berat kain
f. Input data corak warna ke aplikasi db-weave untuk mengetahui hasil desain
sebelum benar – benar diproduksi
2.2.3. DATA dan PERHITUNGAN
Sample kain sarung yang akan dibuat
Laporan Desain Tekstil 2 | 19
Siapkan alat dan bahan
Tentukan ukuran lebar beserta panjang kain sarung
Susun corak warna lusi dan pakan beserta pengulangannya
Hitung kebutuhan benang lusi dan pakan tiap warna
Input data corak warna ke aplikasi db-weave untuk mengetahui hasil perpaduan warna
Lebar kain : 127 cm
Panjang kain : 212 cm
Panjang tumpal: 26 cm
Nomor lusi : Nm 51,5
Nomor pakan : Nm 48,04
Tetal lusi : 107 hl/”
Tetal pakan : 80 hl/”
a. Susunan corak lusi
1. Pinggir : 26 putih
2. Tepi : 140 ungu
3. Dasar :
Laporan Desain Tekstil 2 | 20
10 putih
2 biru
11 putih
2 biru
11 putih
2 biru
4. Kembang :
5. Dasar :
Laporan Desain Tekstil 2 | 21
10 putih
2 biru
11 putih
2 biru
11 putih
2 biru
20 ungu
2 coklat
2 ungu
2 coklat
2 ungu
2 coklat
2 ungu
2 coklat
2 ungu
2 coklat
2 ungu
2 biru
2 ungu
2 biru
2 ungu
2 biru
2 ungu
2 biru
2 ungu
2 biru
2 ungu
19 coklat
2 ungu
13 coklat
2 ungu
20 coklat
2 ungu
2 biru
2 ungu
2 biru
2 ungu
2 biru
2 ungu
2 biru
2 ungu
2 biru
2 ungu
2 coklat
2 ungu
2 coklat
2 ungu
2 coklat
2 ungu
2 coklat
2 ungu
2 coklat
20 ungu
10 putih
2 biru
11 putih
2 biru
11 putih
2 biru
6. Tepi : 140 ungu
7. Pinggir : 26 putih
16x
b. Susunan corak pakan
1. Jahit : 5 coklat
2 ungu
10 coklat
2 ungu
9 coklat
2. Variasi :
3. Dasar : 4. Kembang :
Laporan Desain Tekstil 2 | 22
10 putih
2 biru
11 putih
2 biru
11 putih
2 biru
6. Tepi : 140 ungu
7. Pinggir : 26 putih
5 coklat
2 ungu
2 biru
2 ungu
2 biru
2 ungu
2 biru
2 ungu
2 biru
2 ungu
2 coklat
2 ungu
2 coklat
2 ungu
2 coklat
2 ungu
2 coklat
14 ungu
8 putih
2 biru
8 putih
2 biru
8 putih
14 ungu
2 coklat
2 ungu
2 coklat
2 ungu
10 coklat
2 ungu
14 coklat
2 ungu
2 biru
5.Dasar :
6. Tumpal :
- Dasar tumpal :
Laporan Desain Tekstil 2 | 23
8 putih
2 biru
8 putih
2 biru
8 putih
14 ungu
2 coklat
2 ungu
2 coklat
2 ungu
10 coklat
2 ungu
14 coklat
2 ungu
2 biru
8 putih
2 biru
8 putih
2 biru
8 putih
2 biru
8 putih
2 biru
8 putih
2 biru
8 putih
2 biru
8 putih
2 bir
8 putih
2 biru
8 putih
2 biru
8 putih
30 ungu
4 putih
30 ungu
2 putih
8. Kembang :
14 ungu 2 coklat
2 coklat 2 ungu
2 ungu 2 coklat
2 coklat 2 ungu
2 ungu 2 coklat
12 x
- Variasi :
- Kepala tumpal : 80 ungu
- Variasi :
- Dasar tumpal :
7. Dasar :
9.Dasar : 10. Variasi :
Laporan Desain Tekstil 2 | 24
30 ungu
4 putih
2 ungu
2 putih
2 putih
30 ungu
4 putih
30 ungu
2 putih
2 ungu
4 putih
30 ungu
8 putih
2 biru
8 putih
2 biru
8 putih
2 biru
8 putih
2 biru
8 putih
2 biru
8 putih
2 biru
8 putih
2 bir
8 putih
2 biru
8 putih
2 biru
8 putih
8. Kembang :
14 ungu 2 coklat
2 coklat 2 ungu
2 ungu 2 coklat
2 coklat 2 ungu
2 ungu 2 coklat
8 putih
2 biru
8 putih
2 biru
8 putih
14 ungu
2 coklat
2 ungu
2 coklat
2 ungu
5x
5x
No. 7 ( Dasar ) + No. 8
(Kembang) diulang 21 kali
11. Jahit :
9 coklat
2 ungu
10 coklat
2 ungu
5 coklat
c. Pengulangan corak lusi, pakan, dan tumpal
- Pengulangan corak lusi :
Laporan Desain Tekstil 2 | 25
8 putih
2 biru
8 putih
2 biru
8 putih
14 ungu
2 coklat
2 ungu
2 coklat
2 ungu
Corak lusi
Total lusi = tetal lusi (hl/’’) x lebar sarung
= 107” x 50”
= 5350 hl
Pengulangannya
∑ hllusi−⦃2x ¿¿¿
∑ 5350−⦃2 x (26+140 )+128
304
= 16,08 kali = 16 kali
- Pengulangan corak pakan :
Total pakan = tetal pakan (hl/”) x panjang sarung
= 80 x 83” = 6640 hl
Total hl tumpal = tetal pakan x panjang tumpal
= 80 x 10,2” = 816 hl
Pengulangan corak pakan
∑ hl pakan−⦃∑ hl gunting+∑ hl jahit+∑ hl 1 dasar+∑ hl tumpal⦄
∑ hl 1 dasar+1 kem bang
6640 – (56+196+816)232
= 24,01 kali = 24 kali
Pengulangan corak tumpal
∑ hl tumpal−∑hl kepala−2 x variasi
∑ hl repeat tumpal
816−80−7666
= 10 kali
d. Kebutuhan benang lusi dan pakan tiap warna
Laporan Desain Tekstil 2 | 26
Warna Benang lusi (hl) Benang pakan {hl}
Putih 1922 2152
Biru 626 868
Ungu 1624 2344
Coklat 1152 1341
e. Menghitung kebutuhan benang tiap warna
Benang lusi = jumlahhelai warna x panjangkain
Nm x100x
100100−Ml
Benang pakan = jumlahhelai warna x lebar kain
Nm x100x
100100−Mp
Warna Benang lusi (g) Benang pakan (g)
Putih1922 x 21251,5 x 100
x100
100−2,91 = 81,48
2152 x12748,84 x 100
x100
100−3,19 = 58,75
Biru626 x21251,5 x 100
x100
100−2,91 = 26,54
868 x12748,84 x 100
x100
100−3,19 = 23,69
Ungu1624 x21251,5 x 100
x100
100−2,91 = 68,85
2344 x12748,84 x 100
x100
100−3,19 = 63,99
Coklat1152 x21251,5 x100
x100
100−2,91 = 48,84
1341 x12748,84 x 100
x100
100−3,19 = 36,6
Total 225,71 g 183,03
Total kebutuhan benang 1 kain sarung = 408,74 g
Laporan Desain Tekstil 2 | 27
2.2.4. DISKUSI
Dalam menyusun rencana pembuatan kain sarung ada beberapa hal yang harus
diperhatikan. Seperti halnya, tetal benang lusi/pakan, nomor benang, corak warna
lusi/pakan, pengulangan repeat corak dalam satu sarung baik itu ke arah pakan
atau lusi, serta kebutuhan benang tiap warna baik itu lusi maupun pakan.
Semakin variatif susunan warna dan pengulangan coraknya, maka jumlah benang
yang dibutuhkan semakin banyak. Susunan warna ini akan mempengaruhi hasil
desain / motif sarung itu sendiri.
Selain itu, banyaknya jumlah benang dan besar kecilnya nomor benang yang
digunakan, akan mempengaruhi berat kain sarung tersebut. Semakin kecil Nm
dan semakin banyak jumlah benangnya, maka kain hasil akan semakin berat.
Hasil perhitungan berat kain praktikum sebesar 408,74 g. Untuk ukuran kain
sarung, berat tersebut terlalu besar. Hal yang mempengaruhi perolehan angka
tersebut ialah Nm benang yang relative sedang sedangkan tetal benang yang
dibutuhkan banyak. Seharusnya Nm yang digunakan lebih besar yaitu diatas 60,
sehingga benangnya halus dan lebih ringan.
Laporan Desain Tekstil 2 | 29
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Hal yang mempengaruhi dekomposisi atau penyusunan rencana pembuatan kain
sarung adalah tetal benang lusi/pakan, nomor benang, corak warna lusi/pakan,
pengulangan repeat corak dalam satu sarung baik itu ke arah pakan atau lusi, serta
kebutuhan benang tiap warna baik itu lusi maupun pakan.
Semakin variatif warna benang maka tampilan desain sarung semakin berwarna
Semakin banyak pengulangan corak warna, maka kebutuhan benang semakin besar
Semakin banyak tetal lusi dan pakan per inchi, maka % cover factor semakin besar
Nm benang sebaiknya disesuaikan dengan jumlah benang yang akan digunakan
Semakin banyak benang yang digunakan sebaiknya Nm yang digunakan semakin
besar. Begitupun sebaliknya
DAFTAR PUSTAKA
Laporan Desain Tekstil 2 | 30
http://www.kaskus.co.id/thread/5109ffb70a75b4237e00000d/sejarah-kain-sarung-di-
indonsia
http://id.wikipedia.org/wiki/Ulos
http://id.wikipedia.org/wiki/Sarung_Samarinda
http://hame.blogdetik.com/2012/04/29/urutan-pembuatan-sarung-samarinda/
Giarto. 2014. Power Point : Kain Sarung. Bandung
Laporan Desain Tekstil 2 | 31