laporan praktikum fha
DESCRIPTION
Laporan Praktikum FHA Operculum Ikan MasTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM FHA
Disusun oleh :
Heri Abrianto 230210110050
Dyah Retno 230210110055
Cholik Kholidin 230210110058
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2012
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Laporan Praktikum ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Pengaruh Perubahan Suhu Terhadap
Membuka dan Menutup Operculum Ikan Mas.”
Laporan Praktikum ini berisi tentang informasi klasifikasi ikan, morfologi ikan dan
pengaruh suhu terhadap operculum ikan.
Kami menyadari bahwa lapran praktikum ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami ha rapkan demi
kesempurnaan laporan praktikum ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.
Bandung, 15 Oktober 2012
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ............................................................... 2
1.2 TUJUAN PRAKTIKUM ........................................................... 3
1.3 MANFAAT ................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 IKAN .............................................................................................. 4
2.1.1 KLASIFIKASI ...................................................................... 4
2.1.2 MORFOLOGI ....................................................................... 5
2.2 SISTEM PERNAFASAN .............................................................. 9
2.3 SUHU ............................................................................................. 13
BAB III BAHAN DAN METODE
2.1 WAKTU DAN TEMPAT ............................................................. 20
2.2 ALAT DAN BAHAN ................................................................. 20
2.3 PROSEDUR KERJA .................................................................. 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENGAMATAN ............................................................ 25
4.2 PEMBAHASAN ......................................................................... 27
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN ................................................................................. 28
5.2 SARAN ........................................................................................ 28
DAFTAR ACUAN .......................................................................................... 29
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan
bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam
dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Fisiologi ikan mencakup proses
osmoregulasi, sistem sirkulasi, sistem respirasi, bioenergetik dan metabolisme, pencernaan,
organ-organ sensor, sistem saraf, sistem endokrin dan reproduksi.
Insang dimiliki oleh jenis ikan (pisces). Insang berbentuk lembaran- lembaran tipis
berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air,
sedangkan bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang
terdiri dari sepasang filamen, dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada
filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga memungkinkan O2
berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar. Insang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup
insang yang disebut operkulum, sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi oleh
operkulum.
Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula berfungsi sebagai
alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator.
Beberapa jenis ikan mempunyai labirin yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan
membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini
berfungsi menyimpan cadangan O2 sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan O2.
Mekanisme pernapasan pada ikan melalui 2 tahap, yakni inspirasi dan ekspirasi. Pada fase
inspirasi, 02 dari air masuk ke dalam insang kemudian O2 diikat oleh kapiler darah untuk dibawa
ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Sebaliknya pada fase ekspirasi, CO2 yang dibawa oleh
darah dari jaringan akan bermuara ke insang dan dari insang diekskresikan keluar tubuh.
4
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh perubahan suhu panas dan
suhu dingin media air terhadap membuka & menutup operculum benih ikan mas yang secara
tidak langsung ingin mengetahui laju pernafasan ikan tersebut.
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah kita dapat mengetahui dan memahami tingkah laku
ikan dan laju pernafasan ikan pada saat terjadinya perubahan suhu panas dan suhu dingin.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan
Ikan, d idefinis ikan. secara umum sebaga i hewan yang hidup d i a ir, bertulang belakang,
poikiloterm, bergerak dengan menggunakan ship, bernafas dengan insang, dan memiliki gurat
sisi ( linea lateralis) sebagai organ keseimbangannya.
2.1.1 Klasifikasi ikan
Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) dikelompokkan ke dalam:
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio (Linnaeus, 1758)
Secara umum, ikan mas memiliki bentuk tubuh yang agak memanjang dan sedikit memipih ke
samping. Sebagian besar tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik, tipe mulut terminal, dapat
disembulkan, terdapat dua pasang sungut, dan tidak bergerigi. Sirip punggung (dorsal) ikan mas
memanjang dan berjari-jari keras, sedangkan di bagian akhir bergerigi. Begitu juga dengan sirip
dubur (anal) dan sirip ekor (caudal) berbentuk cagak. Tipe sisik pada ikan ini adalah lingkaran
(cycloid)yang terletak beraturan. Garis rusuk (linea lateralis) yang lengkap terletak di tengah
tubuh dengan posisi melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor (Lentera
2004). Ikan mas tergolong ikan air tawar, namun ikan mas terkadang dapat ditemukan di perairan
payau atau di muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-300/00.
6
2.1.2 Morfologi ikan
Bagian tubuh ikan mulai dari anterior sampai posterior berturut – turut adalah :
1) Kepala (caput) : bagian tubuh mulai dari ujung mulut sampai nnbagian belakang operculum.
2) Tubuh (truncus) : bagian tubuh mulai dari Batas akhir operculum nnsampai anus
3) Ekor (cauda) : dari anus sampai bagian ujung sirip ekor\\
BENTUK TUBUH
Kebanyakan ikan memiliki bentuk tubuh streamline dimana tubuh bagian
anterior dan posterior mengerucut dan bila dilihat secara transversal, penampang tubuh
seperti tetesan air. Penampang tubuh tersebut akan memberikan kemudahan ikan dalam
menembus air sebagai media hidup. Bentuk tubuh tersebut biasanya dikatakan sebagai
bentuk tubuh ideal (fusiform). Penampang tubuh ideal tersebut ditunjukkan pada Gambar d i
bawah ini.
Secara umum, bentuk tubuh ikan terbagi atas enam jenis yang terdir i dari :
1. Datar (flat/depressed)
7
Contoh : pari (Dasyatis sp),
ikan sebelah (Pseudopleuronectes americanus)
2. Ideal (Fusiform, streamline)
Contoh : hiu (Carcharinus leucas),
salmon, barracuda, tuna
3. Eel- like (elongated)
Contoh : lele (Clarias bathracus),
Lamprey
4. Pipih (ke bawah = depressed dan ke samping = compressed) Contoh : angel fish,
butterfly fire
5. Bulat (rounded)
Contoh : buntal
6. Pita (ribbon)
Contoh : layur
LETAK MULUT (cavum oris)
Mulut pada ikan memiliki berbagai bentuk dan posisi yang tergantung dari
kebiasaan makan dan kesukaan pada makanannya (feeding dan foot habits). Perbedaan bentuk
dan posisi mulut ini juga kadang diikuti dengan keberadaan gigi dan perbedaan bentuk gigi
pada ikan. Bentuk mulut pada ikan dapat digolongkan dalam :
8
1. Mulut termina l, yaitu posisi mulut berada di bagian ujung kepala
2. Mulut inferior, yaitu posisi mulut berada di bagian agak bawah ujung kepala
3. Mulut superior, yaitu posis i mulut berada di bagian agak atas ujung kepala
ORGAN GERAK (SIRIP)
Ikan seperti pada hewan lain, melakukan gerakan dengan dukungan alat gerak.
Pada ikan, alat gerak yang utama dalam melakukan manuver d i da lam a ir ada lah s ir ip.
Sir ip ikan juga dapat digunakan sebagai sumber data untuk identifikasi karena setiap
sirip suatu spesies ikan memiliki jumlah yang berbeda dan hal ini disebabkan oleh evolusi.
Sirip pada ikan terdiri dari beberapa bagian yang dinamakan sesuai dengan letak
sirip tersebut berada pada tubuh ikan, yaitu :
1. Pinna dorsalis (dorsal fin)
Adalah sirip yang berada di bagian dorsal tubuh ikan dan berfungsi dalam stabilitas ikan
ketika berenang. Bersama-sama dengan pinna analis membantu ikan untuk bergerak
memutar.
1. Pinna pectoralis (pectoral f in)Adalah sir ip yang terletak di posterior operculum
atau pada pertengahan tinggi pada kedua sis i tubuh ikan. Fungs i sirip ini adalah
untuk pergerakan maju, ke samping dan diam (mengerem).
2. Pinna ventralis (ventral fin)Adalah sirip yang berada pada bagian perut. ikan dan
berfungsi dalam membantu menstabilkan ikan saat berenang. Selain itu, juga
berfungsi dalam membantu untuk menetapkan posisi ikan pada suatu kedalaman.
3. Pinna ana lis (anal f in)Adalah sirip yang berada pada bagian ventral tubuh di daerah
posterior anal. Fungsi sirip ini adalah membantu dalam stabilitas berenang ikan.
4. Pinna caudalis (caudal fin)Adalah sir ip ikan yang berada di bagian posterior tubuh
dan biasanya disebut sebagai ekor. Pada sebagian besar ikan, sirip ini berfungsi sebagai
pendorong utama ketika berenang (maju) clan juga sebagai kemudi ketika bermanuver.
9
5. Adipose finAdalah sirip yang keberadaannya tidak pada semua jenis ikan. Letak sirip
ini adalah pada dorsal tubuh, sedikit di depan pinna caudalis.
Sirip ikan terdiri dari tiga jenis jari- jari sirip yang hanya sebagian atau seluruhnya
dimiliki oleh spesies ikan, yaitu :
1. Jari-jari sirip keras
Merupakan jari jari sirip yang tidak berbuku-buku dan keras.
2. Jari jari sirip lemah
Merupakan jari jari sirip yang dapat ditekuk, lemah, dan berbukubuku.
3. Jari jari sirip lemah mengeras
Merupakan jari jari sirip yang keras tetapi berbuku-buku.
Penggolongan ikan juga dapat dilakukan berdasarkan tipe pinna caudalis yang
dimiliki suatu jenis ikan. Tipe pinna caudalis ikan secara umum terbagi atas :
1. Protocercal
Merupakan bentuk pinna caudalis yang tumpul dan simetris dimana columna vertebralis
terakhir mencapai ujung ekor.
2. Diphycercal
Merupakan bentuk pinna caudalis yang membulat atau meruncing, simetris dengan ruas
vertebrae terakhir tidak mencapai ujung sirip.
2 Heterocercal
Merupakan bentuk pinna caudalis yang simetris dengan sebagian ujung ventral lebih
pendek.
10
3 Homocercal
Merupakan bentuk pinna caudalis yang berlekuk atau tidak dan ditunjang oleh jari-jari
sirip ekor.
GURAT SISI (linea lateralis)
Linea lateralis merupakan salah satu bagian tubuh ikan yang dapat dilihat secara
langsung sebagai garis yang gelap di sepanjang kedua sisi tubuh ikan mulai dari posterior
operculum sampai pangkal ekor (peduncle). Pada linea lateralis terdapat lubang- lubang yang
berfungsi untuk menghubungkan kondisi luar tubuh dengan sistem canal yang menampung
sel-sel sensori dan pembuluh syaraf.
Linea lateralis sangat penting keberadaannya sebagai organ sensori ikan yang dapat
mendeteksi perubahan gelombang air dan listrik. Selain itu, linea lateralis juga juga berfungsi
sebagai echo-location yang membantu ikan untuk mengidentifikasi lingkungan sekitamya.
Pada beberapa jenis ikan, termasuk golongan Characin, linea lateralis merupakan
satu garis panjang yang tidak terputus. Sedangkan pada kelompok ikan Cichlidae, linea lateralis
yang dimiliki merupakan garis panjang yang terputus menjadi dua dengan potongan kedua berada
di bagian bawah potongan pertama.
2.2 Sistem Pernafasan Ikan
Hewan Vertebrata telah memiliki sistem sirkulasi yang fungsinya antara lain untuk mengangk ut
gas pernapasan (O2) dari tempat penangkapan gas menuju sel-sel jaringan. Begitu pula
sebaliknya, untuk mengangkut gas buangan (CO2) dari sel sel jaringan ke tempat
pengeluarannya. Mekanisme pernapasan pada hewan Vertebrata beragam. Simaklah uraian di
bawah ini agar Anda lebih memahami mekanisme pernapasan pada hewan Vertebrata khususnya
ikan.
11
Sistem Pernapasan Ikan
Ikan bernapas menggunakan insang. Insang berbentuk lembaran- lembaran tipis berwarna merah
muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air, sedang bagian
dalam berhubungan erat dengan kapilerkapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang
filamen dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat
pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler, sehingga memungkinkan O2 berdifusi masuk
dan CO2 berdifusi keluar.
Pada ikan bertulang sejati (Osteichthyes) insangnya dilengkapi dengan tutup insang (operkulum),
sedangkan pada ikan bertulang rawan (Chondrichthyes) insangnya tidak mempunyai tutup
insang. Selain bernapas dengan insang, ada pula kelompok ikan yang bernapas dengan
gelembung udara (pulmosis), yaitu ikan paru-paru (Dipnoi). Insang tidak hanya berfungsi
sebagai alat pernapasan, tetapi juga berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring
makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator.
1) Sistem Pernapasan pada ikan bertulang sejati
Salah satu contoh ikan bertulang sejati yaitu ikan mas. Insang ikan mas tersimpan dalam rongga
insang yang terlindung oleh tutup insang (operkulum). Perhatikan Gambar 7.16. Insang ikan mas
terdiri dari lengkung insang yang tersusun atas tulang rawan berwarna putih, rigi- rigi insang
yang berfungsi untuk menyaring air pernapasan yang melalui insang, dan filamen atau lembaran
insang. Filamen insang tersusun atas jaringan lunak, berbentuk sisir dan berwarna merah muda
karena mempunyai banyak pembuluh kapiler darah dan merupakan cabang dari arteri insang. Di
tempat inilah pertukaran gas CO2 dan O2 berlangsung.
12
Gas O2 diambil dari gas O2 yang larut dalam air melalui insang secara difusi. Dari insang, O2
diangkut darah melalui pembuluh darah ke seluruh jaringan tubuh. Dari jaringan tubuh, gas CO2
diangkut darah menuju jantung. Dari jantung menuju insang untuk melakukan pertukaran gas.
Proses ini terjadi secara terus-menerus dan berulang-ulang.
Mekanisme pernapasan ikan bertulang sejati dilakukan melalui mekanisme inspirasi dan
ekspirasi. Perhatikan Gambar 7.17.
13
a) Fase inspirasi ikan
Gerakan tutup insang ke samping dan selaput tutup insang tetap menempel pada tubuh
mengakibatkan rongga mulut bertambah besar, sebaliknya celah belakang insang tertutup.
Akibatnya, tekanan udara dalam rongga mulut lebih kecil daripada tekanan udara luar. Celah
mulut membuka sehingga terjadi aliran air ke dalam rongga mulut. Perhatikan gambar di
samping.
b) Fase ekspirasi ikan
Setelah air masuk ke dalam rongga mulut, celah mulut menutup. Insang kembali ke kedudukan
semula diikuti membukanya celah insang. Air dalam mulut mengalir melalui celah-celah insang
14
dan menyentuh lembaran- lembaran insang. Pada tempat ini terjadi pertukaran udara pernapasan.
Darah melepaskan CO2 ke dalam air dan mengikat O2 dari air.
Pada fase inspirasi, O2 dan air masuk ke dalam insang, kemudian O2 diikat oleh kapiler darah
untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Sebaliknya pada fase ekspirasi, CO2
yang dibawa oleh darah dari jaringan akan bermuara ke insang, dan dari insang diekskresikan
keluar tubuh.
2.3 Suhu
1. Pengertian Suhu
Apa yang akan dirasakan oleh jarimu jika dimasukkan ke dalam air es? Ya, air es akan terasa
dingin. Dingin boleh dikatakan sebagai salah satu ukuran dari suhu suatu benda. Benda yang
dingin mempunyai suhu yang lebih rendah dari benda yang panas. Dari pernyataan ini suhu
dapat difenisikan sebagai derajat/tingkatan panas suatu benda atau kuantitas panas suatu benda.
Seperti dalam materi sebelumnya, suhu merupakan salah satu besaran pokok dengan satuan
derajat Kelvin.
2. Alat Ukur Suhu
Untuk menentukan panas atau tidaknya suatu benda, kita dapat menggunakan jari tangan kita,
tetapi tangan tidak dapat dipakai untuk menentukan tingkat panas suatu benda secara tetap.
15
Alat yang tepat untuk mengukur suhu benda adalah termometer.
Macam – macam termometer
A. Berdasarnya zat termometriknya, termometer dapat dibedakan menjadi :
1) Termometer zat padat.
Termometer zat padat menggunakan prinsip perubahan hambatan logam konduktor terhadapap
suhu sehingga sering juga disebut sebagai termometer hambatan. Biasanya termometer ini
menggunakan kawat platina halus yang dililitkan pad mika dan dimasukkan dalam tabung perak
tipis tahan panas.
Contoh: Termometer platina
2) Termometer zat cair.
Termometer zat cair dibuat berdasarkan perubahan volume. Zat cair yang digunakan biasanya
raksa atau alkohol. Contoh termometer Fahrenheit, Celcius, Reamur.
16
Alasan pemilihan raksa atau alkohol sebagai isi termometer adalah sebagai berikut:
1. mudah dilihat karena raksa terlihat mengkilap sedangkan alkohol dapat diberi warna
merah.
2. daerah ukurannya sangat luas (raksa : – 390C s/d 3370C dan alkohol: -1140C – 780C)
3. keduanya merupakan panghantar kalor yang baik
4. keduanya mempunyai kalor jenis yang kecil.
3) Termometer gas
Termomter gas menggunakan prinsip pengaruh suhu terhadap tekanan. Bagan alat ini sama
seperti nanometer. Pipa U yang berisi raksa mula-mula permukaannya sama tinggi. Jika salah
satu ujungnya dihubungkan dengan ruangan yang bersisi gas bertekanan, maka akan terjadi
selisih tinggi.
17
Contoh: termometer gas pada volume gas tetap
B. Berdasarkan pembuatnya, antara lain:
1) termometer Celcius
2)termometer Fahrenheit
3) termometer Reamur
4)termometer Kelvin
18
C. Berdasarkan penggunaanya, antara lain:
1) Termometer Laboratorium
Termometer yang biasanya digunakan untuk eksperimen di lab.
b. Termometer suhu badan / klinis
Termometer khusus untuk mengukur suhu badan manusia. Termometer ini biasanya digunakan
dalam bidang medis dan mempunyai batas skala 34-42 0C.
4. Skala Termometer
A. Fahrenheit
Pada tahun 1714, seorang ilmuwan Jerman yang bernama Daniel George Fahrenheit membuat
termometer yang mula-mula diisi alkohol dan kemudian diganti dengan raksa. Sebagai titik tetap
pertama ia menggunakan campuran es dan garam dapur yang diberi angka 00F (suhu terendah
yang ia ketahui) dan titik tetap kedua ia menggunakan tubuh manusia dan diberi angka 960C.
Berdasarkan definisi modern, skala termometer Fahrenheit adalah skala dengan temperatur air
mendidih ditetapkan sebagai 212 derajat dan temperatur es melebur sebagai 32 derajat.
19
Pada jaman dulu termometer ini banyak digunakan di Eropa dan Amerika Serikat, tetapi pada
saat ini negara-negara di Eropa sudah banyak beralih ke termometer Celcius sedangkan Amerika
Serikat masih tetap menggunakannya.
B. Celcius
Sekitar 20 tahun setelah Fahrenheit membuat termometer, seorang profesor dari Swedia yang
bernama Ander Celsius juga membuat termometer. Termometer ini menggunakan titik tetap
bawah adalah suhu es sedang mencair sebagai 00C dan titik tetap atas adalah suhu air sedang
mendidih sebagai 1000C masing-masing pada tekanan standar. Skala antar kedua temperatur ini
dibagi dalam 100 derajat.
Termometer ini banyak digunakan oleh negara-negara di dunia, termasuk Indonesia.
C. Kelvin
Pada dasarnya skala kelvin sama dengan skala celcius (seperseratus). Hanya saja skala kelvin
dimulai dari suhu nol mutlak (0 K) yang besarnya sama dengan -273,150C. Sehingga untuk suhu
es mencair sama dengan 273,15 K dan air mendidih sama dengan 373,15 K.
20
Perbandingan antar skala thermometer
21
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Fisiologi Hewan Air dengan judul “Pengaruh Perubahan Suhu terhadap
Laju Gerakan Membuka dan Menutupnya Operculum Ikan Mas” dilakukan pada :
Waktu : Senin, 1 Oktober 2012 dan 8 Oktober 2012
Tempat : Laboratorium FHA Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Padjadjaran
3.2 Alat dan Bahan
Di dalam pelaksanaan praktikum ini digunakan alat-alat dan bahan berikut ini:
Alat
1. Beaker glass, sebagai tempat untuk pengamatan ikan mas
2. Hand counter, sebagai alat untuk menghitung membuka dan menutupnya operculum
ikan mas
3. Stopwatch, sebagai alat untuk mengukur waktu pengamatan
4. Termometer, sebagai alat untuk mengukur suhu air dalam pengamatan
22
5. 2 buah Toples/ Wadah, sebagai tempat hidup ikan mas sebelum dan sesudah
pengamatan
Bahan
1. Air bersih, digunakan sebagai media hidup ikan mas
2. Air panas, digunakan untuk menaikan suhu air dalam pengamatan
3. Es batu, digunakan untuk menurunkan suhu air dalam pengamatan
4. Lima ekor ikan mas, sebagai objek percobaan dalam pengamatan
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Prosedur Kerja untuk Suhu Panas
Dalam percobaan ini langkah- langkah yang harus diperhatikan antara lain :
1. Siapkan sebuah beaker glass 1000 ml sebagai wadah perlakuan dan dua buah toples/
wadah plastik sebagai tempat ikan yang belum dan yang sudah diamati.
2. Ambil sebanyak 5 ekor benih ikan mas dari akuarium stok, lalu masukkan ke dalam
salah satu toples/ wadah plastik yang telah diberi media air.
3. Isi beaker glass dengan air secukupnya ( ± ½ volumenya ), lalu ukur suhunya dengan
termometer dan catat hasilnya.
23
4. Pengamatan akan dilakukan dengan tiga perlakuan yaitu :
a. T1 = untuk suhu kamar ( …. ± 0,5 ºC)
b. T2 = untuk suhu 3 ºC di atas suhu kamar
c. T3 = untuk suhu 6 ºC di atas suhu kamar
5. Masukan satu persatu ikan uji ke dalam beaker glass yang sudah diketahui suhunya
(perlakuan a) kemudian hitung banyaknya membuka & menutup operculum ikan
tersebut selama satu menit dengan menggunakan hand counter dan stop watch sebagai
penunjuk waktu dan diulang sebanyak tiga kali untuk masing–masing ikan. Data yang
diperoleh dicatat pada kertas lembar kerja yang telah tersedia.
6. Setelah selesai dengan ikan uji pertama dilanjutkan dengan ikan uji berikutnya sampai ke
lima ikan tersebut teramati. Ikan yang telah diamati dimasukkan ke dalam wadah plastik
lain yang telah disediakan
7. Setelah selesai dengan perlakuan a, dilanjutkan dengan perlakuan b dengan mengatur
suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang diinginkan dengan cara
menambah air panas dari water bath sedikit demi sedikit. Usahakan pada saat
pengamatan berlangsung suhu air turun pada kisaran toleransi ± 0,5 ºC. Pengamatan
selanjutnya sama seperti pada point 5.
8. Setelah selesai dengan perlakuan b, dilanjutkan dengan perlakuan c dengan mengatur
suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang diinginkan dengan cara
menambah air panas dari water bath sedikit demi sedikit. Usahakan pada saat
pengamatan berlangsung suhu air turun pada kisaran toleransi ± 0,5 ºC. Pengamatan
selanjutnya sama seperti pada point 5.
9. Data hasil pengamatan ditabulasi seperti tabel di hasil pengamatan :
24
3.3.2 Prosedur Kerja untuk Suhu Dingin
Dalam percobaan ini langkah- langkah yang harus diperhatikan antara lain :
1. Siapkan sebuah beaker glass 1000 ml sebagai wadah perlakuan dan dua wadah plastik
sebagai tempat ikan yang belum dan yang sudah diamati
2. Ambil sebanyak 5 ekor benih ikan mas dari akuarium stok, lalu masukkan ke dalam
salah satu toples/ wadah plastik yang telah diberi media air.
3. Isi beaker glass dengan air secukupnya ( ± ½ volumenya ), lalu ukur suhunya dengan
thermometer dan catat hasilnya.
4. Pengamatan akan dilakukan dengan tiga perlakuan yaitu :
a. T1 = untuk suhu kamar ( …. ± 0,5 ºC)
b. T2 = untuk suhu 3 ºC di bawah suhu kamar
c. T3 = untuk suhu 6 ºC di bawah suhu kamar
5. Masukkan satu persatu ikan uji ke dalam beaker glass yang sudah diketahui suhunya
(perlakuan a) kemudian hitung banyaknya membuka & menutup operculum ikan tersebut
selama satu menit dengan menggunakan hand counter dan stop watch sebagai penunjuk
waktu dan diulang sebanyak tiga kali untuk masing –masing ikan. Data yang diperoleh
dicatat pada kertas lembar kerja yang telah tersedia.
6. Setelah selesai dengan ikan uji pertama dilanjutkan dengan ikan uji berikutnya sampai
ke sepuluh ikan tersebut teramati. Ikan yang telah diamati dimasukkan ke dalam wadah
plastik lain yang telah disediakan.
7. Setelah selesai dengan perlakuan a, dilanjutkan dengan perlakuan b dengan mengatur
suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang diinginkan dengan cara
menambah es balok yang telah dipecahkan dengan palu sedikit demi sedikit. Usahakan
25
saat pengamatan berlangsung suhu air naik pada kisaran toleransi ± 0,5 ºC. Pengamatan
selanjutnya sama seperti pada point 5.
8. Setelah selesai dengan perlakuan b, dilanjutkan dengan perlakuan c dengan mengatur
suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang diinginkan dengan cara
menambah es balok yang telah dipecahkan dengan palu sedikit demi sedikit. Usahakan
pada saat pengamatan berlangsung suhu air naik pada kisaran toleransi ± 0,5 ºC.
Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point 5.
9. Data hasil pengamatan ditabulasi seperti tabel di hasil pengamatan.
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Pengamatanpengaruhsuhuterhadapgerakanoperculumdengansuhukamar 26º C
Ikan Ulangan Rata-Rata
1 2 3
1 89 72 62 74,33
2 106 88 77 90,33
3 99 95 108 100,67
4 113 128 98 113
5 115 112 109 112
Tabel 2. Pengamatanpengaruhsuhuterhadapgerakanoperculumdengansuhukamar 26º + 3º C
Ikan Ulangan Rata-Rata
1 2 3
1 144 132 154 143,33
2 139 131 133 13433
3 148 146 108 141,33
4 170 148 98 163,66
5 193 178 109 182,33
Tabel 3. Pengamatanpengaruhsuhuterhadapgerakanoperculumdengansuhu
kamar 26º + 6º C
Ikan Ulangan Rata-Rata
1 2 3
1 194 187 183 188
2 247 231 199 255,67
3 220 211 220 217
4 223 163 171 185,67
27
5 187 219 245 217
Tabel 4.Pengamatanpengaruhsuhuterhadapgerakanoperculumdengansuhukamar 26º C
Ikan Ulangan Rata-Rata
1 2 3
1 111 110 103 108
2 145 130 121 132
3 87 82 85 84,67
4 114 118 100 113,67
5 105 102 89 98,67
Tabel 5. Pengamatanpengaruhsuhuterhadapgerakanoperculumdengansuhukamar 26º C - 3ºC
Ikan Ulangan Rata-Rata
1 2 3
1 115 95 94 101,33
2 77 82 89 82,67
3 130 99 86 105
4 117 108 110 111,67
5 118 128 115 120,33
Tabel 6. Pengamatanpengaruhsuhuterhadapgerakanoperculumdengansuhukamar 26º C - 6ºC
Ikan Ulangan Rata-Rata
1 2 3
1 111 100 107 106
2 83 89 105 92,33
3 96 124 100 106,67
28
4 116 115 80 103,67
5 118 100 103 107
4.2 PEMBAHASAN
Dari praktikum yang telah dilaksanakan di dapat hasil pengamatan sesuai dengan data di
atas. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap membuka da n
menutupnya operculum.
Praktikum pertama dilakukan dengan penambahan air panas untuk meningkatkan suhu
di dalam gelas uji. Suhu pertama yang digunakan adalah suhu kamar (belum ditambahkan air
panas) sebagai suhu normal.lalu penambahan suhu 3˚C dan 6˚C dilakukan untuk mengetahui
gerakan operculum ikan saat suhu lebih tinggi.
Hasil pengamatan praktikum pertama menunjukan bahwa makin suhu meningkat maka
gerakan membuka menutupnya overculumpun semakin meningkat. Hal ini dikarenakan adaptasi
dengan suhu tinggi, ukuran ikan, umur ikan, dan tingkat stres yang dialami ikan ujicoba.
Adaptasi dengan suhu tinggi dilakukan dengan cara mempercepat lajur respirasinya.
Sementara itu ukuran dan umur ikan mempengaruhi kerja organ pernapasannya. Bila
ukuran ikan lebbih besar maka akan gerakan membuka dan menutupnya operculum akan lebih
besar dibandingkan dengan ukuran ukan yang lebih kecil. Sementara itu umur ikan yang lebih
tua gerakan membuka dan menutupnya operculum akan lebih lambat dibandingkan yang lebih
muda.
Pada praktikum kedua dilakuka kembali pengamatan terhadap membuka dan mutupnya
operculum ukan namun dengan suhu yang diturunkan baik 3˚C dan 6˚C. pada suhu yang lebih
rendah ikan cenderung lambat dalam gerakan overculum dibandingkan dengan suhu yang
dinaikan. Hal ini dikarenakan adaptasi ikan pada suhu rendah mengurangi lajur respirasinya.
29
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Gerakan overculum ikan yang menunjukan laju respirasi ikan sangat dipengaruhi oleh
suhu lingkungan. Pada suhu tinggi maka laju gerak membuka dan menutupnya operculum
meningkat. Dan pada suhu yang rendah gerakan operculumnya berkurang. Hal ini terjadi karena
respirasi ikan sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan terutama suhu perairan.
.
5.2 SARAN
Masih banyaknya kesalahan dikarenakan oleh beberapa hal seperti ikan yang yang stress
hingga berenang ke segala arah membuat tidak terlihatnya gerakan operculum serta praktikan
yang kurang teliti sehingga terjadinya human eror pada data.
Untuk praktikum selanjutnya sebaiknya praktikan lebih teliti dan sigap dalam melaksanakan
praktikum.
30
DAFTAR ACUAN
Anonim. 2010. Klasifikasi Ikan Mas. http://masperfish.wordpress.com/2010/07/17/ikan-mas/.
Diterbitkan pada tanggal 17 juli 2010
Anonim. 2009. Morfologi Ikan. http://entahsiapa15.wordpress.com/2009/01/12/morfoligi- ikan/.
Diterbitkan pada tanggal 12 januari 2009
Anonim. 2011. Sistem Pernafasan Ikan (Pisces). http://www.sentra-edukasi.com/2011/08/sistem-
pernapasan- ikan-pisces.html#.UHgLc4HXqnA. Diterbitkan pada tanggal 8 agustus 2011
Kristanta Aris. 2008. Suhu dan Pengukurannya. http://arifkristanta.wordpress.com/belajar-
online/suhu-dan-pengukurannya/. Diterbitkan pada tanggal 21 januari 2008